Jenis – Jenis kelainan plasenta Elisa Soetanto 40510029
Pendahuluan • Kehamilan aterm • berat plasenta : ± 470 gram, • bentuk : bulat sampai oval, • diameter 22 cm, • ketebalan 2,5 cm • Permukaan maternal = lempeng basal, • terdpt celah yang membagi permukaan menjadi perbagian kotiledon • Permukaan plasenta pada janin = lempeng korion, • terdapat pelekatan tali pusat, umumnya dibagian tengah.
Kelainan pada plasenta
Bentuk dan Ukuran • Satu janin dgn multiple plasenta • terbentuk terpisah menjadi dua lobus dengan ukuran yang sama • Tali pusat berada diantara kedua lobus plasenta • Dua lobus = plasenta bilobata / dupleks • Lebih dari 2 lobus = plasenta multilobata
• Plasenta Succenturiata • Terdapat satu atau lebih lobus tambahan yang berjauhan dengan plasenta utama • biasanya lobus ini memiliki koneksi vaskularisasi dari janin • Lobus tambahan ini terkadang tertahan di dalam uterus setelah kelahiran dan dapat menyebabkan perdarahan yang serius
• Plasenta membranacea • Plasenta ini tipis dan lebar dan kadang hampir menutupi seluruh kavum uteri • Ring-Shaped plasenta • plasenta ini berbentuk annular dan terkadang terdapat lingkaran cincin pada plasenta • variasi dari plasenta membranasea
• Plasenta Fenestrata • bagian tengah dari plasenta tidak ada • Terdapat lubang pada plasenta • kelainan ini lebih sering melibatkan hanya pada jaringan vili dan lempeng korion tetap utuh
Plasenta Ekstrakorial • lempeng korion lebih kecil dari lempeng basal plasenta bagian perifer tidak tertutupi plasenta ekstrakorial • Pada plasenta sirkumarginal, fibrin dan perdarahan terletak diantara plasenta dan diatas lapisan amniochorion • plasenta sirkumvallata sekeliling korion tebal, opak, dan terdapat daerah sirkular berwarna abu-putih yang tersusun dari lipatan korion dan amnion
PLASENTA ACCRETA, INCRETA, DAN PERKRETA • terjadi ketika trofoblas menginvasi myometrium pada kedalaman yang bervariasi yang menyebabkan pelekatan abnormal • lebih sering terjadi pada plasenta previa atau pelekatan plasenta pada uterus yang sebelumnya dilakukan insisi atau perforasi.
• Klasifikasi • Plasenta akreta : vili korialis bersentuhan dengan myometrium, • plasenta increta : vili korialis menginvasi myometrium • Plasenta perkreta : vili korialis menembus lapisan serosa uterus
• Faktor resiko plasenta accreta : • riwayat persalinan cesarean terutama yang disertai dengan plasena previa, • mioma submukosa, • riwayat kuretase, • Asherman’s syndrome, • usia lanjut, grand multiparity, • merokok, dan • hipertensi kronik
• Antenatal ultrasonografi merupakan teknik pilihan dalam mendiagnosis • Peningkatan marker biokimia pada serum maternal seperti peningkatan kadar alfa-fetoprotein dan human chorionic gonadotropin dalam tiga kali tes skrining dilaporkan terkait dengan peningkatan resiko terjadinya plasenta accreta
• Diagnosis pasti dibuat setelah postpartum histerektomi • Wanita dengan plasenta accreta biasanya dilakukan persalinan secara cesarean
• Komplikasi post operasi • perdarahan post partum, • post operasi disseminated intravascular coagulopathy
Gangguan Sirkulasi • Gangguan sirkulasi darah maternal • Subchorionic Fibrin Deposition. Hal ini disebabkan karena aliran darah maternal yang melambat pada ruang intervili dan kemudian terbentuk endapan fibrin • Perivillous Fibrin Deposition. Aliran darah maternal yang stasis pada sekitar vili menyebabkan terbentuknya endapan fibrin yang daoar menyebabkan penurunan oksigenasi vili – vili dan nekrosis sinsitiotrofoblas.
• Maternal Floor Infarction. Lesi ini berhubungan dengan terjadinya keguguran, pertumbuhan janin terhambat, kelahiran premature, dan kelahiran mati • Interviillous Thrombus. Ini merupakan kumpulan dari koagulasi darah maternal yang normalnya ditemukan pada ruang intervili yang tercampur dengan darah janin dari vili yang bercelah
• Infarction. Vili korialis mendapatkan oksigen dari sirkulasi maternal. Penyakit uteroplasenta dapat mengurangi atau menghambat suplai darah yang dapat menyebabkan infark pada villi
• Hematoma. Kesatuan dari maternal – plasenta – janin dapat membentuk hematoma: • retroplasenta hematoma – antara plasenta dengan desidua yang berdekatan • marginal hematoma – antara korion dan desidua pada pinggiran plasenta – dikenal sebagai subchorionic hemorrhage • subchorial thrombosis – dikenal juga sebagai Breus mole – antara sepanjang bagian atas ruang intervilli dan dibawah lempeng korion • subamnionic hematoma
• Gangguan sirkulasi darah janin • Fetal Thrombotic Vasculopathy. Terjadinya deoksigenasi alirah darah janin dari kedua arteri umbilical ke arteri yang berada pada lempeng korion • Subamnionic Hematoma. Hematoma ini terletak antara plasenta dengan ketuban
Kalsifikasi Plasenta • Garam kalsium dapat terendap diseluruh bagian plasenta, tetapi lebih sering di lempeng basal • Peristiwa kalsifikasi plasenta biasanya berhubungan dengan usia kehamilan, dan menjadi jelas kelihatan setelah usia kehamilan 36 minggu
• terlihat sebelum usia kehamilan 36 minggu, maka dipertimbangkan sebagai kalsifasi plasenta prematur. • Dampak kalsifikasi plasenta pada maternal antara lain perdarahan post partum (total perdarahan 500 ml atau lebih selama persalinan), solution plasenta dan perawatan ibu pada ICU.
• dampak kalsifikasi plasenta pada janin antara lain kelahiran premature (kelahiran sebelum usia kehamilan 37 minggu), berat bayi lahir rendah (< 2500 gram), nilai Apgar score yang rendah ( <7 selama 5 menit) dan kematian neonates
TUMOR PLASENTA • Chorioangioma • Tumor jinak ini mempunya komponen yang mirip dengan pembuluh darah dan stroma pada vili korialis • angka kejadian sekitar 1 persen • serum alfa-fetoprotein (AFT) maternal meningkat • Chorioangioma yang kecil biasanya asimptomatik • Perdarahan, kelahiran premature, cairan ketuban yang abnormal, dan pertumbuhan janin terhambat dapat
Plasenta Previa
Definisi • plasenta yang berimplantasi di segmen bawah rahim yang menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum
KLASIFIKASI • Plasenta previa – Ostium uteri internum tertutup sebagaian atau seluruhnya oleh plasenta (total atau partial previa) • Plasenta letak rendah – implantasi plasenta pada segmen bawah rahim dimana pinggir plasenta tidak mencapai ostium uteri internum dan berjarak kurang lebih 2 cm dari pinggir ostium uteri
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO • Etiologi pasti terjadinya plasenta previa tidak diketahui • beberapa faktor yang meningkatkan kejadian plasenta previa, salah satunya kehamilan ganda, usia ibu, multiparitas, persalinan caesarean sebelumnya, merokok
GAMBARAN KLINIS • Perdarahan tanpa rasa nyeri merupakan karakteristik utama pada plasenta previa • Perdarahan umumnya tidak terjadi sampai menjelang akhir dari trimester kedua atau lebih, tetapi dapat juga terjadi sebelum pertengahan kehamilan • Perdarahan akibat previa biasanya tidak memberikan gejala dan tanpa nyeri atau kontraksi. Biasanya perdarahan dapat berhenti, tetapi berulang
DIAGNOSIS • Kapanpun terjadi perdarahan uterus setelah pertengahan kehamilan, plasenta previa atau solutio plasenta harus dipikirkan • lokasi dari plasenta hampir dapat selalu dipastikan melalui sonografi.
MANAGEMENT PADA PLASENTA PREVIA • Perempuan dengan plasenta previa ditangani berdasarkan kondisi klinis individu • Jika janin masih dalam usia preterm dan tidak ada perdarahan aktif yang persisten, tatalaksana yang dilakukan adalah observasi di unit obestetrik. Setelah perdarahan berhenti sekitar 2 hari dan janin dinilai dalam kondisi sehat, maka ibu dapat dipulangkan
• Hampir semua perempuan dengan plasenta previa menjalani persalinan cesarean
VASA PREVIA
• merupakan variasi yang berbahaya dari insersi vilamentous yang mana pembuluh darah pada selaput berada diatas ostium uteri internum • Pembuluh ini dapat berada antara serviks dengan presentasi bawah janin • rentan terhadap kompresi dan juga laserasi atau robek
• Faktor resiko terjadinya vasa previa antara lain plasenta bilobata atau succenturiate, insersi tali pusat vilamentous dan plasenta previa pada trimester kedua • Pada vasa previa yang teridentifikasi, direncakanan persalinan secara caesarean