MAKALAH
INTEGRITAS DAN ASPEK ETIKA IPTEKS
OLEH : KELOMPOK 6 RESKI AMALAH
H12116021
RUSYDAH KHAERATI
H12116022
DEWI SANTIKA UPA P.
H12116024
GINA SABRINA
K11116545
LOUISA SYAURA AMALIA
K11116546
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017
i
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang berjudul “Integritas Dan Aspek Etika Ipteks” sebagai tugas kelompok dosen Ibu Nur Indah Yanti dengan mata kuliah Wawasan Ipteks. Makalah ini berisikan tentang informasi kualitas ilmu pengetahuan dan seni sehingga dapat memberikan kemajuan yang baik apabila ditopang dengan bantuan teknologi. Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada kami dalam rangka pengembangan dasar ilmu wawasan ipteks yang berkaitan dengan integritas dan aspek etika ipteks. Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan Wawasan Ipteks secara meluas. Sehingga besar harapan kami, makalah yang kami sajikan dapat menjadi konstribusi positif bagi pengembang wawasan pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam proses penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.
Makassar, 08 April 2017
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................................
ii
DAFTAR ISI................. ................. .................. ................. .................. ................. .................. ................. ..... iii BAB I ............................................................................................................................................................
1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................
1
1.1
LATAR BELAKANG ................. .................. ................. ................. .................. ................. .................. 1
1.2
RUMUSAN MASALAH ..............................................................................................................
1
BAB II ...........................................................................................................................................................
2
PEMBAHASAN ...........................................................................................................................................
2
2.1
INTERGRITAS IPTEKS DALAM MODEL SEGITIGA ............................................................ 2
2.2
ASPEK ETIKA IPTEKS ..............................................................................................................
4
2.3
SISTEM TATA NILAI DAN KEARIFAN LOKAL....................................................................
6
2.4
CARA MEREDAM PENGARUH NEGATIF IPTEKS ............................................................... 7
BAB III .........................................................................................................................................................
9
PENUTUP ....................................................................................................................................................
9
3.1
KESIMPULAN .............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................
9
10
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Integritas menurut Khalid Yaakub (1982) merupakan proses menyatupadukan secara budaya dan sosial kelompok-kelompok sosial yang berbeda-beda kepada satu unit yang mempunyai identity yang umum dan tersendiri. Sedangkan menurut Mohd Salleh Lebar (1998), integrasi yang diterima atau yang biasa dikehendaki ramai adalah satu proses yang coba menyatupadukan masyarakat majmuk atau pelbagai kaum dan mewujudkan pula pembentukkan kebudayaan kebangsaan atau nasional yang tersendiri dikalangan mereka. Dari pernyataan diatas kita dapat mengambil garis besar tentang pengertian integritas yaitu suatu “proses menyatupadukan”. Frase “Etika Ipteks” jika diuraikan, Ipteks merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni. Sedangkan pengertian Etika (Etimologi), berasaldari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghin dari halhal tindakan yang buruk.
1.2 RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan integritas ipteks dalam model segitiga? 2. Apa saja aspek yang membahas tentang etika ipteks? 3. Bagaimana sistem tata nilai dan kearifan lokal? 4. Bagaimana cara meredam pengaruh negatif ipteks?
1
BAB II PEMBAHASAN 2.1 INTERGRITAS IPTEKS DALAM MODEL SEGITIGA Kata Integritas berasal dari kata Latin yaitu “Integer” (utuh dan lengkap). Sehingga secara umum Integritas didefenisikan sebagai rasa batin yang melingkupi diri secara utuh yang berasal dari kejujuran,kedisiplinan dan konsistensi nilai karakter yang baik. Artinya “Integritas” adalah konsistensi tindakan,nilai-nilai,langkah-langkah, prinsip-prinsip, harapan, dan hasil dalam diri seseorang. Dalam makna etika, “Integritas” dianggap sebagai kejujuran dan kebenaran yang merupakan kata kerja dalam bentuk akurasi tindakan seseorang. Frase “Model bersudut segitiga” merupakan konsepsi penyederhanaan dari keadaan yang sebenarnya yang tentu saja sepanjang hal ini dapat menyingkap misteri, maka penggunaannya dapat diperluas, khususnya dalam menjelaskan aspek Integritas dalam Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni secara utuh. Cara mengekspressikan atau mengapresiasikan konsepsi segi tiga Insan, Ikhsan dan Iman, dapat dipandang secara horizontal dengan kolerasi yang sama dan simetris yang secara simultan diarahkan pada konsepsi Ilahiyah. Cara lain, dipandang secara vertical, yang diatas bidang segitiga, dimensi Iman, Ikhsan dan Insan mempunyai proporsi yang sama, sehingga satu dimensi akan mensinergikan secara bersama dua dimensi lain dalam penjabarannya menuju konsep Ilahiyah.
2
Dari gambar diatas diperlihatkan adanya substansi lain yang menopang masing-masing dimensi tersebut. Substansi inetelektualitas, sensibilitas dan moralitas yang menopang dimensi Iman diturunkan dari masing-masing sudutnya. Menuju kanan bawah, yaitu intelektualitas ke arah sains, sensibilitas kea rah seni, moralitas kea rah teknologi dan menuju kiri bawah, yaitu intelektualitas kea rah filsafat, sensibilitas kea rah estetika, moralitaske arah etika. Secara mendatar sudut filsafat berkaitan langsung dengan sains, estetika berkaitan langsung dengan seni dan etika berkaitan langsung dengan teknologi. Dari hasil pengembangan ini diperoleh bahwa substansi Ipteks pada dimensi Insan ditopang oleh dimensi ihsan dengan tiga substansi yaitu : Filsafat, Etika dan Estetika dan dimensi Iman dengan tiga substansi yaitu : Intelektualitas, Moralitas dan Sensibilitas. Kualitas ilmu pengetahuan dan seni akan dapat memiliki kemajuan yang baik apabila ditopang dengan bantuan teknologi. Terdapat begitu luas wilayah lahir (realita) berupa gejala alam yang tidak berimpit dengan wilayah batin atau bahkan mungkin terdapat wilayah batin yang tidak memiliki realita dan pemikiran dapat diperluas atau diperbesar dengan bantuan teknologi. Walaupun begitu tidak berarti teknologi berada pada garis tengah yang memisahkan ilmu dan seni namun terdapat pula hubungan antara ilmu dan teknologi secara langsung, begitu pula hubungan langsung antara teknologi dengan seni. Dalam proses invensi teknologi juga dapat terjadi dimulai dari filosofi dan seni lalu menjadi ide lalu dikaitkan dengan scince sehingga kemudian terciptalah teknologi. Walaupun para engineer, dimana karyanya telah tercipta baru diberikan sentuhan seni. Plato menjelaskan senui dengan kata “techne” dan “poesis” secara berdampingan, dimana kata “poesis” berarti pengetahuan mencipta seni puitis dan dalam “Trilogi Plato” diperoleh keterkaitan antar intelektual dengan kebenaran, etika dengan kebaikan dan estetika dengan keindahan. Bahkan pada pertengahan abad ke-17 kata science dari kata “scientia” masih bersenyawa dengan pengertian seni, sehingga memiliki arti sebagai komunikasi puitis dari persepsi kreatif mengenai ketertiban. Oleh karena itu ketiganya membentuk suatu segitiga ilmu, teknologi dan seni yang selanjutnya menjadi dasar terbangunnya frase sistim “dunia segitiga”. Jikakita mencermati gambar tersebut, keberadaan insan manusia berhubungan dengan erat dengan ihsan dan imam. Kata “ihsan” berkaitan dengan keikhlasan berbuat atau berkarya oleh karena kita sebagai manusia merasa didalam pengawasan yang maha kuasa pencipta alam 3
semesta ini. Jadi hal ini merupakan kesadaran batin yang terekspresi dengan sendirinya oleh karena kita sebagai insane sadar dan faham makna keberadaan diri kita sendiri yang diamanahkan mengelola dan memelihara alam semesta ini. Adapun kata “iman”, ini adalah konsepsi jiwa yang abstrak dan terpatri secara mendalam pada diri manusia namun dapat terpancar tak terhingga dan tanpa batas kekuatan. Keberadaannya yang bahkan dapat melalui batas-batas yang kongkrit sekalipun. Manusia yangmemiliki nilai iman, maka intelektualitas, sensibilitas dan moralitasnya akan bersinergi satu sama lain bagai satu bangunan yang tidak sempurna jika salah satu diantara ketiganya tidak ada.
Ipteks (Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni) dalam beberapa pandangan: 1. Al-Fatabi sebagai cendikiawan islam pada zaman keemasan islam menyampaikan bahwa : ilmu yang sebenarnya bagaikan batang tubuh pengetahuan yang terorganisir dengan baik. 2.Frederick ferre (1988) mengemukakan tentang pengertian teknologi. Menurutnya teknologi adalah kecerdasan pengalaman praktis dari pengetahuanmtentang ketertiban alam dan manusia yang diwujudkan dalam bentuk dunia kebendaan dan atau dunia kecerdasan. 3.Hamka berpendapat bahwa seni yang setinggi-setingginya adalah ketika telah berkumpul didalamnya kebenaran, keadilan dan keindahan yang direkat oleh cinta yang kudus. Dari ketiga komponen diatas pemahaman tentang integritas dan IPTEKS yang utuh tidak lain adalah suatu konsepsi multi dimensi yang didalamnya memiliki nilainilai kebenaran (Ilmu pengetahuan), kebaikan (teknologi), dan keindahan (seni). Seni adalah muara dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ketiganya saling membantu dan bersinergi satu dengan yang lain dalam perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
2.2 ASPEK ETIKA IPTEKS Secara garis besar ada empat teori tentang etika yang dapat dikemukakan disini, dari sekian banyak teori tentang etika yang terdapat dari beberapa literature, yaitu : 1. Konsekuensialisme
Teori ini menjawab “Apa yang harus kita lakukan”, dengan memandang konsekuensi dari berbagai jawaban. Ini berarti bahwa yang harus dianggap etis adalah konsekuensi yang membawa paling banyak hal yang menguntungkan melebihi segala hal merugikan atau yang 4
mengakibatkan kebaikan terbesar bagi jumlah orang terbesar. Kelemahan teori ini adalah lingkungan tidak menyediakan standar untuk mengukur hasilnya. 2. Deontologi
Teori Deontologi , berasal dari kata Yunani yaitu “deon” yang berarti “Kewajiban”. Teori ini menganut bahwa kewajiban dalam menentukan apakah tindakannya bersifat etis atau tidak, dijawab dengan kewajiban-kewajiban moral. Suatu perbuatan bersifat etis, bila memenuhi kewajiban atau berpegang pada tanggung jawab, jadi yang paling penting adalah kewajibankewajiban atau aturan-aturanl karena hanya dengan memperhatikan segi-segi moralitas ini dipastikan tidak akan menyalahkan moral. Manfaat paling besar yang dibawakan oleh etika deontologist adalah kejelasan dan kepastian. Masalah terbesar adalah bahwa deontology tidak peka terhadap konsekuensi perbuatan oleh karena hanya berfokus pada kewajiban, yang mengarahkan seseorang terkadang tidak melihat beberapa aspek penting yang lain yerhadap sebuah masalah. 3. Etika Hak
Teori ini memandang dengan menentukan hk dan tuntutan moral yang ada di dalamnya. Teori hak ini pantas dihargai terutama karena tekanannya pada nilai moral seseorang dan tuntutan moralnya dalam suatu situasi konflik yang etis. Selain itu teori ini juga menjelaskan tentang bagaimana konflik hak antar individu. 4. Intuisionisme
Teori ini berpihak pada intuisi yaitu, kemungkinan yang dimiliki seseorang untuk mengetahui secara langsung apakah sesuatu itu baik atau tidak. Oleh karena itu seorang intuisionis mengetahui apa yang baik dan apa yang buruk berdasarkan perasaan moralnya bukan berdasarkan situasi kewajiban atau hak. Dengan intuisi ini kita dapat meramalkan kemungkinankemungkinan yang terjadi tetapi kita tidak dapat mempertanggung jawabkan keputusan tersebut karena tidak dapat menjelaskan proses pengambilan keputusan. Menghadapi implikasi kemajuan perbedaan manusi IPTEKS seperti ditarik masuk ke dalam rimba dilemma. Sebagai ilmu teknologiwan dan seniman yang seius segera mempertanyakan dan bahkan mempergumulkan masalah tanggung jawab mereka manakala tiba pada masalah pemakaian hasil-hasil temuan IPTEKS. Pendapat sementara suau pihak mengenai adanya kecenderungan meningkatnya kekalahan manusia di belakang musibah-musibah industry teknologi yang sering terjadi lebih mendorong 5
lagi akan perlunya system pengawasan yang baik dan bersifat internal maupun eksternal dalam pemakaian atau peranan hal-hal IPTEKS. Semakin canggihnya suatu teknologi dan seni maka peningkatan ekstra hati-hati pada pemakaian produk teknologi tersebut ditinkatkan jika tidsk maka akan dapat berdampak buruk bagi manusia. Berkaitan dengan pembatasan etika tas ilmu pengetahuan teknologi dan seni, maka perlu jelas bagi kita bahwa yang dibatasi secara etis ialah cara memperoleh cara pengujian dan cara penggunaan IPTEKS.
2.3 SISTEM TATA NILAI DAN KEARIFAN LOKAL Sebelum masuk kedalam hal bagaimana cara atau alternatif yang mungkin , dapat dilakukan untuk meredam pengaruh negatif IPTEKS, ada baiknya kita simak uraian berikut ini. Jika kita berfikir tentang sensor bersikap dan bertindak, maka sistem nilai merupakan Indikator perubahan yang paling menentukan, karena perubahan pada aspek yang lain akan dimulai ketika aspek nilai telah mempengaruhi keputusan yang akan diambil. Sistem tata nilai merupakan standar normatif yang mempengaruhi manusia dalam penetapan tindakan diantara beragam alternatif pilihan sesuai dengan persepsinya. Sistem tata nilai secara esensi merupakan sikap(penilaian) berdasarkan suatu keyakinan terhadap suatu peristiwa atau gejala bahwa sesuatu itu akan menguntungkan atau merugikan bagi seseorang, kelompok atau lembaga, dan seterusnya. Sistim tata nilai yang dimaksud adalah harus memiliki makna yang utuh baik duniawi dan ukhrawi. Nilai-nilai duniawi secara dinamis diserahkan sepenuhnya kepada kita sebagai khalifah untuk menggali, menghidupkan dan memeliharanya dan nilai-nilai ukhrawi adalah nilai-nilai Ilahiyah yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Kuasa yang harus kita gali dam sinergikan, agar kita sebagai khalifah yang dititipi amanah secuil dari nilai-nilai Ilahiyah tersebut dapat memancarkannya dalam aktivitas kehidupan, sebagai wujud pertanggung jawaban kita. Salah satu tata nilai adalah nilai kearifan lokal yang akan memperkaya nilai-nilai kearifan nasional. Nilai-nilai kearifan likal kita begitu beragam, mulai dari nilai-nilai kebaharian, nilainilai kejuangan, nilai-nilai kesatantunan, nilai-nilai kegotongroyongan, dan lain-lain yang ternyata Negara kita Indonesia sangat kaya dan perlu dihidupkan agar dapat menginspirasi nilainilai kejuangan kita sebagai generasi penerus Bangsa, di-era kemajuan IPTEKS sekarang ini. 6
2.4 CARA MEREDAM PENGARUH NEGATIF IPTEKS Mungkin pencapaian optimal terhdap produk IPTEKS, perlu diambil ketimbang memaksimalkan hasil, karena tidak selamanya yang baik “baik atau benar” itu “bermanfaat” atau mungkin juga kita menyempurnakan kecerdasan artificial ke tingkat optimal ketimbang meningkatkan kecerdasan genetikal dan beberapa alternative lain dapat dilakukan sesuai kompetensi dan kapasitas masing-masing dalam mempersepsikan dan meanfaatkan karya IPTEKS. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka jelas kiranya betapa pentingnya etika IPTEKS untuk membatasi pengaruh negatif IPTEKS terhadao manusia. Yang paling urgen adalah etika yang menyangkut hidup mati orang banyak masa depan hak-hak manusia dan lingkungan hidup. Etika akan lebih sempurna apabila didukung oleh agam, moralitas sosial, hukum dan pendidikan. Berikut ini adalah usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk meredam pengaruh negatif ipteks:
1. Rehumanisasi
Mengembalikan martabat manusia dalam perkembangan ipteks modern yang sangat cepat dengan berbagai cara. Kecepatan perkembangan ipteks sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan adaptasi populasi yang bersangkutan. Perkembangan nilai-nilai agama, etika, hokum, dan kebijakan lebih lambat dari perkembangan ipteks, maka masalah in harus mendapat perhatian khusus. Artinya lebih jauh manusia harus dipandang secara utuh baik lahi maupun batin sehingga pembangunan dan pengembangan ipteks selalu harus selalu mengarah pada terwujudnya peningkatan kesejahteraan manusia seutuhnya antara lahiriah dan batiniah. Apabila ini tidak diperhatikan maka laju kehancuran peradaban manusia tidak akan dapat diimbangi oleh laju rehumanisasi oleh karenanya semua fihak harus mengambil bagian dan berkontribusi positif didalamnya.
2. Kemampuan memilih
Dengan makin bayaknya kebolehjadian yang diakibatkan oleh ipteks, maka timbul kesukaran dalam memilih, meskipun pilihan relatif lebih sedikit daripada kebolehjadian. Pendidikan pada umumnyadiarahkan pada cara produksi bukan pada cara konsumsi. Terkikisnya nilai-nilai menyebabkan menurunnya perbedaan antara yang mungkin dengan yang terjadi, bahkan mana yang benar dan mana yang salah sudah sangat susah dibedakan. Segala 7
yang teknis yang akan dikerjakan, tidak dipertentangkan dan disaring oleh nilai-nilai kemanusiaan artinya prinsip dasar yang esensi dari suatu hal maah terabaikan. Etika yang didukung oleh aspek moal keagamaan, social dan aspek-aspek yang terkait seharusnya menentukan apa yang mungkin dteliti dan dikembangkan, kemudian tidak dilakukan jika tidak manusiawi, tidak adil, tidak bermoral dan lain-lain.
3. Arah perkembangan kemajuan
Anomali yang ditimbulkan oleh perkemangan ipteks sekarang, akan mengakibatkan banyak ahli yang mempertanyakan apakah tepat cara-cara yang dipakai menuju kesejahteraan kuantitatif dan kemajuan material manusa. Beberapa ahli mengkonstalasi bahwa penyediaan kebutuhan material yang berlebihanpun tidak akan membawa kebahagiaan dan kesejahteraan, bahkan sebaliknya akan menimbulkan dekomposisi lingkungan, dehumanisasi dan ketegangan-ketegangan dalam interrelasi unsur-unsur dalam ekosistem, termasuk diantara sesame manusia.
4. Revitalisasi
Perlunya
upaya
positif
untuk
mencegah
distorsi
biokultural
yang
berkelanjutan.
Pembangunan akan menuju ke suatu kebudayaan baru dimasa depan, sehingga diperlukan persiapan-persiapn yang menyeluruh. Usaha-usaha revitalisasi akan banyak dipengaruhi baik secara positif dan secara negative oleh faktor-faktor dalam maupn luar negeri.
8
BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Kata Integritas yang berasal dari kata Latin yaitu “Integer” (utuh dan lengkap). Se4hingga secara umum Integritas di defenisikan sebagai rasa batin yang melingkupi diri secara utuh yang berasal dari kejujuran, kedisiplinan dan konsistensi nilai karakter yang baik. Adapun Integritas ipteks dalam frase “Model bersudut segitiga” merupakan konsepsi penyederhanaan dari keadaan yang sebenarnya yang tentu saja sepanjang hal ini menyingkap misteri maka penggunaannya dapat diperluas, khususnya dalam menjelaskan aspek integritas dalam Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan seni secara utuh. Dimana cara mengapresiasikan atau mengapresiasikan konsepsi ,segitiga insane ikhsan dan iman. Dan ada empat teori tentang etika sebelum mengawali uraian mengenai aspek etika IPTEKS seperti; konsekuensialisme, deontologi, etika hak, intuisionisme. Dalam pencapaian optimal terhadap produk IPTEKS, perlu diambil lebih baik memaksimalkan hasil karena tidak selamanya yang “baik atau benar” itu “bermanfaat” atau mungkin juga kita menyempurnakan kecerdasan artificial ke tingkat optimal ketimbang meningkatkan kecerdasan genetikal dan beberapa alternative lainnya. Adapun beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk meredam pengaruh negatif IPTEKS yaitu ; rehumanisasi, kemampuan memilih, arah perkembangan kemajuan, dan revitalisasi.
9
DAFTAR PUSTAKA oneforallindo.blogspot.com/2015/11/makalah-integritas-dan-aspek-etika.html https://www.scribd.com/doc/55449164/Ppt-Integritas-Dan-Etika-Ipteks tryaqiiz.blogspot.com/2014/09/makalah-wastek-unhas-alqis-niathri.html https://prezi.com/8-alquaa5mxl/integritas-dan-aspek/
10