28
Ayu Purnamawati
PENGARUH PERINGKAT OBLIGASI, TINGKAT SUKU BUNGASERTIFIKAT BANK INDONESIA, RASIO LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN DAN UMUR OBLIGASI PADA IMBAL HASIL OBLIGASI KORPORASI DI BURSA EFEK INDONESIA Oleh I GUSTI AYU PURNAMAWATI Jurusan Akuntansi Program Diploma III, FEB Undiksha
[email protected] ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peringkat obligasi, tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, rasio leverage, ukuran perusahaan, dan umur obligasi pada imbal hasil obligasi di Bursa Efek Indonesia. Penelitian terdahulu menunjukkan hasil yang berbeda-beda.Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian kembali yang menguji pengaruh kelima variabel tersebut pada imbal hasil obligasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh obligasi korporasi non keuangan yang tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009 sampai dengan 2010 yang berjumlah 63 obligasi.berdasarkan kriteria purposive sampling diperoleh 33 sampel obligasi. Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan regresi linear berganda ( multiple regression). Penelitian ini menyimpulkan bahwa peringkat obligasi dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada imbal hasil obligasi.Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia dan umur obligasi berpengaruh positif pada imbal hasil obligasi.Sedangkan rasio leverage tidak berpengaruh pada imbal hasil obligasi. Kata kunci: peringkat obligasi, tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, rasio leverage, ukuran perusahaan, dan umur obligasi. ABSTRACT
This study aims at knowing the influence of obligation rank, level of interest, of Indonesian Certificate Bank, leverage ratio, size of company, and obligation age on the obligation product benefit at Indonesian Bursa Effect. The previous researches showed a different result. Therefore another research needs to be done in order to test the influence of the five previously mentioned variables towards the obligation product benefit. The population of this study was all of the non-financial cooperative obligations which were recorded and traded in the Indonesian Bursa Effect, during the period of 2009 up to 2010, with the total of 63 obligations. Based on the criteria of purposive sampling technique, 33 obligation samples were obtained. The research hypothesis was tested by using multiple linear regressions. This study concludes that the obligation rank and and the size of the company influenced the product obligation benefit negatively. The Indonesian Sertificate Bank’s interest and the age of obligation influenced level the product obligation VOKASI Jurnal Riset Akuntansi Vol. 2 No.1, April 2013, ISSN 2337 – 537X
29
Ayu Purnamawati
benefit positively. While the leverage ratio did not influence the product obligation benefit. Key words:
Obligation rank, interest level of Indonesian Bank Certificate, leverage ratio, company size, and obligation age.
tersebut akan mengalami perubahan
Pendahuluan
Obligasi (bond ) merupakan utang
seiring dengan berjalannya waktu.
jangka panjang yang akan dibayar
Salah
satu
faktor
yang
kembali pada saat jatuh tempo dengan
mempengaruhi imbal hasil obligasi
bunga yang tetap jika ada. Nilai utang
adalah tingkat suku bunga. Besarnya
dari
dinyatakan
tingkat suku bunga digunakan oleh
dalam surat utangnya (Hartono, 2009:
investor sebagai acuan dasar tingkat
150).
pengembalian
obligasi
tersebut
Obligasi
yang
diterbitkan
yang
diharapkan.
pemerintah Republik Indonesia adalah
Tingkat suku bunga yang digunakan
goverment
adalah tingkat suku bunga Sertifikat
obligasi
bond ,
yang
perusahaan,
sementara diterbitkan
baik
itu oleh
perusahaan
Bank
Indonesia
(SBI
rate).
Penggunaan tingkat suku bunga SBI
berbentuk Badan Usaha Milik Negara
ini
(BUMN) maupun badan usaha swasta
(rencana) perubahan pada tingkat suku
adalah corporate bond atau obligasi
bunga SBI akan langsung direspon
korporasi (Manurung dkk, 2008).
oleh
Obligasi
perubahan
setiap
harga
ada
isu
sekuritas,
suatu
walaupun suku bunga pasar relatif
instrument investasi, maka investor
tetap. Ketika suku bunga diskonto SBI
sangat memerlukan yield (imbal hasil)
menurun, banyak perusahaan yang
yang
lebih
diperoleh
tersebut.
Imbal
merupakan
dikarenakan
dari hasil
instrumen obligasi
memilih
obligasi
untuk
menerbitkan
dibandingkan
menjual
merupakan hasil yang diperoleh dari
sahamnya kepada publik (Krisnilasari,
menginvestasikan sejumlah dana pada
2007). Sedangkan dengan naiknya
pada suatu obligasi. Tingkat imbal
tingkat
hasil obligasi yang diperoleh investor
mengakibatkan
suku
bunga investor
SBI meminta
imbal hasil yang lebih tinggi atas VOKASI Jurnal Riset Akuntansi Vol. 2 No.1, April 2013, ISSN 2337 – 537X
30
Ayu Purnamawati
risiko di masa depan. Sehingga imbal
Obligasi yang berperingkat tinggi
hasil obligasi yang ditawarkan akan
akan memberikan imbal hasil yang
meningkat
rendah, demikian pula sebaliknya, jika
dan
diikuti
dengan
menurunnya harga obligasi. Seorang
akan
akan memberikan imbal hasil yang
hendaknya
tinggi. Hal ini berhubungan positif
memperhatikan adanya default risk ,
dengan risiko yang melekat pada
yaitu
obligasi
membeli
investor
obligasi berperingkat rendah maka
yang
obligasi
risiko
yang
dihadapi
oleh
tersebut.
Semakin
tinggi
obligasi
peringkat obligasi maka risiko default
karena tidak dapat membayar obligasi
semakin rendah, imbal hasil yang
pada saat jatuh tempo (Manurung dan
diberikan
Tobing, 2010: 5). Untuk menghindari
Sebaliknya
risiko
harus
peringkat obligasi, semakin tinggi
memperhatikan beberapa hal, salah
risiko default , semakin tinggi juga
satunya
imbal hasil yang diberikan (Ibrahim,
investor
atau
pemegang
tersebut,
adalah
investor
peringkat
obligasi
perusahaan emiten. Peringkat obligasi menyatakan skala risiko atau tingkat keamanan
suatu
diterbitkan
obligasi
serta
pernyataan
yang
memberikan
yang
memberikan informatif
sinyal
dan
tentang
juga
semakin
jika
rendah.
semakin
rendah
2008). Salah satu variabel lainnya yang juga
harus
dipertimbangkan
oleh
investor ketika akan menanamkan dananya
pada
karakteristik
obligasi keuangan
yaitu setiap
probabilitas kegagalan hutang suatu
perusahaan. Perbedaan karakteristik
perusahaan.
antar
Investment
grade
merupakan obligasi yang berperingkat tinggi
(high
mencerminkan
grade)
risiko
kredit
perusahaan
menyebabkan
relevansi angka-angka akuntansi yang
yang
tidak sama pada semua perusahaan.
yang
Menurut
Indriani
(2005)
dalam
rendah (low creditworthiness). Non
Daniati dan Suhairi (2006), ukuran
investment grade merupakan obligasi
perusahaan dapat digunakan untuk
yang berperingkat rendah (low grade)
mewakili
yang mencerminkan risiko kredit yang
perusahaan.
tinggi
(high
creditworthiness).
karakteristik Ukuran
keuangan perusahaan
adalah suatu skala pengklasifikasian
VOKASI Jurnal Riset Akuntansi Vol. 2 No.1, April 2013, ISSN 2337 – 537X
31
Ayu Purnamawati
perusahaan
333). Financial leverage merupakan
menurut berbagai cara yaitu: total
rasio yang mencerminkan faktor risiko
aktiva, log size, nilai pasar saham, dan
yang dihadapi oleh investor. Semakin
lain-lain. Menurut Elton dan Gruber
banyak hutang yang dipakai untuk
(1995)
(2005),
menghasilkan laba maka semakin
perusahaan-perusahaan besar kurang
besar financial leverage-nya. Semakin
berisiko
besar
besar
dan
kecilnya
dalam
Andry
dibandingkan
perusahaan-
financial
yang
leverage
perusahaan kecil. Dengan kata lain,
digunakan perusahaan semakin tinggi
perusahaan kecil memiliki risiko lebih
risikonya dan juga sekaligus return
besar
dengan
yang diharapkan berkurang. Rasio ini
Semakin
dapat juga digunakan untuk melihat
besar suatu perusahaan, menyebabkan
sejauh mana modal pemilik dapat
potensi
risiko
menutupi
risiko
pihak luar. Semakin rendah DER akan
dibandingkan
perusahaan
besar.
Maka
mendiversifikasikan
non-sistematiknya operasi
atau
(misalnya risiko
keuangan
utang-utangnya
semakin
tinggi
kepada
kemampuan
perusahaan) semakin besar, sehingga
perusahaan untuk membayar seluruh
membuat risiko obligasi perusahaan
kewajibannya.
tersebut
menurun.
mencapai
menurunnya
risiko
Dengan
obligasi
maka
Rasio
puncaknya
perusahaan
berada
utang
akan
pada
saat
pada
tahap
imbal hasil yang diharapkan investor
kedewasaan (mature). Hal ini terkait
atas dana yang ditanamkan pada
dengan
obligasi akan meningkat.
sumber dana utang untuk pemenuhan
Informasi lainnya yang juga selayaknya
kegiatan
dari
penggunaan
perusahaan
(Gumantri,
oleh
2007). Namun menurut Myers (1977)
pada
menyatakan bahwa perusahaan yang
obligasi yaitu dengan mengetahui
memiliki tingkat pertumbuhan yang
tingkat kesehatan perusahaan melalui
tinggi tidak menyukai pembiayaan
rasio
utang
yang akan meningkatkan leverage
diproksikan oleh debt to equity ratio
mereka. Hal ini berkaitan dengan
(DER). DER adalah salah satu rasio
peningkatan
financial leverage (Riyanto, 2011:
meningkatkan risiko bagi perusahaan
investor
dipertimbangkan
manfaat
ketika
utangnya.
berinvestasi
Rasio
leverage
akan
VOKASI Jurnal Riset Akuntansi Vol. 2 No.1, April 2013, ISSN 2337 – 537X
32
Ayu Purnamawati
untuk
dinyatakan
bangkrut
oleh
menggunakan umur obligasi yang
debtholders jika tidak bisa membayar
lebih
utang tersebut.
semakin pendeknya umur obligasi
Investor
cenderung
pendek,
sehingga
dengan
lebih
maka resikonya juga akan semakin
menyukai obligasi dengan umur yang
kecil, demikian pula dengan imbal
pendek
hasil yang ditawarkan atas obligasi
karena
penerbit
dianggap
lebih
melunasi
kewajiban
pokok
pada
obligasi
mampu
dalam
pembayaran
saat
jatuh
tersebut juga semakin kecil. Berdasarkan uraian tersebut diatas,
tempo
maka penelitian ini bertujuan untuk
dibandingkan dengan umur obligasi
menguji kembali pengaruh variabel
yang panjang (jatuh temponya lama).
peringkat obligasi, tingkat suku bunga
Hal tersebut dikarenakan dalam masa
Sertifikat
Bank
atau periode yang begitu lama, risiko
leverage,
ukuran
kejadian buruk atau peristiwa yang
umur
menyebabkan
obligasi korporasi di Bursa Efek
kinerja
perusahaan
menurun bisa saja terjadi. Umur
obligasi
Indonesia,
rasio
perusahaan,
pada
imbal
dan hasil
Indonesia.
obligasi adalah selisih antara tanggal obligasi
tersebut
diterbitkan
(listing
pertama date)
kali
Metode Penelitian
sampai
Meskipun obligasi memiliki
dengan tanggal jatuh tempo obligasi
risiko yang lebih rendah daripada
tersebut atau sering disebut term to
saham,
maturity (jangka waktu jatuh tempo).
merupakan aktiva yang mengandung
Obligasi yang akan jatuh tempo dalam
risiko
waktu 1 tahun akan lebih mudah
menghindari default risk atau risiko
untuk di prediksi, sehingga memiliki
gagal bayar tersebut maka investor
risiko
kecil
harus berhati-hati dalam membeli
dibandingkan dengan obligasi yang
obligasi yang tidak termasuk dalam
memiliki periode jatuh tempo dalam
investment grade.
waktu
dilakukan
investasi
5
yang
tahun
lebih
(Magreta
dan
tetapi
(default
oleh
obligasi
risk ).
tetap
Untuk
Penelitian yang Nurfauziah
dan
Nurmayanti, 2009). Perusahaan yang
Setyarini (2004) yang menyatakan
peringkat
bahwa
obligasinya
tinggi
peringkat
obligasi
tidak
VOKASI Jurnal Riset Akuntansi Vol. 2 No.1, April 2013, ISSN 2337 – 537X
33
Ayu Purnamawati
berpengaruh signifikan terhadap yield
mempunyai
obligasi.
Namun
terhadap yield obligasi. Penelitian
tersebut
berbeda
hasil
penelitian
dengan
yang
(2011)
(2005)
pengaruh
menemukan
bahwa
yang
hasilnya
positif
peringkat obligasi berpengaruh negatif
antara
dan signifikan terhadap yield obligasi.
terhadap yield
Berdasarkan
teori
Berdasarkan
sebelumnya
maka
dan
penelitian
tingkat
yang suku
terdapat signifikan
bunga
SBI
obligasi korporasi.
uraian
yang
telah
yang
dijelaskan di atas maka hipotesis
diajukan dalam penelitian ini adalah
kedua dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
sebagai berikut:
H1: Peringkat obligasi mempunyai
H2: Tingkat suku bunga Sertifikat
pengaruh negatif pada imbal hasil
Bank
obligasi.
pengaruh positif pada imbal hasil
Tingkat
hipotesis
signifikan
Ibrahim (2008), Surya dan Nasher
dilakukan oleh Crabtree dan Maher yang
pengaruh
suku
bunga
investasinya
dalam
mempunyai
obligasi .
merupakan daya tarik bagi investor menanamkan
Indonesia
DER
adalah
ukuran
yang
dipakai dalam menganalisis laporan
bentuk deposito atau SBI sehingga
keuangan
investasi dalam bentuk saham akan
besarnya jaminan yang tersedia untuk
tersaingi (Mansur, 2009). Kenaikan
kreditor (Siegel dan Shim, 1999: 128).
tingkat
Penggunaan utang yang terlalu tinggi
suku
bunga
SBI
akan
untuk
memperlihatkan
berdampak pada kenaikan tingkat
akan
bunga komersial. Disaat tingkat bunga
karena perusahaan akan masuk dalam
komersial tinggi merupakan momen
kategori
yang tidak tepat untuk merealisasikan
ekstrem) yaitu perusahaan terjebak
capital gain, karena harga obligasi
dalam tingkat utang yang tinggi dan
berhubungan terbalik dengan tingkat
sulit untuk melepaskan beban utang
bunga
yang
tersebut (Fahmi, 2011: 127). Maka,
dilakukan Thompson dan Vaz (1990),
penggunaan hutang yang semakin
Nurfauziah dan Setyarini (2004) yang
besar akan mengakibatkan semakin
hasilnya variabel interest rate tidak
tingginya risiko untuk tidak mampu
pasar.
Penelitian
membahayakan
extreme
perusahaan
leverage
(utang
VOKASI Jurnal Riset Akuntansi Vol. 2 No.1, April 2013, ISSN 2337 – 537X
34
Ayu Purnamawati
membayar
hutang
2006).
total aktiva besar menunjukkan bahwa
Dengan semakin tingginya tingkat
perusahaan tersebut telah mencapai
risiko
tahap
maka
diisyaratkan
(Indra,
keuntungan juga
kedewasaan
dimana
dalam
besar.
tahap ini arus kas perusahaan sudah
Sehingga, dengan semakin besarnya
positif dan dianggap memiliki prospek
DER
maka
ditawarkan
semakin
yang
imbal kepada
hasil
yang
yang baik dalam jangka waktu yang
investor
juga
relatif
lama,
selain
semakin besar. Penelitian yang telah
mencerminkan
bahwa
dilakukan oleh Ziebart dan Reiter
relatif lebih stabil dan lebih mampu
(1992), Bhojraj dan Sengupta (2003),
menghasilkan
Khurana dan Raman (2003), Ibrahim
perusahaan dengan total asset yang
(2008)
menunjukkan
hasil
bahwa
kecil (Indriani, 2005 dalam Daniati
DER
berpengaruh
positif
dan
dan Suhairi, 2006). Penelitian Surya
signifikan terhadap yield obligasi.
dan Nasher (2011) yang menunjukkan
Sedangkan penelitian Setyapurnama
bahwa total asset tidak berpengaruh
(2005)
bahwa
signifikan terhadap yield obligasi.
DER tidak berpengaruh signifikan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
terhadap YTM. Berdasarkan uraian
Bhojraj dan Sengupta (2003), Khurana
yang telah dijelaskan di atas maka
dan Raman (2003), Ibrahim (2008)
hipotesis ketiga dalam penelitian ini
menyatakan bahwa terdapat pengaruh
adalah sebagai berikut:
negatif yang signifikan antara ukuran
H3: Debt to equity ratio mempunyai
perusahaan
pengaruh positif pada imbal hasil
hasilobligasi. Berdasarkan uraian yang
obligasi .
telah dijelaskan di atas maka hipotesis
menunjukkan
hasil
Ukuran (size) perusahaan bisa
laba
itu
juga
perusahaan
dibanding
terhadap
imbal
keempat dalam penelitian ini adalah
diukur dengan menggunakan total
sebagai berikut:
aktiva, penjualan, atau modal. Salah
H4:Ukuran perusahaan mempunyai
satu tolok ukur yang menunjukkan
pengaruh negatif pada imbal hasil
besar
obligasi .
ukuran
kecilnya aktiva
perusahaan dari
adalah
perusahaan
tersebut. Perusahaan yang memiliki
Investor
cenderung
lebih
menyukai obligasi dengan umur yang
VOKASI Jurnal Riset Akuntansi Vol. 2 No.1, April 2013, ISSN 2337 – 537X
35
Ayu Purnamawati
pendek karena penerbit lebih mampu dalam
melunasi
Proksi dari imbal hasil obligasi
kewajiban
dalam penelitian ini yaitu YTM. YTM
pembayaran pokok pada saat jatuh
adalah tingkat return dari obligasi
tempo dibandingkan dengan umur
yang
obligasi yang jatuh temponya lama.
sekarang dan disimpan sampai jatuh
Karena dalam masa atau periode yang
tempo (Hartono, 2009: 162).
dibeli
dengan
harga
pasar
begitu lama, risiko kejadian buruk
Populasi dalam penelitian ini
atau peristiwa yang menyebabkan
adalah semua obligasi korporasi non-
kinerja perusahaan menurun bisa saja
keuangan
terjadi. Aarstol (2000) dan Rahardjo
diperdagangkan di BEI dari tahun
(2003)
2009 sampai dengan tahun 2010, yaitu
dalam
Krisnilasari
mengemukakan
bahwa
(2007)
63
pendek jangka waktu obligasi maka
Alasan
tidak
akan semakin diminati investor karena
perusahaan keuangan karena untuk
dianggap risikonya lebih kecil. Hal
menghindari bias akibat perbedaan
tersebut
karakteristik
dengan
Hasil
obligasi
dan
berjumlah
sependapat
semakin
listed
yang
korporasi.
menggunakan
industri,
selain
itu
penelitian yang telah dilakukan oleh
perusahaan keuangan dibatasi oleh
Ziebart
(1992),
regulasi. Pemilihan sampel penelitian
menunjukkan hasil bahwa years to
didasarkan pada metoda purposive
maturity tidak berpengaruh terhadap
sampling yaitu Obligasi korporasi
bond yield . Selanjutnya penelitian
non-keuangan
Bhojraj dan Sengupta (2003), Khurana
diperdagangkan selama tahun 2009-
dan Raman (2003) menemukan bahwa
2010. Berdasarkan kriteria sampel,
maturity
maka diperoleh 33 obligasi sebagai
dan
years
to
terhadap
Reiter
bond
berpengaruh
yield . Berdasarkan
uraian yang telah dijelaskan di atas maka
hipotesis
kelima
dalam
yang
listed
dan
sampel. Penelitian ini menggunakan analisis
regresi
linear
berganda
penelitian ini adalah sebagai berikut:
( Multiple regression) yang merujuk
H5:
obligasimempunyai
pada penelitian Crabtree dan Maher
pengaruh positif pada imbal hasil
(2005), Khurana dan Raman (2003),
obligasi .
Nurfauziah
Umur
dan
Setyarini
(2004),
VOKASI Jurnal Riset Akuntansi Vol. 2 No.1, April 2013, ISSN 2337 – 537X
36
Ayu Purnamawati
Ibrahim (2008). Persamaan statistik
cenderung ke arah nilai minimumnya.
yang
Deviasi standar lebih rendah dari nilai
digunakan
adalah
sebagai
berikut:
rata-rata
YTMit = α + β1 Rit + β2 SBIit + β3
kecenderungan YTM obligasi nilainya
bahwa
mendekati nilai rata-rata yaitu 11,53
DERit +β4 Sizeit + β5 Ageit +ε
yang mengindikasikan bahwa YTM
Keterangan: YTM = yield to maturity perusahaan i
α= Konstanta;
pada tahun t ;
β1,β2,β3,β4,β5=Koefisien regresi; Rit = Peringkat obligasi untuk perusahaan i pada periode t; SBIit = Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia pada periode t;
menunjukkan
DERit= Debt to equity
ratio perusahaan i pada periode t; Sizeit = Ukuran perusahaan (total
asset) i pada periode t; Ageit = Umur obligasi perusahaan i pada periode t;
ε= Error .
cenderung memiliki nilai yang hampir sama. Rating memiliki nilai minimum 0,00, nilai maksimum 1,00, nilai ratarata 0,70 dengan deviasi standar 0,47. Nilai
rata-rata
menunjukkan
sebesar
0,70
bahwa
rating
perusahaan-perusahaan
penerbit
obligasi cenderung ke arah nilai maksimumnya. Deviasi standar lebih rendah
dari
nilai
rata-rata
menunjukkan bahwa kecenderungan rating
perusahaan-perusahaan
penerbit obligasi nilainya mendekati nilai
Hasil dan Pembahasan
Statistik
rata-rata
mengindikasikan
yaitu
0,70
bahwa
yang rating
deskriptif
dalam
cenderung memiliki nilai yang hampir
disajikan
untuk
sama. SBI memiliki nilai minimum
tentang
0,07, nilai maksimum 0,09, nilai rata-
karakteristik variabel penelitian yang
rata 0,08 dengan deviasi standar 0,01.
akan
Nilai
penelitian memberikan
ini
informasi
dimasukkan
dalam
model
rata-rata
sebesar
0,08
penelitian yaitu menunjukkan bahwa
menunjukkan bahwa SBI cenderung
YTM memiliki nilai minimum 8,15,
ke arah nilai maksimumnya. Deviasi
nilai maksimum 16,00, nilai rata-rata
standar lebih rendah dari nilai rata-rata
11,53 dengan deviasi standar 1,80.
menunjukkan bahwa kecenderungan
Nilai
SBI nilainya mendekati nilai rata-rata
rata-rata
sebesar
11,53
menunjukkan bahwa YTM obligasi
VOKASI Jurnal Riset Akuntansi Vol. 2 No.1, April 2013, ISSN 2337 – 537X
37
Ayu Purnamawati
yaitu
0,08
yang
mengindikasikan
minimum
3,00,
nilai
maksimum
bahwa SBI cenderung memiliki nilai
30,00, nilai rata-rata 6,07 dengan
yang hampir sama. DER memiliki
deviasi standar 4,75. Nilai rata-rata
nilai minimum 0,47, nilai maksimum
sebesar 6,07 menunjukkan bahwa Age
4,71,
dengan
obligasi cenderung ke arah nilai
deviasi standar 0,74. Nilai rata-rata
minimumnya. Deviasi standar lebih
sebesar 1,84 menunjukkan bahwa
rendah
DER perusahaan-perusahaan penerbit
menunjukkan bahwa kecenderungan
obligasi cenderung ke arah nilai
Age obligasi nilainya mendekati nilai
minimumnya. Deviasi standar lebih
rata-rata
rendah
mengindikasikan
nilai
rata-rata
dari
1,84
nilai
rata-rata
dari
nilai
yaitu
rata-rata
6,07
yang
bahwa
Age
menunjukkan bahwa kecenderungan
cenderung memiliki nilai yang hampir
DER perusahaan-perusahaan penerbit
sama.
obligasi nilainya mendekati nilai rata-
Statistik uji yang dipergunakan
rata yaitu 1,84 yang mengindikasikan
untuk menguji normalitas adalah One-
bahwa DER cenderung memiliki nilai
Sample Kolmogorov – Smirnov ( K-S)
yang hampir sama. Size memiliki nilai
Test.
minimum
maksimum
adalah H0 diterima bila Sig. K-S >
31,64, nilai rata-rata 30,38 dengan
0,05. Sebaliknya, bila Sig. K-S < 0,05
deviasi standar 1,12. Nilai rata-rata
maka H0 ditolak. Dari pengujian,
sebesar 30,38 menunjukkan bahwa
diperoleh Sig. K-S = 0,859. Oleh
size perusahaan-perusahaan penerbit
karena nilai K-S > 0,05 maka dengan
obligasi cenderung ke arah nilai
demikian H0 diterima. Artinya data
maksimumnya. Deviasi standar lebih
yang diolah memiliki residual yang
rendah
berdistribusi normal.
27,51,
dari
nilai
nilai
rata-rata
menunjukkan bahwa kecenderungan
Kriteria
yang
dipergunakan
Untuk mendeteksi ada atau
Size perusahaan-perusahaan penerbit
tidaknya
heteroskedastisitas
obligasi nilainya mendekati nilai rata-
digunakan uji Glejser (Glejser Test)
rata yaitu 30,38 yang mengindikasikan
yaitu meregres nilai absoluteresidual
bahwa size cenderung memiliki nilai
terhadap
yang hampir sama. Age memiliki nilai
secara parsial tidak terdapat pengaruh
variabel
bebas.
Apabila
VOKASI Jurnal Riset Akuntansi Vol. 2 No.1, April 2013, ISSN 2337 – 537X
38
Ayu Purnamawati
signifikan setiap variabel independen
menunjukkan hal yang sama tidak ada
terhadap variabel dependen (Sig. >
satu
0,05) maka dinyatakan tidak terdapat
memiliki nilai VIF lebih dari 10. Nilai
masalah
heteroskedastisitas.
variabel
independen
yang
Hasil
VIF tertinggi yaitu sebesar 1,261.
pengujian Glejser, diperoleh ternyata
Sehingga pada model regresi tidak
tidak ada satupun variabel bebas yang
terjadi adanya gejala multikolonieritas
berpengaruh signifikan.
antar variabel independen.
Untuk mendeteksi ada atau
Secara statistik dapat diukur
tidaknya autokorelasi akan dilakukan
dari
pengujian Durbin-Watson (DW .test).
statistik F.
Bila angka DW berada di sekitar
(1)
DU
Diperoleh angka koefisien determinasi
autokorelasi (Ghozali, 2006). Hasil
( Adjusted R ) sebesar 0,400. Hal ini
pengujian diperoleh nilai DW = 1,926
berarti bahwa 40% variasi yield to
sedangkan nilai DU = 1,767 (N = 60, k
maturity (YTM) dapat dijelaskan oleh
= 5). Berdasarkan kriteria tersebut
variasi
maka 1,767 < 1,926 < 4-1,767,
independen yaitu Rating, SBI, DER,
sehingga dapat disimpulkan bahwa
Size dan Age. Sedangkan sisanya 60%
tidak terjadi autokorelasi.
dijelaskan oleh faktor atau variabel
Untuk menguji ada tidaknya multikolinearitas,
digunakan
nilai
koefisien
determinasi,
nilai 2
Koefisien Determinasi (R ) 2
dari
kelima
variabel
yang lain diluar model regresi. (2)
Pengujian Statistik F
toleransi atau VIF (variance inflation
Berdasarkan hasil pengujian F hitung
factor ). Jika nilai tolerance lebih dari
diperoleh nilai F sebesar 9,007 dengan
0,1 atau nilai VIF kurang dari 10
nilai probabilitas sebesar 0,000 yang
maka hal tersebut menunjukkan tidak
signifikan pada
terjadi
disimpulkan
multikolinearitas.
perhitungan menunjukkan independen
nilai tidak yang
Hasil tolerance
independen
variabel
berpengaruh
ada
memiliki
nilai
tolerance kurang dari 0,10. Hasil
perhitungan
nilai
VIF
= 0,05, maka dapat
α
bahwa secara
variabel
bersama-sama
terhadap
variabel
dependen (YTM). (3)
Pengujian Statistik t
juga
VOKASI Jurnal Riset Akuntansi Vol. 2 No.1, April 2013, ISSN 2337 – 537X
39
Ayu Purnamawati
Dari hasil regresi linear berganda
α
maka persamaan rating, SBI, DER,
tersebut Hipotesis 2 diterima.
Size dan Age pada YTM adalah:
=0,05, sehingga berdasarkan hasil
3. Variabel
independen
DER
koefisien
regresi
YTM = 18,948 - 0,240R + 0,369SBI
mempunyai
+
positif sebesar 0,186 dan hasil uji t
0,186DER
-
0,256Size
+
sebesar
0,476Age+ ε
Berdasarkan persamaan regresi
1,720
signifikansi
dengan
tingkat
0,091.
Ini
linier berganda diatas, nilai konstanta
menunjukkan bahwa variabel DER
sebesar 18,948
yang berarti bahwa
secara statistik tidak signifikan
jika tidak ada variabel independen
pada α=0,05, sehingga berdasarkan
yang terdiri dari rating, SBI, DER,
hasil tersebut Hipotesis 3 ditolak.
Size dan Age maka YTM memiliki
nilai
18,948.
pengujian
Sedangkan
hipotesis
hasil
secara
parsial
independen
rating
koefisien
regresi
mempunyai
negatif sebesar -0,240 dan hasil uji t sebesar -2,142 dengan tingkat signifikansi
0,037.
menunjukkan
bahwa
mempunyai
independen
Size,
koefisien
regresi
negatif sebesar -0,256 dan hasil uji t sebesar -2,340 dengan tingkat
diuraikan sebagai berikut: 1. Variabel
4. Variabel
Ini variabel
signifikansi
0,023.
Ini
menunjukkan bahwa variabel Size secara
statistik
signifikan
pada
=0,05, sehingga berdasarkan hasil
α
tersebut Hipotesis 4 diterima. 5. Variabel
Age
independen
rating secara statistik signifikan
mempunyai
pada α=0,05, sehingga berdasarkan
positif sebesar 0,476 dan hasil uji t
hasil tersebut Hipotesis 1 diterima.
sebesar
2. Variabel
independen
mempunyai
koefisien
SBI regresi
positif sebesar 0,369 dan hasil uji t sebesar
3,641
signifikansi
dengan
tingkat
0,001.
Ini
menunjukkan bahwa variabel SBI secara
statistik
signifikan
pada
koefisien
4,479
signifikansi
regresi
dengan
tingkat
0,000.
Ini
menunjukkan bahwa variabel Age secara
statistik
signifikan
pada
=0,05, sehingga berdasarkan hasil
α
tersebut Hipotesis 5 diterima. Hasil pengujian Hipotesis 1 menyimpulkan
bahwa
setiap
VOKASI Jurnal Riset Akuntansi Vol. 2 No.1, April 2013, ISSN 2337 – 537X
40
Ayu Purnamawati
pengurangan
peringkat
obligasi
obligasi sebesar 0,369. Secara empiris,
sebesar 1 satuan akan menurunkan
hasil penelitian ini konsisten dengan
imbal hasil obligasi sebesar 0,240.
hasil penelitian yang dilakukan oleh
Secara empiris, hasil penelitian ini
Ibrahim (2008),
konsisten dengan hasil penelitian yang
(2011)
dilakukan oleh Crabtree dan Maher
pengaruh positif dan signifikan antara
(2005),
Obligasi
tingkat suku bunga terhadap YTM
dengan peringkat rendah merupakan
obligasi korporasi. Semakin tinggi
obligasi yang lebih berisiko. Maka
tingkat suku bunga SBI maka imbal
obligasi
rendah
hasil yang diisyaratkan oleh investor
harus menyediakan imbal hasil lebih
dari suatu investasi akan semakin
tinggi karena untuk mengkompensasi
meningkat. Sehingga dengan semakin
kemungkinan
Ibrahim
dengan
(2008).
peringkat
hasilnya
terdapat
yang
besar.
tingginya tingkat suku bunga SBI
obligasi
yang
maka perusahaan penerbit obligasi
memiliki peringkat yang tinggi akan
akan menawarkan imbal hasil yang
memberikan risiko default yang relatif
besar untuk menarik minat investor
lebih kecil sehingga berdampak pada
agar berinvestasi atau menanamkan
imbal
dananya pada obligasi.
Dengan
risiko
yang
Surya dan Nasher
demikian,
hasil
obligasi
mengalami
yang
Hasil
Hasil pengujian Hipotesis 3
penelitian ini sesuai dengan Jewel dan
menyimpulkan bahwa kenaikan rasio
Livingston (2000) yang menyatakan
leverage
tidak
bahwa peringkat obligasi dan yield
probabilitas
kenaikan
imbal
hasil
berbanding terbalik, jika peringkat
obligasi, yang berarti bahwa
rasio
obligasi meningkat maka yield akan
leverage tidak diperhitungkan dalam
turun, dan sebaliknya jika peringkat
menentukan imbal hasil obligasi jika
obligasi
turun
penurunan.
akan
maka yield
akan
meningkat.
dilihat secara parsial. Hal tersebut kemungkinan
Hasil pengujian Hipotesis 2
disebabkan
karena
investor tidak memperhatikan risiko
menyimpulkan bahwa setiap kenaikan
yang
tingkat suku bunga SBI sebesar 1
berinvestasi
satuan akan menaikkan
mengganggap
imbal hasil
mempengaruhi
ada
ketika pada
membeli obligasi
bahwa
atau karena
obligasi
VOKASI Jurnal Riset Akuntansi Vol. 2 No.1, April 2013, ISSN 2337 – 537X
41
Ayu Purnamawati
merupakan investasi yang berisiko
demikian,
rendah
170).
memiliki total asset yang besar, maka
disebabkan
perusahaan tersebut akan menawarkan
diberikan
imbal hasil obligasi yang rendah,
(Hartono,
Kemungkinan karena
2009:
lainnya
peringkat
yang
apabila
kepada obligasi adalah merupakan
karena
hasil dari penilaian seluruh kriteria
besar atau memiliki total asset yang
sesuai dengan kriteria metodologi
besar memiliki risiko yang kecil
pemeringkatan Pefindo untuk sektor
dibandingkan perusahaan kecil yang
korporasi
memiliki risiko yang besar, selain itu
yang
secara
umum
perusahaan
perusahaan
perusahaan
yaitu risiko industri ( industry risk ),
prospek yang baik dalam jangka
risiko bisnis (business risks) dan risiko
waktu yang relatif lama, lebih stabil
(financial
risks).
besar
berskala
mencakup tiga risiko utama penilaian,
finansial
yang
yang
memiliki
Secara
dan lebih mampu menghasilkan laba
empiris, hasil penelitian ini konsisten
dibanding perusahaan dengan total
dengan
asset yang kecil.
hasil
penelitian
yang
dilakukan oleh Setyapurnama (2005)
Hasil pengujian Hipotesis 5
yang menunjukkan hasil bahwa DER
menyimpulkan
tidak berpengaruh signifikan terhadap
peningkatan umur obligasi sebesar 1
yield obligasi.
satuan akan meningkatkan imbal hasil
Hasil pengujian Hipotesis 4 menyimpulkan pengurangan
bahwa ukuran
bahwa
setiap
obligasi sebesar 0,476. Secara empiris,
setiap
hasil penelitian ini konsisten dengan
perusahaan
hasil penelitian yang dilakukan oleh
sebesar 1 satuan akan menurunkan
Sengupta
(1998),
Bhojraj
imbal hasil obligasi sebesar 0,256.
Sengupta (2003), Khurana dan Raman
Secara empiris, hasil penelitian ini
(2003) yang menyatakan bahwa years
konsisten dengan hasil penelitian yang
to
dilakukan oleh Bhojraj dan Sengupta
bond yield . Dengan demikian, apabila
(2003), Khurana dan Raman (2003),
semakin pendek jangka waktu obligasi
dan Ibrahim (2008) yang menyatakan
maka akan semakin diminati investor
bahwa terdapat pengaruh negatif total
karena dianggap risikonya lebih kecil.
asset terhadap yield obligasi. Dengan
Karena dalam jangka waktu yang
maturity berpengaruh
dan
terhadap
VOKASI Jurnal Riset Akuntansi Vol. 2 No.1, April 2013, ISSN 2337 – 537X
42
Ayu Purnamawati
pendek tersebut kemungkinan besar penerbit
obligasi
dapat
mengembalikan pokok dan bunga obligasi
sesuai
sebelumnya.
yang
dijanjikan
Dengan
semakin
panjangnya umur obligasi maka risiko obligasi juga semakin besar, sehingga imbal hasilyang ditawarkan investorpun semakin besar.
Penutup
Berdasarkan hasil pembahasan pada
bab
sebelumnya,
maka
disimpulkan hal-hal sebagai berikut: (1) Peringkat obligasi berpengaruh negatif dan signifikan pada imbal hasil obligasi; (2) Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia berpengaruh positif dan signifikan pada imbal hasil obligasi; (3) Rasio leverage yang diukur
berdasarkan
DER
tidak
berpengaruh pada imbal hasil obligasi; (4)
Ukuran
perusahaan
( size )
berpengaruh negatif dan signifikan pada imbal hasil obligasi; (5) Umur obligasi ( Age) berpengaruh positif dan signifikan pada imbal hasil obligasi. Daftar Rujukan
Andry, W. 2005. Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi.
Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. September. Bank Indonesia.(2011). Sertifikat Bank Indonesia. http://www.bi.go.id/ Bhojraj, S., dan Sengupta, P. 2003. Effect of Corporate Governance on Bond Ratings and Yields: The Role of Institutional Investors and Outside Directors. Journal of Business 76: 455-475. Bradley, M., Chen, D., Dallas, G., dan Snyderwine, E. 2007.The Relation between Corporate Governance and Credit Risk, Bond Yields and Firm Valuation.Working Paper. Crabtree, A. D., dan Maher, J. J. 2005. Earning Predictability, Bond Ratings and Bond Yields. Review of Quantitative Finance And Accounting. Vol. 25, h. 233-253. Daniati, N., dan Suhairi. 2006. Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Laporan Arus Kas, Laba Kotor, dan Size Perusahaan Terhadap Expected Return Saham (Survey Pada Industri Textile Dan Automotive Yang Terdaftar Di BEJ). Simposium Nasional Akuntansi IX.Padang 24-25 Agustus. Fahmi, I. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Pertama. Bandung: Alfabeta. Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBMSPSS19. Semarang: Universitas Diponegoro. Gumantri, T. A. 2007. Bauran Pendanaan, Prinsip Keuangan dan Siklus Kehidupan Perusahaan. Usahawan . N0. 2, TH. XXXVI, h. 41-48.
VOKASI Jurnal Riset Akuntansi Vol. 2 No.1, April 2013, ISSN 2337 – 537X
Ayu Purnamawati
Hartono, J. 2009. Teori Portofolio dan Edisi Analisis Investasi. Keenam. Yogyakarta: BPFE. Ibrahim, H. 2008. Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Peringkat Obligasi, Ukuran Perusahaan dan DER Terhadap Yield To Maturity Obligasi Korporasi Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2006 (tesis). Semarang: Universitas Diponegoro. download www.google.com Indra, A. Z. 2006. Faktor-Faktor Fundamental Keuangan Yang mempengaruhi Resiko Saham. Jurnal Bisnis & Manajemen. Vol. 2, No. 3, h. 239-256. Jewell, J., dan Livingston, M. 2000. The Impact of a Third Credit rating on thePricing of Bond.The Journal of Fixed Income (Dec): 69-85. Khurana, I. K., dan Raman, K. K. 2003. Are Fundamentals Priced in The Bond Market?,Contemporary Accounting Research. Vol. 20, No.3, h. 465-494. Krisnilasari, M. 2007. Analisis Pengaruh LikuiditasObligasi, Coupondan JangkaWaktu Jatuh Tempo ObligasiTerhadap Perubahan Harga Obligasi di Bursa EfekSurabaya (tesis). Semarang: Universitas Diponegoro. Magreta dan Nurmayanti, P. 2009.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi Ditinjau dari Faktor Akuntansi dan Non Akuntansi. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 11, No. 3, Desember, Hal. 143-154.
43
Mansur, M. 2009. Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Dolar AS Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Jakarta PeriodeTahun 2000-2002. Working Paper in Accounting and Finance Manurung, A.H., Silitonga, D., Tobing, W.R.L. 2008. Hubungan Rasio-rasio Keuangan dengan Rating Obligasi. Working Paper . Download www.google.com. Manurung, A.H., dan Tobing, W.R. L. Obligasi 2010. (Harga portofolio dan Perdagangannya). Jakarta: PT. Adler Manurung Press. Myers, S. C. 1977. Determininants of Corporate Borrowing. Journal of Financial Economics, No. 5, 147-175. Nainggolan, P., dan Hanum, L. 2005. Prediksi gagal Bayar Obligasi Tahun 1998-2004 dengan Analisis Diskriminan dan Rgresi Logistik. Jurnal Bisnis dan Manajemen. Vol. 5 No. 1. Hal 79-90. Nurfauziah dan Setyarini, A.F. 2004. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Yield Obligasi Perusahaan (Studi Kasus Pada Industri Perbankan dan Industri Finansial). Jurnal Siasat Bisnis, Vol. 2, No. 9, pp. 241-256,Desember. PT. Pefindo. 2012. http://new.pefindo.com Riyanto, B. 2011. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE. Sari, S. R. K., dan Bandi. 2010. Praktik Manajemen Laba Terkait Peringkat Obligasi. Simposium Nasional Akuntansi
VOKASI Jurnal Riset Akuntansi Vol. 2 No.1, April 2013, ISSN 2337 – 537X
Ayu Purnamawati
XIII.Purwokerto 13-15 Oktober. Schwert, G.W. 1977. Public Regulation ofNational SecuritiesExchange: ATest ofthe Capture Hyphotesis. TheBell journal of Economics. Setyapurnama, R. Y. S. 2005. Pengaruh Corporate Governance dan Kualitas Audit Terhadap Peringkat dan Yield Obligasi.Tesis. Program Ilmu Akuntansi. UGM. http://www.lib.ugm.ac.id Siegel, J. G., dan Shim, J. K. 1999. Kamus Istilah Akuntansi (Terjemahan). Jakarta: Elex Media Komputindo. Subroto, B. 2007.Regulasi Akuntansi untuk Mengurangi Asimetri Informasi. Jurnal Aplikasi Manajemen. Volume 5, No. 3, Desember. Surya, B. A., Nasher, T. G. 2011. Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Exchange Rate, Ukuran Perusahaan,Debt To Equity Ratio Dan Bond TerhadapYield Obligasi Korporasi Di Indonesia. Jurnal Manajemen Teknologi. Vol. 10 No. 2. Thompson, G. R.,dan Vaz, P. 1990. Dual Bond Ratings: A test of The Certification Function of rating Agencies. The Financial Review. Vol. 25, No. 3, h. 457471. Wardhana, A., dan Atahau, A. D. R. 2009. Penggunaan Partial Duration Dalam Imunisasi Portofolio Obligasi Korporasi. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol.13 No. 1, Januari. Hal 88-96. Wolk, H. I., Tearney, M. G., Dodd,J. L. 2001. Accounting Theory. A
44
Conceptual and Institutional Approach.SouthWesternCollege Publishing, 5th Edition. Yasa, G. W. 2010. Pemeringkatan Obligasi Perdana Sebagai Pemicu Manajemen Laba: Bukti Empiris Dari Pasar Modal Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XIII .Purwokerto 13-15 Oktober. Ziebart, D. A., Reiter, S. A. 1992. Bond Ratings, Bond Yields and Financial Information.Contemporary Accounting Research. Vol. 9, No. 1, h. 252-282.
VOKASI Jurnal Riset Akuntansi Vol. 2 No.1, April 2013, ISSN 2337 – 537X
Ayu Purnamawati
45
VOKASI Jurnal Riset Akuntansi Vol. 2 No.1, April 2013, ISSN 2337 – 537X