BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ruam popok atau secara medis disebut sebagai dermatitis popok adalah ruam yang sering terjadi pada bayi dan balita. Ruam popok terjadi akibat dari iritasi pada bagian bokong bayi dan kebanyakan bayi baru lahir memiliki iritasi kulit yang tak berbahaya yang biasanya akan hilang sendiri di bulan-bulan pertama. Ruam popok pernah dialami oleh hampir semua bayi mayoritas bayi dengan umur 9-12 bulan. Hal ini umum terjadi bila bayi mengalami diare yang dapat menyebabkan popok lembab atau basah dan biasanya para ibu akan merasa cemas bila kulit bayinya menjadi berbintik-bintik merah. Namun dengan perawatan popok yang baik maka masalah ini akan mudah dan cepat diatasi sehingga para ibu tidak menjadi khawatir lagi. Di Amerika Serikat ruam popok adalah dermatitis yang paling umum ditemukan pada bayi. Prevalensi telah dilaporkan sekitar 4-35% dalam 2 tahun pertama kehidupan. Insiden dermatitis popok meningkat tiga kali lipat pada bayi dengan diare. Insiden terjadinya ruam popok lebih rendah pada bayi yang mendapat ASI dibandingkan dengan bayi yang mendapat PASI karena tinja dan urin menjadi kurang keasamannya, sifat tinja dan urin yang asam itu sendiri yang dapat memicu terjadinya ruam popok. Selain itu studi yang dilakukan di Italia menunjukkan prevalensi dermatitis popok sebesar 15,2%, dan insiden puncak 19,4% pada mereka yang berusia 3-6 bulan. Ruam popok merupakan masalah kulit pada daerah genital bayi yang yang ditandai dengan timbulnya bercak-bercak merah di kulit, biasanya terjadi pada bayi yang memiliki kulit sensitif dan mudah terkena iritasi. Kondisi ini mungkin bervariasi mulai dari kemerahan ringan sampai luka terbuka yang menyakitkan di daerah perut, bokong, alat kelamin, dan dalam lipatan paha.
1
Dalam kasus ringan, biasanya tidak diperlukan pengobatan, hanya perlu dibersihkan dalam waktu tiga sampai empat hari.
1.2.Tujuan Tujuan yang diharapkan dapat dicapai dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Menginformasikan kepada para orang tua atau pengasuh di poliklinik Ilmu
Kesehatan Anak tentang penyebab ruam popok pada anak. 2. Menginformasikan kepada para orang tua atau pengasuh di poliklinik Ilmu
Kesehatan Anak tentang penatalaksanaan atau hal yang bisa dilakukan orang tua untuk menghadapi masalah ruam popok pada anak.
1.3.Manfaat Manfaat yang dapat diberikan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Memberikan informasi dan pemahaman terhadap masyarakat khususnya orang tua tentang penyebab dan tindakan yang dapat dilakukan untuk masalah ruam popok pada anak. 2. Memberikan pengetahuan, wawasan, dan keterampilan kepada penulis mengenai masalah ruam popok pada anak.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Ruam Popok Ruam popok adalah iritasi pada kulit di area popok, yakni disekitar perut, lipatan paha, kemaluan dan bokong bayi. Ruam popok yang ringan ditandai dengan memerahnya kulit,dan biasanya gatal sedangkan ruam popok yang berat disertai rasa perih. 2.2. Epidemiologi Ruam Popok Berdasrkan studi epidemiologi yang dilakukan di Italia menunjukkan prevalensi Ruam popok sebesar 15,2%, dan insiden puncak 19,4% pada bayi yang berusia 3-6 bulan.. Sebuah studi di Kuwait mencatat bahwa dermatitis popok merupakan 4% kasus dermatologi yang terjadi pada pediatrik. -
Mortalitas / Morbiditas
Penyakit ini biasanya tidak mengancam nyawa. Namun, hal itu dapat menyebabkan tekanan yang signifikan bagi orang tua. Morbiditas untuk sebagian besar anak adalah rasa sakit dan gatal-gatal di daerah yang terkena. -
Ras
Dermatitis popok lebih sering terjadi di antara pasien Afrika-Amerika. -
Sex ( Jenis Kelamin)
Tidak ada predileksi untuk seksual.
3
-
Usia
Ruam popok dapat mulai pada periode neonatal segera setelah anak mulai memakai popok. Puncak insiden pada anak yang berusia 7-12 bulan, kemudian menurun sesuai dengan usia. Ruam popok tidak menjadi masalah lagi pada anak setelah anak mendapat toilet training, biasanya sekitar usia 2 tahun.
2.3. Etiologi Ruam Popok Gesekan: Sebagian ruam popok disebabkan oleh gesekan yang terjadi ketika kulit bayi yang sensitif mengalami gesekan dengan popok basah. Hal ini menyebabkan merah, ruam mengkilap pada daerah yang terkena. Iritasi: Kulit di bawah popok akan merah akibat dari iritasi kotoran, urine, atau bahan pembersih. Iritasi dapat disebabkan oleh popok atau oleh keasaman urin. Infeksi candida: Infeksi candida, juga dikenal sebagai jamur atau infeksi jamur, biasanya memiliki penampilan kemerahan pada kulit dan umumnya terjadi setelah penggunaan antibiotik. Candida adalah mikroorganisme jamur yang biasanya ditemukan di tempat-tempat yang hangat dan lembab seperti di mulut. Bahkan, Candida merupakan organisme yang sama yang menyebabkan sariawan. Reaksi alergi: Ruam mungkin reaksi terhadap tisu popok, popok, deterjen, sabun, lotion, atau celana yang elastis. Anak-anak yang memiliki riwayat eksema mungkin lebih rentan terhadap ruam popok. Seborrhea: atau berminyak, ruam berwarna kuning yang juga dapat dilihat di daerah lain dari tubuh, seperti wajah, kepala, dan leher.
4
2.4. Patofisiologi Ruam Popok
Etiologi ruam popok tidak diketahui secara jelas, namun mungkin hasil dari kombinasi beberapa faktor seperti kelembaban, gesekan, urin dan feses, dan adanya mikroorganisme. Secara anatomis, wilayah kulit disekitar popok memiliki banyak lipatan-lipatan yang dapt menjadi masalah yang berkaitan dengan pembersihan yang baik dan efisien. Ruam dapat terjadi akibat kelembaban kulit yang berlangsung lama. Kelembaban ini berasal dari keringat ataupun urine yang tidak dapat menyerap akibat terhambat popok. Kelembaban ini mengakibatkan mudah terjadi friksi antar kulit atau antara kulit dengan popok sehingga terjadi kerusakan sawar kulit. Faktor lain adalah kontak daerah popok dengan urin, feses, enzim proteolitik dan lipolitik dari saluran cerna, peninggian pH kulit dan paparan mikroorganisme atau bahan iritan/alergen. Urin akan meningkatkan pH kulit melalui pemecahan urea menjadi amonia. Peninggian pH kulit ini akan meningkatkan aktifitas enzim protease dan lipase sehingga terjadi kerusakan sawar kulit. Rusaknya sawar kulit akan meningkatkan permeabilitas kulit sehingga memudahkan mikroorganisme dan bahan-bahan iritan/alergen masuk melalui kulit dan menimbulkan gangguan dikulit.
2.5. Manifestasi Klinis Dermatitis popok mempunyai bentuk klinis yang beragam tergantung penyebabnya. 1. Dermatitis popok kontak iritan Merupakan bentuk DP yang paling banyak. DP ini bisa terjadi pada segala usia. Gambaran klinis berlokasi pada daerah popok yang cembung dan berkontak erat dengan popok. Lesinya berupa ruam yang basah, eritematous, kadang-kadang dijumpai skuama dan erosi. 5
2. Dermatitis popok kandida Bentuk DP kedua tersering. Lesi berupa plak eritema, berskuama, berbatas tegas disertai lesi satelit. Kadang-kadang DP kandida ini bersamaan dengan oral trush.
3. Miliaria rubra (MR) Biasanya dijumpai pada bokong yang tertutup popok plastik yang menyebabkan muara kelenjar ekrin yang tertutup. MR juga bisa dijumpai pada daerah lipatan, leher dan dada bagian atas. 4. Pseudoveritocous papules dan nodules Dijumpai pada daerah popok dan perianal dan kelainan ini disebabkan kelembaban yang berlama-lama. 5. Infantile granular parakeratosis Merupakan bentuk retensi keratosis dan bersifat idiopatik, ada dua bentuk klinis : - Plak linier bilateral - Plak eritematous geometrik - Pada lipatan inguinal 6. Jacquet erosive dermatitis Kelainan ini mempunyai gambaran lekas berupa ulkus punched-out dengan batas tegas atau erosi dengan pinggir meninggi. Penyebabnya adalah kontak lama
6
dengan urin dan feses pada permukaan kulit yang tertutup. Sekarang dengan ada popok yang superabsorben kelainan ini jarang dijumpai. 7. Granuloma gluteale infantum Bentuk DP ini jarang dijumpai. Lesinya berupa nodul merah ungu dengan ukuran 0,5 – 3 cm, dijumpai pada daerah popok. Pada pemeriksaan histopatologi, tampak lapisan dermis di infiltrasi limfosit, sel plasma, netrofil, eosinofil dan tidak ada granuloma. Faktor penyebabnya antara lain faktor iritasi, infeksi kandida dan pemakaian steroid topikal. Penatalaksanaannya adalah dengan menghindarkan pajanan bahan iritan, penggunaan barier pasta, menghindarkan pemakaian steroid. Perbaikan biasanya terjadi dalam beberapa bulan. 8. Dermatoses yang penyebabnya tidak berkaitan dengan penggunaan popok Penyebabnya, primer bukan karena pemakaian popok. Kelainan ini bisa berupa dermatitis seboroika, dermatitis atopik, psoriasis, impetigo, akrodermatitis enteropatika, skabies, hand-foot & mouth disease, herpes simpleks dan histiosis sel Langerhans.
7
2.6. Penatalaksanaan Ruam Popok
I. Non medikamentosa a.
Air
Daerah popok dibasuh dengan air bersih dan dibiarkan terbuka selama mungkin agar tidak lembab, misalnya ketika bayi tidur. b. Barrier ointments Barrier ointments dioleskan setiap kali popok diganti. Contoh barrier ointments : seng oksida, petrolatum, preparat barier non mediated. c. Cleansing dan pengobatan anti kandida Daerah popok dibersihkan dengan air ataupun minyak mineral dan dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi kerusakan kulit akibat friksi. d. Diaper Frekuensi penggantian popok perlu diperhatikan. Popok diganti sesegera mungkin bila telah kotor. e.
Education
Pendekatan edukasi diberikan kepada orang tua atau pengaruh bayi. Pembelajaran dan membiasakan toilet training pada bayi akan mengurangi kebiasaan memakai popok.
8
II. Medikamentosa 1. Kortikosteroid topikal Kortikosteroid topikal yang dianjurkan adalah yang berpotensi ringan (mis : krim Hidrokortison 1% - 2½ %) dan umumnya diberi untuk jangka waktu 3 – 7 hari. Penggunaan steroid poten merupakan indikasi kontra karena dapat menimbulkan efek samping yang cukup banyak. 2. Antifungal topikal Nistatin atau imidazol terbukti aman dan efektif untuk pengobatan DP kandida klotrimazol dan mikonazol nitral juga dapat digunakan. 3. Anti bakterial Bila terjadi infeksi ataupun infeksi sekunder pada DP dapat diberikan beberapa anti mikroba, termasuk benzalkonium chlorida dan triklosan.
9
BAB III PENUTUP
3.1.Kesimpulan Ruam popok merupakan iritasi pada kulit di area popok, yakni disekitar perut, lipatan paha, kemaluan dan bokong bayi. Ruam popok yang ringan ditandai dengan memerahnya kulit,dan biasanya gatal sedangkan ruam popok yang berat disertai rasa perih. Dermatitis popok mempunyai bentuk klinis yang beragam tergantung penyebabnya diantaranya adalah dermatitis popok kontak iritan, dermatitis popok kandida, miliaria rubra, pseudoveritocous papules dan nodules, infantile granular parakeratosis,
jacquet
erosive
dermatitis,
granuloma
gluteale
infantum.
Penatalaksanaan ruam popok dilakukan dengan pendekatan medikamentosa seperti pemberian kortikosteroid topical ataupun antifungal topikal tergantung dari penyebabnya dan dapat pula dilakukan pendekatan non medikamentosa seperti yang paling penting adalah edukasi. Pendekatan edukasi dapat diberikan kepada orang tua atau pengasuh bayi. Pembelajaran dan membiasakan toilet training pada bayi akan mengurangi kebiasaan memakai popok sehingga mengurangi kejadian dermatitis popok pada anak.
3.2. Saran 1. Diharapkan kepada para ibu agar selalu menjaga kebersihan dan kekeringan area popok dengan cara selalu mengganti popok bayi secepatnya bila popok sudah lembab/basah. 2. Hindarilah pemakaian celana plastik atau karet sebisa mungkin pada bayi, karena dapat menghalangi penguapan serta memperbesar kontak ke dalam kulit yang menyebabkan iritasi.
10
11