Anggota: Dewi
Handayani
(P17424112058)
Mufida
Husna (P17424112075)
Nur
Ayu K.
Sekar Siti
Puty R. P.
Fatimah
(P17424112078) (P17424112078) (P17424112084) (P17424112084) (P17424112086)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran kemih, yang menunjukkan adanya mikroorganisme di dalam urin yang
Salah satu contoh infeksi saluran kemih adalah Cystitis.
Cystitis merupakan peradangan pada kandung kemih (Medical Surgical Nursing, 2004).
Cystitis dapat dibedakan menjadi dua: 1. Tipe infeksi Disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan parasit. 2. Tipe non infeksi Disebabkan oleh bahan kimia, radiasi, dan interstitial (tidak diketahui penyebabnya / idiopatik).
Infeksi saluran kemih sebagian disebabkan oleh bakteri, namun tidak tertutup kemungkinan infeksi dapat terjadi karena jamur dan virus. Bakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran
Bakteri infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh bakteri-bakteri di bawah ini : Kelompok enterobacteriaceae seperti : 1.Escherichia coli – Klebsiella pneumoniae – Enterobacter aerogenes – Proteus – Providencia – Citrobacter 2. Pseudomonas aeruginosa 3. Acinetobacter 4. Enterokokus faecalis 5. Stafilokokus sarophyticus
Penyebab penyakit sistitis berdasarkan tingkat kondisinya terbagi menjadi dua: 1. Sistitis Akut Penyakit sistitis yang terjadi secara tiba-tiba dalam waktu singkat, dan biasanya menunjukkan gangguan yang serius. Disebabkan oleh: E. coli (banyak ditemukan pada wanita) Infeksi ginjal Prostat hipertrofi karena adanya urine sisa Infeksi usus •
•
•
•
. Penyakit sistitis yang terjadi dalam periode lama, berulang, terjadi perlahan-lahan dan makin serius. Disebabkan oleh: Infeksi kronis dari traktus bagian atas. Adanya sisa urine. Stenosis dari traktus bagian bawah. Pengobatan sistitis akut yang tidak sempurna. Adanya faktor predisposisi. Infeksi yang konstan (infeksi ulang yang menetap) dan infeksi spesifik. •
• •
•
•
•
Faktor resiko yang berpengaruh terhadap infeksi saluran kemih 1. Panjang urethra 2. Faktor usia 3. Wanita hamil 4. Faktor hormonal seperti menopause 5. Gangguan pada anatomi dan fisiologis urin 6. Penderita diabetes
Adapun faktor resiko yang dapat mengakibatkan sistitis pada kalangan perempuan adalah sebagai berikut. 1. Hubungan Seksual. 2. Kontrasepsi. 3. Menopause. 4. Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih. 5. Riwayat medis.
Gambaran klinis dari penyakit infeksi saluran kemih umumnya adalah sebagai berikut: 1. Rasa sakit pada punggung 2. Adanya darah pada urin (hematuria) 3. Adanya protein pada urin (proteinuria) 4. Urin yang keruh 5. Ketidakmampuan berkemih meskipun tidak atau adanya urin yang keluar 6. Demam 7. Dorongan untuk berkemih pada malam hari (nokturia) 8. Tidak nafsu makan 9. Lemah dan lesu (malaise) 10.Rasa sakit pada saat berkemih (dysuria) 11.Rasa sakit di atas bagian daerah pubis (pada wanita)
Tanda dan gejala sistitis dapat dibedakan menjadi dua: 1.Sistitis akut a. Peningkatan frekwensi miksi, baik deural maupun noktural. b. Disuria karena epitel yang meradang tertekan, rasa nyeri pada daerah supra pubis atau perineal. c. Rasa ingin miksi d. Hematuria e. Pada wanita biasanya timbul setelah adanya infeksi saluran pernafasan atau setelah diare. f. Pada pria timbul prostitis setelah minum alkohol yang berlebihan. 2. Sistitis khronis
Patofisiologi infeksi saluran kemih berlangsung secara berurutan. Pada individu normal, biasanya lakilaki maupun perempuan urin selalu steril karena dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Utero distal merupakan tempat kolonisasi mikroorganisme nonpathogenic fastidious Gram-positive dan gram negative. (Sukandar, E., 2004).
Patogenesis infeksi saluran kemih sangat kompleks, karena tergantung dari banyak faktor seperti faktor pejamu (host) dan faktor organisme penyebab. Bakteri dalam urin dapat berasal dari ginjal, ureter, vesika urinaria atau dari uretra. Beberapa faktor predisposisi ISK adalah obstruksi urin, kelainan struktur, urolitiasis, benda asing, refluks atau konstipasi yang lama. Bakteri uropatogenik yang melekat pada pada sel uroepitelial, dapat mempengaruhi kontraktilitas otot polos dinding ureter, dan menyebabkan gangguan peristaltik ureter. Melekatnya bakteri ke sel uroepitelial, dapat meningkatkan virulensi bakteri tersebut (Hanson, 1999).
Bakteri masuk ke saluran kemih manusia dapat melalui beberapa cara yaitu : 1.Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat 2.Hematogen 3.Limfogen 4.Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi
Dua jalur utama masuknya bakteri ke saluran kemih adalah jalur hematogen dan asending, tetapi asending lebih sering terjadi.
“Cystitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh infeksi asenden (berupa aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih), dan disebabkan pula oleh adanya kontaminasi fekal (penggunaan kateter atau sistoskop)”
Untuk pemeriksaan infeksi saluran kemih, digunakan urin segar (urin pagi). Urin pagi adalah urin yang pertama tama diambil pada pagi hari setelah bangun tidur. Digunakan urin pagi karena yang diperlukan adalah pemeriksaan pada sedimen dan protein dalam urin. Sampel urin yang sudah diambil, harus segera diperiksa dalam waktu maksimal 2 jam. Apabila tidak segera diperiksa, maka sampel harus disimpan dalam lemari es atau diberi pengawet seperti asam format. –
Bahan untuk sampel urin dapat diambil dari:
1.Urin porsi tengah, sebelumnya genitalia eksterna dicuci dulu dengan air sabun dan NaCl 0,9%. 2.Urin yang diambil dengan kateterisasi 1 kali. 3.Urin hasil aspirasi supra pubik.
Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya adalah sebagai berikut: 1. Pemeriksaan laboratorium 2. Pemeriksaan bakteri (bakteriologis)
3. Pemeriksaan kimia 4. Tes Dip slide (tes plat-celup) 5. Pemeriksaan penunjang lain
Pemeriksaan penunjang dari infeksi saluran kemih terkomplikasi: 1. Bakteriologi / biakan urin 2. Interpretasi hasil biakan urin 3. Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari piuria 4. Tes Biokimia 5. Lokalisasi infeksi 6. Pemeriksaan radiologis dan penunjang lainnya
Prinsip pengobatan infeksi saluran kemih adalah memberantas (eradikasi) bakteri dengan antibiotika.
Tujuan pengobatan : 1.
Menghilangkan bakteri penyebab Infeksi saluran kemih.
2. Menanggulangi keluhan (gejala). 3.
Mencegah kemungkinan gangguan organ (terutama ginjal).
Tata cara pengobatan : 1. Menggunakan pengobatan dosis tunggal. 2. Menggunakan pengobatan jangka pendek antara 10-14 hari. 3. Menggunakan pengobatan jangka panjang antara 4-6 minggu. 4. Menggunakan pengobatan pencegaham (profilaksis) dosis rendah. 5. Menggunakan pengobatan supresif, yaitupengobatan lanjutan jika pemberantasan (eradikasi) bakteri belum memberikan hasil.
Antibiotika yang digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih terbagi dua, yaitu antibiotika oral dan parenteral.
Upaya penatalaksanaan pada infeksi saluran kemih dapat dilakukan dengan cara:
1.Istirahat 2.Diat 3.Medikamentosa
Pada ibu hamil, sistitis akut diberikan amoksisilin, nitrofurantoin atau sefalosporin.
Penatalaksanaan cystitis tipe noninfeksi adalah sebagai berikut. 1. Meningkatkan intake cairan 2-3 liter/hari 2. Kaji haluan urine terhadap perubahan warna, bau, dan pola berkemih, masukan dan haluan setiap 8 jam serta hasil urinalisis ulang 3. Bersihkan daerah perineum dari depan ke belakang 4. Hindari sesuatu yang membuat iritasi, contoh : CD dari nylon 5. Istirahat dan nutrisi adekuat 6. Kosongkan kandung kemih segera setelah merasa ingin BAK
sebagai berikut. 1. Minum banyak cairan untuk mengeluarkan bakteri yang ada dalam urine 2. Pemberian antibiotic oral selama 3 hari, jika infeksinya kebal AB 7 10 hari 3. Atropine untuk meringankan kejang otot 4. Fenazopridin untuk mengurangi nyeri 5. Membuat suasana air kemih menjadi basa yaitu dengan meminum baking soda yang di larutkan dalam air 6 P b d h bil d b t –
1. Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kemih. 2. Bagi perempuan, membersihkan organ intim dengan sabun khusus yang memiliki pH balanced (seimbang) sebab membersihkan dengan air saja tidak cukup bersih. 3. Pilih toilet umum dengan toilet jongkok. Sebab toilet jongkok tidak menyentuh langsung permukaan toilet dan lebih higienis. Jika terpaksa menggunakan toilet duduk, sebelum menggunakannya sebaiknya bersihkan dahulu pinggiran atau dudukan toilet. Toilet-toilet umum yang baik biasanya sudah menyediakan tisu dan cairan pembersih dudukan toilet. 4. Jangan membersihkan organ intim di toilet umum dari air yang ditampung di bak mandi atau ember. Pakailah shower atau keran.