Dosen PJ
: drh. Hernowo
Hari, tanggal tanggal : Kamis, Kamis, 14 November 2013 Kelompok
: 6 (11.30-14.00)
Laporan Praktikum Toksikologi Veteriner KERACUNAN PESTISIDA
Mulyani Nofriza
B04100044
Nisa Bila Sabrina Haisya
B04100059
Dwi Budiono
B04100063
Ruben Panggabean
B04100067
Ninditya Anggie Wiyani P.
B04100125
1. 2. 3. 4. 5.
Bagian Farmakologi & Toksikologi Departemen Anatomi, Fisiologi & Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor 2013
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pestisida Pestisida adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama dalam arti luas (jasad pengganggu). Kata pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cida yang berarti pembunuh. Pestisida artinya pembunuh hama (jasad pengganggu) yang bertujuan meracuni hama, tetapi kurang cocok atau tidak meracuni tanaman atau hewan (Triharso 1994). Pestisida merupakan senyawa kimia pembunuh hama yang banyak digunakan di berbagai bidang dengan tujuan untuk mengurangi gangguan organisme pengganggu. Bidang pertanian merupakan bidang yang paling umum dalam penggunaan pestisida, baik untuk pertanian dalam arti sempit, yaitu pertanian pangan dan hortikultura yang meliputi tanaman sayur-sayuran, tanaman hias dan buah-buahan, maupun pertanian dalam arti luas yang meliputi perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan (Dadang 2007). Selain digunakan untuk memberantas hama, pestisida juga digunakan untuk mengatasi ektoparasit pada hewan. Penggunaan pestisida ternyata tidak hanya terbatas pada bidang pertanian, namun banyak juga digunakan dalam bidang kesehatan, rumah tangga, perkantoran dan sebagainya. Seiring dengan meningkatnya perhatian masyarakat terhadap kesehatan dan kebersihan maka dibutuhkan lingkungan yang terbebas dari organisme pengganggu. Penggunaan di rumah tangga banyak berkaitan dengan serangga-serangga kesehatan seperti nyamuk, kecoa, lalat, rayap, dan lain- lain. Pestisida yang digunakan untuk memberantas organisme pengganggu harusnya memiliki toksisitas selektif yang cukup baik sehingga dapat membunuh hama sasaran sekuat mungkin, namun aman bagi manusia dan hewan serta organisme lain yang bukan sasarannya. Hingga saat ini belum ada pestisida yang benar-benar aman. Toksisitas pestisida masih cukup tinggi pada manusia dan hewan, sehingga keracunan oleh pestisida masih sering terjadi baik karena kelalaian, ketidaksengajaan terjadi kontak, bahkan ada yang disalahgunakan dengan sengaja. Hal ini didukung pula oleh faktor ketersediaannya yang cukup banyak di masyarakat, walaupun berbagai formulasi baru pestisida kini dibuat dengan toksisitas yang rendah bagi manusia dan hewan yang bukan sasarannya. Dengan demikian, kemungkinannya meracuni lebih besar daripada racun-racun yang sangat toksik tetapi jarang digunakan dan tidak mudah didapatkan. Bahaya lain dari pestisida adalah adanya dugaan bahwa beberapa di antaranya bersifat karsinogenik dan dapat merusak berbagai organ tubuh apabila terjadi keracunan. Insektisida adalah pestisida yang paling sering menimbulkan keracunan selain herbisida, dibandingkan pestisida lainnya. Hal ini disebabkan oleh penggunaannya di masyarakat yang semakin meningkat terutama berkaitan dengan serangga kesehatan. Insektisida yang telah dikenal sebagai pemberantas hama tanaman yaitu insektisida organis dan insektisida sintetis. Insektisida sintetis
mengandung racun yang lebih berbahaya terhadap manusia dan ternak dibandingkan dengan insektisida organis (Soetodjo 1989). Pestisida sering digunakan sebagai pilihan utama untuk memberantas organisme pengganggu tanaman. Sebab, pestisida mempunyai daya bunuh tinggi, penggunaannya mudah, dan hasilnya cepat untuk diketahui. Namun, bila aplikasinya kurang bijaksana dapat membawa dampak pada pengguna, hama sasaran, maupun lingkungan yang sangat berbahaya (Wudianto 2002). Jenis-jenis pestisida Pestisida dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam. Menurut Prasojo (1984), ditinjau dari jenis binatang maupun tanaman yang akan dilawan, pestisida terdiri dari bakterisida (mematikan bakteri), fungisida (mematikan cendawan/jamur), herbisida (mematikan tumbuhan pengganggu), nematisida (mematikan bangsa nematoda), insektisida (mematikan serangga), dan rodentisida (mematikan rodentia). Ditinjau dari wujudnya, pestisida dibedakan atas bentuk padat (dust dan butiran/ granule), bentuk cairan (wettable powder , soluble powder dan emulsfiable concentrate), dan bentuk gas/asap. Berdasarkan cara kerja, pestisida dibedakan atas racun perut (stomach poison), racun kontak (contact poison), racun sistemik ( systemic poison), fumigant , attracttant dan repellent . Insektisida Insektisida berasal dari kata insect yang berarti serangga dan cide artinya membunuh. Secara harfiah insektisida diartikan sebagai bahan kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan serangga hama (Wirawan 2006). Insektisida mengendalikan serangga dengan cara mengganggu atau mengacaukan proses penting dalam kehidupannya. Serangga dapat terpapar oleh insektisida melalui kontak mulut, atau melalui lubang pernafasan. Suatu insektisida mungkin mempunyai satu atau lebih cara masuk ke dalam tubuh serangga. Menurut Dadang (2007), berdasarkan cara masuknya ke dalam tubuh serangga, dikenal tiga kelompok insektisida yaitu (1) racun kontak, meracuni serangga setelah terjadi kontak melalui kulit, (2) racun perut, merupakan racun yang bekerja jika telah masuk ke dalam bagian lambung serangga, dan (3) racun fumigan merupakan racun yang bekerja pada serangga setelah melalui lubang pernafasan (spirakel). Berdasarkan sifat dasar senyawa kimianya, insektisida dapat dibagi menjadi (1) insektisida anorganik yang tidak mengandung unsur karbon dan (2) insektisida organik yang mengandung unsur karbon. Insektisida organik masih dapat dibagi menjadi insektisida organik alami dan insektisida organik sintetik. Beberapa jenis insektisida organik alami (botanik) adalah piretrum, rotenon, ryania dan sabadilla. Pembagian insektisida organik sintetik menurut susunan kimia bahan aktif (senyawa yang memiliki racun) terdiri dari empat kelompok besar yaitu organoklorin (OK), organofosfat (OP), karbamat, dan piretroid sintetik. Kecuali empat kelompok besar tersebut masih ada beberapa kelompok insektisida yang
kurang banyak digunakan dalam praktek pengendalian hama saat ini, seperti formamidin, tiosianat, dinitrofenol, organosulfur dan organotin. Karbamat Kelompok ini merupakan ester asam N-metilkarbamat. Bekerja menghambat asetilkolinesterase. Tetapi pengaruhnya terhadap enzim tersebut tidak berlangsung lama, karena prosesnya cepat reversibel. Kalau timbul gejala, gejala itu tidak bertahan lama dan cepat kembali normal. Pada umumnya, pestisida kelompok ini dapat bertahan dalam tubuh antara 1 sampai 24 jam sehingga cepat diekskresikan (Raini 2007).
BAB III METODOLOGI Percobaan 2 Keracunan Insektisida Organofosfat/Karbamat Alat dan Bahan Mencit, insektisida organofosfat (basudin/diazinon, dimecron) dan Karbamat (baygon/propoxur), atropin sulfat sebagai antidota. Prosedur Mencit disuntik secara subkutan dengan baygon dosis bertingkat dimulai dari 0,05 cc. Pemberian selanjutnya dilakukan dengan selamang selama 3-5 menit. Atropin sulfat diberikan setelah muncul gejala sesak nafas, hiperlakrimasi dan hipersalivasi.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan
Hasil pemberian Baygon pada mencit dan atropin sulfat sebagai antidota Total dosis yang disuntikkan 0,75 cc Atropin sulfat 0,3 cc Pembahasan Gejala toksik yang langsung terlihat dari pemberian baygon pada mencit adalah hipersalivasi, hiper lakrimasi dan sesak nafas. Pada ternak, gejala awal keracunan karbamat terlihat berupa lemah, pusing, berkeringat, sakit kepala, salivasi, muntah dan diare diikuti dengan konstriksi pupil mata dan inkordinasi (Indraningsih 2008). Insektisida golongan karbamat yang umum digunakan dalam kegiatan pertanian adalah karbofuran (Furadan), aldikarb (Temik) dan karbaril (Sevin) (Indraningsih 2008). Pertolongan terhadap keracunan adalah dengan menangani gejalanya. Atropin sulfat bekerja parasimpatolitik karena karbamat
memiliki daya kerja parasimpatomimetik. Gejala keracunan karbamat cepat muncul namun cepat hilang jika dibandingkan dengan organofosfat karena sifatnya yang mudah diekskresikan (Raini 2007).
BAB V KESIMPULAN Tolong dibuat ya yan
DAFTAR PUSTAKA Dadang. 2007. Bahan Kuliah Pestisida dan Teknik Aplikasi (Insektisida). Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Indraningsih. 2008. Pengaruh Penggunaan Insektisida Karbamat Terhadap Kesehatan Ternak dan Produknya. WARTAZOA Vol. 18 No. 2 Th. 2008 Prasojo BJ. 1984. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Jakarta: PT Penebar Swadaya. Raini M. 2007. Toksikologi Pestisida dan Penanganan Akibat K eracunan Pestisida. Media Litbang Kesehatan Volume XVII Nomor 3 Tahun 2007. Soetodjo MM. 1989. Hama Tanaman Keras dan Alat Pemberantasnya. Jakarta: Bina Aksara. Triharso. 1994. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Wirawan IA. 2006. Insektisida Permukiman. Di dalam: Singgih HS dan Upik KH, editor. Hama Permukiman Indonesia. Unit Kajian Pengendalian Hama Permukiman Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Wudianto R. 2002. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Jakarta: PT Penebar Swadaya.