BAB I PENDAHULUAN
Hipertensi hingga saat ini masih menjadi permasalahan utama di bidang kesehatan, tidak hanya di Indonesia namun juga di seluruh dunia. Menurut American Heart Association (AHA), sekitar 75 juta orang deasa di Amerika !erikat mengalami hipertensi, yang dide"inisikan sebagai tekanan darah sistolik (#$!) %&' mm Hg atau lebihtekanan darah diastolik (#$$) ' mmHg atau lebihtelah meminum obat antihipertensi.[1] *erdasarkan rekomendasi dari +- , klasi"ikasi tekanan darah normal untuk orang deasa berusia % tahun atau lebih adalah sistolik lebih rendah dari %/' mmHg, diastolik lebih rendah dari ' mm Hg.[2] 0enyakit kardio1askular secara global bertanggung jaab atas %7 juta kematian per tahun, yang merupakan hampir sepertiga dari total kematian secara global. $ari jumlah tersebut, ,& juta kematian diakibatankan oleh komplikasi dari hipertensi. Hipertensi bertanggung jaab untuk setidaknya &52 dari kematian akibat penyakit jantung dan 5%2 kematian akibat stroke. 0ada tahun /'' sekitar &'2 dari orang deasa berusia /5 atau lebih telah didiagnosis dengan hipertensi3 jumlah orang dengan kondisi tersebut meningkat dari 4'' juta pada tahun %' menjadi % miliar dalam /''. 0re1alensi hipertensi tertinggi di ilayah A"rika pada &42 dari orang deasa berusia /5 atau lebih, sedangkan pre1alensi terendah 52 ditemukan di Amerika. !ecara !ecara keselu keseluruh ruhan, an, negara6 negara6neg negara ara berpen berpendapa dapatan tan tinggi tinggi memili memiliki ki pre1al pre1alens ensii lebih lebih rendah rendah [3] dengan 52 jika dibandingkan dengan kelompok lain &'2. !ecara klinis dikenal dua jenis hipertensi hipertensi yaitu yaitu hipertensi hipertensi primer atau hipertensi hipertensi esensial, esensial, yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder dengan penyebab diketahui. 0ada anak, sebagian besar ('2) hipertensi merupakan hipertensi sekunder yang diketahui penyebabnya, sedangkan pada orang deasa sebagian besar (sekitar '2) merupakan hipertensi primer, dan sisanya (%'2) merupakan hipertensi sekunder yang penyebabnya diketahui.[4-6] !etiap kali seorang pasien didiagnosis dengan hipertensi, salah satu tujuan dari penanganan aal adalah adalah untuk untuk menyingk menyingkirk irkan an kemung kemungkina kinan n penyebab penyebab sekund sekunder er.. 8alaupun laupun pasien pasien dengan dengan hipert hipertens ensii sekunde sekunderr hanya hanya sebagi sebagian an kecil kecil dari dari mereka mereka dengan dengan peningka peningkatan tan tekanan tekanan darah, darah, subkelompok ini tidak boleh diabaikan. $i antara sejumlah besar orang dengan hipertensi, akan sangat sangat membant membantu u untuk untuk menget mengetahui ahui apakah apakah ada proses proses sekund sekunder er yang yang terjad terjadii karena karena ini berpotensi dapat disembuhkan dengan terapi tertentu berdasarkan etiologi yang mendasari. $ala $alam m bany banyak ak kasus kasus,, meng mengor orek eksi si penye penyeba bab b hipe hipert rten ensi si seku sekunde nderr dapat dapat meny menyem embuh buhkan kan,, mengh menghin indar darii kebut kebutuh uhan an untuk untuk tera terapi pi medi mediss jang jangka ka panj panjang ang,, memi memini nima mali lisi sirr risi risiko ko yang yang [6] menyertainya dan dapat menghemat biaya.
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
*erdasarkan +- tekanan darah dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori seperti3 normal, prehipertensi, hipertensi stage % dan hipertensi stage /. 0rehipertensi bukan kategori penyakit, itu adalah sebutan yang dipilih untuk mengidenti"ikasi indi1idu yang berisiko tinggi terkena hipertensi, sehingga pasien dan dokter lebih aspada terhadap risiko ini dan didorong untuk mencegah atau menunda perkembangan penyakit.[2] Indi1idu yang tergolong prehipertensi bukan kandidat untuk terapi obat dan disarankan untuk memodi"ikasi gaya hidup untuk mengurangi risiko mereka terserang hipertensi di masa depan. Indi1idu dengan prehipertensi, yang juga memiliki diabetes atau penyakit ginjal harus dipertimbangkan untuk mendapat terapi obat yang sesuai jika modi"ikasi gaya hidup gagal untuk mengurangi tekanan darah hingga dibaah %'' mmHg.[2] Tabe 1. Kasifi!asi Te!anan Da"a# $en%"%& JN' (
9lasi"ikasi #ekanan $arah ormal 0rehipertensi Hipertensi stage % Hipertensi stage /
#$! :%/' %/'6% %&'6%5 ;%4'
#$$ dan :' atau '6 atau '6 atau ;%''
$iabetes adalah penyakit kronis, yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan insulin yang cukup, atau ketika tubuh tidak dapat secara e"ekti" menggunakan insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebab menyebabkan kan peningka peningkatan tan konsen konsentra trasi si glukos glukosaa dalam dalam darah darah (hiper (hipergl glikem ikemia) ia)..[)] 0enegakan diagnosis diagnosis diabetes diabetes dapat dilakukan dilakukan dengan metode, yaitu < (%) =ejala klasik klasik $M > =lukosa =lukosa seaktu ;/'' grd? (/) =lukosa darah puasa ; %/4 > =ejala klasik $M () 9adar gula plasma / jam pada ##=@ ; /'' mgd?.[)] Berdasarkan pedoman Kidney Dialysis Outcome Quality Iniatiative (K/DOQI), definisi Penyakit Ginja Ginjall Kroni Kroniss (PGK) (PGK) adala adalah h kerus kerusaka akan n ginjal ginjal yang yang terja terjadi di selam selamaa tiga tiga bulan bulan atau atau lebih lebih,, 2
berdasarkan kelainan patologik atau pertanda kerusakan ginjal seperti kelainan pada pemeriksaan urinalisis, dengan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) ataupun tidak. Selain itu definisi ini juga memperhatika memperhatikan n derajat fungsi fungsi ginjal ginjal atau LFG, LFG, seperti yang yang terlihat terlihat pada tabel tabel 1. [8-10]
Tabel 2. Definisi PGK [8]
Kriteria 1. Kerusakan Kerusakan ginjal ginjal yang terjadi lebih dari dari 3 bulan, berupa kelainan struktural struktural atau fungsional dengan atau tanpa penurunan LFG, dengan manifestasi: 6
kelainan patologis
6
terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah atau urin, atau kelainan dalam tes pencitraan (imaging test) 2. LFG LFG kuran kurang g dari dari 60 ml/m ml/men enit/ it/1,7 1,73m 3m 2 selama 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal.
Pada individu individu dengan dengan PGK, PGK, klasifik klasifikasi asi ditentuk ditentukan an atas dua hal yaitu yaitu atas atas dasar dasar derajat derajat penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG, yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai LFG yang lebih rendah, yang dihitung dengan menggunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai berikut: [8] LFG (ml/menit/1,73m 2) =
(140 – umur) x berat badan 72 x kreatinin plasma (mg/dL)
*)
*) pada perempuan dikalikan 0,85 Klasifikasi tersebut tampak dalam tabel 3 berikut. Tabel 3. Klasifikasi PGK atas Dasar Derajat Penyakit [8,10]
Derajat 1
Penjelasan Kerusakan ginjal dengan LFG normal/ normal/
LFG ≥ 90
2
Kerusakan ginjal dengan LFG B ringan
60 – 89
3a
Kerusakan ginjal dengan LFG B sedang
45 – 59
3b
Kerusakan ginjal dengan LFG B sedang
30 – 44
4
Kerusakan ginjal dengan LFG B berat
15 – 29
5
Gagal ginjal
< 15 atau dialisis
3
Sedangkan klasifikasi atas dasar diagnosis etiologi dibedakan menjadi penyakit ginjal diabetes, non diabetes dan penyakit pada transplantasi. Klasifikasi tersebut tampak dalam tabel 4 berikut.
Tabel 4. Klasifikasi PGK atas Dasar Diagnosis Etiologi [8-10]
Penyakit Penyakit ginjal diabetes Penyakit ginjal non diabetes
Tipe mayor (contoh) Diabetes tipe 1 dan 2 Penyakit glomerular (penyakit
autoimun,
infeksi
sistemik,
obat,
neoplasia) Penyakit vaskular (makroangiopati, hipertensi, mikroangiopati) Penyakit tubulointerstitial (pielonefritis kronik, batu, obstruksi, keracunan obat) Penyakit kistik (ginjal polikistik) Penyakit pada transplantasi
Rejeksi kronik Keracunan obat (siklosporin / takrolimus) Penyakit recurrent (glomerular) Transplant glomerulopathy
$iabetes melitus telah menjadi salah satu penyakit yang paling banyak menyebabkan penyakit ginjal kronik. 9elainan ginjal akibat dari penyakit diabetes melitus ini kemudian lebih dikenal dengan nama Diabetic Kidney Disease ($9$) yang sesungguhnya merupakan komplikasi mikro1askular kronis pembuluh darah kapiler ginjal pada penderita diabetes mellitus.[)] 9omplikasi ini dikaitkan dengan adanya proteinuria, hipertensi dan gangguan "ungsi ginjal yang progresi" dengan ekskresi protein pada urin yang berlanjut dengan penurunan "ungsi ginjal. 0roteinuria pada umumnya ditemukan dalam perjalanan penyakit ginjal progresi", peran proteinuria khususnya mikroalbuminuria sebagai petanda aal ne"ropati diabetik. $isebut 4
sebagai "aktor kunci aal yang meramalkan progresi1itas dari glomerulopati diabetik dan dipandang sebagai ukuran keparahan dan pemicu terjadinya ne"ropati yang progresi". 0ada sebagian penderita komplikasi ini akan berlanjut menjadi gagal ginjal terminal yang memerlukan pengobatan cuci darah atau cangkok ginjal. $9$ menduduki urutan ketiga (%4,%2) setelah glomerulone"ritis kronik (',%2) dan pielone"ritis kronik (%,5%2), sebagai penyebab paling sering gagal ginjal terminal yang memerlukan cuci darah. 0erkembangan penyakit $M menjadi penyakit ginjal stadium akhir diduga dipengaruhi oleh berbagai "aktor yang terlibat, antara lain < "aktor genetik, diet, dan kondisi medis yang lain seperti hipertensi serta kadar gula darah yang tinggi dan tidak terkontrol.[)] 2.2 E*i+e,ii
$iabetes mellitus dan hipertensi adalah gangguan kronis umum yang sering muncul secara berdampingan. !tudi epidemiologi menunjukkan baha diabetes dikaitkan dengan peningkatan mortalitas kardio1askular dan hipertensi yang mempercepat morbiditas dan mortalitas nyata pada pasien tersebut. 9ejadian kardio1askular lebih dari dua kali lebih mungkin pada pasien dengan diabetes dan hipertensi dibandingkan pasien dengan salah satu penyakit saja. 0re1alensi hipertensi pada pasien diabetes adalah sekitar dua kali lipat dari non diabetes.[11/12] Insiden diabetes mellitus meningkat pesat dan akan segera mempengaruhi '' juta orang di seluruh dunia sementara lebih dari setengah dari mereka akan mengalami hipertensi. $iabetes mellitus adalah penyebab paling umum dari penyakit ginjal tahap akhir di *arat. ?aporan terakhir dari Amerika !erikat telah menunjukkan baha hampir dua pertiga dari populasi deasa dengan diabetes menggunakan terapi antihipertensi atau memiliki tekanan darah %'' mmHg. [11/12]
Cstimasi %/ sampai %& juta penderita $M di A! diperoleh baha '2 sampai &'2
penderita $M tipe I akan mengalami komplikasi menjadi gagal ginjal terminal sedangkan pada penderita $M tipe II hanya sekitar 56%'2 yang berkembang menjadi gagal ginjal terminal.[)]
2.3 Pa&fisii
Diabetes dan Hipertensi *anyak penelitian telah menunjukkan baha hipertensi dan diabetes tipe / tampaknya terkait secara klinis sebagai sindrom yang melibatkan juga kondisi lain seperti dislipidemia, obesitas 5
sentral, hyperuricemia dan mempercepat aterosklerosis. !indrom ini telah digambarkan sebagai sindrom resistensi insulin, sindrom metabolik atau Dsindrom ED. 8alaupun penjelasan yang mendasari gambaran klinis tetap tidak terjelaskan, resistensi insulin tampaknya memainkan peran penting.[11] Fesistensi insulin
adalah gangguan
metabolisme, dimani"estasikan dengan
penurunan
peman"aatan glukosa di otot rangka peri"er. Hasil gangguan ini adalah semakin banyak insulin yang diperlukan untuk mencapai normoglycemia. 0ada pasien dengan hipertensi esensial yang tidak diobati, kadar insulin puasa dan postprandial lebih tinggi daripada kelompok kontrol normotensi", terlepas dari indeks massa tubuh, dengan korelasi langsung antara konsentrasi insulin plasma dan tingkat tekanan darah. !ebuah kecenderungan genetik untuk resistensi insulin dan hipertensi hadir pada pasien dengan diabetes mellitus tipe /.[11/12] !ebuah kecenderungan genetik untuk resistensi insulin dan hipertensi hadir pada pasien dengan diabetes mellitus tipe /. !elain predisposisi genetik, resistensi insulin hiperinsulinemia yang dicurigai
dalam
perkembangann
hipertensi
melalui
kelainan
pada
signaling
insulin,
kardio1askular terkait dan gangguan metabolik. Ini akan mencakup pertukaran ion membran sel, akti1itas sistem simpatis dan peningkatan system renin6angiotensin6aldosteron (FAA!) serta menekan akti1itas atrial natriuretic peptide, retensi natrium dengan ekspansi 1olume konsekuen, penyakit ginjal progresi", hiperakti" jantung, hipertro"i 1entrikel kiri, dislipidemia, hiperglikemia kronis dan peningkatan stres oksidati".[11] Hiperinsulinemia memberikan kontribusi dalam peningkatan tekanan darah melalui mekanisme resistensi insulin yang terjadi pada $M tipe /. Fanderee et al. studi pada ' pasien dengan $M tipe / yang memulai pengobatan dengan insulin eksogen menunjukkan peningkatan tekanan darah mereka dari %/% mmHg menjadi %& mmHg. Fespon hipertensi ini, meskipun tidak dilaporkan dalam semua studi klinis, kemungkinan besar dimediasi oleh kenaikan berat badan yang dikombinasikan dengan e"ek pro6hipertensi insulin. Hiperinsulinemia memiliki hubungan dengan tekanan darah dan kelebihan berat badan pada pasien dengan atau tanpa $M diakibatkan karena meningkatnya akti1itas simpatis dan retensi natrium di ginjal.[11/12] Fetensi natrium dan air diinduksi oleh insulin, sedangkan peningkatan "iltrasi glukosa disebabkan oleh hiperglikemia. 9elebihan glukosa akan diserap di tubulus proksimal melalui 6
natrium6glukosa co6transport, yang bersamaan menyebabkan peningkatan reabsorpsi natrium. Feabsorpsi natrium meningkatkan tekanan darah, yang dapat dicegah dan diatur oleh diet bebas garam. 0asien dengan $M biasanya mengalami kekakuan arteri yang berkembang karena meningkatnya glikasi protein dan berakibat pada arteriosclerosis. 0enurunan elastisitas arteri pada pasien dengan intoleransi glukosa atau $M berkontribusi untuk peningkatan tekanan sistolik sebagai "aktor risiko kematian independen.[11-13] 0eran hiperinsulinemia dalam patogenesis hipertensi arteri masih diperdebatkan. !ebagai contoh, pasien dengan insulinoma tampaknya tidak mengalami peningkatan tekanan darah arteri. $alam keadaan resisten insulin ada penghambatan beberapa jalur sinyal insulin, sehingga memberikan kontribusi untuk 1asokonstriksi. Fesistensi insulin sering hadir pada orang dengan kadar glukosa puasa terganggu dan merupakan "aktor risiko untuk penyakit jantung bahkan tanpa adanya hiperglikemia signi"ikan.[11] Diabetic Nefrophaty 0atogenesis terjadinya kelainan ginjal pada diabetes tidak dapat diterangkan dengan pasti. 0engaruh genetik, lingkungan, "aktor metabolik dan hemodinamik berpengaruh terhadap terjadinya proteinuria. =angguan aal pada jaringan ginjal sebagai dasar terjadinya ne"ropati adalah terjadinya proses hiper"iltrasi6hiperper"usi membran basal glomeruli. =ambaran histologi jaringan pada diabetic ne"rophaty memperlihatkan adanya penebalan membran basal glomerulus, ekspansi mesangial glomerulus yang akhirnya menyebabkan glomerulosklerosis, hyalinosis arteri e"eren dan e"eren serta "ibrosis tubulo interstitial. #ampaknya berbagai "aktor berperan dalam terjadinya kelainan tersebut. 0eningkatan glukosa yang menahun (glukotoksisitas) pada penderita yang mempunyai predisposisi genetik merupakan "aktor6"aktor utama ditambah "aktor lainnya dapat menimbulkan ne"ropati. [14]
*eberapa "aktor yang berkontribusi terhadap peningkatan tekanan darah dan hipertensi pada pasien dengan diabetes dan ne"ropati. 0enyebab utama hipertensi pada kedua $M% dan $M/ termasuk ekspansi 1olume karena peningkatan reabsorpsi natrium ginjal dan 1asokonstriksi peri"er karena disregulasi "aktor yang mengatur resistensi pembuluh darah peri"er. Akti1asi FAA!, upregulation endothelin % (C#6%), upregulation spesies oksigen reakti", dan donrgulation oksida nitrat (@) berkontribusi untuk menghasilkan hipertensi.[10] Fenin6Angiotensin6Aldosterone !ystem
7
Angiotensin II (Ang II) bertanggung jaab untuk banyak akti1itas dari FAA!. Ang II mengikat angiotensin tipe % (A#%) reseptor di banyak jaringan menyebabkan 1asokonstriksi dalam sel otot polos pembuluh darah, peningkatan reabsorpsi natrium pada tubulus proksimal ginjal, dan stimulasi pelepasan aldosteron dari korteks adrenal. Meskipun tingkat akti1itas renin plasma (0FA) ditekan atau serupa pada penderita diabetes dibandingkan dengan kontrol, ada bukti baha akti1itas FAA! intrarenal meningkat pada diabetes.[10] !odium *alance 9eseimbangan natrium juga memainkan peran besar dalam hipertensi terlihat pada penderita diabetes dengan penyakit ginjal. 0asien dengan diabetes mengalami peningkatan jumlah natrium tubuh bahkan tanpa adanya peningkatan akti1itas FAA! sistemik. 0ada aal diabetes, peningkatan akti1itas FAA! yang terjadi memungkinkan peningkatan independen reabsorpsi natrium. Ini merupakan respon terhadap e"ek diuretik osmotik hiperglikemia tubular. Insulin juga dikatakan mengurangi ekskresi natrium pada ginjal secara independen dengan kadar glukosa serum. !emakin menurunnya =GF, kemampuan ginjal untuk mengeluarkan sodium dan air berkurang lebih lanjut. 0aparan terus menerus sodium juga dapat menyebabkan perubahan dalam sel otot polos pembuluh darah yang memungkinkan hipertensi untuk bertahan.[10] !ympathetic er1ous !ystem Acti1ity 0eningkatan akti1itas !! merupakan mekanisme penting yang berkontribusi pada patogenesis hipertensi pada pasien dengan ne"ropati diabetes. Misalnya, peningkatan tekanan darah nokturnal yang mendahului mikroalbuminuria diyakini sebagai mani"estasi dari neuropati otonom, komplikasi mikro1askuler lain yang terkait dengan hiperglikemia. 0ola akti1itas adrenergik berkelanjutan berhubungan dengan tekanan darah tinggi nokturnal juga terjadi pada pasien dengan $M/ dan ne"ropati. 0ola denyut jantung nocturnal abnormal pada indi1idu non6diabetes dengan hiperinsulinemia, menunjukkan resistensi insulin sebagai kemungkinan adanya hubungan antara akti1asi !! dan hipertensi.[10] Cndothelial -ell $ys"unction $is"ungsi sel endotel melibatkan ketidakseimbangan dalam produksi atau "ungsi 1asokonstriktor endogen dan 1asodilator. !el endotel mengandung nitric oide synthase (@!), yang menghasilkan @ dari ?6arginine. @ menginduksi sel otot polos pembuluh 8
darah relaksasi dan 1asodilatasi. C#6% juga dilepaskan dari endothelium, dan menginduksi 1asokonstriksi dengan mengikat reseptor endotelin A di sel otot polos pembuluh darah. C#6% adalah 1asokonstriktor kuat yang diproduksi di endotel pembuluh darah yang menyebabkan 1asokonstriksi setelah mengikat reseptor C#A di sel otot polos pembuluh darah. Insulin dapat meningkatkan produksi endotel dari kedua @ dan C#6% melalui jalur terpisah. Fesistensi insulin di $M/ menghasilkan peningkatan selekti" dalam C#6%, tetapi menurun produksi @. 9ehadiran dimethylarginine asimetris (A$MA), inhibitor kompetiti" produksi @, mengurangi jumlah @ yang tersedia untuk menyebabkan 1asodilatasi. 0eningkatan kadar A$MA sering terlihat pada pasien dengan $M/, pasien dengan -9$, dan orang6 orang dengan C!F$.[10] Autoregulatory Impairment 0ada ginjal yang sehat, "ungsi autoregulatory dari arteriol a"eren melalui re"leks myogenic dan aparat jutaglomerular melalui reaksi umpan balik tubuloglomerular ber"ungsi untuk menjaga tekanan glomerulus konstan meskipun 1ariasi tekanan darah sistemik. 9etika mekanisme ini terganggu, seperti dalam ne"ropati diabetes, tekanan darah sistemik meningkat secara langsung ditransmisikan ke micro1asculature ginjal dan glomeruli. 9onsekuensi utama adalah hipertensi glomerulus dan akti1asi mediator lokal yang menyebabkan peradangan, "ibrosis, dan cedera.[10] 2.4 Diansis
0ada penilaian klinis dan in1estigasi pada pasien diabetes yang baru didiagnosis hipertensi, beberapa poin penting yang harus dipertimbangkan. +enis dan durasi diabetes, terapi diabetes, riayat keluarga hipertensi, dan adanya komplikasi mikro1askuler atau makro1askuler. 0enekanan harus ditempatkan pada penilaian risiko kardio1askular secara keseluruhan, "aktor penyebab (obesitas, konsumsi alkohol), dan penyebab sekunder hipertensi (aldosteronisme primer, sindrom -ushing, pheochromocytoma, acromegaly, hiperparatiroidisme, thyreotoicosis, penyakit reno1askular). 0emeriksaan "isik meliputi indeks massa tubuh dan rasio pinggang pinggul. Hemoglobin glikosilasi, pro"il lipid, ekskresi albumin urin, kreatinin dan elektrolit serum harus ditentukan, dan hormon lain (katekolamin, hormon pertumbuhan, hormon tiroid) jika perlu. $ianjurkan untuk rutin melakukan radiogra"i dada dan elektrokardiogra"i, o"talmoskopi, neurologis dan pemeriksaan arteri peri"er. 0erhatian khusus harus diambil ketika 9
mengukur tekanan darah. $iagnosis harus didasarkan pada tiga atau lebih pengukuran yang terpisah, yang harus akurat dilakukan setelah 5 menit istirahat.[6/16] 0engukuran tekanan darah raat jalan non6in1asi" semakin banyak digunakan pada pasien diabetes karena memiliki beberapa keunggulan dibandingkan sphygmomanometer standar. Mengukur tekanan darah selama akti1itas normal sehari6hari dan periode tidur, dan biasanya rata6rata lebih dari /' pengukuran untuk mendapatkan status tekanan darah. 0engukuran tekanan darah raat jalan non6in1asi" lebih erat kaitannya dengan berbagai kerusakan organ target dibandingkan dengan pengukuran klinis. 9erusakan organ target termasuk hipertro"i 1entrikel kiri, mikroalbuminuria, in"ark serebral, dan kelainan pembuluh retina.[6/16] 2.0 Pena&aa!sanaan
Modifikasi Gaya Hidup *erdasarkan #he !e1enth Feport o" the +oint ational -ommittee o" 0re1ention, $etection, C1aluation, and #reatment o" High *lood 0ressure (+- 7) rekomendasi untuk menurunkan tekanan darah dan mengurangi risiko penyakit kardio1askular termasuk berikut ini, dengan hasil yang lebih besar dicapai bila / atau lebih modi"ikasi gaya hidup digabungkan<[1)] •
0enurunan berat badan membantu untuk mencegah hipertensi (kisaran perkiraan penurunan #$!, 56/' mm Hg per %' kg)3 rekomendasi termasuk diet $A!H ($ietary Approaches to !top Hypertension) (kisaran perkiraan pengurangan tekanan !istolik, 6%& mm Hg) yang kaya buah6buahan dan sayuran serta mendorong penggunaan susu bebas
•
lemak atau rendah lemak dan produk susu *atasi asupan alkohol tidak lebih dari % o (' ml) etanol per hari untuk pria atau ',5 o (%5 ml) etanol per hari untuk anita dan orang dengan berat badan lebih ringan (kisaran
•
perkiraan pengurangan #$!, /6& mm Hg) 9urangi asupan natrium tidak lebih dari %'' mmolhari (/,&g sodium atau 4g sodium
•
klorida, kisaran perkiraan pengurangan #$!, /6 mm Hg) Menjaga asupan kalium (sekitar ' mmolhari) Menjaga asupan kalsium dan magnesium untuk kesehatan umum *erhenti merokok dan mengurangi asupan makanan lemak jenuh dan kolesterol untuk
•
kesehatan jantung secara keseluruhan #erlibat dalam latihan aerobik minimal ' menit setiap hari (kisaran perkiraan
• •
pengurangan #$!, &6 mm Hg) 10
Pharmacotheraphy Jntuk pasien berusia % tahun atau lebih tua dengan diabetes, the /'% Cighth Feport o" the +oint ational -ommittee on 0re1ention, $etection, C1aluation, and #reatment o" High *lood 0ressure (+- ) merekomendasikan memulai pengobatan pada tekanan darah sistolik %&' mm Hg atau lebih atau pada diastolik ' mm mmHg atau lebih, dan kemudian mengobati tekanan darah hingga di baah %&'' mmHg. #he +- and the /'%% American $iabetes Association (A$A) merekomendasikan kontrol tekanan darah pada indi1idu diabetes dengan %'%' mmHg atau lebih rendah, terutama untuk mencegah atau menurunkan risiko perkembangan dari ne"ropati diabetik hingga penyakit ginjal stadium akhir.[2] !ecara umum, pasien dengan diabetes tipe % atau tipe / dan hipertensi menunjukkan perbaikan klinis dengan diuretik, A-C inhibitor, beta6blocker, AF*, dan antagonis kalsium. 9ebanyakan penelitian, telah menunjukkan keunggulan inhibitor A-C atau AF* dibandingkan dengan antagonis kalsium pada pasien diabetes. $ua atau lebih obat antihipertensi pada dosis maksimal harus digunakan untuk mencapai target tekanan darah optimal pada pasien dengan diabetes dan hipertensi.[1)] A-C inhibitor atau AF* biasanya diperlukan pada pasien dengan diabetes dan hipertensi. +ika pasien tidak bisa mentolerir satu kelas obat, dapat diganti dengan obat kelas lain. +ika diperlukan untuk mencapai tekanan darah target, thiaide diuretik diindikasikan untuk pasien dengan perkiraan =GF sebesar ' m?min%.7 m/ atau lebih, dan loop diuretik diindikasikan untuk orang6orang dengan perkiraan =GF kurang dari ' m? menit %,7 m/. #erlepas dari obat antihipertensi yang digunakan, "ungsi ginjal dan kadar kalium serum harus dipantau.[1(]
Tabe 0. S&"a&ei %n&%! Dsis ba& An&i Hi*e"&ensi [2] !trateg
9eterangan
i A
Mulai
satu
$etail obat,
+ika #$ target tidak dicapai dengan obat aal, titrasi dosis obat aal
titrasi dengan dosis
sampai maksimum dosis yang dianjurkan untuk mencapai #$ target
maksimum,
+ika #$ target tidak tercapai dengan penggunaan satu obat meskipun
kemudian
dan
dengan titrasi maksimum dosis yang dianjurkan, tambahkan obat
11
menambahkan
obat
kedua
kedua (diuretic tipe thiaide, --*, A-CI, atau AF*) dan titrasi sampai dosis maksimum yang dianjurkan dari obat kedua untuk mencapai #$ target +ika #$ target tidak dicapai dengan / obat, pilih obat ketiga (diuretic tipe thiaide, --*, A-CI, atau AF*), hindari penggunaan kombinasi A-CI dan AF*. #itrasi obat ketiga sampai dosis maksimum yang
*
Mulai satu obat dan
dianjurkan untuk mencapai #$ target Mulailah dengan satu obat kemudian menambahkan obat kedua
kemudian
sebelum obat aal mencapai dosis maksimum yang dianjurkan,
menambahkan
obat
kemudian titrasi kedua obat sampai maksimum dosis yang dianjurkan
kedua sebelum obat
untuk mencapai #$ target
aal mencapai dosis
+ika #$ target tidak dicapai dengan / obat, pilih obat ketiga diuretic
maksimal
tipe thiaide, --*, A-CI, atau AF*), hindari penggunaan kombinasi A-CI dan AF*. #itrasi obat ketiga sampai dosis maksimum yang
-
Mulailah dengan /
dianjurkan untuk mencapai #$ target Memulai terapi dengan / obat secara bersamaan, baik sebagai obat /
obat
yang terpisah atau sebagai kombinasi pil tunggal.
bersamaan,
secara
baik #erapi dimulai dengan ; / obat ketika #$! %4' mmHg dan atau
sebagai / pil yang
#$$ %'' mmHg, atau jika #$! /' mmHg di atas target dan atau
terpisah atau sebagai
#$$ %' mmHg di atas target.
kombinasi
+ika #$ target tidak dicapai dengan / obat, pilih obat ketiga (diuretic
tunggal
pil
tipe thiaide, --*, A-CI, atau AF*), menghindari penggunaan kombinasi A-CI dan AF*. #itrasi obat ketiga samapai mencapai dosis maksimum yang dianjurkan.
12
a,ba" 1. A"i&,a Pena&aa!sanaan Hi*e"&ensi Be"+asa"!an JN' ( [2]
13
BAB III LAPAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
ama
< 9K!
+enis 9elamin
< ?aki6laki
Jmur
< 5& tahun
Alamat
< +l. Akasia o. % $enpasar
*angsa
< Indonesia
!uku
< *ali
Agama
< Hindu
0ekerjaan
< 0olisi
0endidikan #erakhir
< !arjana
!tatus
< Menikah
#anggal Faat Inap
< %/ +uni /'%&
#anggal 0emeriksaan
< // +uni /'%&
ANA$NESIS Ke%#an %&a,a ?emas dan mual6mual i5aa& Pena!i& Se!a"an
0asien datang ke J=$ F!J0 !anglah pada tanggal %/ +uni /'%& dengan keluhan lemas dan mual yang dirasakan sejak beberapa hari belakangan. ?emas dan mual ini dirasakan seperti tidak memiliki cukup tenaga untuk berakti1itas dan merasa enek ketika melihat makanan, sehingga ia tidak na"su makan. ?emas tidak membaik dengan istirahat, dan ini menyebabkan pasien terbatas untuk berakti1itas sehari6hari. 0asien mengatakan sudah semenjak % bulan yang lalu keluhan ini dirasakan, dan beberapa hari belakangan ini semakin memberat hingga pasien tidak makan dan sulit berakti1itas. 0asien mengatakan beberapa minggu lalu sempat panas, namun panasnya mau turun setelah minum obat penurun panas. 0asien mengatakan kedua kakinya terasa lemas sehingga sulit digerakkan. 9edua kakinya juga terlihat membengkak. !elain itu pasien mengatakan kelenjar di leher kirinya dan kedua ketiaknya membengkak semenjak / minggu yang lalu. 0asien juga mengatakn dia sering kesemutan 14
pada kaki dan tangannya, dan pasien juga mengalami penurunan ** beberapa bulan belakangan. ** aal pasien yaitu %' 9g dan kini menjadi sekitar 7' 9g. Fiayat batuk , muntah darahhitam, *A* darahhitam, sesak na"as disangkal pasien. *A* dikatakan %6/ sehari, sedangkan *A9 sedikit yaitu sekitar L gelas perhari. Ini adalah hari ke6%'nya diraat di F! dan keluhan yang dirasakan sudah lumayan membaik, meskipun lemas dan kesemutannya masih dirasakan.
i5aa& Pena!i& +an Penba&an Sebe%,na
0asien mengatakan sekitar 4 tahun yang lalu pernah terdiagnosis #*. 0asien diraat di F! di 9upang dan memperoleh pengobatan dengan obat selama 4 bulan dan dinyatakan sembuh total oleh dokter. !ekitar / tahun kemudian, atau sekitar & tahun yang lalu pasien terdiagnosis $M dan memperoleh pengobatan dengan % obat, yaitu =line yamg dikonsumsikan sehari. 0asien mengatakan dia juga minum obat6obatan tradisional yang digunakan untuk mengobatan $Mnya. @bat tradisional tersebut berupa air akar dan obat pil yang dikonsumsi masing6masing sehari bersama obat oral $M. 0asien mengatakan jarang kontrol ke dokter dan ketika cek gula darah terdeteksi gula darah puasa pasien mencapai %7' dan pernah juga gula darah acaknya mencapai ''. 0asien mengatakan jauh sebelum diagnosis diabetes militusnya ditegakkan, pasien memiliki na"su makan yang tak terkontrol, sering minum air karena merasa cepat haus, dan menyebabkan pasien sering bung air kecil. !etelah beberapa tahun mengidap $M, pasien dikatakan mengidap tekanan darah tinggi. 0asien mengatakan sebelum6sebelumnya tekanan darahnya normal, namun setelah itu hingga kini tekanan darahnya terus dikatakan tinggi. i5aa& Pena!i& Ke%a"a
0asien mengatakan ibunya saat ini sedang mengidap $M. Fiayat penyakit jantung, penyakit ginjal, hipertensi pada keluarga disangkal. i5aa& P"iba+i +an Ssia
0asien adalah seorang polisi dan seorang pengusaha yang memiliki beberapa usaha. 0asien mengatakan dulu merupakan seorang peminum6minuman beralkohol. 0asien juga dulunya adalah seorang perokok berat, dimana perhari pasien bisa menghabiskan %6/ bungkus rokok. 0asien juga dulunya sangat menyukai makan6makanan daging, terutama daging babi, dan 15
juga suka minum6minuman yang manis. 0asien mengatakan sering minum teh manis, ataupun minum6minuman manis lainnya dengan gelas besar yang khusus ia beli untuk minum6minuman manis kesukaannya tersebut. amun kini setelah pasien terdiagnosis $M, pasien mengatakan menyesal dengan pola hidupnya dulu, sehingga kini ia mulai tidak minum alcohol, merokok, mengurangi makan daging dan minum minuman yang manis. III. PE$EIKSAAN 7ISIK S&a&%s P"esen&
9eadaan umum
< tampak sakit sedang
9esadaran
< compos mentis (=-! < C&5M4 )
A!
< '%'
#ekanan darah
< %7'%'' mmHg
adi
< ' menit
FF
< /' mnt
!uhu badan
< 4,5N -
#inggi badan
< %4& cm
*erat badan
< 7' kg
*MI
< /5, kgm/
S&a&%s ene"a $a&a
< Anemis >> , ikterus 66 , re"leks pupil >> isokor
THT
#elinga
< bentuk normal, tidak ada tanda6tanda radang, ataupun bekas luka
Hidung
< bentuk normal, tanda6tanda radang (6), ekskoriasi (6)
#enggorokan < pembesaran tonsil (6) ?idah Le#e"
< atropi papil lidah (6) < +0 0F > ' cmH/@ 0embesaran 9elenjar parotid sinistra (>)
T#"a8
< !imetris (>), retraksi abnormal (6)
'"
Inspeksi
< #idak tampak pulsasi iktus cordis
0alpasi
< Iktus kordis teraba pada I-! M-? (!), kuat angkat (6) 16
0erkusi
< *atas atas jantung I-! II *atas kanan jantung 0!? ($) *atas kiri jantung M-? (!)
Auskultasi
< !%!/ tunggal, regular, murmur (6)
P%,
Inspeksi
< !imetris sinistra detra (statis dan dinamis)
0alpasi
< ocal "remitus
0erkusi
Auskultasi
< !onor
!onor
!onor
!onor
!onor
!onor
< esikuler > >, Fhonchi 6 6 8heeing 6 6 > >
6 6
6 6
> >
6 6
6
6
Ab+,en
Inspeksi
< $istensi (6),
Auskultasi < *ising usus (>) normal 0alpasi
< yeri tekan (6), nyeri ketok (66), Hati < tidak teraba ?im"a < tidak teraba
0erkusi
< timpani (>), Ascites (6)
E!s&"e,i&as <
akral hangat
>
>
>
>
Cdema
6
6
>
>
0embengkakan > abses kelenjar lim"a ailla detra dan sinistra (>)
17
PE$EIKSAAN PENUNJAN U"ine Len!a* Pa"a,e&e"
Hasi
Niai %9%!an
e,a"!s
pH
0
7,567,&5
L5
?eukosit
egati"
egati"
itrat
egati"
egati"
0rotein
0:: ;4<=
egati"
Hi#
=lukosa
3:: ;<<<<=
ormal
Hi#
9C#
egati"
egati"
Jrobilinoge
ormal
ormal
*ilirubin
egati"
egati"
CFK
20 ;<<=
egati"
8arna
9uning
9uning
n
Hi#
Se+i,en U"in
?eukosit
&65
:4
Critrosit
4-0
:
6!ilinder
"an%a >as& <
-andida
6
Se E*i&e
=epeng
:-1
*ulat K"is&a
?ain6lain
Ba!&e"i <
Ki,ia Da"a# ;16-6-2:14= 18
9imia 9linik
Hasil
ilai ormal
Femark
*J
111/13
,'6/,'
Tini
-reatinin
13/00
',76%,/
Tini
Jric Acid
?/33
/,'67,'
Tini
9alsium
4/24
,&6,7
en+a#
0hospor
1:/22
/,76&,5
Tini
)/24
7,567,&5
en+a#
p-@/
20
5,'6&5,'
en+a#
p@/
12)
'6%''
Tini
*Cec"
-16/)
6/ O /
H-@6
1:/)
//,'6/4,'
!'/c
526%''2
#-@/
11/0
/&,'6','
Anorganik Anaisa as Da"a#
pH
en+a#
en+a#
Da"a# Len!a* ;12-6-2:14= Pe,e"i!saan 8*2 CJ# 2 ?KM0H 2 M@@ 2 C@! 2 *A!@ 2?J eQ ?yQ M@Q C@!Q *A!@Q F*Hemoglobin Hematokrit 0latelet M- M-H M-H-
Hasi 10/:2 7,& %',4 ,/ )/1 ',% ',4 11/(1 %,4 ',& 1/:( ','% 3/:1 (/4 23/6 /& )(/3 / 5,7
Sa&%an %'P? 2 2 2 2 2 2 %'P? %'P? %'P? %'P? %'P? %'4P? gd? 2 %'P? Gl 0g gd?
N",a &,%6%% &7,'6',' %6&',' /,'6%%,' ','65,'' ','6/,' ','6&,' /,567,5 %,'6&,' ',%6',4 ','6',& ','6',% &,5 O 5, %,/6%7, &','65/,' %5','6&'',' ','6%'',' /7,'6/,' %,'64,'
e,a"!s en+a#
Tini
Tini
Tini en+a# en+a# en+a# en+a#
19
20
a+ii B7
Interpretasi *@G A0 % / & 5 4 7
#ak tampak bayangan radiopaRue disepanjang traktus urinarius 9ontur ginjal kanan tak tampak jelas, kiri normal 0soas line kanan kiri simetris $istribusi gas usus normal bercampr "ecal material *ayangan hepar dan lien tak tampak membesar #ampak ostheophyte ? %65, pedicle dan spatium inter1ertebralis baik #ampak ostheophyte pada acetabulum kanan kiri 9esan < #ak tampak batu opaRue disepanjang traktus uranirius !pondylosis lumbalis @stheoarthritis hip bilateral 7& T"a8
21
-or
<
kesan 0ulmo
In&e"*"e&asi *esar dan bentuk
normal <
tampak
"ibroin"iltrat isuprahillar kanan !inus pleura kanan kiri tajam $ia"ragma kanan kiri normal #ulang6tulang < tidak tampak kelainan 9esan < #* 0aru
J!= Jrologi Interpretasi % =injal kanan ukuran normal , echocorte meningkat, batas sinus corte tak tampak jelas, pel1iocalyceal system melebar ringan, tak tampak batumassa, tampak lesi kistik dipole baah ukuran > %,4%,5/ cm / =injal kiri < terisi urine cukup, didinding buli tampak menebal, tak tampak batumassa 0rostat < ukuran normal tak membesar, parenchym normal, tak tampak kalsi"ikasi & #ak tampak echocairan bebas pada ca1um abdomen dan pel1is kanan kiri 9esan < % 9ista ginjal bilateral / e"ritis bilateral -ystitis
22
@. DIANSIS DIANSIS BANDIN
%. -9$ !tage ec $9$ Anemia ringan • H# stage / • Asidosis Metabolik • 0arotid gland enlargement dan abses Ailary gland $! • Hyperuricemia • /. $M tipe / . @ld ?ung #* @I. PENATALAKSANAAN
a. #erapi •
IG$ a-l ',2 tpm
•
$iet tinggi kalori 5 kkalkg**hari > rendah protein ', gram proteinkg**hari
•
-aptopril /%/,5mg
•
Amlodipine %5g
•
-a-@ % tablet
•
Asam "olat // tab
•
-e"operaine /% gr I
•
Metronidaole 5''mg I
•
Actrapid & unit !- %5 menit sebelum makan
•
Hemodialisa Clekti"
b. 0laning diagnosis • •
9ontrol darah rutin, elektrolit, dan kimia darah pasca hemodialisa 9onsul bedah drainage pus
c. monitoring •
ital !ign, 9eluhan
•
-M-9
•
=lukosa darah
•
?ab post H$
23
24
BAB I@ PE$BAHASAN
TEI
KASUS
%. Hipertensi sekunder muncul disebabkan oleh %. 0ada pasien < ditemukan penyakit adanya
penyakit
yang
mendasari
yang diabetes yang tidak terkontrol yang
menyebabkan tingginya tekanan darah. Fenal dicurigai disease dan diabetes militus related hypertension diabetic adalah
penyebab
tersering
dari
menyebabkan kidney
adanya
disease
yang
hipertensi kemudian menyebabkan mengalami
sekunder
progresi1itas
sampai
menyebabkan
kerusakan ginjal tahap akhir, yaitu -9$ stadium 5. /. 9lasi"ikasi hipertensi
/. 0asien mengalami hipertensi stage
ormal < ! : %/' dan $ : '
II dengan #$ %7'%''.
0rehipertensi < ! %/'6% atau $ '6 Hipertensi stage I < ! %&'6%5 atau $ '6 Hipertensi stage II < ! ;%4' atau $ ;%'' . 0rinsip managemen pasien dengan hipertensi yaitu <
. 0asien terdiagnosa hipetensi stage II
0re hipertensi < li"estyle modi"ication
antihipertensi,
Hipertensi stg I < % obat > li"estyle modi"ication
dan mendapatkan kombinasi / obat yaitu
captopril
dan
amlodipine.
Hipertensi II < kombinasi / obat > li"estyle modi"ication &. $M berdasarkan etiologi diklasi"ikasikan &. 0asien terdiagnosa $M tipe / sejak menjadi $M tipe I dan $M tipe II. $M tipe I
& tahun yang lalu, saat pasien berusia
disebabkan oleh de"isiensi absolut insulin yang 5' tahun. diakibatkan
gangguan
sekresi
insulin
oleh
pancreas. $M ini dialami indi1idu dengan onset 25
muda.
!edangkan
de"isiensi
relati1e
$M
tipe
insulin,
II
disebabkan
dimana
terdapat
kerusakan reseptor insulin, sehingga terjadi keadaan insulin resisten. @nset pasien yaitu onset usia deasa sampai usia lanjut. 5. 0enegakan diagnosis diabetes dapat dilakukan 5. 0asien memiliki riayat banyak dengan metode, yaitu < (%) =ejala klasik $M > makan karna sering merasa lapar, =lukosa seaktu ;/'' grd? (/) =lukosa darah banyak minum dan sering kencing. puasa ; %/4 > =ejala klasik $M () 9adar gula =lukosa darah acak pasien pernah plasma / jam pada ##=@ ; /'' mgd?. =ejala terukur '' dan gula darah puasa klasik $M yaitu < poliuria, polidipsi, poli"agi, dan pasien terukur %7'. penurunan
berat
badan
yang
tidak
dapat
dijelaskan sebabnya. 4. Gaktor resiko $M yaitu riayat keluarga yang
4. 0asien adalah seorang yang gemuk,
mengidap $M, tingkat asupan nutrisi yang sering berlebihan, obesitas, alcohol, merokok.
makan
dalam
porsi
yang
berlebih, suka makan daging dan makanan yang manis serta minum minuman
yang
manis,
perokok,
peminum
memiliki
riayat
seorang
alcohol, keluarga,
dan yaitu
ibunya yang terkena $M. 7. 0rinsip managemen dan terapi diabetes adalah 7. 0asien mendapatkan penanganan pola gaya hidup sehat, mono terapi oral anti monoterapi glime sehari. 0asien diabetes, kombinasi / obat oral antidiabetes, % jarang megecek gula darahnya dan insulin basal dengan / obat oral antidiabetes, % mengontrolkan dirinya ke dokter. =ula insulin basal > / insulin prandial, dan % insulin darah pasien pernah terdeteksi gula basal > insulin prandial. C1aluasi dilakukan darah puasa %7' grd? dan gula darah setiap /6 bulan, dan dikatakan gagal jika tidak acak '' grd?. mencapai goal HbA%- :72 atau goal kadar glukosa darah rata6rata / pengukuran. 0enting ditekankan pemriksaan gula darah mandiri rutin 26
dan kontrol rutin ke F!. . 9omplikasi $M secara umum dibagi menjadi . 0ada pasien di temukan gejala /, yaitu akut dan kronik. 9omplikasi kronik kerusakan ginjalyang ditandai dengan kadar *J !yang tinggi, dibagi menjadi /, yaitu mikro1askuler dan proteinuria dan glukosuria yang tinggi. makro1askuler. Mikro1akuler terdiri dari eye 9adar =GF : %5 (4,%) disertai disease, neuropathy, nephropathy. !edangkan kerusakan struktur ginjal selama bulan mengindikasikan pasien telah makro1askuler terdiri dari coronary heart disease, mengalami gagal ginjal tahap akhir perihepral arterial disease, dan cerebro1askular (-9$ stage ). disease. . 0ada pasien ditemukan adanya . 9riteria diagnosis -9$ <
tanda kerusakan ginjal yang dapat
a. 9erusakan ginjal yang terjadi lebih dari dilihat dari hasil kimia darah dimana bulan, berupa kelainan struktural atau "ungsional terjadi kelainan aotemia (peningkatan dengan atau tanpa penurunan ?G=, dengan kadar urea dan creatinin serum), pada urine
mani"estasi<
ditemukan
proteinuria,
glukosuria, dan pada $? ditemukan 6
kelainan patologis
6
terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk
adanya anemia.
kelainan dalam komposisi darah atau urin, atau kelainan dalam tes pencitraan (imaging test) b. ?G= kurang dari 4' mlmenit%,7m/ selama bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal #rias pada -9$ < Anemia, Hipertensi, aotemia.. %'. 0asien didiagnosa -9$ !tage %'. !tage o" -9$
dengan =GF yaitu 4,% m?min%.7m/
Derajat 1
LFG ≥ 90
2
60 – 89
3a
45 – 59 27
3b
30 – 44
4
15 – 29
5
< 15 atau dialisis %%.
%%. 0enyebab -9$ yaitu <
0ada
pasien
disebabkan
-9$
dicurigai
oleh Diabetic
Kidney
Disease dan Hipetensi
a. Diabetic Kidney Disease b. Hipertensi c. Vascular disease d. Glomerular disease e. Cystic kidney disease ". Urinary ract obstruction or dysfunction g. !eccurent kidney stone disease
%/. pasien mendapatkan terapi %/. $asar penatalaksanaan gagal ginjal kronik dapat
dibagi
menjadi
dua,
yaitu<
#erapi
•
IG$ a-l ',2 tpm
•
$iet tinggi kalori 5
konser1ati" dan terapi pengganti #erapi 9onser1ati" %. Memperkecil beban ginjal atau mengurangi kadar toksin uremik< 6keseimbangan cairan 6diet tinggi kalori, rendah protein, dan rendah garam bila ditemukan adanya oedema atau hipertensi 6menghindarkan obat6obat ne"rotoksik (!AI$, aminoglikosida, tetrasiklin, dll) /. Memperbaiki "aktor6"aktor yang re1ersible 6 mengatasi anemia 6 menurunkan tekanan darah 6 mengatasi in"eksi . Mengatasi hiper"os"atemia dengan memberikan -a(-@) dan diet rendah "os"at &. #erapi penyakit dasar seperti $M
kkalkg**hari
>
rendah protein ', gram proteinkg**hari •
-aptopril /%/,5mg
•
Amlodipine %5g
•
-a-@ % tablet
•
Asam "olat // tab
•
-e"operaine /% gr I
•
Metronidaole 28
5. #erapi keluhan< 6untuk mualmuntah Metoklopramid 6untuk gatal6gatal $ipenhydramin 4. #erapi komplikasi 6payah jantung dengan 1asodilator, dan hati6hati pemberian digitalis
5''mg I diberikan •
diberikan
Actrapid & unit !%5
menit
sebelum
makan $iuretik, terhadap
•
Hemodialisa Clekti"
#erapi pengganti %. $ialisis 6hemodialisis 6dialisis peritoneal mandiri berkesinambungan 6indikasi< bila 9lirens 9reatinin kurang dari 5 ccmenit. /. -angkok ginjal
29
BAB @ KESI$PULAN
Hipertensi sekunder merupakan penyakit yang jarang, hanya sekitar %'2 dari orang6orang yang mengalami hipertensi. 8alaupun persentasenya yang kecil, penyakit ini tidak dapat dihiraukan karena dapat menyebabkan kesalahan dalam penanganan. $alam hipertensi sekunder, mengetahui proses sekunder yang menyebabkan kenaikan tekanan darah sangat penting karena berpotensi untuk disembuhkan bila etiologinya ditangani dengan baik. $iabetes, -9$ dan Hipertensi sangat berhubungan satu sama lain. Hipertensi dapat diakibatkan oleh $iabetes, hal ini terutama akibat kenaikan konsentrasi glukosa di ginjal sehingga merangsang kenaikan tekanan darah. !elain itu $iabetes juga dapat memicu terjadinya -9$ terlebih dahulu. !etelah terjadi -9$, akibat rusaknya ginjal maka hipertensi dapat muncul. !ehingga pada pasien Hipertensi dengan $iabetes dan -9$, perlu perhatian khusus untuk menangani keluhan6keluhan yang timbul akibat penyakit tersebut.
30
DA7TA PUSTAKA
%
Foger ?, =o A!, ?loyd6+ones $M, et al. Heart disease and stroke statistics66/'%/ update< a report "rom the American Heart Association. -irculation. +an /'%/3%/5(%)
/
Feport Gromthe 0anel Members Appointed to the Cighth +oint ational -ommittee (+- ). /'%& e1idence6based guideline "or themanagement o" high blood pressure in adults. /'%&. %%(5)< 5'765/'
8orld Health @rganiation. A global brie" on hypertension< silent killer, global public health crisis. /'%
&
adeak *. Hipertensi sekunder akibat perubahan histologi ginjal. !ari 0ediatri. /'%/. %(5)3 %%6%5
5
-hiong +F et al. !econdary hypertension< current diagnosis and treatment. International +ournal o" -ardiology. /''. %/&3 46/%
4
iera A+ et al. $iagnosis o" secondary hypertension< an age6based approach. American Gamily 0hysician. /'%'. /(%/)3 %&7%6%&7
7
!oeondo 0,dkk. /''4. 9onsensus 0engelolaan $an 0encegahan $iabetes Mellitus #ipe / $i Indonesia /'%%. +akarta< 0erkumpulan Cndokrinologi Indonesia.
!uitra, 9etut. 0enyakit =injal 9ronik. *uku Ajar Ilmu 0enyakit $alam +ilid II < Interna 0ublishing. /''. 0g %'56&'.
0eraella, Mark. -9$< A e -lassi"ication and !taging !ystem. #urner 8hite, /''.
%' ?e1ey, Andre et al. #he de"inition, classi"ication and prognosis o" -9$< a 9$I=@ -ontro1ersies -on"erence Feport. International !ociety o" ephrology, /'%' %% !ampanis -. Samboulis -. Arterial hypertension in diabetes mellitus< "rom theory to clinical practice. Hippokratia. /''. %/(/)3 7&6'
31