UAS Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah DOSEN: Prof. (Ret) DR. dr. Sugeng Juwono Mardihusodo, M.Sc. DAP.
Disusun oleh : AKBAR TAUFAN NPM 10420023
PROGRAM STUDI PASCA SARJANA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG 2011
INVESTIGASI WABAH FILARIASIS Pendahuluan Filariasis (Philariasis) merupakan penyakit parasit yang juga digolongkan sebagai penyakit menular tropis yang disebabkan oleh cacing bulat (Roundworms) yang termasuk dalam superfamili Filarioidea (juga disebut filariae). Ada 8 jenis nematode filarial yang menggunakan manusia sebagai inangnya. Nematode ini kemudian dibagi kedalam 3 group sesuai dengan bagian dari tubuh yang mereka tempati: lymphatic filariasis , subcutaneous filariasis dan serious cavity filariasis Lymphatic Filariasis disebabkan oleh cacing Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Cacing-cacing ini menempati sistim limfatik (lymphatic system) termasuk kelenjar getah bening dan pada kasus kronis, cacing-cacing tersebut dapat menyebabkan penyakit elephantiasis . Subcutaneous filariasis disebabkan oleh loa-loa (cacing mata asal afrika), Mansonella streptocerca dan Onchocerca volvulus. Cacing cacing tersebut menempati jaringan subkutan pada kulit, pada bagian gemuk. Serous cavity filariasis disebabkan oleh cacing Mansonella perstans dan Mansonella ozzardi yang menempati rongga serosa pada perut. Pada semua kasus, vector yang bertanggungjawab adalah lalat hitam dan nyamuk.
Gejala dan Simtom Gejala yang paling sering ditemukan pada lymphatic filariasis adalah elephantiasis – suatu edema dengan penebalan atas kulit serta jaringan dibawah kulit. Merupakan
penyakit pertama yang ditemukan dapat ditransmisikan oleh gigitan nyamuk. Elephantiasis terjadi ketika parasit memasuki sistem limfatik (getah bening). Elepantiasis biasanya mempengaruhi bagian bawah dari tubuh, sementara telinga, membrane mucus lebih jarang terpengaruhi. Akan tetapi, jenis cacing filarial yang berbeda dapat mempengaruhi bagian tubuh yang berbeda: Wuchereria bancrofti dapat mempengaruhi kaki, lengan, vulva, payudara, skrotum (menyebabkan formasi hydrocele ). Sementara Brugia Timori jarang mempengaruhi genital. Cacing Subcutaneous menyebabkan ruam pada kulit, arthritis juga macules hypopigmentasi . Serous cavity filariasis menyebabkan gejala yang mirip dengan subcutaneous filariasis yang juga disertai dengan sakit pada bagian perut yang dikarenakan cacing-cacing tersebut masuk kedalam jaringan yang dalam.
Diagnosa Filariasis biasanya dapat didiagnosa dengan mengindentifikasi mikrofilira pada darah. Darah harus diambil pada waktu yang tepat, yang mencerminkan aktivitas makan vector. Contohnya waktu malam adalah waktu yang tepat untuk mengkoleksi darah yang terinfeksi oleh W. Bancrofti. Akan tetapi, metode diagnosis seperti ini hanya relevan untuk microfilaria yang menggunakan darah sebagai alat transportasi dari paru ke kulit. Beberapa jenis cacing filaria seperti M. Streptocerca dan O. Volvulus hanya berada di kulit. Untuk cacing-cacing seperti ini, diagnosis dapat dilakukan pemotongan kulit yang dapat dilakukan kapanpun.
Siklus hidup cacing Filaria Cacing nematode filaria memiliki siklus hidup yang rumit dan terdiri dari 5 tahap. Setelah perkembangbiakan, cacing betina menghasilkan ribuan microfilaria. Mikrofilaria kemudian dihisap oleh nyamuk pada saat menghisap darah dari inang. Didalam vektor, mikrofilaria berkembang ke tahap 3 yaitu menjadi larva. Pada saat nyamuk menggigit, larva diinokulasikan kedalam tubuh pasien (korban) dimana (setelah 1 tahun) larva akan melewati 2 tahap pertumbuhan lagi dan menjadi cacing dewasa.
Pencegahan Pada tahun 1993, Satuan Tugas Pemberantasan Penyakit Internasional menyatakan filariasis menjadi salah satu dari enam penyakit yang berpotensi untuk dihilangkan. Penelitian telah menunjukkan bahwa rantai penularan infeksi dapat diputuskan jika dosis tunggal dari pencampuran pengobatan oral yang telah dikombinasikan dipertahankan setiap tahun selama 7 tahun. Dengan pengobatan yang konsisten dan karena penyakit membutuhkan inang manusia, maka pengurangan jumlah mikrofilaria akan menyebabkan rantai penularan terputus. Cacing dewasa akan mati maka siklus akan rusak. Strategi untuk menghilangkan penularan filariasis adalah dengan pendistribusian missal obat-obatan yang dapat membunuh mikrofilaria dan menghentikan penularan parasit melalui nyamuk pada komunitas yang endemis. Dengan menghindari gigitan nyamuk (misalnya dengan menggunakan insektisida dan kelambu) maka dapat mengurangi resiko transmisi filariasis lewat nyamuk.
Distribusi Kejadian Filariasis di Provinsi Lampung Tahun 2004 – 2007
60
Tahun
Jumlah
2004'
7
2005'
12
50
40
30
20
2006'
53 10
2007'
17
0 2004'
2005'
2006'
2007'
Kesimpulan -
Filariasis dapat menyerang siapa saja yang terkena gigitan vector yang bermuatan mikrofilaria
-
Resiko
penularan
dapat
dikurangi
dengan
penggunaan
kelambu,
pemberantasan nyamuk dengan mengeliminasi tempat perkembang-biakan nyamuk seperti pengendalian DBD dan Malaria. -
Melalui pengobatan massal yang dilakukan melalui Puskesmas (yang ditenggarai oleh Dinas Kesehatan), telah dapat menekan angka penularan Filariasis.
-
Oleh karena itu, KLB Filariasis di provinsi Lampung masih dapat dihindari dan ditekan.