Jurnal SMK SMAK Padang
8
ANALISIS DAN PEMBUATAN TEH DARI RAMBUT JAGUNG
(Zea Mays L. Sacharata)
Antun Kamilah dan Atika Amalia dan Cici Yesi Rahma Yuni dan Ridwan Arif
Laboratorium SMK-SMAK Padang
Jl. Alai Pauh V Kel.kapalo koto no 13 Kec. Pauh Kota Padang
Email :
[email protected]
ABSTRAK
Rambut jagung (Zea Mays L.Sacharata) merupakan bagian dari tanaman jagung yaitu bagian tangkai putik.Rambut jagung memiliki kandunganvitamin K, alfa tokoferilkuinon, beta-sitosterol, stigmesterol, asam yushushu dan volatile alkaloid yang bermanfaat dalam Pengobatan berbagai penyakit seperti hipertensi, batu ginjal, radang ginjal, diabetes mellitus, hepatitis, infeksi saluran kemih, dan batu kandung empedu. Teh adalah minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas.Teh Herbal adalah sebutan racikan bunga, daun, biji, akar, atau buah kering untuk membuat minuman yang juga disebut teh herbal.Walaupun disebut "teh", racikan atau minuman ini tidak tentu harus mengandung daun dari tumbuhan teh.Untuk mengetahui kandungan serta manfaat dari teh herbal rambut jagung ini dilakukan pengujian dengan hasil yang didapatkan yaitu kadar air 1,6%, kadar ekstrak dalam air 47,81%, kadar serat kasar 4,5%, kadar abu larut dalam air dari abu total 1,04% ,kadar alkalinitas abu larut dalam air (sebagai KOH) 1,29%, angka lempeng total 9,3 x 102, kadar abu total = 4,27%, kadar abu tak larut dalam asam = 0,62% dan serta cemaran mikroba (uji coliforom) yang tidak melebihi standar SNI. Dan juga terdapat senyawa metabolit sekunder seperti : tannin, saponin dan flavanoid yang berguna dan bermanfaat bagi tumbuhan dan manusia.Dari sepuluh parameter yang dilakukan didapatkan hasil yang sesuai dengan SNI 01-3836-2000 Teh Kering dalam Kemasan.
Kata kunci : Rambut Jagung, teh, teh herbal, kandungan rambut jagung
ABSTRACT
Hair corn (Zea Mays L.Sacharata) is part of the corn plant that is part of the pistil stalk. Hair corn contains vitamin K, tokoferilkuinon alpha, beta-sitosterol, stigmesterol, yushushu acid and volatile alkaloids useful in the treatment of various diseases such as hypertension, kidney stones, kidney inflammation, diabetes mellitus, hepatitis, urinary tract infections, and gall bladder stones. Tea is a drink that contains caffeine, an infusion that is made by brewing the leaves, leaf buds, dried leaves or stems of the plant Camellia sinensis in hot water. Herbal tea is a blend designation flowers, leaves, seeds, roots, or dried fruit to make a drink that is also called herbal teas. Although the so-called "tea", or drink this concoction does not necessarily have to contain the leaves of the tea plant. Like herbal tea Satoimo, derived from the fruit of taro (tuber) Satoimo dried and contrived beverages like tea like. To determine the properties and benefits of herbal teas corn silk is made with the results obtained testing the water content of 1.6%, the water content in the extract of 47.81%, crude fiber content of 4.5%, water soluble ash content of total ash 1.04%, content of water-soluble ash alkalinity (as KOH) 1.29%, total plate count of 9.3 x 102, total ash content = 4.27%, ash content insoluble in acid = 0.62% and and microbial contamination (coliforom test) that does not exceed the ISO standard. And there are also secondary metabolites such as tannins, saponins and flavonoids are useful and beneficial to plants and humans. Of the ten parameters is done in accordance with the results obtained SNI 01-3836-2000 Packaged Dry Tea.
Keywords:HairCorn, tea, herbal tea, corn silkcontent
PENDAHULUAN
Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan yang mengandung banyak karbohidrat. Di Indonesia, daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung adalah Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, D.I. Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku.
Tanaman jagung memiliki banyak manfaat dalam kebutuhan hidup sehari-hari.Namun, bagian yang banyak dimanfaatkan masyarakat hanya buah.Pada hal hampir semua bagian dari tanaman jagung dapat dimanfaatkan.Salah satu bagian dari jagung yang sering diabaikan masyarakat adalah rambut jagung.Rambut jagung merupakan limbah dari industri pangan buah jagung.Rambut jagung mengandung zat antioksidan seperti saponin, zat samak, flavonoid, beta-karoten, minyak atsiri, minyak lemak, alantoin, dan zat pahit.Zat antioksidan merupakan suatu zat yang dapat menghambat reaksi oksidasi. Didalam tubuh antioksidan dapat melindungi sel dari bahaya radikal bebas oksigen reaktif. Radikal bebas ini bisa berasal dari proses metabolisme tubuh. Rambut jagung juga mengandung maysin, beta-sitosterol, geraniol, hordenin, limonen, mentol, dan viteksin, yang diantaranya berfungsi sebagai zat penurun tekanan darah.Selain itu rambut jagung juga mempunyai manfaat seperti peluruh air seni, antioksidan (sebagai penangkal radikal bebas) dan sebagai anti mikroba (Rifianto Aziz, 2013).
Rambut jagung merupakan limbah industri dan rumah tangga.Apabila limbah rambut jagung dibuang sembarangan dan tidak diolah dapat mencemari lingkungan karena dapat menghasilkan bau busuk dan tengik.Untuk mengurangi limbah tersebut rambut jagung diolah menjadi teh.Rambut jagung yang digunakan untuk produk teh hampir semua dari jenis jagung. Namun, untuk produk teh yang lebih bermanfaat berasal dari rambut jagung manis (zea mays L. sacharata) karena kandungan zat antioksidan seperti flavonoid lebih tinggi bila dibandingkan dengan jenis jagung lain (http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung).
Teh merupakan minuman yang sangat populer dalam masyarakat yang biasanya dikonsumsi dari tanaman Camelia sinensis.Teh mengandung flavonoid sebagai zat antioksidan seperti polifenol, katekin.Sedangkan teh rambut jagung merupakan minuman yang diperoleh dari rambut jagung.Kandungan utama rambut jagung yaitu flavonoid, saponin, dan beta-karoten.Dari penjelasan diatas maka teh rambut jagung merupakan minuman fungsional.Minuman fungsional adalah minuman yang merupakan salah satu jenis dari pangan fungsional.Pada pembuatan teh dari rambut jagung ditambahkan serbuk melati yang bertujuan untuk menambah aroma dari teh tersebut, selain itu melati juga berfungsi sebagai anti radang, peluruh batu kencing, melancarkan pernafasan dan juga melancarkan pengeluaran keringat (http://id.wikipedia.org/wiki/Teh).
METODOLOGI
Metodologi penelitian
Metodologi yang digunakan untuk analisa produk teh dari rambut jagung yaitu uji angka lempeng total (ALT), uji coliform, uji kadar air metode gravimetri, uji kadar ekstrak dalam air metode gravimetri, uji serat kasar metode gravimetri, uji kadar abu metode gravimetri, uji kadar abu larut dalam air metode gravimetri, uji kadar abu larut dalam asam metode gravimetri,uji alkalinitas abu larut dalam air (sebagai KOH) metode alkalimetri, uji metabolit sekunder secara kualitatif metode maserasi.
Sumber bahan baku pembuatan teh
Rambut jagung didapatkan dari penjual jagung bakar daerah pasar belimbing dan bunga melati diambil dari rumah cici yesi rahma yuni.
sortasiRambut jagung
sortasi
Rambut jagung
Tiriskan dan kering anginkanCuci rambut jagung sampai bersih
Tiriskan dan kering anginkan
Cuci rambut jagung sampai bersih
Panaskan dalam oven suhu 500C sampai warna coklat kehitaman
Panaskan dalam oven suhu 500C sampai warna coklat kehitaman
Teh siap di kemasDinginkan kemudian Potong rambut jagung yang telah kering menjadi ukuran yang lebih kecil
Teh siap di kemas
Dinginkan kemudian Potong rambut jagung yang telah kering menjadi ukuran yang lebih kecil
Pembuatan produk
Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan produk
Alat
Oven, kompor, panci, baskom, tirisan bambu, gunting, sendok.
Bahan
rambut jagung dan bunga melati.
Alat dan bahan yang digunakan untuk analisa
Alat gelas
Gelas piala 250 mL, labu ukur 500 mL, pipet gondok 50 mL, corong, erlenmeyer 250 mL, batang pengaduk,gelas ukur 100 mL, pendingin tegak, cawan petri, tabung reaksi, cawan porselen, cawan penguap, buret 50 mL, pipet tetes, lampu spritus,Pipet takar 10 mL
Alat non gelas
Cawan porselen, cawan penguap, standar dan klem, oven makanan, rak tabung reaksi, labu semprot,Standar dan klem, Jarum ose, Gegep
Alat penunjang
Oven, desikator, neraca analitik, heating mantel, penangas air, kompor dan gas, incubator, Colony counter, furnace.
Cara kerja pengujian mutu produk
Penetapan kadar air metode gravimetri :siapkan semua alat dan bahan, ditimbang dengan teliti sampel yang telah disiapkan sebanyak 2 gram dengan menggunakan cawan penguap yang telah diketahui beratnya. Dipanaskan dalam oven selama 2 jam dengansuhu 1050C sampai berat tetap. hitung kadar air yang terdapat dalam sampel.
Penetapan kadar ekstrak dalam air metode gravimetri :siapkan semua alat dan bahan, timbang dengan teliti sampel yang telah disiapkan dengan neraca analitik sebanyak 2 gram, tambahkan 100 mL aquadest panas diamkan selama 1 jam, saring kedalam labu ukur 500 mL bilas dengan air panas sampai larutan jernih atau bening, dinginkan kemudian paskan sampai tanda batas, pipet 50 mL filtrate masukkan kedalam cawan porselen yang telah diketahui beratnya(bobot konstan), keringkan diatas penangas air, Dipanaskan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 1050C sampai berat tetap. Hitung kadar ekstrak dalam air yang terdapat dalam sampel.
Penetapan kadar serat kasar metode gravimetri : disiapkan semua alat dan bahan, timbang 2 gram sampel secara teliti, masukkan kedalam Erlenmeyer 250 mL, tambahkan ethanol 96% untuk pembebasan lemak, enap tuangkan larutan tersebut dengan kertas saring kedalam Erlenmeyer 250 mL, angkat kertas saring lalu keringkan, tambahkan 50 mL larutan H2SO4 1,25% refluk selama 30 menit setelah itu tambahkan NaOH 3,25% refluk kembali selama 30 menit, kemudian saring dengan kertas saring bebas abu yang telah diketahui beratnya, clakukan pencucian dengan larutan H2SO4 1,25% panas, aquadest panas dan ethanol 96% masing-masing 25 mL, keringkan endapan masukkan kedalam cawan porselen yang telah diketahui beratnya, Dipanaskan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 1050C sampai berat tetap. Hitung kadar serat kasar yang terdapat dalam sampel.
Uji kualitatif metabolit sekunder metode maserasi :
Preparasi sampel
Sampel dipreparasi terlebih dahulu dengan menggunakan aquadest kemudian diamkan sebentar.
Saponin
Masukkan sejumlah sampel kedalam tabung reaksi, tambahkan 5 mL aquadest, panaskan dengan lampu spritus pada saat mendidih hidupkan stopwatch dan atur waktu selama 2 menit. Kocok sampai terbentuk busa, setelah terbentuk busa diamkan selama 5 menit jika busa bertahan selama 5 menit sampel positif (+) mengandung saponin
Tannin
Sejumlah sampel dilarutkan dengan aquadest panas, pipet hasil filtrate sebanyak 5 mL masukkan kedalam tabung reaksi, tambahkan 3 tetes FeCl3 10% kedalam filtrate, amati perubahan warna yang terjadi jika terbentuk warna hitam kehijauan berarti sampel positif (+) mengandung tannin.
Flavanoid
sejumlah sampel dilarutkan dengan aquadest panas, pipet 5 mL filtrate masukkan kedalam tabung reaksi, tambahkan 0,5 gram serbuk Mg dan tambahkan 1 mL HCl kemudian kocok kuat-kuat, amati perubahan warna yang terjadi jika terbentuk warna merah, kuning, atau jingga dan terdapat gelembung udara berarti sampel positif (+) mengandung flavanoid.
Alkaloid
sebanyak 0,0002 gram sampel dilarutkan dengan kloroform dan beberapa tetes NH4OH kemudian saringkedalam tabung reaksi bertutup, ekstrak kloroform dikocok dengan penambahan beberapa tetes H2SO4 2 M, lalu akan terbentuk dua lapisan yaitu lapisan keruh dan bening, lapisan keruh tidak digunakan sedangkan lapisan bening diteteskan diatas plat tetes kemudian ditambahkan reagen wagner, jika terbentuk endapan warna coklat sampel positif (+) mengandung alkaloid.
Penetapan kadar abu metode gravimetri :siapkan semua alat dan bahan, panaskan cawan porselen kosong dalam oven selama 2 jam dengan suhu 1050C sampai berat tetap, timbang secara teliti 2 gram sampel kedalam cawan yang telah diketahui beratnya, abukan sampel diatas penangas selama 2 jam, arangkan sampel didalam furnace suhu 4250C selama 2 jam, panaskan cawan porselen tambah abu dalam oven selama 2 jam dengan suhu 1050C dan timbang sampai mendapatkan berat tetap.
Penetapan kadar alkalinitas abu larut dalam air (sebagai KOH) :Contoh yang digunakan adalah filtrat yang diperoleh dari penetapan kadar abu larut dalam air.Tempatkan filtrat dalam erlenmeyer kemudian titrasi dengan larutan HCl 0,1 N menggunakan indikator metil orange.
Penetapan kadar abu larut dalam air dari abu total : Contoh yang digunakan adalah abu yang berasal dari penentuan kadar abu total. Tambahkan 20 mL air suling ke dalam cawan yang berisi abu total, panaskan sampai hampir mendidih dan saring dengan kertas saring bebas abu.Bilas cawan dan kertas saring beserta isinya dengan air panas hingga jumlah filtrate kira-kira 60 mL.Simpan filtrat untuk penetapan alkalinitas abu larut dalam air.Pindahkan kertas saring dan isinya ke cawan semula, uapkan dengan hati-hati di atas penangas air.Abukan dalam furnace pada suhu (525 ± 25) °C sampai bebas karbon.Pindahkan segera ke dalam desikator dan dinginkan selama 30 menit kemudian timbang (W3). Ulangi pekerjaan hingga perbedaan hasil penimbangan tidak melebihi 1 mg.Lakukan pekerjaan duplo danhitung kadar abu larut dalam air.
Penetapan kadar abu tak larut dalam asam : Contoh uji merupakan abu tak larut dalam air. Tambahkan 25 mlHCl 40 % ke dalam cawan, tutup cawan untuk menghindari percikan dan didihkan larutan hati-hati selama sepuluh menit di atas penangas air.Dinginkan dan saring larutan menggunakan kertas saring tak berabu.Bilas menggunakan air panas hingga air pencuci bebas dari asam.Tempatkan kembali kertas saring dan isi ke dalam cawan, uapkan hati-hati di atas penangas air yang mendidih, kemudian panaskan dalam furnace pada suhu (525 ± 25) °c, hingga partikel bebas karbon.Segera pindahkan dan dinginkan cawan ke dalam desikator selama 30 menit dan timbang sampi mendapatkan berat tetap.Lakukan pekerjaan duplo danhitung kadar abu tak larut dalam asam.
Penetapan angka lempeng total (ALT)
Homogenisasi sampel : Timbang 1 g contoh secara aseptik ke dalam botol pengencer yang telah berisi 9 mL larutan pengencer sehingga diperoleh pengenceran 1:9.kocok campuran beberapa kali sehingga homogen.
Angka lempeng total : buat tingkat pengenceran sesuai yang dibutuhkan dengan larutan pengencer yaitu aquadest, pipet masing-masing 1 mL dari tingkat pengenceran 10-1 sampai dengan 10-3 ke dalam cawan petri steril secara duplo.tuangkan 12 mL media PCA yang masih cair dengan suhu (45 ± 1) °C ke dalam masing-masing cawan petri.goyangkan cawan petri dengan hati-hati (putar dan goyang ke depan, ke belakang, ke kanan dan ke kiri) sehingga contoh dan pembenihan tercampur merata dan memadat.biarkan sampai campuran dalam cawan petri memadat.masukkan semua cawan petri dengan posisi terbalik ke dalam incubator pada suhu 30 °C selama 2 x 24 jam, dan catat pertumbuhan koloni (n) pada setiap cawan petri.
Penetapan uji coliform
Homogenisasi sampel : Timbang 1 g contoh secara aseptik ke dalam botol pengencer yang telah berisi 9 mL larutan pengencer sehingga diperoleh pengenceran 1:9.kocok campuran beberapa kali sehingga homogen.
Uji dugaan bakteri coliform :Lakukan homogenisasi sampel, Inokulasikan masing-masing 1 mL larutan dari setiap pengenceran (larutan 10-1, 10-2, 10-3) kedalam tiga tabung Lactosa Broth (LB) yang di dalamnya terdapat ampul terbalik. Pegang pipet sedemikian hingga ujung bawah pipet menempel pada tabung. Biarkan isi pipet mengalir 2-3 detik. Jangan tiup pipet untuk mengeluarkan isinya.Masukan tabung-tabung tersebut ke dalam inkubator pada suhu 350C selama 48±2 jam.Amati tabung-tabung tersebut pada jam ke 24. Jika ada tabung yang mengandung gas, maka tabung dinyatakan "positif".Tabung-tabung yang tidak mengandung gas dinyatakan "negatif", lanjutkan inkubasi selama 24 jam lagi.Catat pembentukan gas setelah inkubasi 48±2 jam, dan nyatakan tabung tersebut positif.Lakukan uji penegasan terhadap tabung positif dari uji dugaan.
Uji penegas bakteri coliform :Kocok tabung LactosaBroth yang positif dengan hati-hati dengan cara memutar-mutar tabung.Pindahkan satu mata ose dari setiap tabung Lactosa Broth yang positif ke tabung BGLB broth 2% yang berlainan.Masukan tabung BGLB broth 2% dalam inkubator pada suhu 350C selama 48±2 jam. Catat semua tabung BGLB broth yang positif setelah diinkubasikan. Tentukan APM berdasarkan jumlah tabung BGLB broth yang positif.Laporkan sebagai APM bakteri Coliform per gram.
Uji organoleptik : seduh teh rambut jagung yang telah kering dengan air panas, tuangkan kedalam gelas dan lakukan terhadap bau, rasa dan warna.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penetapan kadar air :
Tabel 1. Kadar air dalam sampel teh rambut jagung
Sampel
Penimbangan Sampel
Berat Sampel (g)
Kadar Air (%)
Rata - rata (%)
SNI (%)
I
2,0001
1,4%
1,6%
Maks. 8%
II
2,0002
1,8%
Dari hasil praktikum yang dilakukan didapatkan rata-rata kadar air dari sampel sebesar 1,6%. hasil yang diperoleh sesuai dengan standar dari (SNI 01-3836-2000 Teh Kering dalam Kemasan) berarti mutu dari teh sangat baik karena teh dapat bertahan lama jika disimpan dan tidak mudah rusak oleh bakteri.
Penetapan kadar ekstrak dalam air
Tabel 2. Tabel hasil penetapan kadar ekstrak dalam air
Sampel
Penimbangan Sampel
Berat Sampel (g)
Kadar Ekstrak Dalam Air (%)
Rata - rata (%)
SNI (%)
I
2,0037
44,81%
47,81%
Min. 32%
II
50,81%
Dari hasil praktikum yang dilakukan didapatkan rata-rata kadar ekstrak dalam air dari sampel sebesar 47,81%. berarti ekstrak dari rambut jagung terekstrak dengan baik, sehingga mutu dan kualitas teh rambut jagung ini baik karena zat antioksidan yang terdapat dalam rambut jagung terekstrak dalam air dan manfaatnya dapat dirasakan langsung.
Penetapan serat kasar :
Tabel 3. Hasil penetapan kadar serat kasar
Sampel
Penimbangan Sampel
Berat Sampel (g)
Kadar serat kasar (%)
Rata - rata (%)
SNI (%)
I
2,0004
5,3%
4,5%
Maks. 16,5%
II
2,0002
3,6%
Dari hasil praktikum yang dilakukan didapatkan kadar serat kasar dari sampel sebesar 4,5%. hasil yang diperoleh sesuai dengan standar dari (SNI 01-3836-2000 Teh Kering dalam Kemasan) berarti mutu teh tersebut sangat baik karena mengandung serat yang dibutuhkan oleh tubuh.
Uji kualitatif metabolit sekunder :
Tabel 4. Hasil uji metaboli sekunder
No
Metabolit Sekunder
Hasil
1
Saponin
+
2
Tanin
+
3
Flavanoid
+
4
Alkaloid
-
Dari uji kualitatif yang dilakukan dapat dilihat hasil uji metabolit sekunder
diketahui bahwa sampel teh dari rambut jagung mengandung 3 komponen senyawa metabolit sekunder yaitu : saponin, tannin dan flavanoid.sehingga mutu dari teh rambut jagung sangat baik karena mengandung senyawa metabolit sekunder sebagai zat antioksidan yaitu zat untuk menangkal radikal bebas.
Penetapan kadar abu :
Tabel 5. Hasil penetapan kadar abu
Sampel
Berat sampel (g)
Kadar abu total (%)
Rata – rata (%)
SNI (%)
I
2.0001
4.27%
4,27%
Maks. 8%
II
2.0008
4.26%
Dari hasil praktikum yang dilakukan didapatkan kadar abu dari sampel sebesar 4,27%. hasil yang diperoleh sesuai dengan standar dari (SNI 01-3836-2000 Teh Kering dalam Kemasan) berarti mutu teh tersebut sangat baik karena dalam pengolahan teh rambut jagung sangat baik dan sampel baik digunakan.
Penetapan kadar alkalinitas abu larut dalam air
Tabel 6. Hasil penetapan kadar alkalinitas abu larut dalam air
Sampel
Volume penitaran (mL)
Kadar alkalinitas (%)
Rata-rata (%)
SNI (%)
I
4,40 mL
1,30 %
1,29 %
1 – 3 %
II
4,30 mL
1,27%
Dari hasil praktikum yang dilakukan didapatkan rata-rata kadar alkalinitas abu larut dalam air (sebagai KOH) dari sampel sebesar 1,29 %. berarti mutu dan kualitas teh rambut jagung ini baik karena sampel kemampuan yang baik dalam menetralisir asamyang mencakup semua basa-basa dalam air yang dapat dititrasi dan sampel layak untuk digunakan.
Penetapan kadar abu larut dalam air dari abu total :
Tabel7. Penetapan kadar abu larut dalam air dari abu total
Berat sampel (g)
Abu larut dalam air (%)
Standar SNI (%)
2,0008
1,04%
Min.45% dari kadar abu total
2,0001
1,04%
Dari hasil praktikum yang dilakukan didapatkan rata-rata kadar abu larut dalam air dari abu total pada sampel sebesar 1,04 %. hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan standar dari (SNI 01-3836-2000 Te Kering dalam Kemasan), hasil analisa yang rendah dan kecil dari standar dapat mempengaruhi proses penyeduhan/pengocokan teh yang memerlukan waktu cukup lama agar teh dapat larut sempurna dalam air.
Penetapan kadar abu tak larut dalam asam :
Tabel 8. Penetapan kadar abu tak larut dalam asam
Sampel
Berat sampel
Kadar abu tak larut dalam asam
Rata- rata (%)
SNI (%)
I
2.0001
0.56%
0,62
Maks. 1,0
II
2.0008
0.68%
Dari hasil praktikum yang dilakukan didapatkan kadar abu tak larut dalam asam dari sampel sebesar 0,62%. hasil yang diperoleh sesuai dengan standar dari (SNI 01-3836-2000 Teh Kering dalam Kemasan) berarti mutu teh tersebut sangat baik karena tingkat senyawa abu yg terdapat dalam sampel tidak berbahaya, jika kadar abu tak larut dalam asam >1 maka sampel tidak layak digunakan, karena hasilnya <1 maka sampel layak untuk dikonsumsi.
Penetapan angka lempeng total (ALT) :
Tabel 9. Hasil angka lempeng total
Pengenceran
Jumlah koloni
Hasil ALT
Standar
ALT
10-2
10 koloni
10 koloni
8 koloni
9,3 x 102
Maks 3 x 103
Dari hasil praktikum yang dilakukan didapatkan rata-rata angka lempeng total dari sampel sebesar 9,3 x 102 koloni/mL hasil yang diperoleh sesuai dengan standar dari (SNI 01-3836-2000 Teh Kering dalam Kemasan) yang angka lempeng total maks 3 x 103 berarti mutu dan kualitas teh rambut jagung ini baik dan sesuai dengan SNI.
Penetapan uji coliform :
Tabel 10. Hasil uji coliform
Sampel
Pengenceran
APM
Standar SNI
Keterangan
10-1
10-2
10-3
I
0
0
0
<3
<3
Sesuai dengan stadar
II
1
0
0
3
<3
Mendekati standar
Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa bakteri coliform yang terdapat pada teh rambut jagung tidak terlalu banyak meskipun pada sampel kedua hasil tersebut melebihi standar SNI tetapi masih bias digunakan karena mendekati standar SNI. Berarti sampel layak untuk digunakan.
Uji organoleptik :
Tabel 11. Hasil uji organoleptik
NO
PERNYATAAN
HASIL
KETERANGAN
1.
Kesukaan
Sangat suka = 10%
Agak suka = 23,3%
Suka = 66,7%
Tidak suka = 0%
Suka
2.
Warna
Coklat = 13,3%
Coklat kekuningan = 63,3%
Kuning kecoklatan = 23,3%
Kuning = 0%
Coklat kekuningan
3.
rasa
Khas rasa jagung = 16,67%
Agak rasa jagung = 73,33%
Hambar = 10%
Pahit = 0%
Agak rasa jagung
4.
bau
Khas bau jagung = 13,3%
Agak bau jagung = 76,7%
Tidak beraroma jagung = 10%
Agak bau jagung
Dari hasil organoleptik berdasarkan tingkat kesukaan didapatkan 66,7 % orang memilih suka sehingga produk yang dibuat ini dapat diterima di pasaran, memiliki ciri khas warna yaitu warna coklat kekuningan sebanyak 63,3%, memiliki cirri khas bau yaitu bau jagung 73,33% dan rasa jagung 76,7%.
KESIMPULAN
Dari hasil pembuatan teh kering dari rambut jagung didapatkan 240 gram teh dari 2,4 kg bahan baku rambut jagung dan dari hasil penelitian didapatkan kadar air sebesar 1,6%, kadar ekstrak dalam air 47,81%, kadar serat kasar 4,5%, kadar abu larut dalam air dari abu total sebesar 1,04%, alkalinitas abu larut dalam air (sebagai KOH) 1,29 %, angka lempeng total 9,3 x 102 koloni/mL, Kadar abu total 4,27%, Kadar abu tak larut dalam asam 0,62% Uji coliform <3 dan 3yang sesuai dengan SNI 01-3836-2000 (teh kering dalam kemasan). Dan dalam uji metabolit sekunder terdapat senyawa flavanoid, tannin dan saponin yang berarti sesuai dengan tinjauan pustaka yang didapat. Lalu berdasarkan hasil uji organoleptik yang dilakukan berdasarkan tingkat kesukaan :66,7% orang memilih suka, warna : 63,3% orang memilih warna kuning kecoklatan, bau : 76,7% orang memilih bau jagung dan rasa : 73,33% orang memilih rasa jagung. Berarti sampel teh dari rambut jagung memiliki mutu yang baik yaitu bertahan lama jika disimpan, tidak mudah rusak, zat antioksidan yang terkandung didalamnya ddapat dirasakan manfaatnya dan memili kadar serat yang dibutuhkan oleh tubuh.
SARAN
Penulis menyarankan kepada konsumen agar dapat meningkatkan gaya hidup sehat dengan mengkonsumsi makan dan minuman yang tanpa bahan kimia yang dapat membahayakan, baik yang akan mengakibatkan efek kronis maupun efek akut pada tubuh apabila terlalu banyak mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung zat kimia.Untuk peneliti berikutnya disarankan agar dapat melakukan analisis parameter uji lain sesuai dengan SNI teh dan dapat meningkatkan analisis teh dari rambut jagung.Pada saat melakukan analisis, harus memperhatikan hal-hal yang spesifik seperti waktu, suhu, ketelitian dalam penimbangan dan lain-lain yang dapat mempengaruhi hasil dari analisis.Dapat menganalisis senyawa lain yang terdapat didalam rambut jagung, sehingga fungsi dan manfaatnya lebih dapat ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Akil, M. dan Hadijah A. Dahlan.2007. Budi Daya Jagung dan Desiminasi Teknologi.Maros : Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Anonim. 2010. penuntun PraktikumFarmakognosi II. Fakultas farmasi. universitas musim indonesia. Makassar
dalam : http://farmakognosi2.blogspot.com/ (diakses tanggal 12 februari 2015).
Biokimia Tanaman.Blog
dalam :http://biokimiatanaman.blogspot.com/2014/04/metabolit-sekunder.html (diakses tanggal 20 februari 2015).
Estiasih,Teti dan Ahmad. 2009. Teknologi Pengolahan Pangan. Jakarta: Bumi Aksara. Haryadi. 2011. "Praktikum Teh Herbal Rambut Jagung".
Haslam, Edwin (1989). Plant polyphenols: vegetable tannins revisited
dalam :http://id.wikipedia.org/wiki/Tanin (diakses tanggal 21 februari 2015)
Hermayanti, Yeni, Eli Gusti. 2006. Modul Analisis Proksimat. Padang : SMAK
Piliang, W.G. dan S. Djojosoebagio, Al Haj. 2002. Fisiologi Nutrisi. Vol. I. Edisi Ke-4. IPB Press, Bogor.
dalam :http://wimvynurbahri.blogspot.com/2010/09/analisis-serat-kasar.html (diakses tanggal 11 februari 2015).
Rifianto Aziz, SP. Dan Dr. M. Syukur, SP, M.Si. 2013. Jagung Manis. Jakarta : Penebar Swadaya.
Standar nasional Indonesia.SNI 19-0428-1998.Petunjuk pengambilan contoh padatan. Dewan Standarisasi Nasional
Standar nasional Indonesia. SNI 3836:2013. Teh kering dalam kemasan. Dewan
Standarisasi Nasional
Subekti, N.A, Syafruddin, R. Efendi, dan S. Sunarti. 2007. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung.Maros : Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Waltraud Stammel, Helmut Thomas: Endogene Alkaloide in Säugetieren. Ein Beitrag zur Pharmakologie von körpereigenen Neurotoxinen. In: Naturwissenschaftliche Rundschau. 60(3), S. 117–124 (2007), ISSN0028-1050dalam :http://id.wikipedia.org/wiki/Alkaloid(diakses tanggal 20 februari 2015).
Wikipedia bahasa Indonesia. Jagung
dalam :http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung (diakses tanggal 11 februari 2015).
Wikipedia bahasa Indonesia. Uji Organoleptik
dalam :http://id.wikipedia.org/wiki/Uji_organoleptik (diakses tanggal 16 februari 2015).
Yeniza, S.Pd. 2006.Modul Analisis Gravimetri. Padang : SMAK
[Type the company name]