ISOLASI TRITERPENOID DAN UJI ANTIOKSIDAN DARI FRAKSI ETIL ASETAT KULIT BATANG BATANG MERANTI MERAH (Shorea singkawang (Miq).Miq)
ARTIKEL
ISMARTI BP.0921207031
PROGRAM STUDI KIMIA PASCASARJANA UNIVERSITAS ANDALAS 2011
Triterpenoid Triterpenoid Isolation and Antioxidant Experiment Experiment of Stem Red Meranti Fractil Etil Asetat (Shorea Singkawang (Miq).Miq) Ismarti (0921207031) (0921207031) (Under Guidance of Prof. Dr. Yunazar Manjang and Dr. Mai Efdi, M.Si)
ABSTRACT
Shorea Singkawang (Miq).Miq (Miq).Miq is kind of traditional medicine that is belongs to Dipterocarpaceae Dipterocarpaceae family. Its fruit can be used as food preservation and medicines. On the root, stem, leaves and Shorea Shorea fruits contain of secondary metabolite which acts as antioxidant, antibacterial, anti termite, anti cancer, antifungal and sitotocsic. The sample of the research was stem. Maceration was done by using solution n-hexane and dreg was macerated with etil asetat . Separation of compound in thick extract of etil asetat was done by using liquid chromatography column and SGP method ( Step Gradient Polarity). Polarity). The purification of compound used KLT and it was eluted in different level of eluen polarity; create a single spot with w ith 243-245’C 243-245’C melted point and 23 mg weight. The result of ultraviolet spectroscopy analysis (UV), infrared (IR) and GC-MS showed that the result of compound isolation was triterpenoid penta siklik which consists of ester group, benzenoid, charbosilat and hydroxyl with 592 gram/mol molecule weight. On the other hand, the position of substituent could not determine yet. The experiment of antioxidant fraktil etil asetat activity toward DPPH and various of concentration gave EC50 about 82 ppm that shown fraksi etil asetat was active as antioxidant. Key words: Shorea singkawang (Miq).Miq, (Miq).Miq, triterpenoid, antioxidant
PENDAHULUAN
Shorea singkawang (Miq).Miq (Meranti merah) adalah tumbuhan obat yang termasuk salah satu spesies dari tumbuhan family Dipterocarpaceae. Tumbuhan ini merupakan kelompok tumbuhan tingkat tinggi penghuni hutan tropis yang
tersebar di sebagian wilayah Indonesia terutama hutan Kalimantan (tumbuhan ini dikenal dengan nama tengkawang) dan Sumatera bagian timur (dikenal dengan nama singkawang pinang). Beberapa spesies dari genus Shorea adalah penghasil buah tengkawang yang merupakan komoditi ekspor dimana kulit kayunya mengeluarkan getah damar yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti dalam industri obatobatan dan kosmetika (Hakim.E.H.et al, 2002). Selain itu kayunya juga awet, ringan, kuat dan juga bermutu tinggi sehingga banyak digunakan sebagai bahan bangunan, perahu dan furniture (Lukman H, 2010). Buahnya telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat pedesaan sebagai obat tradisional dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit, seperti: diare, luka bakar, obat sariawan dan dapat memperlancar peredaran darah. Minyak hasil perasan dari biji buah singkawang ini digunakan sebagai pengawet nasi minyak tradisional. Keawetan dari kayu meranti dan biji singkawang sebagai pengawet makanan merupakan pertanda adanya interaksi tumbuhan dengan lingkungannya. Interaksi pembentukan
tumbuhan metabolit
dengan sekunder
lingkungannya di
dalam
berhubungan
tumbuhan
tersebut
dengan dimana
pembentukan metabolit sekunder ini berkaitan erat dengan fungsi ekologisnya. Pada bagian batang, daun dan biji tumbuhan Shorea diduga mengandung metabolit sekunder yang berfungsi sebagai antioksidan, antibakteri, antifugal dan sitotoksik (Hakim, et al, 2002). Berdasarkan penelusuran literatur terhadap genus Shorea, diketahui bahwa telah diisolasi berbagai jenis senyawa metabolit sekunder dengan bioaktivitas yang sangat menarik diantaranya: senyawa oligostilbenoid dari ekstrak metanol kulit batang Shorea gibbosa, sebagai anti kanker (Saroyobudiono, et al , 2008), senyawa turunan fenol dari ekstrak aseton kulit batang Shorea multiflora (Hakim, et al , 2002), senyawa leavifonol, Diptoindonesin A, dan Ampelopsin A dari kulit batang Shorea siminis (Aminah, et al, 2003). Namun, isolasi senyawa triterpenoid yang juga merupakan metabolit sekunder belum begitu banyak dilakukan terhadap tumbuhan genus Shorea ini, khususnya pada Shorea singkawang (Miq). Miq. Pengisolasian golongan senyawa triterpenoid didapatkan hanya pada Shorea robusca. Senyawa triterpenoid ini
resisten terhadap rayap kayu kering ( Microcerotermesbeesoni) (Nicholaus et al,1994). Senyawa golongan terpenoid menunjukkan aktivitas farmakologi yang menarik sebagai antiviral, antibakteri, antiinflamasi, antikanker, dan sebagai inhibisi terhadap sintesis kolesterol (Mahato et al, 1997). Senyawa terpenoid yang diisolasi dari tumbuhan Nardophyllum bryoides menunjukkan aktivitas sitotoksik terhadap sel pangkreatik adenokarsinoma manusia (Sanchez et al, 2010). Berbeda dengan yang ditemukan oleh Lage et al (2010), bahwa senyawa terpenoid dari spesies tumbuhan Euphorbia memberikan aktivitas antitumor. Senyawa golongan terpenoid merupakan komponen penting dari banyak ekstrak kayu dan juga merupakan konstituen utama dari ekstrak yang diperoleh dengan pelarut non polar. Peran terpenoid yang sudah banyak diketahui adalah terpenoid sebagai zat pengatur tumbuh dan anti rayap sedangkan terpenoid sebagai bahan aktif insektisida biologis dan antioksidan belum banyak diketahui (Setiawati T, 2001). Berdasarkan dari penelusuran literatur yang telah dilakukan belum ada laporan ilmiah yang kami dapatkan tentang kandungan senyawa metabolit sekunder yaitu terpenoid (triterpenoid) serta bioaktivitasnya yang menarik dari tumbuhan Shorea singkawang (Miq).Miq. Oleh karena itu penulis melakukan isolasi senyawa metabolit sekunder terutama golongan senyawa triterpenoid dari tumbuhan Shorea singkawang (Miq).Miq dengan judul Isolasi Triterpenoid dan Uji Antioksidan Fraksi Etil Asetat Dari Kulit Batang Meranti merah (Shorea singkawang (Miq).Miq)
MATERI DAN METODE Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah kulit batang dari tumbuhan Shorea singkawang Miq.).Miq. Bahan kimia yang digunakan sebagai pelarut pada proses ekstraksi dan pemurnian adalah n-heksan teknis yang didistilasi, etilasetat yang didestilasi, metanol teknis yang didistilasi, Adsorben yang dipakai pada kolom kromatografi adalah silika gel 60 Art. 77733 keluaran Merck, Pereaksi Meyer dipakai untuk identifikasi Alkaloid, pereaksi Liebermann-Buchard untuk
identifikasi terpenoid dan steroid, sianoda test untuk identifikasi flavonoid dan FeCl3 untuk identifikasi fenolik kertas saring whatman, aluminium foil dan tiss ue.
Peralatan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Rotary
evaporator Heidolph WB 2000, peralatan distilasi, fisher jhon Melting Point Apparatus, Spektrofotometer UV-1700 Series, FTIR (Fourier Transform Infrared) Perkin Elmer 1600 series, GC-MS QP 2010 plus Shimadzu, lampu ultraviolet untuk pengungkap noda model UV GL – 58 UV 254 nm dan 365 nm, kertas saring, plat KLT (Kromtografi Lapis Tipis), plat tetes, alumunium foil, Kolom Kromatografi Vakum Cair berdiameter 3 cm dan tinggi 20 cm, Chamber dan peralatan gelas lainnya yang umum digunakan dalam laboratorium.
Cara Kerja
Sampel yang diperlukan untuk penelitian diperoleh dari desa Seling, kecamatan Rantau Panjang, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi dan diidentifikasi pada Lembaga Herbarium Jurusan Biologi ( ANDA ) Universitas Andalas Padang dengan kode specimen No.1. Coll. 01-Yi. Bagian yang diteliti adalah kulit batang Shorea singkawang (Miq).Miq yang telah dikeringanginkan pada udara terbuka yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung, sampai beratnya konstan, dirajang, dihaluskan,
hingga diperoleh serbuk kering
kulit batang Shorea
singkawang (Miq). Miq kemudian ditimbang, siap untuk dilakukan ekstraksi. Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi. proses maserasi dimulai dari pelarut yang bersifat nonpolar kemudian dilanjutkan dengan pelarut yang lebih polar. Sebanyak 4,6 kg serbuk kering kulit batang Shorea singkawang (Miq). Miq, dimaserasi dengan 6 L pelarut n-heksana selama 5 hari. Kemudian hasil maserasi disaring, filtrat n-heksana yang didapat diuapkan dari pelarutnya menggunakan alat rotary evaporator, pada suhu 400C. Proses ekstraksi ini dilakukan berulangulang sebanyak 5 kali (sampai warna larutan memudar) sehingga didapatkan ekstrak
pekat
n-heksana yang berwarna kuning kecoklatan. Semua ekstrak
digabung kemudian dipekatkan kembali dengan rotary evaporator pada suhu 40 0
C.
Selanjutnya ampas dimaserasi kembali dengan 6 liter pelarut etil asetat selama 5 hari kemudian disaring dan dipekatkan dengan alat rotary evaporator 40 0C.
Maserasi dilakukan sampai 5 kali (sampai warna larutan dari coklat
menjadi memudar) sehingga didapatkan ekstrak kental etil asetat yang berwarna coklat tua. Masing-masing ekstrak pekat hasil maserasi dikumpulkan dalam suatu tempat kemudian dipekatkan kembali dengan rotary evaporator pada suhu 40 0C lalu ditimbang beratnya. Untuk memisahkan senyawa-senyawa yang ada dalam ekstrak kental etil asetat dilakukan dengan menggunakan kromatografi vakum cair (KVC) yang bertujuan untuk menyederhanakan pemisahan komponen metabolit sekunder yang terdapat di dalam sampel. Kolom KVC yang berdiameter 5 cm dan tinggi 20 cm diisi dengan fasa diam silika gel 60 Art. 7733 sebanyak 70 g dengan perbandingan berat sampel dan silika 1:10 sehingga ketinggian silika mencapai lebih kurang 7 cm. Pengisian kolom dilakukan dalam keadaan vakum, agar diperoleh kerapatan kemasan maksimum. Kemudian Sebanyak 7 g ekstrak kering etil asetat dilakukan preadsorbsi dan dimasukkan ke dalam kolom kromatografi vakum cair dan pengelusian dilakukan dengan eluen secara SGP (Step Gradient Polarity ) yaitu metoda elusi dengan cara meningkatkan kepolaran pelarut secara bergradien dengan berbagai perbandingan eluen yang dimulai dari pelarut n-heksana 100% kemudian ditingkatkan kepolarannya secara bertahap dengan menambahkan pelarut yang lebih polar, n-heksana: etil asetat, eluen yang digunakan dimulai nheksana: etil asetat ( 9:1 ) dan seterusnya sampai etil asetat 100% dilanjutkan dengan etil asetat : metanol sampai perbandingan etil asetat : methanol ( 5 : 5 ) Fraksi-fraksi yang keluar ditampung dengan vial 15 mL, setiap vial diberi nomor hingga mencapai 224 vial, diuapkan pelarutnya pada suhu kamar, sampai semua pelarut mongering, kemudian diketahui bahwa pada dinding vial nomor 99 yaitu pada perbandingan eluen n-heksana : etil asetat (3: 7) sampai vial nomor 140 dengan perbandingan eluen n-heksana : etil asetat (1:9) terbentuk padatan putih kekuningan, kemudian dilakukan uji KLT pada vial tersebut dan vial yang memperlihatkan pola noda sama dikumpulkan digabung dan diberi nomor diperoleh 6 fraksi F1, F2, F3, F4, F5, F6, ternyata pada vial dengan nomor 130 (F4) terdapat satu noda maka pemisahan dilanjut dengan metode tirturasi dengan
cara menggunakan sistem kelarutan dua pelarut yang berbeda kelarutan yaitu nheksan dan metanol. Padatan yang putih kekuningan dilarutkan terlebih dahulu dengan pelarut metanol kemudian ditambahkan secara perlahan pelarut n-heksan tetes pertetes, penambahan n heksan dihentikan setelah terbentuk kekeruhan, kemudian larutan ini dibiarkan pada suhu kamar selama 12 jam sampai semua pelarut menguap terbentuk endapan berwarna putih, kemudia dilakukan pencucian dengan n-heksan.diperoleh padatan putih amorf yang larut baik dalam pelarut etil asetat. Senyawa yang terisolasi diuji tingkat kemurniannya menggunakan KLT, dilakukan pengelusian ber ulang-ulang dengan berbagai tingkat kepolaran eluen yang menghasilkan noda tunggal berwarna merah dengan pereaksi Liebermann Burchard (LB) dilihat di bawah lampu UV. Selanjutnya dilakukan pengukuran titik leleh dengan alat Fisher Johns Melting Point Aparatus. kemudian dihitung beratnya selanjutnya di analisis menggunakan spektroskopi UV-Vis, FTIR,dan GC-MS.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengujian kandungan metabolit sekunder (alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, fenolik, saponin dan kumarin) dari kulit batang Shorea singkawang (Miq). Miq, dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Pengujian profil fitokimia kulit batang Shorea singkawang (Miq). Miq Metabolit No Pereaksi Pengamatan Hasil sekunder 1 Alkaloid Mayer Tidak terbentuk endapan putih _
2 3 4
Fenolik Flavonoid Steroid
5
Terpenoid
6 7
Saponin Kumarin
Besi (III) klorida Logam Mg-HCl LiebermanBuchard LiebermanBuchard Tes busa NaOH 10%
Larutan ungu/biru Larutan orange/merah Larutan hijau/biru
+ + +
Larutan merah/ungu
+
Busa Fluorisensi semakin terang
+ +
Hasil pengujian profil fitokimia yang dilakukan pada kulit batang
Shorea
singkawang (Miq). Miq yang diperoleh dari desa Seling kecamatan Rantau
panjang, Kabupaten Merangin Propinsi Jambi, memperlihatkan kandungan metabolit sekunder yang sama dengan laporan Saroyobudiono et al. (2008) yaitu tumbuhan dari genus Shorea mengandung senyawa golongan fenolik, flavonoid, terpenoid, steroid, dan saponin.
.Berdasarkan
hasil pengujian profil fitokimia
tersebut membuktikan bahwa pada famili atau genus tumbuhan yang sama akan diperoleh senyawa metabolit sekunder yang identik. Pendapat ini dikenal dengan istilah kemotaksonomi yakni korelasi antara kandungan metabolit sekunder dengan taksonomi tumbuhan. Ekstraksi
Senyawa Triterpenoid dari Kulit Batang Shorea singkawang
(Miq). Miq
Isolasi serbuk kering kulit batang tumbuhan
Shorea singkawang (Miq).
Miq(4,6 kg) menggunakan metoda maserasi dimulai dengan pelarut non polar nheksan pada suhu kamar selama (5x5 hari), dengan total volume terpakai sebanyak 30 L disaring dan di uap kan pelarutnya dengan dilakukan evaporasi memakai penguap vakum (rotary evaporator ) diperoleh ekstrak kering heksan sebanyak 26,6 g. selanjut nya ampas direndam kembali dengan pelarut yang lebih polar etil asetat pada suhu kamar selama ( 5x5 hari), kemudian disaring dan di uapkan pelarut nya dengan (Rotari evaporator) diperoleh ekstrak kering etil asetat sebanyak 46,6 g. Didapatkan dua fraksi seperti yang tercantum pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Hasil maserasi dengan n-heksana dan etil asetat
No 1 2
Fraksi n-Heksana Etil asetat
Berat (g) 26,6 46,5
Warna Kuning kecoklatan Coklat tua
Dari tabel 2 di atas diketahui bahwa fraksi n-heksana merupakan fraksi dengan kandungan metabolit sekunder yang lebih rendah daripada fraksi etil asetat. Hal ini mengindikasikan bahwa senyawa semipolar relatif lebih banyak daripada senyawa nonpolar yang terdapat pada kulit batang Shorea singkawang (Miq). Miq.
Pemisahan dan Pemurnian Fraksi Etil Asetat dengan kolom KVC
Hasil pemurnian 7 g ekstrak etil asetat dengan teknik kolom kromatografi vakum cair dan dielusi dengan pelarut secara bergradien mempergunakan pelarut heksan, etil asetat dan methanol, dengan volume masing-masing eluen sebanyak 200 ml, di tamping dengan vial 15 ml, setiap vial diberi nomor diperoleh 224 vial, setelah vial di keringkan pada suhu kamar pada vial nomor 99 sampai 140 terbentuk padatan putih kekuningan, setelah dianalisa dengan KLT, vial dengan pola noda yang sama digabung, sehingga diperoleh 6 Fraksi. Ternyata vial dengan nomor 130 (F4) memperlihatkan noda tunggal, dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini: Tabel 3. Analisis KLT hasil Kolom Kromatografi Vakum Cair
No
Fraksi
No Vial
KLT
1.
F1
99-112
Tailing
2.
F2
113-126
Dua noda tailing
3.
F3
127-129
Tailing
4.
F4
130
Satu noda
5.
F5
131-135
Tailing
6.
F6
136-140
Tiga noda memanjang
Selanjut nya dilakukan rekristalisasi terhadap vial dengan nomor 130 (F4) dengan pelarut heksan dan methanol diperoleh padatan putih amorf sebanyak 23 mg yang larut baik dalam pelarut etil asetat. Kemudian dilakukan penentuan jarak leleh, dimana senyawa hasil isolasi
meleleh pada pada suhu 243 – 245 0C
dengan ranji jarak leleh yang tidak lebih dari 2 0C , meng indikasikan senyawa relativ telah murni. Selanjutnya pengujian isolasi dilakukan dengan metoda
kemurnian terhadap senyawa hasil
Kromatografi Lapis Tipis dengan berbagai
komposisi eluen memperlihatkan noda tunggal yaitu Rf o,18 (n-Heksan: Etil Asetat (1:9)), Rf 0,23 (EtilAsetat (100 %)), Rf 0,68 (EtilAsetat : Metanol(9:1)), Rf 0,38 (EtilAsetat :Diklorometan (8:2)), Rf 0,48 (Etil Asetat : Diklorometan (9:1) berdasarkan percobaan di atas maka dapat disimpulkan bahwa senyawa hasil
isolasi relativ murni Berikut nilai Rf
senyawa hasil isolasi dengan berbagai
komposisi eluen seperti tercantum pada Tabel 4 di bawah ini. Tabel 4. Nilai Rf dari KLT senyawa hasil isolasi No
Pengelusi
Rf
1
n-Heksana : Etil asetat (1:9)
0,18
2
Etil asetat (100 %)
0,23
3
Etil asetat : Metanol (9:1)
0,68
4
Etil asetat : Diklorometana (8:2)
0,38
5
Etil asetat : Diklorometana (9:1)
0,48
Data perlakuan dengan kromatografi lapis tipis untuk berbagai tingkat kepolaran eluen seperi tercantum pada Tabel 4 di atas dan gambarnya dapat dilihat pada lampiran lima, menunjukkan bahwa senyawa hasil isolasi yang diperoleh memperlihatkan noda tunggal. Berdasarkan hasil uji titik leleh dan KLT, dapat disimpulkan bahwa senyawa hasil isolasi telah murni dan siap dilakukan pengukuran spektroskopi.
Karakterisasi Struktur Senyawa Hasil Isolasi
Sebelum dilakukan karakterisasi struktur senyawa hasil isolasi dengan spektroskopi terlebih dahulu dilakukan identifikasi dengan menggunakan pereaksi Liberman-Buchard. Hasil identifikasi menunjukkan terbentuknya warna merah ungu.. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa hasil isolasi merupakan senyawa golongan triterpenoid Selanjutnya senyawa hasil isolasi dianalisa dengan menggunakan spektrofotometer Ultraviolet ( UV), Infra merah (IR), dan GC- MS.
Analisis spektum Ultraviolet (UV)
Hasil pengukuran spektrum UV (MeOH) senyawa hasil isolasi menunjukkan serapan maksimum berturut-turut pada panjang gelombang λ maks 282,60 nm (0,056) di rujuk sebagai pita aromatik sebagai contoh, stirena mempunyai transisi π→ π* pada λ maks 282 nm adalah karakteristik pita B (benzenoid bands) dan adanya kromofor ikatan rangkap terkonjugasi yang ditunjukk an pada pada λ
max=202
nm.(Supratman Unang. 2009 ). Spektrum UV dapat dilihat pada Gambar
22 di bawah ini:
Gambar 1 . Spektrum UV senyawa hasil isolasi
Hal ini menunjukkan bahwa senyawa hasil isolasi yang didapat adalah golongan triterpenoid yang mengandung gugus aromatis tersubsitusi berdasarkan pita serapan maksimum pada panjang gelombang yang diperoleh terindentifikasi sebagai pita serapan gugus benzenoid (Supratman Unang,2009).
Analisis Spektrum Inframerah
Spektrum Inframerah (IR ) senyawa hasil isolasi memperlihatkan serapan melebar pada bilangan gelombang, υmax : 3426,89 cm -1, mengindikasikan adanya gugus hidroksil (O-H), pita serapan pada bilangan gelombang, υ max: 2928,38 cm 1, menunjukkan adanya regangan C-H alifatis, pita serapan pada bilangan gelombang, υmax : 1730,8 cm -1, menunjukkan adanya gugus karbonil C=O dari ester.yang diperkuat dengan adanya gugus C-O pada pita serapan bilangan gelombang
ν max 1263,15 cm -1
gambar 2 di bawah ini:
Spektrum infamerah dapat ditunjukkan pada
709 1730
1456
620
1263
1633 1374
1066
1025
2928 3426
Gambar 2. Spektrum Inframerah
Selanjutnya serapan pada bilangan gelombang,
1633,41 cm
υmax
-1
menunjukkan adanya regangan C=C aromatik, serapan pada bilangan gelombang, : 1456,96 cm -1 menunjukkan adanya regangan C-H lentur, serapan pada
νmax
bilangan gelombang,
υ
: 1374,03 cm -1 menunjukkan adanya – C(CH3)2 ciri
max
khas senyawa terpenoid (gem dimetil). Sedangkan pada daerah sidik jari vibrasi regangan dari C-O didapatkan dua lingkungan yaitu pada daerah bilangan gelombang,
υ
: 1263,15 cm -1 dan serapan pada bilangan gelombang,
max
1066,44 cm -1, 1025, 94 cm -1, pada daerah bilangan gelombang,
υ
max
:
: 799,35 cm -1
υ max
menunjukkan adanya senyawa aromatik tersubsitusi, pada bilangan gelombang,
υ
: 620,966 cm -1 menunjukkan daerah serapan lentur C=C-H keluar bidang. Atas
max
dasar ini maka senyawa hasil isolasi, diduga sebagai suatu triterpenoid pentasiklik dengan subsituen benzenoid dan gugus karboksilat. Hal yang sama dijumpai pada senyawa fenilasetat untuk vibrasi C=O pada bilangan gelombang, (Supratman Unang,2009).
: 1730 cm-1.
υmax
Tabel 5. Interpretasi spektrum infra merah senyawa hasil isolasi Bilangan gelombang -1 ( ν max, cm ) 3426
Jenis Vibrasi
2928
C-H, ulur
1730
C=O, karbonil (ester)
1633
C=C, aromatik
1456
C-H,lentur
1374
C(CH 3)2,gem dimetil
1263,15
C-O,ester
1066,1025
C-O
709, 620
C=C-H,aromatik
OH
Berdasarkan analisa data di atas dapat diusulkan bahwa senyawa hasil isolasi merupakan senyawa dari golongan triterpenoid pentasiklik yang memiliki substituent ester (Benzenoid), yang didukung oleh serapan maksimum pada daerah λ maks = 282 nm yang ditunjukkan spektrofotometer Ultraviolet (UV), asam karboksilat, dan alkohol, spektrum yang dihasilkannya sangat identik.
Spektroskopi Kromatografi Gas – Spektrometer Massa (GC-MS)
Analisis senyawa hasil isolasi dengan menggunakan spektroskopi massa Simadzu QP 2O10 plus dengan metoda EIMS (Elektron Impact Mass Spektroskopy ) memperlihatkan adanya satu puncak dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 3. Kromatogram Kromatografi Gas
Perekaman dari Kromatografi Gas-Spektrometer Massa memberikan kromatogram memperlihatkan senyawa hasil isolasi tela h murni yang memberikan satu puncak pada waktu retensi 32,4 menit. Puncak kromatografi tunggal menunjukkan bahwa senyawa hasil isolasi merupakan senyawa murni. Spektrum massa ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Pembelahan fragmen dari spektrum massa
senyawa hasil isolasi memberikan puncak
M
+
pada m/z = 592 .
Gambar 4. Pola fragmentasi dari Spektroskopi massa
Senyawa triterpenoid hasil isolasi mempunyai masa molekul 592 gram/mol. Dalam spektrometer massa senyawa tersebut mengalami fragmentasi menjadi ion fragmen dengan m/z = 592, 551, 537, 523, 313, 239, 137, 85, 71, 57, (100%), dan 43. Ion fragmen utama ditunjukkan dengan m/z = 57 yang disimpulkan sebagai fragmen yang paling stabil dalam spektroskopi massa. Berdasarkan ion molekul dan pola fragmentasi dari senyawa isolasi, kemungkinan adanya kemiripan dengan pola fragmentasi senyawa triterpenoid asam boswellic (3-O-Asetofenol-11-Hidroxy-α- boswellic asid) hasil temuan (Simla Basar 2005) yang memiliki titik leleh 245- 247 0C dan ion molekul dengan pola framentasi m/z = 43, 56, 73, 83, 95, 133, 237, 313, 524, 545, 557, 598 namun untuk senyawa hasil isolasi belum dapat diketahui letak substituennya dengan pasti. Uji Antioksidan Ekstrak Kulit Batang Shorea si ngkawang (Miq). Miq
Pada pengujian awal uji antioksidan ini ditentukan terlebih dulu panjang gelombang maksimum DPPH. Dari hasil pengukuran didapatkan panjang
gelombang DPPH λ maks adalah 515 nm. Panjang gelombang ini digunakan untuk pengukuran absorban larutan sampel. Dari 3,8 mL larutan DPPH 50 μM yang ditambahkan dalam 0,2 mL metanol digunakan sebagai kontrol didapatkan absorban sebesar 0,387. Dari hasil pengukuran absorban fraksi n-heksan dan etil asetat, absorban dari masing-masing sampel dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 5. Hasil penentuan % inhibisi dari sampel dan kontrol No. Fraksi (1000 ppm) % Inhibisi 1.
n-heksan
48,0
2.
etil asetat
95,5
3.
vitamin C (kontrol +)
96,1
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa fraksi n-heksan memiliki persen inhibisi yang lebih kecil daripada fraksi etil asetat. Hal ini mengindikasikan bahwa fraksi etil asetat memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik dari fraksi n-heksana dan memiliki aktivitas mendekati standar positif (vitamin C). Terhadap fraksi etil asetat dilanjutkan pengujian aktivitas antioksidan dari beberapa konsentrasi, yaitu 100 ppm; 200 ppm; 400 ppm; 600 ppm ; 800 ppm ; dan 1000 ppm. Berdasarkan hasil pengukuran absorban didapat % inhibisi seperti yang terlihat pada Tabel 7. Cara perhitungan dan regresi (antara konsentrasi sampel dengan % inhibisi) dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4. Tabel 8. Hasil penentuan % inhibisi fraksi etil asetat No Konsentrasi (ppm) % Inhibisi 1.
100
38,7
2.
200
62,0
3.
400
74,6
4.
600
88,1
5.
800
93,5
6.
1000
95,1
Berdasarkan % inhibisi yang didapat dihitung EC 50 dari fraksi etil asetat ini, yaitu konsentrasi ekstrak yang diperlukan untuk meredam 50% aktivitas radikal DPPH. Didapatkan EC 50 sebesar 82 ppm. Hal ini berarti dengan konsentrasi 82 ppm fraksi etil asetat ekstrak Shorea singkawang (Miq) Miq dapat meredam 50% aktivitas radikal DPPH.
KESIMPULAN
1. Berdasarkan analisa UV, IR, GC-MS, serta pengujian dengan pereakasi Liebermann-Burchad maka senyawa hasil isolasi dari fraksi etil asetat kulit batang Shorea singkawang (Miq).Miq merupakan senyawa golongan triterpenoid pentasiklik turunan oleanan dengan m/z = 592, dan dapat diusulkan rumus molekul yaitu C 38H56O5 dengan subsituen yang terikat pada senyawa triterpenoid adalah gugus hidroksi, karboksilat dan fenil asetat. 2.
Fraksi etil asetat dari kulit batang Shorea singkawang (Miq).Miq
aktiv
sebagai antioksidan, dengan DPPH memberikan nilai EC50 sebesar 82 ppm.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, S.A. 2006 Hakekat Perkembangan Kimia Organik Bahan Alam. Dari Tradisional ke Moderen Dan Contoh Terkait Dengan Tumbuhan Lauraceae, Moraceae, Dan Dipterocarpaceae Indonesia. Penerbit ITB Ahuja, S. 2003. Chromatography and Separation Science, Academic Press. USA. Aminah, N.S., Achmad, S.A., Hakim, E.H., Syah, Y.M., Juliawaty, L.D., dan Ghisalberti, E.L. 2003. Laevifonol, Diptoindonesin A, dan Ampelopsin A, Tiga Dimer Stilbenoid dari Kulit Batang Shorea seminis V. Sl. (Dipterocarpaceae). Jurnal Matematika dan Sains. 8 (1). 31-34 Anonim, 2002. Shorea leprosula Miq. Informasi Singkat Benih, Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. Jakarta. Anwar, L.1999 Isolasi Komponen Utama Fraksi Aktif Brine Shrimp Ekstak Metanol Ficus deltoidea Blume. Tesis program pascasarjana Universitas Andalas Padang Brand-Williams, W, M.E. Cuvelier, and C. Berset. 1995. Use of a Free Radical Method to Evaluate Antioxidant Activity. Lebensmittel-wissenschaft and Technologie. 25-30.
Breitmaier, Eberhart. 2006. Trpenes, Falvors, Fragrances, Pharmaca, Pheromoes. Wiley- VCH VerlagGmbH & Co. KgA, Germani. Chiang, Y.M. and Y.H. Kuo. 2000. Taraxastane from the Aerial Roots of Ficus microcarpa L.J. Nat. Prod.63:898-901. Culvenor, C.C.J. and J.S. Fitzgerald. A Field Method for Alkaloids Screening of Plants. J. Pharm, Sci. Vol. 52. Hal 303 – 304. Crews, P., Rodriguez, J. dan Jaspars, M. 1998 Organik Struktur Analysis. University of California, Santa Cruz. Oxpord Univercity Press. Gallo. B. C. Margareth and Miranda J. Sarachine.2009. Biological Activities of Lupeol. International Journal of Biomedical and Pharmaceotical Science. Gritter, R.J., J.M. Bobbit, A.E. Schwarting (Terjemahan K. Padmawinata), 1991 Pengantar Kromatografi, Edisi II, ITB, Bandung. Gotto, A. M. 2003. Antioxidants, Statins, and Atherosclerosis. Journal of The American College of Cardiology. 41. (7). 1205-1210. Raj.K.Hotta and Maringanti Bapur. 1992. Triterpenoids from the Resin of Shorea Robusta ,. Regional Research Laboratory,Bhubaneswar 751 013, Orissa,India,. Jurnal. Robinson. Trefor. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, 1995, Penerbit ITB Bandung, 57-83. Harborne, J.B. 1987. Metoda Fitokimia : Penentuan Cara Modern Menganalisis Tumbuhan Terjemahan Kosasih Padmawinata & Iwang Sudiro. ITB, Bandung Hakim. E.H. 2002. Oligostilbenoid dari tumbuhan Dipterocarpaceae. Buletin of the Indonesian Socienty of Natural Product Chemistr y.2. 1-19. Hakim, E.H., Muhtadi., Syah, Y.M., Juliawaty, L.D., Achmad, S.A., Said, I.M., dan Latip, J. 2005. Tiga Senyawa Oligostilbenoid dari Kulit Batang Dipterocarpus retusus Blume (Dipterocarpaceae). Jurnal Matematika dan Sains. 10 (4). 137-143 Hambali, E., Noor, E., Mas’ud, Z.A., dan Pandji, C. 2008. Produksi Lemak Tengkawang sebagai Bahan Baku Industri Lipstik. IPB Press. Bogor. Heyne, K. 1997. Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Litbang Kehutanan Jakarta. Jilid III. 1390-1443. Hostettmann, K, Hostettmann, M., dan Marston, A. 1997. Cara Kromatografi Preparatif: Penggunaan pada Isolasi Senyawa Bahan Alam, Terjemahan Kosasih Padmawinata. ITB, Bandung.
Imran Gaffar, Allian Noor, Tjodi Harlim, Nunuk Hariani Soekamto. 2008. Senyawa Triterpenoid Asam-3-asetoksi-12-Oleanen-28-oat dari ekstrak Metilen Klorida pada tumbuhan (Kleinhovia hospita L.,) . Jurnal, Informasi Tetknologi (INTEK). Pascasarjana Universitas Hasnuddin. . Krstanti, Alfinda novi, Nanik S. A., Mulyadi, T., dan Bambang, K. 2008. Buku Ajar Fitokimia. Airlangga University Press. Surabaya. Khopkar, S.M 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik . Terjemahan A. Saptoraharjo. UI-Press,Jakarta. Kikuzaki, H., Hisamoto, M., Hirose,K., Akiyama, K., and Taniguchi, H. 2002. Antioxidants Properties of Ferulic Acid and Its Related Compound . J.Agric.Food Chem. 50:2161-2168. Lage, H.,N.Duarte, C.Coburger, A.Hilgeroth, dan M.J.U. Ferreira. 2010. Antitumor activity of terpenoids against classical and atypical multidrug resistant cancer cells. Phytomedicine. 17.441-448. Lenny Sovia., 2006. Senyawa Terpenoid dan steroid, Karya Ilmiah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatra Utara. Laxmi N,Misra and Ateeque Ahmad., 1996. Triterpenoids From Shorea Robusta Resin. Central Institut of Medicinal and Aromatik Plants, P.O. CIMAP, Lucknow-226015, India International journal. Lukman,H., 2010 Eksplorasi dan Pengumpulan Benih Jenis Shorea Penghasil tengkawang.buletin Biotehnologi., PT,Sari Bumi Kusuma .Kalimantan Tengah Marzuki Asnah ., Noor Alfian,. Soekamto Nunuk, dan HarlimTjodi 2008 . Artikel penelitian,.Asam 2,3-dihidroksi- oleanen -28- oat dari tumbuhan pterospermum celebicum (Sterculliacfae) Bulletin of The Indonesian Society of Natural Products Chemistry. Mohrig. R.J., Hammond. N.C., Schatz., F.P., and Morrill. C.T. 2003. Techniques in Organik Chemistry. W.H. Freeman Company Muharni. 2010. Terpenoid lupeol dari manggis hutan (Garcinia bancana Miq). Jurusan Kimia FMIPA. Universitas sriwijaya, Sumatera selatan. Indonesia. Jurnal Penelitian Sains Volume 13 nomor 3 (C) 13308. Nicolaus, N.A, L.K Darusman, E.A.Husaeni. 1994. Pemisahan dan Isolasi Terpenoid dari sebuk gergaji Shorea leprosula Miq Sebagai Antirayap Nordin, C. et.al. 1985. Aspect of Natural Product Chemistry Proceeding, The Phytochemical Survey. Malaysia : Dept. Chemistry UPM. Pavia L. Donal, Gary M. Lampman, George S. Kriz ; Introduction to Spectroscopy, A Guide for Student of Organic Chemistry, Sauders College, Phladelphia, 1992.
Pavia D.L., Lampman, G.M., Kriz, G.S., dan Vyvian, J.R. 2007. Introduction to Spectroscopy. Sauders College. Philadelphia. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, cetakan pertama, 2000, Departemen Kesehatan Repoblik Indonesia Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Pratt, D.E. 1990 1990 Natural antioksidant Not exploited commercially in Food Antioxidant. Edited by B.J.F. Hudson. Elsevier Science, New York, p: 171-191. P, Manitto. 1981. Biosynthesis of Natural Products. England : Ellis Horwoud Ltd. K.S Rita, et al . 2004. Sifat Antirayap Resin Damar Mata Kucing dari Shorea Javanica K.et V. Rosyidah, K., Juliawati, L.D., Din, L.B., Latip, J., Hakim, E.H. 2006. Dua Dimer Resveratrol dari Kulit Batang Shorea parvifolia Dyer (Dipterocarpaceae). Buletin of The Indonesian Society of Natural Product Chemistry. 6 (2). 5761 Sharp J. T., Goesney, I., Bowley, A.G., 1989. Practical Organik Chemistry : A student Handbook of Techniques. Chapmann and Hall, London. Soerianegara, I. dan RHMJ. Lemmens (eds.). 2002. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 5(1): Pohon penghasil kayu perdagangan yang utama . Jakarta : PROSEA - Balai Pustaka. ISBN 979-666-308-2. Hal 415-438. Sootheeswaran, S., dan Pasupathy. V. 1993. Distribution of Resveratrol Oligomer in Plants, J.Phytochemistry.32 . 1083-1092. Sarayobudiyono, H., Hakim, E.H., Juliawaty, Syah, Y.M., Achmad, S.A., Hakim, E.H., Latip,J., Said, I.M. 2008. Oligostilbenoids from Shorea gibbosa andtheir cytotoxic properties agains P-388 cells. J. Nat Med. 62. 195-198. Sarayobudiyono, H., Hakim, E.H., Juliawaty, L.D., Latip, J. 2006. Trimerstilbenoid dari Kulit Batang Shorea rugosa. Buletin of The Indonesian Society of Natural Product Chemistry. 6 (1). 13-18. Simla Basar. 2005. Phytochemical Investigations On Boswellia Species. Dissertation for the fulfillment of the requirement for the degree of Dr.rer.nat. Hamburg. Sitorus, M. 2009. Spektroskopi Elusidasi Struktur Molekul Organik Graha Ilmu. Yokyakarta. Schwenke, D. C. 1998. Antioxidants and Atheroclerosis. J. Nutr. Biochem. : 424437 Sujadi. 1983. Penentuan Struktur Senyawa Organik. UGM Press, Yokyakarta.
Sumaryono, W., (1999), “ Produksi Metabolit Sekunder Tanaman Secara Bioteknologi” Prosiding Seminar Nasional Kimia Bahan Alam ’99, Penerbit UI Jakarta Stuart, B. 2004. Infrared Spectroscopy, Fundamental and Aplication. Jhon Wiley & Sons. Ltd. Supratman, Unang. 2009. Elusidasi Struktur Senyawa Organik. Bandung : UNPAD. Suryati
2010 Germanikol Sinamat, suatu triterpenoid baru dan triterpenoid lainnya serta steroid dari Daun Tabat Barito ( Ficus deltoideus Jack ). Disertasi Pascasarjana Unand Padang.
Tachakittirungrot, Suganya, Fumio Ikegami, and Siriporn Okonogi. 2007. Antioxidant Active Priniples Isolated from Psidium guajava Grown in Thailand. Scientia Pharmaceutica. Trilaksani, W., 2003, Antioksidan: Jenis, Sumber, Mekanisme Kerja dan Peran Terhadap Kesehatan, Institute Pertanian Bogor, Bogor, hal 1-12 Tri Mayanti, W, Drajat Natawigena, Unang Supratman dan Roekmiati Tjokronegoro. 2009. Triterpenoid yang beraktivitas antamakan dari kulit batang Kokosan (Lansium domesticum Corr cv, Kokossan (Meliaceae) . Jurnal . symposium Kimia BAhan Alam , Semarang. Voggel, Textbook of Practical Organik Chemistry, 4 th Ed , Revised by B.S., Funiss et. al Longman , London, New York, 1987. Wixom, R. L dan Gehrke, C. W. 2010. Chromatography A Science of discovery.Jhon Wiley & sons Inc. Pulication. Canada. Yoshiaki, T., dan Masatake, N. 2001. Oligostilbenes from vitaceaous plants. Trends in Heterocyclic Chemistry. 7. 41-54. Yusnelti, Valentina Adimurti K. 2010. Isolasi senyawa-senyawa aktif dan uji aktivitas antibakteri, antioksidan dan antikanker dari tumbuhan Langka (Shorea sumatrana, Sym). Laporan penelitian Unja Zhang, Y., Seeram, N.P., Lee, R., Feng L ., Heber, D. 2008. Isolation and Identivication of Strawberry Phenolics with Antioksidant and Human Cancer Cell Antiproliferative Properties. Agric. Food Chem. 56 (3): 670675.