BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah suatu tanggung jawab profesi dari apoteker dalam mengoptimalkan terapi dengan cara mencegah dan memecahkan memecahkan masalah terkait terkait obat (Drug Related Related problem). problem). Ketidakpatuhan Ketidakpatuhan (non compliance) compliance) dan ketidaksepa ketidaksepahaman haman (non corcondanc corcondance) e) pasien dalam menjalankan menjalankan terapi merupakan salah satu penyebab kegagalan terapi. Hal ini sering disebabkan karena karena kurang kurangny nyaa penget pengetahu ahuan an dan pemaham pemahaman an pasien pasien tentan tentang g obat obat dan segala segala sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan obat untuk terapinya.leh karena itu! untuk mencegah penggunaan obat yang salah (drug misuse) dan untuk menciptakan pengetahuan dan pemahaman pasien dalam penggunaan obat yang akan berdampak pada kepatuhan pengobatan dan keberhasilan dalam proses penyembuhan penyembuhan maka sangat diperlukan pelayanan informasi obat untuk pasien dan keluarga melalui konseling obat. Konseling obat sebagai salah satu metode edukasi pengobatan secara tatap muka atau wawancara! merupakan salah satu bentuk pelayanan kefarmasian dalam usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien dalam penggunaan obat. "ntuk itu #poteker perlu mengembangkan keterampilan dalam menyampaikan infor informa masi si dan dan membe memberi ri moti$ moti$as asii agar agar pasie pasien n dapa dapatt mematu mematuhi hi dan dan mema memaham hamii penggunaan obatnya terutama untuk pasien%pasien geriatri! pediatri dan pasien%pasien yang baru pulang dari rumah sakit serta pasien%pasien yang menggunakan obat dalam jangka waktu lama terutama dalam penggunaan obat%obat tertentu seperti obat%obat cardio$asculer! diabetes! &'! asthma! dan obatobat untuk penyakit kronis lainnya. Konseling Konseling obat diharapkan tidak hanya hanya memberikan memberikan informasi tentang obat tetapi tetapi sekaligu sekaliguss member memberika ikan n pendid pendidika ikan n dan pemaham pemahaman an tentan tentang g pengob pengobata atanny nnyaa dan memastikan bahwa pasien dapat menggunakan obat dengan benar.
Tujuan
a. &ersedianya &ersedianya acuan atau panduan bagi apoteker dalam rangka pelayanan konseling kepada pasien dan keluarganya. b. &erselenggaranya &erselenggaranya pelayanan konseling yang yang tepat sesuai kebutuhan. c. eningkatkan kompetensi apoteker dalam pela yanan konseling di sarana kesehatan
1
Sasaran
#poteker yang bekerja di Rumah *akit! #potek! Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya.
1.2 PELAY P ELAYANAN ANAN KONSELIN Pengert!an K"nsel!ng
Kons Konseli eling ng bera berasa sall dari dari kata kata coun counse sell yang yang arti artiny nyaa memb member erik ikan an sara saran! n! melakukan diskusi dan pertukaran pendapat. Konseling adalah suatu kegiatan bertemu dan dan berd berdisk iskus usiny inyaa seseo seseora rang ng yang yang membut membutuh uhka kan n (klie (klien) n) dan dan seseo seseora rang ng yang yang member memberika ikan n (konse (konselor) lor) dukung dukungan an dan dorong dorongan an sedemi sedemikia kian n rupa rupa sehing sehingga ga klien klien memperoleh memperoleh keyakinan keyakinan akan kemampuanny kemampuannyaa dalam pemecahan pemecahan masalah. masalah. Kegiatan Kegiatan konseling dapat diberikan atas inisiatif langsung dari apoteker mengingat perlunya pemberian konseling karena pemakaian obat%obat dengan cara penggunaan khusus! obat%obat yang membutuhkan terapi jangka panjang sehingga perlu memastikan untuk kepatuhan pasien meminum obat. .
Tujuan K"nsel!ng a. Tujuan U# U#u# • eningkatkan keberhasilan terapi • emaksimalkan efek terapi • eminimalkan resiko efek samping • eningkatkan cost effecti$eness • enghormati pilihan pasien dalam menjalankan terapi b. Tujuan juan K$ K$us usus us % • eningkatkan hubungan kepercayaan antara apoteker dengan pasien • enunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien • embantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obatnya • embantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan dengan pen yakitnya • eningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan. • encegah atau meminimalkan Drug Related Problem • eningkatkan kemampuan pasien untuk memecahkan terapi • engerti permasalahan dalam pengambilan keputusan • embimbing dan mendidik pasien dalam menggunakan obat
&an'aat K"nsel!ng a. Bag! (as!en !en • enjamin keamanan dan efektifitas pengobatan
2
• • • • • • •
endapatkan penjelasan tambahan mengenai penyakitnya embantu dalam merawat atau perawatan kesehatan sendiri embantu pemecahan masalah terapi dalam situasi tertentu enurunkan kesalahan penggunaan obat eningkatkan kepatuhan dalam menjalankan terapi enghindari reaksi obat yang tidak diinginkan eningkatkan efekti$itas + efisiensi biaya kesehatan b. Bag! Bag! A("tek "teker er • enjaga citra profesi sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan. • ewujudkan bentuk pelayanan asuhan kefarmasian sebagai tanggung jawab profesi apoteker. • enghindarkan apoteker dari tuntutan karena kesalahan penggunaan obat ( edication error ) • *uatu pelayanan tambahan untuk menarik pelanggan sehingga menjadi upaya dalam memasarkan jasa pelayanan. Pr!ns!( Dasar K"nsel!ng
Prinsip Prinsip dasar dasar konsel konseling ing adalah adalah terjad terjadiny inyaa kemitra kemitraan an atau atau korelas korelasii antara antara pasien dengan apoteker sehingga terjadi perubahan perilaku pasien secara sukarela. Pendek Pendekata atan n #pote #poteker ker dalam dalam pelaya pelayanan nan konseli konseling ng mengal mengalami ami peruba perubahan han model model pendekatan dari pendekatan ,edical odel- menjadi menjadi Pendekatan,Helping model-. Hal%hal yang perlu diperhatikan oleh apoteker
Sasaran K"nsel!ng a. K"nsel K"nsel!ng !ng Pas!en Pas!en )a*at )a*at +alan +alan
Pember Pemberian ian konseli konseling ng untuk untuk pasien pasien rawat rawat jalan jalan dapat dapat diberi diberikan kan pada pada saat saat pasien mengambil obat di apotik! puskesmas dan di sarana kesehatan lain. lai n. Pemilihan Pe milihan tempat konseling tergantung dari kebutuhan dan tingkat kerahasian / kerumitan akan hal%hal yang perlu dikonselingkan ke pasien. Konseling pasien rawat jalan diutamakan pada pasien yang
3
0. enjalani terapi untuk penyakit kronis! dan pengobatan jangka panjang. (Diabetes! &'! epilepsi! H12/#1D*! dll ) 3. endapatkan obat dengan bentuk sediaan tertentu dan dengan cara pemakaian yang khusus isal suppositoria! enema! inhaler! injeksi insulin dll. 4. endapatkan obat dengan cara penyimpanan yg khusus. isal insulin dll 5. endapatkan obat%obatan dengan aturan pakai yang rumit! misalnya pemakaian kortikosteroid dengan tapering down. 6. 7olongan pasien yang tingkat kepatuhannya rendah! misalnya geriatrik! pediatri. 8. endapatkan obat dengan indeks terapi sempit ( digo9in! phenytoin! dll ) :. endapatkan terapi obat%obatan dengan kombinasi yang ban yak (polifarmasi ) b.
K"nsel!ng Pas!en )a*at Ina(
Konseling pada pasien rawat inap! diberikan pada saat pasien akan melanjutkan terapi dirumah *elain pemberian konseling pada saat akan pulang! konseling pada pasien rawat inap juga diberikan pada kondisi sebagai berikut
• Pasien dengan tingkat kepatuhan dalam minum obat rendah. • #danya perubahan terapi yang berupa penambahan terapi! perubahan regimen terapi! maupun perubahan rute pemberian.
&asala$ ,ala# k"nsel!ng a. Pen-ebab ket!,ak(atu$an ,ala# (enggunaan "bat
'eberapa penyebab dari ketidak patuhan pasien dalam penggunaan obat dapat disebabkan karena faktor pasien sendiri maupun faktorfaktor yang lain. 0. ;aktor Penyakit a. Keparahan atau stadium penyakit! kadang orang yang merasa sudah lebih baik kondisinya tidak mau meneruskan pengobatan. b.
3. ;aktor &erapi a. Regimen pengobatan yang kompleks baik jumlah obat maupun jadwal penggunaan obat. b. Kesulitan dalam penggunaan obat! misalnya kesulitan menelan obat karena ukuran tablet yang besar. c. =fek samping yang ditimbulkan! misalnya mual! konstipasi!dll. d. Rutinitas sehari%hari yang tidak sesuai dengan jadwal penggunaan obat
4
4. ;aktor Pasien a. erasa kurang pemahaman mengenai keseriusan dari penyakit dan hasil yang didapat jika tidak diobati. b. enganggap pengobatan yang dilakukan tidak begitu efektif c. oti$asi ingin sembuh d. Kepribadian / perilaku! misalnya orang yang terbiasa hidup teratur dan disiplin akan lebih patuh menjalani terapi. e. Dukungan lingkungan sekitar / keluarga. f. *osio%demografi pasien umur! tingkat pendidikan! pekerjaan dll 5. ;aktor Komunikasi a. Pengetahuan yang kurang tentang obat dan kesehatan b. Kurang mendapat instruksi yang jelas tentang pengobatannya. c. Kurang mendapatkan cara atau solusi untuk mengubah gaya hidupnya. d. Ketidakpuasan dalam berinteraksi dengan tenaga ahli kesehatan. e. #poteker tidak melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan.
Strateg! untuk #enega$ ket!,ak(atu$an
% #poteker bekerjasama dengan dokter untuk mempermudah jadwal pengobatan dengan menurunkan jumlah obat! menurunkan inter$al dosis perhari dan penyesuaian regimen dosis untuk penggunaan terbaik pasien sehari%hari. % enyediakan alat bantu pengingat dan pengaturan penggunaan obat! misalnya alarm! chart. % engingatkan pasien dengan telepon atau surat untuk pembelian (refill) obat kembali. % engembangkan pengertian dan sikap mendukung di pihak keluarga pasien dalam mengingatkan penggunaan obat. etode pemberian moti$asi dalam menangani ketidakpatuhan 0. >elaskan keuntungan dari penggunaan obat 3. &ingkatkan kewaspadaan pasien dari gejala penyakit yang diperlihatkan dan membutuhkan pengobatan. 4. >elaskan bahwa pasien harus dapat menge$alusai dirinya sendiri 5. 'antu pasien untuk mengembangkan kepercayaan dirinya
1./ IN0)AST)UKTU) KONSELIN Su#ber Da-a &anus!a
5
Dalam mewujudkan pelayanan konseling yang baik maka kemampuan komunikasi harus ditingkatkan. 1ni penting agar terjalin komunikasi yang efektif dan intensif antara apoteker dengan pasien . *trategi komunikasi yang dapat dipakai oleh apoteker dalam melaksanakan konseling adalah sebagai berikut
• • •
embantu dengan cara bersahabat enunjukkan rasa empati pada pasien Kemampuan non$erbal dalam berkomunikasi #da beberapa kemampuan non$erbal yang sangat membantu keberhasilan
konseling antara apoteker dan pasien! yaitu 0. *enyum dan wajah yang bersahabat! apoteker harus menunjukan perasaan yang bahagia saat akan melakukan konseling! karena ekspresi wajah apoteker akan mempengaruhi suasana hati pasien. 3. Kontak mata! kontak mata langsung boleh terjadi 6?@ sampai :6@ selama sesi konseling. 4. 7erakan tubuh! harus dilakukan seefektif mungkin. >ika terlalu berlebihan kadang akan mempengaruhi mood pasien. *entuhan pada pasien juga kadang dibutuhkan untuk membuatnya merasa tenang. 5. >arak antara apoteker dan pasien! jarak yang terlalu jauh membuat komunikasi menjadi tidak efektif! begitu juga dengan jarak yang terlalu dekat. *ehinggga posisi dan jarak duduk antara apoteker dan pasien diatur agar pasien merasa nyaman. 6. 1ntonasi *uara! selama komunikasi berlangsung intonasi suara apoteker harus diperhatikan. *uara yang terlalu pelan atau keras membuat komunikasi menjadi tidak efektif. 'egitu juga dengan penekanan%penekanan kalimat yang dilakukan. 8. Penampilan apoteker yang bersih dan rapih membuat pasien merasa lebih nyaman. Sarana Penunjang a. )uang atau te#(at k"nsel!ng
"ntuk melaksanakan kegiatan konseling yang efektif sebaiknya konseling tidak dilakukan hanya di counter pada saat penyerahan obat! tetapi diruang khusus untuk konseling. Ruang yang disediakan untuk konseling sebaiknya memenuhi kriteria sebagai berikut 0. &ertutup dan tidak banyak orang keluar masuk! sehingga pri$acy pasien terjaga dan pasien lebih leluasa menanyakan segala sesuatu tentang pengobatan. 3. &ersedia meja dan kursi yang cukup untuk konselor maupun klien (pasien) 4. empunyai penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang bagus 5.
6
6. >ika jumlah pasien banyak dan mempunyai beberapa tenaga #poteker sebagai konselor! sebaiknya ruang konseling lebih dari satu. b. Alat Bantu K"nsel!ng
#gar konseling menjadi lebih efektif ada beberapa alat bantu yang dapat digunakan. Perlengkapan #poteker dalam melaksanakan konseling 0. Panduan konseling! berisi daftar (check list) untuk mengingatkan #poteker point% point konseling yang penting. 3. Kartu Pasien! berisi identitas pasien dan catatan kunjungan pasien 4.
1. P)OSES KONSELIN Penentuan Pr!"r!tas Pas!en
Dalam kegiatan pelayanan kefarmasian sehari%hari! pemberian konseling tidak dapat diberikan pada semua pasien mengingat waktu pemberian konseling yang cukup lama. leh sebab itu diperlukan seleksi pasien yang perlu diberikan konseling. *eleksi pasien dilakukan dengan penentuan prioritas pasien%pasien yang dianggap perlu mendapatkan konseling. Prioritas pasien yang perlu mendapat konseling
• • •
Pasien dengan populasi khusus ( pasien geriatri! pasien pediatri!dll) Pasien dengan terapi jangka panjang (&'! =pilepsi! diabetes!dll) Pasien yang menggunakan obat%obatan dengan instruksi khusus (Penggunaan
•
kortikosteroid dengan -tappering down- atau -tappering off- ) Pasien yang menggunakan obat%obatan dengan indeks terapi sempit ( digo9in!
•
phenytoin! dll ) Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan menjalankan t erapi rendah.
7
Pers!a(an Dala# &elakukan K"nsel!ng
"ntuk menerapkan suatu konseling yang baik maka #poteker harus memiliki persiapan. #poteker sebaiknya melihat dahulu data rekam medik pasien. 1ni penting agar apoteker dapat mengetahui kemungkinan masalah yang terjadi seperti interaksi obat maupun kemungkinanan alergi pada obat%obatan tertentu. *elain itu apoteker juga harus mempersiapkan diri dengan informasi!informasi terbaru yang berhubungan dengan pengobatan yang diterima oleh pasien.
Pertan-aan Dala# K"nsel!ng
Pemilihan kalimat tanya merupakan faktor yang penting dalam mewujudkan keberhasilan komunikasi. Pertanyaan yang digunakan sebaiknya adalah open%ended Cuestions. Dengan pertanyaan model ini memungkinkan apoteker memperoleh beberapa informasi yang dibutuhkan dari satu pertanyaan saja. Pertanyaan dengan jawaban -ya- atau -tidak! sebaiknya dihindari. 'egitu juga dengan pertanyaan yang berasal dari pendapat #poteker. pen%ended Cuestions akan menghasilkan respon yang memuaskan sebab pertanyaan ini akan memberikan informasi yang maksimal. Kata tanya sebaiknya dimulai dengan -bagaimana- atau -mengapa-.
Ta$a(an K"nsel!ng
#poteker harus memperkenalkan diri terlebih dahulu sebelum memulai sesi konseling. *elain itu apoteker harus mengetahui identitas pasien (terutama nama) sehingga pasien merasa lebih dihargai. Hubungan yang baik antara apoteker dan pasien dapat menghasilkan pembicaraan yang menyenangkan dan tidak kaku. >ika pasien terlihat keberatan dengan lamanya waktu pembicaraan! maka apoteker dapat bertanya apakah konseling boleh dilakukan melalui telepon atau dapat bertanya alternatif waktu/hari lain untuk melakukan konseling yang efektif.
D!skus! untuk #engu#(ulkan !n'"r#as! ,an !,ent!'!kas! #asala$
Pada sesi ini #poteker dapat mengetahui berbagai informasi dari pasien tentang masalah potensial yang mungkin terjadi selama pengobatan. Pasien bisa merupakan pasien baru ataupun pasien yang meneruskan pengobatan a. Diskusi dengan pasien baru
8
>ika pasien masih baru maka #poteker harus mengumpulkan informasi dasar tentang pasien dan tentang sejarah pengobatan yang pernah diterima oleh pasien tersebut. b. Diskusi dengan pasien yang meneruskan pengobatan Pasien yang sudah pernah mendapatkan konseling sebelumnya! sehingga #poteker hanya bertugas untuk memastikan bahwa tidak ada perubahan kondisi maupun pengobatan baru yang diterima oleh pasien baik yang diresepkan maupun yang tidak diresepkan. c. endiskusikan Resep yang baru diterima
•
#poteker harus bertanya apakah pasien pernah menerima pengobatan sebelumnya. #poteker harus bertanya pengobatan tersebut diterima pasien dari mana! apakah dari #poteker juga! atau dari psikiater dan lain sebagainya. >ika pasien pernah menerima pengobatan sebelumnya maka dapat di tanyakan
•
tentang isi topik konseling yang pernah diterima oleh pasien tersebut. #poteker sebaiknya bertanya terlebih dahulu tentang penjelasan apa yang telah diterima oleh pasien . 1ni penting untuk mempersingkat waktu konseling dan untuk menghindari pasien mendapatkan informasi yang sama yang bisa membuatnya merasa bosan atau bahkan informasi yang berlawanan yang membuat pasien bingung. Diskusi ini juga harus dilakukan dengan katakata
•
yang mudah diterima oleh pasien sesuai dengatingkat sosial % ekonomi pasien. Regimen pengobatan! pasien harus diberitahu tentang guna obat dan berapa lama pengobatan ini akan diterimanya. Pada tahap ini #poteker juga harus melihat kecocokan dosis yang diterima oleh pasien sehingga pengobatan menjadi lebih optimal.
d. endiskusikan pengulangan resep dan pengobatan Kegunaan pengobatan! #poteker diharapkan memberikan penjelasan tentang guna pengobatan yang diterima oleh pasien serta bertanya tentang kesulitan%kesulitan apa yang dihadapi oleh pasien selama menerima pengobatan. =fektifitas pengobatan! #poteker harus mengetahui efektifitas dari pengobatan yang diterima oleh pasien. #poteker harus bertanya pada pasien apakah pengobatan yang diterima telah membantu keadaan pasien menjadi lebih baik. =fek samping pengobatan! #poteker harus mengetahui dengan pasti efek samping pengobatan dan kemungkinan terjadinya efek samping kepada pasien tersebut. Pasien sebaiknya diberitahukan kemungkinan tanda%tanda efek samping sehingga pasien dapat melakukan tindakan pre$entif terhadap keadaan tersebut.
9
a. D!skus!
untuk
#enega$
atau
#e#ea$kan
#asala$
,an
#e#(elajar!n-a.
*etiap alternatif cara pemecahan masalah harus didiskusikan dengan pasien. #poteker juga harus mencatat terapi dan rencana untuk monitoring terapi yang diterima oleh pasien. 'aik pasien yang menerima resep yang sama maupun pasien yang menerima resep baru! keduanya harus diajak terlibat untuk mempelajari keadaan yang memungkinkan tercipta
masalah. *ehingga masalah terhadap pengobatan dapat
diminimalisasi. b. &e#ast!kan (as!en tela$ #e#a$a#! !n'"r#as! -ang ,!(er"le$.
#poteker harus memastikan apakah informasi yang diberikan selama konseling dapat dipahami dengan baik oleh pasien dengan cara meminta kembali pasien untuk mengulang informasi yang sudah diterima. Dengan cara ini pula dapat diidentifikasi adanya penerimaan informasi yang salah sehingga dapat dilakukan tindakan pembetulan. . &enutu( ,!skus!
*ebelum menutup diskusi sangat penting untuk #poteker bertanya kepada pasien apakah ada hal%hal yang masih ingin ditanyakan maupun yang tidak dimengerti oleh pasien. engulang pernyataan dan mempertegasnya merupakan hal yang sangat penting sebelum penutupkan sesi diskusi! pesan yang diterima lebih dari satu kali dan diberi penekanan biasanya akan diingat oleh pasien. ,. 0"ll"*u( ,!skus!
;ase ini agak sulit dilakukan sebab terkadang pasien mendapatkan #poteker yang berbeda pada sesi konseling selanjutnya. leh sebab itu dokumentasi kegiatan konseling perlu dilakukan agar perkembangan pasien dapat terus dipantau.
As(ek k"nsel!ng -ang $arus ,!sa#(a!kan ke(a,a (as!en
0. Deskripsi dan kekuatan obat
• #poteker harus memberikan informasi kepada pasien mengenai • 'entuk sedian dan cara pemakaiannya • Eama dan Fat aktif yang terkandung didalamnya • Kekuatan obat (mg/g) 3. >adwal dan cara penggunaan Penekanan dilakukan untuk obat dengan instruksi khusus seperti -minum obat sebelum makan-! -jangan diminum bersama susu- dan lain sebagainya. Kepatuhan pasien tergantung pada pemahaman dan perilaku sosial ekomoninya.
10
4. ekanisme kerja obat #poteker harus mengetahui indikasi obat! penyakit/gejala yang sedang diobati sehingga #poteker dapat memilih mekanisme mana yang harus dijelaskan! ini disebabkan karena banyak obat yang multi%indikasi. Penjelasan harus sederhana dan ringkas agar mudah dipahami oleh pasien 5. Dampak gaya hidup 'anyak regimen obat yang memaksa pasien untuk mengubah gaya hidup. #poteker harus dapat menanamkan kepercayaan pada pasien mengenai manfaat perubahan gaya hidup untuk meningkatkan kepatuhan pasien. 6. Penyimpanan Pasien harus diberitahukan tentang cara penyimpanan obat terutama obat%obat yang harus disimpan pada temperatur kamar! adanya cahaya dan lain sebagainya. &empat penyimpanan sebaiknya jauh dari jangkauan anak%anak. 8. =fek potensial yang tidak diinginkan #poteker sebaiknya menjelaskan mekanisme atau alas an terjadinya toksisitas secara sederhana. Penekanan penjelasan dilakukan terutama untuk obat yang menyebabkan perubahan warna urin! yang menyebabkan kekeringan pada mukosa mulut! dan lain sebagainya. Pasien juga diberitahukan tentang tanda dan gejala keracunan.
1.3 DOKU&ENTASI
Dalam
pelayanan
konseling
obat
kegiatan
pendokumentasian
sangat
diperlukan. &ujuan pendokumentasian pelayanan konseling obat adalah a. b. c. d. e. f. g.
endapatkan data / profil pasien engetahui riwayat penyakit pasien emantau kepatuhan pasien dalam berobat enge$aluasi pemahaman pasien tentang pengobatan enyediakan data jika terjadi tuntutan pada kesalahan penggunaan obat enyediakan data untuk e$aluasi kegiatan kefarmasian. enyediakan data untuk e$aluasi terapi
Pendokumentasian dapat berupa kartu konseling yang berisi data pasien dan kegiatan konseling yang dilakukan dan buku besar pencatatan kegiatan untuk mencatat $olume kegiatan. Dalam pendokumentasian perlu dicantumkan petugas yang melaksanakan konseling.
1.4 E5ALUASI
11
=$aluasi kegiatan
pelayanan kefarmasian ditujukan
untuk
mengukur
kemampuan dalam pelayanan dan mencari upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan. =$aluasi dalam konseling obat terdiri dari dua kegiatan! yaitu E6aluas! keg!atan Pela-anan
'ertujuan untuk melihat kapasitas pelayanan dan meningkatkan kinerja petugas yang memberikan konseling (konselor). =$aluasi kegiatan ini dapat dilakukan dengan menganalisis data yang ada dari kegiatan konseling yang sudah dilakukan maupun dengan melakukan wawancara kepada pasien. Dalam melakukan wawancara dapat dibuat kuesioner sebagai alat pengumpul data. Hal%hal yang didapatkan dalam e$aluasi adalah a. Kapasitas kegiatan ( jumlah pasien! jumlah kasus! dll ) b. acam kegiatan konseling ( rujukan dokter! pasien aktif bertanya! kelompok pasien tertentu! dll ) c. "ntuk pengobatan penyakit kronis! perlu dihitung jumlah pasien yang rutin berobat dan jumlah pasien drop out pengobatan d. Proses perubahan perilaku pasien sebagai hasil dari konseling e. Pendapat pasien tentang kegiatan konseling (dlm bentuk kuisioner) f. Pendapat pasien tentang petugas konseling ( konselor ) / kuisioner g. Aaktu tunggu / lamanya pelayanan konseling h. 1nfrastruktur dalam kegiatan konseling (kebijakan! protap! *D dll) E6aluas! Ke(atu$an Pas!en Dala# Peng"batan
Kegiatan ini lebih bersifat pengamatan pada masing%masing pasien. Dengan mempunyai dokumen yang berisi riwayat pengobatan pasien! apoteker yang memberikan konseling dapat melakukan pengamatan apakah pasien patuh dalam menjalani pengobatan. #poteker dapat mengambil tindakan untuk memperbaiki kepatuhan pasien dalam melaksanakan pengobatan. Kegiatan ini *angat bermanfaat pada pengobatan penyakit kronis. 'eberapa pengamatan yang dapat dilakukan adalah a. enghitung waktu pengulangan pemberian / perolehan obat (refill) b. enghitung jumlah obat yang tersisa pada saat pengulangan pemberian / perolehan obat ( refill ) c. ewawancara pemahaman pasien tentang cara penggunaan obat (dosis! cara minum obat! waktu minum obat! dll ) d. enanyakan kepada pasien apakah gejala penyakit yang timbul berkurang atau hilang! atau ada perbaikan dari kondisi sebelumnya. Hasil e$aluasi pada masing% masing pasien dapat digunakan sebagai data keberhasilan kegiatan konseling obat!
12
oleh karena itu pada kartu konseling harus memuat data%data yang dapat dipakai untuk mengukur efekti$itas kegiatan konseling.
BAB II TIN+AUAN PUSTAKA 2.1 De'!n!s! D!abetes &el!tus
Diabetes
melitus
(D)
merupakan
hiperglikemia
(glukosa%darah
terlampau meningkat) dan diikuti gangguan metabolisme glukosa! lemak dan protein di dalam tubuh (&jay and Rahardja! 3??:). Diabetes biasanya ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah acak! puasa dan postprandial . Diabetes dibedakan menjadi 5 yaitu D tipe%0! D tipe%3! D gestasional dan D tipe lain (Price and Ailson! 3??6).
13
2.2 Klas!'!kas! D!abetes &!l!tus
Klasifikasi diabetes melitus mengalami perkembangan dan perubahan dari waktu ke waktu. Dahulu diabetes diklasifikasikan berdasarkan waktu munculnya (time of onset). Diabetes yang muncul sejak masa kanak%kanak disebut ,ju$enile diabetes-! sedangkan yang baru muncul setelah seseorang berumur di atas 56 tahun disebut sebagai ,adult diabetes-. Eamun klasifikasi ini sudah tidak layak dipertahankan lagi! sebab banyak sekali kasus%kasus diabetes yang muncul pada usia 3?%4G tahun! yang menimbulkan kebingungan untuk mengklasifikasikannya. Pada tahun 0G8B! #D# (#merican Diabetes #ssociation) mengajukan rekomendasi mengenai standarisasi uji toleransi glukosa dan mengajukan istilah%istilah Pre-diabetes, Suspected Diabetes, Chemical atau Latent Diabetes dan Overt Diabetes untuk pengklasifikasiannya. 'ritish Diabetes #ssociation ('D#) mengajukan istilah yang berbeda! yaitu Potential Diabetes, Latent Diabetes, Asymptomatic atau Sub-clinical Diabetes! dan Clinical Diabetes. AH pun telah beberapa kali mengajukan klasifikasi diabetes melitus. Pada tahun 0G86 AH mengajukan beberapa istilah dalam pengklasifikasian diabetes! antara lain Childhood Diabetics, Young Diabetics, Adult Diabetics dan Elderly Diabetics. Pada tahun 0GB? AH mengemukakan klasifikasi baru diabetes melitus memperkuat rekomendasi Eational Diabetes Data 7roup pada tahun 0G:G yang mengajukan 3 tipe utama diabetes melitus! yaitu nsulin Dependent Diabetes !ellitus" #DD!$ disebut juga Diabetes elitus &ipe 0 dan %on-nsulin-Dependent Diabetes !ellitus" #%DD!$ yang disebut juga Diabetes elitus &ipe 3. Pada tahun 0GB6 AH mengajukan re$isi klasifikasi dan tidak lagi menggunakan terminologi D &ipe 0 dan 3! namun tetap mempertahankan istilah nsulin-Dependent Diabetes !ellitus" #DD!$ dan %on-nsulin-Dependent Diabetes !ellitus" #%DD!$! walaupun ternyata dalam publikasi%publikasi AH selanjutnya istilah D &ipe 0 dan 3 tetap muncul. Disamping dua tipe utama diabetes melitus tersebut! pada klasifikasi tahun 0GB? dan 0GB6 ini AH juga menyebutkan 4 kelompok diabetes lain yaitu Diabetes &ipe
14
'olerance #&'$ dan Diabetes elitus 7estasional atau 7estational Diabetes elitus
(7D).
Pada
re$isi
klasifikasi
tahun
0GB6
AH
juga
mengintroduksikan satu tipe diabetes yang disebut Diabetes elitus terkait alnutrisi atau !alnutrition-related Diabetes !ellitus #!(D!) Klasifkasi ini akhirnya juga dianggap kurang tepat dan membingungkan sebab banyak kasus E1DD (Eon%1nsulin%Dependent Diabetes ellitus) yang ternyata juga memerlukan terapi insulin. *aat ini terdapat kecenderungan untuk melakukan pengklasifikasian lebih berdasarkan etiologi penyakitnya. Klasifikasi Diabetes elitus berdasarkan etiologinya dapat dilihat pada tabel 0.
&abel 0. Klasifikasi Diabetes ellitus
15
&abel 3. Perbedaan Diabetes mellitus tipe 0 dan diabetes mellitus tipe 3 16
2./ ejala Kl!n!s
Diabetes seringkali muncul tanpa gejala. Eamun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan diabetes. 7ejala tipikal yang sering dirasakan penderita diabetes antara lain poliuria (sering buang air kecil)! polidipsia (sering haus)! dan polifagia (banyak makan/mudah lapar). *elain itu sering pula muncul keluhan penglihatan kabur! koordinasi gerak anggota tubuh terganggu! kesemutan pada tangan atau kaki! timbul gatal%gatal yang seringkali sangat mengganggu (pruritus)! dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas.
•
Pada D &ipe 1 gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah poliuria! polidipsia! polifagia! penurunan berat badan! cepat merasa lelah (fatigue)!iritabilitas! dan pruritus (gatal%gatal pada kulit).
•
Pada D &ipe 3 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada. D &ipe 3 seringkali muncul tanpa diketahui! dan penanganan baru dimulai beberapa tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi sudah terjadi. Penderita D &ipe 3 umumnya lebih mudah terkena infeksi! sukar sembuh dari luka! daya penglihatan makin buruk! dan umumnya menderita hipertensi! hiperlipidemia! obesitas! dan juga komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf.
17
2. Penatalaksanaan D!abetes &!ll!tus
Penatalaksanaan diabetes mempunyai tujuan akhir untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas D! yang secara spesifik ditujukan untuk mencapai dua target utama! yaitu 0. enjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal 3. encegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi diabetes.
&arget penatalaksanaan Diabetes illitus
Pada dasarnya ada dua pendekatan dalam penatalaksanaan diabetes! yang pertama pendekatan tanpa obat dan yang kedua adalah pendekatan dengan obat. Dalam penatalaksanaan D! langkah pertama yang harus
18
dilakukan adalah penatalaksanaan tanpa obat berupa pengaturan diet dan olah raga. #pabila dengan langkah pertama ini tujuan penatalaksanaan belum tercapai! dapat dikombinasikan dengan langkah farmakologis berupa terapi insulin atau terapi obat hipoglikemik oral! atau kombinasi keduanya. 'ersamaan dengan itu! apa pun langkah penatalaksanaan yang diambil! satu faktor yang tak boleh ditinggalkan adalah penyuluhan atau konseling pada penderita diabetes oleh para praktisi kesehatan! baik dokter! apoteker! ahli giFi maupun tenaga medis lainnya.
2..1 Tera(! tan(a "bat a. Pengaturan D!et
Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat! protein dan lemak! sesuai dengan kecukupan giFi baik sebagai berikut Karbohidrat 8?%:?@ Protein 0?%06@ umlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan! status giFi! umur! stres akut dan kegiatan fisik! yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal. *elain jumlah kalori! pilihan jenis bahan makanan juga sebaiknya diperhatikan. asukan kolesterol tetap diperlukan! namun jangan melebihi 4?? mg per hari. *umber lemak diupayakan yang berasal dari bahan nabati! yang mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh dibandingkan asam lemak jenuh. *ebagai sumber protein sebaiknya diperoleh dari ikan! ayam (terutama daging dada)! tahu dan tempe! karena tidak banyak mengandung lemak. asukan serat sangat penting bagi penderita diabetes! diusahakan paling tidak 36 g per hari. Disamping akan menolong menghambat penyerapan lemak! makanan berserat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh juga dapat membantu mengatasi rasa lapar yang kerap dirasakan penderita D tanpa risiko masukan
19
kalori yang berlebih. Disamping itu makanan sumber serat seperti sayur dan buah%buahan segar umumnya kaya akan $itamin dan mineral.
b. Ola$ )aga
'erolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal. *aat ini ada dokter olah raga yang dapat dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis dan porsi olah raga yang sesuai untuk penderita diabetes. Prinsipnya! tidak perlu olah raga berat! olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan. lahraga yang disarankan adalah yang bersifat C(PE (Continuous, (hytmical, nterval, Progressive, Endurance 'raining ). *edapat mungkin mencapai Fona sasaran :6%B6@ denyut nadi maksimal (33?%umur)! disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penderita. 'eberapa contoh olah raga yang disarankan! antara lain jalan atau lari pagi! bersepeda! berenang! dan lain sebagainya. lahraga aerobik ini paling tidak dilakukan selama total 4?%5? menit per hari didahului dengan pemanasan 6%0? menit dan diakhiri pendinginan antara 6%0? menit. lah raga akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan akti$itas reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan penggunaan glukosa.
2..2 Tera(! Obat
#pabila penatalaksanaan terapi tanpa obat (pengaturan diet dan olah raga) belum berhasil mengendalikan kadar glukosa darah penderita! maka perlu dilakukan langkah berikutnya berupa penatalaksanaan terapi obat! baik dalam bentuk terapi obat hipoglikemik oral! terapi insulin! atau kombinasi keduanya.
Insul!n
enurut Departemen ;armakologi dan &erapeutik ;akultas Kedokteran "ni$ersitas 1ndonesia (3??:)! insulin merupakan terapi utama yang diberikan untuk pasien D tipe%0 dan beberapa jenis D tipe%3. Pemberian insulin dapat dilakukan dengan cara intra$ena! intramuskular! dan subkutan (*K). Dosis dan
20
konsentrasi insulin dinyatakan dengan unit ("). Hampir semua preparat komersial insulin dipasrkan dalam bentuk larutan atau suspensi dengan kadar 0?? "/ml! atau sekitar 4!8 mg/ml. &erapi insulin merupakan suatu keharusan bagi penderita D &ipe 0. Pada D &ipe 1! sel%sel I
Penyerapan insulin dipengaruhi oleh beberapa hal. Penyerapan paling cepat terjadi di daerah abdomen! diikuti oleh daerah lengan! paha bagian atas dan bokong. 'ila disuntikkan secara intramuskular dalam! maka penyerapan akan terjadi lebih cepat! dan masaJkerjanya menjadi lebih singkat. Kegiatan fisik yang dilakukan segera setelah penyuntikan akan mempercepat waktu mula kerja (onset) dan juga mempersingkat masa kerja. *elain dalam bentuk obat suntik! saat ini juga tersedia insulin dalam bentuk pompa (insulin pump) atau *et in*ector ! sebuah alat yang akan
21
menyemprotkan larutan insulin ke dalam kulit. *ediaan insulin untuk disuntikkan atau ditransfusikan langsung ke dalam $ena juga tersedia untuk penggunaan di klinik. Penelitian untuk menemukan bentuk baru sediaan insulin yang lebih mudah diaplikasikan saat ini sedang giat dilakukan. Diharapkan suatu saat nanti dapat ditemukan sediaan insulin per oral atau per nasal (Ditjen 'ina Kefarmasian dan #lat Kesehatan Depkes R1! 3??6). . Ant!,!abet!k Oral
&erdapat 6 golongan antidiabetik oral (#D)! kelima golongan ini dapat diberikan pada D tipe%3 yang tidak dapat dikontrol dengan diet dan latihan fisik. Kelima golongan antidiabetik oral ini antara lain (&jay and Rahardja! 3??:) 0. *ulfonilurea ekanisme kerja dari obat golongan sulfonilurea ini yaitu menstimulasi sel%sel beta dari pulau
22
asam laktat dan angiopati luas! terutama pada lansia. ontoh obat%obat dari golongan biguanida yaitu metformin! fenformin! dan buformin.
5. 7lukosidase%1nhibitors (Penghambat =nFim α%7likosidase) ekanisme kerja dari obat golongan penghambat enFim α%glikosidase yaitu menghambat enFim α%glikosidase di mukosa duodenum! sehingga menghambat reaksi penguraian dari polisakarida menjadi monosakarida. =fek samping dari obat%obat golongan ini yaitu diare! malabsorbsi! flatulen! dan lain%lain. ontoh obat%obat dari golongan penghambat enFim α%glikosidase yaitu akarbosa dan miglitol. 6. &hiaFolidindion ekanisme kerja dari obat golongan thiaFolidindion yaitu mengurangi resistensi insulin dan meningkatkan sensiti$itas jaringan perifer untuk insulin. =fek samping dari obat%obat golongan ini yaitu peningkatan berat badan! edema! menambah $olume plasma dan memperburuk gagal jantung kongesif. ontoh obat%obat dari golongan thiaFolidindion yaitu rosiglitaFon dan pioglitaFon.
23
BAB III DESK)IPSI OBAT DIABETES &ELITUS
/.1 Insul!n
•
Komposisi
1nsulin glargine (analog insulin manusia)
1ndikasi
"ntuk dewasa! remaja dan anak L 8 tahun dengan D yang memerlukan terapi insulin
'entuk *ediaan
2ial 0?? iu/m
Dosis
0 9 sehari! secara injeksi subkutan! diberikan pada waktu yang sama tiap hari (dosis bersifat indi$idual)
ara Penggunaan
Disuntikkan secara subkutan pada malam hari menjelang tidur.
Peringatan
Pemberian secara intra$ena dapat menyebabkn hipoglikemia. Keamanan terhadap ibu hamil dalam kategori (bersifat teratogenik atau embriosidal atau yang lainnya).
ekanisme Kerja
1nsulin long acting! menghambat produksi glukosa di hati sehingga menyebabkan penurunan kadar glukosa dalam darah dan transport (mengangkut) glukosa dari darah ke dalam sel..
1nteraksi bat
Peningkatan
efek
penurunan
gula
darah
jika
digunakan bersama dengan antidiabetik oral! #= inhibitor!
disopiramid!
pentoksifilin!
fibrat!
propoksifen!
fluoksetin! salililat!
#1! antibiotic
sulfonamid. =fek penurunan gula darah akan berkurang jika
digunakan
bersama
kortikosteroid!
danaFol!
diaFoksid! diuretic! glucagon! isoniaFid! estrogen +
24
progesterone!
deri$ate
fenotiaFin!
somatropin!
simpatomimetik! hormone tiroid. I blocker! klonidin! garam litium! atau alcohol dapat memperkuat atau memperlemah efek penurunan gula darah. Pentamidin dapat
menyebabkan
hipoglikemia!
kadang diikuti
dengan hiperglikemia. =fek *amping bat
Hipoglikemia! gangguan $isual temporer! lipoatrofi atau liponipertrofi! reaksi pada tempat injeksi jarang terjadi! reaksi alergi berat! edema.
•
#ctrapid H/ #ctrapid Penfill/ #ctrapid Eo$olet (Eo$o Eordisk)
Komposisi
1ndikasi 'entuk *ediaan
D yang memerlukan insulin 2ial #ctrapid H 0?? iu/m
Dosis
?!6 M 0 iu/kg ''/hari (dosis bersifat indi$idual)
ara Penggunaan
disuntikkan secara subkutan 4? menit sebelum makan
Peringatan
Keamanan terhadap ibu hamil dalam kategori ' (tidak ada resiko terhadap janin! tetapi tidak ada studi kontrol pada wanita hamil).
ekanisme Kerja
1nsulin rapid acting! menghambat produksi glukosa di hati sehingga menyebabkan penurunan kadar glukosa dalam darah dan transport (mengangkut) glukosa dari darah ke dalam sel.
1nteraksi bat
bat hipoglikemik oral! #1! alcohol! penyekat I non seletif! #= inhibitor! salisilat! steroid anabolik! dan sulfonamide dapat menurunkan kebutuhan akan insulin.
Kontrasepsi
oral!
tiaFid!
glukokortikoid!
hormone tiroid! simpatomimetik I! dan danaFol dapat meningkatkan kebutuhan akan insulin. kreotid atau
25
lanreotid
dapat
meningkatkan
dan
menurunkan
kebutuhan tubuh akan insulin. =fek *amping bat
Hipoglikemia.
Pen-!#(anan Insul!n
•
1nsulin harus disimpan di lemari es pada temperatur 3%B o . 1nsulin $ial =li
•
dimasukkan lemari es. 1nsulin dapat disimpan pada suhu kamar dengan penyejuk 06%3? o bila seluruh isi $ial akan digunakan dalam satu bulan. Penelitian menunjukkan bahwa insulin yang disimpan pada suhu kamar lebih dari 4?N akan lebih cepat kehilangan potensinya. Penderita dianjurkan untuk memberi tanggal pada $ial ketika pertama kali memakai dan
•
sesudah satu bulan bila masih tersisa sebaiknya tidak digunakan lagi. Penfill dan pen yang disposable berbeda masa simpannya. Penfill regular dapat disimpan pada temperatur kamar selama 4? hari sesudah tutupnya ditusuk. Penfill 4?/:? dan EPH dapat disimpan pada
•
temperatur kamar selama : hari sesudah tutupnya ditusuk. "ntuk mengurangi terjadinya iritasi lokal pada daerah penyuntikan yang sering terjadi bila insulin dingin disuntikkan! dianjurkan untuk mengguling%gulingkan alat suntik di antara telapak tangan atau menempatkan botol insulin pada suhu kamar! sebelum disuntikkan.
/.2 "l"ngan Sul'"n!lurea
•
7lulo (=isai)
Komposisi
7libenclamide
1ndikasi
E1DD (diabetes tipe 3)
'entuk *ediaan
&ablet 3!6 mg
Dosis
Dosis mulai 3!6 %6 mg/hari! maks 06 mg/ hari.
ara Penggunaan
Diminum sewaktu makan (bersamaan saat makan)
26
Peringatan
Pemberian secara intra$ena dapat menyebabkn hipoglikemia. Keamanan terhadap ibu hamil dalam kategori (bersifat teratogenik atau embriosidal atau yang lainnya).
ekanisme Kerja
enstimulasi (merangsang) sel%sel beta dari pulau
1nteraksi bat
=fek potensial dengan I blocker! beFafibrat! biguanid! klofibrat! sulfonamide! mikonaFol! salisilat! #1! kloramfenikol! fenilbutaFon.
=fek *amping bat
7angguan 71! reaksi alergi kulit! anemia hemolitik! reaksi hipoglikemia.
Penyimpanan bat
Disimpan pada suhu ruangan! jauhkan dari cahaya langsung dan tempat lembab. >angan disimpan di kamar mandi! jangan dibekukan. >auhkan dari jangkauan anak% anak dan hewan peliharaan.
/./ "l"ngan B!guan!,
•
'enofomin ('enofarm)
Komposisi
etformin Hl
1ndikasi
Diabetes tipe 3 yang tidak dapat ditanggulangi dengan diet! D tipe 0 bersama dengan terapi insulin.
'entuk *ediaan
&ablet 6?? mg! Kaptab B6? mg.
Dosis
Dosis aks 3!6 g/hari. &ab 6?? mg 4 9 sehari! Kaptab B6? mg 3 9 sehari.
ara Penggunaan Peringatan
Diminum sewaktu makan (bersamaan saat makan) Keamanan terhadap ibu hamil dalam kategori ' (tidak ada resiko terhadap janin! tetapi tidak ada studi kontrol pada wanita hamil).
ekanisme Kerja
agen antihiperglikemia (menurunkan kadar glukosa darah) tetapi tidak meningkatkan sekresi insulin.
1nteraksi bat
27
Obat ,engan Obat
hipoglikemia
Dapat
%
dengan
menyebabkan
sulfonylurea
atau
insulin.
engganggu absorbs $it. '03. Dosis antikoagulan harus disesuaikan. Eifedipine dan furosemide meningkatkan kadar metformin dalam serum! rele$ansi klinis tidak diketahui.
*imetidin
mengurangi
tubular
sekresi
metformin dan dapat meningkatkan konsentrasi serum puncak menurun sebesar 8?@. Obat ,engan #akanan % akanan menurunkan dan
sedikit
menghambat
kon$ensionalO
absorbs
makanan
dapat
metformin meningkatkan
tablet dan
memperpanjang waktu puncak konsentrasi plasma dari tablet lepas lambatO dan kadar lemak dari makanan tidak begitu mempengaruhi farmakokinetik metformin. =fek *amping bat
7angguan Pencernaan (mual! muntah! diare! perut tidak nyaman! dll).
Penyimpanan bat
&ablet kon$ensional Aadah kedap dan tahan cahaya pada suhu 3?%36 N dan jauhkan dari jangkauan anak% anak. &ablet lepas lambat kedap dan tahan cahaya pada suhu 3?%36 N dan jauhkan dari jangkauan anak% anak
/. "l"ngan &egl!t!n!,
•
*tarli9 (Eo$artis 1ndonesia)
Komposisi
Eateglinide
1ndikasi
D tipe 3 (non%insulin) sebagai terapi tunggal atau kombinasi dengan metformin.
'entuk *ediaan
&ablet salut selaput 03? mg
Dosis
03? mg ! 4 9 sehari
ara Penggunaan
'erikan segera sebelum makan atau dalam waktu setengah jam sebelum makan.
28
Peringatan
Keamanan terhadap ibu hamil dalam kategori (bersifat teratogenik atau embriosidal atau yang lainnya).
ekanisme Kerja
enstimulasi (merangsang) sel%sel beta dari pulau
1nteraksi bat
Potensial efek hipoglikemik oleh #1E*! salisilat! penghambat # dan penghambat I adrenergic non selektif. Penurunan efek hipoglikemik jika diberikan bersama tiaFid! kortikosteroid! produk dari tiroid dan simpatomimetik. #lkohol.
=fek *amping bat
Hipoglikemia! gangguan 71 (diare! mual! muntah)! infeksi saluran nafas atas! nyeri punggung! gejala flu! pusing! batuk.
Penyimpanan bat
Disimpan pada suhu ruangan! jauhkan dari cahaya langsung dan tempat lembab. >angan disimpan di kamar mandi! jangan dibekukan. >auhkan dari jangkauan anak% anak dan hewan peliharaan.
/.3 "l"ngan 7 gluk"s!,ase !n$!b!t"r •
7lucobay ('ayer *chering Pharma)
Komposisi
#carbose
1ndikasi
&erapi Kombinasi dengan diet untuk D
'entuk *ediaan
&ablet 6? mg! 0?? mg
Dosis
&ergantung respon indi$idu! biasanya 6? mg dapat ditingkatkan s/d 0??%3?? mg 4 9 sehari. Dosis dapat ditingkatkan dengan inter$al 5%B minggu atau lebih.
ara Penggunaan
diminum sewaktu makan (bersamaan saat makan)
Peringatan
Keamanan terhadap ibu hamil dalam kategori ' (tidak ada resiko terhadap janin! tetapi tidak ada studi kontrol pada wanita hamil).
29
ekanisme Kerja
enghambat kerja enFim%enFim pencernaan yang mencerna karbohidrat! sehingga memperlambat absorpsi glukosa ke dalam darah.
1nteraksi bat
eningkatkan efek antikoagulan dari warfarin. Dapat menurunkan efek digoksin.
=fek *amping bat
7angguan pencernaan seperti kembung! diare! dan nyeri saluran pencernaan.
Penyimpanan bat
*impan pada suhu
≤
36
℃
dan pada tempat yang
kering.
/.4 "l"ngan T$!a8"l!,!n,!"n
•
#$andia (7la9o*mithKline 1ndonesia)
Komposisi
RosiglitaFone aleate
1ndikasi
"ntuk terapi tunggal (monoterapi) D tipe 3! sebagai tambahan terhadap diet dan olahraga. Digunakan dalam kombinasi dengan metformin atau sulfonilurea.
'entuk *ediaan
&ablet *alut *elaput 5 mg
Dosis
onoterapi atau terapi kombinasi 5 mg 0 9 sehari atau 3 mg 3 9 sehari. Dosis dapat ditingkatkan s/d B mg 0 sehari
ara Penggunaan
'isa diminum sebelum atau sesudah makan
Peringatan
Keamanan terhadap ibu hamil dalam kategori (bersifat teratogenik atau embriosidal atau yang lainnya).
ekanisme Kerja
engurangi resistensi insulin dan meningkatkan sensiti$itas
jaringan
perifer
terhadap
insulin
(meningkatkan ambilan glukosa di otot dan jaringan lemak). 1nteraksi bat
E*#1D dapat meningkatkan resiko edema karena rosiglitaFon dan
E*#1D
sama%sama
menyebabkan
resistensi cairan! sehingga kombinasi keduanya dapat menyebabkan edema.
30
=fek *amping bat
Kardio$askuler! anemia ringan s/d sedang! edema hiperkolesterolemia.
Penyimpanan bat
Disimpan pada suhu ruangan! jauhkan dari cahaya langsung dan tempat lembab. >angan disimpan di kamar mandi! jangan dibekukan. >auhkan dari jangkauan anak% anak dan hewan peliharaan.
Hal$al -ang (erlu ,!(er$at!kan ,ala# (enggunaan "bat Ant!,!abetes "ral
0. Dosis selalu harus dimulai dengan dosis rendah yang kemudian dinaikkan secara bertahap. 3. Harus diketahui betul bagaimana cara kerja! lama kerja dan efek samping obat%obat tersebut. 4. 'ila diberikan bersama obat lain! pikirkan kemungkinan adanya interaksi obat. 5. Pada kegagalan sekunder terhadap obat hipoglikemik oral! usahakanlah menggunakan obat oral golongan lain! bila gagal lagi! baru pertimbangkan untuk beralih pada insulin. 6. Hipoglikemia harus dihindari terutama pada penderita lanjut usia! oleh sebab itu sebaiknya obat hipoglikemik oral yang bekerja jangka panjang tidak diberikan pada penderita lanjut usia. 8. "sahakan agar harga obat terjangkau oleh penderita.
/.9 K"nsel!ng
•
#jarkan pasien cara penggunaan insulin dengan baik dan benar! agar
•
tujuan terapi tercapai #njurkan pasien untuk mengatur pola makan (diet) karbohidrat! protein
• •
dan lemak. #njurkan pasien agar melakukan olahraga ringan setiap pagi 'eritahu pasien agar patuh minum obat! agar tujuan terapi tercapai 'eritahu tentang cara minum obat antidiabetes oral inum dengan menelan tablet secara utuh dengan segelas air! jangan mengunyah obat.
31
inum obat sesuai waktu yang di tentukan. >ika pasien melewatkan dosis segera minum setelah ingat (kecuali sudah mendekati waktu untuk dosis berikut! maka jangan minum dosis ganda untuk menebus dosis yang terlewat).
32
#njurkan pasien untuk melaporkan gejala%gejala tersebut ke carepro$ider kesehatan ual! muntah! diare! mulas! sakit tenggorokan! ruam! perdarahan yang tidak biasa atau memar! atau keluhan fisik lainnya. enyarankan pasien untuk tidak mengambil obat! termasuk otc! atau alkohol tanpa berkonsultasi tenaga kesehatan.
BAB I5 PENUTUP
#poteker memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan penatalaksanaan
diabetes.
emberikan
pelayanan
kefarmasian
melalui
berbagai kegiatan yang mendukung terapi diabetes yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien! antara lain dengan melakukan monitoring dan menge$aluasi keberhasilan terapi! memberikan rekomendasi terapi! memberikan pendidikan dan konseling dan bekerja sama erat dengan pasien dalam penatalaksanaan diabetes sehari%hari! merupakan salah satu tugas profesi kefarmasian. "ntuk dapat berperan secara profesional dalam pelayanan kefarmasian dan penatalaksanaan diabetes mellitus tentu saja diperlukan dukungan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang memadai. leh sebab itu sangat penting bagi seorang apoteker yang akan memberikan pelayanan kefarmasian #pharmaceutical care$ untuk membekali diri sebaik%baiknya dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.
33