LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITAIF “PEMBUATAN LARUTAN”
Disusun Oleh : Nama
: Riddel M. M. Y. Tumbelaka
NRI
: 141011010012
Jurusan
: Kimia
Kelompok
: I Tanggal
:
Acc
:
Dosen/Asisten
LABORATORIUM KIMIA ANALITIK FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2015
PEMBUATAN LARUTAN I.
II.
Tujuan
Membuat larutan dengan konsentrasi tertentu
Menentukan konsentrasi suatu larutan contoh
Dasar Teori
Larutan adalah campuran homogen dari dua zat atau lebih. Larutan yang mengandung jumlah maksimum zat terlarut didalam pelarut pada suhu tertentu dinamakan larutan jenuh (saturated solution). Sebelum titik jenuh tercapai, larutannya disebut larutan tak jenuh (Unsaturated solution), larutan ini mengandung zat terlarut lebih sedikit dibandingkan dengan kemampuannya untuk melarutkan. Jenis ketiga, larutan lewat jenuh (supersaturated solution), mengandung lebih banyak zat terlarut dibandingkan dengan yang terdapat didalam larutan jenuh (Chang, 2004). Dalam cairan dan padatan, molekul-molekul saling terikat akibat adanya tarik-menarik antar molekul. Gaya ini juga memainkan peranan penting dalam pembentukan larutan. Bila suatu zat (zat terlarut) larut dalam zat lain (pelarut), partikel zat terlarut akan menyebar ke seluruh pelarut. Partikel zat terlarut ini menempati posisi yang biasanya ditempati oleh molekul pelarut (Chang, 2004). Menurut Chang (2004), kemudahan partikel zat terlarut menggantikan molekul pelarut bergantung pada kekuatan relatif dari tiga jenis interaksi yaitu :
Interaksi pelarut-pelarut
Interaksi zat terlarut-zat terlarut
Interaksi pelarut-zat terlarut
Tabel 1 Jenis-jenis larutan menurut Chang, (2004) Zat terlarut
Pelarut
Wujud yang dihasilkan
Contoh
Gas
Gas
Gas
Udara
Gas Gas
Cairan Padatan
Cairan Padatan
Air soda Gas H2 dalam paladium
Cairan
Cairan
Cairan
Etanol dalam air
Padatan
Cairan
Cairan
NaCl dalam air
Padatan
Padatan
Padatan
Kuningan, solder
Menurut Chang (2004), terdapat beberapa cara untuk menyatakan satuan konsentrasi yaitu : a. Persen berdasarkan massa Persen berdasarkan massa (percent by mass) biasanya juga disebut persen berdasarkan bobot didefinisikan sebagai : Persen berdasarkan massa zat terlarut =
Massa zat terlarut massa zat terlarut+massa pelarut
100%
massa zat terlarut
=
massa larutan
100%
Persen berdasarkan massa tidak memiliki satuan karena merupakan perbandingan dari dua kuantitas yang sama. b. Molaritas (M) Satuan Molaritas merupakan banyaknya mol zat terlarut dalam 1 L larutan, artinya : M=
mol zat terlarut Liter larutan
Jadi, molaritas memiliki satuan (mol/L) c. Molalitas (m) Molalitas ialah banyaknya mol zat terlarut yang dilarutkan didalam 1 kg (1000 gram) pelarut, artinya : Molalitas =
mol zat terlarut massa pelarut
Misalkan, untuk menyiapkan 1 molal, atau 1 m larutan berair natrium sulfat (Na 2SO4) perlu melarutkan 1 mol (142 g) zat tersebut dalam 1 kg air. Larutan Merupakan campuran homogen antara dua zat atau lebih yang berbeda jenis. Ada dua komponen zat dalam pembuatan larutan, yakni zat terlarut dan zat pelarut. Fase larutan dapat berupa fase cair, padat, atau gas tergantung pada dua sifat komponen larutan tersebut. Apabila fase pembuat larutan atau zat-zat pembentuknya sama, zat yang berbeda dalam jumlah terbanyak umumnya disebut pelarut, sedangkan zat yang lainnya disebut zat terlarut (Sukardjo, 1997). Berdasarkan zat wujud terlarut dan zat pelarut, larutan dapat dibagi dalam tujuh macam. Dari tiga jenis wujud zat seharusnya terbentuk sembilan macam zat larutan, tetapi zat berwujud padat dan cair tidak membentuk dalam larutan dalam pelarut berwujud gas. Partikel yang berwujud padat dan cair dalam zat lain yang berwujud gas akan membentuk larutan heterogen. Selain itu masih ada beberapa macam penggolongan lain terhadap larutan. Berdasarkan banyak jenis suatu zat yang menyusun larutan, dikenal dengan larutan binner
(tersusun dari dua jenis zat), larutan terner (tiga jenis zat penyusun), larutan kuartener (empat jenis zat penyusun) dan seterusnya (Sukardjo, 1997). Menurut Sukardjo (1997), menurut sifat hantaran listriknya, dikenal dengan larutan elektrolit (larutan yang dapat menghantarkan arus listrik), dan larutan non elektrolit. (larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik). Sedangkan ditinjau dari segi kemampuan suatu zat malarutkan ke dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu dikenal sebagai:
a. Larutan Jenuh b. Larutan Tak Jenuh c. Larutan lewat jenuh Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sebagian kecil solut, relatif terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solut. Solut adalah zat terlarut, sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana solut terlarut (Syukri, 1999).
Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air (H 2O), selain air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol, amoniak, kloroform, benzena, minyak, asam asetat, akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak disebutkan. Larutan gas dibuat dengan mencampurkan suatu gas dengan gas lainnya. Karena semua gas bercampur dalam semua perbandingan, maka setiap campuran gas adalah homogen dan merupakan larutan (Syukri, 1999). Larutan cairan dibuat dengan melarutkan gas, cairan atau padatan dalam suatu cairan. Jika sebagian cairan adalah air, maka larutan disebut larutan berair. Larutan padatan adalah padatan-padatan dalam mana satu komponen terdistribusi tak beraturan pada atom atau molekul dari komponen lainnya. Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur tertentu disebut larutan jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh disebut larutan tidak jenuh. Kadang-kadang dijumpai suatu keadaan dengan zat terlarut dalam larutan lebih banyak daripada zat terlarut yang seharusnya dapat melarut pada temperatur tersebut. Larutan yang demikian disebut larutan lewat jenuh (Syukri, 1999). Banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan larutan jenuh, daalam jumlah tertentu pelarut pada temperatur konstan disebut kelarutan. Kelarutan suatu zat bergantung pada sifat
zat itu, molekul pelarut, temperature dan tekanan. Meskipun larutan dapat mengandung banyak komponen, tetapi pada tinjauan ini hanya dibahas larutan yang mengandung dua komponen, yaitu larutan biner. Komponen dari larutan biner yaitu pelarut dan zat terlarut (Syukri, 1999). Tabel 2 Contoh larutan biner menurut Syukri (1999) Zat terlarut
Pelarut
Contoh
Gas
Gas
Udara, semua campuran gas
Gas
Cair
Karbondioksida dalam air
Gas
Padat
Hidrogen dalam platina
Cair
Cair
Alkohol dalam air
Cair
Padat
Raksa dalam tembaga
Padat
Padat
Perak dalam platina
Padat
Cair
Garam dalam air
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu temperatur, sifat pelarut, efek ion sejenis, efek ion berlainan, pH, hidrolisis, pengaruh kompleks dan lain-lain. Pembuatan larutan banyak aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya saat pembuatan teh manis. Pada saat membuat teh manis dilakukan dengan cara menambahkan gula kedalam pelarut air panas (Achmad, 1996). Ternyata air teh tersebut masih terasa manis, kemudian kita menambahkan lagi air ke dalamnya sehingga air teh yang tadinya kental atau pekat dan manis sekali menjadi lebih encer dan rasa manisnya sedang. Itu semua adalah kegiatan dalam pembuatan larutan. Mencampurkan air, teh dan gula merupakan contoh pembuatan larutan dan campuran itu disebut larutan sedangkan penambahan air ke dalam air teh yang manis dinamakan pengenceran. Kekentalan atau kepekatannya disebut konsentrasi atau Molaritas (Achmad, 1996). Larutan adalah suatu sistem homogen yang terdiri dari molekul atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Larutan akan terjadi jika atom, atau molekul dari suatu zat semuanya terdispersi. Larutan terdiri atas zat yang dilarutkan (zat terlarut) yang disebut solut dan pelarut yang dinamakan solvent. Solvent atau pelarut merupakan senyawa dalam jumlah yang lebih besar sedangkan senyawa dalam jumlah yang lebih sedikit disebut solut atau zat terlarut (Underwood, 1986).
Larutan yang saling melarutkan adalah campuran dua larutan polar atau dua larutan non polar yang membentuk larutan satu fase homogen. Larutan yang tidak melarutkan adalah campuran dari dua zat cair polar dan non polar membentuk dua fase. Sifat dari suatu larutan ditentukan oleh jenis dan jumlah partikel zat terlarut dalam larutan. Sebagai contoh, rasa asin dari larutan garam bertambah seiring bertambahnya jumlah partikel garam yang larut. Demikian pula rasa manis dari larutan gula akan bertambah seiring bertambahnya jumlah partikel gula yang larut. Namun demikian, ada bebeapa sifat larutan yang hanya bergantung pada jumlah partikel zat terlarut (Underwood, 1986). Hasil pengukuran dari masing-masing larutan menunjukan bahwa kedua larutan tersebut ternyata memiliki nilai penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, dan penurunan titik beku yang sama relatif terhadap pelarut air. Pengukuran dengan osmometer menunjukkan bahwa kedua larutan garam dan gula tersebut juga mempunyai tekanan osmosis yang sama. Sifat larutan yaitu penurunan teknan uap ( P), kenaikan titik didih (ΔPb), penurunan titik beku (ΔTf), dan tekanan osmotik ( ) yaang hanya bergantung pada jumlah partikel zat terlarutnya dikelompokan bersama dan disebut sebagai sifat koligatif larutan (Underwood, 1986). Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang bergantung pada jumlah partikel zat terlarut dan bukan pada jenis zat terlarutnya. Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang bergantung pada jjumlah partikel zat terlarut dan bukan pada jenis zat terlarutnya. Sifat koligatif larutan dibedakan untuk larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit. Hal ini dikarenakan kemampuan elektrolit untuk terionisasi/terdisosiasi membentuk ion-ion di dalam larutan, menyebabkan jumlah partikel zat terlarutnya menjadi lebih besar (Underwood, 1986). Menurut Underwood (1986), kemolaran atau Molaritas adalah banyaknya jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter larutan. Atau konsentrasi suatu larutan yang mengukur banyaknya mol zat terlarut dalam tiap liter larutan. Kemolaran alatu Molaritas lambangnya M. Molaritas dapat dirumuskan sebagai berikut : M= n / V Keterangan : M = Kemolaran (mol/L) n = Mol zat (mol) V = Volume yang ditempati zat (L)
Menurut underwood (1986), pengenceran suatu larutan adalah suatu penambahan zat pelarut ke dalam suatu larutan sehingga konsentrasi larutan menjadi lebih kecil dengan menambahkan air (pelarut). Persamaan rumusnya adalah sebagai berikut : M1.V1 = M2. V2 Keterangan M1 = Kemolaran sebelum pengenceran (mol/L) M2 = Kemolaran sesudah pengenceran (mol/L) V1 = Volume sebelum pengenceran (L) V2 = Volume sesudah pengenceran (L) Campuran zat-zat yang homogen disebut larutan, yang memiliki komposisi merata atau serba sama diseluruh bagian volumenya. Suatu larutan mengandung satu zat terlarut atau lebih dari satu pelarut. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah yang banyak (Oxtoby, 2001). Jika dua zat yang berbeda dimasukkan dalam suatu wadah ada tiga kemungkinan, yaitu bereaksi, bercampur, dan tidak bercampur. Jika bereaksi akan menghasilkan zat baru yang sifatnya berbeda dari zat semula. Dua zat dapat bercampur bila ada interaksi antara partikelnya. Interaksi itu ditentukan oleh wujud dan sifat zatnya. Oleh sebab itu, campuran dapat dibagi atas gas dengan gas, gas dengan padat, cair dengan cair, cair dengan padat, dan padat dengan padat (Oxtoby, 2001). Bila dua atau lebih zat yang tidak bereaksi dicampur, campuran yang terjadi ada 3 kemungkinan, yaitu campuran kasar, dispersi kolid, dan larutan sejati. Dua jenis campuran yang pertama bersifat heterogen dan dapat dipisahkan seacara mekanis, sedangkan larutan yang bersifat homogen dan tidak dapat dipisahkan secara mekanis. Atas dasar ini campuran larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua zat atau lebih (Oxtoby, 2001). Keadaan Fisika larutan dapat berupa gas, cair, atau padat dengan perbandingan yang berubah-ubah pada jarak yang luas. Ada dua komponen yang penting dalam suatu larutan yaitu pelarut dan zat yang dilarutkan dalam pelarut tersebut. Zat yang dilarutkan itu disebut zat terlarut (solut) (Oxtoby, 2001). Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan dalam air. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang banyak dinamakan larutan pekat. Jika jumlah zat terlarut sedikit, larutan dinamakan cairan dengan cairan, padatan atau gas sebagai zat yang terlarut. Larutan dapat berupa padat dan gas, karena molekul-molekul gas berpisah
jauh, molekul-molekul dalam campuran gas berbaur secara acak, semua gas adalah larutan, larutan gas adalah udara (Oxtoby, 2001). Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut zat terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven (Oxtoby, 2001). Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi. Contoh larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam cairan, seperti garam atau gula dilarutkan dalam air. Gas juga dapat pula dilarutkan dalam cairan, misalnya karbon dioksida atau oksigen dalam air. Selain itu, cairan dapat pula larut dalam cairan lain, sementara gas larut dalam gas lain. Terdapat pula larutan padat, misalnya aloi (campuran logam) dan mineral tertentu (Oxtoby, 2001). Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta (part per million, ppm) (Oxtoby, 2001). Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi). Molekul komponen-komponen larutan berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur (Oxtoby, 2001). Pada proses pelarutan, tarikan antarpartikel komponen murni terpecah dan tergantikan dengan tarikan antara pelarut dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut dan zat terlarut samasama polar, akan terbentuk suatu sruktur zat pelarut mengelilingi zat terlarut,hal ini memungkinkan interaksi antara zat terlarut dan pelarut tetap stabil (Oxtoby, 2001). Bila komponen zat terlarut ditambahkan terus-menerus ke dalam pelarut, pada suatu titik komponen yang ditambahkan tidak akan dapat larut lagi. Misalnya, jika zat terlarutnya berupa padatan dan pelarutnya berupa cairan, pada suatu titik padatan tersebut tidak dapat larut lagi dan terbentuklah endapan. Jumlah zat terlarut dalam larutan tersebut adalah maksimal, dan larutannya disebut sebagai larutan jenuh. Titik tercapainya keadaan jenuh larutan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, seperti suhu, tekanan, dan kontaminasi (Oxtoby, 2001). Secara umum, kelarutan suatu zat yaitu jumlah suatu zat yang dapat terlarut dalam pelarut tertentu sebanding terhadap suhu. Hal ini terutama berlaku pada zat padat, walaupun ada pengecualian. Kelarutan zat cair dalam zat cair lainnya secara umum kurang peka
terhadap suhu daripada kelarutan padatan atau gas dalam zat cair. Kelarutan gas dalam air umumnya berbanding terbalik terhadap suhu. Bila interaksi antarmolekul komponenkomponen larutan sama besar dengan interaksi antarmolekul komponen-komponen tersebut pada keadaan murni, terbentuklah suatu idealisasi yang disebut larutan ideal (Oxtoby, 2001). Larutan ideal memenuhi hukum Raoult, yaitu bahwa tekanan uap pelarut (cair) berbanding tepat lurus dengan fraksi mol pelarut dalam larutan. Larutan yang benar-benar ideal tidak terdapat di alam, namun beberapa larutan memenuhi hukum Raoult sampai batasbatas tertentu (Oxtoby, 2001). Contoh larutan yang dapat dianggap ideal adalah campuran benzena dan toluena. Ciri lain larutan ideal adalah bahwa volumenya merupakan penjumlahan tepat volume komponenkomponen penyusunnya. Pada larutan non-ideal, penjumlahan volume zat terlarut murni dan pelarut murni tidaklah sama dengan volume larutan (Oxtoby, 2001). Campuran zat-zat yang homogen disebut larutan, yang memiliki komposisi merata atau serba sama diseluruh bagian volumenya. Suatu larutan mengandung satu zat terlarut atau lebih dari satu pelarut. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah yang banyak. Bila dua atau lebih zat yang tidak bereaksi dicampur, campuran yang terjadi ada 3 kemungkinan, yaitu campuran kasar, disperse kolid, dan larutan sejati. Dua jenis campuran yang pertama bersifat heterogen dan dapat dipisahkan seacara mekanis. Sedang larutan yang bersifat homogen tidak dapat dipisahkan secara mekanis. Atas dasar ini campuran larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua zat atau lebih. Keadaan Fisika larutan dapat berupa gas, cair, atau padat dengan perbandingan yang berubah-ubah pada jarak yang luas (Prasodjo, 2006). Pelarut merupakan matriks yang digunakan untuk melarutkan analit, yang umumnya harus sesuai dengan matriks sampel. Oleh karena sampel yang diperikasa dengan teknik RIA berupa serum manusia, maka pelarut harus semirip mungkin dengan serum manusia. Serum manusia merupakan matriks yang paling cocok digunakan sebagai pelarut, namun serum yang digunakan sebagai pelarut harus bebas dari analit yang akan diuji. Untuk uji RIA T3, serum harus dimurnikan terhadap T3. Cara yang paling umum digunakan adalah absorbsi dengan serbuk karbon. Larutan stándar primer merupakan larutan stándar yang dibuat dari zat stándar dengan kemurnian sangat tinggi. Larutan stándar sekunder merupakan larutan yang konsentrasinya ditentukan dengan metode analitik yang dapat dipercaya (Darlina, 1998). Pada umumnya larutan stándar RIA komersil bisa berfungsi sebagai larutan stándar sekunder, dan bisa digunakan untuk kalibrasi bila larutan stándar primer tidak tersedia. Pada teknik RIA, setelah kesetimbangan reaksi dicapai dilakukan tahap pemisahan dimana ligan yang terikat dan bebas harus dilepaskan (Darlina, 1998).
III.
Alat dan bahan
3.1 Alat
Neraca analitik
Gelas piala
Gelas ukur
Spatula
Kaca arloji
Botol reagen
Labu takar
3.2 Bahan
IV.
Aquades (H2O)
KMnO4
Al2(SO4)3
KSCN
NaOH
FeSO4
K2CrO4
FeCl3
H2C2O4
Ba(OH)2
Prosedur Percobaan
1. Larutan dibuat dalam konsentrasi 0,1 M dengan larutan Al 2(SO4)3, NaOH, K2CrO4, BaCl2, H2C2O4, KMnO4, KSCN, FeSO4, FeCl3. Masing-masing didalam 300 mL aquades 2. Larutan di buat dalam konsentrasi 0,05 M dengan larutan KMnO4,, NaOH. Masingmasing didalam 300 mL aquades 3. Larutan dibuat dalam konsentrasi 1 M dengan larutan NH 4OH, NaOH. Masingmasing didalam 300 mL aquades 4. Larutan dibuat dalam konsentrasi 2 M dengan larutan Ba(OH) 2. Masing-masing dalam 300 mL aquades.
V.
Hasil Pengamatan
= = 1.
×
× × 1000
Membuat konsentrasi 0,1 M dalam 300 mL aquades ××
a. Al2(SO4)3 (Mr = 342) → =
=
,××
= 10,29
×× 0,1×40×300
=
b. (Mr = 40) → =
= 1,2
××
c. (Mr =194) → =
××
d. (Mr =207) → =
f.
h. (Mr = 152 ) → =
=
××
××
(Mr = 161 ) → =
=
= =
= 2,7
1000 0,1×158×300
1000 0,1×97×300
= 5,82
= 6,21
1000 0,1×90×300
=
(Mr = 158 ) → =
g. (Mr = 97 ) → =
i.
××
××
1000 0,1×207×300
=
××
e. (Mr = 90 ) → gr =
=
1000 0,1×194×300
= 4,74
= 2,91
1000 0,1×152×300 1000 0,1×161×300 1000
= 4,56 = 4,83
2. Membuat konsentrasi 0,05 M dalam 300 mL aquades ××
. (Mr = 158 ) → =
××
b. (Mr = 40 ) → =
=
=
0,05×158×300 1000
0,05×40×300 1000
= 2,73 gr
= 0,6
3. Membuat konsentrasi 1 M dalam 300mL aquades a.
××
( = 35) → =
××
b. ( = 40 ) → =
=
=
1×35×300
1000 1×40×300 1000
= 10,5
= 12
4. Membuat konsentrasi 2 M dalam 300 mL aquades a.
××
() ( = 155) → =
=
2×155×300 1000
= 93
VI.
Pembahasan
Dari percobaan praktikum yang telah dilakukan untuk membuat suatu larutan antara beberapa senyawa dengan menggunakan pelarut aquades (H2O) sebanyak 0,3 Liter atau 300 mL. Pembuatan larutan dalam konsentrasi tertentu bergantung pada massa daripada zat terlarut yang digunakan, massa molekul relatif atau biasa disebut dengan Mr, mol, dan juga volume daripada pelarut yang digunakan. Dalam percobaan yang telah dilakukan
volume yang digunakan untuk membuat
larutan adalah Konstan atau nilainya tetap yaitu 300 mL. Volume sendiri mempunyai pengaruh dalam menentukan nilai Konsentrasi (M). Semakin besar volume pelarut yang digunakan maka semakin kecil konsentrasi larutan yang akan didapat begitu juga sebaliknya semakin kecil volume pelarut yang digunakan maka akan semakin besar konsentrasi larutan yang akan didapat. Selain daripada volume massa daripada zat terlarut yang digunakan juga mempengaruhi dalam menentukan nilai konsentrasi sebuah larutan. Semakin besar massa zat terlarut yang digunakan dalam pembuataGn larutan maka konsentrasi yang akan didapat semakin besar demikian pula sebaliknya semakin kecil massa zat terlarut yang digunakan maka konsentrasi larutan yang didapat juga akan semakin kecil. Pada praktikum yang telah dilakukan didapati hasil untuk membuat konsentrasi sebesar 0,1 M dengan zat terlarut Al 2(SO4)3, NaOH, K2CrO4, BaCl2, H2C2O4, KMnO4, KSCN, FeSO4, FeCl3 dalam 300 mL aquades (H 2O) massa untuk masing-masing larutan yang digunakan adalah berkisar antara 1,2 gram sampai dengan 10,29 gram. Hal ini disebabkan karena massa molekul relatif (Mr) daripada setiap larutan berbeda-beda. Semakin besar massa molekul relatif (Mr) daripada suatu zat terlarut maka massa yang digunakan untuk membuat larutan tersebut akan semakin besar sedangkan jika massa molekul relative (Mr) dari suatu zat terlarut semakin kecil maka massa yang digunakan juga semakin kecil. Zat terlarut NaOH memiliki Mr sama dengan 40 lebih kecil dibandingkan dengan Al2(SO4)3 dengan Mr sama dengan 342 inilah yang menyebabkan dalam pembuatan larutan NaOH sebesar 0,1 M hanya memerlukan massa dari NaOH hanya sebanyak 1,2 gram yang dilarutkan dalam 300 mL aquades berbeda dengan zat terlarut Al 2(SO4)3 yang memerlukan sebanyak 10,29 gram untuk bisa membuat konsentrasi larutan Al 2(SO4)3 dalam 300 mL aquades. Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi sebesar 0,05 M dalam 300 mL aquades digunakan zat terlarut yaitu KMnO4, NaOH. Untuk kedua zat terlarut ini massa yang digunakan untuk setiap zat terlarut tersebut berbeda untuk KMnO4 massa yang dibutuhkan
yaitu 2,73 gram dan untuk NaOH hanya membutuhkan massa sebesar 0,6 gram. Hal ini sama seperti dalam membuat larutan dengan konsentrasi 0,1 M semakin besar Mr dari zat terlarut yang digunakan maka semakin besar massa yang diperlukan. Mr daripada KMnO 4 lebih besar daripada NaOH sehinggah NaOH membutuhkan massa yang lebih sedikit dibandingkan dengan KMnO4. Zat terlarut yang digunakan dalam pembuatan larutan tidak menggunakan HCl dengan H2SO4 karena kedua jenis zat tersebut sudah dalam bentuk larutan sehinggah menggunakan yang lainnya untuk membuat larutan. Untuk pembuatan larutan dengan konsentrasi 1 M dalam 300 mL aquades digunakan dua jenis zat terlarut yang berbeda yaitu NH4OH dan NaOH. Kedua jenis zat terlarut ini yaitu NH4OH dan NaOH memiliki massa molekul relatif (Mr) yang tidak terlalu berbeda jauh Mr dari NH4OH adalah 35 sedangkan Mr daripada NaOH adalah 40 sehinggah untuk pembuatan larutan 1 M dalam 300 mL aquades massa yang digunakan untuk kedua zat terlarut ini tidak jauh berbeda. NH4OH memerlukan massa sebesar 10,5 gram sedangkan untuk NaOH memerlukan massa sebesar12 gram. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan untuk pembuatan larutan dengan konsentrasi 0,1 M, 0,05 M, 1 M, dan 2 M dalam volume pelarut yang sama atau konstan sebesar 300 mL didapati untuk zat terlarut NaOH memerlukan massa yang berbeda untuk setiap konsentrasi yang telah dibuat. Untuk konsentrasi 0,1 M diperlukan massa NaOH sebesar 1,2 gram sedangkan untuk konsentrasi 0,05 M dan 1 M diperlukan massa NaOH sebesar masing-masing 0,6 gram dan 12 gram. Hal ini disebabkan karena besarnya konsentrasi yang akan dibuat juga mempengaruhi jumlah massa zat terlarut yang akan digunakan. Jika ingin membuat konsentrasi yang lebih besar maka massa zat terlarut yang akan digunakan juga akan semakin besar begitu juga sebaliknya untuk membuat konsentrasi yang kecil massa zat terlarut yang akan digunakan juga akan semakin sedikit. Untuk membuat larutan NaOH dengan konsentrasi 1 M massa dari NaOH yang diperlukan lebih banyak daripada massa NaOH yang digunakan untuk membuat larutan NaOH dengan konsentrasi hanya 0,1 M. Selain dari senyawa NaOH hal yang sama juga didapat untuk senyawa KMnO 4. Untuk membuat larutan KMnO4 sebesar 0,1 M diperlukan massa KMnO4 sebesar 4,74 gram sedangkan untuk membuat larutan KMnO4 sebesar 0,05 M diperluakan massa sebesar 2,73 gram. Hal ini menunjukkan bahwa massa dari zat terlarut juga mempengaruhi dalam pembuatan suatu larutan dengan konsentrasi tertentu. Dari percobaan yang telah dilakukan terlihat jelas bahwa banyak hal yang mempengaruhi konsentrasi larutan yaitu massa zat terlarut, Mr, mol, dan juga volume pelarut.
VII.
Kesimpulan
Konsentrasi larutan ditentukan oleh massa zat terlarut, volume pelarut, Massa molekul relatif (Mr) dan juga mol dari zat terlarut yang digunakan.
Konsentrasi larutan dapat dinyatakan kedalam beberapa cara, yaitu :
Persen berdasarkan massa (percent by mass)
Molaritas (M)
Molalitas (m)
VIII. Saran
Dalam melakukan perhitungan praktikan harus lebih jeli dan teliti agar hasil yang didapatkan akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia. 1996. Kimia Larutan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Darlina. 1998. Pembuatan larutan standar dan pereaksi pemisah KIT RIA T 3. Jurnal Kimia. 1(2) : 78-79 Day, R. A dan Underwood, Al. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga. Oxtoby. 2001. Kimia Modern. Jakarta : Erlangga. Prasodjo. 2006. Kimia Analitik. Jakarta : Yudhistira. Reymond, Chang. 2004. Kimia dasar edisi 3 jilid 2. Jakarta : Erlangga Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Jakarta: PT Rineka Cipta. Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB
LAMPIRAN
Botol Reagen
Gelas Piala
Gelas Ukur
Labu Takar
Kaca Arloji
Neraca Analitik
Sudip