Journal of Pediatric Nursing Vol. 1(2), pp. 087-092, April, 2014 Available online at http://library.stikesnh.ac.id http://library.stikesnh.ac.id ISSN 2354-726X
KEJADIAN KEJ ADIAN IRITASI KULIT (RUAM POPOK) POPOK) PADA B AYI USIA 0-12 BULA N Hardin La Ramba1, Siti Nurbaya2 1STIKES 2STIKES
Nani Hasanuddin Makassar Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK ABS TRAK
Iritasi kulit (ruam popok) adalah gangguan atau kejanggalan yang terjadi pada diri manusia yang dipengaruhi oleh faktor fisik, kimiawi, enzimatik, dan biogenik. Insiden ruam popok popok di Indonesia mencapai mencapai 735%, yang menimpa bayi laki-laki dan perempuan berusia dibawah tiga tahun. Jumlah Balita di Provinsi Sulawesi Selatan 2011 kurang lebih 2,3 juta jiwa, di tahun 2012 kurang lebih 3,2 juta jiwa. (Pusat Data Dan Informasi Departemen Kesehatan RI, 2009). Berdasarkan data primer yang diperoleh dari bagian Rekam Medis RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, jumlah bayi yang lahir tahun 2010 sebanyak 394 bayi, tahun 2011 sebanyak 457 bayi, tahun 2012 sebanyak 513 bayi, tahun 2013 sebanyak 118 bayi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian iritasi kulit (ruam popok) pada bayi usia 0-12 bul an di ruang anak RSUP. W ahidin Sudirohusodo Sudirohusodo Makassar. Jenis penelitian i ni adalah Analitik Asosiatif dengan rancangan Cross Sectional dengan menggunakan desain uji Chi-square. Chi-square. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 47 Orang Responden yang didapat menggunakan teknik Total Sampling Sampling yang sesuai dengan kriteria sampel. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara popok kotor dengan iritasi kulit (p (p = 0.00 < nilai α (0.05), alergi kulit (p (p = 0.00 < nilai α (0.05), dan lapisan plastik kedap air (sirkulasi) (p (p = 0.00 < 0.00 < nilai α (0.05) terhadap iritasi kulit (ruam popok). Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan antara popok kotor, alergi kulit dan lapisan plastik kedap air (sirkulasi) pada bayi usia 0-12 bulan di Ruangan Anak RSUP. DR. Wahidin Sudirohusodo Sudirohusodo Makassar. Kata kunci: Iritasi Kulit, Ruam Popok, Alergi Kulit
PENDAHULUAN Popok dan bayi adalah dua hal yang tak bisa dilepaskan. Namun bagai pedang bermata dua, popok bisa membuat bayi tenang tapi bisa juga justru jadi sumber kerewelan mereka. Dan semua itu bergantung pada seberapa jeli kita mendeteksi kehadiran ruam popok. Diantara sejumlah gangguan kulit pada bayi, ruam popok adalah yang paling sering terjadi pada bayi baru lahir. Waspada bila kulit di sekitar bokong bayi meradang, berwarna kemerahan. Itu tandanya bayi terkena ruam popok. Biasanya, ruam kulit ini membuat si kecil merasa gatal. Kenapa disebut ruam popok (diaper (diaper rash)? rash)? Karena, gangguan kulit ini timbul di daerah yang tertutup popok, yaitu sekitar alat kelamin, bokong, serta pangkal paha bagian dalam, (Hidayat R, 2011). Kulit merupakan salah satu aspek vital yang perlu diperhatikan dalam higiene setiap orang. Kulit sebagai pembungkus yang elastik, yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan, dan bersambungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga dan lubang-lubang masuk kulit. Begitu vitalnya kulit, maka setiap ada gangguan dalam kulit dapat menimbulkan berbagai masalah yang serius dalam kesehatan. Sebagai organ yang berfungsi sebagai proteksi, kulit memagang peranan penting dalam meminimalkan setiap gangguan dan ancaman
yang akan masuk melewati kulit, (Isro’in Laily, 2012). Diaper rash, atau yang sering disebut sebagai ruam popok yang sering terjadi pada anak balita. Akibat dari iritasi pada bagian bokong bayi dan kebanyakan bayi baru lahir memiliki iritasi kulit yang tak berbahaya yang biasanya akan hilang sendiri di bulan-bulan pertama. Ruam popok pernah dialami oleh hampir semua bayi. Hal ini umum terjadi bila sang bayi mengalami diare yang dapat menyebabkan popok lembab atau basah dan biasanya para ibu akan merasa cemas bila kulit bayinya menjadi berbintik-bintik merah, (Andi, M. 2012). Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2009 (dikutip dalam Rahmat Hidayat, H. 2011) prevalensi iritasi kulit (ruam popok) pada bayi cukup tinggi. 25% dari 6.840.507.000 bayi yang lahir di dunia kebanyakan menderita iritasi kulit (ruam popok) akibat penggunaan popok. Angka terbanyak ditemukan pada usia 6-12 bulan. Kimberly A Hori, MD (asisten profesor spesialis anak Universitas Misouri) dan John Mersch, MD, FAAP menyebutkan bahwa 10-20 % Diaper dermatitis dijumpai dermatitis dijumpai pada praktek spesialis anak di Amerika. Sedangkan Sedangkan prevalensi pada bayi berkisar antara 7-35%, dengan angka terbanyak pada usia 9-12 bulan. Sementara itu Rania Dib,
87
METODE Desain, Waktu penelitian, Populasi dan Sampel Berdasarkan masalah penelitian, maka jenis penelitian ini adalah Analitik Asosiatif dengan rancangan Cross Sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Ruangan Anak RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada tanggal 3 Juli dengan 11 Juli 3013. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien bayi yang di rawat di ruangan Anak RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Penarikan sampel menggunakan Total Sampling maka didapatkan sampel sebanyak 47 Orang Responden. Sampel tersebut kemudian dipilah berdasarkan karakteristik dan kriteria sampel berdasarkan : 1. Kriteria inklusi a. Bayi usia 0-12 bulan yang dirawat di ruang anak RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada saat penelitian berlangsung. b. Ibu yang bersedia saat bayinya di observasi pada saat penelitian berlangsung 2. Kriteria eksklusi a. Bayi yang tiba-tiba meninggal dunia saat penelitian berlangsung. b. Ibu yang tidak kooperatif saat penelitian berlangsung
MD menyebutkan ruam popok berkisar 4-35 % pada usia 2 tahun, Kejadian ruam popok (Diaper Rush) sebanyak 50. Penelitian di Inggris menemukan, 25 persen dari 12.000 bayi berusia empat minggu mengalami ruam popok, (Rahmat, H. 2011). Insiden ruam popok di Indonesia mencapai 7-35%, yang menimpa bayi laki-laki dan perempuan berusia dibawah tiga tahun, (Andi, M. 2012). Ahli Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan Kapasitas dan Desentralisasi, dr Krisnajaya, MS memperkirakan jumlah anak balita (bawah lima tahun) Indonesia mencapai 10 persen dari populasi penduduk. Jika jumlah penduduknya 220-240 juta jiwa, maka setidaknya ada 22 juta balita di Indonesia, dan 1/3 dari jumlah bayi di indonesia mengalami ruam popok, (Rahmat, H. 2011). Jumlah Balita di Provinsi Sulawesi Selatan 2011 kurang lebih 2,3 juta jiwa, di tahun 2012 kurang lebih 3,2 juta jiwa. (Pusat Data Dan Informasi Departemen Kesehatan RI, 2009). Ini menunjukan setiap tahunya populasi dari angka kelahiran bayi yang lahir di provinsi Sulawesi selatan meningkat setiap tahunya. Dan di dapatkan Setidaknya 50 persen bayi yang mengalami ruam popok. Mulai terjadi di usia beberapa minggu hingga 18 bulan (terbanyak terjadi di usia bayi 6-9 bulan) (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, 2013). Ruam popok yang terjadi selama beberapa hari, walaupun tetap rutin diganti, bisa disebabkan oleh jamur Candida albicans. Jenis ruam popok ini berwarna kemerahan dan tidak begitu jelas, serta muncul bintik-bintik merah di sekitar bagian utama ruamnya. Umumnya diawali di bagianbagian lipatan kulit bayi, kemudian meluas ke bagian depan dan belakang tubuhnya. Pemberian antibiotik pada bayi atau ibu menyusui justru akan mengakibatkan infeksi jamur karena antibiotik akan membunuh bakteri “baik” yang mencegah tumbuhnya jamur Candida ini (Syahrani, 2008.). Berdasarkan data primer yang diperoleh dari bagian Rekam Medis RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, jumlah bayi yang lahir tahun 2010 sebanyak 394 bayi, tahun 2011 sebanyak 457 bayi, tahun 2012 sebanyak 513 bayi, tahun 2013 sebanyak 118 bayi. Dan ratarata dari jumlah keseluruhan bayi yang lahir selamat semua menggunakan popok bayi setelah lahir. Serta di antara bayi yang lahir selamat tersebut banyak di dapatkan kejadian iritasi kulit (ruam popok) akibat penggunaan popok bayi. Dengan melihat data diatas maka mendorong peneliti untuk meneliti kasus tersebut yang dituangkan dalam bentuk proposal dengan judul "Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Iritasi Kulit (Ruam Popok) Pada Bayi Usia 0-12 Bulan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar".
Pengumpulan dan pengolahan data Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan peneliti menggunakan kuisioner sebagai instrumen pengumpulan data yang dikembangkan oleh peneliti menurut varibael yang akan diteliti dan berdasarkan tinjauan literatur. Setelah data-data terkumpul, maka peneliti melakukan : 1. Editing Proses editing (penyuntingan data) dilakukan dengan memeriksa setiap lembar kuisioner skala kecemasan yang didapatkan oleh peneliti setelah melakukan uji pre-post test dengan cara wawancara langsung menggunakan teknik komunikasi terapeutik dengan pasien. 2. Koding Pada tahap ini yang dilakukan adalah pemberian kode atau tanda dari tiap lembar kuisioner skala kecemasan yang telah didapatkan dari hasil wawancara peneliti dengan pasien pra operasi. Untuk mempermudah pemasukan data maka dibuat format koding, kemudian hasil koding di masukkan ke dalam Tabel koding. Setelah itu, data siap di masukkan kedalam computer. 3. Tabulasi Pada tahap ini, dilakukan pengelompokan data dalam suatu Tabel sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis Data Dalam penelitian ini, setelah data terkumpul dan telah diberikan skoring maka dilakukan
88
Analisis data dengan menggunkan komputerisasi program SPSS versi 16,00. 1. Analisis Univariat Analisis dilakukan terhadap tiap-tiap variabel penelitian terutama untuk melihat tampilan distribusi frekuensi dan presentaasi tiap-tiap variabel. 2. Analisis Bivariat Analisis dilakukan untuk melihat hubungan dari variabel independen yaitu popok kotor, alergi kulit dan lapisan plastik kedap air (sirkulasi) dan variabel dependen yaitu perubahan kandungan feses (pemberian jenis makanan baru) dan jamur.
Alergi Kulit Alergi Tidak Alergi Total
Frekuensi (n) 23 24 47
Persentase (%) 48.9 51.1 100
Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Lapisan Plastik Kedap Air (Sirkulasi) di Ruangan Anak RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2013. Lapisan Plastik Kedap Frekuensi Persentase Air (Sirkulasi) (n) (%) Kedap Air 23 48.9 Tidak Kedap Air 24 51.1 Total 47 100
HASIL 1. Analisis Univariat Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Ruangan Anak RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2013. Frekuensi Persentase Umur (n) (%) 0 s/d 3 Bulan 2 4.3 4 s/d 6 Bulan 14 29.8 7 s/d 9 Bulan 16 34.0 10 s/d 12 Bulan 15 31.9 Total 47 100
Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Iritasi Kulit (Ruam Popok) di Ruangan Anak RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2013. Iritasi Kulit (Ruam Frekuensi Persentase Popok) (n) (%) Ya 23 48.9 Tidak 24 51.1 Total 47 100 2. Analisis Bivariat Tabel 8 Hubungan Popok Kotor dengan Iritasi Kulit (Ruam Popok) di Ruangan Anak RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2013. Iritasi Kulit (Ruam popok) Total Popok Kotor Ya Tidak n % n % n % Kotor 22 46.8 4 8.5 26 55.3 Tidak 1 2.1 20 42.6 21 44.7 Kotor Total 23 48.9 24 51.1 47 100 p = 0,000
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruangan Anak RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2013. Frekuensi Persentase Jenis Kelamin (n) (%) Laki-Laki 22 46.8 Perempuan 25 53.2 Total 47 100 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Berat Badan di Ruangan Anak RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2013. Frekuensi Persentase Berat Badan (n) (%) < 5 Kg 2 4.3 ≥ 5 Kg 25 95.7 Total 47 100
Dari tabel 8 maka diketahui bahwa dari total 26 orang responden (55.3%) yang dalam kategori popok kotor, 22 orang responden (46.8%) mengalami iritasi kulit (ruam popok) dan 4 orang lainnya (8.5%) tidak megalami iritasi kulit saat menggunakan popok. Sedangkan dari total 21 orang responden (44.7%) yang dalam kategori popok tidak kotor, 1 orang responden (2.1%) mengalami iritasi kulit (ruam popok) dan 20 orang responden (42.6%) lainnya tidak mengalami iritasi kulit pada saat menggunakan popok. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-square maka berdasarkan correction fisher’s exact test diperoleh nilai p = 0.000 < nilai α (0.05). dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara popok kotor dengan iritasi kulit (ruam popok) di Ruangan Anak RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Popok Kotor di Ruangan Anak RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2013. Frekuensi Persentase Popok Kotor (n) (%) Kotor 26 55.3 Tidak Kotor 21 44.7 Total 47 100 Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Alergi Kulit di Ruangan Anak RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2013.
89
Tabel 9 Hubungan Alergi Kulit dengan Iritasi Kulit (Ruam Popok) di Ruangan Anak RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2013. Iritasi Kulit (Ruam popok) Total Alergi Kulit Iritasi Tidak n % n % n % Alergi 22 46.8 1 2.1 23 48.9 Tidak Alergi 1 2.1 23 48.9 24 51.1 Total 23 48.9 24 51.1 47 100 p = 0,000
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-square maka berdasarkan correction fisher’s exact test diperoleh nilai p = 0.000 < nilai α (0.05). dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara lapisan plastik kedap air (Sirkulasi) dengan iritasi kulit (ruam popok) di Ruangan Anak RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. PEMBAHASAN 1. Hubungan Antara Popok Kotor dengan Iritasi Kulit (Ruam Popok) Berdasarkan analisis univariat maka diketahui bahwa 47 Orang responden yang mengalami iritasi kulit adalah sebanyak 26 orang responden (55.3%) pada saat menggunakan popok dan yang tidak mengalami iritasi kulit adalah sebanyak 21 orang responden (44.7%). Dari hasil analisis bivariat menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara popok kotor dengan iritasi kulit (ruam popok) di Ruangan Anak RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Resiko tinggi popok kotor responden maka akan semakin memicu kejadian iritasi kulit (ruam popok). Maka hipotesa yang disajikan peneliti diterima karena ada hubungan antara popok kotor dengan iritasi kulit (ruam popok). Dalam penelitian Rahmat Hidayat (2011) dengan judul penelitian "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Diaper Rush Pada Bayi 0-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bantaeng", diperoleh hasil penelitian bahwa popok yang tidak sering diganti m engakibatkan bayi menjadi tidak tenang dan gelisah dapat mengakibatkan terjadinya ruam pada bayi (Diaper Rush). Berdasarkan teori dan hasil peelitian diatas maka dapat kita lihat tingginya kejadian iritasi kulit akibat alergi kulit. 2. Hubungan Antara Alergi Kulit dengan Iritasi Kulit (Ruam Popok) Berdasarkan analisis univariat maka diketahui bahwa 47 Orang responden yang mengalami alergi kulit adalah sebanyak 23 orang responden (48.9%) pada saat menggunakan popok dan yang tidak mengalami iritasi kulit adalah sebanyak 24 orang responden (51.1%). Dari hasil analisis bivariat menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara alergi kulit dengan iritasi kulit (ruam popok) di Ruangan Anak RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Resiko tinggi alergi kulit responden maka akan semakin memicu kejadian iritasi kulit (ruam popok). Maka hipotesa yang disajikan peneliti diterima karena ada hubungan antara alergi kulit dengan iritasi kulit (ruam popok). Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Vinci Ghazali (2010), reaksi alergi menyebabkan
Dari tabel 9 maka diketahui bahwa dari total 23 orang responden (46.8%) yang dalam kategori alergi kulit, 22 orang responden (46.8%) mengalami iritasi kulit (ruam popok) dan 1 orang lainnya (2.1%) tidak megalami iritasi kulit saat menggunakan popok. Sedangkan dari total 24 orang responden (51.1%) yang dalam kategori alergi kulit, 1 orang responden (2.1%) mengalami iritasi kulit (ruam popok) dan 23 orang responden (48.9%) lainnya tidak menglami iritasi kulit pada saat menggunakan popok. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-square maka berdasarkan correction fisher’s exact test diperoleh nilai p = 0.000 < nilai α (0.05). dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara alergi kulit dengan iritasi kulit (ruam popok) di Ruangan Anak RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Tabel 10 Hubungan Lapisan Plastik Kedap Iar (Sirkulasi) dengan Iritasi Kulit (Ruam Popok) di Ruangan Anak RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2013. Iritasi Kulit (Ruam popok) Total Lapisan Plastik Kedap Air Ya Tidak n % n % n % Kedap Air 1 2.1 23 48.9 24 51.1 Tdak Kedap 22 46.8 1 2.1 23 48.9 Air Total 23 48.9 24 51.1 47 100 p = 0,000 Dari tabel 10 maka diketahui bahwa dari total 24 orang responden (51.1%) yang dalam kategori lapisan plastik kedap air (Sirkulasi), 1 orang responden (2.1%) mengalami iritasi kulit (ruam popok) dan 23 orang lainnya (48.9%) tidak megalami iritasi kulit saat menggunakan popok. Sedangkan dari total 23 orang responden (48.9%) yang dalam kategori lapisan plastik kedap air (Sirkulasi), 1 orang responden (2.1%) mengalami iritasi kulit (ruam popok) dan 22 orang responden (46.8%) lainnya tidak menglami iritasi kulit pada saat menggunakan popok.
90
permukaan kulit rusak. "Ditambah lagi dengan adanya bakteri serta jamur, permukaan kulit yang sudah rusak ini membuat hilangnya pertahanan tubuh." Reaksi lanjutnya, biasanya muncul secara tiba-tiba dalam waktu 1-2 hari. "Ini berbeda dengan iritasi yang timbulnya lebih lama, setelah beberapa hari atau minggu." Meski begitu, soal waktu tak bisa dijadikan patokan. "Sebab, iritasi dan alergi bisa tumpang tindih terjadinya. Yang pasti, kalau sudah timbul merah-merah di kulit, dii kuti lecet atau melepuh seperti bisul air, berarti alerginya sudah akut." Berdasarkan teori dan hasil peelitian diatas maka dapat kita lihat tingginya kejadian iritasi kulit akibat alergi kulit. 3. Hubungan Antara Lapisan Plastik Kedap Air (Sirkulasi) dengan Iritasi Kulit (Ruam Popok) Berdasarkan analisis univariat maka diketahui bahwa 47 Orang responden yang mengalami lapisan plastik kedap air (sirkulasi) adalah sebanyak 23 orang responden (48.9%) pada saat menggunakan popok dan yang tidak mengalami iritasi kulit adalah sebanyak 24 orang responden (51.1%). Dari hasil analisis bivariat menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara lapisan plastik kedap air (sirkulasi) dengan iritasi kulit (ruam popok) di Ruangan Anak RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Resiko tinggi alergi kulit responden maka akan semakin memicu kejadian iritasi kulit (ruam popok). Maka hipotesa yang disajikan peneliti diterima karena ada hubungan antara lapisan plastik kedap air (sirkulasi) dengan iritasi kulit (ruam popok). Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat yang dikemukakan Syahrani (2008) bahwa pemakaian popok sintesis atau celana berlapis plastik yang lama tidak diganti, sering menimbulkan iritasi langsung pada kulit akibat tertimbunnya urin atau kotoran yang mengandung amonia. Tertutupnya daerah popok meningkatkan suhu maupun kelembaban di daerah lipatan bokong makin memudahkan penyerapan bahan-bahan kimia iritan tersebut. Bila berlangsung berulangulang pelindung kulit akan rusak, sehingga memudahkan berkembangbiaknya jamur, seperti Candida albicans. Menurut laporan Journal of Pediatrics terdapat 54% bayi berumur 1 bulan yang mengalami ruam popok setelah memakai popok yang terbuat dari bahan plastik atau karet dapat menyebabkan iritasi pada kulit bayi. Dalam artikel yang berjudul Disposable Diapers : Potential Health Hazards, Cathy Allison menyatakan kalau Procter & Gamble (produsen Pampers dan Huggies) melalui penelitiannya memperoleh data mencengangkan. Angka ruam popok pada bayi yang menggunakan popok dengan kondisi kotor meningkat dari 7,1% hingga 61%.
Sementara itu Mark Fearer dalam artikelnya yang berjudul Diaper Debate-Not Over Yet menyatakan beberapa hasil studi medis menunjukkan angka peningkatan ruam popok 7% pada tahun 2009 dan 78% pada tahun 2010, (Celly, N. 2010). Berdasarkan teori dan hasil peelitian diatas maka dapat kita lihat tingginya kejadian iritasi kulit akibat alergi kulit. KESIMPULAN Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan popok kotor, alergi kulit, dan lapisan plastik kedap air (sirkulasi) dengan tingkat kejadian iritasi kulit (ruam popok) pada bayi. Hal ini dikarenakan popok yang kotor, adanya alergi pada kulit, dan lapisan plastik yang tidak kedap air dapat menyebabkan terjadinya iritasi pada kulit (ruam popok) pada bayi. Sehingga diharapkan kepada semua masyarakat khususnya kepada Ibu rumah tangga diharapkan agar lebih memperhatikan lagi tentang iritasi kulit (ruam popok) pada bayi. DAFTAR PUSTAKA Anik, Maryunai. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Cetakan Pertama. Trans Info Medika : Jakarta. Arif, Rosyid, 2010. Klasifikasi Jamur. (Online) (http://bebas.vlsm.org, di akses tanggal 07 April 2013 ) Ari, Muhandari A. Dkk, 2000. Perawatan Kulit Pada Bayi dan Balita. Balai Penerbit FK UI : Jakarta Caladine, 2011. Kulit Bayi Lebih Rentan Dibanding Kulit Dewasa. (Online) (http://www.facebook.com, di akses pada tanggal 07 April 2013) Dina,
2012. Seputar Kulit Bayi. (Online) (http://www.ayahbunda.com, di akses pada tanggal 07 April 2013)
Hery, P. 2012. Tentang Iritan Dermatitis (Online) (http://www.popoktekstil-1455800.html di akses pada tanggal 08 April 2013) Ghazali, Vinci. 2010. Baik Buruknya Popok Sekali Pakai (Online) (http://www.tabloidnova.com/ Nova/Keluarga/Anak/Baik-Buruknya-PopokSekali-Pakai.html Diakses tanggal 10 Juli 2013) Hidayat A.A.A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika : Jakarta. Iin, Rahmatia. 2012. Mengenan Alergi Kulit. (Online) (http://www.ilmukesehatan.com, di akses pada tanggal 05 April 2013)
91
Linda Maya, S. 29 Oktober 2012. Cara Ampuh Atasi Ruam Popok Pada Bayi (Online) (http://health.detik.com, di akses pada tanggal 05 April 2013) Laily
Isro’in, dkk, 2012. Personal Hygiene (Konsep, Proses dan Aplikasi dalam Keperawatan). Graha Salemba : Yogyakarta.
M. Andi, 2012. Makalah Diaper Rash. (Online) (http://www.ilmupastipengungkapkebenaran . Di akses pada tanggal 05 April 2013) Muslihatun, NW, 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Citramaya : Yogyakarta. Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika, Edisi 2 : Jakarta. Nyak Celly. 2010. Pengaruh pemberian VCO (Virgin coconut oil) terhadap penyembuhan ruam popok. (online) (http://cellynyak. blogspot.com/2013/02/pengaruhpemberian vcovirgincoconut.html. Diakses tanggal 10 Juli 2013) Rahmat, H. 28 Oktober 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Diaper Rush Pada Bayi 012 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bantaeng Kecamatan Bontotiro Akper Bulukumba : Bulukumba Rini,
S, 2009. Ruam Popok. (online) (http://www.idai.or.id, di akses pada tanggal 03 April 2013)
Soetjiningsih, dkk. 1994. Tumbuh Kembang Anak. Penerbit Buku Kedokteran. EGC : Jakarta. Syahrani, 2008. Iritasi Kulit Pada Bayi, Apa dan Bagaimana Mengatasinya. (Online) (http://www.dechacare.com, di akses pada tanggal 05 April 2013)
92