WABAH EBOLA DAN EPIDEMIOLOGI
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus ditemukan di hampir semua bagian bumi, termasuk Kutub Utara dan menginfeksi hampir setiap bentuk kehidupan termasuk organisme uniseluler hingga manusia. Ebola merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus. Oleh karena itu, tidak ada salahnya untuk mengetahui apa sebenarnya virus itu.
Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat dan di luar inangnya menjadi tak berdaya. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.
Ebola adalah sejenis virus dari genus Ebolavirus, familia Filoviridae, dan juga nama dari penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut. Asal katanya adalah dari sungai Ebola di Kongo. Ebola adalah virus RNA, yaitu virus yang memiliki RNA (ribonucleic acid) sebagai materi genetik. Asam nukleat atau nucleic acid ini biasanya memiliki rantai tunggal RNA (ssRNA), tetapi mungkin memiliki double-stranded RNA (dsRNA). Penyakit yang disebabkan oleh virus RNA selain Ebola adalah HIV, SARS, influenza, hepatitis C, demam West Nile, polio, dan campak. Terdapat beberapa Genus Ebolavirus, diantaranya 1 dari 3 keluarga Filoviridae (Filovirus), bersama dengan genus Marburgvirus dan genus Cuevavirus. Genus Ebolavirus terdiri 5 spesies yang berbeda, antara lain, Bundibugyo ebolavirus (BDBV), Zaire ebolavirus (EBOV), Reston ebolavirus (RESTV), Sudan ebolavirus (SUDV), Taï Forest ebolavirus (TAFV).
Menurut WHO, ebola adalah salah satu penyakit yang diketahui paling mematikan. Penyakit itu menular melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau jaringan orang yang tertular. WHO mengatakan penyakit itu juga bisa ditularkan melalui kontak dengan hewan yang tertular, sakit atau mati. Hewan yang berpotensi menyebarkan virus ebola kepada manusia antara lain simpanse, gorila, antelop hutan, dan monyet cynomolgus. Setelah seseorang terinfeksi dari hewan, maka orang tersebut berpotensi menyebarkan virus kepada orang lainnya melalui cairan darah, air liur, atau lendir. Para ilmuwan hingga kini masih belum mengetahui, darimana aslinya Virus Ebola ini berasal. Beberapa negara Afrika sedang menghadapi masalah besar penyakit virus ebola. Penyakit ini sebelumnya dikenal dengan istilah demam berdarah ebola (Ebola haemorrhagic fever). Kemudian diganti dengan nama penyakit virus ebola (Ebola Virus Disease/EVD), sesuai dengan ICD-10. Sejak pertama muncul, masalah besar penyakit mematikan ini terjadi di Afrika. Belum pernah ada masalah berarti pada manusia di luar Afrika, termasuk di Asia dan Indonesia. Namun, perkembangan epidemiologi penyakit ini di dunia terus diamati. Virus ebola pertama kali muncul pada tahun 1976 ketika wabah ebola demam hemorrhagic di Zaire dan Sudan. Strain ebola yang pecah di Zaire memiliki salah satu tingkat fatalitas kasus tertinggi dari virus patogen manusia, sekitar 90%. Virus ini dinamai lembah sungai ebola di Republik Demokratik Kongo (dulunya Zaire).
Pada tahun 1976 lalu, seorang pekerja toko di Nzara, Sudan, tiba-tiba sakit. Lima hari berselang, ia meninggal dunia. Dengan kematiannya, dunia tanpa sadar mulai menyaksikan dampak dari virus Ebola pertama yang menakutkan, tepatnya pada tanggal 27 Juni 1976. Virus ini kemudian menjadi wabah di seluruh area tersebut. Dilaporkan terjadi 284 kasus, setengah di antaranya membuat korban sekarat. Periode inkubasi virus ebola dapat berkisar 2 sampai 21 hari tetapi umumnya 5-10 hari. Gejala terjadi bervariasi dan sering muncul tiba-tiba. Gejala awal demam tinggi (setidaknya 38.8 ° C, 101.8 ° F), sakit kepala parah, sakit perut, lemah, kelelahan, sakit tenggorokan, mual, pusing, pendarahan internal dan eksternal. Gejala-gejala awal ini mirip dengan malaria, demam tipus, disentri, influenza, atau berbagai infeksi bakteri lain. Selanjutnya, gejala yang lebih serius adalah diare, kotoran berdarah atau gelap, muntah darah, mata merah, distension dan pendarahan arteriola sclerotic, petechia, penyakit ruam dan purpura. Gejala lain sekunder termasuk hipotensi, hypovolemia dan tachycardia. Pendarahan interior disebabkan oleh reaksi antara virus dan platelet yang memproduksi bahan kimia yang akan dipotong sel ukuran lubang dinding kapiler. Kadang-kadang terjadi pendarahan internal dan eksternal dari lubang, seperti hidung dan mulut, atau dari luka-luka yang sembuh belum sepenuhnya. Ebola virus dapat mempengaruhi tingkat sel darah putih dan platelet dan mengganggu pembekuan darah. Pada minggu kedua infeksi, demam akan berkurang atau mengalami kegagalan sistemik multi-organ. Tingkat kematian biasanya tinggi, dengan tingkat fatalitas kasus manusia berkisar 50–89%, tergantung pada spesies atau strain virus. Penyebab kematian ini biasanya disebabkan oleh kegagalan shock atau organ hypovolemic.
Studi yang dilakukan Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, virus ini memiliki angka kematian sebesar 90 persen. Umumnya berkembang di desa-desa terpencil di Afrika Tengah dan Barat. Diyakini, virus bermula dari hewan liar yang menularkannya ke manusia hingga akhirnya mematikan bagi populasi manusia. Baru dugaan, hewan yang dianggap sebagai inang alaminya adalah kelelawar buah dari famili Pteropodidae. Penelitian menunjukkan, jika kelelawar dapat terinfeksi virus ebola namun ternyata mereka mampu bertahan dengan virus tersebut, tanpa terjangkit penyakit ebola. Maka, kelelawar diklaim sebagai hewan yang memainkan peran penting mempertahankan virus ini tak akan punah dan selalu ada di alam liar. Di Afrika, kelelawar buah, terutama spesies dari genus Hypsignathus monstrosus, Epomops franqueti dan torquata Myonycteris, dimungkinkan dianggap sebagai host alami virus Ebola. Faktor kelelawar buah ini dimungkinkan menjadikan tumpang tindihnya distribusi virus Ebola secara geografis.
Jika selama ini hanya ada tiga negara yang lumpuh akibat Ebola – Liberia, Sierra Leone, dan Guinea – bertambah satu lagi, yakni Nigeria. Kasus di sana juga meningkat dari empat menjadi sembilan, dengan satu korban meninggal. Sejak Februari 2014, ebola telah menjadi perhatian serius negara-negara di dunia. Bantuan medis datang dari Amerika Serikat, Inggris, dan negara lainnya untuk Afrika. Nigeria sudah dinyatakan bebas dari Ebola pada pertengahan Oktober 2014 lalu. Namun ternyata Ebola masih menjadi momok di Afrika. Bahkan penyakit berbahaya tersebut diketahui sudah menyerang Mali, salah satu negara yang berbatasan langsung dengan Guinea. Ini membuat Mali menjadi negara terbaru yang terserang Ebola. Menteri Kesehatan Mali Ousmane Kone mengatakan bahwa Ebola menyerang salah satu penduduk Mali yang baru saja pulang dari Guinea, negara di mana wabah ini dimulai bulan Februari 2014 lalu.
Berdasarkan beberapa pengalaman di beberapa negara tempat kasus ini terjadi, ebola sering menyebar dan menyerang para pekerja di bidang layanan kesehatan masyarakat. Tentu saja hal ini lumrah karena mereka bertugas merawat pasien yang terjangkit virus. Terlebih jika mereka tidak menggunakan pelindung seperti masker dan sarung tangan. Penggunaan jarum suntik yang baru juga sebagai sarana penyebaran virus. Berdasarkan data WHO sejak ditemukan tahun 1976, telah tercatat 1.850 kasus dan lebih dari 1.200 kematian yang disebabkan oleh virus ini. Pasien yang terinfeksi penyakit hanya dapat dirawat melalui terapi, dan beberapa perawatan intensif seperti menyeimbangkan cairan pasien, menjaga tekanan darah dan kadar oksigen, serta dan menjaga mereka dari hal yang dapat menimbulkan infeksi. Sampai saat ini belum tersedia vaksin berlisensi untuk demam berdarah ebola. Beberapa vaksin sedang diuji, tetapi tidak ada yang tersedia untuk penggunaan secara klinis. Pasien dengan kondisi sakit yang parah membutuhkan perawatan suportif secara intensif. Pasien sering mengalami dehidrasi dan membutuhkan rehidrasi oral dengan larutan yang mengandung elektrolit atau cairan intravena. Tidak ada pengobatan khusus yang tersedia. Terapi obat baru sedang dievaluasi.
Penguatan pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan menjadi intervensi prioritas. Selain itu dilakukan upaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perlindungan diri untuk mencegah penyebaran virus, seperti cuci tangan, cara merawat orang sakit secara aman, pemakaian alat pelindung diri saat bersentuhan dengan benda yang berpotensi terkontaminasi (darah dan cairan tubuh orang sakit) dan saat melakukan pembersihan lingkungan dan disinfeksi, serta cara pemakaman yang aman. Berkaitan dengan hal ini dilakukan distribusi pedoman pencegahan dan pengendalian EVD bagi tenaga kesehatan, melatih staf dalam penemuan/deteksi kasus, penelusuran kontak dan tindak lanjut, manajemen kasus klinis, pencegahan dan pengendalian infeksi, pengambilan dan pengiriman spesimen, dan cara pemulasaraan jenazah kasus EVD secara aman. Sementara itu, upaya peningkatan kesadaran masyarakat secara intensif dilakukan melalui media massa, gerakan sosial dan komunikasi interpersonal, serta melibatkan operator telepon dalam mengirimkan promosi kesehatan melalui pesan singkat.
Dari semua penjelasan diatas, apakah virus ebola bisa tersebar hingga ke Indonesia? Penelitian masih berlanjut hingga saat ini. Peneliti pun memperingatkan dunia, walaupun sangat tipis atau nyaris mustahil, namun tak menutup kemungkinan virus Ebola akan dapat menyebar dan akan meluas, bahkan mendunia menjadi pendemic. Karena kehidupan tiap spesies termasuk virus, akan menemukan jalannya untuk selalu dapat bertahan untuk hidup.