REPRESENTASI PSIKOANALISIS DALAM FILM SPLIT (2017) Oleh : Azhari Bevarlia (1502140228 / MC-3)
I. Pendahuluan Banyak kita temukan saat ini berbagi macam pilihan film untuk di tonton. Film sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki dua arti atau pengertian. Pertama, film diartikan sebagai selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan dalam bioskop). Kedua, film diartikan sebagai lakon (cerita) gambar hidup. Menurut (Effendi, 1986: 239) film diartikan sebagai hasil budaya dan alat ekspresi kesenian. Dapat dikatakan bahwa film adalah fenomena sosial, psikologi, dan estetika yang kompleks yang merupakan dokumen yang terdiri dari cerita dan gambar yang diiringi kata-kata dan musik. Film di kelompokan menjadi dua bagian dasar, yaitu kelompok film cerita dan non cerita. Pendapat lain ada yang mengelompokan menjadi film fiksi dan non fiksi. Film cerita merupakan sebuah film yang diproduksi berdasarkan pada cerita tulisan dan diperankan oleh para aktor dan aktris. Film cerita pada umumnya bersifat komersial, dengan maksud ditayangkan pada bioskop dengan harga tiket tertentu atau bisa juga diputar di televisi dengan dukungan sponsor iklan tertentu. Sedangkan film non cerita merupakan film yang mengangkat kenyataan sebagai subyeknya, yaitu merekam kenyataan dari pada fiksi tentang kenyataan. (Sumarno, 1996: 10). Gagasan awal terciptanya film adalah dari para seniman pelukis. Lalu dengan ditemukannya cinematography memberikan mereka ide agar dapat menghidupkan gambar-gambar yang telah mereka lukis. Dan dari lukisan-lukisan bisa melahirkan hal yang lucu dan menarik, karena dapat membuat sesuatu serta membuat sesuatu tersbut memegang peranan apa saja yang tidak mungkin diperankan oleh manusia saja. Seperti
layaknya tokoh dalam sebuah film kartun dapat dibuat menjadi ajaib, memiliki kekuatan atau dapat menghilang dan berubah bentuk menjadi besar atau kecil secara tiba-tiba. Apabila film permulaannya adalah film bisu, maka pada tahun 1927 di Broadway Amerika Serikat muncul film bicara pertama meskipun belum sempurna. Industri film adalah industri binis. Predikat ini telah menggeser anggapan orang yang masih meyakini bahwa film adalah karya seni, yang di produksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika (keindahan) yang sempurna. Meskipun pada kenyataannya adalah bentuk karya seni, industri film adalah bisnis yang memberi keuntungan, kadang-kadang menjadi mesin uang yang sering kali, demi uang keluar dari kaidah artistik film itu sendiri (Ardianto, 2004:134). Menurut Danesi (2010: 134), film memiliki tiga kategori utama, yaitu: film fitur, film animasi, dan dokumentasi. Film fitur merupakan karya fiksi yang strukturnya selalu berupa narasi. Film animasi adalah teknik pemakaian film untuk menciptakan ilusi gerakan dari serangkaian gambaran benda dua atau tiga dimensi. Film dokumentasi merupakan karya film non fiksi yang menggambarkan situasi kehidupan nyata yang terjadi di masyarakat dan setiap individu di dalamya menggambarkan perasaannya dan pengalaman dalam situasi yang apa adanya, tanpa persiapan, dan langsung pada kamera atau pewawancara. Film bukan hanya sebagai media untuk menghibur, namun juga sebagai sebuah medium. Wadah bagi para pembuat film dalam menyampaikan pesan dengan cara mereka sendiri. Selain itu, kehadiran film pada kehidupan manusia saat ini dianggap semakin penting dan setara dengan media lainnya. Kehadirannya yang praktis, sering disamakan dengan kebutuhan sandang pangan. Dengan begitu hampir tidak ada kehidupan manusia modern saat ini yang tidak tersentuhan oleh media ini. Film menarik untuk dibahas dan dihubungan dengan psikoanlisis, karena ada unsur psikoanalisis disetiap filmnya. Psikoanalisis sendiri merupakan cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud (1856-1939) dan para pengikutnya. Psikoanalisis juga merupakan cabang dari psikologi yang mempelajari tentang kepribadian atau perilaku psikologis manusia. Penerapan dari psikoanalisis menurut Moore dan Fine (1968; 78) yaitu suatu metode perlakuan terhadap penyakit psikologis atau emosial. Psikoanalisis juga sebagai bentuk terapi yang didasarkan akan pemahaman bahwa pada umumnya manusia tidak menyadari proses mental yang terkait dengan pikiran, perasaan dan perilakunya.
Pada awal kemunculan cabang ilmu psikologi yaitu psikoanalisis dapat dikatakan cabang ini diprotes atau dianggap aneh. Bahkan tulisan-tulisan yang telah Freud buat tidak dimuat dalam majalah-majalah kedokteran pada jaman itu. Terkadang juga rekan sesama dokternya menunjukan atau bercerita mengenai Freud dalam tulisan mereka yang berhasil dimuat pada majalah kedokteran. Namun itu pun hanya secara singkat saja dan bukan untuk memuji, melainkan untuk mengatakan bahwa apa yang Freud sedang jalani dan hasilkan adalah sesuatu yang “eksentrik”, “ekstrem” atau “aneh sekali”. Situasinya berubah pada tahun 1907, ketika itu psikoanalisis bangkit. Beberapa ilmuwan bersedia mengakui dirinya sebagai pengikut dari psikoanalisis. Suatu refleksi tentang resistensi yang disertai amnesia ini memaksa kita untuk menerima adanya aktivitas psikis yang tidak sadar. Pandangan tentang ketidak sadaran ini merupakan ciri khas psikoanalisis (Bertens, 2006;115-116). John Storey membagi psikoanalisis dalam 4 jenis (dalam buku Cultural Theory and Popular Culture, 2008) yaitu: Freudian, Lacanian, Cine, serta Slavoj Zizek dan Lacanian yang menelaah fantasi dalam psikoanalisis. Keempat psikoanalisis diatas dapat dikaitkan dengan film yang akan dibahas yaitu film Split. Film besutan Universal Studios yang di sutradarai oleh M. Night Shyamalan ini memiliki genre thriller. Mengangkat cerita tentang orang berkepribadian ganda yang menculik para gadis, dan bagaimana perkembangan dari kepribadiannya yang justru akan bertambah lagi, serta perjuang para gadis tersebut untuk dapat melarikan diri dari ruang bawah tanah tempat mereka disekap.
Pada film Split terdapat tokoh utamanya yaitu Kevin (James McAvoy) yang menderita kepribadian ganda. Total kepribadian yang ada pada dirinya ialah 23 kepribadian. Lalu adanya pertemuan yang Kevin sering lakukan dengan konsultan psikiaternya. Dengan begitu ada banyak sekali adegan serta sikap atau sifat karakter yang dapat di jelaskan dengan psikoanalisis dalam film Split.
II. PEMBAHASAN 2.1 Kepribadian Istilah “kepribadian” juga berarti ciri-ciri watak seseorang individu yang konsisten yang memberikan kepadanya suatu identitas sebagai individu yang khusus. Kalau dalam bahasa sehari-hari
kita anggap bahwa seorang
tertentu mempunyai
kepribadian,memang yang biasanya kita maksudkan ialah bahwa orang mempunyai beberapa ciri watak yang diperlihatkan secara lahir, konsisten dan konsekuen dalam tingkah-lakunya sehingga tampak bahwa individu tersebut memiliki identitas khusus yang berbeda dari individu-individu lainnya (Koentjaraningrat, 1990;102). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepribadian memiliki arti sebagai sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakannya dari orang atau bangsa lain. Membahas mengenai psikoanalisis tidak lepas dari seorang individu dan kepribadiaannya. Merujuk pada buku Pengantar Ilmu Antropologi karangan Koentjaraningrat, kepribadian memiliki unsur-unsur pendukung. Pertama, pengetahuan yang merupakan unsur dalam hal yang mengisi akal dan alam jiwa seorang manusia yang sadar, dimana itu secara sadar terdapat dalam otaknya. Kedua ada perasaan, jadi selain pengetahuan alam kesadaran manusia juga mengandung berbagai macam “perasaan”. Dorongan naluri merupakan unsur ketiga, dimana menurut para ahli psikolog tentang kesadaraan manusia juga mengandung berbagai perasaan lain yang ditimbulkan karena pengaruh pengetahuannya, melainkan karena sudah terkandung dalam organismanya, dan khususnya dalam gen-nya sebagai naluri. Lalu ada Heinz Kohut yang mengemukakan teori self-psychology, (Semiun, 2006; 25), Kohut berpendapat bahwa konsep diri (self-concept) seseorangan adalah pengatur utama perkembangan psikologis. Pendekatannya terhadap perkembangan kepribadian berpusat pada pematangan perasaan tentang self dari keadaan yang rapuh dan terpisah-pisah menjadi suatu struktur dewasa yang kohesif dan stabil. Self berperan sebagai kekuatan perkembangan psikologis dan bukan dorongan seksual dan agresif seperti yang dikemukakan oleh Freud. Kohut berpendapat bahwa gangguan psikologis terjadi
bila ada kekurangan-kekurangan
yang
penting
dalam
struktur self.
Pengalaman-pengalaman awal yang tidak menyenangkan, misalnya pengasuhan dan perhatian yang tidak tepat, dapat mengganggu perkembangan self. Sedangkan dari ilmu psikologi ada Freud yang juga dikenal sebagai Bapak Psikoanalisis, memaparkan tahapan dari perkembangan kepribadian seseorang dari bayi. Berikut 4 fase perkembangan anak yang dikaitkan dengan dinamika perkembangan dan sebelum memasuki fase maruritas (Sunaryo, 2004;43-44): Fase pragential atau stadium pragenital adalah fase dari saat dilahirkan sampai kira-kira umur 5 tahun yang mencakup fase oral, anal, dan falik. Ketiga fase tersebut mengalami perkembangan yang dinamis dan berlainan antara fase oral, anal, dan falik. Pada tahun-tahun pertama kehidupan memiliki peranan yang penting dalam menetukan pembentukan kepribadian, dan pada akhir tahun kelima, kepribadian seseorang telah terbentuk. Fase pragnetial ditentukan atas dassar cara-cara reaksi bagian tubuh tertentu. Fase laten berlangsung dari umur 6 tahun sampai dengan umur 12-13 tahun. Pada fase ini, dinamika perkembangan tampak lebih stabil karena impuls-impuls cenderung ditekan. Fase remaja yang berlangsung dari usia 12-13 tahun hingga 20 tahun. Pada saar ini, dinamika tampak menonjol kembali. Fase genital. Pada fase ini, dinamika tampak tenang kembali dan semakin tenang apabila individu memasuki fase maturitas. Fase sampai dengan umur 20 tahun adalah fase yang sangat menentukan di dalam pembentukan kepribadian seseorang. Perkembangan kepribadian, selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur dasar yang terbentuk sejak masa pragenital hingga genital.
2.2 Penyakit atau Gangguan Mental 1. Obsessive Compulsive Nama gangguan kepribadian Obsesif-Kompulsif (OCDP) mirip dengan kecemasan obsesif-kompulsif, namun keduanya sangat berbeda. Orang dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif terlalu fokus pada keteraturan dan kesempurnaan.
Mereka harus melakukan segalanya “benar” sering mengganggu produktivitas mereka. Mereka cenderung untuk terjebak dalam hal-hal yang detil, namun kehilangan gambaran yang lebih besar. Mereka menetapkan standar yang tinggi tidak masuk akal untuk diri mereka sendiri dan orang lain, dan cenderung sangat kritis terhadap orang lain ketika mereka tidak hidup sampai saat ini standar yang tinggi. Mereka menghindari bekerja dalam tim, percaya orang lain terlalu ceroboh atau tidak kompeten. Mereka menghindari membuat keputusan karena mereka takut membuat kesalahan dan jarang murah hati dengan waktu atau uang. Mereka sering mengalami kesulitan mengekspresikan emosi.1 Gejala Gangguan Kepribadian Obsesif-Kompulsif: • Mencari kesempurnaan dan disiplin yang berlebihan • Suka dengan ketertiban • Kaku • Kurang murah hati • Terlalu fokus pada detail dan aturan • Suka bekerja keras untuk bekerja, kadang berlebihan 2. Multiple Identity Disorder Kondisi ini juga dikenal dengan istilah gangguan identitas disosiatif atau sakit jiwa di mana akan terbentuk 2 atau lebih kepribadian yang tidak sama satu dengan yang lain sebagai akibatnya. Kepribadian-kepribadian yang terbentuk secara berulang akan mengendalikan seseorang yang mengalami kondisi sakit jiwa ini.2 Ciri-cirinya: • Sakit kepala dan terus ada keinginan untuk melakukan aksi bunuh diri. • Penderita terus memiliki kondisi yang berubah-ubah apalagi saat kepribadian yang satu bertukar dengan kepribadian lainnya. • Mengalami penyimpangan waktu, amnesia, dan distorsi waktu.
http://mypotik.blogspot.co.id/2012/01/10-macam-personality-disorder-gangguan.html (Diakses pada tanggal 07.05.2017 pukul 21.30) 2 http://halosehat.com/penyakit/gangguan-jiwa-mental/jenis-jenis-penyakit-sakit-jiwa (Diakses pada tanggal 07.05.2017 pukul 21.40) 1
• Penderita merasa sedang tak mendiami raga mereka sendiri dan selalu menganggap diri sendiri sebagai orang yang tak nyata atau orang asing. • Penderita seperti merasa bahwa ia tengah terpisah dari dirinya yang asli, entah itu secara mental maupun fisik. Ada banyak bentuk gangguan mental dan sudah banyak pula penemuan terkait penyembuhan gangguan mental. Namun, sebab pasti dari penyakit gangguan mental atau kejiwaan memang tidaklah diketahui karena pada dasarnya ada berbagai hal yang bisa menjadi latar belakarng seseorang mengalami sakit jiwa. Faktor lingkungan sekitar atau justru faktor genetik, atau bahkan kombinasi dari faktor-faktor lain tertentu bakal turut memperbesar kemungkinan seseorang mengidap sakit jiwa. Berikut di bawah ini merupakan faktor paling umum dari kondisi sakit jiwa pada seseorang.3 1. Mempunyai keluarga satu darah yang memiliki riwayat gangguaan kejiwaan. Ini dikarenakan ada gen-gen tertentu yang bisa membuat risiko seseorang terganggu jiwanya meningkat. Persoalan hidup dapat menjadi pemicu paling besar yang kemungkinan pernah penderita sakit jiwa alami sebelumnya. 2. Neurotransmiter atau senyawa kimia alami yang ada pada bagian otak berperan sangat vital bagi kesehatan kejiwaan dan mental seseorang. Reaksi kimia ini dapat mengalami perubahan dan kemudian memberi pengaruh pada suasana hati seseorang serta beragam aspek kesehatan mental penderitanya. 3. Hormon yang tidak seimbang pun dapat dimasukkan pada faktor pemicu sakit jiwa sehingga kesehatan mental pun akhirnya terpengaruh dan ini benar-benar terjadi pada beberapa kasus. 4. Terkena paparan obat-obatan, minuman keras, racun maupun virus ketika masih berada di dalam kandungan. 5. Mengonsumsi obat-obatan terlarang secara berkepanjangan dan akhirnya sampai kecanduan.
http://halosehat.com/penyakit/gangguan-jiwa-mental/jenis-jenis-penyakit-sakit-jiwa (Diakses pada tanggal 07.05.2017 pukul 21.40) 3
6. Mengalami trauma dan tekanan-tekanan serius, seperti halnya menjadi korban bencana alam atau mengalami pelecehan seksual (dalam banyak kasus yang terjadi adalah pemerkosaan). 7. Sebelumnya dulu pernah mengalami yang namanya sakit jiwa. 8. Mempunyai teman hanya sedikit atau bahkan sama sekali tidak memiliki teman sehingga kerap merasa sendiri. 9. Otak mengalami kerusakan. 10. Mengidap penyakit parah atau kronis, contohnya kanker. 11. Memiliki kehidupan berlika-liku dan penuh tekanan, seperti perceraian atau kesulitan dalam hal keuangan; kematian dari anggota keluarnya juga mengakibatkan kesedihan mendalam yang berisiko berujung pada gangguan jiwa seseorang.
Istilah dissosiative identity disorder sesuai dengan istilahnya gangguan ini cenderung merujuk pada salah satu mekanisme pertahanan yang disebutkan oleh Freud yaitu dissosiasi. Mekanisme pertahanan ini diduga sebagai penyebab utama dari DID. Awalnya konsep disosiasi ini berasal dari Pierre Janet. Konsep dasar dari disosiasi adalah bahwa kesadaran merupakan sesuatu yang biasanya bersatu dengan pengalaman hidup seseorang. Didalam kesadaran terdapat berbagai banyak hal yang melibatkan pikiran, emosi, dan motivasi dari orang yang bersangkutan.4 Tetapi, dalam keadaan tertekan, atau dalam keadaan dimana seseorang mengalami pengalaman traumatik yang sangat mengerikan dan mereka tidak mau menghadapinya, kesadaran
dapat
ditekan
dengan
suatu
cara
hingga
pada
akhirnya
pengalaman-pengalaman traumatik tersebut diakses kembali saat dia kembali sadar. Dia melupakan dan tidak menyadari bahwa dia mengalami pengalaman mengerikan tersebut.
5
Kondisi ini sebenarnya mirip dengan hipnotis diri agar dia tidak merasakan sakit dari pengalaman-pengalaman traumatiknya. Sebagai contoh, Billy Milligan memiliki http://gerbangpsikologi.blogspot.co.id/2015/07/kepribadian-ganda-bagian-3-penyebab-dan.html (Diakses pada tanggal 07.05.2017 pukul 19.25) 5 Ibid 4
kepribadian bernama Ragen, karena ia tidak tahan di bully teman-temannya, dia menciptakan Ragen untuk melindungi dirinya, sehingga kepribadian Ragen muncul dengan karakter seorang pemarah yang memiliki kekuatan untuk berkelahi.6 Pada contoh diatas, Billy sebenarnya sedang "menghipnotis" dirinya sehingga yang menguasai tubuh bukanlah Billy tapi Ragen yang memiliki kemampuan bertarung untuk melindungi dirinya. Billy sebagai kepribadian utama "keluar" dari tubuh dan membiarkan Ragen menguasai dirinya, sehingga ketika Billy kembali sadar dia tidak akan ingat bahwa dia sudah mengalahkan musuh-musuhnya.7 Sebenarnya penyebab dari gangguan ini sangat kompleks. Seseorang dengan DID biasanya pernah mengalami pengalaman-pengalaman traumatik yang berat seperti mendapat kan kekerasan fisik atau pernah mendapatkan pelecehan seksual pada masa kecilnya, biasanya sebelum usia sembilan tahun dimana usia tersebut merupakan masa-masa kunci dari pertumbuhan kepribadian seseorang.8 Hal yang menghubungkan antara masa kecil yang traumatik dan kepribadian ganda adalah,
anak-anak
mengembangkan
yang
merasa
trauma
cenderung
melarikan
diri
dengan
kepribadian lain, atau itu dia yang disebut dengan disosiatif.9
Mereka belajar menghipnotis diri mereka (tentu tanpa sadar), dengan sugesti yang penuh fantasi atau menghipnotis diri mereka menjadi orang lain. Pengalaman traumatik yang berulang-ulang akan menyebabkan anak memasuki siklus ini berulang kali, sehingga pada akhirnya mereka dengan sempurna mengembangkan kerpibadian lain dalam dirinya. Para peneliti menemukan bahwa orang yang mengembangkan gangguan ini adalah orang yang sangat mudah untuk dihipnotis.10
6
Ibid Ibid 8 Ibid 9 Ibid 10 Ibid 7
2.3 Freudian Psychoanalysis Freud adalah tokoh yang sangat populer sebagai psikiater dan pencetus teori dinamika psikologis (psikodinamika) pada akhir abad ke-19. Metode yang digunakanya dalam psikoterapi terkenal dengan nama psikoanalisis. Di dalam ruang praktiknya Freud menggunakan teknik-teknik tertentu seperti analisis mimpi dan teknik asosiasi bebas (pasien diminta menggungkapkan secara bebas, dalam keadaan rileks, berbaring) (Widyarni, 2009; 4). Dimana namanya ikut melambung serta dijadikan bagian dalam psikoanalisis. Bukan hanya Freud yang terlibat dalam pencetusan psikoanalisis, ada temannya Joseph Breur yang juga berperan penting memberikan ide-idenya pada awal psikoanalisis. Pada saat itu Freud adalah seorang neurolog yang memiliki pasien-pasien yang mengalami depresi, kecemasan dan beberapa kebiasaan obsesif. Ia meyakini bahwa banyak gejala yang mempengaruhi dan menyebabkan penyakit tersebut ada, serta di derita oleh pasiennya. Disini Freud juga yakin bahwa gejala pasien tersebut banyak di akibatkan karena penyebab mental dan bukan karena penyebab fisik. Kesimpulan yang ia miliki terkait penyakit pasiennya yaitu adanya penderitaan yang pernah dialami sebelumnya, berhubungan dengan konflik atau trauma emosional yang pernah terjadi di awal masa kanak-kanak. Hal itu terlalu menakutkan untuk diingat secara sadar oleh pasiennya, sehingga dari hal tersebut timbullah gejala dari penyakit kecemasan atau pun kebiasaan obsesif. Freud memberikan contoh seperti saat para pasiennya memiliki hasrat seksual yang terlarang kepada orang tuanya. Freud mengemukakan tiga struktur mental atau psikis, yakni id, ego, dan superego. Satu-satunya struktur mental yang ada sejak lahir adalah id, yang merupakan dorongan-dorongan biologis dan berada dalam ketidaksadaran. Id beroperasi menurut prinsip kenikmatan (pleasure principle) dan mencari kepuasaan segera. Ego adalah pikiran yang beroperasi menurut prinsip kenyataan (reality principle) yang memuaskan dorongan-dorongan id menurut cara-cara yang dapat diterima masyarkat. Superego, yang terbentuk melalui proses identifikasi dalam pertengahan masa kanak-kanak, merupakan bagian dari nilai-nilai moral dan beroperasi menurut prinsip moral. Mekanisme-mekanisme pertahanan, seperti represi, melindungi ego dari kecemasan dan mengerluarkan dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima dari kesadaran.
Meskipun menggunakan mekanisme-mekanisme pertahanan adalah normal, namun bila digunakan secara berlebihan dapat menyebabkan pola tingkah laku abnormal.11 Id, ego dan superego merupakan model terakhir dari pendapat Frued. Sehingga maksud dari pemaparan oleh Semiun di atas adalah manusia terlahir dengan Id kemudian pada perkembangannya berhubungan dengan budaya, yang kemudian menghasilkan Superego. Berdasarkan buku Cultural Theory and Populer Culture, etika Id menuntut “aku ingin hal itu” (apapun itu), maka Ego akan menunda, memikirkan hal tersebut untuk mempertimbangkan bagaimana cara mendapatkan hal tersebut. Menurut Freud, hal pokok dari pengekangan diatas itu adalah dengan mengesampingkan sementara dan menjaga jarak dari pemikiran dasar. Disini Freud menyatakan bahwa kita dapat mengekang pemikiran mengenai “hal tersebut”, namun tidak benar-benar melenyapkannya. Kita melupakannya karena terganti oleh hal lainnya.
Preconscious/ Unconscious
Conscious The Super-Ego
The Ego
Sumber :
The Freudian Psych.
The Id
12
Freud berpendapat bahwa kesadaran yang kita ketahui hanyalah puncak dari gunung es mental. Di balik permukaan yang terlihat, terdapat bagian pikiran yang tidak disadari, yang mengandung berbagai harapan, gairah, dan rahasia yang menimbulkan perasaan bersalah, teriakan yang tidak terucapkan, dan konflik antara hasrat dan kewajiban yang tidak terungkap. Banyak diantara dorongan dan pikiran ini yang bersifat seksual atau agresif. Kita tidak menyadarinya seiring dengan tenggelamnya kita dalam kesibukan sehari-hari, meskipun berbagai dorongan dan pikiran ini dapat
11
Semiun, Yustinus (2006). Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta: Kanisius,
hlm 12-13. 12
Storey, John. (2009). Cultural theory and popular culture. An introduction (5th ed.), hlm. 92
muncul dalam mimpi, kesalahan ucap (slip of the tongue), ketidaksengajaan yang tampak, bahkan gurauan. Freud (1905a) menulis, “Tidak ada orang yang dapat menyimpan rahasia. Jika lidahnya tidak berbicara, melalui jari-jarinyalah ia akan berkata-kata; penghianatan akan melir melalui setiap pori-porinya” (Wade & Travis, 2007; 20). Freud mengibaratkan id sebagai raja atau ratu, ego sebagai perdana menteri dan superego sebagai pendeta tertinggi. Id berlaku seperti penguasa absolut, harus dihormati, , manja, sewenang-wenang dan mementingkan diri sendiri; apa yang diinginkannya harus segera terlaksana. Ego selaku perdana menteri yang diibaratkan memiliki tugas harus menyelesaikan segala pekerjaan yang berhubungan dengan realitas dan tanggap terhadap keinginan masyarakat. Superego, ibaratnya seorang pendeta yang selalu penuh pertimbangan terhadap nilai-nilai baik dan buruk harus memgingatkan si Id yang rakus dan serakah bahwa pentingnya perilaku yang arif dan bijak.13 Id merupakan energi psikis dan naluri yang menekan manusia agar memenuhi kebutuhan dasar seperti misalnya kebutuhan: makan, seks, menolak rasa sakit atau tidak nyaman. Menurut Freud, id berada dialam bawah sadar, tidak ada kontak dengan realitas. Cara kerja id berhubungan dengan prinsip kesenangan, yakni selalu mencari kenikmatan dan selalu menghindari ketidaknyamanan.14 Bisa dibayangkan betapa mengerikan dan membahayakan seandainya diri kita terdiri dari id semata. Seorang anak yang berkembang, belajar bahwa ia tidak berperilaku sesukanya dan harus mengikuti aturan yang diterapkan orang tuanya. Seorang anak yang ingin memenuhi tuntutan dan keinginan yang kuat dari suatu realitas, akan membentuk struktur kepribadian yang baru, yaitu ego.15 Ego terperangkap di antara dua kekuatan yang bertentangan dan dijaga serta patuh pada prinsip realitas dengan mencoba memenuhi kesengan individu yang dibatasi oleh realitas. Seseorang penjahat, misalya, atau seorang yang hanya ingin memenuhi
13
Minderop, Albertine. 2011. Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus.
Jakarta; Yayasan Pustaka Obor, hlm 21 14 15
Ibid, hlm 21 Ibid, hlm 21-22
kepuasan diri sendiri, akan tertahan dan terhalang oleh realitas kehidupan yang dihadapi. Demikian pula dengan adanya individu yang memiliki impuls-impuls seksual dan agresivitas yang tinggi misalnya; tertentu saja nafsu-nafsu tersebut tak akan terpuaskan
tanpa
pengawasan.
Demikianlah,
ego
menolong
manusia
untuk
mempertimbangkan manusia untuk mempertimbangkan apakah ia dapat memuaskan diri tanpa mengakibatkan kesuliatan atau penderitaan bagi dirinya sendiri. Ego berada di antara alam sadar dan alam bawah sadar. Tugas ego memberikan tempat pada fungsi mental utama, misalnya: penalaran, penyelesaian masalah dan pengabilan keputusan. Dengan alasan ini, ego merupakan pimpinan utama dalam kepribadian; layaknya seorang pimpinan perusahaan yang mampu mengambil keputusan rasional demi kemajuan perusahaan. Id dan ego tidak memiliki moralitas karena keduanya ini tidak mengenal nilai baik dan buruk.16 Struktur yang ketiga ialah superego yang mengacu pada moralitas dalam kepribadian. Superego sama halnya dengan “hati nurani” yang mengenali nilai baik dan buruk (conscience). Sebagaimana id, superego tidak mempertimbangkan realitas karena tidak bergumul dengan hal-hal realistik, kecuali ketika impuls seksual dan agresivitas id dapat terpuaskan dalam pertimbangan moral. Jelasnya, sebagai berikut: misalnya ego seseorang ingin melakukan hubungan seks secara teratur agar karirnya tidak terganggu oleh kehadiran anak; tetapi id orang tersebut mengingikan hubungan seks yang memuaskan karena seks memang nikmat. Kemudian superego timbul dan menengahi dengan anggapan merasa berdosa dengan melakukan hubungan seks.17 3 unsur diatas yaitu Id, Ego, Superego, yang berhubungan dengan ketidaksadaran dan kesadaran akan lebih diperjelas melalui penjelasan yang diberikan oleh Freud. (Sunaryo, 2004;81) Freud mengemukakan teori topografi tentang kesadaran. Tingkat kesadaran menurutnya dibagi menjadi 3 daerah, yaitu : alam sadar, alam prasadar, dan alam tak sadar. Alam sadar Alam sadar merupakan bagian kecil dari kehidupan psikis yang merupakan sistem yang disadari. Kesadaran
16 17
Ibid, hlm 22 Ibid, hlm 22-23
ini diperoleh melalui pengamatan (persepsi) baik berasal
dari luar dirinya (eksternal) maupun yang dari dalam dirinya (internal). Alam sadsar memiliki hubungan yang sangat erat dengan alam prasadar. Dalam kehidupan psikis, ternyata hanya bahan-bahan yang berasal dari alam prasadar yang dapat masuk ke alam sadar, sedangkan hal-hal lain berada diluar kesadaran. Kesadaran itu sendiri merupakan fenomena subjektif yang isinya hanya dapat dikomunikasikan malalui perilaku dan bahasa.18 Alam prasadar atau bawah sadar. Alam prasadar merupakan jembatan penghubung antara alam tak sadar dan alam sadar. Kehidupan psikis alam prasadar disebut proses berpikir sekuder yang memiliki prinsip kenyataan dan bertujuan menghambat munculnya keinginan instingtif, menghindari ketidak
senangan dan mengikat energi psikis agar sesuai dengan
kenyataan dan ajaran serta norma individu. Alam prasadar berisikan kehidupan psikis yang laten dan tanggapan yang dapat diingat sehingga sewaktu-waktu dapat dimunculkan kembali melalui ingatan. Persepsi, dan reproduksi. Alam prasadzr menjaga agar hasrat yang mencemaskan dan bertentangan dengan realitas tidak keluar ke alam sadar.19 Alam tak sadar Alam tak sadar merupakan sistem dinamis yang berisi berbagai ide dan efek yang ditekan atau terdesak. Hal-hal yang ada dalam alam tidak sadar dapat dimunculkan kembali ke alam sadar karena ada sensor maupun resepsi dari alam prasadar dibuat tak berdaya seperti pada pembentukan gejala neurotik, dalam keadaan mimpi, atau dikelabuhi melalui lelucon. Kehidupan psikis pada alam tak sadar disebut proses berpikir primer yang mengutamakan pemuasan keinginan dan erat berkaitan dengan prinsip kesenangan (hedoinisme) dan naluri seksual. Alam tak sadar berisis kekuatan pokok, yaitu nafsu-nafsu yang merupakan ungkapan libido sebagai sumber segala nafsu yang hendak tampak keluar.20 Teori Mimpi
18 19 20
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, hlm 81 Ibid, hlm 81 Ibid, hlm 81-82
Freud menghubungkan karya sastra dengan mimpi. Sastra dan mimpi dianggap memberikan kepuasaan secara tak langsung mimpi seperti tulisan merupakan sistem tanda yang menunjuk pada sesuatau yang berbeda, yaitu melalui interprestasi. Perbedaan antara karya sastra dan mimpi adalah karya sastra terdiri atas bahasa yang bersifat linier; sedangkan mimpi terdiri atas tanda -tanda figuratif yang tumpang tindih dan campur-aduk. Mimpi dalam sastra adalah angan-angan halus.21 Gagasan Freud yang banyak dianut oleh beberapa pemerhati psikologi sastra adalah teori mimpi dan fantasi. Mimpi yang kerap dipandang sebagai kembang tidur, dalam konsep Freud dianggap lain. Mimpi memiliki peranan khusus dalam studio psikologi sastra. Inti pengamatan Freud terhadap sastra adalah bahwa sastra lahir dari mimpi dan fantasi.22 Alasan yang dibangun oleh Freud bermanfaat dalam memahai karya-karya sastra, misalnya bila dikaitkan dengan karya seni sebagai manifestasi introver dan neurosis, sebagai akibat manusia tidak bisa menerima kenyataan sehari-hari. Perbedaan suasana sehari-hari dan suasan psikis inilah yang menyebabkan Freud berkesimpulan ada mimpi di balik sastra. Impian-impian khayal manusia tidak terlepas dari kebutuhan hidup manusia. Kebutuhan hidup manusia yang paling dominan adalah tuntutan seksual. Seks dapat membelit hidup sehingga mencuatkan mimpi tertentu dalam sastra.23 Menurut Freud, kreasi seni merupakan alternatif, sebagai sublimasi dan kompensasi kehidupan sehari-hari yang tak terpenuhi. Karya seni adalah rekaman keistimewaan personal bukan kesadaran kolektif. Bila Freud memberikan intensitas pada peranan libido seksual, bagi Jung lebih memperhatikan ketidaksadaran sebagai energi, sebagai gudang memori dan dengan sendirinya diperlukan proses kreatif.24 Freud juga percaya bahwa mimpi dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Menurutnya, mimpi merupakan representasi dari konflik dan ketegangan dalam kehidupan kita sehari-hari. Demikian hebatnya derita karena konflik dan ketegangan yang dialami sehingga sulit diredakan melalui alam sadar, maka kondisi tersebut akan Minderop, Albertine. 2011. Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus. Jakarta; Yayasan Pustaka Obor, hlm 16-17 22 Ibid, hlm 17 23 Ibid, hlm 17 24 Ibid, hlm 17 21
muncul dalam alam mimpi tak sadar. Mimpi kerap tampil dalam bentuk simbolisasi dan penyamaran sehingga membutuhkan analisis dalam untuk memahaminya.25 Freud telah memberikan posisi penting pada mimpi dalam teori psikoanalisis dengan cara mendengarkan cerita para pasien tentang mimpi mereka. Dari metode ini terdapat persamaan-persamaan tertentu antara mimpi dan keadaan tidak sehat, misalnya keadaan psikosis halusinasi yang parah. Halusinasi timbul karena adanya suatu hasrat yang tak bisa diwujudkan. Freud merasa yakin bahwa kondisi ini terjadi pula pada mimpi. Misalnya, anak-anak bermimpi sesuatu yang tidak didapatnya atau sangat diinginkannya ketika ia terjaga. Hal ini tidak hanya terjadi pada anak-anak, tetapi juga pada orang dewasa. Menangkap makna mimpi orang dewasa, menurut Freud lebih karena mimpi adalah memasuki mekanisme penyamaran, yaitu menjelaskan keinginan tersembunyi yang berbentuk gambar mimpi yang membingungkan.26 Uraian tentang mimpi tercakup dalam suatu proses atau pekerjaan mimpi yang disebut: figurasi, kondensasi, pengalihan, dan simbolisasi. Pertama, bermimpi merupakan satu cara tertentu agar hasrat kita terwujud dalam bentuk nyat dan aktual. Proses mimpi semacam ini disebut figurasi, yakni pikiran mimpi yang kerap kali difigurasikan dalam bentuk gambar atai kata-kata. Kedua, dengan cara kondensasi, yaitu menggabungkan beberapa pikiran tersembunyi atau menumpukan beberapa pikiran dalam satu imaji tunggal. Proses ini menghasilkan suatu lukisan yang berbeda atau menciptakan suatu kontur umum.27 Keseluruhan proses, figurasi, kondensasi, pengalihan, dan simbolisasi, membentuk apa yang dinamakan Freud “pekerjaan mimpi” dan membantu menyamarkan hasrat yang tidak terwujud pada saat sadar, sebab hasrat tersebut merupakan sasaran sensor. Sensor bekerja dengan cara khusus pada semua hal yang mempunyai hubungan dengan seksualitas. Pekerjaan sensor semacam itulah yang disebut represi.28 Freud pernah membahas salah satu mimpinya. Ia bermimpi, dalam suatu perjalanan dengan kereta api, di atas lutut ia memegang sebuah topi yang bentuknya tinggi dan terbuat dari kaca. Setelah ia menganilisis mimpi tersebut, ia menemukan 25 26 27 28
Ibid, hlm 17 Ibid, hlm 18 Ibid, hlm 18 Ibid, hlm 19
bahwa topi tersebut adalah pikirannya yang teringat pada suatu ungkapan: “dengan meletakkan topi di bawah, kita akan berhasil mencapai apa saja di dunia ini”. Jadi, mimpi tersebut lambang kemapanan dan artinya adalah keinginan Freud untuk berhasil. Mimpi ini merupakan gambaran ambisi Freud untuk mencapai sesuatu dalam hidup. Ketiga, mimpi tidak selalu berhubungan dengan pikiran laten, bahkan kadang-kadang mimpi sekedar rincinan yang tak berarti dan merupakan kebalikan pikiran yang tersembunyi. Dalam hal ini mimpi merupakan pemindahan. Maksudnya, mimpi seakan-akan hendak menghindarkan jejak dari usaha pelacakan dengan memindahkan tekanan mimpi dari suatu titik ke titik yang berlawanan.29 Contoh dari pemindahan ialah ketika Freud bermimpi bertemu dengan seorang wanita (putri dari seseorang yang memberikan hutang kepadanya) dan wanita tersebut berkata tentang “mata yang indah”. Menurut peribahasa Jerman, menolong “untuk mata yang indah” artinya menolong tanpa pamrih. Dalam kasus mimpi Freud ini, ayah si wanita sama sekali bukan penolong tanpa pamrih. Jadi, melalui mimpi ini, Freud melkaukan pemindahan yaitu adanya hal yang berlawanan antara ungkapan “mata yang indah” dengan “menolong tanpa pamrih”. Keempat, gambaran mimpi kerap kali berhubungan dengan pikiran tersembunyi melalui hubungan analogis, yang disebut Freud simbol. Misalnya, raja atau ratu sering melambangkan orang tua si pemimpi, sedangkan pangeran atau putri adalah lambang diri pemimpi sendiri.30 Seluruh proses di atas membantu menyamarkan hasrat yang tidak dapat terwujud pada saat sadar sebab hasrat tersebut merupakan sasaran sensor; sedangkan sensosr bekerja secara khusus dengan segala hal yang berhubungan dengan seksualitas. Pekerjaan sensor ini disebut Freud represi. Karena ada sensor dan represi, di dalam mimpi ada gejala regresi, yang membawa kita ke dalam asal kehidupan psikis yaitu masa kanak-kanak, dimana awal munculnya berbagai hasrat.31
29 30 31
Ibid, hlm 19 Ibid, hlm 20 Ibid, hlm 20
2.3 Analisis Film Split Film ini di bintangi oleh James Mc-Avoy sebagai Kevin Wendell Crumb, seorang yang memiliki gangguan mental yaitu kepribadian ganda. Kevin memiliki 23 kepribadian yang berbeda, dalam film ini ada 5 kepribadian lainnya yang lebih banyak dimunculkan. Barry merupakan kepribadian yang memimpin dalam tubuh Kevin. Dia suka menggambar atau mendesain pakaian wanita. Barry memiliki kewenangan dalam menentukan giliran siapa yang akan mendapatkan cahaya (yang mengambil alih tubuh Kevin). 23 kepribadian tersebut duduk di kursi secara berurutan, namun Barry yang menentukan siapa yang akan mengambil cahaya. Ada sebutan The Hodge pada 23 kepribadian Kevin, yang mana merupakan kawanan dari kepribadian yang lemah atau tertindas diantara 23 kepribadian tadi. The Hodge teridiri dari 3 kepribadian yang “di hukum” oleh kepribadian lainnya yang lebih dominan, yang mana merupakan kepribadian yang dianggap merugikan bagi Kevin. Pertama ada Hedwig yang merupakan perwujudan dari masa kecil Kevin yang lebih baik. Hedwig berumur 9 tahun dan kepribadian yang paling muda yang ada dalam tubuh Kevin. Disini, Hedwig digambarkan sebagai anak yang ceria dan memiliki keingintahuan yang tinggi.
Gambar 1 Adegan di menit ke 24.30 Dia berhasil merebut cahaya dari Barry tanpa diketahui dan memberikannya pada Patricia atau Dennis. Patricia merupakan satu-satunya kepribadian yang berjenis kelamin perempuan. Dia merupakan kepribadian yang mempunyai sifat feminim paling besar pada tubuh Kevin. Namun, ia merupakan kepribadian yang suka pada kesempurnaan.
Sehingga apapun yang ia kerjakan dan ia minta kerjakan haruslah memiliki hasil sempurna. Lalu ada Dennis, yang merupakan kepribadian terkuat dan juga penggila kebersiham. Dennis memiliki kebiasan melihat gadis menari dengan telanjang. Ketiga kepribadian ini merupakan kawanan yang tidak diinginkan oleh Barry untuk memiliki cahaya. Sehingga beberapa tahun mereka ditekan agar tidak mengambil alih tubuh Kevin. Sayangnya berkat Hedwig, ketiga kawanan yang direndahkan ini akhirnya mendominasi tubuh Kevin secara bergantian. Mulai dari Dennis sebagai kepribadian yang paling sering keluar pada film Split ini. Ia bertugas untuk menculik 2 orang gadis, untuk dijadikan santapan atau tumbal bagi kepribadian ke- 24 yang akan muncul nantinya di akhir cerita. Seperti pada penjelasaan sebelumnya mengenai gangguan kepribadian obsesif-kompulsif yaitu merupakan gangguan pada mereka yang sangat memperhatikan hal-hal secara detail. Dennis mengidap gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, ia sangat memperhatikan kebersihan disekitarnya. Dapat dilihat pada adegan dibawah ini, ketika ia masuk dalam mobil untuk menculik Casey dan teman-temannya, yang pertama ia lakukan adalah membersihkan sampah kertas yang ada pada dashboard mobil (gambar 2).
Gambar 2 Adegan di menit ke 03.37
Gambar 3 Adegan di menit ke 15.00
Lalu juga ada pada adegan Dennis sedang berpura-pura menjadi Barry saat mengunjungi dokter Fletcher untuk melakukan sesi konsultasi. Dennis mencoba membetulkan penempatan dari beberapa benda yang ia lihat tidak sesuai pada tempatnya di ruangan konsultasinya. Dokter Fletcher saat ini sudah melihat adanya kejanggalan dari perilaku Barry yang seharusnya berperilaku bebas dan protektif terhadap gambar atau desainnya (gambar 3). Selain itu Dennis juga meminta para gadis yang ia culik untuk membersihkan kamar mandi, bahkan ia secara spesifik memberikan pernyataan mengenai perbedaan warna dari cairan pembersih lantai dan keramik. Tidak hanya itu ia juga beberapa kali menyuruh para gadis untuk melepas baju mereka yang kotor (gambar 4).
Gambar 4 Adegan di menit ke 22.30
Tidak jauh beda dengan Dennis, Patricia juga merupakan kepribadian yang menyukai kesempurnaan, terlihat pada adegan di gambar 5 yang memperlihatkan bahwa ia seorang yang tertata. Saat memotong roti dan sisi potongannya tidak sesuai, Patricia langsung kesal dan meletakkan pisau dengan keras diatas talenan.
Gambar 5 Adegan di menit ke 46.05 Jika dikaitkan dengan teori kepribadian dan juga Freudia psikoanalisis, Kevin yang diketahui memiliki banyak kepribadian ini menderita gangguan mental yang disebut dengan Multiple Identity Disorder atau Dissociative Identity Disorder. Gangguan ini berkembang disebabkan akan trauma masa kecil yang dialami oleh Kevin. Pada saat berumur 3 tahun, ibunya sering memarahinya saat Kevin salah dalam melakukan sesuatu hal (gambar 6). Gangguan identitas disosiatif ini muncul dalam masa pertumbuhan Kevin yang punya trauma. Kepribadian-kepribadian terus bermunculan sebagai pendukung atas kepribadian Kevin yang dinilai lemah dan tidak dapat memimpin dirinya sendiri.
Gambar 6 Adegan di menit ke 01.13.00
Adanya 23 ego atau dengan kata lain 23 kepribadian yang berbeda dalam diri Kevin. Adanya host identity atau kepribadian yang sering muncul seperti Barry dan juga Dennis. Lalu ada alter identity yaitu kepribadian yang muncul dengan memiliki jenis kelamin yang berlawaan dengan tubuh, atau usia yang berbeda, dan lainnya, Patricia merupakan contohnya. Child alter adalah tipe dari kepribadian yang muncul lebih muda dari usia kepribadian utamanya. Tipe ini digambarkan sebagai Hedwig, dimana terbentuk karena adanya pengalaman kekerasaan dimasa kecil Kevin. Tidak hanya itu untuk melindungi kepribadian utama dari kekerasaan yang pernah ia alami sebelumnya, maka hadirlah Persecutor personality yang cenderung memiliki perilaku keras dan berbahaya. Kepribadian ini merefleksikan Dennis dan juga Patricia. Sedangkan, Barry sendiri dicerminkan sebagai helper personality, yang merupakan kepribadian yang banyak membantu kepribadian utama dalam berhubungan dengan dunia atau menentukan pilihan. Selanjutnya dapat dikatakan pembentukan dari semua kepribadian Kevin tersebut didasari karena Kevin “menghipnotis” dirinya sendiri sehingga setelahnya tubuh Kevin di ambil alih oleh Barry yang dapat mengatasi rasa takut Kevin dalam berhubungan sosial dengan orang-orang disekitarnya. Jadi, saat Kevin muncul kembali dia tidak akan ingat bahwa sebenarnya dia sudah melakukan sosialisasi dengan sekitarnya. Keadaan tertekan yang terus dialami oleh Kevin pada masa kanak-kanaknya menyebabkan Kevin secara berulang-ulang melakukan hipnotis terhadap dirinya. Untuk dapat menghindari rasa sakit atau trauma, sehingga mereka (kepribadian utama) tidak perlu menghadapi situasi tersebut, disini kesadaran ditekan yang nantinya pada saat kepribadian lainnya muncul, kepribadian baru tersebut tidak akan menyadari bahwa ia pernah mengalami kejadian yang mengerikan sebelumnya.
III KESIMPULAN Kepribadian memiliki hubungan erat dengan psikoanlisis Freud. Yang mana itu juga berhubungan berbagai gangguan mental. Salah satunya adalah kepribadian ganda yang diderita oleh Kevin Wendell Crumb dalam film Split. Dalam teorinya, Freud menegaskan bahwa masa kanak-kanak merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena itu akan membentuk dan menentukan bagaimana kepribadian dari seseorang nantinya. Jika kasih sayang dan perhatian yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya berlimpah atau kurang akan mempengaruhi perkembangan dari pembentukan kepribadian anak itu sendiri. Sehingga diharapkan orang tua dapat memberikan kasih sayang dan perhatiaan pada anaknya sesuai sehingga anak dapat memiliki kepribadian yang baik kedepannya. Karena kurangnya kasih sayang di masa kecil membuat Kevin jadi memiliki trauma pada masa kecil. Ibunya sering memarahinya saat ia berbuat salah atau tidak sesuai dengan keingginan ibunya. Hal tersebut menimbulkan ego-ego lainnya terbentuk, dimana akhirnya kepribadian baru mengambil alih tubuh Kevin untuk membuatnya terhindar dari rasa ssakit akibat trauma tersebut. Namun dalam perjalanannya ada beberpaa kepribadian yang tidak diinginkan justru muncul dan malah membahayakan kepribadian utama atau lebih tepatnya tubuh dari kepribadian utama. Begitulah awal bagaimana Dennis dan Patricia (kepribadian Kevin lainnya) tidak diinginkan untuk muncul dan mengambil alih tubuh. Sayangnya, mereka ingin membuktikan bahwa mereka bukanlah kepribadian yang lemah melainkan kepribadian lainnya-lah yang lemah. Akibat yang dibuat oleh Dennis dan Patricia ini lah yang membahayakan Kevin dan semua kepribadian yang ada. Karena munculnya kepribadian ke-24 yang juga memiliki sifat jahat dan dikenal dengan nama The Beast. Merupakan cerminan dari monster yang ada dalam diri Kevin. Dimana ada 2 gadis yang menjadi korban hingga meninggal dari The Beast tersebut, serta melukai satu gadis lainnya.
Daftar Pustaka
Effendy, Onong Uchjana.. 2000. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala Erdinaya. 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya, Bandung
Danesi, Marcel. (2010). Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta: Jalansutra, Cetakan I, 2010
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta
Moore dan Fine. (1968). a Glossary of Psychoanalytic Terms and Concepts.
Storey, John. (2009). Cultural theory and popular culture. An introduction (5th ed.). University of Oxford Press.
Widyarini, 2009, Seri Psikologi Populer: Kunci Pengembangan Diri, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Minderop, Albertine. 2011. Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus. Jakarta; Yayasan Pustaka Obor.
Bertens, Kees. 2006. Psikoanalisis Segmund Freud. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Semiun, Yustinus (2006). Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta: Kanisius
Andri, Dewi P,Yenny. 2007. “Teori Kecemasan Berdasarkan Psikoanalisis Klasik dan Berbagai Mekanisme Pertanahan terhadap Kecemasan”. Majalah Kedokteran Indonesia. Vol 57 (7): hal. 233- 238
Carole Wade & Carol Tavris.2007. Psikologi Edisi Kesembilan Jilid 1. Jakarta: Erlangga
http://mypotik.blogspot.co.id/2012/01/10-macam-personality-disorder-gangguan.html (Diakses pada tanggal 07.05.2017 pukul 21.30)
http://halosehat.com/penyakit/gangguan-jiwa-mental/jenis-jenis-penyakit-sakit-jiwa (Diakses pada tanggal 07.05.2017 pukul 21.40)
http://gerbangpsikologi.blogspot.co.id/2015/07/kepribadian-ganda-bagian-3-penyebab-dan.ht ml (Diakses pada tanggal 07.05.2017 pukul 19.25)