HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU BERSALIN DENGAN
RETENSIO PLASENTA
Mayang NotikaRatu1, Firmansayah2, Yulinda Fetritura3
1Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
2Dokter Spesialis Kandungan di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD Raden
Mattaher Jambi
3Dinas Kesehatan Kota Jambi
Latar Belakang : Retensio plasenta merupakan penyebab sebagian besar kasus
perdarahan postpartum, sedangkan perdarahan postpartum merupakan penyebab
kematian maternal terbanyak di Indonesia. Retensio plasenta adalah
tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30
menit setelah bayi lahir. Biasanya setelah janin lahir, beberapa menit
kemudian mulailah proses pelepasan plasenta disertai sedikit perdarahan.
Bila plasenta sudah lepas dan turun ke bagian bawah rahim, maka uterus akan
berkontraksi untuk mengeluarkan plasenta. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian retensio plasenta pada ibu bersalin adalah umur, multiparitas, dan
riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui hubungan umur, paritas dan riwayat kehamilan dan persalinan
terdahulu ibu bersalin terhadap retensio plasenta.
Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian analitik
observasional dengan pendekatan case control dan data dikumpul secara
retrospektif. Penelitian ini dilakukan di Bangsal Kebidanan RSUD Raden
Mattaher Jambi. Populasi penelitian adalah seluruh ibu bersalin di Bangsal
Kebidanan RSUD Raden Mattaher tahun 2011 – 2012 sebanyak 120 orang. Data
dianalisis dengan uji chi square adalah analisis univariat dan bivariat.
Hasil : Dari hasil penelitian didapatkan, responden yang mengalami retensio
plasenta, umur yang berisiko tinggi sebanyak 50,0%, Sebanyak 91,7%
multipara, dan Terdapat 38,3% yang memiliki riwayat kehamilan dan
persalinan terdahulu di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2011 – 2012. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara umur
yang berisiko tinggi (P=0,041, OR=2,158); multipara (P=0,00, OR=11,000);
memiliki riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu (P=0,046, OR=2,247).
Kesimpulan : Ibu bersalin dengan faktor risiko umur ibu, multipara, dan
riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu berisiko lebih tinggi mengalami
retensio plasenta.
Kata Kunci : Umur, Paritas, Riwayat Kehamilan dan Persalinan Terdahulu,
Retensio Plasenta.
PENDAHULUAN
Di Indonesia, Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu
indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. AKI
menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian
terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk
kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam
masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama
kehamilan per 100.000 kelahiran hidup.1
Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung.
Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan,
persalinan, atau masa nifas dan segala intervensi atau penanganan tidak
tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung merupakan
akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu
kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia,
HIV/AIDS, dan penyakit kardiovaskular.2
Secara global 80% kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung.
Pola penyebab langsung dimana-mana sama, yaitu : perdarahan (25%, biasanya
perdarahan pascapersalinan), sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan
(12%), partus macet (8%), komplikasi aborsi tidak aman (13%), dan sebab-
sebab lain (8%).2
World Health Organization (2008) melaporkan pada tahun 2005 terdapat
536.000 wanita meninggal akibat akibat komplikasi kehamilan dan persalinan,
dan 400 ibu meninggal per 100.000 kelahiran hidup (Maternal Mortality
Ratio). Angka kematian ibu (AKI) di negara maju diperkirakan 9 per 100.000
kelahiran hidup dan 450 per 100.000 kelahiran hidup di negara berkembang.
Hal ini mengindikasikan bahwa 99% dari kematian ibu oleh karena kehamilan
dan persalinan berasal dari negara berkembang.3
AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa
kehamilan, persalinan, dan nifas. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) Tahun 2007 menyebutkan bahwa AKI untuk periode 5 tahun sebelum
survei (2003-2007) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini
lebih rendah dibandingkan AKI hasil SDKI tahun 2002-2003 yang mencapai 307
per 100.000 kelahiran hidup.1
Manajemen aktif kala tiga persalinan mempercepat kelahiran plasenta dan
dapat mencegah atau mengurangi perdarahan postpartum. Waktu yang paling
kritis untuk mencegah perdarahan postpartum adalah ketika plasenta lahir
dan segera setelah itu. Ketika plasenta terlepas atau sepenuhnya terlepas
tetapi tidak keluar, maka perdarahan terjadi di belakang plasenta sehingga
uterus tidak dapat sepenuhnya berkontraksi karena plasenta masih di dalam.
Kontraksi pada otot uterus merupakan mekanisme fisiologi yang menghentikan
perdarahan.5
Menurut hasil survei di RSUD Raden Mattaher Jambi tercatat bahwa jumlah
penderita retensio plasenta, yaitu : tahun 2011 kasus retensio plasenta
terdapat 49 kasus (5,3 %) per 924 persalinan normal dan tahun 2012 kasus
retensio plasenta terdapat 54 kasus (6,1 %) per 892 persalinan normal.
Berdasarkan uraian tersebut, inilah yang melatarbelakangi peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Hubungan Faktor
Risiko Ibu Bersalin dengan Retensio Plasenta Di Bangsal Kebidanan Rumah
Sakit Umum Raden Mattaher Jambi Tahun 2011 – 2012.
METODE
Penelitian ini dilakukan di RSUD Raden Mattaher dengan mengambil data
sekunder berupa rekam medik. Waktu penelitian dilaksanakan selama bulan
Juni dan Juli 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah desain case
control tidak berpasangan dengan membandingkan faktor risiko pada kelompok
kasus dan kelompok kontrol. Data yang dikumpulkan dengan pendekatan
retrospektif. Pemilihan sampel dipilih dengan teknik simple random
sampling. Kelompok kontrol diambil dari rumah sakit yang sama dan dipilih
dengan teknik purposive sampling. Besar sampel yang diambil yaitu sebanyak
60 kelompok kasus dan 60 kelompok kontrol. Adapun kriteria inklusi kelompok
kasus pada penelitian ini adalah ibu bersalin yang dilakukan manajemen
aktif kala tiga dan mengalami retensio plasenta. Kelompok kontrol adalah
ibu bersalin yang mengalami plasenta previa dan solusio plasenta. Kriteria
eksklusi dari penelitian ini adalah data yang diambil dari status pasien
kurang lengkap dan status hilang atau tidak ditemukan.
Data penelitian ini dicatat dalam lembar pengumpulan data dengan cara
editing, coding, entry data, dan cleaning data. Analisis data dilakukan
dengan program komputerisasi. Analisis kesetaraan kelompok penelitian
dengan uji chi square. Pengukuran kekuatan hubungan kausatif dengan
perhitungan Odds Ratio (OR) dengan interval kepercayaan 95%.
HASIL
Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel beserta penjelasan.
Tabel 1. Distribusi frekuensi faktor risiko penelitian
"Faktor "Retensio Plasenta "
"Risiko " "
" "Kasus N= "Kontrol "
" "60 "N=60 "
" "N "% "N "% "
"Umur Ibu " " " " "
"Risiko " " " " "
"Tinggi " " " " "
" "30 "50,0"19 "31,7"
"Risiko " "50,0"41 "68,3"
"Rendah "30 " " " "
"Paritas Ibu" " " "50,0"
"Multipara "55 "91,7"30 "50,0"
"Primipara "5 "8,3 "30 " "
" Riwayat " "38,3"13 "21,7"
"Ibu "23 "61,7"47 "78,3"
"Ada "37 " " " "
"Tidak Ada " " " " "
Berikut ini adalah hasil analisis bivariat antara variabel faktor
risiko dengan retensio plasenta.
Tabel 2. Hubungan antara faktor risiko dengan retensio plasenta
"Faktor "OR "95% CI "P-val"
"risiko " " "ue "
"Umur Ibu " " " "
"Risiko "2,15"1,027-4"0,041"
"Tinggi "8 ",536 " "
"Risiko " " " "
"Rendah " " "0,000"
"Paritas Ibu"11,0"3,865-3" "
"Multipara "00 "1,310 " "
"Primipara " " "0,046"
"Riwayat Ibu" " " "
"Ada "2,24"1,005-5" "
"Tidak Ada "7 ",027 " "
PEMBAHASAN
Dilihat dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ibu bersalin pada
kelompok kasus, umur risiko tinggi dan umur risiko rendah sama-sama
berjumlah 50% (30) responden. Sedangkan kelompok kontrol pada umur risiko
tinggi jumlahnya yaitu 31,7% (19) responden dan umur risiko rendah yaitu
68,3% (41) responden.
Hasil uji statistic chi square didapatkan nilai P = 0,041 (p<0,05)
maka hasil tersebut bermakna, artinya Ho ditolak, terdapat hubungan antara
umur ibu dengan retensio plasenta, hasil analisis diperoleh nilai OR (Odds
Ratio) yaitu sebesar 2,158 dengan tingkat kepercayaan 95% artinya umur
risiko tinggi mempunyai risiko 2,158 kali untuk mengalami retensio plasenta
dibandingkan dengan risiko rendah.
Secara teoritis, umur merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan
yang dapat mengakibatkan kematian maternal.2,10 Hal ini disebabkan pada
wanita dengan meningkatnya usia terjadi penurunan yang progresif dari
endometrium sehingga untuk mencukupi kebutuhan nutrisi janin diperlukan
pertumbuhan plasenta yang lebih luas, plasenta akan mengadakan perluasan
implantasi dan vili khorialis akan menembus dinding uterus lebih dalam lagi
sehingga akan terjadi plasenta adhesiva sampai perkreta.
Hal ini sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Nani Hidayanti
(2011), hasil uji statistik p = 0,003 lebih rendah dari nilai alpha (,
sehingga ada hubungan yang bermakna antara usia dengan kejadian retensio
plasenta.26
Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Nanda Putri
Ramadhani di Rumah Sakit Al-Ihsan Bandung Tahun 2010 yang menyatakan tidak
ada hubungan yang bermakna (p=0,500) antara umur ibu dengan kejadian
retensio plasenta.11
Berdasarkan hasil tersebut maka diperlukan upaya dari tenaga kesehatan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan dalam menolong persalinan
khususnya pada ibu dengan umur yang berisiko tinggi agar terhindar dari
kejadian retensio plasenta, serta upaya dari ibu sendiri guna mengatur
kehamilannya. Bagi ibu yang mengalami kehamilan pada usia yang beresiko
hendaknya melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin guna mengetahui
secara awal kemungkinan terjadinya komplikasi dalam kehamilan dan
persalinan khususnya retensio plasenta.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa prevalensi ibu bersalin
pada kelompok kasus, multipara jumlahnya yaitu 91,7% (55) responden dan
primipara yaitu 8,3% (5) responden sedangkan kelompok kontrol pada
multipara dan primipara sama-sama berjumlah 50% (30) responden.
Hasil uji statistic chi square di dapatkan nilai P = 0,000 (p<0,05)
maka hasil tersebut bermakna, artinya Ho ditolak, terdapat hubungan antara
paritas ibu dengan retensio plasenta. Hasil analisis diperoleh nilai OR
(Odds Ratio) yaitu sebesar 11,000 dengan tingkat kepercayaan 95% artinya
multipara mempunyai risiko 11,000 kali untuk mengalami retensio plasenta
dibandingkan dengan primipara.
Menurut Sarwono (2010) kejadian terjadinya retensio plasenta sering
terjadi pada ibu dengan multiparitas. Paritas mempunyai pengaruh terhadap
kejadian perdarahan postpartum yang diakibatkan retensio plasenta karena
pada setiap kehamilan dan persalinan terjadi penurunan sel-sel desidua.15
Akibat penurunan sel-sel desidua atau tidak adanya sel desidua basalis dan
kelainan perkembangan lapisan fibrinoid secara parsial dan total, vilus
plasenta melekat ke myometrium (plasenta akreta), benar-benar menginvasi
myometrium (plasenta inkreta), atau menembus myometrium (plasenta
perkreta).6 Vaskularisasi endometrium akan berkurang mengakibatkan
terjadinya penurunan suplai darah ke plasenta sehingga plasenta akan
mengadakan implantasi jauh kedalam jaringan endometrium sampai ke jaringan
miometrium. Implantasi inilah yang dapat menyebabkan tertahannya plasenta
atau tidak dapat lahirnya plasenta setengah jam setelah janin lahir.
Menurut penelitian Sosa CG (2009) menyebutkan bahwa di populasi Amerika
Latin insidensi retensio plasenta mencapai 33,3%, dengan karakteritik
paritas ibu yang paling berisiko adalah multipara.10
Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan Nani Hidayanti
(2011), Hasil uji statistik p = 0,043 lebih rendah dari nilai alpha (,
sehingga ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian retensio
plasenta.26
Tetapi hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nanda
Putri Ramadhani di Rumah Sakit Al-Ihsan Bandung Tahun 2010 yang menyatakan
tidak ada hubungan yang bermakna (p=0,269) antara paritas ibu dengan
kejadian retensio plasenta.11
Berdasarkan hasil tersebut maka diperlukan upaya kerjasama dengan pihak
terkait seperti tenaga keseahtan untuk dapat meningkatkan pelayanan
kebidanan bagi ibu hamil dan memberi upaya preventif terhadap faktor-faktor
risiko terjadinya retensio plasenta seperti penyuluhan untuk tidak memiliki
anak lebih dari dua.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa prevalensi ibu bersalin
pada kelompok kasus, ada riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu
jumlahnya yaitu 38,3% (23) responden dan tidak ada riwayat kehamilan dan
persalinan terdahulu yaitu 61,7% (37) responden sedangkan kelompok kontrol
pada ada riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu jumlahnya yaitu 21,7%
(13) responden dan tidak ada riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu
yaitu 78,3% (47) responden.
Hasil uji statistik chi square di dapatkan nilai P = 0,046 (p<0,05)
maka hasil tersebut bermakna, artinya Ho ditolak, terdapat hubungan antara
riwayat kehamilan dan persalinan ibu dengan retensio plasenta, hasil yang
diperoleh nilai OR (Odds Ratio) yaitu sebesar 2,247 dengan tingkat
kepercayaan 95% artinya ada riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu
mempunyai risiko 2,247 kali untuk mengalami retensio plasenta dibandingkan
dengan tidak ada riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu.
Riwayat kehamilan dan persalinan yang dialami oleh seorang ibu juga
merupakan risiko tinggi dalam terjadinya perdarahan. Cidera dalam alat
kandungan atau jalan lahir dapat ditimbulkan oleh proses kehamilan
terdahulu dan berakibat buruk pada kehamilan yang sedang di alami. Hal ini
dapat berupa keguguran, bekas persalinan berulang dengan jarak pendek,
bekas operasi (section caesarea) atau bekas kuretase.2,22`
Perlekatan plasenta yang abnormal terjadi apabila pembentukkan desidua
terganggu. Keadaan yang terkait mencakup implantasi di segmen bawah uterus;
diatas jaringan parut seksio sesaria atau insisi uterus lainnya atau
setelah kuretase uterus. Dalam ulasannya terhadap 622 kasus yang
dikumpulkan antara tahun 1945 dan 1969, Fox (1972) mencatat karakteristik,
yaitu :6
1. Seperempat pasien pernah menjalani section caesarea.
2. Hampir seperempat pernah menjalani kuretase.
Menurut Hardardottir dkk. (1996), hampir separuh plasenta pada wanita
dengan riwayat section caesarea memperlihatkan perlekatan serat-serat
myometrium secara mikroskopis.6
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Eka Septi Widiawati (2011),
hasil penghitungan statistik menunjukkan adanya hubungan riwayat kuretase
dengan kejadian retensio plasenta (p value = 0,000).27 Begitu juga dengan
pembahasan Nani Hidayanti (2011),26 riwayat retensio plasenta pada
persalinan sebelumnya memiliki hubungan dengan kejadian retensio plasenta
dimana terjadi pengembangan desidua pada segmen bawah uterus relatif jelek,
penipisan endometrium sehingga perlekatan plasenta menjadi abnormal.
Berdasarkan hasil tersebut, maka petugas kesehatan perlu memberikan
konseling pada ibu dengan riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin, guna memantau kesehatan ibu
dan janin yang dikandungnya, guna menghindari terjadinya retensio plasenta.
Kesimpulan DAN SARAN
Setelah dilakukan penelitian terhadap ibu bersalin yang mengalami retensio
plasenta dan ibu bersalin yang memiliki risiko mengalami retensio plasenta
di RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2011 – 2012, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Adanya hubungan yang bermakna antara umur ibu bersalin dengan kejadian
retensio plasenta.
2. Adanya hubungan yang bermakna antara paritas ibu bersalin dengan
kejadian retensio plasenta.
3. Adanya hubungan yang bermakna antara riwayat kehamilan dan persalinan
terdahulu ibu bersalin dengan kejadian retensio.
UCAPAN TERIMAKASIH
1. Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi Dr. dr.
H. Yuwono M.Biomed.
2. Pembantu Dekan 1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Jambi dr. Irawan Anasta Putra, Sp.A
3. Pembantu Dekan 2 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Jambi dr. Nindya Aryanty M.Med.Edu.
4. Pembantu Dekan 3 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Jambi dr. H. Armaidi Darmawan, M.Epid
5. dr. Firmansyah, Sp.OG, sebagai dosen pembimbing I atas segala
bimbingan, saran dan motivasi yang telah diberikan selama penyusunan
skripsi penelitian ini.
6. dr. Hj. Yulinda Fetritura, M.Kes sebagai dosen pembimbing II yang
telah banyak memberikan bimbingan, saran, serta motivasi yang telah
diberikan selama penyusunan skripsi penelitian ini.
7. Kedua orang tua dan kakak serta keluarga yang selalu memberikan
dorongan, perhatian, ketulusan dan semangat yang tidak akan mungkin
dapat diganti dengan apa pun.
8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2009, atas kerja sama yang baik dan
kekompakkan selama ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hasnawati, Sitohang V, Brahim R. Profil Kesehatan Republik Indonesia
2009. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Hal 30.
2. Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH. Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo ed. 4. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2010.
Hal 54; 307-10; 522-27
3. WHO. Maternal Mortality. 2008. Diunduh dari
:http://who.int/data/statistik/kehamilan. Diakses tanggal 10 november
2012.
4. Herwan, Heryantomi. Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2010. Jambi: Dinas
Kesehatan Provinsi Jambi. 2011. Hal 33
5. Saifuddin AB, Adriansz G, Winkjosastro GH, Waspodo TS. Buku Acuan
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2012. Hal 115-18; 173-83
6. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap III LC, Hauth JC, Wenstrom
KD. Obstetri Williams ed. 21. Jakarta: EGC. 2006. Hal 704-11
7. Sofian A. Sinopsis Obstetri :Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi ed.
3. Jakarta: EGC. 2012. Hal 298-300
8. Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, Wirakusumah FF. Ilmu Kesehatan
Reproduksi :Obstetri Patologi ed. 2. Jakarta: EGC. 2012. Hal 174-76
9. Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBGF. Pengantar Kuliah Obstetri.
Jakarta: EGC.2007. Hal 810-21
10. Sosa CG, Althabe F, Belizan JM, Buekens P. Risk Factor for Postpartum
Hemorrhage in Vaginal Deliveries in a Latin-American Population.
Obstetric& Gynecology Journal. June 2009. 113(6): 1313-19
11. Nanda Putri amadhani, Hubungan antara karakteritik Pasien dengan
Kejadian Retensio Plasenta pada Pasien yang Dirawat di RumahSakit Al-
Ihsan Bandung periode 1 januari 2010 – 31 desember 2010. Bandung.
Penelitian. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung. 2011.
12. Smith JRS, Brennan BG. Postpartum Hemorrhage. Diunduh dari
:http://emedicine.medscape.com/article/275038. Diakses tanggal 13 januari
2013.
13. Wiknjosastro GH, Adriaansz G, Madjid OA, Hadijono RS, Santoso BI,
Hermanto. Pelayanan Obstetridan Neonatal Emergensi Dasar (PONED).
Jakarta. 2008.
14. Bullarbo M, Bukstrom H, Lilja H, Almstrom E, Nitoglycerin For
Management of Retained Placenta : A Multicenter Study. Hindawi Publishing
Corporation Obstetrics and Gynecology International. Volume 2012.
15. Hakimi, Mohammad. Ilmu Kebidanan :Patologi & Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta: ANDI OFFSET; YEM. 2010. Hal 413; 485-92
16. Obajimi GO, Roberts AO, Aimakho CO, Bello FA, Olayemi O. An Appraisal
of Retained Placentae In Ibadan : A Five Year Review. Department of
Obstetrics and Gynaecology, University of Ibadan, Nigeria. June 2009.
17. Eifediyi RA, Eigbefoh JO, Isabu PA, Omoroghe FI, Ukponmwan OG, Momoh M.
Retained Placenta : Still a cause of Maternal Morbidity and Mortality in
a Nigerian Semi-Urban Population. Department of Obstetrics and
Gynaecology. 2011. Hal 33-8
18. Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IGGF. Memahami Kesehatan Reproduksi
Wanita. Jakarta: EGC. 2009.
19. Wirakusumah FF, Mose JC, Handono B. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri
Fisiologi ed. 2. Jakarta: EGC. 2011. Hal 82-4
20. Owalabi AT, Dare FO, Fasubaa OB, Ogunlola IO, Kuti O, Basiriyu LA. Risk
Factors for Retained Placenta in Southwestren Nigeria. Departement of
Obstetric Gynecology and Perinatology, College of Health Science, Obafemi
Awolowo Uneversity. Singapore Med Journal. Juli 2008.
21. Endler M, Griinewald C, Saltvedt S. Epidemiology of Retained Placenta.
American College of Obstetricians and Gynecologists. 2012
22. Committee on Obstetric Practice. Placenta Accreta. American College of
Obstetricians and Gynecologists. 2012.
23. Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IGGF. Ilmu kebidanan penyakit
kandungan dan keluarga berencana, ed. 2. Jakarta: EGC. 2010. Hal 402
24. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis ed.
4. Jakarta: Sagung Seto. 2011. Hal 88 – 90; 100; 146-48;157-62.
25. Dahlan MS. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan ed. 3. Jakarta: Salemba Medika. 2010. Hal. 54-5
26. Nani Hidayanti. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Retensio
Plasenta Pada Ibu Bersalin Di BPS Sudilah Kota Metro Tahun 2011. Karya
Tulis Ilmiah. Politeknik Kesehatan Tanjung Karang. 2011.
27. Eka Septi Widiawati. Hubungan Antara Paritas Dan Riwayat uretase dengan
Kejadian Retensio Plasenta Pada Ibu Bersalin Di RSUD Jenderal Ahmad Yani
Kota Metro Tahun 2010. Karya Tulis Ilmiah. Politeknik Kesehatan Tanjung
Karang. 2011.