LABORATORIUM KIMIA ANALITIK
SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2012/2013
PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR MODUL
: TITRASI ASIDIMETRI
PEMBIMBING
: Dewi Widyabudiningsih, M.Si.
Praktikum
: 19 Maret 2013
Penyerahan Laporan (Laporan)
: 26 Maret 2013
Oleh : Kelompok : 6 Nama
:
1. Riza Khairunnisa
,121431022
2. Rusydiana Abdullah ,121431023
Kelas
3. Ryani Puji Lestari
,121431024
4. Sita Rahmi Dewi
,121431025
: 1A
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2013
Judul Praktikum
: Asidimetri
Tanggal Praktikum : 19 Maret 2013 Pembimbing
: Dewi Widyabudiningsih
Tujuan
:
1. Memahami sifat-sifat dari larutan standar primer dan sekunder 2. Memahami reaksi netralisasi 3. Menentukan konsentrasi asam/basa dalam suatu sampel Dasar Teori
:
Asidimetri adalah
pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku
basa. Titrasi asidimetri termasuk kedalam titrasi netralisasi. Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator (Anonim a, 2010). Titrasi asidimetri menyangkut
reaksi dengan asam kuat-basa kuat, asam kuat-basa
lemah, asam lemah-basa kuat, asam kuat-garam dari asam lemah, basa kuat-garam dari basa lemah. Titrasi ini menggunakan indikator pH atau indikator asam-basa sebagai penanda karena memiliki sifat dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Warna asam ialah sebutan warna indikator ketika dalam keadaan asam dan warna basa ketika dalam keadaan basa (Harjadi 1986). Tujuan titrasi netralisasi adalah untuk menentukan banyaknya asam atau basa yang terdapat dalam suatu larutan. Pada titik ekivalen, tidak ada lagi kelebihan asam atau basa dan terbentuklah larutan garam. Di bawah ini adalah table indicator untuk titrasi.
pH
Indikator 0
Crystal Violet
1
Kuning
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Biru
Cresol red
Merah
Thymol Blue
Merah
Kuning Kuning
Bromophenol blue
Kuning
Methyl orange
Merah
Methyl red
Biru Kuning Merah
Bromothymol Bromothymol blue
Kuning Kuning
Cresol yellow
Biru Kuning
Phenolptalein
Merah Tak berwarna
Thymolphthalein
Merah
Tak berwarna
Alzarin yelloy R
Kuning
Alat Bahan
: Alat
Buret Botol Semprot Erlenmeyer 250mL Gelas ukur 50mL Labu takar Pipet volum 25mL Pipet tetes Corong Spatula dan batang pengaduk Bola hisap
Bahan Aquadest
Boraks Indikator methyl merah Larutan HCl Indikator Phenolptalein
Biru Merah
Cara Kerja
:
a. Standarisasi Larutan HCl dengan Larutan Standar Boraks
Siapkan buret dengan larutan HCl ± 0.1 N
Catat volume yang diperlukan saat perubahan warna
Buat larutan boraks dalam labu takar 100mL, 0.7000 gr boraks 100mL
Titrasi dengan larutan HCl
Pipet 25 mL boraks, masukkan ke erlenmeyer 250 mL
Tambah 3 tetes larutan indikator indikator metil merah
Lakukan percobaan 3 kali/triplo
b. Penentuan Konsentrasi Campuran NaOH-Na 2CO3
Siapkan buret dengan larutan HCl ± 0.1 N
Tambah 3 tetes indikator metil merah, lanjutkan titrasi
Catat volume yang diperlukan saat perubahan warna (b gr)
Pipet 25mL campuran sample dan masukkan ke erlenmeyer 250mL
Catat volume yang diperlukan saat perubahan warna (a gr)
Lakukan titrasi 3 kali/triplo
Tambah 3 tetes indikator phenolptalein
Titrasi dengan HCl ± 0.1 N
Data Pengmatan
:
a. Standarisasi Larutan HCl (I) Berat padatan boraks = 0,7050 gram
Mr boraks
= 384 g/mol
Berat ekivalen boraks
= 384/2 = 192
Persamaaan reaksi
:
Na2B4O7(aq) + 5H2O(l) + 2 HCl(aq) No
2NaCl(aq) + 4 H 3BO3(aq)
Volume (mL) HCl awal HCl akhir 0,00 9,80 24,00 34,30 34,40 44,10
Boraks 25 25 25
1 2 3
HCl yang diperlukan 9,80 10,30 9,70
b. Penentuan konsentrasi NaOH-Na 2CO3 Persamaan Reaksi :
1. Phenolpthalein NaOH(aq) + HCl (aq) NaCl(aq) + H2O(l) Na2CO3(aq) +HCl(aq) NaHCO3(aq) + NaCl(aq)
2. Metil Jingga : NaOH(aq) + HCl (aq) NaCl(aq) + H2O(l) Na2CO3(aq) + 2HCl(aq) +2NaCl(aq) + H2O(l) + CO2(g) No
1 2 3
Sampel 25 25 25
Volume (mL) Indicator pp 32,70 24,80 23,70
Keterangan
Methyl merah 26,30 14,40 15,00
HCl (I) HCl (II) HCl (II)
c. Penentuan konsentrasi HCl (II) No Boraks
1
10,00
Volume (mL) HCl awal HCl akhir
0,00
3,00
HCl yang diperlukan 3,00
Perhitungan
:
1) Titrasi asidimetri
Volume rata-rata HCl = 9,93 ml
Konsentrasi Na2B4O7.10H2O
Berat padatan boraks = 0,7050 gr BE boraks
= 192 gr/mol
Perhitungan pada TE: ek HCl = ek boraks ( ) ( ) 2) Konsentrasi HCl baru Volume HCl = 3 ml ek HCl = ek boraks ( ) ( ) N HCl =
3) Penentuan jumlah Na 2CO3 dan NaOH Sampel ( I )
mek NaOH = (a - b) x N HCl = (32,7 – (32,7 – 26,3) 26,3) x 0,0924 N = 0,59136 mek
Berat NaOH = BE NaOH x mek NaOH = 40 x 0,59163 mek = 23,6544 mg Kandungan NaOH = 23,6544 mg x
= 946,176 mg/L mek Na2CO3 = 2 x 26,30 x 0,0924 N = 4,86024 mek Berat Na2CO3 = BE Na2CO3 x mek Na2CO3 = 53 x 4,86024
= 257,59272 mg Kandungan Na 2CO3 = berat Na2CO3 x
= 257,5927 x 40 = 10303,708 mg/L Sampel ( II )
mek NaOH = (a – (a – b) b) x N HCl = (24,8 – (24,8 – 14,4) 14,4) x 0,1224 N = 1,27296 mek Berat NaOH = BE NaOH x mek NaOH = 40 x 1,27296 mek = 50,9184 mg Kandungan NaOH = berat NaOH x
= 50,9184 x 40 = 2036,736 mg/L
mek Na2CO3 = 2 x 14,40 x 0,1224 N = 3,52512 mek Berat Na2CO3 = BE Na2CO3 x mek Na2CO3 = 53 x 3,52512 = 186,83136 mg Kandungan Na 2CO3 = berat Na2CO3 x
= 186,83136 x
= 7,473 mg/L
Sampel (III)
mek NaOH = (a – (a – b) b) x N HCl = (23,70 – (23,70 – 15,00) 15,00) x 0,1224 N = 1,06488 mek Berat NaOH = BE NaOH x mek NaOH = 40 x 1,06488 mek = 42,5952 mg Kandungan NaOH = berat NaOH x = 42,5952 x
mek Na2CO3 = 2 x 15 x 0,1224 = 3,6720 mek
= 1703,808 mg/L
Berat Na2CO3 = BE Na2CO3 x mek Na2CO3 = 53 x 3,6720 = 194,616 mg Kandungan Na 2CO3 = berat Na2CO3 x = 194,616 x
Pembahasan
= 7784,64 mg/L
:
Nama
: Riza Khairunnisa
NIM
: 121431022
Standarisasi HCl Pada saat pelarutan, boraks dilarutkan dalam air dan di panskan. Tujuan pemansan
agar boraks larut, karena boraks bereaksi lambat dengan air. Percobaan ini melakukan standarisasi HCl dengan borax (Na 2B4O7.10H2O). Boraks berperan sebagai standar primer yang digunakan untuk pembakuan larutan HCl. Pemilihan boraks karena memiliki tingkat kemurnian yang tinggi, kering, tidak mudah terpengaruh lingkungan seperti udara, mudah larut dalam air dan memiliki massa ekivalen yang tinggi. Sebelum melakukan titrasi, maka boraks dilarutkan dalam fase solid padatan. Pada penetuan konsentrasi HCl dilakukan secara asidimetri. Karena larutan penitrasi dari larutan tersebut bersifat asam. Indikator yang dipilih adalah metil merah karena titrasi ini dilakukan untuk asam kuat dan basa lemah, sehingga kemungkinan pH <7. Trayek atau range pH untuk metil merah adalah 4,2-6,3. Setelah larutan boraks dititrasi dengan HCl terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah muda. Ini disebabkan semua ion boraks telah habis bereaksi dengan HCl. Sehingga ion H + dari HCl bereaksi dengan indikator. Larutan yang distandarisasi HCl dengan menggunakan boraks bertujuan untuk menghilangkan gas karbon dioksida (CO 2) yang terbentuk. Berdasarkan perhitungan, penetapan konsentrasi HCl yang pertama membutuhkan volume HCl sebanyak 9,93 ml sehingga diketahui nilai konsentrasinya adalah 0,0924 N. Sedangkan
pada penetapan konsentrasi HCl yang ke dua memerlukan volume HCl sebanyak 3,00 ml sehingga diperoleh konsentrasi HCl 0,1224 N.
Penentuan konsentrasi NaOH- Na2CO3
Pada cuplikan terdapat campuran OH- dan CO 32-. Menurut Bronsted keduanya adalah basa. OH- adalah basa konjugasi dari H 2O sedangkan CO 32-adalah basa konjugasi dari HCO 3-. Penetapan kadar NaOH dan karbonat dalam campuran dilakukan menggunakan metode titrasi asidimetri menggunakan larutan asam klorida (HCl). Penambahan indikator phenolphthalein pada larutan lar utan campuran berfungsi sebagai seba gai indikator yang digunakan karena larutan campuran memiliki pH di atas 7 atau berada dalam suasana basa sehingga larutan akan memberikan warna merah secara teori dalam suasana basa pada trayek PH indikator penolpthalein. Dari tirasi pertama ini dapat diketahui jumlah ekivalen total OH - + CO32-. Pada TE pada titrai pertama (menggunakan indikator penoplphtalein) pada larutan reaksi hanya terdapat HCO3dan pH nya bersifat amfiprotik. pH larutan reaksi pada tahap pertama ini berada daerah trayek pH indikator phenolphthalein. Penambahan indikator pada larutan membuat larutan berubah warna menjadi merah muda (pink), penitrasian dilakukan dengan asam klorida (HCl) hingga larutan berubah menjadi tak berwarna. Perubahan warna larutan menjadi tak berwarna menandakan bahwa larutan telah bersuasana asam dimana pada pH di bawah 8,3 larutan akan berubah menjadi tak berwarna. Reaksi antara larutan campuran dengan asam klorida (indikator phenophtalein) membuat natrium karbonat bereaksi dengan asam klorida (HCl) menghasilkan natrium bikarbonat (NaHCO 3) dan natrium klorida (NaCl), menurut persamaan reaksi : Na2CO3(aq) + HCl(aq)
NaHCO3(aq) + HCl(aq)
Untuk menentukan kadar karbonat, maka larutan campuran tadi ditambahkan dengan metil merah (trayek 4,2 – 4,2 – 6,3). 6,3). Penitrasian kembali dilakukan dengan asam klorida (HCl) sehingga larutan mengalami perubahan warna. Setelah penambahan indikator, larutan berubah warna menjadi merah. Proses titrasi pada larutan membuat larutan berubah warna menjadi merah muda sehingga dapat dikatakan bahwa larutan telah bersuasana basa. Reaksi antara natrium bikarbonat dengan asam klorida (HCl) menghasilkan garam berupa natrium klorida (NaCl), air yang bersifat netral serta uap karbondioksida, sesuai persamaan reaksi :
Na2CO3 (aq) + HCl(aq)
NaCl(aq) + H2O(aq) + CO2(aq)
Berdasarkan hasil analisa data, kadar karbonat dan NaOH pada titrasi secara triplo di dapatkan hasil :
Titrasi pertama : Kandungan Na 2CO3 = 10.303,7088 mg/L Kandungan NaOH = 946,176 mg/L Titrasi ke dua : Kandungan Na 2CO3 = 7.473 mg/L Kandungan NaOH = 2.036,736 mg/L Titrasi ke tiga : Kandungan Na 2CO3 = 7.784,64 mg/L Kandungan NaOH = 1.703,808 mg/L
Nama
: Rusydiana Abdullah
NIM
: 121431023
Titrasi adalah salah satu cara pemakaian jumlah zat kimia berdasarkan pada volume yang dibutuhkannya. Pada dasarnya, titrasi terdiri dari pengukuran volume larutan pereaksi yang dibutuhkan untuk bereaksi secara stoikiometri dengan zat yang akan ditentukan. Pada titrasi ini, Salah satu larutan yang akan dicampurkan harus diketahui pasti konsentrasinya dan larutan yang lainnya adalah yang ingin diketahui konsentrasinya. Salah satu jenis reaksi dalam titrasi, dalah reaksi netralisasi (asidi-alkalimetri). Asidi merupakan metode titrasi asam. Asidimetri yaitu titrasi dengan menggunakan larutan standar asam untuk menentukan basa. Pada praktikum, asam yang digunakan adalah HCl. HCl bukan merupakan larutan standar baku, sehingga harus dilakukan suatu standarisasi dengan suatu larutan standar baku primer. Larutan standar baku primer ini berciri-ciri yaitu kemurniannya 99%, stabil pada suhu ruang, relative mudah diperoleh dan proses pelarutannya relative mudah. Indicator merupakan suatu senyawa organic yang kompleks dan digunakan untuk menentukan titik akhir suatu reaksi netralisasi. Perubahan warna suatu indicator tergantung konsentrasi ion hydrogen (H +) yang ada dalam larutan dan tidak menunjukkan kesempurnaan reaksi atau ketetapan netralisasi. Indikator pH asam basa adalah suatu idikator atau zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungan berubah. Misalnya indikator metil merah, dilarutkan asam menjadi warna merah, tetapi dalam larutan basa menjadi kuning.
a. Standarisasi larutan HCl dengan larutan boraks
HCl merupakan asam kuat, sedangkan boraks merupakan basa lemah dengan reaksi antara keduanya akan membentuk suatu garam yang ber pH 7 pada titik ekivalen titrasi. Reaksi antara keduanya adalah : Na2B4O7(aq) + 5H2O(l) + 2 HCl(aq) 2NaCl(aq) + 4 H 3BO3(aq) Sesuai praktikum, boraks 25mL membutuhkan HCl pertama sebanyak 9.93mL, sehingga diperoleh konsentrasi HCl pertama 0. N. Berbeda dengan konsentrasi HCl kedua. Boraks 10mL membutuhkan HCl yang kedua 3mL, sehingga diperoleh konsentrasi HCl kedua yaitu 0.1224 N b. Penentuan konsentrasi campuran NaOH-Na 2CO3 Natrium Hidroksida lazim tercemar dengan Natrium Karbonat, sering sekali Natrium karbonat
dan Natrium bikarbonat terdapat bersama-sama. Campuran ini bersifat basa ber pH lebih dari 10, dibuktikan dengan penambahan phenolptalein yang mengakibatkan warna merah pada larutan. Ion karbonat dititrasi dalam 2 tahap. Phenolphtalein berperan sebagai indikator untuk tahap pertama dalam titrasi dan metil merah untuk yang kedua. Titrasi NaOH berlangsung lengkap pada titik akhir fenolftalein dan hanya diperlukan satu atu dua tetes titran tambahan untuk mencapai titik akhir metil merah. Ion karbonat dititrasi sebagai suatu basa dengan asam kuat sebagai titran. Campuran karbonat dan bikarbonat, atau karbonat dan hidroksida, dapat dititrasi dengan HCl standar. pada titik akhir phenolphtalein NaOH dinetralkan dengan lengkap, Na 2CO3 separuh dinetralkan dan HNO 3- belum bereaksi. Dari titik akhir fenolftalein ketitik akhir metil merah, karbonat akan dinetralkan. Hanya beberapa tetes titran akan diperlukan oleh NaOH untuk menurunkan pH dari 8 ke 4 dan ini dapat dikoreksi oleh suatu blanko indikator (Day and Underwood, 1989:167-170). Dari percobaan titrasi secara triplo, diperoleh rata-rata kandungan Na 2CO3 sebesar 8520,45 mg/L dan Kandungan NaOH sebesar 1562,24 mg/L.
Ryani Puji Lestari 121431024
1. Standarisasi HCl
Dalam percobaan ini kita melakukan standarisasi HCl agar kita dapat menentukan kosentrasi dari larutan HCl yang kami gunakan. Standarisasi ini dilakukan dengan cara memasukkan 25 mL larutan baku primer kedalam erlenmeyer, kemudian larutan yang distandarisasi dimasukkan kedalam buret yaitu larutan HCl. Larutan baku primer yang kami gunakan adalah Na boraks (Na 2B4O7.10H 2O) karena Na boraks itu sendiri memiliki massa setara relatif tinggi, yang berarti potensi kesalahan dalam standarisasi lebih kecil dari pada dalam kasus bahan lain. Setelah larutan baku primer yang di dalam erlenmeyer ditambahkan dengan indikator metil merah yang kemudian ditritasi dengan larutan HCl. Pada saat melakukan titrasi tangan kanan memegang erlenmeyer dan mengoyanggoyangkan. Sedangkan tangan kiri memegang kran buret dan sedikit membukanya agar HCl dapat mengalir sedikit demi sedikit. Setelah terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah konstan meka titrasi harus dihentikan karena sudah mencapai titik akhir titrasi. Pengaruh indikator metil merah membantu dalam pembentukan warna dalam percobaan titrasi atau sebagai indikator visual yang menandakan terjadinya reaksi sempurna yaitu ketika warna larutan yang semula kuning (sudah ditambahkan dengan indikator metil merah) menjadi merah konstan. Dalam percobaan ini juga dapat diketahui bahwa telah terjadi reaksi asam basa yaitu asam klorida (HCl) dengan . Sehingga reaksi yang terjadi sebagai berikut :
Na2B4O7 10H2O + 2HCl
H3BO3 + 2 NaCl
Pada percobaan ini kita menggunakan metode titrasi yang diperlukan untuk mencapai titik ekuivalen. Dalam percobaan ini kita dapat mengetahui kosentrasi HCl yaitu dengan cara V1.N1 = V2.N2, dimana V1 dan N1 adalah volume dan konsentrasi asam. Sedangkan V2 dan N2 adalah volume dan kosentrasi basa. Pada saat penetapan konsentrasi HCl yang pertama membutuhkan volume HCl sebanyak 9,93 ml sehingga diketahui nilai konsentrasinya adalah 0,0924 N. Sedangkan pada penetapan konsentrasi HCl yang ke dua memerlukan volume HCl sebanyak 3,00 ml sehingga diperoleh konsentrasi HCl 0,1224 N.
2. Penentuan konsentrasi NaOH- Na 2CO3
Setelah melakukan standarisasi larutan HCl, kemudian kami menentukan konsentrasi NaOH-Na2CO3. Tujuannya adalah untuk mengetahui kandungan Na 2CO3 dan kandungan NaOH dalam campuran. Campuran NaOH-Na2CO3 di tambahkan indicator phenolphtalein untuk mengetahui titik akhir titrasi yang ditunjukkan dengan adanya perubahan warna. Ketika campuran ditambahkan penolphtalein, warna campuran berubah menjadi warna merah muda (pink). Dengan adanya perubahan warna menjadi merah muda menandakan bahwa larutan telah bersifat asam. Reaksi yang terjadi adalah:
Na2CO3(aq) + HCl(aq)
NaHCO3(aq) + HCl(aq)
NaOH(aq) + HCl (aq) NaCl(aq) + H2O(l)
Setelah itu, dilakukan penambahan metil merah untuk menentukan kadar karbonat. Penitrasian dilakukan kembali dengan HCl. Setelah penambahan indikator, larutan berubah warna menjadi merah. Proses titrasi pada larutan membuat larutan berubah warna menjadi merah muda sehingga dapat dikatakan bahwa larutan telah bersuasana basa. Reaksi antara natrium bikarbonat dengan asam klorida (HCl) menghasilkan garam berupa natrium klorida (NaCl), air yang bersifat netral serta uap karbondioksida, sesuai persamaan reaksi : Na2CO3 (aq) + HCl(aq)
NaCl(aq) + H2O(aq) + CO2(aq)
Berdasarkan hasil percobaan didapatkaan kadar karbonat dan NaOH pada titrasi secara triplo adalah sebagai berikut: Titrasi pertama : Kandungan Na 2CO3 = 10.303,7088 mg/L Kandungan NaOH
= 946,176 mg/L
Titrasi ke dua : Kandungan Na 2CO3 = 7.473 mg/L Kandungan NaOH
= 2.036,736 mg/L
Titrasi ke tiga : Kandungan Na 2CO3 = 7.784,64 mg/L Kandungan NaOH
= 1.703,808 mg/L
Kandungan NaOH
= 2036,736 mg/L
Sita Rahmi Dewi 121431025
1) Standarisasi HCl Pada percobaan ini kami menggunakan larutan l arutan baku primer berupa Na boraks (Na2B4O7.10H 2O) karena Na boraks itu sendiri memiliki massa setara relatif tinggi, yang berarti potensi kesalahan dalam standarisasi lebih kecil dari pada dalam kasus bahan lain. Kemudian indikator yang digunakan adalah adal ah metil merah karena titrasi ti trasi ini dilakukan untuk asam kuat dan basa lemah sehingga kemungkinan di dapat pH<7. Sehingga terjadi reaksi yang positif yakni terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah konstan. Reaksi yang berlangsung selama netralisasi adalah: Na2B4O7 10H2O + 2 HCl
H3BO3 + 2 NaCl
Asam borat begitu lemah, sehingga s ehingga keberadaannya tidak mengganggu dengan deteksi titik akhir. Borat asam yang terbentuk adalah seperti asam lemah yang pH larutan yang decimolar sekitar 6. Maka dibebaskan ion hidroksida hidroksida dapat dititrasi terhadap asam yang kuat kuat secara kuantitatif dengan menggunakan indikator yang berubah warna pada pH kurang dari 5. Tujuan dari standarisasi HCl ini untuk menghilangkan gas CO 2 yang terbentuk saat reaksi Na2CO3 + NaOH
NaHCO3 + H2O
Lalu dari pembentukan tersebut NaHCO3 terurai menjadi Na+, OH- dan CO2. Berdasarkan perhitungan, penetapan konsentrasi HCl yang pertama membutuhkan volume HCl sebanyak 9,93 ml sehingga diketahui nilai konsentrasinya adalah 0,0924 N. Sedangkan pada penetapan konsentrasi HCl yang ke dua memerlukan volume HCl sebanyak 3,00 ml sehingga diperoleh konsentrasi HCl 0,1224 N.
2) Penentuan konsentrasi NaOH- Na2CO3 Pada percobaan selanjutnya, tujuan dari penentuan konsentrasi NaOH-Na 2CO3 adalah untuk mengetahui kandungan Na 2CO3 dan kandungan NaOH dalam campuran. Untuk mengetahui kandungan NaOH dan karbonat tersebut dilakukan titrasi asidimetri dengan larutan HCl. Dan pada prakteknya, campuran ditambahkan indikator phenolphtalein untuk mengetahui TA titrasi ditunjukkan dengan adanya perubahan warna. Saat larutan campuran ditambah penolphtalein warna berubah menjadi merah muda (pink) lalu ditambahkan penitrasi yakni larutan HCl yang kemudian warna berubah menjadi me njadi takberwarna. Perubahan warna ini pun telah menunjukkan bahwa larutan telah bersif at asam yang memiliki pH kurang dari 8,3. Reaksi antara larutan campuran dengan asam klorida (indikator phenophtalein) membuat natrium karbonat bereaksi dengan asam klorida (HCl) menghasilkan natrium bikarbonat (NaHCO3) dan natrium klorida (NaCl), menurut persamaan reaksi : Na2CO3(aq) + HCl(aq)
NaHCO3(aq) + NaCl(aq)
NaOH(aq) + HCl (aq) NaCl(aq) + H2O(l) Sedangkan untuk mengetahui kandungan karbonat, larutan campuran tadi di tambah dengan indikator metil merah (trayek 4,2- 6,3), titrasi dilakukan kembali dengan menambahkan larutan HCl pada campuran hingga terjadi perubahan warna. Saat penambahan indikator itu, terjadi perubahan warna larutan menjadi merah. Saat dititrasi dengan HCl, warna berubah menjadi merah muda. Ini menunjukkan bahwa larutan telah bersifat basa yang mungkin telah memiliki pH lebih dari 8,3. Reaksi yang terjadi adalah seba gai berikut, Na2CO3 (aq) + HCl(aq)
NaCl(aq) + H2O(aq) + CO2(aq)
Berdasarkan hasil analisa data, kandungan karbonat dan NaOH pada titrasi secara triplo yakni,
Titrasi pertama :
Kandungan Na 2CO3 = 10303,7088 mg/L Kandungan NaOH
= 946,176 mg/L
Titrasi ke dua :
Kandungan Na 2CO3 = 7473 mg/L Kandungan NaOH
= 2036,736 mg/L
Titrasi ke tiga :
Kandungan Na 2CO3 = 7784,64 mg/L Kandungan NaOH
= 1703,808 mg/L
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil praktikum dapat di peroleh :
Konsentrasi HCl I.
Konsentrasi HCl pertama adalah 0,0924 N
II.
Konsentrasi HCl kedua adalah 0,1224 N
Kandungan NaOH dan Na 2CO3
Titrasi pertama : Kandungan Na 2CO3 = 10.303,7088 mg/L Kandungan NaOH
= 946,176 mg/L
Titrasi ke dua : Kandungan Na 2CO3 = 7.473 mg/L Kandungan NaOH
= 2.036,736 mg/L
Titrasi ke tiga : Kandungan Na 2CO3 = 7.784,64 mg/L Kandungan NaOH
= 1.703,808 mg/L
Rata-rata kandungan NaOH-Na2CO3 berdasarkan titrasi Kandungan Na 2CO3
= 8520,45 mg/L
Kandungan NaOH
= 1562,24 mg/L
Daftar Pustaka :
Clark, Jim. 2007. Indikator Asam dan Basa. http://www.chem-is-try.org [Diunduh pada 20 Maret 2013] Farx. 2011. Larutan Baku (Larutan Standar). http://artikelteknikkimia.com. [Diunduh pada 23 Maret 2013] Harjadi, W. 1990. Ilmu 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar . Jakarta: Gramedia. J. Basset dan kawan-kawan. 1994. Teknik Analisis Kuantitatif . Jakarta : Erlangga. Syarif. 2011. Syarat-Syarat Titrasi. Titrasi. Bandung: Themegallery. Wiryawan, Adam. 2011. “Prinsip Titrasi Asam Basa” (Online) http://www.chem-istry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/titrasi-asam-basa/prinsip-titrasi-asam-basa/ [Diunduh pada 25 Maret 2013]