Analisis Kasus 2
Mata Kuliah : KDKV
Di Susun Oleh: Kelompok IV: Adi Krisna Bayu Dhea Desniawati Nurazizah Nurhikmah Resty Dwi Nuryanti Suci Nur Azizah S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2018
Kasus 2 Seorang pasien laki-laki Kaukasia 50 tahun dengan riwayat infark miokard sebelumnya, hipertensi, diabetes dan gagal ginjal kronis dirawat di rumah sakit dengan hipotensi dan gagal jantung dekompensasi
Riwayat kesehatan: Pada usia 42 tahun (tahun 2000), ia mengalami nyeri dada yang berkepanjangan dan
dirawat
di
rumah
sakit
dengan
diagnosis
infark
miokard
akut.
Cineangiography pada waktu itu mengungkapkan lesi 50% di cabang interventrikular anterior, lesi 90% di sirkumfleksa, dan oklusi arteri koroner kanan. Setelah episode ini, dia mengembangkan Dyspnea on Exertion (DOE), yang berkembang menjadi dispnea saat istirahat dan ortopnea, disertai dengan kaki busung. Dia juga menderita hipertensi dan diabetes mellitus tipe II, dan telah menjadi perokok sampai waktu infark. Dia berada di glibenclamide 10 mg, isosorbide mononitrate 80 mg, spironolactone 100 mg, digoxin 0,25 mg, furosemide 120 mg, kaptopril 100 mg, dan ASA 100 mg s etiap hari. Pemeriksaan fisik (18 Januari 2002), detak jantung 104 detak per menit, darah tekanan 120/86 mmHg, tingkat 3/4 distensi vena jugularis; pulsa normal dan simetris terhadap palpasi; auskultasi jantung menunjukkan tidak ada murmur. Hati membesar dan lembut, dan dipalpasi pada 8 cm di bawah batas kosta kanan. Grade 2+ pitting leg edema hadir. Echocardiogram (Februari 2002) menunjukkan dilatasi ventrikel kiri dan disfungsi dengan Ejection Fraction sebesar 30%. Ada dilatasi atrium kiri ringan dan ringan regurgitasi mitral. Ulangi kateterisasi (28 Agustus 2005) Ciroangiografi koroner menunjukkan benar oklusi koroner, lesi 40% dari bagian proksimal anterior interventricular cabang, dan oklusi proksimal dari cabang sirkumfleksa. Pasien mengalami gagal jantung dekompensasi dengan dyspnea pada pengerahan minimal pada tahun 2005 dan
2007 dan dirawat di rumah sakit lagi pada bulan Juli 2009 untuk dekompensasi dan pneumonia.
Di sini dan sekarang kondisi: Pada pemeriksaan fisik (19 Januari 2009) pasien pucat, vena jugularis ringan distensi, denyut jantung 88 bpm, tekanan darah 80/55 mmHg; auskultasi pulmonal mengungkapkan ronki di kedua pangkalan; auskultasi jantung mengungkapkan ritme yang tidak teratur, dengan normal bunyi jantung dan tidak ada bisikan; hati membesar dan dipalpasi pada 4 cm dan ada asites sedang; ekstremitas dingin dan ada edema pitting kaki tingkat 2+, dengan tidak ada tanda-tanda trombosis vena dalam. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan anemia, gagal ginjal berat dan trombositopenia. ECG mengungkapkan fibrilasi atrium dengan kunci Bundle Cabang Kanan. Pasien berkembang dengan memburuknya dyspnea dan aliran darah perifer, sianosis dan penurunan tingkat kesadaran, dan diperlukan intubasi orotrakeal untuk dukungan pernapasan. Selama ini prosedur, pasien disajikan dengan bradikardi diikuti oleh cardiopulmonary arrest in aktivitas listrik pulseless, dengan pemulihan dalam 2 menit. Setelah intubasi dan pemulihan baseline rhythm (atrial fibrillation), ada ronchi dan ronki difus di paru basis; saturasi oksigen adalah 96% dengan FIO2 dari 100%. Instruksi tugas: Diskusikan di dalam kelompok terkait hal di bawah ini: 1. Pathway dan perjalanan penyakit pasien: sesuai kasus dan jelaskan
2. Data pengkajian yang lalu dan saat ini: sebutkan data abnormal, pengertian, dan penjelasan 3. Masalah keperawatan saat ini: sebutkan dan justifikasi 4. Rencana intervensi keperawatan saat ini 5. Pemeriksaan diagnostik dan penunjang yang lalu dan saat ini: sebutkan hasil, pengertian, dan penjelasan 6. Terapi medikasi yang lalu dan saat ini: sebutkan yang diberikan dan penjelas an 7. Kesimpulan kasus Jawaban :
DM
1. Pathway Aliran darah tidak HT
lancar
Glukosa darah ↑ Vasokonstrisi
Penumpukan plak
pemb.darah
di pembuluh darah
Viskositas darah ↑
Penyempitan
Arterosklerosis, thrombus di
lumen pemb.darah
pemb.darah koroner
IMA
Mengenai ventrikel kiri
Suplai darah ke otot jantung ↓
Resiko kelebihan
Kontraksi ventrikel kiri ↓
volume cairan
Fungsi ventrikel kiri ↓
Retensi Na dan air oleh ginjal
Tekanan pengisian diastolic ↓
Aktivasi system RAA PK : penurunan
Volume sekuncup ↓
Suplai O2 ke seluruh tubuh ↓
B2
curah jantung
B4
GFR ↓
Perfusi ginjal ↓
2. Data abnormal : a. Nyeri dada adalah rasa nyeri, sakit atau tertekan pada dada. Bagian tubuh yang terasa nyeri
atau seperti ditusuk bisa dimulai dari bahu hingga ke
tulang rusuk. Walau jarang terjadi, rasa sakit bisa menjalar ke rahang, leher, dan hingga ke tangan. b. Infark miokard akut adalah istilah medis dari serangan jantung. Kondisi ini terjadi saat aliran darah ke jantung atau pada arteri koroner tersumbat sehingga dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang membahayakan nyawa. Penyumbatan ini umumnya dapat terjadi akibat penumpukan plak yang terdiri dari kolesterol, lemak, dan sisa metabolisme c. Dispnea sering disebut sebagai sesak napas, napas pendek, breathlessness, atau shortness of breath. Dispnea adalah gejala subjektif berupa keinginan penderita untuk meningkatkan upaya mendapatkan udara pernapasan. d. Orthopneu didefinisikan sebagai kondisi sesak yang muncul saat posisi berbaring lurus dan biasanya muncul sebagai manifestasi lanjut pasien dengan gagal jantung. Kondisi ini biasanya membaik dengan perubahan posisi menjadi duduk tegak atau dengan menggunakan tambahan bantal saat tidur. Kondisi ini timbul akibat cairan yang berasl dari sirkulasi splanknik dan ekstremitas bawah memasuki sirkulasi utama pada saat posisi berbaring, sehingga terjadi peningkatan tekanan pada pembuluh pulmoner. Manifestasi yang sering ditemui akibat kondisi ini adalah batuk saat malam hari dimana keluhan dari gagal jantung ini ser ing diabaikan. e. Hipertensi adalah kondisi di mana tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 milimeter merkuri (mmHG). Angka 140 mmHG merujuk pada bacaan sistolik, ketika jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Sementara itu, angka 90 mmHG mengacu pada bacaan diastolik, ketika jantung dalam keadaan rileks sembari mengisi ulang bilik-biliknya dengan darah. f. Diabetes melitus tipe 2 – yang dahulu disebut diabetes melitus tidak tergantung insulin (non-insulin-dependent diabetes melitus/NIDDM) atau diabetes onset dewasa – merupakan kelainan metabolik yang ditandai
dengan kadar glukosa darah yang tinggi dalam konteks resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif. g. JVP yang meningkat adalah tanda klasik hipertensi vena (seperti gagal jantung kanan). Peningkatan JVP dapat dilihat sebagai distensi vena jugularis, yaitu JVP tampak hingga setinggi leher; jauh lebih tinggi daripada normal. h. Pitting edema adalah edema yang akan tetap cekung bahkan setelah penekanan ringan pada ujung jari, hal ini dapat ditunjukkan dengan melakukan tekanan ke daerah yang bengkak dimana kita dapat menekan kulitnya dengan jari. Jika setelah di tekan dan lekukan yang terbentuk bertahan untuk beberapa waktu setelah tekanan, edema ini disebut sebagai pitting edema. i.
Hepatomegali adalah kondisi di mana hati membesar dari ukuran normal. Pembesaran hati yang tidak normal ini dapat menjadi suatu tanda berbagai penyakit yang serius.
j.
Dekompensasi kordis adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan kemampuan fungsi kontraktilitas yang berakibat pada penurunan fungsi pompa jantung (Tabrani, 1998; Price, 1995).Dekompensasi kordis adalah keadaan patofisiologi yang mana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan (Carleton, P.F dan M.M. O’Donnell, 1995 ; Ignatavicius and Bayne, 1997 ).Dekompensasi kordis adalah ketidakmanpuan jantung untuk memompa darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. (Smeltzer C. Suzanne, keperawatan medikal bedah vol 2, 1996).
k. Pneumonia adalah infeksi paru-paru. Untuk penyakit pneumonia virus, infeksi disebabkan oleh virus, terutama virus influenza karena virus ini dapat melemahkan pertahanan paru-paru. l.
Regurgitasi katup mitral adalah proses kebocoran darah kembali ke atrium (serambi). Katup mitral jantung merupakan katup/ sekat yang memisahkan ruang jantung yang disebut atrium/ serambi kiri dan ventrikel/ bilik kiri. Katup tersebut terbuka saat serambi memompa darah ke dalam bilik dan
menutup saat bilik menyebarkan darah ke seluruh tubuh. Menutupnya katup akan mencegah darah kembali ke serambi. m. Penyakit anemia adalah suatu kondisi di mana jumlah sel darah merah Anda lebih rendah dari jumlah normal. Anemia juga bisa terjadi jika sel-sel darah merah tidak mengandung cukup hemoglobin. Hemoglobin adalah protein kaya zat besi yang memberikan warna merah darah. Protein ini membantu sel-sel darah merah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. n. Asites adalah penumpukan cairan (biasanya cairan benang dan cairan serosa yang berwarna kuning pucat) di rongga perut. Rongga perut terletak di bawah rongga dada, dipisahkan denga diafragma. Asites dapat terjadi akibat berbagai kondisi seperti penyakit hati (liver), kanker, gagal jantung kongestif, atau gagal ginjal. o. Ronki adalah bunyi tambahan yang dihasilkan oleh aliran udara melalui saluran napas yang berisi sekret/eksudat atau akibat saluran napas yang menyempit atau oleh oedema saluran napas.Ronki merupakan bunyi yang singkat, tidak kontinu, tidak musikal, banyak terdengar selama inspirasi. Bunyi ronki seperti bunyi yang dibuat dengan menggosokkan rambut di dekat telinga. p. Gagal ginjal kronis (bahasa Inggris: chronic kidney disease, CKD) adalah proses kerusakan pada ginjal dengan rentang waktu lebih dari 3 bulan.[1] CKD dapat menimbulkan simtoma berupa laju filtrasi glomerular di bawah 60 mL/men/1.73 m2, atau di atas nilai tersebut namun disertai dengan kelainan sedimen urin. Adanya batu ginjal juga dapat menjadi indikasi CKD pada penderita kelainan bawaan seperti hiperoksaluria dan sistinuria. q. Trombositopenia adalah kondisi yang terjadi akibat kurangnya jumlah platelet atau trombosit, sel darah yang berperan penting pada proses pembekuan darah. r. Sianosis adalah kondisi warna kebiru-biruan pada kulit dan selaput lendir karena kekurangan oksigen dalam darah. 3. Masalah keperawatan :
a.
Penurunan curah jantung b.d kontraktilitas Justifikasi : dispnea, perubahan tekanan darah, edema , sianosis
b.
Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme re gulasi Justifikasi : distensi vena jugularis, edema, bunyi nafas tambahan
4. Rencana intervensi : a.
Auskultasi irama jantung, catat bunyi jantung, pantau tekanan darah, kaji kulit terhadap pucat dan sianosis, kolaborasi pemberian terapi medik.
b.
Batasi cairan untuk mengurangi edema, cek kedaan turgor kulit, hitung intake dan output cairan, kolaborasi pemberikan terapi medik.
5. Pemeriksaan diagnostic dan penunjang : a. Echocardiogram adalah gambar bergerak dari USG jantung. Prosedur pemeriksaan tersebut memungkinkan dokter untuk menguji seberapa baik jantung memompa darah keluar dan apakah jantung memiliki masalah struktural. Tes ini dapat membantu dokter mendiagnosa kondisi seperti gagal jantung dan fibrilasi atrium, namun belum terbukti dapat membantu orang tanpa gejala. b. Kateterisasi jantung adalah istilah umum yang digunakan untuk rangkaian prosedur pencitraan untuk memasukkan kateter ke dalam bilik atau pembuluh darah jantung. Pada saat kateter berada di posisi yang telah ditentukan, maka alat tersebut dapat digunakan untuk melaksanakan sejumlah prosedur pemeriksaan lebih lanjut dan terapi seperti angiografi koroner (coronary angiography), angioplasti (angioplasty) dan pemasangan katup buatan (balloon valvuloplasty). Kateterisasi jantung dilakukan melalui lintasan kateter ( suatu pipa lentur yang tipis) ke bagian kanan dan kiri jantung. Kateter dapat dimasukkan melalui arteri atau pembuluh darah di lengan atau bagian atas paha) yang kemudian perlahan-lahan diarahkan ke jantung dengan bantuan mesin sinarx khusus. Begitu kateter berada di posisi yang telah ditentukan, maka cairan kontras (contrast dye) akan disuntikkan melalui kateter sehingga gambar sinar-x katup jantung, arteri koroner dan bilik jantung dapat direkam oleh mesin sinar-x untuk menghasilkan citra yang tepat.
c.
Angiogram CT scan jantung atau CT coronary angiogram (CTA) adalah prosedur untuk mengetahui penyumbatan/hambatan pada arteri jantung, biasanya untuk mendiagnosa penyakit arteri koroner. Pasien diinjeksi intravena (IV) dengan cairan/pewarna yodium dan jantungnya discan menggunakan CT scan berkecepatan tinggi, minimal CT scan 64 slice untuk melihat arteri jantung yang relatif kecil dan bergerak cepat dalam resolusi tinggi dan 3D
6. terapi medikasi lalu dan sekarang : a.
Glibenclamide adalah obat dengan fungsi untuk mengontrol kadar gula darah yang tinggi pada penderita diabetes tipe 2. Glibenclamide digunakan bersama diet sesuai dan program olahraga. Obat ini juga dapat digunakan bersama obat diabetes lain. Mengontrol kadar gula darah Anda membantu mencegah kerusakan ginjal, kebutaan, masalah saraf, kehilangan kaki, dan masalah fungsi seksual. Kontrol diabetes yang sesuai juga dapat mengurangi risiko serangan jantung atau stroke.
b.
Isosorbide mononitrate adalah obat yang tergolong dalam kelas obat nitrat. Obat ini bekerja mengendurkan pembuluh darah untuk melancarkan peredaran darah dan memudahkan daya kerja jantung.Obat ini digunakan untuk mencegah serangan angina (nyeri dada).
c.
Spironolactone merupakan potassium-sparing diuretic (water pill) yang mencegah tubuh dari penyerapan garam yang terlalu banyak dan menjaga tubuh dari kekurangan kadar potassium.
d.
Digoxin adalah obat untuk mengobati penyakit jantung, seperti aritmia dan gagal jantung. Obat ini bekerja dengan membuat irama jantung kembali normal, dan memperkuat jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh.
e.
Furosemide adalah obat golongan diuretik yang digunakan untuk membuang cairan atau garam berlebih di dalam tubuh melalui urine dan meredakan pembengkakan yang disebabkan oleh gagal jantung, penyakit hati, penyakit ginjal atau kondisi terkait.
f.
Captopril adalah obat yang masuk ke dalam kelompok penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitors). Fungsi utama captopril adalah
untuk mengobati hipertensi dan gagal jantung. Selain itu, obat ini juga berguna untuk melindungi jantung setelah terjadi serangan jantung, serta menangani penyakit ginjal akibat diabetes (nefropati diabetik). g.
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (penurun demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung.
7. Kesimpulan : Dengan keadaan pasien seperti saat ini maka harus dilakukan pemantauan yang ekstra agar hasil dari elektrogram kembali normal tidak ada fibrilasi atrium, harus dipantau intake dan output cairan dan terapi medik (kolaborasi) agar tidak ada asites dan edema dan pemantauan pada jantung pasien agar kemampuan jantung untuk memasokkan darah ke seluruh tubuh terpenuhi.