PRASARANA WILAYAH DAN KOTA IIIPAL KAMPOENG BATIK LAWEYAN
PRASARANA WILAYAH DAN KOTA II
IPAL KAMPOENG BATIK LAWEYAN
Erlana Citra – Sri Murdiati Rin Permata Sari 3
INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)
BANDAR KABANARAN KAMPOENG BATIK LAWEYAN
Profil IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Laweyan
Kampoeng Batik Laweyan adalah salah satu kawasan industri batik di Kota Surakarta yang juga merupakan kawasan wisata. Di kawasan ini, produksi batik sudah merupakan usaha yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Kurang lebih sekitar industri besar maupun kecil batik melakukan berbagai jenis usaha batik di kawasan yang masih kental dengan suasana tradisional. Saat ini, Kampoeng Batik Laweyan menjadi salah satu kawasan yang sedang ditingkatkan potensinya, baik dari segi ekonomi maupun pariwisata. Lokasi kampoeng laweyan sendiri berada di dalam kecamatan laweyan.
Gambar 1.01: Peta Kota Solo
Sumber: Wikimedia.org
Gambar 1.02: Peta Laweyan
Sumber: Dokumen kondisi Laweyan Ibu Wiwik(Dosen Arsitektur UNS)
Dalam rangka mendukung peningkatan potensi-potensi tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Jakarta, Badan Pengelolaan dan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup (Bappedal) Propinsi Jawa Tengah, Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Surakarta didukung oleh Deutsche Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH dalam kerangka kerjasama teknis Program Lingkungan Hidup Indonesia – Jerman (ProLH) bersama-sama dengan industri yang ada di Kampoeng Batik Laweyan membangun kemitraan bersama. Program "Upaya Pengendalian Pencemaran Air Terpadu" dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja lingkungan dengan berkurangnya intensitas buangan air limbahnya sekaligus meningkatkan kinerja ekonomi dan social di Kampoeng Batik Laweyan. Program ini adalah program mengintegrasikan 2 pendekatan yaitu pendekatan Produksi Bersih dan Pengolahan Air Limbah. Dengan pola pendekatan yang berbeda, integrasi dan sinergitas kedua pendekatan ini diharapkan dapat memberikan hasil yang optimal. Penerapan produksi bersih dimulai dengan mengadakan pelatihan-pelatihan produksi bersih yaitu:
Tata Kelola yang Apik (Good Housekeeping)
Bertujuan agar industri dapat mengoptimumkan konsumsi bahan baku, air, energi serta menurunkan jumlah limbahnya dan mengelola pemakaian bahan agar tidak menimbulkan resiko kesehatan bagi pekerjanya maupun resiko ,lingkungan sekitarnya.
Pengelolaan Biaya Berorientasi Lingkungan (Environment Oriented Cost Management)
Bertujuan agar industri dapat mengelola biaya yang dikeluarkannya untuk optimisasi biaya produksi.
Pengelolaan Bahan Kimia (Chemical Management)
Bertujuan agar industri dapat mengelola pemakaian, penyimpanan, dan pembuangan bahan kimia dengan benar.
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang digunakan di Kampung Batik Laweyan merupakan IPAL yang digunakan secara bersama-sama (komunal) oleh beberapa industri kecil batik yang berada di kawasan ini. Kegiatan pengolahan air limbah ini terdiri dari seleksi UKM, pemilihan teknologi IPAL, pembentukan badan pengelola dan pelaksana, penyusunan rencana kerja para pengusaha, penyusunan DED dan RAB, penyusunan skema kontribusi pelaksanaan konstruksi IPAL, pelatihan pengoperasian dan perawatan serta pendampingan dalam pengoperasian dan perawatan. Kriteria yang digunakan dalam pemilihan teknologi IPAL, antara lain:
Kapasitas volume yang memadai
Mudah untuk dikelola (pengoperasian dan pemeliharaan)
Biaya operasional dan perawatan yang murah
Memiliki potensi untuk diterapkan ulang di tempat lain
Sesuai dengan ketersediaan lokasi tempat IPAL dibangun yang memadai
Instalasi Pengolahan Air Limbah ini diresmikan pada tanggal 18 Maret 2008 oleh Ir. H. Joko Widodo yang pada saat itu menjabat sebagai walikota Kota Surakarta dengan bantuan dana dari Jerman sebagai upaya pengendalian pencemaran air terpadu pada segmen terpilih Bengawan Solo.
Gambar 1.03 : Bukti Peresmian IPAL Laweyan
Sumber : dokumen pribadi
Dengan instalasi pengolahan limbah ini, perajin batik di Laweyan didorong untuk melakukan pendekatan produksi bersih (eko-efisiensi) dalam produksi UKM Batik. IPAL yang digunakan di Kampoeng Batik Laweyan merupakan IPAL yang digunakan secara bersma-sama (komunal) oleh beberapa industri batik yang berada di kawasan tersebut.
Struktur Organisasi Badan/Institusi Pengelola IPAL
Untuk menjalankan atau mengoperasikan, merawat dan memperbaiki, serta mengelola administrasi pelanggan dan keuangan, diperlukan sebuah institusi atau badan yang mengelola IPAL. Institusi Atau badan pengelola bersifat mandiri atau memiliki rumah tangga sendiri, dalam pengelolaan sumber keuangan dan membelanjakan sesuai dengan rencana anggaran yang telah ditetapkan. Anggaran disusun berdasar kebutuhan operasional dan perawatan IPAL serta kebutuhan untuk pengembangan.
Pengelolaan keuangan menggunakan standart manajemen keuangan dan menganut prinsip acountabilitas dan transparansi, semua transaksi (pemasukan dan pengeluaran) disertai bukti dan dicatat dalam pembukuan. Adapun jenis instrumen administrasi yang diperlukan yaitu : Kartu anggota pelanggan dan catatan pemakaian; Buku bulanan pelanggan dan catatan pemakaian; Buku kas; dan Buku Tabungan atau rekening.
Seperti yang diketahui bahwa IPAL Laweyan ini merupakan IPAL yang berdiri atas kepedulian dari masyarakat sendiri maka kepengurusan nya juga berasal dari masyarakat sendiri yang sebelumnya diwadahi dalam paguyuban pengrajin batik Kampoeng Batik Laweyan. Susunan pengurus Institusi/Badan Pengelola IPAL Kampoeng Batik Laweyan terdiri atas: ketua, sekretaris, bendahara dan beberapa seksi. Namun untuk sekertaris disini tidak ada, tugas sekertaris telah dirangkap oleh bendahara. Pengurus Institusi/Badan Pengelola Kampoeng Batik Laweyan merupakan relawan karena minat dan kepeduliannya, dan dalam pelayanan operasional sehari-harinya mengangkat beberapa tenaga kerja yang diberi honor, antara lain tenaga operator dan tenaga administrasi (seksi pelaksana).
Struktur Institusi/Badan Pengelola IPAL Kampoeng Batik Laweyan
Ketua : Bpk. Hary C. Hadi
Wakil Ketua : Bpk. Achmad Arif Yulianto, ST
Bendahara : Bpk. Sardjono
Sekretaris : -
Seksi Pelaksana(seksi IPAL) : Bpk. Sumarno Hadi Wardoyo
Sistem Pengolahan IPAL
Teknologi yang dipakai di IPAL Laweyan adalah teknologi DEWATS-Plus. Teknologi DEWATS-Plus merupakan pengembangan dari teknologi DEWATS yang didesain untuk pengolahan limbah batik dan printing kalangan UKM (usaha kecil dan menengah) seperti di kampoeng Laweyan ini sendiri. Sedangkan teknologi DEWATS adalah suatu sistem pengolahan limbah cair secara terdesentralisasi, terdiri dari modul-modul pengolahan yang sesuai untuk aplikasi dan desiminasi yang mudah dalam pengoperasian dan perawatan nya. Teknologi DEWATS dikembangkan oleh lembaga pengembangan teknologi pedesaan (LPTP) Surakarta, teruji untuk pengolahan air limbah organik dan sanitasi yang berbasis pada masyarakat. Teknologi DEWATS ini banyak diaplikasikan sebagai sebagai pengolahan limbah peternakan, industri pengolahan makanan, limbah domestik(sanimas), limbah rumah sakit dan hotel.
Konsep teknologi DEWATS-Plus memanfaatkan energi gravitasi secara bejana berhubungan dengan proses biologis, yang tidak perlu input energi listrik dan bahan kimia. Penggunaan teknologi DEWATS-Plus ini memiliki beberapa kelebihan yaitu mudah dioperasionalkan dan mudah perawatan serta murah (low maintance).
Teknologi DEWATS-Plus seperti yang diterapkan dalam IPAL Laweyan adalah sebuah sistem, merupakan interaksi dan interdependensi diantara subsistem mempunyai kedudukan yang sama pentingnya dengan kedudukan komponen-komponen secara individual. Sebuah sistem sebagai suatu seri interelasi dan interdependensi begian-bagian sehingga sehingga interaksi atau saling pengaruh mempengaruhi setiap bagian akan mempengaruhi keseluruhan.
Bekerjanya seluruh komponen atau sub sistem tersebut akan menjamin keberlangsungan dan keberhasilan dalam mengatasi permasalahan limbah batik, yang secara ringkas digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.01 : Denah Jaringan IPAL Komunal Laweyan
Sumber : dokumen pribadi
Secara ringkas penjelasan dari gambar diatas adalah : limbah cair batik ditampung di bak penampungan air limbah di masing-masing pabrik dialirkan melalui scum trap yang diukur volumenya. Setelah melalui instrumentasi air limbah dialirkan ke dalam saluran jaringan air limbah. Dalam jarak tertentu, di dalam saluran jaringan air limbah dibangun bak kontrol serta di dua titik persimpangan dipasang bak intake yang sekaligus berfungsi sebagai scum trap.
Setelah melewati scum trap air limbah ditampung pada bak equalisasi aerob, melalui pipa disalurkan ke dalam bak equalisasi anaerob, dan sedimentasi dan netralisasi/septictank. Dari bak septictank, air limbah masuk ke bak buffle reaktor. Di dalam bak septictank sudah terjadi proses pengendapan(sedimentasi) awal, netralisasi dan proses homogenitas dari limbah yang berasal dari limbah beberapa pabrik.
Air limbah mengalir masuk ke dalam bak buffle reaktor sebagai bak utama untuk proses dekomposisi air limbah. Di dalam buffle reaktor dipasang media penambat tempat berbiaknya mikroba. Setelah diproses pada bak buffle reaktor air limbah menuju bak anaerobic stabilisasi dan ke anaerob filter diabsorb dalam kolam aerob. Kemudian out put dari proses instalasi limbah ini adalah air yang dianggap tidak lagi berbahaya (paling tidak berkurang) kandungan bahaya kimiawinya. Output itu langsung disalurkan pipa dari tabung oksigen ke sungai Laweyan. Namun, sebagian besar pengrajin di sekitar Kampoeng Laweyan itu masih membuang limbahnya langsung ke sungai, tanpa ada proses instalasi pengolahan. Pengurasan pada bak sedimentasi, buffle rekator dan anaerobic filter direncanakan 1-2 tahun sekali. Kolam kontrol juga untuk sampel air limbah.
Penjelasan diatas merupakan sistem yang terdapat pada buku pengelolaan IPAL Laweyan. Sedangkan jika dilihat dari peletakan serta sistem kerja yang kami amati dilapangan terdapat beberapa perbedaan, maka sistem dari IPAL Laweyan adalah sebagai berikut :
Gambar 3.02 : Sistem Pengolahan Limbah Pada IPAL Laweyan
Sumber : dokumen pribadi
Dengan keterangan bahwa angka-angka dalam gambar tersebut merupakan simbologi untuk :
1 : Industri pengrajin batik
Ada 9 industri pengrajin batik yang mengalirkan limbah nya ke IPAL ini untuk nantinya diolah.
2 : Pipa saluran air limbah 4"
Dalam pengaliran air limbah dari tiap-tiap pabrik masih menggunakan pipa yang berukuran Ø 4" .
3 : Pipa saluran air limbah 6"
Baru setelah memasuki sistem IPAL, semua pipa menggunakan yang berukuran Ø 6".
4 : Bak kontrol
Dari air limbah tiap industri karena jaraknya jauh dengan bak intek maka agar tetap lancar saluran limbah cair nya maka diberi 2 bak kontrol sebelum bak intek yang berfungsi mengontrol jika ada sedimentasi ataupun sumbatan lain nya. Bak ini berukuran sekitar 0,5 m X 0,5 m. (foto terlampir)
5 : Bak intake
Bak intake disini berbentuk lingkaran dengan diameter 2 meter dan kedalaman 1,5 meter. Bak ini difungsikan sebagai penampungan sebelum masuk kedalam komponen bangunan IPAL. (foto terlampir)
6 : Equalisasi aerob
Berupa kolam persegi panjang berukuran 2 meter X 4 meter
7 : Pipa persimpangan
Pipa ini berbentuk "T" sehingga sewaktu-waktu bisa dibuka ujung nya agar mempermudah dalam pengurasan. Jika tidak dikuras maka bagian ujung ditutup sehingga limbah tetap mengalir dari bagian equalisasi aerob ke pengolah primer sedimentasi. (foto terlampir)
8 : Pengolah primer sedimentasi
Terdapat 5 ruang/kotak yang berbentuk seperti berikut, sehingga tiap air yang masuk tiap ruang bagian bawah melalui pipa hanya bisa naik melalui lubang-lubang yang ada di layer dan kemudian semakin naik dan melalui pipa masuk ke ruang bagian bawah di ruang selanjutnya yang total nya ada 5 ruang dengan kedalaman 2 meter .
Gambar 3.03 : Kotak Pengolah Primer SedimentasiSumber : dokumen pribadi
Gambar 3.03 : Kotak Pengolah Primer Sedimentasi
Sumber : dokumen pribadi
9 : Equalisasi anaerob dan netralisasi model septitack serta pengolah sekunder anaerob model buffel reaktor
Terdapat 10 kotak berbentuk persegi dengan kedalaman 2 meter, tiap kotak terdapat sekat-sekat. Di dalam bak ini setiap bulan nya diberi pur sebanyak 5 kilo untuk bahan makan para bakteri yang ada didalam kotak yang berasal dari tinja pada saat awal pembuatan ipal serta dari kamar mandi yang ada di IPAL tersebut. (foto terlampir)
10 : Kamar mandi
Kamar mandi ini nantinya memproduksi tinja dan langsung dialirkan dalam kotak equalisasi anaerob yang mana bakteri dalam tinja difungsikan untuk menguraikan zat-zat kimia yang terkandung didalam limbah.
11 : Pengolah tersier anaerob stabilisasi dan pengolah tersier anaerob dengan model media filter alufial
Ini berupa 4 kotak yang didalam nya terdapat batu untuk menyaring serta pengendapan limbah dengan kedalaman 2 meter.
12 : Pengolah sekunder aerob/filter absorbsion karbon aktif
Berupa kolam berukuran 2 meter X 2 meter dengan kedalaman 2 meter yang didalam nya terdapat 20 karung berisi batok arang dan batu yang berfungsi sebagai filter. (foto terlampir)
13 : Pengolahan tersier aerasi dengan model kolam nabati
Kolam ini berukuran 2 meter X 4 meter dengan kedalaman 2 meter, seharusnya berisi tumbuhan air untuk menyerap zat-zat kimia yang masih terkandung dalam limbah, namun di kolam ini tidak dijumpai tumbuhan apapun.
14 : Bak kontrol
Bak ini berukuran 2 meter X 1 meter dengan kedalaman 2 meter yang merupakan tempat untuk mengontrol/penampungan sebelum limbah dibuang langsung ke sungai.
15 : Pipa pembuangan
Dari bak kontrol limbah langsung dialirkan ke sungai kali jenes untuk pembuangan nya.
16 : Sungai kali ngengas
Selain itu dalam sistem IPAL ini sendiri terdapat komponen bangunannya. Komponen bangunan teknologi pada IPAL Laweyan terdiri dari beberapa bangunan diantara nya adalah :
Equalisasi aerob
Proses homogenitas air limbah
Antisipasi terjadinya fluktuasi volume air limbah
Memisahkan partikel/komponen besar, malam, minyak atau lemak
Tempat pengambilan sampel yang belum diolah
Equalisasi anaerob
Memasukkan nutrient (tinja)
Menumbuhkan proses homogenitas
Konstruksi bangunan tertutup agar tidak bau
Pengolah primer sedimentasi/netralisasi model septictank
Untuk pengendapan serta stabilisasi dalam proses anaerob melalui 4 ruang
Ruang I : berfungsi untuk memisahkan tiga bagian air limbah. Bagian atas berbentuk busa, bagian tengah supermatan yaitu limbah yang dialirkan pada bak selanjutnya, lumpur yang berat jenisnya lebih besar secara perlahan mengendap pada bagian bawah.
Ruang II : menampung supernatan aliran dari ruang I berfungsi sama dengan ruang I, besaran lumpur dan busa sudah berkurang, dan seterusnya hingga melalui ruang III dan IV.
Proses pada septictank berlangsung tanpa udara/oksigen (anaerob) atau ruangan tertutup, sehingga bakteri anaerob tumbuh dan berkembangbiak.
Penguraian karbohidrat, lemak dan protein oleh mikro-organisme anaerob dapat menghasilkan produk CO2, NH3, H2S, CH4.
Kecepatan aliran uplift kurang dari 2 m/jam
Penanganan lumpur dengan penyedot lumpur pada periode tertentu melalui man hole dialirkan menuju bak pengering lumpur (drying-bad)
Pengolah sekunder anaerob model buffel reaktor
Proses sedimentasi padatan
Proses pencernaan anaerobik larutan padatan melalui kontak lumpur
Proses pencernaan anaerobik (fermentasi) lumpur bagian bawah
Proses sedimentasi bahan mineral (stabilisasi)
Kecepatan aliran uplift kurang dari 2 m/jam
Penguraian karbohidrat, lemak dan protein oleh mikro-organisme anaerob dapat menghasilkan produk CO2, NH3, H2S, CH4
Di dalamnya dipasang batu volkanik dan filter polyuretan media penambat mikroorganisme anaerob tidak mudah hanyut namun mudah berbiak
Periode tertentu (28 hari) bakteri akan mati dan diganti oleh generasi baru berikutnya
Bagian atas bangunan dipasang man hole untuk menyedot lumpur dan perawatan
Pengolah tersier anaerob stabilisasi
Tahap lanjutan dari buffle reaktor sebagai pengendapan
Stabilisasi dari reaktor sebelumnya
Bagian atas bangunan dipasang man hole untuk menyedot lumpur dan perawatan
Pengolah tersier anaerob dengan model media filter alufial
Didalamnya berisi media batu berpori untuk penambat bakteri yang memakan limbah yang tak terolah pada reaktor sebelumnya
Bagian atas bangunan dipasang man hole untuk menyedot lumpur dan perawatan
Material AF (alufial filter) tersebut dapat diperoleh dari batuan gunung merapi
Pengolah sekunder aerob/filter absorbsian karbon aktif
Sebagai filter terbuka menjadi kontak dengan udara
Media filter menggunakan ijuk dan karbon aktif untuk absorb diserapnya zat warna atau kimiawi terlepas dari mengurangi bau
Pengolah tersier aerasi dengan model kolam nabati
Proses kontak udara dengan air limbah setelah melalui proses sebelumnya
Untuk aerasi ditanami tumbuhan air (enceg gondok, teratai atau tanaman sejenis yang menghasilkan oksigen) dan untuk mengikat sebagian logam berat yang tersisa
Bak kontrol akhir
Untuk menguji kualitas hasil akhir dari proses pengolahan limbah
Sebagai indikator pada kolam ini dipelihara ikan
Untuk mengambil sampel air limbah setelah diolah
Bak pengering lumpur/drying-bed
Bangunan ini diperuntukkan menampung lumpur dari masing-masing rekator penghasil lumpur untuk dikeringkan dengan bantuan panas matahari. Bangunan ini dilengkapi dengan drain pada setiap level ketinggian yang dapat memudahkan pengeringan. Secara berkala lumpur pada bak pengering di ambil sampel untuk uji laboratorium.
Untuk komponen bangunan IPAL Laweyan jika dibuat alurnya adalah sebagai berikut,
2. 1.
2.
1.
3.
3.
1 : Equalisasi aerob2 : Pengolah primer sedimentasi3 : Equalisasi anaerob dan netralisasi model septitack serta pengolah sekunder anaerob model buffel reaktor4 : Pengolah tersier anaerob stabilisasi dan pengolah tersier anaerob dengan model media filter alufial5 : Pengolah sekunder aerob/filter absorbsion karbon aktif, pengolahan tersier aerasi dengan model kolam nabati, dan bak kontrol
1 : Equalisasi aerob
2 : Pengolah primer sedimentasi
3 : Equalisasi anaerob dan netralisasi model septitack serta pengolah sekunder anaerob model buffel reaktor
4 : Pengolah tersier anaerob stabilisasi dan pengolah tersier anaerob dengan model media filter alufial
5 : Pengolah sekunder aerob/filter absorbsion karbon aktif, pengolahan tersier aerasi dengan model kolam nabati, dan bak kontrol
5. 4.
5.
4.
Gambar 3.04 : Alur Komponen Bangunan Teknologi IPAL Laweyan
Sumber : dokumen pribadi
Asal Limbah
Terdapat kurang lebih 87 industri pengrajin batik yang tersebar di kecamatan Laweyan yaitu di bagian barat, timur, tengah. 87 industri tersebut adalah :
No
Nama Perusahaan
Jenis Usaha
1
Batik Cahaya Putra
Produksi batik dan showroom
2
Batik Putra Laweyan
Produksi batik dan showroom
3
Batik Sidoluhur
Konveksi batik dan showroom
4
Batik Adityan
Produksi batik dan showroom
5
Batik RIN
Jasa konveksi
6
Batik Wanto
Jasa konveksi
7
Batik Sri Nurlan
Produksi batik
8
Batik Santika
Konveksi batik dan showroom
9
Batik Molina
Produksi batik
10
Batik Marin
Rumah mode dan showroom
11
Batik Puspa Kencana
Produksi batik dan showroom
12
Batik Nesa Noer
Showroom
13
Batik Thahaya Baru
Showroom
14
Batik Cempaka
Produksi batik dan showroom
15
Batik Merak Ati
Produksi batik dan showroom
16
Batik Nugraha
Showroom
17
Batik Gres Tenan
Produksi batik dan showroom
18
Batik Merak Manis
Produksi batik dan showroom
19
Batik Gunawan Desain
Produksi batik dan showroom
20
Batik Halus
Produksi batik dan showroom
21
Batik Bapak Bandono
Produksi batik
22
Batik Doyohadi
Showroom
23
Batik Rohyani
Produksi batik dan showroom
24
Batik Mahkota
Produksi dan showroom
25
Batik Sentong Ayu
Showroom
26
Batik Luar Biasa
Produksi batik dan showroom
27
Batik Saud Effendi
Produksi batik dan showroom
28
Batik Amelia
Produksi batik dan showroom
29
Batik Surya Pelangi
Produksi batik dan showroom
30
Batik Cattleya
Produksi batik dan showroom
31
Batik Wedelan
Produksi batik dan showroom
32
Batik Putra Bengawan
Produksi batik dan showroom
33
Batik Lor Ing Pasar
Produksi batik dan showroom
34
Batik Adina
Produksi batik dan showroom
35
Batik Laweyan HY
Produksi batik dan showroom
36
Batik Pulau Jawa
Produksi batik dan showroom
37
Batik Tjokosumarto
Produksi batik
38
Batik Multisari
Produksi batik
39
Batik Oke
Produksi batik
40
Batik Purworaharjo
Produksi batik
41
Batik Supriyarso
Produksi batik
42
Batik Setya Budi
Produksi batik
43
Rin Modeste
Konveksi
44
Pardi Collection
Konveksi
45
Edi Collection
Konveksi
46
Marijo Collection
Konveksi
47
KUB Setono
Konveksi
48
KUB Selawe
Konveksi
49
KUB Klaseman
Konveksi
50
Marin
Konveksi dan showroom
51
Batik Putri Solo
Konveksi dan showroom
52
Batik Satrio Luhur
Konveksi dan showroom
53
Batik Anna Colection
Konveksi dan showroom
54
Batik Mustika
Konveksi dan showroom
55
Batik Putro Hadi
Konveksi dan showroom
56
Batik Lawasan
Konveksi dan showroom
57
Dewi Collection
Konveksi dan showroom
58
Batik Sri Nurlan
Showroom
59
Batik Nugraha
Showroom
60
Batik Candi Kencana
Showroom
61
Batik Farhan
Showroom
62
Batik Kencana Murni
Showroom
63
Batik Ivy
Showroom
64
Batik Sindjang SG
Showroom
65
Batik Putra Pelangi
Showroom
66
Batik Griya Pendapi
Showroom
67
Batik Mbah Zaini
Showroom
68
Batik Galeri Merpati
Showroom
69
Batik 75
Showroom
70
Batik Qisti
Showroom
71
Batik Tiga Negri
Showroom
72
Batik Sidomurti
Showroom
73
Batik Lili Hanifah
Showroom
74
Batik Doyohadi
Showroom
75
Batik Sidomulyo
Showroom
76
Batik Damayanti
Showroom
77
Batik Dandan
Showroom
78
Batik Kanaya
Showroom
79
KUB Laweyan Art
Cinderamata
80
Anglo Art
Cinderamata
81
Suyadi Art
Cinderamata
82
Basiran Blangkon
Cinderamata
83
Batik Mustika
Cinderamata
84
UI & Fa wood
Cinderamata
85
Wiryono Gallery
Cinderamata
86
Dipta
Cinderamata
87
Batik CiptaAsri
Cinderamata
Yang tersebar di kampoeng Laweyan seperti dalam peta ini :
Gambar 4.01 : Persebaran Industri Batik Di Kampung LaweyanSumber : brosur "Kampung Batik Laweyan"
Gambar 4.01 : Persebaran Industri Batik Di Kampung Laweyan
Sumber : brosur "Kampung Batik Laweyan"
Pada IPAL ini menggunakan system gravitasi yang mana air limbah mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Laweyan bagian barat dan tengah cenderung memiliki kontur yang tinggi, maka atas dasar itulah limbah yang berasal dari Laweyan bagian barat dan tengah dapat ditampung dan diolah di system IPAL tersebut dengan menggunakan peralatan yang cenderung masih konvensional. Sedangkan untuk limbah industri batik yang berasal dari Laweyan bagian timur tidak dapat disalurkan ke sistem pengolahan limbah IPAL Laweyan karena muka tanah yang terlalu rendah menyebabkan air limbah tidak dapat mengalir ke sistem pengolahan IPAL Laweyan tersebut.
IPAL di Laweyan ini memiliki kapasitas penampungan air limbah yang sangat terbatas, tercatat hanya 9 industri batik yang berada di bagian barat dan tengah yang limbahnya bisa dialirkan ke IPAL Laweyan. Kesembilan industri batik tersebut dan lokasinya diantaranya adalah :
Batik Mahkota milik Ir. Alpha Febela Priyatmono (bagian barat)
Batik Puspa Kencana milik H. Achmad Sulaiman (bagian tengah)
Batik Amelia milik Sukarni (bagian tengah)
Batik Gress Tenan milik sardjono (bagian tengah)
Batik Budi milik Gunawan Kurnia Pribadi (bagian tengah)
Batik Surya Pelangi milik Rochyani (bagian tengah)
Batik Cempaka milik Dani Arifmawan W (bagian tengah)
Batik Adina milik Didik Setyadi (bagian tengah)
Batik Suwanto milik Suwanto (bagian tengah)
Kelayakan Baku Mutu
Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa program upaya pengendalian pencemaran air terpadu di Kampoeng Batik Laweyan telah terlaksana atas kerjasama Kementerian Lingkungan Hidup (KLH ) Jakarta, Badan Pengelolaan dan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup (Bappedal) Propinsi Jawa Tengah, Kantor Lingkungan Hidup Kota Surakarta, Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan didukung oleh Deutche Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH, sebagai kerjasama teknis Program Lingkungan Hidup Indonesia Jerman (Pro LH).
Program ini mengintegrasikan 2 pendekatan yaitu pendekatan produksi bersih dan pengelolaan air limbah. Penerapan produksi bersih dilakukan dengan pengusaha batik di Kampoeng Batik Laweyan sebagai subyeknya, langkahnya yaitu pelatihan Tata Kelola yang Apik dan pelatihan penggunaan bahan kimia dengan didampingi konsultan dari GTZ terhadap 3 IKM yang dijadikan percontohan, diharapkan 3 IKM tersebut dapat memberi contoh dari pelatihan kepada IKM lain di Kampoeng Batik Laweyan.
Dari hasil penerapan produksi bersih, volume dan kandungan zat pencemar pada air limbah dapat ditekan. Hingga penelitian ini diakhiri terdapat 11 IKM (Industri Kecil Menengah) batik yang telah menyetujui dengan membuat surat pernyataan kesediaan menerapkan produksi bersih dan pengendalian pencemaran air. Limbah dari 11 IKM batik tersebut dikelola dengan menggunakan instalasi pengelola air limbah (IPAL). Limbah sisa produksi batik dikelola dengan menggunakan teknologi IPAL Decentralized Wastewater Treatment System (DEWATS), dari hasil penelitian teknologi ini dapat mengurangi beban pencemar pada air limbah sebesar 50 %. Air hasil pengolahan akan dialirkan menuju sungai Kabanaran/Premulung. Air yang dihasilkan dari proses pengolahan air limbah IKM tersebut dapat digolongkan sebagai air limbah. Sebelum dialirkan bebas, air limbah perlu lebih dahulu diuji kualitasnya. Pengujian terhadap mutu dan kualitas dari air limbah IKM batik dilakukan dengan mendasarkan ketentuan yang berlaku. Untuk air limbah yang dihasilkan IKM batik berlaku ketentuan dalam Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah.
Berdasarkan hasil uji yang telah dilakukan pada air limbah dapat dibuktikan air limbah hasil pengolahan pada IPAL Laweyan masih melampaui baku mutu yang disyaratkan dalam Perda Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004. Ini dapat diartikan sebagai suatu pelanggaran terhadap lingkungan yang mana dapat dijatuhi sanksi baik sanksi pidana maupun sanksi administrasi sesuai dengan Pasal 19 ayat (3) Perda Kota Surakarta Nomor 2 tahun 2006 tentang Pengendalian Lingkungan hidup kepada IKM Kampoeng Batik Laweyan yang tidak mau atau tidak sungguh-sungguh menerapkan produksi bersih dan pengendalian pencemaran air.
Masalah yang terdapat pada IPAL Laweyan
Masyarakat kerap kali harus menahan napas setiap melewati bantaran Kali Jenes, terutama yang membelah Kampung Kidul Pasar Laweyan. Pasalnya, dari aliran anak sungai Bengawan Solo tersebut tercium bau sangat menyengat. Bau menusuk hidung itu lantaran di kali tersebut terdapat banyak limbah yang berasal dari zat pewarna kain batik. Dikarenakan banyak saluran pengolahan limbah milik perajin batik tidak berfungsi maksimal. Limbah batik mencemari Kali Jenes setiap hari mengalir cukup deras dari paralon-paralon penyaringan sampah milik pengusaha batik lokal. Bahkan ada pula limbah batik yang dibuang secara langsung oleh produsen batik ke Kali Jenes. Sayangnya saat ini, kondisi IPAL tampak kurang terawat serta efisiensi pemanfaatannya tampak kurang maksimal. Masih dibutuhkan penyadaran dan kampanye kepada para perajin batik Laweyan dan kampung sekitarnya untuk mengurangi bahan pewarna kimia dan mengelola zat-zat kimia dalam pewarna secara lebih hati-hati.
Selain itu IPAL ini masih memiliki kapasitas yang terbatas, sehingga banyak industri-industri yang tidak dapat mengalirkan limbahnya ke IPAL ini, dan mereka langsung membuang nya ke sungai karna tidak memiliki alat untuk mengolahnya.
Teknologi yang dipakai di IPAL Laweyan ini masih termasuk bersifat konvensional sehingga kadar Limbah walaupun mengalami beberapa proses penyaringan kadar kejernihannya masih sekitar 70%(menurut sumber wawancara) sedangkan menurut sumber dari artikel dan penelitian-penelitian mahasiswa limbah yang telah diolah oleh IPAL ini kandungan nya masih dibawah baku mutu untuk dapat dialirkan ke sungai.
Solusi Penyelesaian Masalah
Meskipun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sudah dibangun di kawasan Kampoeng Batik Laweyan pada tahun 2008, upaya ini masih kurang optimal. Setidaknya di kawasan tersebut membutuhkan dua lokasi IPAL. Hanya saja tidak mudah untuk membuat IPAL di lokasi Kampung Batik Laweyan. Hal itu dikarenakan masalah pendanaan dan lokasi lahan yang terbatas. Dua hal itulah yang membuat pembuatan IPAL yang masih sangat jauh untuk direalisasikan.
Pembangunan IPAL di kawasan sentra industri batik ini butuh campur tangan dari pihak Pemerintah Kota Surakarta. Terutama dalam penyediaan anggaran. Pasalnya, untuk membangun IPAL di kawasan Laweyan tidaklah dengan anggaran keci. Terlebih jika harus membebaskan lahan yang dibutuhkan untuk membangun saluran-saluran IPAL tersebut. Masalah anggaran menjadi kendala yang sangat berpengaruh, maka penyelesaian masalah ini harus diambil alih oleh pemerintah. Pemerintahlah yang membiayai pembangunan IPAL yang ideal dan memenuhi standar baku mutu lingkungan di kawasan ini. Pengolahan limbah batik agar lebih ramah lingkungan harus menjadi perhatian bersama. Perlu perhatian dan kerjasama semua pihak, baik Kabupaten atau Kota yang berbatasan dengan Kota Surakarta, serta pemerintah pusat untuk mencari solusi bersama mengelola limbah batik lebih ramah lingkungan.
LAMPIRAN FOTO SURVEI
Pipa persimpangan Equalisasi anaerob
Bak Kontrol Filter Absorbsion Karbon Aktif
Sumber Informasi (Bpk Sumarno) Bak Intake
Seksi Pelaksana