LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN ALLELOPATI
DISUSUN OLEH
NAMA : EKO WIDODO NIM : F1071151060 F1071151060 KELOMPOK : 5 (LIMA)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2018
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alelopati merupakan pelepasan senyawa bersifat toksik yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman di sekitarnya dan senyawa yang bersifat alelopati disebut senyawa alelokimia. Definisi lain, alelopati adalah pengaruh langsung maupun tidak langsung dari suatu tumbuah terhadap tumbuhan lainnya, baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif melalui pelepasan senyawa kimia ke lingkungannya. Kompetisi merupakan persaingan terhadap antar makhluk hidup. Persaingan sendiri akan dapat menghasilkan pemenang, pemenang itu pun yang dapat meneruskan kelangsungan hidupnya. Kompetisi sering terjadi pada plantae yang mana bersaing untuk memperebutkan sumber daya yang terbatas . kompetisi terbagi dua macam yaitu kompetisi interspesifik dan intraspesifik. Allelopati merupakan interksi antar populasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksin. Pada mikroorganisme istilah allelopati dikenal sebagai anabiosa atau antibiotisme. Contoh, jamur Penicillium sp. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh allelopati terhadap perkecambahan kacang hijau? 2. Bagaimana reaksi perkecambahan pada masing-masing ekstrak dengan konsentrasi yang berbeda? 3. Bagaimana reaksi perkecambahan terhadap sumber allelopati yang berbeda baik dari bawang putih, daun akasia maupun akar ilalang? C. Tujuan Tujuan dilakukannya praktikum mengenai allelopati adalah untuk mempelajari pengaruh allelopati terhadap perkecambahan kacang hijau.
BAB II KAJIAN TEORI Tumbuhan dapat menghasilkan senyawa alelokimia yang merupakan metabolit sekunder di bagian akar, rizoma, daun, serbuk sari, bunga, batang, dan biji. Fungsi dari senyawa alelokimia tersebut belum diketahui secara pasti, namun beberapa senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai pertahanan terhadap herbivora dan patogen tanaman. Tanaman yang rentan terhadap senyawa alelokimia dari tanaman lainnya dapat mengalami gangguan pada proses perkecambahan, pertumbuhan, serta perkembangannya. Perubahan morfologis yang sering terjadi akibat paparan senyawa alelokimia adalah perlambatan atau penghambatan perkecambahan biji, perpanjangan koleoptil, radikula, tunas, dan akar (Sukman, 1991). Allelopati adalah produksi substansi (zat) oleh suatu tanaman yang merugikan tanaman lain. Permasalahannya adalah bahwa tanaman mengandung substansi yang sangat luas yang bersifat toksik dan beberapa percobaan berusaha mendemonstrasikan pengaruh alelopati dengan memberikan ekstrak suatu tanaman kepada biji-biji atau pun bibit tanaman lainnya. Terlepas dari suatu kenyataan bahwa ekstrak suatu tanaman bukanlah material percobaan yang cicik, karena tidak terdapat di alam. Ekstrak tersebut sering sekali tidak steril sehingga transformasi bakteri barang kali telah berlangsung dan biasanya tanaman-tanaman tersebut tidak memiliki hubungan ekologis. Penelitian seperti ini sulit ditafsirkan. Pertanyaannya adalah apakah beberapa tanaman mempunyai suatu pegaruh toksik pada tanaman lainnya yang tumbuh di lapangan dan ini harus terpisah dari setiap kompetisi untuk cahaya, air dan hara (Kartawinata, 1986). Alelopati kebanyakan berada dalam jaringan tanaman, seperti daun, akar,aroma, bunga, buah maupun biji, dan dikeluarkan dengan cara residu tanaman. Beberapa contoh zat kimia yang dapat bertindak sebagai alelopati adalah gas-gas beracun. Yaitu Sianogenesis merupakan suatu reaksi hidrolisis yang membebaskan gugusan HCN, amonia, Ally-lisothio cyanat dan β-fenil isitio sianat sejenis gas diuapkan dari minyak yang berasal dari familia Crusiferae dapat menghambat perkecambahan. Selain gas, asam organik, aldehida, asam aromatik, lakton tak jenuh seserhana, fumarin, kinon,flavanioda, tanin, alkaloida ,terpenoida dan streroida juga dapat mengeluarkan zat alelopati (Moenadir,1998). Senyawa alelopati dapat dikelompokkan pada 5 jenis, yaitu : 1. Asam fenolat, 2. Koumarat, 3. Terpinoid, 4. Flafinoid, dan 5. Scopulaten (penghambat fotosintesis). Sebagian besar senyawa alelopati yang dihasilkan melalui eksudat akar adalah berupa asam fenolat. Tanaman pangan ada juga yang menghasilkan senyawa alelopat, yaitu jagung,padi, dan ubi
jalar. Tanaman perkebunan yang diindikasikan menghasilkan senyawa alelopati adalah jahe,kopi arabika, nilam, dan beberapa tanaman yang bersifat obat (Gilani, 2010). Sedangkan menurut Indriyanto (2006) dalam jurnal Sylva Lestari Zat-zat kimia atau bahan organik yang bersifat allelopathy dapat dibagi menjadi dua golongan berdasarkan pengaruhnya terhadap tumbuhan atau tanaman lain sebagai berikut: 1. Autotoxic, yaitu zat kimia bersifat allelopathy dari suatu tumbuhan yang dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan anaknya sendiri atau individu lain yang sama jenisnya. Contoh tumbuhan yang autotoxic yaitu mangium, akasia, dan sengon buto. 2. Antitoxic, yaitu zat kimia bersifat allelopathy dari suatu tumbuhan yang dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan tumbuhan lain yang berbeda jenisnya. Contoh tumbuhan yang antitoxic yaitu pinus, ilalang, johar, agatis, mangga, mimba, dan jati (Lestari, 2015). Zat-zat kimia atau bahan organik yang bersifat alelopathi dilepaskan oleh tumbuhan penghasilnya ke lingkungan tumbuhan lain melalui beberapa cara antara lain melalui serasah yang telah jatuh kemudian membusuk, melalui pencucian daun atau batang oleh air hujan, melalui penguapan dari permukaan organ-organ tumbuhan, dan eksudasi melalui akar (root exudation) ke dalam tanah. Contoh jenis tumbuhan yang mengeluarkan zat kimia bersifat allelopatyy melalui daun, misalnya
Adenostena fasciculatum, Eucalyptus globules,
Camelina alyssum, Erenophylla mitchellii, yang mengeluarkan zat allelopathy melalui perakaran misalnya gandum, gandum hitam, dan apel, sedangkan yang mengeluarkan zat Allelopathy melalui pembusukan nisalnya Helianthus, Aster, dan Agropyron repens (Setyowati, 1999). Dalam persaingan antara individu-individu dari jenis yang sama atau jenis yang berbeda untuk memperebutkan kebutuhan-kehbutuhan yang sama terhadap faktor-faktor pertumbuhan, kadang-kadang suatu jenis tumbuhan mengeluarkan senyawa kimia yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dari anaknya sendiri. Allelopati terjadi karena adanya senyawa yang bersifat menghambat. Senyawa tersebut tergolong senyawa sekunder karena timbulnya sporadis dan tidak berperan dalam metabolisme primer organisme organism. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya daya hambat senyawa kimia penyebab allelopati dari tanaman antara lain jenis tanaman yang menghasilkan, macam tanaman yang dipengaruhi, keadaan pada waktu sisa tanaman mengalami perombakan (Odum, 1998). Adapun pengaruh alelopat pada tanaman Wibowo(2011) yaitu: · Menghambat penyerapan dengan menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan
· Menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan · Mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan · Menghambat respirasi akar · Menghambat sintesis protein · Menurunkan daya permeabilitas membran sel tumbuhan · Menghambat aktivitas enzim (Wibowo,2011).
BAB III METODOLOGI A. WAKTU DAN TEMPAT Waktu :Senin, 4 Desember 2017 – 14 Desember 2017 Pukul
:13.00-Selesai
Tempat
:Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP UNTAN Pontianak.
B. ALAT DAN BAHAN No
Nama Alat
No
Nama Bahan
1.
Cawan Petri
1.
Akuades
2.
Kertas Saring
2.
Akar Ilalang
3.
Corong Penyaring
3.
Umbi Bawang Putih
4.
Blender
4.
Daun Akasia
5.
Mortar dan Alu
5.
Biji Kacang Hijau
6.
Kertas Merang
7.
Pisau/gunting
8.
Penggaris/benang meteran
9.
Labu Ukur
10.
Pipet Tetes
C. CARA KERJA 1. Dipilih biji kacang hijau yang baik 2. 4 cawan petridish disiapkan yang telah diberi kertas merang 3. Ekstrak akar ilalang, akasia dan bawang putih dibuat dengan cara sebagai berikut:
a. Dihaluskan bagian tumbuhan diatas dengan blender, mortar dan aluatau digunting halus b.
Dibuat ekstrak atau hasil rendaman bagian tumbuhan tersebut dengan akuades
dengan perbandingan sebagai berikut: a) Bagian tumbuhan dan air (1:7) b) Bagian tumbuhan dan air (1:14) c) Bagian tumbuhan dan air (1:21) 1. Dibiarkan selama 24 jam, lalu saring dengan menggunakan alat penyaring. Ini adalah larutan ekstrak yang akan digunakan sebagai perlukaan. 2. Diletakkan masing-masing 10 biji kacang hijau kedalam petridish 3. Dilakukan perlakuan pada kacang hijau sebagai berikut: a.
Petridish dengan kacang hijau + 5 ml akuades
b. Petridish dengan kacang hijau + 5 ml ekstrak ilalang a) Ekstrak perbandingan (1:7) b) Ekstrak perbandingan (1:14) c) Ekstrak perbandingan (1:21) Diulangi hal yang sama dengan menggunakan ekstrak akasia dan bawang putih c.
Petridish dengan kacang hijau + 5 ml ekstrak akasia
d. Petridish dengan kacang hijau + 5 ml ekstrak bawang putih 4. Dibuat ulangan sebanyak 3 kali 5. Diamati perkecambahan biji-biji tersebut setiap hari selama 10 hari dan diamati pertumbuhan kecambahnya dengan mengukur panjang kecambah 6. Ditentukan persen perkecambahan 7. Dibandingkan hasil pengamatan dengan menggunakan RAL dan RAL factorial. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan 1. Tabel Pengamatan a. Tabel pengamatan 1 DATA ALELOPATI DAUN AKASIA KELAS VA PERLAKUAN ULANGAN
HARI KE- ( RATA-RATA) 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
RATARATA
KONTROL (AQUADES)
1
0
0,7 1,2 2,5 0
0
0
0
AKASIA (1:7 )
1
0
0
0.2 0,3 0
0
0
0
AKASIA ( 1:14 )
1
0
0
0.2 0,3 0
0
0
0
AKASIA ( 1:21 )
1
0
0,4 0,6 1,3 0
0
0
0
PERLAKUAN ULANGAN
0
0
0.44
0
0.07
0
0
0.07
0
0
0.23
0
KONSENTRASI
TOTAL
KONTROL (1:7) (1:14) (1:21) 1
DAUN AKASIA TOTAL
0.44
0.07
0.44
0.07
0.07
0.23
0.07
0.81
0.23
b. Tabel pengamatan 2
DATA ALELOPATI AKAR ALANG-ALANG KELAS VA Treat
R
HARI KE- ( RATA-RATA) 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
RATARATA
KONTROL (AQUADES)
1
0
1,3
1,5
2
0
0
0
0
0
0
0.48
ALANGALANG (1:7 )
1
0
2
2,2
2,3
0
0
0
0
0
0
0.65
ALANGALANG ( 1:14 )
1
0
1,2
1,3
1,6
0
0
0
0
0
0
0.41
ALANGALANG ( 1:21 )
1
0
1
1,1
1,3
0
0
0
0
0
0
0.34
PERLAKUAN ULANGAN
KONSENTRASI
TOTAL
KONTROL (1:7) (1:14) (1:21) 1
AKAR ALANGALANG
0.48
TOTAL
0.48
0.65
0.41
0.65
0.41
0.34
1.88
0.34
c. Tabel pengamatan 3 DATA ALELOPATI UMBI BAWANG PUTIH KELAS VA Treat
R
HARI KE- ( RATA-RATA) 1
2
3
4
5 0
KONTROL (AQUADES)
1
0
0,2
0,5
1,1
BAWANG PUTIH (1:7 )
1
0
0,1
0,1
0,7
BAWANG PUTIH (1:14 )
1
0
0,1
0,2
BAWANG PUTIH ( 1:21 )
1
0
0,2
0,2
PERLAKUAN ULANGAN UMBI BAWANG PUTIH TOTAL
1
6
7
8
9
10
RATARATA
0
0
0
0
0
0.18
0
0
0
0
0
0
0.09
0,7
0
0
0
0
0
0
0.08
0,7
0
0
0
0
0
0
0.10
KONSENTRASI TOTAL KONTROL (1:7) (1:14) (1:21) 0.18 0.09 0.08 0.10 0.45
0.18
0.09
0.08
0.10
d. Tabel pengamatan akhir PERLAKUAN
ULANGAN
KONSENTRASI KONTROL
(1:7)
(1:14)
(1:21)
Total ulangan (faktor A)
DAUN
1
0.44
0.07
0.07
0.23
0.81
AKASIA
TOTAL
0.44
0.07
0.07
0.23
ILALANG
1
0.48
0.65
0.41
0.34
TOTAL
0.48
0.65
0.41
0.34
1
0.18
0.09
0.08
0.10
TOTAL
0.18
0.09
0.08
0.10
1.1
1.62
0.56
0.67
UMBI BAWANG PUTIH
Total perlakuan
1.88
0.45
Y=2.492
(Faktor B)
2. Perhituang RAL dan RAL FAKTORIAL a. DAUN AKASIA C
0.16
SSY
0.1
SST
0.09
SSE
0.01
C
0.16
Table Anova Source
df
SS
MS
F-test
Treatment
3
0.09
0.03
2.4
Eksp. Error
8
0.01
0.0125
Total 11 0.1 Kesimpulan : F test = 2.4 dan f table 0,05;3,8 yaitu 4,07 . F table > Ftest maka tidak terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun akasia terhadap pertumbuhan kacang hijau.
b. ILALANG C SSY SST SSE
0.88 0.06 0.05 0.01
Table Anova Source
df
SS
MS
F-test
Treatment Eksp. Error
3 8
0.05 0.01
0.02 0.0125
1.6
Total
11
0.06
Kesimpulan : F test = 1.6 dan f table
0,05;3,8
yaitu 4,07 . F table > F test maka tidak
terdapat pengaruh pemberian ekstrak ilalang terhadap pertumbuhan kacang hijau.
c. UMBI BAWANG PUTIH C SSY SST SSE Table Anova
0.05 0.01 0.009 0.001
Source
df
SS
MS
F-test
Treatment
3
0.009
0.003
2.4
Eksp. Error
8
0.001
0.00125
Total
11
0.39
Kesimpulan : F test = 2.4 dan f table
0,05;3,8
yaitu 4,07 . F table > F test maka tidak
terdapat pengaruh pemberian ekstrak umbi bawang putih terhadap pertumbuhan kacang hijau. d. Tabel Data RAL Faktorial C SSY SAB SSE SSA SSB SSAB
0.56 0.69 0.68 0.01 0.94 0.54 0.28
Table Anova Source
df
SS
MS
F-test
A
2
0.94
0.47
111.9
B
3
0.54
0.18
42.85
A*B
6
0.28
0.05
11.90
Eksp. Error
24
0.01
0.0042
35
31.41
Total Kesimpulan :
a. F test = 111.9 dan f table
0,05;2,24
yaitu 3,4 . f table < f test maka terdapat
pengaruh pemberian ekstrak daun akasia, ilalang dan umbi bawang putih (alelopati) terhadap pertumbuhan kacang hijau. b. F test = 42.85 dan f table
0,05;3,24
yaitu 3,01 . f table < f test maka terdapat
pengaruh perbedaan konsentrasi terhadap pertumbuhan kacang hijau. c. F test = 11.90 dan f table
0,05;6,24
yaitu 2,51 . f table < f test maka terdapat
pengaruh pemberian ekstrak daun akasia, ilalang dan umbi bawang putih (alelopati) dan perbedaan konsentrasi terhadap pertumbuhan kacang hijau.
B. Pembahasan Pada praktikum kali ini yang berjudul allelopati bertujuan untuk mempelajari pengaruh allelopati terhadap perkecambahan kacang hijau. Kompetisi merupakan persaingan terhadap antar makhluk hidup. Persaingan sendiri akan dapat menghasilkan pemenang, pemenang itu pun yang dapat meneruskan kelangsungan hidupnya. Kompetisi sering terjadi pada plantae yang mana bersaing untuk memperebutkan sumber daya yang terbatas . kompetisi terbagi dua macam yaitu kompetisi interspesifik dan intraspesifik. Kompetisi interspesifik sering terjadi ketika spesies barsaing untuk memperebutkan sumber daya yang terbatas. Sebagai contoh, pertumbuhan rumput pada taman berkompetisi dengan tumbuhan-tumbuhan taman dalam memperebutkan mutrien tanah dan air. Sebaliknya, pada beberapa sumber daya ini meskipun oksigen, jarang terjdi kompetisi dalam penggunaan sumber daya ini meskipun semua tumbuhan ini memerlukannya. Kompetisi intraspesifik terjadinya persaingan antar spesies yang sama untuk memperebutkan sumber daya yang terbatas. Ketika dua spesies yang sama berkompetisi atau antar tumbuhan lain berkompetisi untuk suatu sumber daya, hasilnya adalah merugikan satu atau kedua spesies ters ebut. Allelopati adalah produksi substansi (zat) oleh suatu tanaman yang merugikan tanaman lain. Permasalahannya adalah bahwa tanaman mengandung substansi yang sangat luas yang bersifat toksik dan beberapa percobaan berusaha mendemonstrasikan pengaruh alelopati dengan memberikan ekstrak suatu tanaman kepada biji-biji atau pun bibit tanaman lainnya. Terlepas dari suatu kenyataan bahwa ekstrak suatu tanaman bukanlah material percobaan yang cicik, karena tidak terdapat di alam. Ekstrak tersebut sering sekali tidak steril sehingga transformasi bakteri barang kali telah berlangsung dan biasanya tanaman-tanaman tersebut tidak memiliki hubungan ekologis. Penelitian seperti ini sulit ditafsirkan.
Pertanyaannya adalah apakah beberapa tanaman mempunyai suatu pegaruh toksik pada tanaman lainnya yang tumbuh di lapangan dan ini harus terpisah dari setiap kompetisi untuk cahaya, air dan hara (Kartawinata, 1986). Dari data hasil percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa tinggi perkecambahan ada pada tanaman kacang hijau dengan perlakuan akar ilalang dengan tinggi kecambah dari tanaman kontrol, ekstrak akar ilalang (1:7), (1:14), dan (1:21) secara berturutturut adalah 0.65cm, 0.41cm dan 0.34cm. Sedangkan yang terendah adalah pada biji kacang hijau yang diberikan perlakuan ekstrak bawang putih dengan tinggi kecambah dari tanaman kontrol, ekstrak akar bawang putih (1:7), (1:14), dan (1:21) secara berturut-turut yaitu 0.09cm, 0.08cm, 3,63cm dan 0.10cm. Hal ini membuktikan bahwa ekstrak bawang putih mempunyai zat allelopati yang lebih tinggi daripada ekstrak daun akasia dan ekstrak akar ilalang. Oleh sebab itu tanaman kecambah kacang hijau yang diberikan perlakuan ekstrak bawang putih lebih kecil pertumbuhannya karena dihambat oleh zat kimia allelopati bawang putih. Namun untuk perlakuan dengan ekstrak daun akasia dan akar ilalang tidak terlalu berbeda nyata. Ini dapat terjadi demikian, mungkin karena tanaman kacang hijau lebih tahan terhadap zat kimia yang dikeluarkan oleh tanaman allelopati dari ekstrak daun akasia dan akar ilalang. Dalam kejadian ini terlihat bahwa adanya persaingan tanaman untuk mempertahankan hidup dari zat-zat yang bersifat allelopati yang dikeluarkan oleh tanaman lain uyang bersifat merusak. Dalam persaingan antara individu-individu dari jenis yang sama atau jenis yang berbeda untuk memperebutkan kebutuhan-kehbutuhan yang sama terhadap faktor-faktor pertumbuhan, kadang-kadang suatu jenis tumbuhan mengeluarkan senyawa kimia yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dari tumbuhan lain. Berdasarkan perhitungan faktorial diperoleh nilai Ftest masing-masing faktor yakni: F test = 111.9 dan f table
0,05;2,24
yaitu 3,4 . f table < f test maka terdapat pengaruh
pemberian ekstrak daun akasia, ilalang dan umbi bawang putih (alelopati) terhadap pertumbuhan kacang hijau. F test = 42.85 dan f table
0,05;3,24
yaitu 3,01 . f table < f test maka terdapat pengaruh
perbedaan konsentrasi terhadap pertumbuhan kacang hijau. F test = 11.90 dan f table
0,05;6,24
yaitu 2,51 . f table < f test maka terdapat pengaruh
pemberian ekstrak daun akasia, ilalang dan umbi bawang putih (alelopati) dan perbedaan konsentrasi terhadap pertumbuhan kacang hijau. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diketahui bahwa dosis ekstrak tanaman allelopati yang diberikan terhadap biji kacang hijau yang dijadikan sebagai objek percobaan tidak berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan dan perkembangan dari biji pada
saat perkecambahan ini. Perkecambahan biji yang diberikan dosis ekstrak tanaman allelopati yang tinggi seharusnya memiliki tingkat pertumbuhan yang paling rendah dibandingkan dengan perkecambahan biji yang diberikan dosis ekstrak allelopati yang kecil. Namun sebaliknya pada biji yang diberi perlakukan dengan dosis ekstrak allelopati yang tidak terlalu tinggi persen perkecambahannya tergolong besar. Tetapi pada percobaan yang kami lakukan hanya berlaku pada ekstrak akar ilalang. Sedangkan untuk perlakuan dengan menggunakan ekstrak bawang putih dan akasia tidak terlalu berbeda antar dosis atau perbedaan perbandingan penambahan ekstrak. Namun untuk perbedaan antara kontrol dengan perlakuan dengan ekstrak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap tinggi perkecambahan dan perkembangan dari biji sehingga menjadi kecambah. Hal ini menandakan bahwa ekstrak dari tanaman allelopati ini mempengaruhi perkecambahan dari biji percobaan meskipun tidak terlalu berpengaruh. Biji-biji yang dijadikan sebagai objek percobaan terlihat rusak karena diberi perlakuan dengan ekstrak tanaman allelopati. Bahkan ada yang hanya tumbuh beberapa inci saja dan sangat lambat untuk berkecambah. Jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol pertumbuhan dengan tambahan ekstrak jauh lebih rendah pertumbuhannya. Dalam prinsipnya Allelopati merupakan pengaruh yang bersifat merusak, menghambat, merugikan dan dalam keadaan kondisi tertentu dapat juga menguntungkan. Dimana pengaruh ini terjadi pada perkecambahan, pertumbuhan maupun pada saat metabolisme tanaman. Pengaruh ini disebabkan oleh adanya senyawa kimia yang di lepaskan oleh suatu tanaman ke tanaman yang lainnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun akasia, ilalang, dan umbi bawang putih terhadap perkecambahan biji kacang hijau. Hal ini pun dapat dilihat dari perbandingan tanaman kontrol dengan tanaman yang diberikan ekstrak. Terlihat perbedaan yang nyata bahwa kecambah kacang hijau kontrol jauh lebih tinggi dibandingkan kecambah kacang hijau yang ditambahkan ekstrak. Dilihat dari F test yang kedua yaitu tidak terdapat pengaruh perbedaan konsentrasi terhadap pertumbuhan kacang hijau. Hal ini dapat dilihat pada tabel pengamatan bahwa kecambah dengan konsentrasi yang berbeda mempunyai tinggi yang hampir sama sehingga konsentrasi yang berbeda tidak menyebabkan perbedaan pada pertumbuhan kecambah kacang hijau. Untuk nilai F test yang ketiga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun akasia, ilalang dan umbi bawang putih (alelopati) dan perbedaan konsentrasi terhadap pertumbuhan kacang hijau. Hal ini dapat dilihat dari tinggi rata-rata kecambah dari semua perlakuan tidak berbeda nyata. BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa dosis ekstrak tanaman allelopati yang diberikan terhadap biji kacang hijau yang dijadikan sebagai objek percobaan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan dari biji pada saat perkecambahan ini. Perkecambahan biji yang diberikan dosis ekstrak tanaman allelopati yang tinggi seharusnya memiliki tingkat pertumbuhan yang paling rendah dibandingkan dengan perkecambahan biji yang diberikan dosis ekstrak allelopati yang kecil. Tetapi pada percobaan yang kami lakukan hanya berlaku pada ekstrak akar ilalang. Sedangkan untuk perlakuan dengan menggunakan ekstrak bawang putih dan akasia tidak terlalu berbeda antar dosis atau perbedaan perbandingan penambahan ekstrak. Namun untuk perbedaan antara kontrol dengan perlakuan dengan ekstrak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap tinggi perkecambahan dan perkembangan dari biji sehingga menjadi kecambah. Berdasarkan perhitungan faktorial diperoleh nilai Ftest masing-masing faktor yakni: F test = 111.9 dan f table
0,05;2,24
yaitu 3,4 . f table < f test maka terdapat pengaruh
pemberian ekstrak daun akasia, ilalang dan umbi bawang putih (alelopati) terhadap pertumbuhan kacang hijau. F test = 42.85 dan f table
0,05;3,24
yaitu 3,01 . f table < f test maka terdapat pengaruh
perbedaan konsentrasi terhadap pertumbuhan kacang hijau. F test = 11.90 dan f table
0,05;6,24
yaitu 2,51 . f table < f test maka terdapat pengaruh
pemberian ekstrak daun akasia, ilalang dan umbi bawang putih (alelopati) dan perbedaan konsentrasi terhadap pertumbuhan kacang hijau.
B. Saran Sebaiknya pada saat praktikum praktikannya memperhatikan baik-baik cara kerjanya dan tidak berisik pada saat praktikum.
DAFTAR PUSTAKA Kartawinata. 1986. Pengantar Ekologi. Bandung : Remadja karya CV Gilani, S. A. 2010. Phytotoxic studies of medical plant species of Pakistan. J ournal Botany 28(1): 987-996. Lestari, Sylva. 2015. Pengaruh Zat Alelopati Dari Pohon Akasia, Mangium, dan Jati Terhadap Pertumbuhan Semai Akasia, Mangium, dan Jati. Jurnal Sylva Lestari Volume 3 No. 1 Januari 2015 (81-90).
Moenandir, Jody. 1988. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Jakarta : Rajawali Pers. Odum . 1998 . Ekologi Tumbuhan . Yogyakarta : Rineka Ci pta. Setyowati dan Yuniarti. 1999. Efikasi Allelopati Teki Formulasi Cairan Terhadap Gulma. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesi (http://
[email protected]). Sukman, Y dan Yakub. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta: Raj awali Pers. Wibowo,D.M. 2011. Teknologi Pengendalian Gulma.(online) (
), diakses tanggal 06 Januari 2016.