BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 1.1 Lata Latarr Belak Belakan ang g
Dalam reaksi-reaksi kimia biasanya berlangsung antara dua campuran zat murni. Salah satu bentuk yang umum dari campuran adalah larutan. Larutan dapat di definisikan sebagai campuran-campuran homogen dari dua dua zat zat atau atau lebi lebih h yang yang berd berdis ispe pers rsii seba sebaga gaii mole moleku kull atau ataupu pun n ion ion yang yang komposisinya dapat bervariasi. Disebut dengan homogen karena komposisi dari larutan begitu seragam sehingga tidak dapat di amati bagian-bagian komponen penyusunnya meskipun dengan mikroskop ultra. Laru Laruta tan n mema memain inka kan n pera perana nan n pent pentin ing g dalam dalam kehi kehidu dupa pan. n. Di dalam dalam kebanyakan kebanyakan reaksi berlangsun berlangsung g dalam larutan air. Banyak Banyak reaksi-reaksi reaksi-reaksi kimia yang dikenal, baik dalam laboratorium atau di industri terjadi dalam larutan. Pada eksperimen pembuatan larutan ini di butuhkan pengetahuan dasar dalam pembuatan larutan khususnya saat mencampurkan zat-zat penyusunnya. Seperti contoh dalam pembuatan larutan HCl + air, jika kita salah melakukan percobaan HCl + air maka dapat meledak, karena konsentrasi Hce terlalu pekat sehingga jika kita masukkan air ke dalam HCl pekat maka larutan dapat meledak. Dengan demikian, kita diharapkan dapat membuat larutan dengan proses yan tepat, aman, dan bermanfaat, sehingga pengetahuan yang sudah kita miliki dari eksperimen ini dapat di tetapkan dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.
1.2 Tu Tuju juan an
-
Meng Menget etah ahui ui cara cara pem pembu buat atan an lar larut utan an yang yang bena benar. r.
-
Menge Mengeta tahu huii fakto faktor-f r-fak akto torr yang yang memp mempen enga garu ruhi hi daya daya laru larutt suat suatu u zat. zat.
-
Menge Mengeta tahu huii jenis jenis-je -jeni niss larut larutan an,, pengg penggol olon onga gan, n, serta serta fung fungsi siny nya. a.
15
16
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Larutan mempunyai peranan besar dalam kehidupan sehari-hari, tubuh kita menyerap mineral, vitamin, dan makanan dalam bentuk larutan. Hampir semua makanan mengandung air dalam persentase yang tinggi dan nutrien lain yang terdapat pada bahan makanan yang terdisfersi (tercerai-berai) dalam air tersebut yaitu padatan, cairan, dan gas dapat terdispersi membentuk larutan. Larutan adalah campuran homogen antara 2 zat atau lebih yang zatnya berupa zat pelarut dan zat terlarut. Larutan terjadi karena komponen-komponen larutan terdispersi menjadi atom atau molekul atau ion-ion sehingga dapat bercampur baur. Pengetahuan mengenai cara pembuatan larutan sangat penting karena sebagian besar reaksi kimia terjadi melalui bentuk larutan, terutama dalam bentuk larutan dengan pelarut air. Larutan sendiri merupakan suatu sistem homogen yang terdiri dari molekul atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut homogen jika zat-zat yang ada didalam system tersebut fasenya sama dan susunannya seragam, sehingga tak dapat diamati adanya bagian-bagian atau fasenya terpisah. Semua gas pada umumnya dapat bercampur dengan sesamanya (mesibel). Karena itu semua campuran gas adalah larutan. Meskipun demikian, campuran fase gas jarak pisah antaranya molekul relative jauh, sehingga tidak dapat saling tarim menarik secara efektif. Larutan dapat berfase padat, dalam larutan pada pelarutnyaadalah zat padat. Kemampuan membentuk larutan padat sering terdapat pada logam dan larutan tertentu dimana atom terlarut mengarah beberapa atom pelarut dalam larutan padat lain. Atom terlarut dapat mengisi kisi atau lubang dalam kisi pelarut. Pembentukan larutan padat ini terjadi apabila atom terlarut cukup kecil untuk memasuki lubang-lubang dan diantara atom pelarut. Pada umumnya larutan berfase cair, salah satu komponen (penyusun) larutan semacam itu adalah suatu cairan sebelum campuran itu dibuat. Cairan ini disebut medium pelarut (solven) komponen lain yang dapat berbentuk padat, cair, ataupun gas, dianggap sebagai zat kedalam komponen pertama, zat terlarut itu disebut solute.
16
17
Faktor utama yang berpengaruh dalam kemampuan terjadi larutan adalah kemampuan atau gaya tarik-menarik antara partikel larutan dan pelarut yang menghasilkan bentuk partikel terlarut. Interaksi molekul-molekul zat pelarut dangan partikel-partikel zat terlarut dalam bentuk guguran disebut solvasi. Jika pembentukan larutan dapat disebut sebagai proses hipotorus tahap pertama. Jarak antar molekul meningkat menjadi jarak rata-rata yang tampil pada larutan. Tahap ini memerlukan banyak energi untuk melampaui gaya-gaya intermolekul kohesi. Pada tahap ini disertai dangan peningkatan entalpi dengan reaksi endoterm (penyerapan panas). Berdasarkan pelarutnya, larutan terbagi menjadi tiga yaitu : a. Larutan padat : pelarutnya berupa zat padat Contoh b. Larutan cair Contoh c. Larutan gas Contoh
: larutan karbon dalam besi : pelarutnya berupa zat cair : larutan gula dalam air : pelarutnya berupa gas : larutan uap air dalam udara
Banyak cara menentukan konsentrasi larutan yang semuanya menyatakan kuantitas zat terlarut dalam kuantitas pelarut atau larutan. Dengan demikian, setiap konsentrasi harus menyatakan hal-hal sebagai berikut : a.Satuan yang digunakan untuk zat terlarut b.
Kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau larutan keseluruhan
c.Satuan yang digunakan untuk kuantitas kedua konsentrasi. Dalam
perhitungan
muncul
masalah
konsentrasi-konsentrasi
yang
menyatakan banyak solute dalam sejumlah larutan, misalnya : dua gelas air minum dan terisi air gula sama banyak (sama volume) tapi yang satu berisi gula yang lebih banyak, maka pada gelas pertama tadi memiliki konsentrasi yang lebih besar dari gelas kedua. Larutan ini disebut encer bila konsentrasi kecil. Pengertian encer pekat relative dan sukar dipahami ataupun dinyatakan kapan suatu larutan masih pekat, dan kapan sudah dikatakan encer. Untuk perhitungan kimia, masalah konsentrasi harus lebih ekstrak / ilmiah pengertiannya. Ada 2 cara menghitung konsentrasi yaitu :
18
a. Konsentrasi sebagai perbandingan banyaknya solute terhadap banyaknya pelarut. b. Konsentrasi sebagai perbandingan banyak solute terhadap banyaknya larutan. Jadi banyaknya solute = n, dan banyaknya pelarut = m n
maka menurut (a) konsentrasi = maka menurut (b) konsentrasi =
m n n
+
m
Disamping itu -
Banyaknya solute dinyatakan dalam : gram, mol, ekuivalen, dan ml
-
Banyaknya pelarut dinyatakan dalam : gram, mol, kg, L, dan ml
-
Banyaknya terlarut dinyatakan dalam : gram, kg, L, ml Berikut ini macam “cara menyatakan konsentrasi :
1. Fraksi mol Fraksi mol ialah beberapa bagian jumlah mol zat dari keseluruhan jumlah mol semua komponen yang ada dalam larutan. Fraksi mol terbagi 2 yaitu : a. Fraksi mol zat terlarut (Xt) yang merupakan bagian pecahan dari jumlah total mol yang bersangkutan dengan zat terlarut Xt =
n terlarut n total
b. Fraksi mol pelarut (X p) yang merupakan bagian pecahan dari jumlah total mol yang bersangkutan dengan pelarut X p =
n pelarut n total
Maka jumlah mol fraksi dari semua zat dalam larutan = 1 XA = XB =
2. Molaritas (M)
Na na
+
nb
+
nc
. . . . + np
+
Nb na
+
nb
+
nc
. . . . + np
+
19
Molaritas ialah banyaknya mol zat terlarut per liter larutan M=
n v
atau
gr
M=
m
×
1000
n = banyak mol zat
v
v = volume larutan (L) karena
gr Bm
= m dengan gr adalah garam zat terlarut sedangkan Bm adalah berat
molekul zat terlarut, maka : M=
gr Bm
v
×
atau M =
gr Bm
×
1000 v
Rumus diatas digunakan untk bahan padat, sedangkan untuk bahan cair : M=
10 x Mr
3. Molalitas (m) Molalitas adalah beberapa mol solute terhadap dalam 1000 gr pelarut. mA =
nA 1000gr pelarut
Pernyataan konsentrasi ini lain dengan satuan terdahulu karena banyaknya solute disini tidak diperbandingkan dengan larutan tetapi dengan banyaknya pelarut yang digunakan. Konsentrasi molal sendiri digunakan dalam hitungan dalam hubungan dengan sifat-sifat koligatif. Konsentrasi molal tidak tergantung dari suhu. Sifat koligatif adalah sifat larutan yang hanya dipengaruhi oleh jumlah partikel zat terlarut (konsentrasi) tetapi tidak tergantung pada jenis terlarut yang termasuk sifat koligatif larutan meliputi : 1. Penurunan tekanan uap jenuh ( ∆ p) ∆ p
=p
°-
p
p° = tekanan uap jenuh pelarut murni
p ∆
=X
B
⋅
p°
p ∆
=X
A
⋅
p°
p ∆
=X
B
⋅
p° ⋅ i
p = tekanan uap jenuh larutan
2. Kenaikan titik didih ( ∆ Tb) ∆
Tb = Tbl - Tb p
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal
20
∆
Tb = m ⋅ Kb
∆
Tb = m ⋅ Kb ⋅ i
3. Penurunan titik beku ( ∆ Tf) ∆
Tf = Tf p - Tf l
∆
Tf = m ⋅ Kf
∆
Tf = m ⋅ Kf. I
Kf = tetapan penurunan titik beku molal
4. Tekanan osmotik larutan ( π ) Osmosis adalah perpindahan bersih molekul pelarut dari larutan encer ke larutan yang lebih pekat melalui selaput semipermeabel. Tekanan osmotik larutan adalah tekanan yang diperlukan untuk menghentikan aliran pelarut dari pelarut murni menuju larutan. 5. Normalitas (N) Normalitas adalah banyaknya ekuivalen zat terlarut perliter larutan. N =
ak
v
atau N = m ⋅ a
ak = banyaknya ekuivalen v
= volume
dan ak =
gr
Be
maka W =
gr
Be ⋅v
gr = gram zat terlarut Be = bobot ekuivalen
5. Persen berat / persen massa Sistem ini memberi beberapa gram zat terlarut per 100 gram larutan secara matematis dinyatakan sebagai : P=
W
W + Wo
×
100 %
P
= persen massa
W = banyaknya zat terlarut Wb= banyaknya zat pelarut Misal : Larutan cuka 20% berarti dalam 100 gr larutan terkandung 20 gr cuka dan 80 gr air. 6. Persen volume
21
Perbandingan
volume
zat
pembentuk
campuran
dengan
volume
seluruhnya yaitu menyatakan banyaknya ml volume zat terlarut dalam 100 ml larutan. volume zat
% Volume =
volume larutan
×
100 %
Misal : Larutan alkohol 76% berarti dalam 100 ml larutan terkandung 76 ml alkohol dan 24 ml air 7. PPM (Part Per Milion) Sistem ini memberi beberapa bagian suatu komponen dalam 1 juta bagian campuran. Ini dapat dinyatakan dengan satuan-satuan berat. ppm =
W
W
+
Wo
10 6
×
W = banyaknya zat terlarut Wo = banyaknya zat pelarut Banyaknya zat larutan diperdagangkan sebagai larutan pekat tetapi digunakan sebagai larutan encer, misalnya cuka, sering dijual dalam konsentrasi 29%, pestisida, dan lain-lain. Pada larutan yang mengukur konsentrasi berdasarkan volume larutan, bahan pelarut berlaku V ⋅ C = konstan Untuk konsentrasi dalam mol V⋅ m V 1 ⋅ m1
BAB 3
= konstan = V 2 ⋅ m2
22
METODOLOGI PERCOBAN
3.1
Alat dan Bahan
3.1.1 Alat - Neraca Analitik - Labu Takar - Corong Kaca - Batang Pengaduk - Gelas kimia - Pipet tetes - Pipet ukur
3.1.2 Bahan - NaOH - NH4Cl - HCl - Aquades - Aluminium foil
3.2
Prosedur Percobaan
3.2.1 Larutan NaOH + H 2O - Disiapkan gelas kimia 100 ml, labu takar 100 ml, dan batang pengaduk. - Ditimbang NaOH dengan menggunakan neraca analitik sebanyak 0,4gr. - Di masukkan 0,4 gr NaOH ke dalam gelas kimia. - Di tambahkan 25 ml air (H 2O) ke dalam gelas kimia yang berisi 0,4 gr NaOH. - Diaduk menggunakan batang pengaduk. - Dimasukkan ke dalam labu takar, kemudian di tambahkan air hingga batas meniskus (garis merah) labu takar (100 ml). - Dikocok beberapa kali dan di amati. 22
23
3.2.2
Larutan NH4Cl + Air (H2O) - Disiapkan gelas kimia 100 ml, labu takar 100 ml, dan batang pengaduk. - Ditimbang NH4Cl dengan menggunakan neraca analitik sebanyak 0,5gr. - Di masukkan 0,5 gr NH 4Cl ke dalam gelas kimia. - Di tambahkan 25 ml air (H 2O) ke dalam gelas kimia yang berisi 0,5 gr NH4Cl. - Diaduk menggunakan batang pengaduk. - Dimasukkan ke dalam labu takar, kemudian di tambahkan air hingga batas meniskus (garis merah) labu takar (100 ml) - Dikocok beberapa kali. - Di amati.
3.2.3
Larutan HCl + Air - Disiapkan HCl, air dan labu takar 100 ml, pipet ukuran 10ml - Di masukkan 16,7 ml HCL pekat dengan menggunakan pipet ke dalam labu takar 100 ml yang telah diisi air (H 2O) sebanyak 1/3 volume labu takar. - Di tambahkan air lagi hingga tanda batas. - Di kocok beberapa kali - Di amati.
\
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
24
4.1 Hasil Pengamatan
No 1.
Perlakuan
Pengamatan
Larutan NaOH + H2O -
Larutan
NaOH
dan
air
Disiapkan gelas kimia 100 ml, labu bercampur sempurna karena takar 100 ml, dan batang pengaduk.
-
Ditimbang menggunakan
NaOH
neraca
analitik
mempunyai sifat yang sama dengan (polar)
sebanyak Setelah dikocok – kocok
0,4gr. -
larutan NaOH + H2O terasa Di masukkan 0,4 gr NaOH ke dalam panas (
gelas kimia. -
artinya
Di tambahkan 25 ml air (H2O) ke dalam gelas kimia yang berisi 0,4 gr NaOH.
-
eksoterm)
Diaduk
menggunakan
yang
larutan
mengeluarkan energi panas dari sistem ke lingkungan
batang
pengaduk. -
Dimasukkan ke dalam labu takar, kemudian di tambahkan air hingga batas meniskus (garis merah) labu takar (100 ml).
2.
-
Dikocok beberapa kali.
Larutan
-
Di amati.
bercampur sempurna karena
Larutan NH4Cl + Air (H2O)
mempunyai sifat yang sama
-
(polar)
Disiapkan gelas kimia 100 ml, labu takar 100 ml, dan batang pengaduk.
-
Ditimbang menggunakan
neraca
NH4Cl analitik
air
dengan larutan NH4Cl + Air (H2O) sebanyak
terasa dingin ( endoterm ) yang
Di masukkan 0,5 gr NH 4Cl ke dalam gelas kimia.
-
dan
Setelah dikocok – kocok
0,5gr. -
NH4Cl
Di tambahkan 25 ml air (H2O) ke dalam gelas kimia yang berisi 0,5 gr NH 4Cl.
artinya
larutan
menyerap energi panas dari sistem ke lingkungan
25
-
Diaduk
menggunakan
batang
pengaduk. -
Dimasukkan ke dalam labu takar, 24 kemudian di tambahkan air hingga batas HCL dan air bercampur
3.
meniskus (garis merah) labu takar (100 ml)
sempurna
karena
-
Dikocok beberapa kali.
mempunyai sifat yang sama
-
Di amati.
(polar)
Larutan HCl + Air -
Setelah dikocok – kocok
Disiapkan HCl, air dan labu takar larutan HCl + Air (H2O) 100 ml, pipet ukuran 10ml
-
Di masukkan 16,7 ml HCL pekat dengan menggunakan pipet ke dalam labu
terasa dingin ( endoterm ) yang
artinya
menyerap energi panas dari
takar 100 ml yang telah diisi air (H2O) sistem ke lingkungan sebanyak 1/3 volume labu takar. -
Di tambahkan air lagi hingga tanda batas.
-
Di kocok beberapa kali
-
Di amati.
4.2. Perhitungan
1. Larutan NaOH + H 2O a. gram NaOH.... ? M =
0,1 = 0,1 = x
n
v
gr
gr
Mr x
40
Mr v
=
⋅
⋅
1000 v
1000 100
= 0,4 gr
larutan
26
b. N = M bilangan ekivalen = NaOH = Na+ + OHM = 0,1 jadi N = 0,1
c. Persen (b/v) gr zat terlar ut
% (b/v) =
v pelarut
0,4
=
⋅
100 %
⋅ 100%
100
= 0,4 % d. Fraksi mol X=
∗
n NaOH
nNaOH 0,01 +
5,56
∗
n H2O =
= 1,8 x 10-3 gr
2. Larutan NH4Cl + Air (H2O) a. gram NH4Cl.... ? M =
0,1 = 0,1 =
n
v
gr Mr v
=
gr
Mr
⋅
x
53,5
1000 v ⋅
1000 100
= 0,535 gr
b. N = M bilangan ekivalen = NH4Cl = NH4+ + Cl M = 0,1 jadi N = 0,1 N
c. Persen (b/v)
0, 4 40
= 0,01
nNaOH + nH2O
= 0,01
x
=
100 18
= 5,56
27
gr zat terlar ut
% (b/v) = =
v pelarut
0,535 100
⋅
100 %
⋅100%
= 0,53 % d. Fraksi mol X=
∗
n NH4Cl =
nNH4Cl
= 0,01
nNH4Cl + nH2O 0,01
= 0,01
+
∗
5,56
= 1,8 x 10-3 gr
0, 4 40
n H2O =
100 18
= 5,56
3. Larutan HCL a. N = M bilangan ekivalen = HCl = H+ + ClM = 1 jadi N = 1
b.Volume HCl......? M1 ⋅ V1
= M 2 ⋅ V2
6
= 1 . 100
. x x
= 100 6 = 16,7 ml
4.3 Pembahasan
Pada prinsipnya larutan adalah campuran homogen yang antara zat-zat penyusunnya sudah tidak dapat di bedakan lagi, tidak memiliki bidang batas, serta bersifat continue dan stabil. Suatu larutan terdiri dari dua komponen penting. Biasanya salah satu komponen penting yang mengandung jumlah zat terbanyak di sebut pelarut. Sedangkan komponen lainnya yang mengandung jumlah zat
28
sedikit disebut zat terlarut. Larutan itu sendiri di bagi menjadi tiga (3) berdasarkan kelarutannya, yaitu : a.
Larutan Tak jenuh Adalah larutan yang jika zat terlarutnya ditambahkan lagi ke dalam zat
pelarutnya, zat terlarut tersebut masih bisa / dapat larut dalam zat pelarutnya, atau dapat di katakan larutan tak jenuh adalah larutan yang memiliki kelarutan di bawah ombang batas kelarutan. b. Larutan Jenuh adalah larutan yang telah mengandung zat terlarut dalam konsentrasi maksimum (tidak dapat di tambah lagi). c. Larutan lewat jenuh Adalah jika suatu larutan memiliki harga Q 〉ksp atau dapat di katakan larutan lewat jenuh adalah larutan yang jika zat terlarutnya di tambahkan lagi ke dalam zat pelarutnya, maka zat terlarut sudah tidak dapat lar ut lagi di dalam zat pelarut dan akan terjadi pengendapan. Pada pembuatan larutan dapat di lakukan dengan berbagai macam cara yang salah satunya adalah titrasi. Titrasi adalah suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah di ketahui konsentrasinya, titrasi biasanya di bedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan pembentuk reaksi kompleks dan lain sebagainya. Zat yang akan di tentukan kadarnya disebut titrat, sedangkan zat yang telah di ketahui konsentrasinya di sebut titer. Larutan standar adalah larutan yang mengandung reagensia dengan bobot yang diketahui dalam suatu volume tertentu dalam suatu larutan. Larutan standar terbagi dua yaitu : 1. Larutan standar primer Adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung di tentukan dari berat bahan sangat murni yang di larutkan dan volume yang terjadi. 2. Larutan standar sekunder
29
Adalah suatu zat yang dapat di gunakan untuk standarisasi yang kandungan zat aktifnya telah di tentukan dengan perbandingan terhadap suatu standar primer. Berdasarkan keutuhannya akan panas (kalor), larutan di golongkan menjadi dua (2) yaitu : a) Larutan Eksoterm Adalah larutan yang pada prosesnya (pada proses kelarutannya) melepaskan kalor atau panas, karena pada larutan ekstern, kelarutan akan berkurang pada temperatur yang tinggi Contoh : larutan KOH b) Larutan Endoterm Adalah larutan yang pada prosesnya kelarutannya membutuhkan atau menyerap kalor karena pada larutan endorem, kelarutan akan bertambah pada temperatur yang tinggi. Daya larut sebuah larutan di pengaruhi oleh beberapa faktor : −
Suhu atau temperatur
−
Kepolaran
−
PH
−
Ion – ion senama
Dalam proses kelarutan, ada beberapa macam faktot kesalahan yaitu : - Faktor kesalahan kalibrasi - Hal ini terjadi jika volume yang tertera tidak sesuai dengan harga normal yang tertulis. - Kesalahan pembahasan - Yang harus di perhatikan untuk pengukuran volume yang eksak adalah kebersihan dari permukaan dinding dalam alat gelas. - Kesalahan Pembaca Untuk membaca volume dengan melihat meniskus bawah.
30
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
-
Untuk mengetahui pembuatan larutan yang baik dan benar pertama kita harus mengetahui fase dari larutan yang kita buat ( gas, cair, atau padat ). Kemudian perlu memperhatikan faktor – faktor yang mempengaruhi suatu larutan bisa terbentuk seperti gaya tarik antar molekulnya. Kemudian harus ditentukan juga konsentrasi setiap larutan yang akan dibuat dengan melakukan perhitungan. Setelah semua telah dilakukan maka pembuatan larutan dapat dilakukan.
-
Faktor - faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu larutan adalah: o
Sifat tarik – menarik antar molekulnya, bahwa adanya kemampuan saling menarik antar partikel pelarut dengan larutan sehingga dapat membentuk suatu larutan baru yang dikenal dengan sifat kepolaran. Apabila suatu larutan polar dicampur dengan larutan non polar yang terjadi. Kedua larutan tidak akan menyatu karena perbedaan sifat ntarik menarik antar molekulnya.
o
Titik jenuh mempengaruhi kelarutan dalam suatu larutan, bila suatu larutan telah melewati titik jenuhnya maka tidak ada zat terlarut yang dapat dilarutkan pada pelarut tersebut.
-
Larutan merupakan campuran homogen yang terbentuk dari campuran 2 molekul atau lebih. o
Larutan dapat dibagi 2 berdasarkan bobot yang terkandung didalamnya yaitu lartan standar primer dan larutan standar sekunder.
30
31
5.2 Saran -
Agar larutan yang digunakan dapat ditambahkan seperti NaCl,dan CH3COONa
-
Lebih teliti jika mengambil senyawa – senyawa dengan pipet agar perhitungan lebih akurat
-
Mencuci bersih alat sehingga tidak mempengaruhi percobaan yang selanjutnya.