KOMUNIKASI SEBAGAI ILMU YANG MULTIDISIPLIN DAN HUBUNGAN
Komunikasi Sebagai Ilmu Yang Multidisiplin, yang dikarang oleh Prof. Dr. H. Hafied Cengara, M. Sc. Komunikasi dalam pertumbuhannya merupakan studi retorika dan jurnalistik yang berkaitan dengan pembentukan pendapat umum. Pada awalnya komunikasi dinilai oleh banyak pihak sebagai ilmu yang monodisiplin. Pengertian monodisiplin di sini melihat kedudukan ilmu itu berdiri sendiri dengan cirinya sendiri. Namun dengan perkembangan masyarakat yang begitu cepat dibidang genetika dan teknologi komunikasi telah membawa dampak kaburnya batas-batas kewenangan dan fungsi beberapa ilmu pengetahuan, sehingga ilmu yang tadinya monodisiplin menjadi multidisiplin.
Ilmu komunikasi sebagai salah satu ilmu sosial, mempunyai kaitan yang erat dengan ilmu sosial lainnya. Persamaan bukan saja karena ia berada dalam satu lingkaran sosial tapi juga memiliki objek material yang sama yaitu mempelajari perilaku manusia dalam bermasyarakat. Perbedaan terletak pada objek formalnya yaitu komunikasi mempelajari pernyataan manusia dalam situasi berkomunikasi. Objek formalnya inilah yang merupakan ciri khas dari suatu ilmu yang dapat membedakannya dengan ilmu lain. Misalnya ilmu komunikasi dengan ilmu psikologi, memiliki objek material yang sama yaitu perilaku manusia. Sedangkan objek formalnya beda. Ilmu komunikasi identik dengan pernyataan manusia dalam situasi berkomunikasi sedangkan ilmu psikologi lebih cenderung pada kejiwaan manusia dalam berperilaku.
Bila ditarik garis besar dari penggambaran buku Ilmu Komunikasi ini sendiri berfokus pada hubungan antar manusia dalam konteks penukaran pesan yang memiliki makna. Oleh karna itu banyak pakar komunikasi yang membuat definisi sesuai dengan disiplin ilmunya.
Komunikasi sebagai ilmu yang multidisiplin sejak dulu telah dikembangkan oleh banyak ilmuan yang berasal dari luar bidang komunikasi, misalnya John Dewey seorang Psikologi dan filsafat, Dewey menginginkan adanya sebuah surat kabar yang dapat mempublikasikan hasil-hasil riset ilmu pengetahuan serta memperbaiki masalah masalah sosial. Juga menurut Charles Hortom Cooley,seorang sosiologi, Cooley melihat bahwa proses komunikasi antar pribadi dengan orang tua dan kelompok masyarakat, sebagai basis sosiologi dari studi sosiologi.
Itu sebabnya, komunikasi dianggap sebagai ilmu yang tidak berdiri sendiri dan sering kali meminjam dari disiplin ilmu lain, seperti disebutkan di atas, termasuk juga filsafat. Proses interdisipliner ini membuat ilmu komunikasi berkembang begitu pesatnya. Seiring dengan perkembangan komunikasi umat manusia di era globalisasi dan teknologi informasi komunikasi (ITC) Perkembangan ilmu komunikasi mengambil bentuk-bentuk dan arahan yang berbeda di belahan dunia yang berbeda-beda. Misalnya, teori-teori Timur cenderung berfokus pada keutuhan dan persatuan, sedangkan peandangan Barat kadang-kadang mengukur bagian-bagian tanpa harus memperhatikan integrasi dasar atau penggabungan bagian-bagian tersebut.
Sebagai sebuah ilmu multidisiplin, sebuah visi teori komunikasi yang mengambil sebuah langkah maju yang besar untuk mempersatukan bidang yang akan sedikit berbeda ini dan menunjukkan kerumitan-kerumitannya. Dengan kata lain, komunikasi tidak akan pernah menyatu dengan dengan sebuah teori tunggal atau kelompok teori. Teori-teori akan selalu mencerminkan perbedaan gagasan praktis mengenai komunikasi dalam kehidupan yang umum. Sehingga, manusia selalu dihadapkan pada keragaman pilihan.
komunikasi sangat luas dan beraneka ragam. Hampir tidak ada aspek kehidupan yang tidak lepas dari komunikasi. Berbagai dimensi selalu hadir dalam kehidupan manusia dan sepanjang sejarah manusia ada, komunikasi dipastikan selalu hadir baik secara perorangan, kelompok, bangsa maupun umat manusia sepanjang hidup di muka bumi.
Dengan demikian, komunikasi bisa dipandang sebagai ilmu yang multidimensional, karena dipelajari dari berbagai disiplin ilmu bersama-sama maupun sendiri. begitu luasnya pembahasan Namun, yang biasanya terjadi seorang manusia komunikasi hanya memusatkan perhatian dan keahliannya pada satu bidang saja. Dengan begitu, jarang ada yang bergerak, memahami maupun menjadi ahli di dua bidang atau tiga bidang komunikasi. Hal ini membuktikan begitu luasnya cakupan ilmu komunikasi, hingga segala aspek kehidupan nyaris tidak bisa lepas dari komunikasi.
Dalam penerapannya masing-masing disiplin ilmu itu menggunakan komunikasi untuk tujuan yang disesuaikan dengan bidangnya masing-masing. Misalnya, para psikologi meneliti komunikasi sebagai jenis perilaku tertentu yang didorong oleh proses-proses psikologi yang berbeda. Begitu juga para sosiolog memfokuskan pada masyarakat dan proses sosial, serta melihat pula komunikasi sebagai salah satu faktor sosial yang penting dalam masyarakat.
Bisa didefenisikan bahwa ilmu komunikasi itu sendiri dianggap sebagai ilmu yang tidak berdiri sendiri dan komunikasi haruslah mencari jenis hubungan yang berbeda berdasarkan pada pemahaman umum mengenai kesamaan dan perbedaan atau titik tekanan di antara teori-teori dan sebuah komitmen untuk mengatur tekanan-tekanan melalui dialog. Namun sekaligus menekankan pentingnya komunikasi sebagai sebuah bidang. Komunikasi bukanlah fenomena sekunder yang dapat dijelaskan oleh faktor-faktor psikologis, sosiologis, kultural, atau ekonomi. Tetapi komunikasi itu sendiri merupakan proses sosial yang utama dan mendasar yang menjelaskan semua faktor.
Atas dasar ini, dapat disimpulkan bahwa ilmu komunikasi dan ilmu sosial lainnya menunjukkan hubungan yang erat satu sama lainnya. Selain karena saling membutuhkan satu sama lainnya tetapi juga sifat normatifnya sebagai ilmu pengetahuan yang ditujukan pada kepentingan umat manusia. Dengan demikian tidak ada ilmu yang dapat berdiri sendiri tanpa dukungan ilmu lainnya, termasuk ilmu komunikasi.