DETAIL ENGINEERING DESIGN AIR LIMBAH ZONA 1 KAB. LOMBOK TIMUR
STANDAR OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN IPAL
1.
UMUM Operasi dan pemeliharaan dilakukan dengan tujuan agar unit-unit pengolahan
dapat berfungsi optimal dan mempunyai efisiensi pengolahan seperti yang diharapkan sehingga dapat menghasilkan efluen air limbah memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan instalasi penting dengan tujuan : • kinerja masing-masing unit optimal sehingga instalasi dapat terus beroperasi • meminimalisasi biaya perbaikan unit • tidak mengganggu lingkungan sekitar. Upaya operasi dan pemeliharaan dilakukan dengan kegiatan dasar seperti pengukuran debit aliran, sampling, pengujian laboratorium dan pencatatan. Evaluasi terhadap debit dilakukan untuk memeriksa akurasi peralatan pengukuran yang digunakan pada instalasi. Prosedur sampling ditinjau melalui penentuan frekuensi pengambilan sampel, lokasi pengambilan serta pengawetan yang tepat. Sedangkan pencatatan dilakukan melalui pendokumentasian yang rinci mengenai fasilitas fisik, operasi, pemeliharaan, persyaratan administrasi dan kepegawaian. Pada pemeriksaan kinerja instalasi, teknisi perlu mengamati sampel, laju debit dan hasil analisa laboratorium. Evaluasi instalasi pengolahan air limbah dilakukan melalui pengujian tiap unit proses maupun unit operasi. Hal ini dilakukan dengan meneliti mekanisme operasi unit dan fungsi tiap unit pada instalasi tersebut. Adapun rangkain unit IPAL Zona 1 Kab. Lombok Timur meliputi : 1) Jaringan Peripaan (pipa, mahole dan grasetrap) 2) Bak Settler 3) Bak Anaerated Baffled Reaktor 4) Bak Anaerobic Filter
CV. SINGAJAYA KONSULTAN
1
DETAIL ENGINEERING DESIGN AIR LIMBAH ZONA 1 KAB. LOMBOK TIMUR
5) Bak Stabilisasi 6) Kolam Wetland 7) Kolam Indikator
Gambar 1. Layout IPAL Zona 1 Kab. Lombok Timur
2.
KETENTUAN UMUM Ketentuan umum yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut : - di instalasi dilengkapi dengan gambar bangunan - setiap peralatan harus dilengkapi katalog dan daftar operasi dan pemeliharaan - air limbah yang diolah adalah limbah domestik - tersedia influen air limbah - tersedia fasilitas penyediaan air bersih yang memadai - telah diuji coba terhadap pengaliran air (profil hidrolis) dan kebocoran - ada penanggung jawab pengolah air limbah yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang - tersedia biaya pengolahan yang dialokasikan pada institusi pengelola
CV. SINGAJAYA KONSULTAN
2
DETAIL ENGINEERING DESIGN AIR LIMBAH ZONA 1 KAB. LOMBOK TIMUR
- kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan IPAL harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundangan pengolahan air limbah dan ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja.
3.
Pengoperasian Unit IPAL
3.1. Sistem Jaringan Perpipaan Kegiatan operasional Sistem jaringan air limbah bertujuan agar proses penyaluran air limbah dari sumber dapat mengalir sampai Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dapat berjalan sesuai prosedur dan ketentuan teknis yang sudah ditentukan. Sistem jaringann perpipaan ini terdiri dari pipa air limbah, manhole dan bak perangkap lemak (Grease Trap). 3.1.1. Persiapan Awal 1. Updating gambar sistem jaringan pipa yang menunjukkan arah aliran, lokasi dan tata letak manhole, sambungan rumah dan fasilitas lainnya, serta kemiringan pipa. 2. Inventarisasi bagian-bagian jalur pipa yang sering mengalami gangguan. 3. Analis dan pengecekan tingkat keberhasilan perbaikan-perbaikan yang telah dilaksanakan. 4. Pemutahiran data melalui as build drawing yang ada dan survey identifikasi kemungkinan titik-titik yang sering menimbulkan permasalahan, semuanya diplot dalam peta dan diprogramkan dalam suatu jadwal pemelihara rutin.
3.1.2. SOP Pemeliharaan 1. Pengecekan atau pengawasan kondisi pipa melalui manhole 2. Periksa setiap bak kontrol atau manhole pada system perpipaan 1 minggu sekali dan buang limbah padat dan kotoran yang mengapung 3. Jika tidak ada aliran air dalam bak kontrol, mungkin pipa tersumbat atau rusak - hentikan kegiatan di rumah buka pemipaan, - minta tukang untuk memperbaiki kerusakan
CV. SINGAJAYA KONSULTAN
3
DETAIL ENGINEERING DESIGN AIR LIMBAH ZONA 1 KAB. LOMBOK TIMUR
4. Jika ada luapan air dari bak kontrol, mungkin pipa tersumbat -
hentikan kegiatan di rumah, segera perbaiki jika ada kerusakan pipa
- Bersihkan pipa dari bak kontrol ke bak kontrol lain - memperbaiki kerusakan secepatnya 5. Semua tutup bak control dan manhole IPAL harus bisa dibuka pada saat pemeliharaan untuk mempermudah pengoperasian dan pemeliharaan. 6. Kumpulkan semua kotoran, masukkan dalam plastic dan buang ke tempat sampah. Buang kotoran padat dan kotoran yang mengapung tepat di bawah dibawah manhole 2 minggu sekali. 7. Lakukan penggelontoran secara berkala atau jika terjadinya penyumbatan pada pipa dengan cara sebagai berikut : a. Dipilih pada waktu
keadaan debit aliran minimum, pada saat kedalaman
renang air limbah tidak cukup untuk membersihkan tinja/endapan-endapan b. Kebutuhan unit bak penggelontor dengan besarnya volume air, sesuai dengan perhitungan perencanaan. c. Melalui pipa lateral air penggelontor dari truk tangki air dapat dimasukkan ke dalam manhole, dengan debit 15 liter/detik, selama (5 -15 ) menit. d. Penggelontoran secara kontinyu dapat dipakai air sungai terdekat, dengan memasukkan debit penggelontoran ke dalam perhitungan dimensi pipa. e. Penggelontoran dengan tangki gelontor dapat dioperasikan secara otomatis, di mana tangki ini dihubungkan ke sistem penyediaan air bersih untuk diisi sekali tiap hari dengan kapasitas tangki + 1 m3 dan/atau 10 % dari kapasitas pipa, atau tergantung pada kemiringan dan diameter pipa. f. Penggelontoran dengan melalui pintu-pintu penyadap yang dipasang pada inlet
dan outlet pipa di setiap bukaan di dalam manhole. Pintu segera dibuka begitu terjadi akumulasi endapan di dalam suatu seksi pipa..
CV. SINGAJAYA KONSULTAN
4
DETAIL ENGINEERING DESIGN AIR LIMBAH ZONA 1 KAB. LOMBOK TIMUR
3.2. Bak Pengendap Awal atau Settler 3.2.1. Prinsip Pengolahan Bak pengendap awal berfungsi untuk mengendapkan atau menghilangkan kotoran padatan tersuspensi yang ada di dalam air limbah. Kotoran atau polutan yang berupa padatan tersuspensi misalnya lumpur anorganik seperti tanah liat akan mengendap di bagian dasar bak pengendap. Kotoran padatan tersebut terutama yang berupa lumpur anorganik tidak dapat terurai secara biologis, dan jika tidak dihilangkan atau diendapkan akan menempel pada permukaan media biofilter sehingga menghambat transfer oksigen ke dalam lapisan biofilm , dan mengakibatkan dapat menurunkan efisiensi pengolahan. 3.2.2. Persiapan Pengoperasian Awal Sebelum melaksanakan operasional Bak Settler, beberapa hal yang perlu dicek adalah sebagai berikut: Bangunan bak Settler telah selesai konstruksinya. Sebelum dioperasikan telah dilakukan uji kebocoran kolam dengan cara mengisi kolam dengan air. Kedalaman telah sesuai dengan desain. Inlet dari bak Settler telah terpasang. Saluran outlet menuju kolam ABR telah terpasang dan slope saluran sudah terpenuhi.
3.2.3. SOP Operasional dan Pemeliharaan 1. Air limbah yang berasal yang bersal dari kegiatan domestic dialirkan ke bak
penampung air limbah atau settler. 2. Pemeriksaan terhadap perpipaan inlet dan outlet dilakukan setiap hari, apabila
ditemukan terjadi penyumbatan segera dilakukan pembersihan oleh operator. 3. Pemeriksaan dan pembersihan manhole antara bak settler dan ABR dilaukan
setiap hari.
CV. SINGAJAYA KONSULTAN
5
DETAIL ENGINEERING DESIGN AIR LIMBAH ZONA 1 KAB. LOMBOK TIMUR
4. Lumpur yang sudah tidak aktif pada bak ABR direncanakan untuk dikuras dua
tahun sekali. Pengurasan lumpur yang tidak aktif dapat dilakukan dengan memompa ke atas melalui shaft pengurasan (pada anaerobic filter) dan melalui manhole (pada sedimentation tanks & baffle reactor). Hanya lumpur yang sudah tidak aktif (berwarna hitam) yang boleh dikuras. Setelah lumpur yang berwarna hitam habis dan lumpur mulai berwarna coklat pengurasan segera dihentikan.
3.3. Anaerated Baffled Reaktor (ABR) 3.3.1. Prinsip Pengolahan ABR menggabungkan proses – proses sedimentasi dengan penguraian lumpur secara parsial dalam kompartemen yang sama, walaupun pada dasarnya hanya meruapakan sauatu kolam sedimentasi tanpa bagian – bagian yang bergerak atau penambahan bahan – bahan kimia. Proses yang terjadi didalam ruang ABR adalah proses pengendapan dan pada ruang – ruang berikutnya terjadi proses penguraian akibat air limbah kontak dengan mikroorganisme. Operasi ABR merupakan operasi reactor kontinu tanpa resirkulasi (sejalan). Setiap kali reactor dimulai, kondisi operasi dan proses dijaga agar selalu konstan. Hal ini dapat dicapai dengan memberikan aliran masuk berupa limbah cair secara konstan dan dengan menjaga kondisi prooses stabil. Hasilnya dalam outflow yang berupa biologi
atau
kimia diperoleh
komposisi
yang konstan.
Hal
yang perlu
mendapatperhatian dalam pengopersian ABR adalah distribusi aliran masuk secara merata dan juga kontak antara substrat yang baru masuk dan yang telah ada didalam reactor.
3.3.2. Persiapan Pengoperasian Awal Sebelum melaksanakan operasional Bak ABR, beberapa hal yang perlu dicek adalah sebagai berikut: Bangunan bak ABR telah selesai konstruksinya. CV. SINGAJAYA KONSULTAN
6
DETAIL ENGINEERING DESIGN AIR LIMBAH ZONA 1 KAB. LOMBOK TIMUR
Sebelum dioperasikan telah dilakukan uji kebocoran kolam dengan cara mengisi kolam dengan air. Kedalaman telah sesuai dengan desain. Inlet dari bak ABR telah terpasang. Saluran outlet menuju kolam anaerobic filter (AF) telah terpasang dan slope saluran sudah terpenuhi.
3.3.3. SOP Operasional dan Pemeliharaan 1. Aliran dari unit Settler berlengsung secara grafitasi 2. Pemeriksaan terhadap perpipaan inlet dan outlet dilakukan setiap hari, apabila ditemukan terjadi penyumbatan segera dilakukan pembersihan oleh operator. 3. Pemeriksaan dan pembersihan manhole antara bak ABR dan AF dilaukan setiap hari. 4. Lumpur yang sudah tidak aktif pada bak ABR direncanakan untuk dikuras dua tahun sekali. Pengurasan lumpur yang tidak aktif dapat dilakukan dengan memompa ke atas melalui shaft pengurasan (pada anaerobic filter). Hanya lumpur yang sudah tidak aktif (berwarna hitam) yang boleh dikuras. Setelah lumpur yang berwarna hitam habis dan lumpur mulai berwarna coklat pengurasan segera dihentikan.
3.4. Anaerobic Filter (AF) 3.4.1. Prinsip Pengolahan Prinsip dari Anaerobik filter adalah melakukan pengolahan untuk padatan yang tidak dapat diendapkan dan yang terlaur, dengan cara membawa pada tersebut untuk kontak dengan masa bakteri aktif. Massa bakteri aktif membutuhkan makanan sehingga bakteri tersebut mencerna materi organik yang terdispersi dan terlarut dalam waktu tinggal (retention time yang singkat.
CV. SINGAJAYA KONSULTAN
7
DETAIL ENGINEERING DESIGN AIR LIMBAH ZONA 1 KAB. LOMBOK TIMUR
Massa bakteri tersebut cenderung melekat pada media filter berupa padatan atau pada dinding reactor, media filter didesain khusus sebagai tempat bakteri melekat atau mengendap. Sehingga air buangan yang masuk ke dalam reactor dapat kontak dengan massa bakteri tersebut secara intensif. Permukaan filter yang kasar menyediakan area yang lebih besar, setidaknya pada fase awal. Selanjutnya bakteri yang tumbuh, membentuk film, di media filter akan menutup lubang – lubang yang kecil dimedia tersebut. Periode start-up sebuah reactor anerobik filter bervariasi antara sampai 9 bulan, tergantung pada jenis substrat dan beban organik.
3.4.2. Persiapan Pengoperasian Awal Sebelum melaksanakan operasional Bak AF, beberapa hal yang perlu dicek adalah sebagai berikut: Bangunan bak AF telah selesai konstruksinya. Sebelum dioperasikan telah dilakukan uji kebocoran kolam dengan cara mengisi kolam dengan air. Periksa media filter telah terpasang sesuai desain rencana Kedalaman telah sesuai dengan desain. Inlet dari bak AF telah terpasang. Saluran outlet menuju kolam stabilisasi telah terpasang dan slope saluran sudah terpenuhi.
3.4.3. SOP Operasional dan Pemeliharaan 1. Aliran dari unit ABR berlangsung secara grafitasi 2. Untuk pengoperasian mulai dari awal operasi (start up) sampai mencapai operasi yang stabil memerlukan waktu pembiakan (sedding) sekitar 4 – 8 minggu. 3. Pertumbuhan mikroba secara fisik dapat dilihat dari lapisan lender atau biofilm yang menempel pada permukaan media.
CV. SINGAJAYA KONSULTAN
8
DETAIL ENGINEERING DESIGN AIR LIMBAH ZONA 1 KAB. LOMBOK TIMUR
4. Pemeriksaan terhadap perpipaan inlet dan outlet dilakukan setiap hari, apabila ditemukan terjadi penyumbatan segera dilakukan pembersihan oleh operator. 5. Pemeriksaan dan pembersihan manhole antara bak ABR dan AF dilakukan setiap hari. 6. Lumpur yang sudah tidak aktif pada bak AF direncanakan untuk dikuras dua tahun sekali. Pengurasan lumpur yang tidak aktif dapat dilakukan dengan memompa ke atas melalui shaft pengurasan (pada anaerobic filter). Hanya lumpur yang sudah tidak aktif (berwarna hitam) yang boleh dikuras. Setelah lumpur yang berwarna hitam habis dan lumpur mulai berwarna coklat pengurasan segera dihentikan. 7. bersihkan filter secara rutin setiap satu tahun sekali, dengan menyemprotkan air pada filter.
3.5. KOLAM STABILISASI 3.5.1. Prinsip Pengolahan Kolam stabilisasi pada IPAL ini bukan merupakan suatu proses pengolahan tetapi merupakan suatu cara / teknik untuk meningkatkan efektivitas dari proses pengolahan selanjutnya. Keluaran dari kolam stabilisasi adalah adalah parameter operasional bagi unit pengolahan selanjutnya seperti flow, level/derajat kandungan polutan, temperatur, padatan, dsb. Kegunaan dari equalisasi adalah : Membagi dan meratakan volume pasokan (influent) untuk masuk pada proses treatment. Meratakan variabel & fluktuasi dari beban organik untuk menghindari shock loading pada sistem pengolahan biologi Meratakan pH untuk meminimalkan kebutuhan chemical pada proses netralisasi. Meratakan kandungan padatan
CV. SINGAJAYA KONSULTAN
9
DETAIL ENGINEERING DESIGN AIR LIMBAH ZONA 1 KAB. LOMBOK TIMUR
3.5.2. Persiapan Pengoperasian Awal Sebelum melaksanakan operasional Bak ABR, beberapa hal yang perlu dicek adalah sebagai berikut: Bangunan kolam stabilisasi telah selesai konstruksinya. Sebelum dioperasikan telah dilakukan uji kebocoran kolam dengan cara mengisi kolam dengan air. Inlet dari bak AF telah terpasang. Saluran outlet menuju kolam wetland telah terpasang dan slope saluran sudah terpenuhi. 3.5.3. SOP Operasional dan Pemeliharaan 1. Aliran dari unit AF berlangsung secara grafitasi. 2. Pemeriksaan terhadap perpipaan inlet dan outlet dilakukan setiap hari, apabila ditemukan terjadi penyumbatan segera dilakukan pembersihan oleh operator 3. Pembersihan permukaan kolam dilakukan setiap hari, apabila ditemukan material padatan (sampah) yang mengapung segera diambil untuk menghindari penyumbatan pipa inlet dan outlet. 4. Pengurasan lumpur 2 tahun sekali, lumpur dipompakan menggunakan slurry pump portable.
3.6. Wetland dan Kolam Indikator 3.6.1. Prinsip Pengolahan Tumbuhan pada unit wetland mempunyai fungsi utama untuk membantu proses penyisihan limbah, selain proses penyisihan limbah pada media gravel.
Bagian
tumbuhan yang mempunyai peran penting tersebut adalah akar tanaman. Untuk itu perlu tata cara tersendiri untuk penanaman tumbuhan pada wetland agar dapat tumbuh pada media gravel dan memastikan penyisihan polutan air limbah bekerja secara optimum. Selain tanaman utama, untuk keperluan estetika akan ditambahankan tanaman hias didalam wetland.
CV. SINGAJAYA KONSULTAN
10
DETAIL ENGINEERING DESIGN AIR LIMBAH ZONA 1 KAB. LOMBOK TIMUR
3.6.2. Pengoperasian Awal A. Persiapan 1.
Lakukan pemeriksaan pada integrasi seluruh struktur wetland, dari kemungkinan retakan yang dapat berakibat pada kebocoran. Jika terjadi kebocoran dikhawatirkan dapat berakibat pada terganggunya proses penyisihan limbah dan kematian pada tanaman.
2.
Persiapkan media gravel dengan ukuran 1/2, 3/5, dan 5/7. basahi media gravel dengan air dan pastikan ukuran gravel tidak tercampur.
3.
Persiapkan tumbuhan utama untuk wetland, yaitu Iris.Sp. Tanaman harus tumbuh dan tersedia pada media tanam asli dari produsen tanaman. Pastikan tanaman berada pada keadaan sehat dan tidak layu.
B. Peletakan tanaman dan media gravel 1.
Lepaskan
tanaman
dari
pot/plastik
tempat
media
tanam.
Jangan
membersihkan tanah/ media tanam yang menempel pada tanaman, tanah asli ini akan menyediakan nutrisi sementara untuk pertumbuhan tanaman sebelum nutrisi tambahan dipasok oleh air limbah. 2.
Peletakan tanaman pada wetland dapat mengacu pada gambar denah spesifikasi peletakan tanaman yang disediakan oleh konsultan. Sebelum diisi media, tumbuhan canna dan umbrella plant diletakkan pada wetland sesuai dengan jarak dan area yang telah ditentukan pada gambar teknis tersebut. Pastikan media tanam/ tanah asli dan akar tanaman menyentuh lantai dasar wetland.
3.
Tutup akar tanaman dengan media gravel ukuran 1/2 dengan perlahan, hindari jangan sampai tanaman patah. Teruskan sampai seluruh akar canna dan umbrella plant tertutup gravel dan tanaman dapat berdiri dengan stabil, kedalaman media tanam gravel ½ sampai 0.5 meter dari dasare wetland.
CV. SINGAJAYA KONSULTAN
11
DETAIL ENGINEERING DESIGN AIR LIMBAH ZONA 1 KAB. LOMBOK TIMUR
4.
Masukkan media gravel ukuran 3/5 pada zona inlet dan outlet wetland. Media ini dimasukkan sampai 0,5 m dari dasar wetland. Pastikan sebaran gravel telah homogen dan merata.
5.
Tutup permukaan media gravel pada wetland dengan gravel ukuran 5/7. Lakukan dengan hati – hati agar tanaman tidak patah. Lakukan sampai kedalaman 0.5 m dari batas media gravel atau sampai 15 cm dari batas dinding atas wetland.
6.
Lakukan penanaman tanaman hias untuk melengkapi segi estetika wetland.
7.
Alirkan limbah ke dalam wetland.
1.7.2. Operasional dan Pemeliharaan Wetland Lakukan perawatan wetland dengan menyirami tanaman, terutama tanaman hias. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari. Lakukan penggantian tanaman jika terdapat canna atau umbrella plant yang mati.
CV. SINGAJAYA KONSULTAN
12