LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA Identifikasi Senyawa Golongan Glikosida Saponin, Triterpenoid Dan Steroid (Ekstrak Sapindus rarak DC )
Nama
: Wika Tanika
NIM/ Kelas : 201510410311120/Farmasi 201510410311120/Farmasi C Kelompok
:2
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2018
Identifikasi Senyawa Golongan Glikosida Saponin, Triterpenoid dan Steroid (Ekstrak Sapindus rarak DC)
1. TUJUAN
: Mahasiswa mampu melakukan identifikasi senyawa golongan glikosida saponin,teriterpenoid dan steroid dalam tanaman.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lerak (Sapindus rarak DC)
Gambar : Buah Lerak (Sapindus rarak DC)
2.1.1
2.1.2
Klasifikasi Lerak Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta,
Sub Divisi
: Angiospermae,
Kelas
: Dicotyledone,
Ordo
: Sapindales,
Famili
: Sapindaceae,
Genus
: Sapindus,
Spesies
: Sapindus rarak DC.
Morfologi Larek Semak, perdu, atau pohon, kadang-kadang liana dengan alat-alat pembelit. Daun tunggal atau majemuk atau menyirip tunggal atau berganda, duduknya tersebar, jarang berhadapan, dengan atau tanpa daun penumpu. Bunga banci berkelamin tunggal, atau poligam, seringkali berumah 2, tersusun dalam rangkaian yang bermacam-macam, biasanya berbentuk malai, zigomorf dengan bidang simetri miring. Daun kelopak 5, bebas atau berlekatan, ter susun
seperti genting atau katup. Daun mahkota 3-5, sering tidak terdapat. Cakram biasanya terdapat seringkali pada satu sisi saja di luar lingkaran benang sari. Benang sari 8, kadang-kadang 5-10, atau banyak, tertanam di sebelah dalam cakram, tangkai sari bebas, sering berambut. Kepala sari beruang 2. Bakal buah menumpang, dekat pangkal berlekuk atau berbagi, biasanya sering beruang 3, sering hanya beruang 2, tiap ruang kebanyakan hanya berisi 1 bakal biji, adakalanya 2 atau lebih. Buahnya buah kendaga, buah keras, buah batu atau buah berbagi, sering bersayap. Biji mempunyai salut, tanpa endosperm, lembaga terlipat atau terpilin (Citosupomo,2004). 2.1.3
Kandungan Senyawa Kimia Larek Pengujian secara kualitatif senyawa yang terdapat pada daging buah diantaranya adalah triterpen, alkaloid, steroid, antrakinon, tanin, fenol, flavonoid, dan minyak atsiri. Pada kulit buah, biji, kulit batang dan daun lerak mengandung saponin dan flavonoid, sedangkan kulit buah juga mengandung alkaloida dan polifenol. Kulit batang dan daun tanaman lerak mengandung tanin. Senyawa aktif yang telah diketahui dari buah lerak adalah senyawa senyawa dari golongan saponin dan sesquiterpen (Sunaryadi, 1999).
2.2 Senyawa Kimia 2.2.1 Senyawa glikosida Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan 2 bagian senyawa, yaitu gula dan bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk ikatan berupa jembatan oksigen , jembatan nitrogen, jembatan sulfur, maupun jembatan karbon. Bagian gula biasanya disebut glikon sementara bagian bukan gula disebut aglikon atau genin. Apabila glikon dan aglikon saling terikat maka senyawa ini disebut sebagai glikosida. Dalam bentuk glikosida, senyawa ini larut dalam pelarut polar seperti air. Namun, bila terurai maka aglikonnya tidak larut dalam air karena larut dalam pelarut organik nonpolar. Apabila bentuk senyawa glikon tidak sama dengan senyawa aglikon maka disebut heterosida. Glikosida dibagi menjadi beberapa golongan, antara lain : a. Glikosida steroid Glikosida steroid adalah glikosida yang aglikonnya berupa steroid. Glikosida steroid disebut juga glikosida jantung karena memiliki daya kerja kuat dan spesifik terhadap otot jantung.
b. Glikosida saponin Glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa sapogenin. Glikosida saponin bisa berupa saponin steroid atau saponin triterpenoid (Gunawan dan Mulyani,2004). 2.2.2 Triterpenoid Triterpenoid adalah scnyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan berupa alkohol, aldehida, atau asam karboksilat. Mereka berupa senyawa tanpa warna, berbentuk kristal, sering kali bertitik leleh tinggi dan aktil optik, yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya. Uji yang banyak digunakan ialah reaksi LicbermanBurchard (anhidrida asetat H2 SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena mcmberikan warna hijau biru. Triterpenoid dapat dipilih menjadi sekurang-kurangnya empat golongan senyawa: triterpena scbenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung (Harborne,1984). 2.2.3
Saponin Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol,saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah (Harborne,1984).
2.2.4. Steroid Inti steroid dasar sama dengan inti lanosterol dan triterpenoid tetrasiklik lain, tetap hanya pada dua gugus metil yang terikat pada sistem cincin, pada posisi 10 dan 13. Rantai samping delapan-karbon yang terdapat dalam lanosterol juga terdapat dalam banyak steroid, terutama dari sumber hewan, tetapi kebanyakan steroid tumbuhan mempunyai satu atau dua atom karbon tambahan. Nama 'sterol' dipakai khusus untu steroid alkohol, tetapi karena praktis semua steroid tumbuhan berupa alkohol dengan gugus hidroksil pada C-3, sering kali semuanva disebut sterol. Tata nama steroid dipersulit oleh keharusan membedakan antara konfigurasi sterokimia yang mungkin. Sebagian besar steroid tumbuhan cincinnya disambungkan satu sama lain dengan ikatan trans. Akibatnya ialah bahwa seluruh sistem cincin terletak
pada satu bidang(sebidang)dan gugus penyulih mencuat tegak lurus pada bidang cincin (Robinson,1995). 2.3 Identifikasi Senyawa 2.3.1 Penentuan kuantitatif Saponin relatif merupakan senyawa stabi, tetapi lama-lama sebagian saponin akan diubah menjadi senyawa yang tidak aktif. Kemampuan hemolitik dari senega akan menurun pada penyimpanan, tetapi sarsaparilla tidak menurun. Ternyata sarsapcrilla yang disimpan selama 50 tahun masih tetap memiliki aktivitas penuh seperti aktivitas awalnya. 2.3.2 Indeks buih diperiksa. Reaksi idenufikasi in Indeks buih menunjukkan angka pengenceran dari bahan yang yang akan memberikan lapisan buih setinggi 1 cm bila larutan sampel ditambah air digojog dalam gelas ukur selama 15 detik dan selanjutnya dibiarkan selama 15 menit sebelum dilakukan pengamatan (Harborne,1984). 2.3.3 Indeks ikan Ikan kecil dimasuk.kan ke dalam larutan obat dengan berbagai kadar. Angka kebalikan pengen- ceran yang dipelnkan untuk membunuh 60 % ikan dalam wara - catu jam disebut indeks ikan (Harborne,1984). 2.3.4 Indeks hemolisis Suatu seri pengenceran dekokta air dari simplisia ditambahkan ke dalam larutan garam fisiologis yang mengandung 2.5 % darah bebas fibrin. Hemolisis
akan
terjadi
bila
ditambahkan
saponin
yang
cukup
(Harborne,1984). 2.3.5 Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Kromatografi lapis tipis praktis selalu dilakukan pada lapisan silika gel. KLT silika gel AgNO, (bubur silika gel untuk membuat pelat disiapkan dengan menggunakan tarutan AgNO,) digunakan untuk memisahkan triterpenoid tak jenuh berdasarkan jumlah ikatan rangkap terisolasi yang ada dalam molekul. Iebih dari 50 pcreaksi pendetoksi telah didaftar oleh Lisboa (1969) dan Neher (1969) dalam tinjauan baru mengenai KLT steroid. Dari 50 percaksi ters ebut, yang mungkin paling populer ialah pereaksi Carr - Price, yaitu larutan antimon klorida 20 % dalam kloroform. Pada pemanasan, selama 10 menit pada 100°C, pelat yang telah disemprot menghasilkan berbagai warna yang
terlihat dengan sinar UV. Pereaksi Lieberman-Burchard telah disesuaikan untuk KLT. Pelat disemprot dengan campuran misalnya H 2SO4 pekat 1 ml, anhidrida asetat 20 ml, dan CHCI3 50 ml, lalu dipanaskan pada 85-95°C selama 15 menit. Di sini pun terjadi berbagai warna yang disebabkan oleh triterpena yang berlainan dan kepekaannya sangat 3 baik (2-5 Hg) (Harborne,1984).
3. ALAT dan BAHAN
3.2 Bahan
3.1 Alat a. Pipet
a. Ekstrak Sapindus rarak DC.
b. Tissue dan kain lap
b. Aquades
c. Sudip
c. Etanol
d. Label
d. H2SO4 pekat
e. Penjepit kayu
e. HCl 2 N
f.
f. Asam asetat anhidrat
Aluminuim foil
g. Pinset vial 10 ml
g. NH4OH
h. KLT
h. n-heksana-etil asetat (4:1)
i.
i.
Kiesel Gel GF 254
j.
Anisaldehida asam sulfat
Plat kaca
4. PROSEDUR KERJA
4.1 Uji Buih a. Ekstrak sebanyak 0,2 gram dimasukkan tabung reaksi, kemudian ditambah air suling 10 ml, dikocok kuat-kuat selama kira-kira 30 detik b. Tes buih positif mengandung saponin bila teradi buih yang stabil selama lebilh dari 30 menit dengan tinggi 3 cm di atas permukaan cairan. 4.2 Reaksi Wama a. Preparasi sampel 0,5 gram ekstrak dilarutkan dalam 15 ml etanol, lalu dibagı menjadi tiga bagıan masing-masing 5 ml, disebut sebagai larutan IIA, IIB, dan IIC. b. Uji Liebermann-Burchard 1) Larutan IIA digunakan sechagaı blanko. Larutan IIB sebanyak 5 ml ditambah 3-2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes H2SO4 pekat, amati
perubahan warna yang terjadi. Kemudian kocok perlahan dan diamati teradinya perubahan warna. 2) Terjadinya warna hijau bıru menunjukkan adanya saponin steroid warna merah ungu menunjukkan adanya saponin triterpenoid dan warna kuning muda menunjukkan adanya saponin triterpenoid steroid jenuh 3. c. Uji Salkowski 1) Larutan IIA digunakan sebagaı blanko. Larutan IIC sebanyak 5 ml ditambah 1-3 ml H 2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi. 2) Adanya steroid tak jenuh ditandaı dengan timbulnva cincin warna merah 4.3 Kromatografi Lapis Tipis a. Identifikasi sapogenin steroid /triterpenoid 1) Ekstrak sebanyak 0,5 gram ditambah 5 ml HCI 2N, didihkan dan tutup dengan corong berisi kapas basah selama 50 menit untuk menghidrolisis saponin 2) Setelah dingin, tambahkan ammonia sampai basa, kemudian ekstraksi dengan 4-5 ml n-heksana sebanyak 2x, lalu uapkan sampai tinggal 0,5 ml, totolkan pada plat KLT. Fase diam
: Kiesel Gel 254
Fase gerak
: n-heksana-etil asetat
Penampak noda
:Anisaldehida asam sulfat (dengan pemanasan)
3) Adanya sapogenin ditunjukkan dengan terjadinnya warna merah ungu (ungu) untuk anesaldehida asam sulfat. b. Identifikası terpenoid/steroid bebas secara KLT 1) Sedikit ekstrak ditambah beberapa tetes etanol, diaduk sampai larut, totolkan pada fase diam. 2) Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan : Fase diam
: Kiesel Gel 254
Fase gerak
: n-heksana-etil asetat
Penampak noda
: Anisaldehida asam sulfat (dengan pemanasan)
3) Adanya terpenoid/steroid ditunjukkan dengan terjadinya warna mera atau ungu.
5. BAGAN ALIR
5.1 Uji Buih
Ekstrak sebanyak 0,2 gram + air suling 10 ml, dikocok kuat-kuat selama kira-kira 30 detik
Tes buih Hasil positif: buih yang stabil selama lebih dari 30 menit dengan tinggi 3 cm di atas permukaan cairan.
5.2 Reaksi Warna a. Preparasi sampel 0.5 gram ekstrak + 15 ml etanol, dibagı menjadi 3 bagıan masing-masing 5 ml, disebut sebagai larutan IIA, IIB, dan IIC.
b. Uji Liebermann-Burchard Larutan IIA digunakan sebagai blanko. Larutan IIB sebanyak 5 ml ditambah 3-2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes H2SO4 pekat. Kemudian kocok perlahan
Amati perubahan warna yang terjadi
c. Uji Salkowski Larutan IIA digunakan sechagaı blanko. Larutan IIC sebanyak 5 ml ditambah 1-3 ml H 2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi.
Amati perubahan warna yang terjadi 5.3 Kromatografi Lapis Tipis a. Identifikasi sapogenin steroid /triterpenoid Ekstrak sebanyak 0,5 gram + 5 ml HCI 2N, didihkan dan tutup dengan corong berisi kapas basah selama 50 menit untuk menghidrolisis saponin.
Setelah dingin, tambahkan ammonia sampai basa, kemudian ekstraksi dengan 4-5 ml n-heksana sebanyak 2x, lalu uapkan sampai tinggal 0,5 ml. Siap ditotolkan pada plat KLT.
Fase diam
: Kiesel Gel 254
Fase gerak
: n-heksana-etil asetat
Penampak noda
: Anisaldehida asam sulfat (dengan pemanasan)
Sapogenin positif : warna merah ungu (ungu) untuk anesaldehida asam sulfat.
b. Identifikası terpenoid/steroid bebas secara KLT Sedikit ekstrak ditambah beberapa tetes etanol, diaduk sampai larut, totolkan pada fase diam.
Fase diam
: Kiesel Gel 254
Fase gerak
: n-heksana-etil asetat
Penampak noda
: Anisaldehida asam sulfat (dengan pemanasan)
Terpenoid/steroid positif : warna merah ungu (ungu)
6. SKEMA KERJA 6.1 Uji Buih
Ekstrak sebanyak 0,2 gram + air
Tunggu selama 30 detik
suling 10 ml, dikocok kuat-kuat selama kira-kira 30 detik
6.2 Reaksi Warna a. Preparasi sampel
0,5 gram ekstrak dilarutkan dalam 15 ml etanol
Dibagı menjadi tiga bagıan masing-masing 5 ml, disebut sebagai larutan IIA, IIB, dan IIC.
b. Uji Liebermann-Burchard
Larutan II A
5 ml larutan II B + 3 tetes asam
sebagai blanko
asetat anhidrat + 1 tetes H2SO4
Dikocok perlahan dan Amati perubahan warna
Amati perubahan warna
c. Uji Salkowski
Larutan II A
5 ml larutan II C + 1-2 ml H 2SO4
sebagai blanko
pekat melalui dinding tabung reaksi
6.3 Kromatografi Lapis Tipis a. Identifikasi sapogenin steroid/triterpenoid
0,5 g ekstrak + 5 ml HCl 2N
Didihkan dan tutup dengan corong berisi kapas basah selama 50 menit.
Diekstraksi dengan 4-5 ml n-
Setelah dingin, + NH4OH sampai
heksana sebanyak 2 kali
basa
Diuapkan sampai tinggal 0,5 ml
Totolkan pada plat KLT dan amati warna nya
b. Identifikasi terpenoid/steroid bebas secara KLT
sedikit ekstrak + beberapa tetes etanol
Diaduk ad larut
Totolkan pada plat KLT dan amati warna nya
7. HASIL PENGAMATAN
7.1. Uji Buih Tinggi buih setelah dikocok Tinggi buih setelah ditunggu 30 menit
Buih setelah dikocok selama 30 detik
5,0 cm 4,5 cm
Buih setelah ditunggu 30 menit
7.2. Uji Warna a. Uji Liebermann - Burchard
IIA Blanko
IIB
Warna
Hasil
merah ungu
Positif mengadung saponin tritepenoid
b. Uji Salwoski
IIA Blanko IIC
Warna
Hasil
cincin warna merah
Positif mengandung steroid
7.3. Kromatografi Lapis Tipis Fase diam
: Kiesel Gel 254
Fase gerak
: n-heksana-etil asetat
a. UV 254 nm
b. UV 365 nm
c. Derivatisasi Anisaldehida asam sulfat pada UV 365 nm
d. Derivatisasi Anisaldehida asam sulfat secara visual
Tabel hasil harga Rf uji kromatografi lapis tipis No. Dengan Hidrolisis Harga Rf Warna 0,56 Merah Keunguan 1
Tanpa Hidrolisis Harga Rf Warna 0,25 ungu
2
0,68
Merah Keunguan
-
3
0,9
Merah Keunguan
-
4
1,0
ungu
1,0
ungu
DAFTAR PUSTAKA
Citrosupomo, Gembong. 2004. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta. Gajah Mada University Press. Gunawan, Didik dan Sri Mulayani. 2004. Ilmu Obat Alam ( Farmakognosi) Jilid 1. Jakarta. Penebar Swadaya. Harborne, J.B. 1984. Metode Fitokimia Penuuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung. ITB. Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi Edisi keenam.Bandung. ITB.