Perencanaan
Tahap pelaksanaan
Tahap akhir
menetukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian
mengurus surat izin penelitian
men-judgment instrumen (tes) kepada dosen pembimbing dan satu guru mata pelajaran fisika yang ada disekolah tempat penelitian akan dilaksanakan
merevisi/memperbaiki instrumen
melakukan uji coba instrumen pada sampel yang memiliki karakteristik sama dengan sampel
menganalisis secara statistik hasil uji coba instrumen meliputi validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas
penentuan sampel
pelaksanaan penelitian
mengolah data
menganalisis dan membahas secara deskriptif
menarik kesimpulan
14
MAKALAH PROPOSAL PENELITIAN MAHASISWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Judul : Analisis Konsistensi Respon siswa Dalam Menyelesaikan Persoalan Fisika Dengan Menggunakan Tes Representatif Majemuk Pada Pokok Bahasan GLB dan GLBB
Nama : Sulastri Wahyuningsih
NIM : 06101011028
Dosen Pengampu : Dr. Sardianto MS, M.Si., M.Pd.
Taufiq, M.Pd
Syuhendri, S.Pd., M.Pd
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Membangun suatu bangsa berarti meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Pendidikan merupakan suatu upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini berarti pendidikan memiliki peranan penting dalam pembangunan bangsa dan Negara. Di lingkungan sekolah pendidikan memberikan bekal yang kuat dalam hal pengetahuan.
Fisika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang memberi banyak kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun sayangnya, bagi sebagian besar siswa menganggap belajar fisika merupakan suatu momok yang menyeramkan. Fisika di anggap pelajaran yang sulit. Berdasarkan pengalaman pribadi penulis, guru fisika hanya menyampaikan definisi materi fisika secara sistematisnya tanpa memberikan pemahaman dan memaknai konsep secara utuh. Hal ini menyebabkan siswa hanya terbatas memahami materi fisika dengan cara representasi terbatas. Misalnya siswa hanya bisa menyelesaikan persoalan fisika dengan cara sistematis dan tidak bisa jika menyelesaikan dalam bentuk diagram, tabel, grafik, dsb. Padahal jika siswa memahami konsep fisika secara utuh, siswa mampu menyelesaikan persoalan fisika meskipun disajikan dalam bentuk yang berbeda dan akan konsisten dengan jawaban mereka. Oleh karena itu, untuk memahami konsep-konsep fisika, siswa harus terampil dalam menuangkan konsep-konsep tersebut dengan berbagai cara atau bentuk/ reperesentasi majemuk (judyanto : 2010). Hal ini berarti siswa dituntut untuk lebih memahami konsep fisika secara utuh bukan hanya dalam satu cara atau bentuk.
Kemudian untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan fisika dengan berbagai bentuk (diagram, grafik, tabel, dsb) dapat menggunakan tes representasi majemuk. Judyanto (2010) mengatakan untuk mengukur kekonsistensian siswa dalam menginterpretasikan permasalahan fisika dengan representasi majemuk dapat dilakukan dengan menggunakan tes representasi majemuk.
Tes merupakan alat evaluasi yang umum digunakan. Tes adalah suatu rangkaian proses untuk mendapatkan informasi tentang penguasaan atau kemampuan yang dimiliki seseorang. Sedangkan menurut Kohl dan Noah (dalam Judyanto : 2010) mengatakan bahwa keterampilan representasi adalah kemampuan yang harus dimiliki untuk menginterpresentasi dan menerapkan berbagai konsep dalam memecahkan masalah-masalah secara tepat. Hal ini berarti bahwa keterampilan representatif juga dapat digunakan untuk menilai kekonsistensian siswa dalam menjawab persoalan fisika yang nantinya dapat memberikan petunjuk seberapa besar pemahaman konsep yang dimiliki siswa tersebut.
Repersentasi memiliki pengertian mewakili atau perwakilan. Sedangkan representasi majemuk atau multi representasi merupakan representasi konsep yang dilakukan dengan menggunakan banyak cara. Menurut Judyanto (2010) sekurang-kurangnya terdapat 3 representasi dalam fisika, yaitu (1) representasi verbal; (2) representasi fisis; dan (3) representasi matematis. Tes representasi majemuk dapat digunakan untuk mengukur tingkat konsistensi siswa dalam menjawab persoalan fisika. Menggunakan tes representasi majemuk
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, konsisten mempunyai arti tetap, tidak berubah-ubah. Sedangkan konsistensi mempunyai arti ketetapan dan kemantapan dalam menjawab persoalan fisika walaupun disajikan dalam bentuk multi representasi. Menurut Ainsworth (dalam Judyanto: 2010) mengatakan bahwa konsistensi respon siswa dalam memahami konsep fisika menuntut pemahaman yang kebih dari siswa untuk melihat kesetaraan dari permasalahan fisika yang dituangkan dengan berbagai cara.
Berdasarkan dari uraian di atas, peneliti bermaksud meneliti tentang konsistensi siswa dalam menjawab persoalan fisika yang disajikan dalam bentuk multi representasi serta menemukan jenis representasi (verbal, fisis, dan matematis) yang lebih di pahami siswadalam memahami konsep fisika.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalahnya dapat dirumuskan sebagai berikut " Bagaimana tingkat konsistensi siswa dalam menyelesaikan soal fisika yang disajikan dalam bentuk tes representasi majemuk?"
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka peneliti mempunyai tujuan yaitu untuk mengetahui tingkat konsistensi siswa dalam menyelesaikan soal fisika yang disajikan dalam bentuk tes representasi majemuk.
1.4 manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
peneliti
Menambah pengetahuan bagi peneliti tentang bagaimana menganalisis tingkat konsistensi siswa dalam menyelesaikan soal fisika yang disajikan dalam bentuk tes representasi majemuk
guru
Memberikan masukan dan informasi bagi guru mengenai representasi konsep atau konsep fisika yang paling dikuasai siswa dan tidak dikuasai siswa.
Siswa
Mengetahui tingkat konsistensi dalam menyelesaikan persoalan fisika dan diharapkan memperbaiki atau meningkatkan representasi konsep yang tidak di kuasai.
Sekolah
Masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dimasa yang akan datang.
TINJAUAN PUSTAKA
Hakikat Tes
Pengertian Tes
Tes merupakan jenis instrumen yang banyak digunakan dalam evaluasi. Tes merupakan alat ukur yang berbentuk pertanyaan atau latihan, dipergunakan untuk mengukur kemampuan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang. Sebagai alat ukur dalam bentuk pertanyaan, maka tes harus dapat memberikan informasi mengenai pengetahuan dan kemampuan obyek yang diukur.
Menurut tarsidi, Secara umum tes terbagi atas:
Maximum Performance tes, mengukur seluruh kemampuan siswa dan seberapa baik dapat melakukannya. Dalam hal ini pertanyaan (tugas) yang diberikan harus jelas struktur dan tujuannya, serta arah jawaban yang dikehendakinya. Di sini ada jawaban betul dan salah, misalnya: tes kemampuan/bakat, dan tes hasil belajar.
Typical Performance tes, mengukur kecenderungan reaksi atau perilaku individu dalam situasi tertentu. Dalam hal ini tidak ada jawaban benar – salah, misalnya: tes kepribadian, sikap, minat.
Hakikat Representasi
Pengertian Representasi
Repersentasi memiliki pengertian mewakili atau perwakilan. Menurut Goldin dan Ulfarina (dalam Judyanto : 2010) mengatakan bahwa representasi merupakan suatu bentuk atau susunan yang dapat menggambarkan, mewakili, atau melambangkan sesuatu dalam suatu cara. Prain dan waldrip (dalam Judyanto:2010) mengatakan bahwa representasi majemuk (multi representasi) berarti mempresentasi ulang konsep yang sama dengan format yang berbeda, diantaranya secara verbal, gambar, grafik dan matematik. Ainsworth (dalam Judyanto: 2010) mengungkapkan bahwa representasi majemuk merupakan suatu cara yang digunakan untuk memperlihatkan suatu materi ataupun konsep dengan cara yang berbeda-beda, baik melalui gambar, teks, diagram, persaman, dan lain sebagainya. Dengan arti yang lebih sederhana representasi majemuk atau multi representasi merupakan representasi konsep yang dilakukan dengan menggunakan banyak cara.
Peran dan Fungsi representasi Majemuk
Memahami dari pengertiannya, representasi majemuk dapat digunakan dalam mengukur kedalaman konsep yang dikuasi siswa. Representasi majemuk juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat konsistensi siswa dalam menyelesaikan soal-soal fisika. Ainsworth (dalam Judyanto:2010) mengungkapkan fungsi dari representasi majemuk dalam pembelajaran menjadi 3 bagian, yaitu:
Untuk melengkapi representasi lain. Setiap representasi mungkin berbeda baik dalam setiap pengungkapan informasi atau dalam setiap proses pendukung. Sebuah representasi tunggal mungkin tidak cukup untuk membawa semua informasi atau terlalu rumit untuk siswa dalam penafsirannya.
Untuk membatasi dan memandu representasi lain. Misalnya, grafik dapat digunakan untuk memandu penafsiran persamaan.
Untuk membangun pemahaman yang lebih mendalam. Lebih lengkapnya, fungsi dari representasi majemuk dapat dilihat dari skema fungsi representasi majemuk yang tertuang dalam gambar 2.1.
Gambar 2.1
skema fungsi representasi majemuk menurut Ainsworth (dalam Judyanto :2010)
Format Representasi
Loviza (dalam judyanto : 2010) mengatakan bahwa dalma fisika ada beberapa format representasi yang dapat dimunculkan. Format-format tersebut adalah :
Deskripsi verbal
Untuk memberikan definisi dari suatu konsep, verbal adalah satu cara yang tepat untuk digunakan dalam suatu pembelajaran atau sebagai penarik kesimpulan.
Gambar/ diagram
Gambar membantu memvisualisasikan sesuatu yang masih bersifat abstrak. Dalam fisika bentuk diagram yang digunakan disesuaika dengan konsep pelajaran. Misalnya diagram benda bebas, diagram muka gelombang , dan sebagainya.
Grafik
Grafik dapat mempersingkat penjelasan yang panjang mengenai suatu konsep. Akan tetapi penggunaan grafik memerlukan suatu kemampuan yang tinggi bagi siswa dalam menginterpretasikan konsep.
Matematik
Matematik dibutuhkan dalam menyelesaikan persoalan kuantitatif. Penggunaan representasi matematik ini misalnya menerapkan rumus-rumus fisika dalam menyelesaikan soal-soal fisika serta memerlukan penguasaan matematika yang baik.
Tes Berbasis Representasi Majemuk
Tes berbasis representasi majemuk merupakan tes pilihan ganda hasil pengembangan dari R-FCI (Representational Of force Concept Inventory) yang dikembangkan oleh peneliti asal firlandia yang digunakan untuk meneliti konsistensi siswa (Judyanto:2010). Lebih lanjut menurut Judyanto R-FCI merupakan tes dengan 9 tema berbeda mengenai konsep gaya. Dari 9 tema yang berbeda mengenai konsep gaya. Dari setiap tema tersebut, dibuat menjadi 3 soal dengan konsep dan konteks yang dibuat semirip mungkin pada stamp-nya untuk setiap soal namun dengan pilihan alternative (option) yang berbeda representasinya seperti menggunakan gambar, grafik, verbal, persamaan matematis, vektorial dan sebagainya. Tes berbasis representasi majemuk dikembanagkan dengan cara yang sama namun disesuaikan dengan konsep dan materi pelajaran yang berbeda. Dalam penelitian ini tes representasi yang dikembangkan mengenai konsep gerak.
Konsistensi
Mempertahankan jawaban, pemikiran, bahkan prinsip membutuhkan suatu konsistensi sikap yang baik. Kebenaran tidak pernah dicapai sekali untuk selamanya melainkan harus terus dicari, dikejar dan diusahakan. Kebenaran mustahil di dapatkan jika kita tidak memiliki sikap yang konsisten. Demikian pula dalam membangun argumentasi perlu suatu sikap konsisten untuk mempertahankan suatu argumentasi.
Konsistensi memiliki banyak pengertian, dalam kamus besar bahasa Indonesia, konsisten mempunyai arti tetap, tidak berubah-ubah. Menurut Hogarth (dalam Judyanto:2010) ada dua pengertian konsisten secara umum. Pertama, konsisten adalah pemberian respon yang sama karena telah terbiasa meresepon permasalahan tersebut dengan cara yang sama. Misalnya ketika seseorang selalu menggunakan sandal untuk alas kaki diberikan sepatu dan sandal kemudian dia memilih sandal maka kita dapat mengatakan orang tersebut konsisten dengan penggunaan sandal. Kedua, konsisten adalah pemberian respon yang sama ketika diberikan permasalahan atau stimulus yang sama pada saat bersamaan. Misalnya, ketika seorang siswa diberikan dua tugas yang sama oleh gurunya, kemudian siswa tersebut menjawab untuk kedua tugas tersebut maka kita dapat mengatakan bahwa sisiwa tersebut konsisten.
Konsisten Representasi
Konsistensi representasi merupakan kemampuan siswa untuk menggunakan representasi yang berbeda secara konsisten tanpa melihat kebenaran ilmiahnya (Judyanto:2010). Lebih lanjut menurut Judyanto, konsistensi representasi bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari kesetaraan dari berbagai representasi tanpa melihat benar atau tidaknya jawaban siswa dari segi konsep untuk permasalahan yang diberikan.
Metodologi Penelitian
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Dengan variabel terikat yaitu konsistensi siswa sedangkan variabel bebasnya adalah tes representasi majemuk.
Lokasi dan sampel penelitian
Penelitian akan dilakukan disalah satu SMA di kota Palembang. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian adalah satu kelas dari keseluruhan populasi yang dipilih.pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling yaitu sampel dari anggota populasi diambli secara acak.
Prosedur penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri atas 3 tahap utam, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut.
Instrumen penelitian
Instrumen penelitiannya adalah Tes. Tes yang digunakan adalah tes pilihan ganda terdiri dari tes representasi majemuk dengan 5 pilihan jawaban. Butir soal dalma tes mencakup soal piliahn ganda yang saling berhubungan denag setiap tiga soal tes memiliki tema soal yang sma serta stamp dari ketiga soal tersebut dibuat semirip mungkin namun memiliki perebdaan dalam representasi pada optionnya. Sebelum diujikan pada sampel penelitian, soal terlebih dahulu diujicobakan pada kelas yang memiliki persamaan criteria dengan sampel. Data hasil uji coba selanjutnya dianalisis secara statistic. Analisis ini meliputi validitas butir soal, uji daya pembeda butir soal, dan uji tingkat kesukaran butir soal.
Validitas butir soal
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto:2009). Sebuah instrumen dikatakn valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan secara tepat.
Nilai validitas dapat ditentukan dengn menggunakan rumus :
(Arikunto, 2009:171)
Dimana:
= koefisien korelasi
= Jumlah skor item
= Jumlah skor total
N = Jumlah responden
Dimana: rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y. Menurut Arikunto (2009:75), kriteria koefisien korelasi adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4.1
Interpretasi validitas
Koefisien korelasi
Kriteria
0,000 – 0,200
0,200 – 0,400
0,400 – 0,600
0,600 – 0,800
0,800 – 1,000
Sangat rendah
Rendah
Cukup
Tinggi
Sangat tinggi
Harga dikonsultasikan dengan pada tabel product moment. Jika > berarti butir soal valid.
Reliabilitas tes
Reliabilitas tes merupakan tingkat keajegan suatu tes untuk dapat dipercaya menghasilkan skor yang konsisten. Instrumen yang baik dapat memberikn data sesuai dengan kenyataan. Dalam penelitian ini menggunakan rumus Kuder-Richardson
r11=nn-1(s2 - pqs2) (Arikunto:2009)
Keterangan :
n = jumlah item soal
p = proporsi subjek yang menjawab item benar
q = proporsi subjek yang menjawab item salah
s2 = standar deviasi dari tes
selanjutnya nilai r11 diinterpretasikan untuk menentukan reliabilitas instrumen dengan menggunakan criteria pada tabel 3.4.2 (Arikunto : 2009)
Tabel 3.4.2
Interpretasi reliabilitas
Koefesien Korelasi
Kriteria reliablitas
0,81 r11 1,00
Sangat tinggi
0,61 r11 0,80
Tinggi
0,41 r11 0,60
Cukup
0,21 r11 0,40
Rendah
0,00 r11 0,20
Sangat rendah
Tingkat kesukaran butir soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Rumus mencari P adalah:
(Arikunto, 2009:208)
Di mana:
P = Taraf kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = jumlah seluruh siswa peserta
Tabel 3.4.3
Interpretasi tingkat kesukaran
Koefisien
Interpretasi
0,10 – 0,30
0,30 – 0,70
0,70 – 1,00
soal sukar
soal sedang
soal mudah
Daya pembeda butir soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah). Dalam hubungan ini, patokan yang umum dipakai adalah sebagai berikut:
Klasifikasi daya pembeda (Arikunto, 2009: 218):
D : 0,00 – 0,20 : jelek (poor)
D : 0,20 – 0,40 : cukup (satisfactory)
D : 0,40 – 0,60 : baik (good)
D : 0,70 – 1,00 : baik sekali (excellent)
D : negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja.
Untuk mengetahui besar kecilnya angka indeks diskriminasi item dapat digunakan rumus berikut:
(Arikunto, 2009:213)
Dimana:
D : Indeks Diskriminasi Item
JA : Banyaknya peserta kelompok atas
JB : Banyaknya peserta kelompok bawah
BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
PA : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes berupa tes representasi majemuk yaitu tes pilihan ganda dengan 9 tema yang berbeda mengenai konsep GLB dan GLBB. Dari setiap tema tersebut dibuat menjadi 3 soal dengan konsep dan konteks yang dibuat semirip mungkin pada stamp-nya untuk setiap soal namun dengan pilihan alternative (option) yang berbeda representasinya seperti menggunakan gambar, grafik, verbal, persamaan matematis, vektorial dan sebagainya
Teknik analisis data
Analisis deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan data. Data pada penelitian ini berupa skor tes representasi majemuk. Untuk mendeskripsikan data penelitian maka digunakan teknik statistic.
Pemberian skor untuk setiap item tes
Penskoran pertama yang dilakukan adalah penskoran Right Only, yaitu jawaban benar diberi skor satu dan jawaban salah diberi skor nol. Penskoran ini dilakukan pada keseluruhan item tes yang digunakan dalam penelitian. Skor setiap item tes ditentukan dengan menghitung jumlah jawaban yang benar dari setiap siswa untuk setiap soal. Pemberian skor dihitung dengan menggunakan :
si= R
Keterangan :
si =Skor untuk setiap item tes
R = Jawaban siswa yang benar
Pemberian skor untuk setiap tema soal
Dalam teknik penskoran dari soal tes representasi majemuk untuk menentukan konsistensi representasi, maka digunakan penskoran untuk setiap tema soal sebagai berikut.
Dua poin, bila memilih jawaban yang setara dari 3 soal dengan tema yang sama;
Satu poin, bila memilih jawaban yang setara dari 2 soal dengan tema yang sama;
Nol point, bila tidak ada jawaban yang setara dari soal dengan tema yang sama.
Penskoran diatas berlaku untuk semua jawaban dan tidak melihat apakah jawaban tersebut benar atau salah. Setelah mendapatkan skor dari setiap tema soal, maka diambil nilai rata-rata untuk setiap tema soal dan juga untuk setiap siswa. Untuk nilai rata-rata setiap tema soal diambil dari skor keseluruhan untuk tema tersebut dibagi dengan jumlah siswa. Sedangkan untuk nilai rata-rata siswa diambil dari jumlah skor siswa untuk semua tema soal dibagi dengan jumlah tema soal setiap pertemuan pembelajaran. Kemudian diinterpretasikan nilainya sesuai dengan tabel 3.1 (Nieminen at al, dalam Judyanto:2010 ).
Tabel 3.1
Interpretasi Tingkat Kekonsistenan Siswa
Rata-rata Skor
Tingkat Kekonsistenan
0,00 – 1,20
Tidak konsisten
1,21 – 1,69
Konsisten
1,70 – 2,00
Sangat Konsisten
Uji coba instrumen
Untuk memperoleh instrument tes yang baik, maka tes tersebut harus diuji cobakan terlebih dahulu sebelum digunakan dalam penelitian. Uji coba ini dilakukan kepada siswa yang memiliki kesamaan karakter dengan siswa yang menjadi sampel penelitian. Data hasil uji coba kemudian dianalisis secara statistic yang meliputi uji validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan reliabilitas sehingga diperoleh keputusan layak atau tidaknya intrumen yang dibuat untuk dijadikan sebagai instrumen penelitian.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara.
Judyanto. 2010. Analisis konsistensi Respon Siswa SMA Terhadap Tes Representasi Majemuk Menggunakan Model Numbered Head Together Dalam Pembelajaran Fisika. [online]. Tersedia: http://www.repository.upi.edu/skripsiview.php?export=word&no_skripsi... [diakses: 9 April 2013]
Patrick B. kohl dan Noah D. Finkelstein. (2006). Representational Format Studennt Choice, and Problem Solving in Physics. [online]. Tersedia: http://www.colorado.edu/physics/EducationIssues/papers/PK_PERC.pdf [17 April 2013]
Tarsidi, Inding. (-). Fermormance Test. [online]. Tersedia: http://www.google.com/MAKALAH_PERFORMANCE_TEST.pdf. [19 april 2013]
Perencanaan
menetukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian
mengurus surat izin penelitian
men-judgment instrumen (tes) kepada dosen pembimbing dan satu guru mata pelajaran fisika yang ada disekolah tempat penelitian akan dilaksanakan
merevisi/memperbaiki instrumen
melakukan uji coba instrumen pada sampel yang memiliki karakteristik sama dengan sampel
menganalisis secara statistik hasil uji coba instrumen meliputi validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas
Tahap pelaksanaan
penentuan sampel
pelaksanaan penelitian
Tahap akhir
mengolah data
menganalisis dan membahas secara deskriptif
menarik kesimpulan