A. ASKEP KERACUNAN MAKANAN 1. PENGERTIAN Keracunan makanan adalah kondisi yang muncul akibat mengonsumsi makanan yang telah terkontaminasi oleh organisme menular, seperti bakteri, virus, dan parasit. Kontaminasi dapat terjadi saat makanan sedang diproses atau dimasak dengan tidak benar. 2. Klasifikasi Keracunan Makanan
a.
Keracunan Jamur Keracunan setelah memakan jamur belakangan ini sering terjadi. Ada jamur yang mengandung racun amanitin dan muskarin dimana muskarin merupakan zat alkaloid beracun yang menyebebkan paralisis otot dan bereaksi sangat cepat.
b.
Keracunan Makanan Kaleng Disebabkan oleh kuman
Clostridium
botulinum,
terdapat dalam
makanan kaleng yang diawetkan dan dikalengkan secara tidak sempurna sehingga tercemar kuman tersebut.
c.
Keracunan Jengkol Pada keracunan jengkol terjadi penumpukan kristal asam pada tubuli, ureter dan urethrae. Keluhan terjadi 5 - 12 jam sesudah makan jengkol.
d.
Keracunan Ketela Pohon Dapat terjadi karena ada ketela pohon yang mengandung asam sianida (HCN) atau sianogenik glikosida. Ketela pohon pahit mengandung lebih dari 50mg HCN per 100gr ketela pohon segar.
e.
Keracunan Makanan yang Terkontaminasi Tidak jarang terjadi keracunan bahan makanan yang tercemar oleh kuman, parasit, virus, maupun bahan kimia. Kuman-kuman yang dapat menyebabkan
keracunan
bahan
makanan
ialah
Staphilococcus,
Salmonella, Clostridium Botulinum, E. Coli, Proteus, Klebsiella, Enterobacter, dll. Tercemarnya makanan biasanya melalui lalat, udara, kotoran rumah tangga, dan terutama melalui juru masak yang menjadi pembawa kuman. memperbanyak
diri
Kuman dan
yang masuk memproduksi
kedalam toksin.
makanan
Akibat
cepat
keracunan
tergantung dari virulensi dan banyaknya kuman, sifat kuman ialah tidak tahan panas (Arisman, 2008). 3. Manifestasi Klinis a. Keracunan Jamur Gejala klinik : Rasa mual, Muntah, Sakit perut, Mengeluarkan banyak ludah dan keringat, Miosis, Diplopia, Bradikardi sampai konfusi (Kejang). b. Keracunan Makanan Kaleng Gejala klinik : Penglihatan kabur, refleks cahaya menurun atau negatif, midriasis dan kelumpuhan otot-otot mata, Kelumpuhan saraf-saraf otak yang bersifat simetrik, dysphagia, dysarthria, kelumpuhan (general paralyse). c. Keracunan Jengkol Gejala klinik : Sakit pinggang, nyeri perut, muntah, hematuria, oliguria sampai anuria dan urin berbau jengkol, dapat terjadi gagal ginjal akut. d. Keracunan Ketela Pohon Gejala klinis : Tergantung pada kandungan asam sianida (HCN), kalau banyak dapat menyebabkan kematian dengan cepat, penderita merasa mual, perut terasa panas, pusing, lemah dan sesak, kejang, lemas, berkeringat, mata menonjol, midriasis, mulut berbusa bercampur darah, warna kulit merah bata (pada orang kulit putih) dan sianosis. e. Keracunan Makanan yang Terkontaminasi Gejala timbul 3-24 jam setelah makan makanan yang tercemar kuman terdiri dari mual muntah, diare, sakit perut, disertai pusing dan lemas (Arisman, 2008). 4. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pengobatan simptomatis / mengatasi gejala :
a. Gangguan sistem pernafasan dan sirkulasi : RJP b. Gangguan sistem susunan saraf pusat : 1) Kejang : beri diazepam atau fenobarbital 2) Odem otak : beri manitol atau dexametason c. Gejala : mual, muntah, nyeri perut, hipersalivasi, nyeri kepala, mata miosis, kekacauan mental, bronchokonstriksi, hipotensi, depresi pernafasan dan kejang. Tindakan : Atropin 2 mg tiap 15 menit sampai pupil melebar.
Atropin berfungsi untuk menghentikan efek acetylcholine pada reseptor muscarinik, tapi tidak bisa menghentikan efek nikotinik. Pada usia < 12 tahun pemberian atropin diberikan dengan dosis 0,05 mg/kgBB, IV perlahan dilanjutkan dengan 0,02-0,05mg/kgBB setiap 5-20 menit sampai atropinisasi sudah adekuat atau dihentikan bila : 1) Kulit sudah hangat, kering dan kemerahan 2) Pupil dilatasi (melebar) 3) Mukosa mulut kering 4) Heart rate meningkat Pada anak usia > 12 tahun diberikan 1 - 2 mg IV dan disesuaikan dengan respon penderita. Pengobatan maintenance dilanjutkan sesuai keadaan klinis penderita, atropin diteruskan selama 24 jam kemudian diturunkan secara bertahap. Meskipun atropin sudah diberikan masih bisa terjadi gagal nafas karena atropin tidak mempunyai pengaruh terhadap efek nikotinik (kelumpuhan otot) organofosfat d. Antiemetik : zat-zat yang digunakan untuk menghambat muntah. Obat antiemetik adalah : Antagonis reseptor 5-hydroxy-tryptamine yang menghambat reseptor serotonin di Susunan Syaraf Pusat (SSP) dan saluran cerna. Obat ini dapat digunakan untuk pengobatan post-operasi, dan gejala mual dan muntah akibat keracunan. Beberapa contoh obat yang termasuk golongan ini adalah : Domperidon, Ondansentron, Dolasetron (Boswick, 1997).
2. Pengobatan Supportif
Tujuan dari terapi suportif adalah adalah untuk mempertahankan homeostasis fisiologis sampai terjadi detoksifikasi lengkap dan untuk mencegah serta mengobati komplikasi sekunder seperti aspirasi, ulkus dekubitus, edema otak & paru, pneumonia, rhabdomiolisis (kumpulan gejala yang ditimbulkan karena gangguan dalam sel-sel otot), gagal ginjal, sepsis, dan disfungsi organ menyeluruh akibat hipoksia atau syok berkepanjangan. Terapi : Hipoglikemia : glukosa 0,5-1g /kgBB IV, Kejang : diazepam 0,2-0,3mg /kgBB IV (Boswick, 1997).
3. Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara :
a. Dimuntahkan : Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup ipekak. Kontraindikasi : cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif (asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita kejang. b. Bilas lambung : 1) Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah. 2) Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natr ium bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5 %. 3) Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc. 4) Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang (Arisman, 2009).
B. ASKEP KERACUNAN GAS
1. Keracunan Arsen Lebih dari 20 abad yang lalu arsen digunakan baik oleh orang yunani maupun roma
untuk pengobatan maupun sebagai racun. Pada saat ini tidak banyak obat mengandung arsen, akan tetapi kadang-kadang dipakai pada pembuatan beberapa herbisida
dan
peptisida.
Arsen
dapat
juga
ditemukan
sebagai hasil sampingan dari peleburan timah, seng, dan logam lainnya (Arisman, 2008). b. Keracunan Asam Basa Zat asam kuat seperti asam sulfat, asam klorida dan zat basa kuat seperti KOH, NaOH banyak dipakai sebagai bahan kimia untuk keperluan rumah tangga, seperti pembersih porselen, bahan anti sumbat saluran air, pembasmi serangga, maupun untuk memasak seperti cuka bibit (Arisman, 2008). c. Keracunan Insektisida (Pestisida) Walaupun tujuan pemakaian insektisida itu untuk membasmi berbagai macam serangga seperti kecoa dan sebagainya. Bahan-bahan demikian dapat pula membunuh manusia. Pestisida yang termasuk ke dalam golongan organofosfat antara lain : Azinophosmethyl, Chloryfos, Demeton Methyl, Dichlorovos, Dimethoat, Disulfoton, Ethion, Palathion, Malathion, Parathion, Diazinon, Chlorpyrifos. Dengan demikian jika barang tersebut tidak disimpan di tempat yang aman dan jauh dari jangkauan anak-anak, maka kejadian keracuan baik melalui kontak maupun inhalasi dan minum tidak dapat dihindarkan. Untuk menanggulangi kejadian keracunan insektisida tidak mudah karena bahan kimia yang dipergunakan oleh tiap produsen tidak sama (Prijanto, 2009). Keracunan Hidrokarbon
Kelompok hidrokarbon yang sering menyebabkan keracunan adalah minyak tanah, bensin, minyak cat ( tinner ) dan minyak untuk korek api (Arisman, 2008). Manifestasi Klinis Keracunan Bahan Kimia 1. Keracunan Arsen Gejala klinis keracunan akut : Dalam 1 jam setelah menelan arsen sudah timbul : Rasa tidak enak dalam perut, bibir terasa terbakar, sukar menelan kemudian disusul sakit pada lambung dengan muntah-muntah dan diare berat, adakalanya terdapat pula : oliguria sampai anuria, kejang otot dan ras a haus. Gejala klinis keracunan kronis : Otot-otot lemah, gatal-gatal, pigmentasi, keratosis kulit dan edema (Arisman, 2008). b. Keracunan Asam Basa
Gejala : zat asam atau basa kuat dapat merusak epitel atau mukosa dan disebut bahan korosif. Bahan ini akan membuat nekrosis di bagian tubuh yang terkena, seperti kulit dan mata jika tersiram, saluran pernafasan jika terhirup, saluran pencernaan seperti kulit mukosa mulut, esofagus, lambung jika terminum. Dalam fase penyembuhan pada lokasi luka akan terbentuk jaringan granulasi yang akan menyebabkan stiktura (peradangan pada esofagus karena akumulasi jaringan parut)
dan
stenosis,
sehingga
menimbulkan
kesukaran
menelan.
Untuk
menghindarkan kejadian ini maka pada keracunan demikian tindakan cepat dan tepat sangatlah penting (Arisman, 2008). c. Keracunan Insektisida Gejala keracunan organofosfat akan berkembang selama pemaparan atau 12 jam kontak. Pestisida yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami perubahan secara hidrolisa di dalam hati dan jaringan-jaringan lain. Hasil dari perubahan / pembentukan ini mempunyai toksisitas rendah dan akan keluar melalui urine. Adapun 3 gejala keracunan pestisida golongan organofosfat yaitu : 1) Gejala awal Gejala awal akan timbul : mual/rasa penuh di perut, muntah, rasa lemas, sakit kepala dan gangguan penglihatan. 2) Gejala Lanjutan Gejala lanjutan yang ditimbulkan adalah keluar ludah yang berlebihan, pengeluaran lendir dari hidung (terutama pada keracunan melalui hidung), kejang usus dan diare, keringat berlebihan, air mata yang berlebihan, kelemahan yang disertai sesak nafas, akhirnya kelumpuhan otot rangka.
3) Gejala Sentral Gelaja sentral yan ditimbulkan adalah, sukar bicara, kebingungan, hilangnya reflek, kejang dan koma. 4) Kematian, apabila tidak segera di beri pertolongan berakibat kematian dikarenakan kelumpuhan otot pernafasan (Prijanto, 2009).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KERACUNAN MAKANAN DAN BAHAN KIMIA
A. IDENTITAS
a). Identitas Klien
b). Identitas Penanggung Jawab
B. PENGKAJIAN
c). Primer Survey 1).Airway (A) : Kaji apakah terdapat sumbatan karena edema (inflamasi) saluran pernapasan akibat dari keracunan gas (inhalasi) atau reaksi alergi berat. 2). Breathing (B) : Nafas cepat atau lambat, keracunan asetaminofen dapat menyebabkan depresi pusat nafas. 3). Circulation (C) : Kaji jika ada reaksi perdarahan lambung karena keracunan zat korosif atau zat racun lain yang teringesti, kaji jika ada mual-muntah, tanda dehidrasi, diare/GE. 4).Disability (D) : Kaji GCS, penurunan kesadaran akibat racun, reaksi pupil terhadap cahaya, dan dilatasi pupil. d). Secondary Survey
1). Exposure (E) : Kaji apakah terdapat luka atau lesi luar akibat terpapar racun (tersiram zat kimia). 2). Fluid, Farenheit (F)
: Observasi output urine jika terdapat dehidrasi atau
tanda-tanda syok (urine output : 1-2cc/kgBB/jam).
3). Get Vital Sign (G)
: Kaji tanda-tanda vital, dan perubahanya secara teratur.
Lakukan bilas lambung segera untuk mengeliminasi racun.
4). Head To toe, History (H) : Monitoring kerja jantung jika keracunan asetominopen. 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi, Ansietas. Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam pola nafas klien teratur Kriteria Hasil : 1. Menunjukkan jalan nafas yang paten (Klien tidak merasa tercekik, irama naf as teratur, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) 2. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, perafasan, suhu). Intervensi 1. Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi. 2. Identifikasi klien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan. 3. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan. 4. Berikan bronkodilator bila perlu. 5. Monitor TTV
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi-perfusi. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 1x24 jam pertukaran gas klien kembali normal Kriteria Hasil : 1.
Tanda-tanda vital dalam rentang normal,
2.
Tidak ada Sianosis dan Dispnea
3.
Peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
Intervensi
1. Monitor TTV
2. Atur posisi klien menjadi semi-fowler 3.Auskultasi suara nafas.
4. Identifikasi klien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan.
5.
Monitor respirasi dan status O2.
6.
Kolaborasi untuk pemberian O2 sesuai indikasi.
3. Ansietas berhubungan dengan pemajanan toksin Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam ansietas klien berkurang. Kriteria hasil : 1. Vital sign dalam batas normal. 2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas.
3. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
intervensi 1. Identifikasi tingkat kecemasan.
2. Monitor TTV 3. Bantu klien mengenal situasi yang menyebabkan kecemasan. 4. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi.
5. Instruksikan klien menggunakan teknik relaksasi.
6. berikan obat untuk mengurangi kecemasan. 4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam klien dapat kembali beraktivitas
Kriteria hasil : 1. Vital sign normal 2. Mampu berpindah dengan atau tanpa alat 3. Status kardiopulmonari adekuat
4. Sirkulasi baik 5. Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat. intervensi
1. Monitor TTV 2. Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan 3. Bantu klien untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek. 4. Bantu klien dan keluarga untuk mengidentifiasi kekurangan dalam berkativitas. 5. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual.