LAPORAM PRAKTIKUM AMAMI "PENENTUAN ACIDITAS & ALKALINITAS"
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Senyawa-senyawa di alam yang dapat dikelompokkan kedalam kelompok senyawa asam atau basa sangat melimpah jumlahnya, dengan tingkat keasaman dan kebasaan yang bervariasi. Tidak semua orang mengerti akan konsep asam dan basa ini, meski hamper dapat dipastikan setiap orang hampir setiap hari berhubungan dengan zat-zat baik yang bersifat asam maupun basa dalam kehidupannya. Sebagai contoh, makanan yang pada umumnya bersifat asam, sedangkan produk produk pembersih yang pada umumnya bersifat basa. (Ardianto, 2007). Istilah asam (acid) berasal dari bahasa latin Acetom. Sedangkan istilah alkali (bassa) berasal dari bahasa Arab yang berarti abu. Kualitas air juga ditentukan dengan mengukur tingkat keasaman. Air yang ada di alam memiliki pH 4-9. Tapi sebagian besr agak sedikit alkali disebabkan karena adanya ion karbohidrat ataupun biokarbonat. Perubahan pH di bawah atau di atas normal dapat terjadi karena buangan industry yang bersifat asam atau basa kuat. (Paramita, 2009). Keasaman adalah banyaknya basa yang diperlukan untuk menetralkan keasaman dalam air sebanyak satu liter. Sedangkan kebasaan adalah banyaknya asam yang diperlukan untuk menetralkan kebasaan dalam air. Tingkat kebasaan yang tinggi dalam suatu badan air akan mengakibatkan korosi alkali pada suatu elemen mesin. Sedangkan keasaman dalam air biasanya disebabkan adanya mineral-mineral tertentu, asam humus, dan CO2. Sifat asam dalam air dapat menyebabkan sifat korosif asam pada air (Putra Hardika, 2013). Berdasarkan pernyataan di atas, dilakukan percobaan ini untuk mengetahui kadar aciditas dan alkalinity atau alkalinitas dalam sampel air. Dalam percobaan ini dilakukan dengan dua metode alkalimetri dan metode asidimetri. 1.2 Tujuan
Penentuan Acidity (keasaman) metode alkalimetri untuk mengetahui ka dar aciditas (keasaman) dalam sample air. Penentuan alkalinity (kebasaan) metode asidimetri untuk meng etahui sampel air.
1.3 Metode Metode untuk penentuan untuk penentuan acidity (keasaman) : “Alkalimetri”. Alkalimetri adalah metode analisa yang menggunakan basa kuat sebagai titrannya dan sebagai analitnya adalah asam atau senyawa yang bersifat asam. Larutan yang biasa dipakai seba gai titran dalam alkalimetri adalah NaOH, KOH dan Ba(OH)2 yang merupakan larutan baku standar sekunder. Larutan yang biasa digunakan adalah NaOH. Metode untuk penentuan Alkalinity (kebasaan) : “Asidimetri” Asidimetri adalah analisa titrimetri yang menggunakan asam kuat sebagai titrannya dan sebagai analitnya adalah basa atau senyawa yang bersifat basa.
1.4 Prinsip 1.
2.
Metode alkalimetri : pada penetapan kadar asiditas dilakukan dengan penambahan indikator Fenolftalien (PP 1%) yang akan dititrasi dengan NaOH 0,01 N menghasilkan warna merah muda pada akhir titrasinya. Metode asidimetri : suatu sampel air dapat ditentukan pHnya dengan indikator kertas lakmus, indikator universal, dan pH meter. Selanjutnya sambel ditrasi denga n HCl dengan adanya indikator Metil sampai terbentuk warna merah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Analisis kimia yang diketahui terhadap sampel yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif yang paling sering diterapkan yaitu analisis titrimetri. Analisis titrimetri dilakukan dengan menitrasi suatu sampel tertentu dengan larutan standar, yaitu larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Perhitungan didasarkan pada volume titran yang diperlukan hingga tercapai titik ekuivalen titrasi. Analisis titrimetri yang didasarkan pada terjadinya reaksi asam-basa antara sampel dengan larutan standar disebut analisis AIDIMETRI dan ALKALIMETRI. Sebaliknya, jika digunakan suatu basa sebagai larutan standar, analisis tersebut sebagai analisis alkalimetri (Keenan, 1991). Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan proses penentuan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah ditentukan konsentrasinya/larutan standar. (Syukri, 1999). Proses penentuan konsentrasi suatu larutan dipastikan dengan tepat dikenal sebagai standarisasi. Suatu larutan standar dapat disiapkan dengan menggunakan suatu sampel zat terlarut yang diinginkan, yang ditimbang dengan tepat dalam volume larutan yang diukur dengan tepat. Zat yang akan memadai dalam hal ini disebut dengan standar primer (Day, 1998). Suatu zat standar primer harus memenuhi persyaratan berikut : 1. Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan 2. Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan 3. Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengatur 4. Zat harus mempunyai ekuivalen tinggi 5. Zat harus mudah larut pada kondisi dalam mana ia digunakan 6. Reaksi dengan larutan standar harus stokiometri dan praktis. Asidimetri dan alkalimetri yaitu 2 macam kelompok dari titrasi netralis. Asidimetri dan alkalimetri sering juga disebut dengan titrasi asidimetri dan titrasi alkalimetri (Basset, 1994). Titrasi asidimetri adalah titrasi larutan yang bersifat basa (basa bebas, dan larutan garamgaram terhidrolisis yang berasal dari basa lemah) dengan larutan standar asam. Titrasi alkalimetri adalah titrasi larutan yang bersfiat asam (asam bebas, dan larutan garam-garam terhidrolisis yang berasal dari basa lemah) dengan larutan standar basa. (Harjadi, 1990). Dalam proses titrasi, ada beberapa hal yang p erlu diperhatikan, yaitu :
ator titrasi ekivalen akhir titrasi
: zat kimia lain, analit atau titran yang sengaja ditambahkan pada proses titrasi untuk mengetahui titik ekivalen. : saat dimana reaksi tepat berlangsung sempurna : peristiwa dimana indikator telah menunjukkan warna dan titrasi harus dihentikan. Dalam titrasi juga perlu diperhatikan larutan standart primernya dan larutan standar sekundernya. Larutan standar primer yaitu suatu zat yang sudah diketahui kem urniannya dengan pasti, konsentrasinya dapatdiketahui dengan pasti dan teliti berdasarkan berat zat yang dilarutkan. Sedangkan larutan standar sekunder adalah suatu zat yang tidak murni atau kemurniannya tidak diketahui, konsentrasi larutannya hanya dapat diketahui dengan teliti melalui proses standarisasi (Sukamariah, 1990). Di dalam larutan standar sekunder perlu diperhatikan pemilihan indikatornya agar kesalahan titrasi yang terjadi menjadi sekecil mungkin. Di dalam pembuatan larutan standar asam yang biasa dipakai adalah HCl dan H2SO4. Sedangkan di dalam pembuatan larutan standar basa yang biasa digunakan adalah NaOH (Underwood, 2002). Larutan standar yang diinginkan biasanya dibuat dengan mengencerkan asam yang pekat. Tetapi dalam pengenceran sering diperoleh konsentrasi yang tidak tepat, hanya mendekati saja, oleh sebab itu perlu distandarisasikan. Pada saat melakukan proses standarisasi atau penetapan kadar, saat terjadi perubahan warna indikator, titrasi dihentikan. Indikator warna berubah warna pada saat titik ekuivalen. Saat perubahan warna terjadi, saat itu disebut titik akhir titrasi.
2.2 Tinjauan Bahan 2.2.1 Sampel Air Air merupakan senyawa yang bersifat pelarut universal, karena sifatnya tersebut, maka tidak ada air dan perairan alami yang murni. Tetapi dalamnya terdapat unsur dan senyawa yang lain. Dengan terlarutnya unsur dan senyawa tersebut, terutama hara mineral, maka air merupakan faktor ekologi bagi makhluk hidup. Walaupun demikian, ternyata tidak semua air dapat secara langsung digunakan memenuhi kebutuhan makhluk hidup, tetapi harus memenuhi kriteria dalam setiap parameternya masing-masing. Dalam menentukan kualitas air atau baik buruknya perairan dapat ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu : derajat keasaman (pH), oksigen terlarut, karbondioksida bebas, daya menggabung asam (DMA), salinitas, chemical oxygen deman. Kebutuhan air untuk berbagai aspek kehidupan menyangkut baik kuantitas maupun kualitasnya. Apabila jumlah air berlebihan atau kurang dari yang dibutuhkan, maka akan mengganggu demikian juga kualitas airnya juga harus sesuai dengan peruntukannya. 2.2.3 NaOH 0,01 N Pada percboaan alkalimetri digunakan larutan NaOH sebagai larutan sekunder (standar). Dalam pembuatan larutan NaOH digunakan air beb as CO2 dengan cara dipanaskan terlebih dahulu, hal ini bertujuan untuk menghilangkan CO2 dalam air karena apabila NaOH bereaksi dengan CO2 dapat mempersulit pada saat pembacaan titik akhir titrasi. 2.3 Reaksi 2.3.1 Acidity Ø Standarisasi NaOH dengan H2C2O4 H2C2O4 + 2NaOH ® Na2C2O4 + 2H2O Ø Alkalinity Standarisasi HCl dengan NaB4O7 Na2B4O7 + 2HCl ® H2B4O7 +2NaCl
BAB III METODOLOGI 1.1 Alat-alat Alat-alat yang digunakan dalam praktikum keasaman dan kebasaan diantaranya adalah labu Erlenmeyer 250 ml, pipet tetes, biuret. 1.2 Bahan Bahan-bahan yang digunakan diantaranya adalah larutan baku primer H2C2O4 0,01 N. Larutan baku sekunder NaOH 0,01 N, indikator PP. larutan baku primer dalam metode asidimetri Na2B4O7 0,01 N, larutan sekunder HCl 0,01 N, indikator metal orange 1%, sampel, aquades serta etnaol. 1.3 Prosedur Kerja Ø Alkalimetri a. Standarisasi NaOH dengan H2C2O4
H2C2O4 Ø Dimasukkan 10 ml H2C2O4 0,01 N ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml Ø Ditambahkan indikator PP 1% 3 tetes Ø Dititrasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna menjadi merah mudah konstan Hasil b. Penetapan kadar Sampel Ø Dimasukkan/dipipet 10 ml sampel, kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml. Ø Ditambahkan indikator PP 1% 3 tetes Ø Dititrasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna menjadi merah mudah konstan. Hasil Ø Asidimetri a. Standarisasi NaOH dengan Na2B4O7 Na2B4O7 Ø Dimasukkan 10 ml Na2B4O7 0,01 N ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml Ø Ditambahkan indikator metal orange 1% 3 tetes
Ø Dititrasi dengan HCl sampai terjadi perubahan warna dari orange menjadi merah konstan Hasil b. Penetapan kadar Sampel Ø Dimasukkan/dipipet 10 ml sampel, kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml. Ø Ditambahkan indikator metal orange 1% 3 tetes Ø Dititrasi dengan HCl sampai terjadi perubahan warna menjadi merah mu dah konstan. Hasil BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Pengamatan 4.1.1 Penentuan Keasaman (Acidity) 4.1.1.1 Standarisasi NaOH dengan H2C2O4 N Perlakuan o. 1. 10 ml H2C2O4 0,01 N dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml 2. Di tambahkan indikator PP 1% 3 tetes 3. Di titrasi dengan NaOH Pada standarisasi ke-1
Pada standariasi ke-2
4.1.1.2 Penetapan Kadar N Perlakuan o. 1. Dipipet 10 sampel asiditas ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml 2. Di tambahkan indikator PP 1% 3 tetes 3. Di titrasi dengan NaOH Pada standarisasi ke-1 Pada standariasi ke-2
4.1.2 Penentuan Kebasaan 4.1.1.1 Standarisasi HCl dengan Na2B4O7
Pengamatan
Warna larutan tampak jernih Warna larutan tetap jernih
Berubah warna menjadi merah mudah konstanta skala 17,8 ml Berubah warna menjadi merah muda konstan pada skala 16,4 ml
Pengamatan
Warna larutan tampak jernih Warna larutan tetap jernih
Berubah warna menjadi merah mudah konstanta skala 2,05 ml Berubah warna menjadi merah muda konstan pada skala 1,30 ml
N o. 1.
2. 3.
Perlakuan
Di masukkan 10 ml Na2B4O7 0,01 N Warna larutan tampak jernih ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml Di tambahkan indikator MO 1% 3 Warna larutan merah ke orangenan tetes Di titrasi dengan HCl Pada standarisasi ke-1 Berubah warna menjadi merah blewah pada skala 6,45 ml Pada standariasi ke-2 Berubah warna menjadi merah blewah pada skala 9,9 ml
4.1.1.2 Penetapan Kadar N Perlakuan o. 1. Dipipet 10 sampel alkalinitas ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml 2. Di tambahkan indikator M 1% 3 tetes 3. Di titrasi dengan NaOH Pada standarisasi ke-1 Pada standariasi ke-2
4.2 Data Hasil Percobaan 4.2.1 Data Hasil Percobaan Standarisasi No. Baku Primer Volume (ml) 1. H2C2O4 10 ml 2. H2C2O4 10 ml Jumlah rata-rata
Ø Jumlah volume rata-rata : 17,8 ml + 16,4 ml 2 4.2.2
Pengamatan
Warna larutan tampak jernih Warna larutan merah keorangenan
Berubah warna menjadi merah blewah skala 6,25 ml Berubah warna menjadi merah blewah pada skala 5,75 ml
Baku Sekunder NaOH NaOH
Volume (ml) 17,8 ml 16,4 ml 17,1 ml
Baku Sekunder NaOH NaOH
Volume (ml) 2,05 ml 1,30 ml 1,675 ml
= 17,1 ml
Data Hasil Percobaan Penetapan Kadar No. Baku Primer Volume (ml) 1. Sampel 10 ml Asiditas 10 ml Jumlah rata-rata
Ø Jumlah volume rata-rata :
Pengamatan
2,05 ml + 1,30 ml 2 4.2.3
= 1,675 ml
Data Hasil Percobaan Standarisasi HCl dengan Na 2B4O7 No. Baku Primer Volume (ml) Baku Sekunder 1. Na2B4O7 10 ml NaOH 10 ml NaOH Jumlah rata-rata
Ø Jumlah volume rata-rata : 6,45 ml + 9,9 ml 2 4.2.4
= 8,175 ml
Data Hasil Percobaan Penetapan kadar No. Baku Primer Volume (ml) 1. Sampel 10 ml Asiditas 10 ml Jumlah rata-rata
Ø Jumlah volume rata-rata : 6,25 ml + 7,35 ml 2
Volume (ml) 6,45 ml 9,9 ml 8,175 ml
Baku Sekunder HCl HCl
Volume (ml) 6,25 ml 7,35 ml 6,8 ml
= 6,8 ml
4.3 Perhitungan 4.3.1 Perhitungan Standarisasi NaOh dengan H 2C2O4 V . N (NaOH) = V.N (H2C2O4)
N (NaOH)
10 ml . 0,01 N 17,1 ml
=
N (NaOH) =
0,005
2.3.2 Penetapan Kadar
Kadar CO2
=
1000 V. sampel
V .NaOH x 4,4 x F.NaOH
=
1000 10 ml
1,675 ml x 4,4 x 0,005 N
=
3,685 mg CO2/L
2.3.3 Perhitungan Standarisasi HCl dengan Na 2B4O7
V . N (HCl) = N (HCl)
V.N (Na2B4O7) 10 ml . 0,01 N 8,175 ml
=
N (NaOH) =
0,012 N
2.3.4 Penetapan Kadar
Kadar HCO2
= =
1000 10
6,8 ml x 6,1 x 0,012
49,776 mg HCO3/L
4.4 Pembahasan Analisa kuantitatif adalah analisa kimia yang digunakan untuk menentukan beberapa kandungan zat kimia yang ada pada sampel melalui analisis kuantitatif. Salah satunya dengan cara titrasi yang dikenal dengan metode titrimetri. Setiap metode titimetri selalu terjadi reaksi kimia antara komponen analit dengan zat pendeteksi yang disebut titran.analit adalah komponen dari larutan sampel yang hendak ditetapkan kuantitasnya. Titran adalah larutan standart yang telah diketahui dengan tepat konsentrasinya. Titran ditambahkan ke dalam larutan analit menggunakan peralatan khusus yang disebut buret sampai mencapai jumlah tertentu hingga tercapai titik ekivalen. Pencapaian titik ekivalen umumnya ditandai oleh perubahan zat tertentu yang sengaja dimasukkan ke dalam larutan analit yang dikenal sebagai indikator. Perubahan indikator terjadi bila semua analit telah bereaksi dengan titrasn. Kelebihan sedikit titran bereaksi dengan indikator, sehingga terjadi perubahan pada indikator yang ditunjukkan dengan perubahan warna. Kelebihan titran harus diupayakan sekecil mungkin melalui penambahan titran tetes demi tetes agar tercapai kesalahan sekecil mungkin. Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat dilihat bahwa telah terjadi penetralan asam dengan larutan standart basa yang disebut dengan alkalimetri maupun penetralan basa dengan larutan standarnya asam yang disebut dengan asidimetri. Sampel asam yang akan ditetapkan kadar asamnya adalah H2C2O4 dengan larutan standar (sekundernya) adalah NaOH 0,01 N. kemudian ditambah 3 tetes indikator Fenolftalien (PP) 1%. Sebagai indikator untuk penentuan titik akhir tirasi. Titik akhir titrasi merupakan suatu keadaan yang dicapai pada saat larutan mengalami perubahan warna dari bening atau jernih menjadi merah mudah konstan. Bila suatularutan ditambahkan basa atau OH-, kesetimbangan air bergeser ke kanan. Akibatnya (H+) berkurang. Kekurangan ini, akan menyebabkan kesetimbangan asam bergeser ke kanan akhirnya (H+) berkurang. Kekurangan ini akan menyebabkan kesetimbangan asam bergeser ke kanan akhirnya (H+) relative sama dengan semua. Namun jika ditambahkan asam (H+), kesetimbangan bergeser ke kiri, sehingga kesetimbangan air tidak terganggu. Pada proses standarisasi NaOH dengan H2C2O4, dilakukan dua kali titrasi. Proses titrasi H2C2O4 dengan NaOH pada percobaan satu diperoleh hasil warna larutan mengalami perubahan warna dari bening menjadi merah muda konstan pada skala 17,8 ml. Sedangkan pada percobaan ke dua terjadi perubahan warna pada skala 16,4 ml. Kemudian larutan NaOH standar diugnakan untuk menentukan kadar asam oxalate dalam sampel air. Awal mula mula sampel asiditas dipipet 10 ml, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml, lalu ditambahkan indikator PP1% 3 tetes. Pada
kedua langkah tersebut masih tetap terbentuk warna larutannya bening. Setelah dilakukan ditrasi dengan NaOH dan larutan berubah warna menjadi merah muda pada skala 2,05 ml (pada percobaan 1), lalu untuk percobaan kedua diperoleh hasil 1,30 ml. Dari percobaan tersebut metode alkalimetri didapatkan volume rata-rata standarisasi adalah 17,1 ml dan volume rata-rata pada penetapan kadat, telah diperoleh hasil 1,675 ml. Pada percobaan asidimetri digunakan larutan HCl dengan konsentrasi 0,01 N yang akan distandarkan atau distandarisasi. Kemudian larutan HCl standar digunakan untuk menentukan kadar Na2B4O7 dalam sampel air. Sejumlah tertentu larutan Na2B4O7 standar ditimban, kemudian dititrasi menggunakan HCl dengan menambahkan 3 tetes indikator MO (sebelum titrasi). Titrasi dihentikan pada saat terjadi perubahan warna dari jernih/bening menjadi merah blewah. Pada percobaan pertama perubahan warna terjadi dalam skala 6,45 ml sedangkan pada percobaan kedua mengalami perubahan warna pada skala 9,9 ml. Kemudian larutan HCl standar digunakan untuk menentukan kadar Na2B4O7 ada didalam sampel air. 10 ml Na2B4O7 dititrasi dengan HCl yang sebelumnya sudah diberi indikator MO 1% 3 tetes. Titrasi dapat dihentikan pada saat terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah blewah. Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil penetapan kadar pertama pada skala 17,8 ml. Sedangkan pada penetapan kadar kedua berubah warna pada skala 17,8 ml. Hasil Akhirnya pada metode asidimetri diperoleh volume rata-rata standarisasi adalah 8,175 dan volume rata-rata penetapan kadarnya adalah 6,8 ml hasil dari perhitungan penetapan kadar, maka diperoleh hasil pada metode alkalimetri adalah 3,685 mg CO2/L dan hasil penetapan kadar metode asidimetri adalah 49,776 mg HCO3/L. Dari literature yang ada, diketahui bahwa derajat keasaman atau pH itu menunjukkan derajat keasaman suatu larutan air yang baik adalah air yang bersifat netral atau pH = 7. Air den gan pH < 7 (kurang dari 7) dikatakan air bersifat asam, sedangkan air di atas tuju (> 7) bersifat basa. Menurut PERMENKES RI No. 416 tahun 1990 batas pH minimum dan maksimum layak berkisar antara 6,5 - 8,5. Kusus untuk air hujan pH minimumnya adalah 5,5. Tinggi rendahnya pH air yang ada, dapat mempengaruhi rasa air. Maksudnya, air di bawah atau kurang dari tujuh akan terasa asam di lidah dan terasa pahit apabila pH melebihi 7. BAB V PENUTUP
5.1.1 a.
b. 5.1.2 a.
b.
5.1 Kesimpulan Metode Alkalimetri Dari percboaan yang telah dilakukan dengan metode alkalimetri, larutan standar NaOH distandarisasi dengan H2C2O4 didapatkan hasil volume rata-rata 17,1 ml sehingga konsentrasi yang didapatkan yaitu 0,05 N. Penentuan kadar H2C2O4 dalam sampel dilakukan dengan larutan NaOH sebagai peniter, dan penambahan indikator PP 1%, sehinga kadar yang didapatkan sebesar 3,686%. Metode Asidimetri Dari percboaan yang telah dilakukan dengan metode asidimetri, larutan standar HCl distandarisasi dengan Na2B4O7, didapatkan hasil volume rata-rata 8,175 ml sehingga konsentrasi yang didapatkan yaitu 0,012 N. Penentuan kadar Na2B4O7 dalam sampel air dilakukan dengan larutan HCl sebagai peniter, dan penambahan indikator metil orange sehingga kadar yang didapatkan sebesar 489,776%.
-
5.2 Saran Setelah melakukan praktikum ini ada beberapa saran yang perlu diperhatikan yaitu : Menggunakan alat dan bahan yang sesuai Memahami metode untuk praktikum Pengocokan pada saat titran harus sesuai dan tidak boleh terlalu pelan ataupun terlalu keras
DAFTAR PUSTAKA
Keenan, Charles. W. et. al. 1991. Ilmu Kimia Universitas Erlangga. Jakarta Day, 1998. Ilmu Kimia Analisa Air. Harjadi, 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia. Jakarta. Keenan, 1991. Ilmu Kimia Universitas Erlangga. Jakarta. Paramita, 2009. Paramita. Kamus Kimia, Bumi Aksara, Jakarta. Putra Hardika, 2013. Kimia Asam Basar. http://asambasa.blogspot.com/ Sukamariah, 1990. Kimia Kedoktera 2. Binarupa aksara. Jakarta Syanas, 2002. Kimia Analitik. EGC. Jakarta. Syukir, 1999. Kimia Dasar 2. Bandung. ITB.
Lampiran
Ø Pembuatan Reagen 1. NaOH 0,01 N 1000 ml gr = 40 . 0,01 . 1000 = 0,4 gram 1000 Cara pembuatan : ditimbang NaOH sebanyak 0,4 gram. Dimasukkan dalam beaker glass 1 liter, dilarutkan dengan sedikit aquadest, dipindahkan ke dalam labu ukur 1000 ml, ditambahkan aquadest sampai tanda batas, dikocok hingga homogen. 2. H2C2O4 0,01 N 1000 ml gr = 63 . 035 . 0,01 . 1000 = 0,63 g ® 0,63 gram 1000 Cara pembuatan : Ditimbang H2C2O4 sebanyak 0,63 gram. Dimasukkan dalam beaker glass 1 liter, dilarutkan dengan sedikit aquadest, dipindahkan ke dalam labu ukur 1000 ml, ditambahkan aquadest sampai tanda batas, dikocok hingga homogen.
3. Indikator PP 1% 100 ml g = 1 x 100 = 1 gram 100 Cara pembuatan : ditimbang 1 gram PP, dimasukkan dalam beaker glass 100 ml, dilarutkan dengan 50 ml etanol, kemudian dipindahkan ke labu ukur 100 ml, ditambahkan aquadest sampai tanda batas, dikocok hingga homogen. 4. HCl 0,01 N 1000 ml V1 . N1 = V2 . N2 V1 . I2 = 1000 . 0,01 V1 = 1000. 0,01 = 0,83 12 Cara pembuatan : dipipet dengan kuantitatif 0,83 ml HCl pekat, dimasukkan dalam labu 1000 ml yang sebelumnya diisi aquadest + 10 ml kemudian diadakan dengan aquadest hingga tanda batas, dikocok sampai homogen. 5. Na2B4O7 0,01 N 500 ml g = 190,685 . 0,01 . 500 = 0,95 gram 1000 Cara pembuatan : ditimbang 0,95 gram Na2B4O7 dimasukkan dalam beaker glass 500 ml, dilarutkan dengan aquadest, dipindahkan dalam labu ukur 500 ml, diadkan hingga tanda batas, di kocok sampai homogen. 6. Metil orange 1% 100 ml g = 1 x 100 = 1 gram 1000 Cara pembuatan : ditimbang 1 gram MO dilarutkan dengan sedikit aquadest, dipindahkan ke labu ukur 100 ml, ditambahkan aquadest hingga tanda batas, dikocok hingga homogen.