PENA Akuatika Akuat ika Volume Volume 12 No. 1 - September 2015 2015
MANAJEMEN KUALITAS AIR MEDIA BUDIDAYA IKAN LELE SANGKU SANG KURIANG RIANG (C lar DENG AN TEKNIK lar i as g ar i epi nus) DENGAN PROBIOTIK PADA KOLAM TERPAL DI DESA VOKASI REKSOSARI, KECAMATAN SURUH, KABUPATEN KABUPATEN SEMARANG Diana Rachmawati1), Istiyanto Samidjan1) dan Heryoso Setyono2) 1) Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan, FPIK, Undip 2) Program Studi Kelautan, Jurusan Ilmu Kelautan, FPIK, Undip Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang-Semarang, Email:
[email protected]
Abstrak Budidaya ikan lele Sangkuriang (Clarias (Clarias gariepinus) gariepinus) secara intensif dapat menyebabkan menurunny a kualitas kualitas air media media bud idaya, antara lain lain menurunnya kandungan oksigen terlarut terlarut dan meningkatnya kandungan lim limbah khusus nya nitrogen nitrogen organik. organik. Ap likasi likasi teknologi sudah d ilakuk ilakukan an dengan tujuan untuk mengelola kegiatan budidaya lele Sangkuriang di Desa Vokasi Reksosasi, Kecamatan Kecamatan Suruh , Kabu Kabupate paten n Semarang Semarang meng menggun gun akan probiotik prob iotik pada pad a media bud idaya. Tujuan pen elitian elitian ini adalah memban embandingkan dingkan pertum pertu mbuh an ikan ikan lele lele Sangkuriang yan g dipelihara menggunakan media budidaya sistem probiotik dan non probiotik. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan lele Sangkuriang berumur 10 hari sebanyak 500 ekor benih dipelihara selama 30 hari. Pengamatan dilakukan pada hari ke-0, 15, dan 30. Parameter pertum pertu mbuh an yang yan g diamati diamati adalah pan jang dan bobot bo bot ikan. ikan. Parameter Parameter lingkun lingkun gan yan g diamati diamati adalah suhu air, oksigen terlarut, pH dan amoniak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbed aan peningkatan pen ingkatan pan jang dan bob ot tub uh benih ben ih lele lele Sangkuriang pad a media budiday bu diday a aplikasi probiotik dan non probiotik. Hasill penelitian ini mengindikasikan bahwa pakan yang diberikan dan media pemeliharaan mampu mendukung pertumbuhan benih lele Sangkuriang. Media pemeliharaan yang mengaplikasikan teknik probiotik menunjukkan kondisi yang lebih baik dan relatif ideal untuk budidaya lele Sangkuriang. Kata Kunci : Ikan lele Sangkuriang (Clarias ( Clarias gariepinus), gariepinus), Manajem Man ajemen, en, Kualitas Kualitas Air, Probiotik
Abstract Cultivation of Sangkuriang catfish (Clarias gariepinus) intensively gariepinus) intensively can result in the decrease of quality quality of cultivation cultivation media water, among among ot hers the decreas e of diss diss olved oxygen oxygen co ntent and the increase of waste content especially organic nitrogen. The technology has been implemented to manage the activities of Sangkuriang catfish cultivation in Reksosari Vocational Sub-District, Suruh District, Semarang Regency using probiotic in cultivation media. This study aimed to compare compare the growth of Sangkuriang Sangkuriang catfish raised by using p robiotic robiotic and non -probiotic -probiotic sys tem cultivation media. The test animals used in this study were Sangkuriang catfish seedlings of 10 days for 500 500 seedlings seedlings raised raised for 30 30 days. The obs ervation ervation was con ducted o n day -0, -0, day-15, day-15, and day-30. The observed parameters of growth were water temperature, dissolved oxygen, pH, and ammonia. The study result indicated that there was a difference in length and weight increase of Sangkuriang catfish in probiotic and non-probiotic application cultivation media. Although the increase increase of g rowth was not significant, significant, bu t it could give illustrati illustration on th at Sangkuriang Sangkuriang catfish raised using probiotic application experienced a better growth. It indicated that the feed given and the raising media media could cou ld sup port th e growth of Sangkuriang ca tfish. The raising media media implem implement ent ing probiotic prob iotic techniqu e sh owed a bet ter and relatively ideal ideal co ndition for San gkuriang catfish. Keywo rd : Sangkuriang, catfish, management, water quality, probiotics
24
PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015
terutama
PENDAHULUAN
Budidaya Sangkuriang
ikan
(Clarias
gariepinus)
telah
dilakukan
oleh
ikan
di
Vokasi
Desa
Kecamatan
berarti
pembudidaya
Suruh,
Semarang.
lele
keluarga.
amoniak. Craigh dan Helfrich (2002) berpendapat
bahwa
kandungan
amoniak sangat berpengaruh dalam budidaya, mengingat amoniak dalam
Kabupaten
perairan besifat toksik dan bahkan
menopang
Namun
kandungan
Reksosari,
Kegiatan tersebut, cukup
dalam
meningkatnya
bisa mematikan ikan.
ekonomi sayangnya,
Organisme akuatik umumnya membutuhkan
kelompok pembudidaya ikan tersebut
tinggi
umumnya
demikian
masih
melakukan
protein
dalam
yang
cukup
pakannya.
organisme
Namun
akuatik
hanya
pendederan lele Sangkuriang secara
dapat meretensi protein sekitar 20-
tradisional, terutama dalam menjaga
25%
kualitas media budidaya. Selain itu,
terakumulasi
kualitas dan kuantitas pakan yang
2005).
diberikan juga kurang diperhatikan.
organisme
Pakan
menghasilkan amoniak sebagai hasil
yang
diberikan
terkadang
dan
selebihnya dalam
air
Metabolisme
(Stickney
protein
akuatik
oleh
umumnya
kurang sesuai dengan kebutuhan gizi
ekskresi.
yang diperlukan oleh benih ikan. Di
protein dalam feses dan pakan yang
sisi lain, benih lele Sangkuriang (C.
tidak termakan akan diuraikan oleh
gariepinus)
bakteri menjadi produk yang sama.
kecil,
organ
berfungsi daya
yang berukuran relatif
secara
tahan
mudah
tubuhnya
belum
optimal,
sehingga
tubuhnya terserang
Akibatnya, terganggu, kematian
rendah
dan
penyakit.
pertumbuhannya sehingga pada
sering
tahap
terjadi
Dengan
Pada
akan
saat
demikian
yang
semakin
sama
intensif
suatu kegiatan budidaya akan diikuti dengan
semakin
konsentrasi terutama
tingginya
senyawa amoniak
nitrogen dalam
air
(Avnimelech and Kochba, 2009).
pendederan
Terbatasnya seperti
daya
dan
lahan,
pertama dan kedua. Selain itu, sisa
alam
pakan tambahan buatan juga dapat
menjadikan
intensifikasi
menurunkan kualitas media budidaya
pilihan
paling
yang
air
sumber
sebagai
memungkinkan
25
PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015
dalam
meningkatkan
budidaya.
Berbagai
produksi
upaya
untuk
budidaya
ikan
dengan
penerapan
teknik probiotik telah menginspirasi
mengembangkan perikanan budidaya
untuk
menerapkannya
terutama pada sistem intensif hingga
kelompok
pembudidaya
kini
Sangkuriang (C. gariepinus) di Desa
masih
mengingat
terus
sistem
dilakukan
tersebut
masih
Kabupaten
antaranya
kegiatan
limbah
ikan
lele
Vokasi Reksosari, Kecamatan Suruh,
terkendala oleh berbagai masalah di buangan
pada
Semarang
alih
dalam
teknologi
Dikti
dan
yang
sebagai bahan baku pakan buatan
LPPM UNDIP tahun 2015. Adapun
serta
tujuan
penyakit
(FAO
2007).
kegiatan
mengetahui Teknologi
oleh
IbM
akuakultur, penggunaan tepung ikan
penyebaran
difasilitasi
skim
adalah
dampak
untuk
penerapan
probiotik
sistem
alternatif
pertumbuhan benih lele Sangkuriang,
dalam mengatasi masalah kualitas air
jika dibandingkan dengan sistem non
dalam
probiotik.
merupakan
dari
salah
satu
akuakultur teknik
domestik
secara
Beberapa
diadaptasi
pengolahan
(Avnimelech
bahwa
yang
Kochba,
penelitian
terhadap
limbah
konvensional
and
probiotik
BAHAN DAN METODE
2009).
menunjukkan
aplikasi teknologi probiotik
Wadah digunakan dibuat
budidaya
berupa
dengan
yang
kolam
rangka
terpal
papan
dan
berperan dalam perbaikan kualitas
bagian dalam rangka dilapisi dengan
air,
stereofoam (Tebal 1 cm), kemudian
peningkatan
peningkatan peningkatan penurunan
efisiensi biaya
biosekuriti, produktivitas.
dilapisi
pakan
Sementara
produksi
serta melalui
baru
dengan
terpal
plastik.
itu,
pembuatan
kolam
untuk
pendederan
lele
penurunan biaya pakan (Avnimelech
Sangkuriang (C. gariepinus) dengan
and Kochba, 2009; Ekasari 2008;
mengaplikasikan
Hari et al,. 2006; Kuhn et al,. 2009;
dengan
menjemur
Taw
Keberhasilan
hingga
kering,
air
kering dimasukkan ke dalam karung
et
mengelola
al.,
2008).
kualitas
media
probiotik, kotoran
kemudian
diawali ayam kotoran
26
PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015
dan disimpan selama 2 hari pada
terkontaminasi.
tempat
jerigen dibiarkan selama satu minggu
yang
kering.
Sehari
Larutan
sebelumnya, kolam terpal diisi air
agar
terjadi
hingga
Cara
penggunaan
penuh
desinfektan
kemudian
(kalium
diberi
permanganat)
adalah
fermentasi
dengan
dalam
sempurna.
larutan
tersebut
meneteskan
setiap
dan dibiarkan selama semalam. Hari
hari ke dalam kolam pendederan,
berikutnya,
sebanyak
larutan
dalam
kolam
kolam
diisi
desinfektan
dibuang,
kemudian
dengan
air
bersih
sebanyak 50% dari kolam. Ke dalam
10
tetes.
penelitian ini menggunakan metode experimental
yang
Sangkuriang
kolam
dilakukan
selama
tanpa aerasi agar terjadi fermentasi.
yang
diberikan
Lima
kandungan
belas
ikan
lele
hari
yang
dimasukkan tersebut.
seminggu
kemudian, berumur
ke Benih
benih
10
di
Pemeliharaan benih ikan lele
EM4 dan 250 ml tetes tebu, air selama
dilakukan
lapangan.
kolam ditambahkan 50 ml probiotik
dibiarkan
Selanjutnya
(C.
gariepinus)
30
hari.
Pakan
mempunyai
protein
30%
sebanyak
hari
5% /bobot biomass/hari. Pemberian
dalam
kolam
pakan dilakukan berdasarkan hasil
yang
ditebar
pengukuran
sebanyak 500 ekor per kolam.
mortalitas
Di samping membuat media
secara
bobot ikan
sampling
sampel
dan
yang
dilakukan
setiap
7
hari.
budidaya yang baru, pada kegiatan
Frekuensi pemberian pakan adalah 2
ini
kali sehari, yaitu pada pagi jam 06.00
dibuat
pula
kultur
probiotik
terfermentasi, yang akan digunakan untuk
memelihara
dan sore hari jam 17.00.
media
Pengamatan kualitas air dan
pemeliharaan dan penyediaan pakan
pertumbuhan ikan dilakukan setiap 2
alami.
minggu
Kultur
probiotik
dibuat
di
sekali.
Pertumbuhan
yang
dalam jerigen plastik 10L dengan
diamati adalah pertumbuhan bobot
cara
air
mutlak, yang meliputi panjang dan
sebanyak 3L ditambah tetes tebu 2L
berat tubuh. Panjang mutlak adalah
dan
ukuran
mengisi
EM4
ditutup
jerigen
1L. rapat
dengan
Jerigen agar
kemudian tidak
umur
rata-rata tertentu
organisme (Effendi,
pada 2003).
27
PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015
Parameter fisik yang diamati adalah temperatur
air
dan
udara,
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang
Hasil
pengukuran
panjang
diukur dengan termometer alkohol.
dan berat tubuh rata-rata benih ikan
Parameter kimia yang diamati adalah
lele Sangkuriang dan kualitas media
kandungan
selama
oksigen
karbondioksida Oksigen
bebas
terlarut
Winkler,
terlarut, dan
pH.
dengan
metode
karbondioksida
bebas
pemeliharaan
pada
Tabel
1
dapat
dan
pemeliharaan dilakukan
2.
dilihat Selama
pengamatan
dan pengukuran pertumbuhan serta
dengan metode alkalimetri, dan pH
kualitas
diukur dengan kertas pH universal.
hari
media
ke-0,
pemeliharaan, ke-15
dan
pada ke-30.
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Tabel 1. Pertumbuhan benih ikan lele Sangkuriang (C. gariepinus) yang dipelihara di Desa Vokasi Reksosari Probiotik Panjang (cm) Bobot (g) 1,5±0,8 0,046±0,005 4,5±0,7 0,251±0,002 6,5±0,4 0,836±0,005
Pengamatan 1 2 3
Non Probiotik Panjang (cm) Bobot (g) 1,5 ±0,8 0,046±0,005 2,6±0,9 0,141±0,003 3,9 ±0,5 0,458±0,007
Tabel 2. Kualitas media pemeliharaan benih ikan lele Sangkuriang (C. gariepinus) Parameter Pengamatan Temperatur Air (o C) O2 (pp m) pH Amoniak (ppm)
Hasil
pengukuran
kimia
pada
benih
lele
Probiotik 22-28 3-5 6-8 0,01
kualitas
media
Non Probiotik 22-26 2-3 6-7 0,1
fisik-
pemeliharaan
Sangkuriang
(C.
Kelayakan Menurut Pust aka 27 – 30°C (SNI 01-6483.4-2 000 ) >5 mg/L (SNI 01-6483.4-2000) 6,5 – 8,5 (SNI 01-6483.4-2000) < 0,2 ppm (Boyd, 1990)
pemeliharaan teknik
yang
mengaplikasikan
probiotik
menunjukkan
kondisi yang lebih baik dan relatif
gariepinus)
di
Desa
Vokasi
ideal
Reksosari,
Kecamatan
Suruh,
Sangkuriang . Hal ini juga diperkuat
Kabupaten Semarang secara umum
dengan
dapat
kematian
dikatakan
bahwa
media
untuk
relatif
pendederan
rendahnya benih
lele
tingkat selama
28
PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015
pemeliharaan,
yaitu 10%.
Benih
memberikan gambaran bahwa benih
ikan lele Sangkuriang umur 10 hari
lele
yang
dengan aplikasi probiotik mengalami
dipelihara
mengalami
selama
30
pertumbuhan
pertambahan
panjang
hari
dengan
dan
bobot
Sangkuriang
pertumbuhan yang
yang
panjang
lebih
dipelihara
dan
baik.
bobot
Hal
ini
lele
mengindikasikan bahwa pakan yang
Sangkuriang pada aplikasi probiotik
diberikan dan media pemeliharaan-
bobot awal rata-rata 0,046±0,005
nya
gram dan panjang 1,5±0,8 cm dan
tumbuhan
tubuh
yang
bervariasi.
Benih
setelah dipelihara 30 hari memiliki bobot rata-rata 0,836±0,005 gram dan panjang rata-rata 6,5±0,4 cm. Peningkatan
bobot
yang
dialami
yaitu 0,79 gram dan peningkatan panjang 5,0 cm. Sementara itu, pada media
tanpa
Sangkuriang
bioflok, yang
benih
memiliki
lele bobot
awal rata-rata 0,046±0,005 gram dan panjang 1,5±0,8 cm, setelah 30 hari terjadi 0,458±0,007
peningkatan
menjadi
gram
panjang
dan
mampu
mendukung
benih
lele
per-
Sangkuriang.
Menurut Craigh dan Helfrich (2002), meskipun melalui menajemen yang baik, pakan yang diberikan pada ikan pasti
akan
menghasilkan
limbah.
Dari 100 unit pakan yang diberikan kepada ikan, biasanya 10% tidak termakan,
10%
merupakan
limbah
padatan, dan 30% merupakan limbah cair yang dihasilkan oleh ikan. Dari sisanya,
25%
tumbuh
dan
digunakan 25%
metabolisme. tergantung
untuk
lainnya
untuk
Persentase dengan
ini
jenis
ikan,
3,9±0,5 cm. Dengan demikian terjadi
aktivitas, temperatur air, dan kondisi
peningkatan bobot mencapai 0,412
lingkungan
gram dan peningkatan panjang 2,4
sangat berbahaya dan bersifat toksik
cm.
bagi Perbedaan
peningkatan
lainnya.
ikan,
Limbah
khususnya
yang
adalah
amoniak. Limbah amoniak ini sangat
panjang dan bobot tubuh benih lele
berbahaya
dan
mampu
memicu
Sangkuriang
timbulnya
racun
ataupun
penyakit
budidaya tanpa
pada
(aplikasi
probiotik),
kedua probiotik memang
media dan
pada
ikan.
tidak
budidaya
terlalu tinggi, namun hal itu cukup
langsung
Limbah ikan ke
amoniak yang
perairan
dari
dibuang sekitarnya
29
PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015
merupakan sumber pencemaran yang
yaitu suhu, pakan, suplai oksigen,
perlu
dan limbah metabolisme. Sementara
mendapat
pasokan
perhatian.
amonia
ke
Potensi
dalam
air
itu
Effendi
(2003),
budidaya ikan adalah sebesar 75%
bahwa
dari
pakan
keberhasilan
Hafsari
2008).
makanan.
Boyd
(1990)
pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh
keberadaan
dua faktor yaitu faktor dalam dan
pertumbu-
faktor luar. Faktor dalam umumnya
masukan
adalah faktor yang sukar dikontrol
insang,
seperti sifat genetik, umur, dan jenis
kadar
nitrogen
(Gunardi
&
Sementara
itu,
berpendapat amoniak han
dalam
bahwa
mempengaruhi
karena
oksigen
mereduksi
akibat
menambah detoksifikasi, regulasi
rusaknya energi
untuk
mengganggu
osmo-
dan
mengakibatkan
kelamin,
nilai
parameter
masing-masing apabila
masa
dibandingkan
parameter
pustaka
pada
budidaya
dengan
kualitas
kelayakan
air
media
air
nilai
menurut
terlihat
dalam
makanan
masih
karena
mendapatkan
Dinyatakan
pula
bahwa
faktor dan
luar
kualitas
perairan. Menurut
pemeliharaan
kualitas
tumbuh
sedangkan
adalah
kerusakan fisik pada jaringan. Selama
ikan
menyatakan
Stickney
(2005),
konsentrasi oksigen yang baik untuk ikan lele tidak boleh kurang dari 3 mg/l.
Oksigen
umumnya
yang
rendah
diikuti
dengan
meningkatnya
amoniak
karbondioksida
di
dan
air
layak untuk kegiatan budidaya lele
menyebabkan
Sangkuriang.
secara
menjadi
namun
mengganggu kelulushidupan ikan. Di
umum
terjadi
Meskipun fluktuasi,
proses
yang nitrifikasi
terhambat
perubahan yang terjadi masih berada
dalam
dalam
untuk
telah diterapkan teknologi probiotik
Sangkuriang.
dan ternyata teknik tersebut mampu
Hepher (1978) berpendapat bahwa
memberikan hasil yang lebih baik
intensifikasi budidaya dapat berhasil
dibandingkan
tanpa menurunkan laju pertumbuhan
Sangkuriang
apabila
Schryver et al. (2008) berpendapat
kehidupan
terhadap
batas benih
toleransi lele
dilakukan empat
faktor
pengawasan lingkungan
bahwa,
kegiatan
alih
sehingga
pada yang
teknologi
teknologi
budidaya tanpa
ini
lele
probiotik.
probiotik
adalah
30
PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015
suatu
sistem
heterotrof
budidaya
dan
alga
gumpalan flocs
bakteri
dalam
secara
suatu
suatu
memanipulasi
35%
protein
(Satker
PBIAT Ngrajek, 2012).
terkontrol
dalam suatu wadah budidaya atau merupakan
mengandung
sistem
KESIMPULAN
Berdasarkan
yang
kepadatan
dan
hasil
dan
pembahasan maka dapat disimpulkan
aktivitas mikroba sebagai suatu cara
bahwa penerapan teknologi probiotik
mengontrol
pada
kualitas
air
dengan
mentransformasikan menjadi
protein
amonium mikrobial
agar
mampu mengurangi residu dari sisa pakan
(Avnimelech
&
Kochba.
2009). Teknik probiotik bertujuan meningkatkan pakan
efisiensi
pembentukan
biomassa mikroba makroagregat dari bahan organik dan senyawa terlarut (Serfling
2006).
Manfaat
penggunaan
teknologi
diaplikasikan
probiotik
dengan
tepat
adalah meminimalisir pergantian air atau bahkan tidak ada pergantian air dalam
sistem
teknologi
budidaya
ini
ramah
sehingga lingkungan.
Pakan yang digunakan pun menjadi lebih
sedikit
ketimbang
konvensional
lain.
untuk
nila
ikan
Telah yang
sistem dicoba dipelihara
dalam sistem probiotik akan tumbuh optimum pakan
pada
1,5%
tingkat dengan
pemberian pakan yang
budidaya
memberikan
pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan
pertumbuhan
panjang
dan bobot benih lele Sangkuriang serta stabilitas media pendederan. UCAPAN TERIMA KASIH
pemanfaatan
dengan
apabila
media
Penulis terima UNDIP
kasih yang
menyampaikan kepada telah
DIKTI
dan
memfasilitasi
terlaksananya kegiatan alih teknologi ini
melalui
kompetitif
pengabdian
kepada masyarakat skim IbM yang didanai oleh DIKTI tahun anggaran 2015.
DAFTAR PUSTAKA
Avnimelech Y. & Kochba M. 2009. Evaluation of nitrogen uptake andexcretion by tilapia in bio floc tanks, using 15N tracing. Aquaculture 287:163-168. Boyd
CE. 1990. Water Quality Management in Aquaculture and Fisheries Science. Amsterdam: Elsevier
31
PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015
Scientific Publishing Company. 3125p. Craigh S. & Helfrich LA. 2002. Understanding Fish Nutrition, Feeds, and Feeding , Viginia Coperative Extension Service. Publication 420-256: 1-4.
Kuhn, DD, Boardman GD, Lawrence AL, Marsh L, & Flick Jr. GJ. 2009. Microbial floc meal as a replacement ingredient for fish meal and soybean protein in shrimp feed. Aquaculture 296, 5157. Satker
Effendi
MI. 2003. Biologi Perikanan. Bandung: Yayasan Pustaka Nusantara.
Ekasari J. 2008. Bioflocs technology: the effect of different carbon source, salinity and the addition of probiotics on the primary nutritional value of the bioflocs. Thesis. Faculty of Bioscience Engineering. Ghent University. Belgium. FAO. 2007. The State of World Fisheries and Aquaculture 2006 . Rome: FAO. Gunardi B & Hafsari DR. 2008. Pengendalian Limbah Amoniak Budidaya Ikan Lele dengan Sistem Heterotrofik Menuju Sistem Akuakultur Nir-Limbah. Jurnal Riset Akuakultur 3. Hari B, Kurup BM, Varghese JT, Schrama JW, & Verdegem MCJ. 2006. The effect of carbohydrate addition on water quality and the nitrogen budget in extensive shrimp culture sistems. Aquaculture 252, 248-263.
(Satuan Kerja) PBIAT Ngrajek. 2012. Pusat Budidaya Ikan Air Tawar. Magelang, Jawa Tengah
Schryver PD, Crab R, Defoirdt T, Boon N, & Verstraete W. 2008. The basics of bio-flocs technology: The added value for aquaculture. Aquaculture 277: 125-137. Serfling SA. 2006. Microbial flocs: Natural treatment method supports freshwater, marine species in recirculating sistems. Global Aquaculture Advocate June 2006 : 34-36. Stickney RR. 2005. Aquaculture: An Introductory Text. Oxford: CABI Publishing, 265 p. SNI
01-6483.4-2000 tentang Budidaya Ikan Lele. BSN. Diakses tanggal 10 Juli 2015
Taw N, Fuat J, Tarigan N, & Sidabutar K. 2008. Partial harvest/biofloc sistem promising for Pacific white shrimp. Global Aquaculture Advocate Magazine. September/October 2008: 84-86.
32