LANGKAH INVESTIGASI WABAH DEMAM BERDARAH DENGUE BERDARAH DENGUE
DISUSUN OLEH OLEH :
Riahta Karina
1410211080
Rr. Pramita Ines
1410211086
Hurdienda Faozilla Yuzakki
1410211092
Gresia Sally Iryani
1410211096
Patricia Oktaviani
1410211076
Chaerunisa Utami Utami
1410211070
Annesya Chintya
1410211072
Mitta Arlina Arlina
1410211087
KEPANITERAAN KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KESEHA TAN MASYARAKAT DAN KEDOKTERAN KEDOKTERAN PENCEGAHAN UNIVERSITAS DIPONEGORO PERIODE 13 SEPTEMBER – 05 05 NOVEMBER 2016 FAKULTAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN P EMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA J AKARTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga tugas ini berhasil diselesaikan tepat pada waktunya. Tugas ini mengenai tentang “Langkah Investigasi Wabah Demam Berdarah Dengue”. Melalui kesempatan ini pula, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dalam penyelesaian tugas langkah investigasi ini kepada pembimbing dan teman-teman yang mendukung. Penyusun menyadari bahwa didalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penyusun mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun guna penyempurnaan tugas laporan ini.
Semarang, Oktober 2016
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
Kejadian luar biasa (KLB) sebagaimana PP no.40 tahun 1991, adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna. Suatu daerah dapat ditetapkan dalam keadaan KLB apabila memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut: 1. Timbul suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah; 2. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 kurun waktu berturutturut (dalam jam, hari, atau minggu) menurut jenis penyakitnya; 3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, minggu menurut jenis penyakitnya; 4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya; 5. Rata-rata jumlah kesakitan per bulan selama 1 tahun menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya; 6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama; 7. Angka proporsi penyakit (proporsional rate) penderita baru pada satu periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama. Berdasarkan UU No.4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular, wabah adalah kejadia n berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat, yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu, serta dapat menimbulkan malapetaka. Wabah berbeda dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) sebagaimana PP No.40 tahun 1991 mendefinisikan KLB seba gai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna. secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah. Sehingga timbulnya wabah didahului dengan timbulnya KLB.
BAB II LANGKAH INVESTIGASI WABAH DEMAM BERDARAH DENGUE
A.
INVESTIGASI WABAH
Wabah terdeteksi melalui : Analsisis data surveilans rutin; dan/atau
Laporan petugas kesehatan, pamong atau warga yang cukup peduli.
Berbagai alasan menyebabkan dilakukannya investigasi kemungkinan wabah yakni : 1) mengadakan penanggulangan dan pencegahan; 2) kesempatan mengadakan penelitian dan pelatihan; 3) pertimbangan program; 4) kepentingan umum, politik, dan hukum. Langkah investigasi wabah dilakukan secara ringkas sebagai berikut : 1. Persiapan investigasi di lapangan 2. Memastikan adanya wabah 3. Memastikan diagnosis 4. Epidemiologi deskriptif 5. Membuat hipotesis, Menilai hipotesis, Memperbaiki hipotesis dan mengadakan penelitian tambahan 6. Melaksanakan pengendalian dan pencegahan 7. Menyampaikan hasil penyelidikan
1.
PERSIAPAN INVESTIGASI DI LAPANGAN a. Meneliti penyakit yang akan dilaporkan b. Mengumpulkan sarana dan prasarana yang akan dibawa c. Membuat perjanjian secara administratif atau personal yang diperlukan d. Berkonsultasi dengan semua bagian/tim untuk menentukan peranan kita dalam investigasi wabah tersebut e. Mengidentifikasi kontak person lokal, segera setelah tiba pada tempat yang direncanakan
2.
MEMASTIKAN ADANYA WABAH Sumber informasi : a. Catatan hasil surveilans b. Data penyakit setempat c. Rate wilayah setempat (bila data lokal tidak ada) d. Survei Surveilans demam berdarah dengue (DBD) adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data, serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program, instansi dan pihak terkait secara sistematis dan terus menerus tentang situasi DBD dan kondisi yan g mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit tersebut agar dapat dilakukan tindakan pengendalian secara efisien dan efektif. Dilakukannya surveilans bertujuan untuk: a. Memantau kecenderungan penyakit DBD b. Mendeteksi dan memprediksi terjadinya KLB DBD sert a penanggulangannya c. Menindaklanjuti laporan kasus DBD dengan melakukan PE, serta melakukan penanggulangan seperlunya, d. Memantau kemajuan program pengendalian DBD e. Menyediakan informasi untuk perencanaan pengendalian DBD f. Pembuatan kebijakan pengendalian DBD. Data kasus DBD didapatkan dari : a. Laporan rutin DBD, mingguan, bulanan ( puskesmas, kabupaten/kota, dan provinsi) b. Laporan KLB/wabah /W1( puskesmas, kabupaten/kota, provinsi ) c. Laporan laboratorium dari UPK (puskesmas, RS, Labkes,) d. Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan (puskesmas, kabupaten/kota) e. Laporan penyelidikan KLB/wabah (puskesmas, kabupaten/kota) f. Survei khusus (pusat, provinsi, kabupaten/kota) g. Laporan data demografi (puskesmas, kabupaten/kota, provinsi) h. Laporan data vektor (puskesmas, kabupaten/kota, provinsi) i. Laporan dari Badan Mete orologi dan Geofisika provinsi, kabupaten/kota, kecamatan tentang curah hujan dan hari hujan
3. MEMASTIKAN DIAGNOSIS Tujuan dari tahap ini adalah untuk : a) Memastikan bahwa masalah tersebut telah didiagnosis dengan patut; dan b) Menyingkirkan kemungkinan kesalahan laboratorium yang menyebabkan peningkatan kasus yang dilaporkan. Semua temuan klinis harus disimpulkan dalam distribusi frekuensi, yang berguna untuk menggambarkan spektrum penyakit, menentukan diagnosis, dan mengembangkan definisi kasus, serta menentukan kunjungan terhadap satu atau dua penderita. Dalam memastikan diagnosis, langkah dilakukan meliputi : a. Membuat definisi kasus Definisi kasus meliputi kriteria klinis dan t erutama dalam penyelidikan wabah dibatasi oleh waktu, tempat dan orang. Bila penyakitnya belum terdiagnosis, diagnosis kerja dibuat berdasarkan gejala-gejala yang paling banyak diderita, sedapat mungkin yang dapat menggambarkan proses penyakit yang pathognomonis, dan cukup spesifik. Harus dipastikan bahwa seluruh penderita/pasien yang dihitung sebagai “kasus” memiliki penyakit yang sama. Dalam mengembangkan definisi kasus perlu diperhatikan hal-hal berikut: informasi klinis tentang penyakit, karakteristik populasi yang dipengaruhi oleh penyakit, karakteristik lokasi atau tempat dan karakteristik waktu timbulnya penyakit. Dalam mendefinisikan kasus terdapat 3 level yang ditentukan:
Kasus Pasti (Confirmed) Bila kasus disertakan dengan hasil pemeriksaan laboratorium yang positif;
Kasus Mungkin (Probable) Bila kasus memenuhi semua ciri klinis penyakit, tanpa pemeriksaan laboratorium; dan
Kasus Meragukan (Possible) Bila kasus hanya memenuhi gejala klinis saja. Definisi kasus harus dibuat cukup luas agar sebagian besar penyakit dapat tertangkap. Hal ini dapat dimulai dengan kasus yang “longgar”. Definisi kasus yang lemah/sempit dalam investigasi wabah ada kemungkinan akan mengeluarkan kasus-kasus yang mungkin terjadi (possible). Untuk kasus DBD sendiri memiliki definisi kasus sebagai berikut : 1)
Suspek Infeksi dengue ditegakkan bila terdapat 2 kriteria yaitu demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas berlangsung selama 2-7 hari dan adanya manifestasi perdarahan: sekurang-kurangnya uji tourniquet (Rumple Leede) positif.
2) Probable Demam Dengue ialah : demam disertai 2 atau lebih gejala penyerta seperti sakit kepala, nyeri dibelakang bola mata, pegal, nyeri sendi ( athralgia ), rash, dan manifestasi perdarahan, leucopenia ( lekosit < 5000 /mm3 ), jumlah trombosit < 150.000/mm3 dan peningkatan hematokrit 5 - 10 % atau pemeriksaan serologis Ig M positif. 3)
Confirmed, DBD : demam 2 - 7 hari disertai dengan manifestasi perdarahan, Jumlah trombosit < 100.000 /mm3, adanya tanda tanda kebocoran plasma (peningkatan hematokrit ≥ 20 % dari nilai normal, dan atau efusi pleura, dan ata u ascites, dan atau hypoproteinemia/ albuminemia) dan atau hasil pemeriksaan serologis pada penderita tersangka DBD menunjukkan hasil positif atau terjadi peninggian (positif) IgG saja atau IgM dan IgG pada pemeriksaan dengue rapid test (diagnosis laboratoris).
b.
Menentukan dan menghitung kasus - Data identifikasi (nama, alamat, nomor telepon, dsb); - Data demografi (umur, jenis kelamin, ras, dan pekerjaan); - Data klinis; - Faktor risiko (harus dibuat khusus untuk tiap pe nyakit); - Informasi pelapor, yang berguna untuk mencari informasi tambahan atau memberikan umpan balik
4. EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi akut dan menular yang disebabkan oleh virus dengue yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan sering menimbulkan wabah/kejadian luar biasa (KLB). Nyamuk Aedes aegypti tersebar luas di Indonesia, sehingga penularan DBD dapat terjadi di semua tempat/wilayah yang terdapat nyamuk penular penyakit tersebut. Setiap diketahui adanya penderita DBD, segera
ditindak
lanjuti
dengan
kegiatan
Penyelidikan
Epidemiologi
(PE)
dan
Penanggulangan Fokus (PF), sehingga penyebarluasan DBD dapat dibatasi dan KLB dapat dicegah. Dalam melaksanakan kegiatan pengendalian DBD sangat diperlukan peran serta masyarakat, baik untuk membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan pengendalian maupun dalam memberantas jentik nyamuk penularnya.
1. Langkah- Langkah Pelaksanaan Kegiatan Penyelidikan Epidemiologi: 1)
Setelah
menemukan/menerima
laporan
adanya
penderita
DBD,
petugas
Puskesmas/ Koordinator DBD segera mencatat dalam Buku catatan Harian Penderita DBD. 2) Menyiapkan peralatan survei, seperti: tensimeter, termometer, senter, formulir PE, dan surat tugas. 3)
Memberitahukan kepada Kades/Lurah dan Ketua RW/RT setempat bahwa di wilayahnya ada penderita DBD dan akan dilaksanakan PE.
4) Masyarakat di lokasi tempat tinggal penderita membantu kelancaran pelaksanaan PE. 5) Pelaksanaan PE sebagai berikut: a) Petugas Puskesmas memperkenalkan diri dan selanjutnya melakukan wawancara dengan keluarga, untuk mengetahui ada tidaknya penderita DBD lainnya (sudah ada konfirmasi dari rumah sakit atau unit pelayanan kesehatan lainnya), dan penderita demam saat itu dalam kurun waktu 1 minggu sebelumnya. b) Bila ditemukan penderita demam tanpa sebab yang jelas, dilakukan pemeriksaan kulit (petekie), dan uji torniquet. c) Melakukan pemeriksaan jentik pada tempat penampungan air (TPA) dan tempat tempat lain yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti baik di dalam maupun di luar rumah/bangunan. d) Kegiatan PE dilakukan dalam radius 100 meter dari lokasi tempat tinggal penderita. e) Bila penderita adalah siswa sekolah dan pekerja, maka selain dilakukan di rumah PE juga dilakukan di sekolah/tempat kerja penderita oleh puskesmas setempat. f) Hasil pemeriksaan adanya penderita DBD lainnya dan hasil pemeriksaan terhadap penderita demam (tersangka DBD) dan pemeriksaan jentik dicatat dalam formulir PE g) Hasil PE segera dilaporkan kepada kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, untuk tindak lanjut lapangan dikoordinasikan dengan Kades/Lurah h) Bila hasil PE positif (Ditemukan 1 atau lebih penderita DBD lainnya dan/atau ≥ 3 orang tersangka DBD, dan ditemukan je ntik (≥5%), 82 dilakukan penanggulangan fokus (Fogging, Penyuluhan, PSN dan Larvasidasi selektif), sedangkan bila negatif dilakukan Penyuluhan, PSN dan larvasidasi se lektif 2. Penanggulangan Fokus
a. Penanggulangan fokus adalah kegiatan pemberantasan nyamuk penular DBD yang dilaksanakan dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD), larvasidasi, penyuluhan dan pengabutan panas (pengasapan/fogging) dan pengabutan dingin (ULV) menggunakan insektisida sesuai dengan kriteria pada bagan PE. Penanggulangan fokus dilaksanakan untuk membatasi penularan DBD dan mencegah terjadinya KLB di lokasi tempat tinggal penderita DBD dan rumah/bangunan sekitar serta tempat-tempat umum berpotensi menjadi sumber penularan DBD lebih lanjut. b. Kriteria PF : 1) Bila ditemukan penderita DBD lainnya (1 ata u lebih) atau ditemukan 3 atau lebih tersangka DBD dan ditemukan jentik ≥ 5 % dari rumah/bangunan yang diperiksa, maka dilakukan penggerakan masyarakat dalam PSN DBD, larvasidasi, penyuluhan dan pengasapan dengan insektisida di rumah penderita DBD dan rumah/bangunan sekitarnya radius 200 meter sebanyak 2 siklus dengan interval 1 minggu 2) Bila tidak ditemukan penderita lainnya seperti tersebut di atas, tetapi ditemukan jentik, maka dilakukan penggerakan masyarakat dalam PSN DBD, larvasidasi dan penyuluhan 3) Bila tidak ditemukan penderita lainnya seperti tersebut di ata s dan tidak ditemukan jentik, maka dilakukan penyuluhan kepada masyarakat. c. Langkah- Langkah Pelaksanaan Kegiatan: 1) Setelah kades/lurah menerima laporan hasil PE dari Puskesmas dan rencana koordinasi penanggulangan fokus, meminta ketua RW/RT agar warga membantu kelancaran pelaksanaan penanggulangan fokus 2) Ketua RW/RT menyampaikan jadwal kegiatan yang diterima dari petugas puskesmas setempat dan mengajak war ga untuk berpartisipasi dalam kegiatan kegiatan penanggulangan fokus. 3) Kegiatan penanggulangan fokus sesuai hasil PE: a) Penggerakan masyarakat dalam PSN DBD dan larvasidasi (1) Ketua RW/RT, Toma (tokoh masyarakat) dan kader memberikan pengarahan langsung kepada warga pada waktu pelaksanaan PSN DBD
(2) Penyuluhan dan penggerakkan masyarakat PSN DBD dan larvasidasi dilaksanakan sebelum dilakukan pengabutan dengan insektisida. (teknis pemberian larvasida agar dicantumkan) b)
Penyuluhan Penyuluhan dilaksanakan oleh petugas kesehatan/ kader atau kelompok kerja (Pokja) DBD Desa/Kelurahan berkoordinasi dengan petugas puskesmas, dengan materi antara lain:
(1) Situasi DBD di wilayahnya (2) Cara-cara pencegahan DBD yang dapat dilaksanakan oleh individu, keluarga dan masyarakat disesuaikan dengan kondisi setempat. c)
Pengabutan dengan insektisida (1) Dilakukan oleh petugas puskesmas atau bekerjasama dengan dinas kesehatan kabupaten/kota. Petugas penyemprot adalah petugas puskesmas atau petugas harian lepas terlatih. (2) Ketua RT, Toma atau kader mendampingi petugas dalam kegiatan pengabutan. (di lapangan tidak hanya mendampingi tapi juga melakukan penyuluhan) (3) Hasil pelaksanaan penanggulangan fokus dilaporkan oleh puskesmas kepada dinas kesehatan kabupaten/kota dengan tembusan kepada camat dan kades/lurah setempat. (4) Hasil kegiatan pengendalian DBD dilaporkan oleh puskesmas kepada dinas kesehatan kabupaten/kota setiap bulan.
5.
MEMBUAT,
MENILAI,
MEMPERBAIKI
HIPOTESIS
DAN
MENGADAKAN
PENELITIAN TAMBAHAN Langkah-langkah: a. Apa reservoir utama agen penyakitnya? Bagaimana cara penularannya? Bahan apa yang biasanya menjadi alat penularanannya? Apa saja faktor yang meningkatkan risiko tertular? b. Melakukan wawancara dengan beberapa penderita; c. Mengumpulkan beberapa penderita untuk mencari kesamaan pemaparan; d. Melakukan kunjungan rumah penderita; e. Melakukan wawancara dengan petugas kesehatan setempat; dan/atau f. Menggunakan epidemiologi deskriptif
Pada kasus DBD : 1. Demam berdarah
Vektor DBD Virus Dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Siklus DBD
•
Inkubasi : Infeksi Dengue mempunyai masa inkubasi antara 2 sampai 14 hari, biasanya 4-7 hari.
•
Host : Virus dengue menginfeksi manusia dan beberapa spesies dari primata rendah. Tubuh manusia adalah reservoir utama bagi virus tersebut.
•
Faktor risiko : - Pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak memiliki pola tertentu - Faktor urbanisasi yang tidak bere ncana dan terkontrol dengan baik, - Sistem pengelolaan limbah dan penyediaan air bersih yang tidak memadai, - Kurangnya sistem pengendalian nyamuk yang efektif - Status imunologi seseorang, - Strain virus/serotipe virus yang menginfeksi
Ukuran (parameter) frekuensi penyakit yang paling sederhana adalah ukuran yang sekedar menghitung jumlah individu yang sakit pada suatu populasi, ukuran frekuensi tersebut bermanfaat bagi petugas kesehatan di daerah dalam mengalokasikan dana atau kegiatan.
Ukuran-ukuran epidemiologi yang sering digunakan dalam kegiatan pengendalian DBD adalah Insidence Rate (IR), Case Fatality Rate (CFR), Attack Rate (AR). a.
Angka Kesakitan/Insiden Rate (IR) IR adalah ukuran yang menunjukkan kecepatan kejadian (baru) penyakit populasi. IR merupakan proporsi antara jumlah orang yang menderita penyakit dan jumlah orang dalam risiko x lamanya ia dalam risiko. IR = Jumlah kasus baru penyakit X 100% Juml orang yang berisiko
b.
Angka Kematian/Cured Fatality Rate (CFR) CFR adalah angka kematian yang diakibatkan dari suatu penyakit dalam suatu waktu tertentu dikalikan 100%. CFR = Jumlah kematian Jumlah kasus X 100%
c.
Attack Rate Ukuran epidemiologi pada waktu terjadi KLB, untuk menghitung kasus pada populasi berisiko di wilayah dan waktu tertentu. AR = Jumlah kasus Jumlah populasi berisiko pada waktu tertentu.