LAPORAN PENDAHULUAN INTOKSIKASI PESTISIDA
Oleh: XXXXXXXXX
PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MUHAMMADIYAH MALANG 2011
INTOKSIKASI PESTISIDA A.
PENGER PENGERTIA TIAN N
Intoks Intoksika ikasi si atau atau keracu keracunan nan adalah adalah masukn masuknya ya zat atau atau senyawa senyawa kimia kimia dalam dalam tubuh tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracun Keracunan an pestisi pestisida da adalah adalah masuk masukny nyaa bahan-b bahan-baha ahan n kimia kimia kedala kedalam m
tubuh tubuh manusia manusia
melalu melaluii kontak kontak langsu langsung, ng, inhala inhalasi, si, ingesti ingesti dan absorpsi absorpsi sehingg sehinggaa menimb menimbulk ulkan an dampak dampak negatif bagi tubuh. Penggu Penggunaa naan n pestisi pestisida da dapat dapat mengko mengkontam ntamina inasi si penggu pengguna na secara secara langsu langsung ng sehing sehingga ga mengakibatkan keracunan. Dalam hal ini keracunan dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu: 1.
Keracun Keracunan an Akut ringan ringan,, menimbul menimbulkan kan pusing pusing,, sakit kepala, kepala, iritasi iritasi kulit kulit ringan, ringan, badan badan terasa sakit dan diare.
2.
Keracunan Keracunan akut akut berat, berat, menimbu menimbulkan lkan gejala gejala mual, mual, menggi menggigil, gil, kejang kejang perut, sulit bernafas, bernafas, keluar air liur, pupil mata mengecil dan denyut nadi meningkat, pingsan.
3.
Keracun Keracunan an kroni kronis, s, lebih lebih suli sulitt didete dideteksi ksi karen karenaa tidak tidak seger segeraa terasa terasa dan menimb menimbulk ulkan an gangguan kesehatan. Beberapa gangguan kesehatan yang sering dihubungkan dengan penggunaan pestisida diantaranya: iritasi mata dan kulit, kanker, keguguran, cacat pada bayi, serta gangguan saraf, hati, ginjal dan pernafasan.
B.
ETIO ETIOLO LOGI GI
Skenario eksposur yang paling umum pada kasus keracunan pestisida adalah keracunan akibat akibat kecela kecelakaan kaan;; keracu keracunan nan berupa berupa tindak tindakan an bunuh bunuh diri, diri, pajanan pajanan melalu melaluii kontam kontamina inasi si lingkungan atau tempat kerja (okupasional).
C.
PATOFIS PATOFISIOL IOLOGI OGI
Penghambatan kerja enzim terjadi karena organophosphate melakukan fosforilasi enzim tersebut dalam bentuk komponen yang stabil.
Pada bentuk ini enzim mengalami phosphorylasi.
Organophosphat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis pestisida lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada orang. Termakan hanya dalam jumlah sedikit saja
dapa dapatt meny menyeba ebabk bkan an kema kematia tian, n, teta tetapi pi dipe diperl rluk ukan an lebi lebih h dari dari bebe beberap rapaa mg untu untuk k dapa dapatt menyebabkan kematian pada orang dewasa. Organofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase dalam plasma dan kholinesterase dalam sel darah merah dan pada sinapsisnya. Enzim tersebut secara normal menghidrolisis asetylcholin menjadi asetat dan kholin. Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah asetylkholin meningkat dan berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada system saraf saraf pusat pusat dan dan peri perifer fer.. Hal Hal terse tersebu butt meny menyeb ebab abka kan n timb timbul ulny nyaa geja gejala la kera keracu cuna nan n yang yang berpengaruh pada seluruh bagian tubuh.
D.
MANIFES MAN IFESTAS TASI I KLINIS KLINIS
Tanda dan gejala dari intoksikasi organofosfat terbagi menjadi 3 bagian: (1) efek muskarinik, (2) efek nikotinik, dan (3) efek Sistem Saraf Pusat 1.
Efek muska skarinik Tanda Tanda dan gejala yang yang timbul timbul 12-24 12-24 jam pertam pertamaa setelah setelah terpap terpapar ar termasu termasuk: k: diare, diare,
urinasi, miosis (tidak pada 10% kasus), bronkospasma/bradikardi, mual muntah, peningkatan lakrimasi, hipersalivasi dan hipotensi. Efek muskarinik menurut sistem organ termasuk: a)
Kardi Kardiov ovask askul ular ar - Brad Bradik ikard ardi, i, hipot hipoten ensi si
b) Respiratori – bronkospasma, batuk, depresi saluran pernafasan c)
Gastrointestinal – hipersalivasi, mual muntah, nyeri abdomen, diare, inkontinensia alvi
d) Genitourinari – Inkontinensia urin e) Mata – mata kabur, miosis
f)
Kelenja Kelenjarr – Lakrim Lakrimasi asi meni meningk ngkat, at, kering keringat at berle berlebih bihan an
2.
Efek Ni Nikotinik Efek nikotinik termasuklah fasikulasi otot, kram, lemah, dan gagal diafragma yang bisa
menyebabkan paralisis otot. Efek nikotinik autonom termasuk hipertensi, takikardi, midriasis, dan pucat. 3.
Efek Efek sist sistem em sara saraff pusa pusatt Efek sistem saraf pusat termasuk emosi labil, insomnia, gelisah, bingung, cemas, depresi
salur nafas, ataksia, tremors, kejang, dan koma.
E.
PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PENUNJANG
1) Labora Laborator torium ium klinik klinik •
Analisa gas darah
•
Darah lengkap
•
Serum elektrolit
•
Pemeriksaan fungsi hati
•
Pemeriksaan fungsi ginjal
•
sedimen urin
2) EKG •
Deteksi gangguan irama jantung
3) Pemeriksaan Pemeriksaan radiologi radiologi •
Dilaku Dilakukan kan terutam terutamaa bila bila curiga curiga adany adanyaa aspiras aspirasii zat racun racun melalu melaluii inhala inhalasi si atau dugaan adanya perforasi lambung.
F.
G.
KOMP KO MPLIK LIKASI ASI •
Gagal nafas
•
Kejang
•
Pneumonia aspirasi
•
Neuropati
•
Kematian
PENATALAKSA PENATALAKSANAAN NAAN
1. Stab Stabil ilisa isasi si Pasie Pasien n Pemeriksaan saluran nafas, pernafasan, dan sirkulasi merupakan evaluasi primer yang harus dilakukan serta diikuti evaluasi terhadap tanda dan symptom toksisitas kolinergik yang dialami pasien. Dukungan terhadap saluran pernafasan dan intubasi endotrakeal endotrakeal harus dipertimban dipertimbangkan gkan bagi pasien yang mengalami mengalami perubahan perubahan status mental dan kelemahan neuromuskular sejak antidotum tidak memberikan efek. Pasien harus menerima pengobatan pengobatan secara intravena dan monitoring jantung. Hipotensi yang terjadi harus diberikan normal salin secara intravena dan oksigen harus diberikan untuk mengatasi hipoksia. Terapi suportif ini harus diberikan secara paralel dengan pemberian antidotum. 2. Deko Dekon ntam taminas inasii Dekontaminasi harus segera dilakukan pada pasien yang mengalami keracunan. Baju pasien harus segera dilepas dan badan pasien harrus segera dibersihkan dengan sabun. sabun. Proses Proses pember pembersih sihan an ini harus harus dilaku dilakukan kan pada pada ruanga ruangan n yang yang mempun mempunya yaii ventilasi yang baik untuk menghindari kontaminasi skunder dari udara. Pelepasan pakaian dan dekontaminasi dermal mampu mengurangi toksikan yang terp terpap apar ar seca secara ra inha inhala lasi si atau atau derm dermal al,,
namun amun tida tidak k bisa bisa dig digunaka nakan n untu untuk k
dekontaminasi toksikan yang masuk dalam saluran pencernaan. Dekontaminasi pada saluran cerna harus dilakukan setelah kondisi pasien stabil. Dekontaminasi saluran cern cernaa dapa dapatt melal melalui ui peng pengos oson onga gan n orog orogast astri rik k atau atau naso nasoga gastr strik ik,, jika jika toks toksik ikan an diharap diharapkan kan masih masih berada berada di lambun lambung. g. Pengos Pengosong ongan an lambun lambung g kurang kurang efektif efektif jika jika
organofosfat dalam bentuk cairan karena absorbsinya yang cepat dan bagi pasien yang mengalami muntah. Arang aktif 1g/kg BB harus diberikan secara rutin untuk menyerap toksikan yang masih tersisa di saluran cerna. Arang aktif harus diberikan setelah pasien mengalami mengalami pengosongan lambung. Muntah yang dialami pasien perlu dikontrol untuk menghindari aspirasi arang aktif karena dapat berhubungan dengan pneumonitis dan gangguan paru kronik. 3. Pember Pemberian ian Antido Antidotum tum a. Agen Agen Antim Antimusk uskarin arinik ik Agen Agen
anti antimu musk skar arin inik ik
sepe sepert rtii
atro atropi pine ne,,
ipra iprato topi pium um,,
glik glikop opir irol olat at,,
dan dan
skop skopol olam amin in biasa biasa digu diguna naka kan n meng mengob obati ati efek efek musk muskari arini nik k kare karena na kera keracu cuna nan n organofosfat. Salah satu yang sering digunakan adalah Atropin karena memiliki riway riwayat at penggu penggunaa naan n paling paling luas. luas. Atropi Atropin n melawa melawan n tiga tiga efek efek yang yang ditimb ditimbulk ulkan an karen karenaa kerac keracun unan an orga organo nofo fosfa sfatt pada pada resep resepto torr musk muskar arin inik ik,, yaitu aitu brad bradik ikar ardi di,, bronkospasme, dan bronkorea. bronkorea. Pada orang dewasa, dosis awalnya 1-2 mg iv yang digandakan setiap 2-3 menit sampai sampai teratro teratropin pinisas isasi. i. Untuk Untuk anak-an anak-anak ak dosis dosis awalny awalnyaa 0,05m 0,05mg/k g/kg g BB yang yang digand digandaka akan n setiap setiap 2-3 menit menit sampai sampai teratro teratropin pinisas isasi. i. Tidak Tidak ada kontra kontraind indika ikasi si penanganan keracunan organofosfat dengan Atropin. Atropin. b. Oxime Oxime
Oxim Oximee adal adalah ah salah salah satu satu agen agen farma farmako kolo logi gi yang yang biasa biasa digu diguna naka kan n untu untuk k melawan melawan efek neuromuskular neuromuskular pada keracunan organofosfat. organofosfat. Terapi Terapi ini diperlukan diperlukan karena karena Atropine Atropine tidak berpengaruh berpengaruh pada efek nikotinik nikotinik yang ditimbulka ditimbulkan n oleh organofosfat. Oxime dapat mereaktivasi enzim kholinesterase dengan membuang fosforil organofosfat dari sisi aktif enzim. Pralido Pralidoxim ximee adalah adalah satu-sat satu-satuny unyaa oxime oxime yang yang tersedi tersedia. a. Pada Pada regime regimen n dosis dosis tinggi (1 g iv load diikuti 1g/jam selam 48 jam), Pralidoxime dapat mengurangi penggunaan Atropine total dan mengurangi mengurangi jumlah penggunaan ventilator. Efek samping yang dapat ditimbulkan karena pemakaian Pralidoxime meliputi dizziness, pandangan kabur, pusing, drowsiness, nausea, takikardi, peningkatan tekana tekanan n darah, darah, hiperv hipervent entilas ilasi, i, penuru penurunan nan fungsi fungsi renal, renal, dan nyeri nyeri pada pada tempat tempat injeksi. injeksi. Efek samping samping tersebut jarang terjadi terjadi dan tidak ada kontraindi kontraindikasi kasi pada penggunaan Pralidoxime sebagai antidotum keracunan keracunan organofosfat.
c. Diaz Diazep epam am Diberikan pada pasien bagi mengurangkan cemas, gelisah (dosis: 5-10 mg IV) dan bisa juga digunakan untuk mengkontrol kejang (dosis: sehingga 10-20 mg IV) . H. •
ASUHAN KEPERAWATA KEPERAWATAN N
Pengkajian 1) Tanda-t Tanda-tand andaa vital vital •
Distress pernapasan
•
Sianosis
•
Takipnoe
2) Neur Neurol olog ogii IFO menyebabkan tingkat toksisitas SSP lebih tinggi, efek-efeknya termasuk letargi, peka rangsangan, pusing, stupor & koma. koma. 3) GI Tract ract Iritasi Iritasi mulut mulut,, rasa terbakar terbakar pada pada selapu selaputt mukos mukosaa mulut mulut dan esofagus, esofagus, mual mual dan muntah. 4) Kardio Kardiovask vaskule uler r Disritmia. 5) Derm Dermal al Iritasi kulit 6) Okul Okuler er Luka bakar kornea 7) Labo Laborat rator oriu ium m Eritrosit menurun Proteinuria Hematuria Hipoplasi sumsum tulang 8) Diag Diagno nosti stik k Radiografi dada dasar/foto polos dada Analisa gas darah, GDA, EKG
Diagnosa Keperawatan 1) Resiko tinggi tinggi kekurangan volume volume cairan berhubungan berhubungan dengan hilangnya hilangnya cairan tubuh secara tidak normal Tujuan : Tidak terjadi kekurangan cairan Kriteria evaluasi : •
Keseimbangan cairan adekuat
•
Tanda-tanda vital stabil
•
Turgor kulit stabil
•
Membran mukosa lembab
•
Pengeluaran urine normal 1 – 2 cc/kg BB/jam
Intervensi : a) Monitor Monitor pemasukan pemasukan dan dan pengeluara pengeluaran n cairan. Rasional Rasional : Dokumentasi Dokumentasi yang akurat dapat membantu dalam mengidentifikas mengidentifikasii pengeluran dan penggantian cairan. b) Monitor suhu kulit, palpasi denyut denyut perifer. Rasion Rasional al : Kulit Kulit dingai dingain n dan lembab lembab,, denyu denyutt yang yang lemah lemah mengin mengindik dikasik asikan an penurunan sirkulasi perifer dan dibutuhkan untuk untuk pengantian cairan tambahan. c) Catat adanya mual, muntah, perdarahan.
Rasional : Mual, muntah dan perdarahan yang berlebihan dapat mengacu pada hipordemia. d) Pantau Pantau tanda-tand tanda-tandaa vital vital Rasion Rasional al : Hipote Hipotensi nsi,, takika takikardi rdia, a, pening peningkat katan an pernap pernapasan asan mengin mengindik dikasik asikan an kekurangan cairan (dehindrasi/hipovolemia). e) Berikan Berikan cairan parinteral parinteral dengan dengan kolaborasi kolaborasi dengan tim medis medis Rasi Rasion onal al : Caira Cairan n pare parent nter eral al dibu dibutu tuhk hkan an untu untuk k mend menduk ukun ung g volu volume me caira cairan n /mencegah hipotensi. f) Kolaborasi Kolaborasi dalam pemberian pemberian antiemetik antiemetik Rasi Rasion onal al
:
Anti Antiem emet etik ik
dapa dapatt
mengh enghil ilan angk gkan an
mual mual/m /mun unta tah h
yang ang
dapa dapatt
menyebabkan ketidak seimbangan pemasukan. g) Berikan Berikan kembali pemasukan pemasukan oral secara berangsur-an berangsur-angsur. gsur. Rasi Rasion onal al : Pema Pemasu suka kan n pero peroral ral berg bergan antu tung ng kepa kepada da peng pengem emba balia lian n fung fungsi si gastrointestinal.
h) Pantau Pantau studi laborat laboratorium orium (Hb, (Hb, Ht). Rasional : Sebagai indikator/volume sirkulasi dengan kehilanan cairan. 2) Resiko pola pola napas napas tidak efektif efektif berhubung berhubungan an dengan dengan efek langsung langsung toksisitas toksisitas IFO, IFO, proses inflamasi. Tujuan : Pola napas efektif Kriteria Evaluasi : •
RR normal : 14 – 20 x/menit
•
Jalan napas bersih, sputum tidak ada
Intervensi : a) Pantau Pantau tingkat, tingkat, irama pernapasan pernapasan & suara napas serta pola pola pernapasan pernapasan Rasi Rasion onal al : Efek Efek IFO IFO mend mendep epres resii SSP SSP yang ang mung mungki kin n dapa dapatt meng mengak akib ibatk atkan an hilang hilangnya nya kepaten kepatenan an aliran aliran udara udara atau depresi depresi pernap pernapasan asan,, pengka pengkajian jian yang yang berulang kali sangat penting karena kadar toksisitas mungkin berubah-ubah secara drastis. b) Tinggikan kepala tempat tidur Rasional : Menurunkan kemungkinan aspirasi, diagfragma bagian bawah untuk untuk menigkatkan inflasi paru. c) Dorong Dorong untuk untuk batuk/ batuk/ nafas dalam dalam Rasional : Memudahkan ekspansi paru & mobilisasi sekresi untuk mengurangi resiko atelektasis/pneumonia. d) Auskultasi Auskultasi suara napas Rasion Rasional al : Pasien Pasien beresik beresiko o atelekt atelektasis asis dihubu dihubungk ngkan an dengan dengan hipove hipoventi ntilas lasii & pneumonia. e) Berikan Berikan O2 jika dibutuhka dibutuhkan n Rasional : Hipoksia mungkin terjadi akibat depresi pernapasan f) Kolaborasi Kolaborasi untuk untuk sinar X dada, GDA Rasion Rasional al : Memanta Memantau u kemung kemungkin kinan an muncu munculny lnyaa kompli komplikasi kasi sekund sekunder er seperti seperti atelektasis/pneumonia, evaluasi kefektifan dari usaha pernapasan. 3) Koping Koping indivi individu du tidak tidak efektif efektif berhub berhubung ungan an dengan dengan kerent kerentana anan n pribad pribadi, i, kesuli kesulitan tan dalam keterampilan koping menangani masalah pribadi. Tujuan Tujuan : Koping Koping individu individu efektif, tidak terjadi kerusakan kerusakan perilaku perilaku adaptif dalam pemecahan masalah.
Kriteria Evaluasi : •
Klie Klien n mamp mampu u meng mengun ungk gkap apka kan n kesad kesadar aran an tent tentan ang g peny penyala alahg hgun unaa aan n baha bahan n insektisida.
•
Mampu menggunakan keterampilan koping dalam pemecahan masalah
•
Mampu melakukan hubungan /interaksi sosial.
Intervensi : a) Pastikan Pastikan dengan apa apa pasien ingin ingin disebut/dipan disebut/dipanggil. ggil. Rasional : Menunjukkan penghargaan dan hormat b) Tentukan pemahaman situasi saat ini & metode koping sebelumnya terhadap masalah kehidupan. Rasion Rasional al : Memberi Memberi inform informasi asi tentan tentang g derajar derajar menya menyangk ngkal, al, mengid mengident entifik ifikasi asi koping yang digunakan pada rencana perawatan saat ini c) Tetap tidak tidak bersikap bersikap tidak tidak menghakim menghakimii Rasion Rasional al : Konfro Konfronta ntasi si menye menyebab babkan kan pening peningkat katan an agitas agitasii yang yang menuru menurunka nkan n keamanan pasien. d) Berikan Berikan umpan umpan balik balik positif positif Rasional : Umpan balik yang positif perlu untuk meningkatkan harga diri dan menguatkan kesadaran diri dalam perilaku e) Pertahankan Pertahankan harapan harapan pasti bahwa bahwa pasien pasien ikut serta serta dalam dalam terapi terapi Rasional : Keikut sertaan dihubungkan degan penerimaan kebutuhan terhadap bantuan, untuk bekerja. f) Gunakan Gunakan dukungan dukungan keluarga/teman keluarga/teman sebaya sebaya untuk mendapatk mendapatkan an cara-cara koping. koping. Rasion Rasional al : Dengna Dengnan n pemaham pemahaman an dan dukungan dukungan dari dari keluar keluarga ga /teman /teman sebaya sebaya dapat membantu menngkatkan kesadaran. g) Berikan Berikan informasi informasi tentang efek meneguk meneguk insektisida insektisida Rasional : Agar klien mengetahui efek samping yang berakibat fatal pada organorgan vital bila menelan insektisida (baygon) h) Bantu pasien untuk untuk menggunakan menggunakan keterampilan keterampilan relaksasi relaksasi Rasional : Relaksasi adalah pengembangan cara baru menghadapi stress. 4) Koping Koping keluarga tidak efektif efektif (tidak mampu) berhubungan berhubungan dengan dengan kerentanan kerentanan pribadi anggota keluarga, krisis situasi, sosial. Tujuan : Koping keluarga efektif.
Kriteria Evaluasi : •
Mengungka Mengungkapkan pkan pengertian pengertian dinamika dinamika saling tergantung tergantung dan partisipasi partisipasi dalam program individu dan keluarga.
•
Mampu mengidentifikasi perilaku koping tidak efektif.
•
Melakukanperubahan perilaku.
•
Mendukung terhadap program pengobatan & perawatan keluarga.
Intervensi : a) Kaji riwayat riwayat keluarga, gali masing-ma masing-masing sing peran anggota anggota keluarga keluarga Rasional : Menentukan area untuk fokus, potensial perubahan. b) Tentukan pemahaman situasi saat ini dan metode sebelumnya se belumnya dari koping dengan masalah kehidupan. Rasional : Memberikan dasar informasi sebagai dasar perencanaan saat ini c) Kaji tingkat tingkat situasi/fung situasi/fungsi si saat ini dari anggota anggota keluarga. keluarga. Rasional : Mempengaruhi kemampuan individu untuk mengatasi situasi. d) Tentukan Tentukan luasnya perilaku perilaku mampu yang dibuktikan dibuktikan oleh anggota anggota keluarga gali dengan individu dan pasien. Rasional : Mampu adalah melakukan untuk pasien apa yang perlu untuk dirinya sendir sendiri, i, indivi individu du ditolo ditolong ng dan tidak ingin ingin merasa merasa tidak tidak tidak tidak berday berdayaa untuk untuk menolong orang lain & megeluh perilaku yang sangat destruktif. e) Beri Berika kan n info inform rmasi asi fakt faktua uall pada pada pasi pasien en dan dan kelu keluar arga ga tent tentan ang g efek efek peri perila laku ku penalahgunaan zat pada keluarga dan apa yang diharapkan diharapkan setelah pulang. Rasi Rasion onal al : Bany Banyak ak oran orang g atau atau pasie pasien n yang yang tida tidak k sadar sadar tent tentan ang g sifat sifat baha bahan n insektisida f) Dorong Dorong orang terdekat terdekat menyadari menyadari perasaan mereka mereka sendiri sendiri dengan melihat melihat situasi situasi dengan perspektif dan objektivitas. Rasional : Bila anggota anggota keluarga yang yang tergantung manjadi manjadi sadar tentang tindakan mereka mereka sendiri sendiri yang yang secara secara terus-m terus-mene enerus rus ada masalah masalah,, merek merekaa perlu perlu untuk untuk memutu memutuska skan n untuk untuk mengub mengubah ah diri diri mereka mereka.. Bila Bila meeka meeka beruba berubah h pasien pasien dapat dapat mengha menghadap dapii konsek konsekuen uensi si tindak tindakan an pasien pasien sendir sendirii dan dapat dapat memilih memilih untuk untuk mendapatkan yang baik. g) Kaji perasaan yang yang menimbulkan menimbulkan konflik konflik individu. individu. Rasional : Bermanfaat dalam membuat kebutuhan terapi untuk individu yang tergantung.
5) Kurangny Kurangnyaa pengetahua pengetahuan n tentang tentang kondisi, prognosis,ke prognosis,kebutuh butuhan an pengobatan pengobatan dan efek samping penggunaan obat zat insektisida berhubungan dengan kurangnya informasi. Tujua Tujuan n : Pasien Pasien mempun mempunya yaii pengat pengathua huan n tentan tentang g kondis kondisi, i, progno prognosis, sis, kebutu kebutuhan han pengobatan dan efek samping penggunaan penggunaan zat insektisida. Kriteria Evaluasi : •
Dapat Dapat mengun mengungka gkapka pkan n pemaham pemahaman an tentan tentang g penya penyakit kitny nyaa sendir sendirii dan rencan rencanaa pengobatan.
•
Berpartisipasi dalam program pengoabatan.
•
Perubahan perilaku untuk tidak melakukannya lagi.
Intervensi : a) Sadari dan hadapi hadapi ansietas ansietas pasien dan anggota anggota keluarga. keluarga. Rasio asion nal
:
Ansi Ansiet etas as
dap dapat
memp empenga engaru ruhi hi
kemam emampu puan an
mend endegar egar
dan dan
mengasimilasi informasi. b) Berikan peran aktif untuk pasien dalam proses belajar. Rasional : Belajar dapat ditingkatkan bila individu secara aktif terlibat. c) Berikan Berikan informasi informasi tertulis tertulis dan verbal untuk untuk indikasi. indikasi. Rasional Rasional : Membantu Membantu pasien membuat pilihan berdasarkan informasi informasi tentang tentang masa depan yang bermanfaat untuk pendekatan terapi lain. d) Kaji pengetahuan pengetahuan pasien tangtang tangtang situasi sendiri misalnya misalnya penyakit, penyakit, perubahan perubahan kebutuhan dalam gaya hidup. Rasional : Membantu dalam merencanakan perubahan jangka panjang yang perlu untuk mempertahankan status pantanan. e) Pantau Pantau ulang kondisi kondisi & prognosis/ prognosis/ harapan harapan masa depan. Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi. f) Diskusikan Diskusikan efek zat zat yang yang diguna digunakan. kan. Rasion Rasional al : Inform Informasi asi akan akan memben membentu tu pasien pasien memaha memahami mi kemung kemungkin kinan an efek efek jangka panjang dari penggunaan zat. 6) Resiko Resiko tinggi tinggi terhada terhadap p tindak tindak kekerasan kekerasan pada pada diri diri sendir sendirii (berul (berulang ang)) berhub berhubung ungan an dengan perpanjangan depresi/tingkah laku ingin bunuh diri. Tujuan : Tidak terjadi tindakan ulang kekerasan pada diri sendiri
Kriteria Evaluasi : •
Mengutarakan pemehaman tingkah laku & faktor-faktor yang mempengaruhi.
•
Mencapai tahap hilangnya rasa takut & realitas situasi.
•
Menunjukkan kontrol diri.
Intervensi : a) Kurangi Kurangi ransangan, ransangan, berikan ruangan ruangan yang tenang atau tempatkan tempatkan pada ruangan yang stimulasinya dikurangi dibawah pengawasan. Rasional : Menurunkan kreativitas dan menngkatkan rasa tenang. b) Izinkan orang-orang yang penting bagi pasien untuk tetap tinggal di dalam ruangan selama prosedur dilakukan jika j ika dimungkinkan. Rasion Rasional al : Dapat Dapat memberi memberikan kan efek ketenang ketenangan an jika jika meliha melihatt seseora seseorang ng yang yang dikenal oleh pasien dan memberikan penenangan. c) Pind Pindah ahka kan n
bara barang ng-b -bar aran ang g
yang ang
berp berpot oten ensi si
memb membah ahay ayak akan an
pasi pasien en
dari dari
lingkungannya. Rasional : Menurunkan kemungkin pasien mencelakai orang lain atau melakukan ide bunuh diri. d) Berikan Berikan kesempatan untuk untuk mengekspresik mengekspresikan an perasaan agresif secara verbal. Rasional : Memberikan jalan yang baru dalam mengekspresikan perasaan akan membentuk membentuk pasien belajar mengembangkan mengembangkan kemampuan kemampuan memecahkan memecahkan masalah yang baik. e) Bantu Bantu pasien pasien mengid mengident entifi ifikasi kasi apa yang yang dapat dapat menyeb menyebabk abkan an pasien pasien menjadi menjadi marah. Rasional Rasional : Kesadaran Kesadaran akan reaksi merupakan merupakan tahap pertama pertama dari belajar untuk berubah f) Berikan Berikan jalan keluar keluar untuk mengekspre mengekspresikan sikan diri meliputi meliputi aktiivitas aktiivitas fisik. fisik. Rasional Rasional : Dengan Dengan mengaktifk mengaktifkan an fisik didalam menciptakan menciptakan lingkungan lingkungan yang aman dapat menurunkan dorongan untuk melakukan tindakan agresif.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran ed. 3, jilid 2, Medika Aesculapius, Jakarta.
Hudak & Gallo (1996), Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, EGC, Jakarta.
Katz K D, Sakamoto K M, Pinsky M R. Organophosphate Toxicity. Medscape eMedicine, 2011. Available on: http://emedicine.medscape.com/article/167726-overview. Accessed: 4th May 2011.
Marylin. D (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC Jakarta.
Sudoyo A W, Setiyohadi B, Alwi I et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I, edisi IV. 2006. Pusat Penerbitan ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Page 214-16
Ooi S, Manning P. Guide to Essentials in Emergency Medicine. Singapore: McGrawHill, 2004. Page: 369-71