EVOLUSI DALAM SUDUT PANDANG BIOLOGI DAN AGAMA
Makalah Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Evolusi yang dibina oleh Dr. Abdul Ghofur, M. Si.
Oleh Kelompok 10 / Off GH Diana Sari Ayuningtyas (130342615322) Iresa Wahyu Purwanti (130342615325) Walijatul Khasanah (130342615341) Zulham Dwi Firmansyah (130342615331)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI September 2016 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Evolusi adalah konsep terpenting dalam biologi. Bahkan, seorang ahli genetika, Dobzhansky (1973), mengatakan bahwa tidak ada yang masuk akal dalam biologi kecuali ditinjau dari sudut pandang evolusi. Teori evolusi menjelaskan mengapa jutaan spesies dapat eksis. Prinsip ini mempersatukan keseluruhan sejarah kehidupan. Secara ringkas evolusi menyatakan bahwa keanekaragaman bentuk kehidupan muncul sebagai hasil perubahan susunan genetiknya. Organisme modern merupakan keturunan dari bentuk kehidupan sebelumnya yang mengalami modifikasi. Studi evolusi biologi memerlukan banyak pemahaman mengenai genetika, biokimia, embriologi, biogeografi, geologi, biologi, paleontologi, biologi molekuler, dan lain sebagainya (Luthfi dan Khusnuryani, 2005: 2). Ironisnya, meskipun gagasan evolusi telah diterima oleh sebagian besar saintis, gagasan ini banyak ditentang masyarakat karena kontradiksinya dengan bebcrapa aspek ajaran dari beberapa agama. Hal yang paling kontroversial dari teori ini adalah upayanya menjelaskan asal-usul manusia dari proses alamiah. Quthub (1986) menolaknya atas dasar tiadanya tujuan dalam proses evolusi, padahal Tuhan menciptakan dunia dengan maksud dan tujuan tertentu. Teori ini juga dianggap dapat mcmbahayakan keimanan peserta didik. Dikhawatirkan keyakinan keagamaan siswa terguncang dan dapat luntur. Lebih jauh dikatakan bahwa teori evolusi jelas bertentangan dengan prinsip aqidah Islam, sehingga umat Islam harus memilih salah satu dari dua hal: iman atau evolusi. Beberapa waktu belakangan ini kontroversi semakin meruncing dengan terbitnya buku karangan Harun Yahya yang rnempopulerkan kontradiksi Islam dengan evolusi (Luthfi dan Khusnuryani, 2005: 2). Keadaan diperburuk dengan adanya penafsiran ateistik atas teori evolusi. Richard Dawkins (1995) menegaskan bahwa tidaklah mungkin menjadi ateis sejati sebelum terbitnya buku On the Origin of Species karya Darwin. Teori ini dianggap nemberikan landasan ilmiah yang kuat bagi keyakinan ateistik. Futuyma (1986) menyatakan bahwa agama menjadi mubazir dengan adanya penjelasan evolusi.
Pertentangan mengenai evolusi sangat sulit didamaikan karena luasnya wilayah sengketa, yaitu sains, filsafat, dan teologi. Masing kelompok berusaha memandang dari bidang spesialisasinya sendiri tanpa merasa perlu mengetahui sudut pandang atau keterkaitannya dengan bidang yang lain. Tambahan lagi meskipun teori ini telah menarik minat masyarakat luas, masih banyak terjadi miskonsepsi terhadap gagasan evolusi. Dewasa ini telah banyak dilakukan upaya untuk merekonstruksi paradigma keterpaduan iptek (sains) dan Islam. Karena evolusi merupakan duri yang paling tajam bagi hubungan antara sains dan agama, menarik untuk dikaji beberapa aspek penting teori evolusi biologi dan hubungannya dengan agama. Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan beberapa aspek penting dari teori evolusi dan beberapa keterkaitannya dengan pemahaman agama. Diharapkan pemahaman yang tepat dari masyarakat tentang teori evolusi dapat memberikan penilaian yang proporsional. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan masalah pada makalah ini sebagai berikut. 1. Apakah yang dimaksud dengan teori evolusi biologi? 2. Bagaimana kaitan antara teori evolusi biologi dalam sudut pandang agama? C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut. 1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan teori evolusi biologi. 2. Memaparkan kaitan antara teori evolusi biologi dalam sudut pandang agama.
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Teori Evolusi Biologi
Evolusi pada dasarnya berarti proses perubahan dalam jangka waktu tertentu. Dalam konteks biologi modern, evolusi berarti perubahan sifat yang diwariskan
dalam
suatu
populasi
organisme
dari
satu
generasi
ke
generasi berikutnya. Sifat-sifat yang menjadi dasar dari evolusi ini dibawa oleh gen yang diwariskan pada keturunan suatu makhluk hidup. Sifat baru dapat diperoleh dari perubahan gen oleh mutasi, transfer gen antar populasi, seperti dalam migrasi atau antar spesies seperti yang terjadi pada bakteria, serta kombinasi gen mealui reproduksi seksual. Istilah evolusi biologis lebih mengarah kepada ide yang menjelaskan bahwa makhluk hidup pertama merupakan hasil dari evolusi molekul anorganik. Asal-usul kehidupan berasal dari sintesis dan akumulasi monomer organik pada kondisi abiotik. Agregat molekul yang dihasilkan secara abiotik adalah protobion. Sel-sel hidup dapat berasal dari protobion. Protobion tak dapat melakukan reproduksi, namun dapat mempertahankan lingkungan kimia di dalamnya dan menunjukkanciri-ciri hidup lainnya yaitu metabolisme. Sedangkan teori evolusi itu sendiri menurut Widodo, dkk (2003) adalah teori yang menerangkan proses perubahan yang terjadi pada makhluk hidup. Teori Evolusi biologi sendiri adalah sebuah teori yang berupaya untuk menyelidiki penyebab (dan proses) terbentuknya keragaman spesies yang kita lihat saat ini. Evolusi berasumsi bahwa pada awalnya hanya terdapat satu atau sedikit spesies dimuka bumi milyaran tahun lalu. Dalam karyanya yang berjudul ”On The Origin of Species by Means of Natural Selection, or the Preservation of Favoured Races” pada tahun 1859, Darwin mengemukakan bahwa makhluk hidup yang ada saat ini berasal dari moyang yang sama dan mengalami perubahan sedikit demi sedikit. Namun, dalam karyanya tersebut, Darwin tidak menjelaskan bagaimana makhluk pertama muncul di muka bumi. Penjelasan mengenai asal usul makhluh hidup di paragraf awal tadi adalah penjelasan dari ide yang dikemukakan oleh seoarang biologiwan asal Rusia, Alexander Oparin pada tahun 1930an. Terlepas dari Teori Evolusi Darwin, sebenarnya jauh sebelum Darwin mencetuskan teorinya, ada tokoh lain yang telah mencetuskan teori yang mirip dengan evolusi, seleksi alam, dan adaptasi. Tokoh tersebut adalah Al-Jahiz. Al-
Jahiz merupakan seorang pakar biologi Irak yang hidup pada abad ke-9. Sederet teori penting dalam biologi itu dipaparkannya dalam Kitab Al-Hayawan (Buku tentang Binatang) (Davies, 2008). Dalam karyanya yang terdiri dari tujuh volume itu, Al-Jahiz menguraikan dan mengupas lebih dari 350 jenis binatang. Dalam karyanya itulah, Al-Jahiz menguraikan teori evolusi secara umum. Teori itu didasarkan pada pengaruh lingkungan terhadap binatang. Selain itu, ia juga sudah memikirkan dampak lingkungan terhadap keberlangsungan hidup binatang. Inilah cikal bakal teori Struggle for Existence. Pada buku itu pula, al-Jahiz menguraikan ide seleksi alam dan rantai makanan. ‘’Binatang terlibat dalam sebuah perjuangan untuk mempertahankan hidupnya; mencari makanan, menghindar jadi mangsa, dan ber kembang biak. Faktor-faktor lingkungan memengaruhi organisme untuk mengembangkan karakteristik baru guna menjamin tetap bertahan hidup, kemudian bertransformasi menjadi spesies baru,’‘ demikian bunyi teori Stuggle for Existence yang tertulis dalam Kitab al-Hayawan (Bagir, 2005). B. Teori Darwin dan Pandangan Agama Dalam mengemukakan teori evolusi biologis, Darwin tetap mengakui Tuhan yang menciptakan makhluk-makhluk hidup. Kalimat yang paling akhir dari bukunya The Origin of Species bymeans of Natural Selection (1859) adalah: “There is grandeur in this view of life, with its several powers, having been originally breathed by Creator into a few forms or into one, and that, whilst the planet has gone cycling on according to the fixed law or gravity, form so simple a beginning endless forms most beautiful and most wonderful have been and are being avolusi.” Dan dalam bab yang berjudul Kehidupan dan Pekerjaan Darwin dari buku K.F. Vaas Darwinisme dan Ajaran Evolusi (1956) dapat kita jumpai kutipan dan kalimat-kalimat Darwin yang artinya sebagai berikut: “Adalah sesuatu maksud yang sama agungnya dari Tuhan Yang Maha Esa asli yang sedikit saja, yang telah diciptakan oleh-Nya, sudah dapat berkembang terus, daripada untuk mengira bahwa harus ada tindakan-tindakan penciptaan yang baru
untuk mengisi lowongan-lowongan yang masih terbuka di barisan makhlukmakhluk hidup yang terjadi karena hukum-hukum Tuhan.” Selanjutnya pengakuan Darwin yang bernada sama dengan kalimatkalimat di atas dapat kita lihat dalam bab Yang Selamat dari yang Terkuat dari buku Robert Doens (1959) berjudu Buku-buku yang Merobah Dunia: “Sumber keyakinan yang lain dari adanya Tuhan, yang berhubungan dengan akal dan tidak dengan arti. Segalanya ini lahir dari kesulitan yang tidak terkira atau lebih baik dari suatu kemustahilan untuk memahami universum yang luas dan menakjubkan ini termasuk manusia dengan kesanggupan untuk melihat jauh ke belakang dan ke depan. Demikian, jika saya renungkan, saya terpaksa mencari sebab pertama, sebagai sesuatu yang mempunyai pikiran cerdik yang sampai tingkat tertentu mempunyai analogi yang sama denagn yang terdapat pada manusia: saya sepatutnya disebut orang Theis.” Biologi mencari jawaban mengenai persoalan
berbagai jenis-jenis
makhluk hidup terjadi dan memngemukakan jawaban seacra evolusi. Filsafat sebagai puncak kegiatan berpikir manusia mengemukakan directorialisme dan finalisme dalam kaitannya dengan evolusi biologis. Hakekat hidup (life) sebagai suatu non-materi, filsafat juga mengemukakan vitalisme. Hasil-hasil pemikiran manusia dalam biologi, dilengkapi dengan vitalisme, directorialisme dan finalisme selaras dengan pandangan ilmuwan yang meyakini kebenaran agama yang berdasarkan wahyu. Organisme tidak sekedar dikaji dari aspek fisik atau biologis semata-mata, manusia yang diperlakukan dalam biologi sebagai bagian integral dari keseluruhan organisme dengan demikian dipandang sebagai manusia yang utuh, ayaitu terdiri dari komponen jasmani (body) dan rohani (soul). Dalam keyakinan agama, keseluruhan yang ada digolongkan atas Khaliq yakni Allah yang menjadikan (menciptakan), dan makhluq, yaitu segala yang dijadikan olah Allah. Dengan demikian, segala makhluk, baik makhluk hidup maupun makhluk tidak hidup (benda mati) terjadi atas kehendak Allah. Terjadinya jenis-jenis makhluk hidup secara evolusipun atas kehendak Allah. Mengenai kejadian makhluk-makhluk hidup secara evolusi atas kehendak Allah bias timbul
pertanyaan: karena Tuhan itu Maha Kuasa, mengapa Tuhan tidak menciptakan jenis-jenis makhluk hidup itu secara langsung, mengapa harus melewati waktu yang lama. Dalam keyakinan agama, Tuhan itu Maha Esa. Tidak hanya Zat-Nya, tetapi juga Sifat-Nya, Cara-Nya menciptakan. Tuhan menciptakan sesuatu tidak seperti cara manusia bekerja, sebab Tuhan Maha Kuasa, kuasa menciptakan segala sesuatu sesuai dengan Keagungan-Nya. Mengenai waktu yang menurut ukuran manusia,
berpuluh-puluh,
beribu-ribu
atau
berjuta-juta
tahun. Al-Quran
menjelaskan tentang waktu tersebut antara lain dalam Surat AL-Mukminun ayat 112-114:
Teori evolusi biologis justru membawa persoalan asal mula makhluk hidup yang pertama, yang ada di bumi kira-kira 3,2 milyard tahun lalu. Biologi sekarang menolak anggapan generation spontania atau abiogenesis, dan hal ini berarti bahwa makhluk hidup tidak bias terjadi dengan sendirinya dari benda-benda mati. Terhadap makhluk hidup yang pertama di bumi, orang bisa sampai pada kesimpulan bahwa Tuhan yang menciptakan ahli-ahli biologi tidak pernah bisa membuat benda hidup yang paling sederhanapun dari benda mati. Menurut agama Islam, juga menurut agama Nasrani dan agama Yahudi, manusia pertama yaitu Adam yang kemudian menurunkan semua manusia di atas
bumi sekarang ini diciptakan oleh Allah dari tanah. Firman Allah dalam Al-Quran surat As-Sajadah ayat 7,8,dan 9 :
Dalam ayat tersebut menegaskan penciptaan manusia dari tanah, yang menurut Mahmud Yunus (1951) di dalam Tafsir Al-Quranul Karim terjemahannya sebagai berikut: “Dia membaguskan tiap-tiap sesuatu dijadikan-Nya dan dimulainya menjadi manusia dari tanah. Kemudian disempurnakan-Nya kejadian manusia dan ditiupkan-Nya roh ke dalam tubuhnya serta dianugerahi-Nya pendengaran, penglihatan, dan hati. Tapi sedikit dari kamu yang berterima kasih”.
Menurut Al-Quran, maka Adam telah dijadikan dari tanah. Biologi menerangkan juga bahwa tiap-tiap bagian dari jasmani (tubuh) makhluk hidup berasal dari tanah, melewati makanan dan minuman, dan bahwa tiap-tiap unsure dari jasmani manusia terdapat unsurnya dalam tanah juga. Dengan teori evolusi biologis yang diterima para ilmuwan sebagai suatu penjelasan tentang kemungkinan terjadinya manusia, dimanakah Adam dalam deretan evolusi makhluk-makhluk hidup itu? Menurut agama Yahudi, Nasrani dan Islam, maka Adam-lah nenek moyang semua manusia di muka bumi sekarang ini. Dari ajaran agama (Al-Quran Surat Al-Baqarah 31-33) :
Dari ayat tersebut kita dapat mengetahui bahwa maksud Adam itu adalah makhluk yang sudah dapat berfikir taraf konsepsi, mempunyai kemampuan untuk berpikir abstrak, serta memiliki bahasa. Dengan Adam dan keturunannya dimaksudkan juga manusia yang sadar akan dirinya, dapat dibebani tanggungan moral dan spiritual, hal ini manakala dihubungkan dengan teori biologis akan tercapai kalau makhluk dalam perkembangan evolusinya mencapai tingkatan Homo sapiens atau manusia berakal. Biologi menggolong-golongkan makhluk hidup atau jenis-jenis (spesies). Pengertian jenis adalah ciptaan pikiran manusia, yaitu menunjukkan sejumlah individu yang
mempunyai ciri-ciri morfologis yang sama dan mereka dapat
kawin sesamanya untuk menghasilkan
keturunan yang normal. Begitulah di
muka bumi ini ada manusia homo yang diperkirakan sejak 50.000 tahun yang lau,
yang
mempunyai ciri yang disebut jenis sapiens (berakal), sehingga
makhluk demikian diberi Homo sapiens. Semua manusia di zaman ini, dari suku, bangsa atau Negara manapun dengan kebudayaan dan agama apapun berasal dari satu jenis yaitu Homo sapiens. Tepat pemakaian istilah jenis untuk seluruh manusia di zaman ini, sebab dengan istilah jenis menurut biologi dimaksud juga bahwa perkawinan antara makhluk-makhluk hidup di dalam satu jenis yang sama bisa menghasilkan keturunan yang normal (fertile). Homo sapiens berasal dari perkembangan makhluk hidup dengan jenis yang bukan Homo sapiens yang sebelumnya juga berasal dari makhluk hidup yang lebih rendah lagi tingkatnya. Secara biologis Homo sapiens masih memiliki struktur hewan dan mewarisi sejumlah instink serupa yang terdapat pada hewan. Tetapi Homo sapiens adalah satu-satunya jenis makhluk hidup di bumi ini yang secara tiba-tiba dan istimewa selaki memiliki otak (brain) yang khas bersifat manusia sempurna. Ada perkembangan yang tiba-tiba melonjak dalam kemampuan intelek yang dimiliki Homo sapiens dibanding dengan jenis-jenis makhluk hidup sebelumnya; seolah-olah perkembangan evolusi biologis, yaitu evolusi fisik manusia tepatnya dalam tingkatan tingkatan kedua dibandingkan perkembangan inteleknya. Proses evolusi yang kemudian berjalan terus pada Homo sapiens terutama mengenai evolusi psyco-social-nya. Kemudian sampailah kita pada taraf membandingkan Adam dan Homo sapiens.
Agama tidak mengenal istilah Homo sapiens dalam Kitab Sucinya. Sebab istilah ini memang baru muncul dalam abad 18 hasil pikiran untuk menjadikan kelompok manusia tertentu dalam khususnya taksonomi atau
pembicaraan ilmiah. Dalam
biologi,
sistematik, yaitu ilmu menggolong-golongkan
makhluk hidup, maka suatu jenis makhluk hidup paling sedikit diberi nama dua kata Latin atau yang diLatinkan. Kata yang pertama (misalnya Homo) menunjukkan golongan atau genus mankhluk hidup tersebut, sedangkan kata yang kedua (misalnya sapiens) menunjukkan jenis atau spesiesnya. Pemberian naman makhluk-makhluk hidup dengan dua kata (binomial nomenclature) tersebut gunanya untuk memudahkan dalam mempelajari atau menggolongkan makhluk hidup. Berdasarkan hal ini maka istilah Adam yang terdiri hanya dari satu kata tidak dipergunakan dalam taksonomi. Kembali pada soal apa yang ada antara nama Adam
yang dipakai agama dengan nama Homo sapiens yang
diperguankan ilmu pengetahuan. Adam adalah nama yang diberikan kepada manusia yang diciptakan oleh Tuhan, kemudian semua manusia di zaman ini, Adam adalah makhluk manusia yang bisa berpikir taraf konsepsi, mempunyai kemampuan berpikir abastrak dan dapat dibebani pertanggungjawaban moral dan spiritual, sehingga Adam dapat menerima ajara-ajaran dari Tuhan. Teori evolusi biologis mencoba manjelaskan bahwa dalam perkembangan evolusi makhluk-makhluk hidup pada suatu ketika tercapai makhluk hhidup yang mempunyai ciri-ciri yang dimiliki Adam. Makhluk hidup demikian oleh pengetahuan diberi naman Homo sapiens. Jadi dapat diartikan bahwa Adam adalah Homo sapiens yang pertama, dan manusia di zaman ini dapat disebut keturunan Adam atau termasuk Homo sapiens. Dalam Al-Quran surat Nuh ayat 14 dikatakan:
Ayat 14 surat Nuh ini ditafsirkan oleh H. Zainuddin Hami di dan Fachruddin Hs. (1967) di dalam Tafsir Quran yang disusun keduanya, bahwa Tuhan menciptakan manusia melalui beberapa tingkatan pertumbuhannya, mulai
dari tanah, air mani, segumpal daging, lahir sebagai bayi, kanak-kanak, meningkat umur dewasa sampai kepada manusia yang sangat tua dan seterusnya meninggal dunia dan dibangkitkan kembali. Juga berarti menurut keduanya bahwa hidup manusia dari zaman ke zaman senantiasa berjalan sepanjang evolusinya. Dalam Al-Quran Surat Ali Imron ayat 59 diterangkan:
Ayat di atas menegaskan Kemahakuasaaan Allah. Jikalau Allah menghendaki, Allah kuasa untuk menjadikan jenis-jenis makhluk hidup secara penciptaan khusus (special creation). Tetapi juga karean Allah Maha Kuasa dan kalau dikehendaki-Nya, maka kuasa juga Allah untuk menciptakan jenis-jenis makhluk hidup secara evolusi.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan yang bisa didapatkan dari penulisan makalah ini yaitu: 1. Teori Evolusi biologi sendiri sebuah upaya untuk menyelidiki penyebab (dan proses) terbentuknya keragaman spesies yang kita lihat saat ini. Proses perubahan ini terjadi melalui mekanisme berupa adaptasi danseleksi alam. 2. Kaitan antara teori evolusi biologi dan agama adalah sangat erat. Apa yang dinyatakan dalam teori evolusi biologi sebetulnya juga sudah dipaparkan dalam ajaran agama karena dalam ajaran agama sudah ada penjelasan mengenai apa yang telah terjadi termasuk dalam hal asal kejadian manusia..
DAFTAR PUSTAKA Bagir, H. 2005. Filsafat Islam. Bandung: PT. Mizan Pustaka. Clark, D. 2005. Molecular Biology Understanding The Genetic Revolution. San Diego, California: Elsevier Inc. Dahler, F. 2011. Teori Evolusi: Asal dan Tujuan Manusia. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Davies. R. 2009. The Greatest Show on Earth. New York: Chapman and Hall. Dobzhansky, T., "Nothing in Biology Makes Sense Except in the light of Evolution" w. American Biology Teacher^, 1973: 125-129. Futuyma, D.J. 1986. Evolutionary Biology. Second Edition. Massachusetts: Sinauer Associates, Jane, A. 2010. Makalah Asal Usul Kehidupan. (Online). (http://www.scribd.com/doc/47464352), diakses 4 September 2016. Luthfi, M. J. dan A. Khusnuryani. 2005. “Agama dan Evolusi: Konflik atau Kompromi” dalam jurnal Kaunia Vol. 1 No. 1 2005. Kurniawati, I. 2010. Makalah Evolusi . (Online). (http://www.scribd.com/doc/58423350, diakses 5 September 2016). Quthub, M. 1986. Islam di Tengah Pertarungan Tradisi. Jakarta: Dewan Dakwah Islamiyah. Sutrisno, W. 2015. Teori Evolusi Darwin Dalam Perspektif Islam. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. The Natural History Museum. 2008. Timeline of Charles Darwin’s life. London. Widodo, H., Umie Lestari, dan Mohammad Amin. 2003. Evolusi. Malang: FMIPA UM