LAPORAN KASUS
Herpes Genitalis
Oleh : Novelita Mesah NIM. 0810710087
Pembimbing : dr. Arif Widiatmoko, Sp.KK
LABORATORIUM ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013
1
BAB I PENDAHULUAN Herpes genitalis disebabkan disebabkan oleh virus herpes simpleks ( Herpes Simplex Virus – HSV) tipe 1 (HSV-1) atau atau terutama oleh oleh tipe 2 (HSV-2). (HSV-2). Rute primer penularan penularan infeksi HSV-2 HSV-2 ialah ialah melalui melalui kontak kontak seksual seksual (genital(genital-gen genital) ital) dengan dengan partner partner seksual seksual yang terinfeks terinfeksii baik baik yang simtomati simtomatis s maupun maupun yang asimtoma asimtomatis, tis, dimana dimana risiko risiko terjadin terjadinya ya infeksi berhubungan dengan jumlah partner seksual. 1,2 Herpes genitalis merupakan penyakit menular seksual dengan prevalensi yang tinggi di di berbagai berbagai negara dan penyeba penyebab b terbanyak terbanyak penyakit penyakit ulkus genitalis. genitalis. Insiden Insiden herpes genitalis tidak dapat dilaporakan secara pasti tetapi diestimasikan ada 500.000 kasus kasus baru baru terja terjadi di tiap tiap tahun tahun.. 3 Sebuah Sebuah penelit penelitian ian menunju menunjukkan kkan jumlah jumlah kunjung kunjungan an penderita baru herpes genitalis di Divisi IMS RSUD Dr. Soetomo Surabaya Surabaya tahun 2005– 2007 2007 (3 tahun) tahun) mempunya mempunyaii kecende kecenderung rungan an mengal mengalami ami pening peningkata katan, n, wanita wanita lebih lebih banyak daripada laki-laki dengan rasio 1,96:1. Umur terbanyak adalah 25–34 tahun, lebih banyak pada penderita yang sudah menikah. Pasangan Pasangan seksual terbanyak terbanyak adalah suami/istri penderita sendiri. Waktu coitus suspectus terbanyak 1–7 hari. 4 HSV merupakan sekelompok virus yang termasuk dalam famili Herpesviridae, mempunyai kemampuan untuk berada dalam keadaan laten dalam sel hospes setelah infeksi primer. 2 Ada dua macam tipe HSV yang dapat menyebabkan menyebabkan herpes genitalis, yaitu HSV tipe 1 dan HSV tipe 2. HSV tipe 1 lebih sering berhubungan dengan kelainan oral, dan HSV tipe 2 berhubungan berhubungan dengan kelainan genitalia. Pada infeksi akut, virus akan bereplikasi bereplikasi di tempat tempat inokula inokulasinya sinya di permuka permukaan an dan akan akan menyeba menyebabkan bkan lesi primer. Kemudian virus akan menyebar dan menginfeksi terminal saraf sensoris yang selanjutnya selanjutnya secara retrograde retrograde axonal transport menuju menuju ke ganglia ganglia sensoris sensoris,, HSV-1 HSV-1 umumnya akan berdiam di ganglia geniculatum dan HSV-2 umumnya akan berdiam di ganglia sacralis. 2 Selama masa laten, virus tidak memproduksi protein.
1,2
Virus tersebut
tetap mempunyai kemampuan untuk mengadakan reaktivasi kembali sehingga dapat terjadi infeksi yang berulang. 1, Pada reaktivasi, virus akan menuju ke terminal saraf perifer secara anterograde anterograde axonal transpo transport rt pada pada atau atau dekat dekat port of the entry -nya. -nya. Reaktivasi ini berhubungan dengan kuantitas latent virus di ganglia, sistem kekebalan tubuh host , iradiasi UV, hipertermia, trauma lokal, dan stressor psikologis. stressor psikologis. 2 Bentuk Bentuk lesi genitali genitalia a dapat dapat berupa berupa vesikel, vesikel, pustule pustule,, dan ulkus ulkus eritemat eritematosu osus, s, sembuh dalam waktu 2–3 minggu. Pada laki-laki umumnya terdapat pada gland penis
2
atau preputium, sedangkan pada wanita bisa terdapat pada vulva, perineum, bokong, vagina maupun serviks. 1,2 Gejala khas berupa vesikel yang berkelompok dengan dasar eritema dan bersifat rekuren. 5 Manifestasi Manifestasi klinis herpes genitalis dapat dibedakan antara episode pertama (episode primer) dan episode kekambuhan (episode rekuren). Angka kekambu kekambuhan han bervaria bervariasi si antara antara satu individu individu dengan dengan individu individu yang lain, infeksi infeksi oleh karena HSV tipe 2 sekitar 16 kali lebih sering dibanding dibanding infeksi genital oleh karena HSV tipe 1 dan terjadi sekitar 3 sampai 4 kali pertahun. 2 Gejala klinis lokal herpes genitalis berupa nyeri, gatal, disuria, discharge vagina dan uretra serta nyeri kelenjar inguinal. inguinal. Gejala sistemik umumnya berupa berupa demam, nyeri kepala, malaise, dan myalgia. 2,5 Diagnosis klinis infeksi herpes genitalis bila ditemukan kelompok vesikel multipel berukuran sama, timbulnya lama dan sifatnya sama dan nyeri. 1,2,5
Infeksi herpes genitalis juga dibedakan dengan penyebab lain ulkus genital seperti
ulkus yang disebabkan Treponema pallidum, walaupun dapat terjadi koinfeksi antara keduanya.
2,5
Pemeriks Pemeriksaan aan laborat laboratoriu orium m untuk untuk membantu membantu diagnosi diagnosis s herpes herpes genital genitalis is
antara lain Tzank smear, isolasi virus, deteksi DNA HSV dengan PCR, deteksi antigen HSV secara enzyme immunoassay (EIA) dan peningkatan titer antibodi anti-HSV pada serum, yang bermanfaat pada episode pertama infeksi. Pengobatan herpes genitalis secara umum dibagi 3 bagian yaitu: terapi episode pertama, terapi rekurensi, dan terapi pencegahan rekurensi. 1 Prognosis herpes genitalis akan lebih baik bila dilakukan pengobatan secara dini sehingga penyakit berlangsung lebih singkat dan rekurensi lebih jarang. 4
3
BAB II LAPORAN KASUS
2.1
Identitas Pasien Nama
: Ny. A
Umur
: 38 tahun
JenisKelamin
: Perempuan
Alamat
: Purwosari, Purwosari, Malang
Status
: Menikah
No.RM
: 102286xx
Agama
2.2
: Islam
Pekerjaan
: Karyawan Pabrik
Tanggal Pemeriksaan
: 28 Maret 2013
Anamnesis Keluhan Utama : Keputihan dan rasa gatal di kemaluan.
Riwayat penyakit sekarang: Pasie Pasien n meng mengelu eluh h keputi keputiha han n sejak sejak + 1 bulan bulan yang yang lalu. lalu. Kepu Keputih tihan an berjumla berjumlah h banyak, banyak, warna warna putih putih kekuning kekuningan, an, tidak tidak berbau, berbau, disertai disertai rasa gatal. gatal. Pasien mengeluh muncul luka-luka kecil di daerah kemaluan sejak 5 hari yang lalu. Luka-luka kecil tersebut makin lama makin banyak, melebar, dan terasa nyeri. Munculnya luka tersebut juga disertai demam ( nggreges) nggreges ) dan pembesaran kelenjar di lipat paha.
Riwayat kesehatan masa lalu: Keluhan seperti ini baru pertama dialami oleh pasien. Riwayat diabetes melitus maupun penyakit menahun lain tidak diketahui.
Riwayat pengobatan: Pasien telah berobat ke dokter umum dan mendapat obat minum: alleron, flade fladex x forte forte,, oflox ofloxac acin, in, gramaz gramazol ole, e, dan dan parac paracet etamo amol, l, serta serta alboth albothyl yl yang yang
4
dioleskan dioleskan pada daerah luka, dan tablet yang dimasukkan melalui vagina (pasien tidak tahu apa namanya dan untuk apa)
Riwayat sosial: Riwayat hubungan seksual: Hubungan seksual hanya dengan suami, frekuensi 1x/minggu, terakhir 1 minggu minggu sebelum sebelum muncul gejala gejala di daerah daerah kemalua kemaluan n tersebu tersebut. t. Tidak Tidak muncul muncul gejala serupa atau keluhan yang sama pada suami, baik pada alat kelaminnya maupun pada bagian mulut (oral sex +). Suami terkadang menggunakan kondom sebagai alat kontrasepsi.
2.3
Pemeriksaan Fi Fisik 2.3. 2.3.1 1
Stat Status us Derm Dermat atol olog ogis is
Gambar 2.1 Lokasi Ruam
Lokasi
: Vu Vulva, la labia, pe perin rineum
Dist Distri ribu busi si : Terl Terlok okal alis isir ir
5
Ruam Ruam
: ulku ulkus s multi multipe pell di atas atas kuli kulitt yang yang erite eritema mato tous us,, bent bentuk uk tak tak tera teratu tur, r, batas rata, tepi datar, dasar kotor, nyeri tekan (+), indurasi (-).
Lokasi
: inguinal
Distri Distribu busi si : Terlo Terloka kalis lisir ir Ruam Ruam
: Vesi Vesike kell berg berger erom ombo bol, l, din dindi ding ng teg tegan ang, g, isi isi cai caira ran n puru purule len n
Gambar 2.2 Pemeriksaan Status Dermatologis
2.3. 2.3.2 2
Stat Status us Gene Genera rali lis s Kead Keadaa aan n Umu Umum m
: Bai Baik, k, tamp tampak ak mena menaha han n nye nyeri ri saat saat berj berjal alan an..
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital
: Tensi: Tidak dilakukan pemeriksaan Nadi Nadi : Tidak Tidak dilakuka dilakukan n pemeri pemeriksaa ksaan n
Kepala/Leher
RR
: Tid Tidak ak dila dilaku kuka kan n pem pemer erik iksa saan an
Tax Tax
: Tidak Tidak dilak dilakuk ukan an peme pemerik riksa saan an
:
Konjuntiva an anemis
: -/ -/-
Sklera ikterik
: -/ -
Edema palpebra
: -/ -
Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak dilakukan pemeriksaan Thorax Abdomen Abdomen Ekstremitas
: Cor/Pulmo : Tidak dilakukan pemeriksaan : Hepar/Lien: Hepar/Lien: Tidak dilakukan dilakukan pemeriksaan pemeriksaan :
6
Pembesaran kelenjar getah bening inguinal +/+
2.4 Diagnosis Banding 1. Herpe Herpes s (Simp (Simplek leks) s) Gen Genita italis lis 2. Ulkus Ulkus Mole Mole (Chan (Chancro croid) id) 3. Sifi Sifili lis s (Ulk (Ulkus us Dur Durum um))
2.5
Pemeriksaan Penunjang o
Tzank test: didapatkan Multinucleated giant cell
o
Pengecatan gram: didapatkan bakteri coccus gram (-), school of fish (-)
o
Dark field: tidak dilakukan pemeriksaan
Gambar 2.3 Multinucleated Giant Cell pada Tzank Test
7
Gambar 2.4 Bakteri coccus gram negatif pada pengecatan gram 2.6
Diagnosis Herpes (Simpleks) Genitalis
2.7
Penatalaksanaan Terapi yang diberikan pada pasien yaitu : 1.
Tera Terapi pi Kaus Kausat atif if
: Acyc Acyclo lovi virr tabl tablet et 3 x 400 400 mg / hari hari sela selama ma 7 hari hari
2.
Terapi Simtomatis
: Kompres dingin dengan air air matang din dingin dan
kasa kasa steri sterill pada pada area area luka luka selama selama + 10 menit, menit, kemud kemudian ian kasa kasa diang diangkat kat dengan sebelumnya kembali dibasahi terlebih dahulu. 3.
2.8
Tera Terapi pi sup supor orti tiff : ist istir irah ahat at yan yang g cuku cukup, p, pen penin ingk gkat atan an stat status us nutr nutris isi. i.
Saran o
Obat tablet yang diberikan harus diminum sampai tuntas, terapi simtomatis dan suportif dapat dan sebaiknya dilakukan.
o
Penyakit ini memiliki kecenderungan untuk berulang.
o
Penyaki Penyakitt ini memiliki memiliki potens potensii untuk untuk ditularka ditularkan/me n/menula nularkan rkan pada pada pasanga pasangan n seksual, seksual, oleh karena karena itu, bila memungk memungkinka inkan n suami suami (pasang (pasangan an seksual tetapnya) dapat diperiksakan juga.
o
Tidak perlu saling mempersalahkan dengan suami.
o
Tidak melakukan hubungan seksual terlebih dahulu selama lukaluka di kemaluan belum sembuh.
8
BAB III PEMBAHASAN
Pasien merupakan wanita, 38 tahun, sudah menikah, dan aktif secara seksual dengan 1 pasangan saja. Telah aktif secara seksual merupakan salah satu kunci dari anamnesa herpes genitalis, dimana penularannya terutama oleh hubungan seksual. Hubungan seksual terakhir diketahui 1 minggu yang lalu dan pasien mengaku belum pernah mengalami gejala serupa sebelumnya. Dari data ini, infeksi HSV yang dialami dialami pasien pasien kemungk kemungkinan inan besar besar merupaka merupakan n infeksi infeksi primer. primer. Masa inkubasi inkubasi infeksi infeksi genital dari HSV-1 atau HSV-2 rata-rata 4 hari (berkisar 2 hingga 12 hari). Gejala lokal maupun sistemis dari infeksi primer HSV-1 secara umum sama dengan infeksi primer HSV-2. 1 Gambaran klinis klasik dari infeksi primer diawali dengan makula dan papula dan secara secara progresif progresif berkembang berkembang menjadi menjadi vesikel, vesikel, pustula pustula,, dan ulkus. ulkus. Krusta Krusta dapat dapat terbentuk pada ulkus di kulit sedangkan pada membran mukosa tidak. Pada pasien ini dite ditemu muka kan n geja gejala la klas klasik ik ini, ini, dise disert rtai ai deng dengan an munc muncul ulny nya a kepu keputi tiha han n yang yang dapa dapatt disebabkan koinfeksi dengan bakteri atau jamur. Gejala keputihan yang muncul pada pasien ini kemungkinan juga menyebabkan bias pada pengobatan sebelumnya dimana pasien mendapat terapi antibiotik dan antijamur dari dokter umum dan tidak didapatkan adanya perbaikan. Perjalanan penyakit yang dialami pasien sesuai bila bandingkan dengan grafik berikut,
9
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik (status dermatologis) secara garis besar dapat menyingkirkan diagnosis diagnosis banding banding yang lain. Diagnosis banding dari ulserasi labial primer primer dari herpes herpes genital genitalis is adalah adalah chancro chancroid id dan sifilis sifilis primer. primer. Ulserasi Ulserasi chancroi chancroid¸ d¸ disebabkan oleh Haemophilus ducreyi , ditandai dengan lesi yang nyeri, lunak, tidak ada indurasi, tepi menggaung dengan kulit di sekitar ulkus berwarna merah, dasarnya kotor dan mudah mudah berdarah berdarah,, multipel multipel.. Sífilis Sífilis primer primer disebab disebabkan kan oleh Treponema pallidum, pallidum , ditandai dengan lesi yang tidak nyeri, sekitar ulkus teraba keras (indurasi), dasar ulkus bersih dan berwarna merah, soliter (biasanya hanya 1 – 2 ulkus). Kondisi noninfeksi yang dapat menyerupai herpes genitalis antara lain Crohn’s disease, disease, sindrom Behçet, trauma, trauma, dermatiti dermatitis s kontak, kontak, erythema erythema multifor multiforme, me, sindrom sindrom Reiter, Reiter, psoriasi psoriasis, s, dan liken liken planus. 2,5 Risiko transmisi HSV-2 dari penderita penderita yang terinfeksi terinfeksi ke partner seksualnya lebih tinggi bila terdapat lesi genital, namun banyak ahli berpendapat bahwa transmisi dapat juga terjadi meski infeksi asimtomatis dan tidak terdapat terdapat lesi genital dari pasangan pasangan seksual pasien. Kontak langsung selain hubungan seksual dapat terjadi bila kulit atau membran mukosa dari orang yang rentan berkontak dengan area penyebaran virus. 5 Hal ini menjelaskan mengapa pasien ini mengalami infeksi meski suami tidak bergejala dan mengapa pasien disarankan agar tidak berhubungan seksual terlebih dahulu selama luka-luka luka-luka di genital genital tersebu tersebutt belum belum sembuh. sembuh. Bila memungki memungkinkan nkan pemeriksa pemeriksaan an pada pada suami suami pasien pasien dapat dapat dilakuka dilakukan n agar agar dapat dapat diketahu diketahuii dengan dengan lebih pasti pasti dan secara
10
psikologis ada pembuktian dari kecurigaan yang mungkin muncul dari pasien terhadap suaminya. Mayoritas pria dan wanita dengan episode pertama kemunculan gejala klinis dari genital genital HSV-2 memiliki memiliki gejala lokal seperti seperti nyeri nyeri pada pada lesi dan terasa terasa pembesa pembesaran ran kelenja kelenjarr regiona regional, l, dimana dimana pada pasien ini juga didaptka didaptkan n gejala gejala dan tanda tanda serupa. serupa. 1 Gejala konstitusional seperti demam, sakit kepala, malaise, dan myalgia dapat muncul pada 2/3 wanita dan 2/5 pria yang mengalami gejala klinis dari episode pertama. pertama.
1
Pada
pasien ini muncul gejala konstitusional berupa demam ( nggreges) nggreges ) Rekuren Rekurensi si infeksi infeksi HSV-2 HSV-2 genital genitalis is dapat dapat simtomat simtomatis, is, atau atau yang lebih sering, sering, asimtoma asimtomatis. tis. Kurang Kurang lebih lebih 50% pasien pasien yang yang mengala mengalami mi rekurens rekurensii memiliki memiliki gejala gejala prodorma prodormall seperti seperti sensasi sensasi kesemuta kesemutan n atau gatal ringan ringan yang berlangsun berlangsung g 30 menit menit hingga 48 jam sebelum erupsi hingga nyeri yang tajam di pantat, kaki, atau panggul yang terjadi kurang lebih 5 hari sebelum munculnya erupsi. Dalam 12 bulan setelah diagnosis, 90% pasien dengan episode pertama HSV-2 genitalis mendapat minimal 1 kali rekurensi, 38% mendapat mendapat 6 atau lebih rekurensi, dan 20% mendapat mendapat 10 atau lebih rekurensi. 1 Oleh Oleh karen karena a itu pent penting ing untuk untuk menje menjelas laskan kan kepa kepada da pasie pasien n menge mengena naii rekurensi atau kekambuhan ini. Komplik Komplikasi asi sistem sistem saraf saraf pusat pusat dari herpes genital genitalis is dapat dapat berupa berupa meningi meningitis tis aseptik, radikulopati sakralis, tranverse mielitis, dan meningitis lymfositik jinak berulang (Mollaret (Mollaret’s ’s meningi meningitis). tis). Dari kemungki kemungkinan nan komplika komplikasi si yang yang dapat dapat muncul, muncul, meningit meningitis is aseptik adalah yang paling sering terjadi, dan pada sebagian besar kasus terkait dengan infeksi infeksi primer. primer. Kurang Kurang lebih 1/3 wanita dan 1/10 pria dengan dengan infeksi infeksi primer memiliki memiliki tanda meningitis, sedangkan komplikasi dan tanda ini jarang ditemukan pada pasien dengan infeksi nonprimer. 1,2,5 Sayangnya pada pasien ini tidak dijelaskan mengenai komplikasi ini. Penyakit Penyakit ulkus genital, termasuk yang disebabkan disebabkan HSV-2 merupakan merupakan salah satu factor risiko transmisi HIV. Dalam sebuah penelitian, titer HIV yang tinggi ditemukan pada ulserasi herpes genitalis dan viral load HIV dalam plasma mrningkat saat infeksi HSV-2 teraktivasi pada pasien yang terinfeksi HIV.
6
Sebaliknya, sangat memungkinkan
bila infeksi HIV berkontribusi berkontribusi sebagai factor risiko infeksi HSV. 6 Sayangnya pada pasien ini tidak digali lebih dalam mengenai faktor risiko – faktor risiko transmisi HIV, baik pada pasien maupun pada suami pasien, serta tindakan yang memungkinkan transmisi HIV. Pada pasien ini juga belum diarahkan untuk pemeriksaan lebih lanjut mengenai mengenai tranmisi HIV.
11
Pemeriksaan Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah tzank test dan pewarnaan pewarnaan gram. Seharus Seharusnya nya juga dilakuka dilakukan n pemeriksa pemeriksaan an
dark field field microscop microscop untuk untuk memastik memastikan an
penyingkiran diagnosis banding sifilis. Penting untuk memilih dan mengambil spesimen yang benar benar dalam dalam pemeriksa pemeriksaan an laborato laboratorium rium ini. Berdasa Berdasarkan rkan urutan urutan pengam pengambila bilan n sediaa sediaan n pada pada lesi lesi maka maka seharu seharusny snya a dimul dimulai ai deng dengan an mengo mengorek rek tepi tepi ulkus ulkus untu untuk k dilakukan pewarnaan gram, mengambil cairan dari lesi untuk pemeriksaan Tzank, dan pengambilan serum untuk pemeriksaan dark field microscope. Pewarnaan gram yang dilakukan untuk mencari koinfeksi bakteri dan untuk menyingkirkan diagnosis banding Chancroid, dimana pada Chancroid pada pewarnaan gram dari sediaan yang diambil dengan dengan mengorek mengorek tepi ulkus ulkus akan akan ditemuka ditemukan n gambaran gambaran khas kelompok kelompok basil gram negatif negatif yang tersusun tersusun seperti seperti barisan barisan ikan. ikan. Tzank Tzank test digunakan digunakan untuk untuk melakuka melakukan n pemeriksaan terhadap sel-sel yang berasal dari vesikel, bulla, atau daerah erosi yang bersih. Pemeriksaan tzank pada pasien ini didapatkan nucelated giant cell dimana selsel ini jauh jauh lebih lebih besa besarr diba diband nding ing sel sel epide epidermi rmis s dan dan menga mengand ndun ung g inti inti (umumn (umumnya ya multipel) di dalam satu sel. Nilai diagnostiknya digunakan pada herpes zoster, varcella, herpes simplex, pemphigus, dan infeksi staphylococcus. staphylococcus. Dark field field , hasil hasil posit positif if jika jika ditemukan T. pallidum yang berbentuk spiral, akan menyingkirkan diagnosis banding sifilis (ulkus durum) dimana bahan yang digunakan adalah serum yang keluar dari ulkus kemudian dijepit dengan pinset ditaruh di object glass dan tepi sediaan diberi vaselin kemudian diperiksa dengan mikroskop lapangan gelap. 2,5 Di samp sampin ing g peme pemeri riks ksaa aan n yang yang dila dilaku kuka kan n pada pada kasu kasus s ini, ini, ada ada bebe bebera rapa pa pemeriksaan pemeriksaan penunjang penunjang lain yang dapat dapat dilakukan. Kultur virus telah tersedia tersedia secara luas. Sensitivitas kultur bergantung pada stadium dari episode infeksi dan rekurensi dari infeksi (viral (viral load infeksi primer lebih besar dibanding pada infeksi sekunder; 10 6 virion per inoculum vs. 10 2 hingga 10 3 virion per inoculum). inoculum). Polymerase Chain Reaction (PCR) dapat digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosa infeksi HSV dan dapat berguna untuk mendiagnosis saat lesi telah menjadi krusta, namun jauh lebih mahal dari kultur virus dan tidak dilakukan dilakukan secara rutin. Dalam beberapa beberapa tahun terakhir, pemeriksaan pemeriksaan antibody antibody spesifik telah mendapat persetujuan dari Food and Drug Administration (FDA), yakni HerpeSelect HSV-1 and HSV-2 enzyme-linked immunosorbent assays dan HSV-1 and HSV-2 HSV-2 immunob immunoblot lot tests tests .7 Beberap Beberapa a pemeriks pemeriksaan aan penunj penunjang ang telah telah tersedia tersedia untuk untuk mampu membedakan antibody anti-HSV-1 dan dan anti-HSV-2, namun masih memiliki angk angka a
reak reaksi si
sila silang ng
yang yang
ting tinggi gi
sehi sehing ngga ga
menu menuru runk nkan an
kegu keguna naan anny nya a
dala dalam m
membedakan kedua tipe virus ini. 8 Uji serologis yang spesifik terhadap tipe HSV ini
12
dapat berguna untuk mendiagnosis pasien simtomatis dengan healing lesion (dimana kultur kemungkinan besar menunjukkan hasil negative) dan dapat digunakan sebagai uji skrining skrining pada pada pasien pasien yang yang memiliki memiliki factor factor risiko risiko HSV, HSV, seperti seperti infeksi infeksi HIV, penyakit penyakit menular seksual lain, partner seksual multipel, atau partner seksual dengan riwayat infek infeksi si HSV). HSV).8 Skri Skrini ning ng ruti rutin n untu untuk k pasi pasien en deng dengan an fact factor or risi risiko ko rend rendah ah tida tidak k direkomendasikan karena risiko hasil positif palsu. Analog nukleosida nukleosida asiklik; acyclovir, valacyclovir, valacyclovir, dan famciclovir tersedia sebagai sebagai
terapi terapi herpes herpes geni genitali talis. s. 9 Seluruhn Seluruhnya ya efektif efektif sebaga sebagaii terapi terapi herpes herpes genital genitalis is
episo episode de perta pertama ma,, seba sebaga gaii terap terapii rekure rekurensi nsi,, dan dan bila bila dikon dikonsu sumsi msi haria harian n seba sebaga gaii pencega pencegahan han rekurens rekurensii (terapi (terapi supresi supresif). f). 1
Pada Pada pasien pasien ini diberika diberikan n terapi terapi kausati kausatif f
berupa berupa Acyclovir Acyclovir tablet 3 x 400 mg / hari selama selama 7 hari dimana dimana terapi terapi ini rasiona rasionall dan telah sesuai dengan guideline terapi yang berlaku. Topikal acyclovir tidak memberikan manfaat dalam terapi, tidak direkomendasikan, dan pada pasien ini tidak diberikan.
1,8
Prognosis hasil pengobatan pada pasien ini adalah baik bila mengingat waktu datang berobat masih pada saat-saat awal munculnya gejala, tinggal bagaimana kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat, merawat hygiene luka, dan meningkatkan imunitas dirinya.
13
14
Meskipu Meskipun n pemaha pemahaman man ilmu pengeta pengetahua huan n mengen mengenai ai herpes herpes genital genitalis is sudah sudah semakin semakin baik, baik, banyak banyak pasien pasien yang yang terinfek terinfeksi si tetap tetap memiliki memiliki perasaa perasaan n malu, malu, merasa merasa bersalah, dan memberi cap atau stigma negatif. Pada banyak pasien, dampak psikologis ternyata lebih berat dibanding dibanding konsekuensi konsekuensi fisik dari perjalanan penyakitnya. Umumnya pasien pasien akan akan merasa merasa shock , marah, marah, bersalah bersalah,, tidak tidak percaya percaya diri, diri, takut takut menulark menularkan an kepada orang lain, dan kegagalan atau penurunan fungsi seksual dimana hal-hal ini akan berpengaruh pada hubungan intrapersonal dan interpersonal pasien.
10
Sayangnya,
banyak dokter yang mengesampingkan dampak psikologis ini dan hanya berfokus untuk mengobati gejala fisiknya saja. Pada pasien ini penguatan psikologis telah diberikan, terut terutama ama agar agar tidak tidak salin saling g mempe mempersa rsalah lahka kan n deng dengan an pasie pasien, n, meski meski tidak tidak dapa dapatt dipa dipast stik ikan an lebi lebih h lanj lanjut ut baga bagaim iman ana a damp dampak ak psik psikol olog ogis is dari dari peny penyak akit it ini ini dala dalam m mempengaruhi hubungan intra dan interpersonal pasien. Penggunaan kondom merupakan salah satu strategi pencegahan yang cukup efektif. Pada sebuah penelitian pada 528 pasangan monogami, 70% pasangan dengan partner pria positif terinfeksi HSV-2 dan partner wanita negatif, didapatkan penurunan risiko transmisi sebesar 60%. 11 Sehingga untuk selanjutnya, dapat disarankan pasien dan suazi menggunakan kondom sebagai menurunkan risiko penularan penyakit. Beberap Beberapa a penelit penelitian ian menduku mendukung ng pemberia pemberian n terapi terapi supresif supresif.. Terapi Terapi supresi supresif f menurunkan rekurensi simtomatis, frekuensi stadium subklinis (asimtomatis), dan pada akhirnya meningkatkan kualitas hidup pasien dibanding pasien yang mendapat terapi episodik. Terapi supresif juga aman dan menurunkan risiko transmisi HSV ke partner yang tidak tidak terinfeks terinfeksi. i. 12 Namun, Namun, umumnya umumnya terapi terapi supresif supresif ini diberika diberikan n untuk untuk pasien pasien dengan rekurensi yang sering dan berat serta selama fase laten dalam kehamilan.
2
Karena Karena herpes herpes genital genital tidak tidak profresi profresiff pada pada host yang normal dan angka rekurens rekurensii berva bervaria riasi si sepa sepanja njang ng waktu waktu dan dan dapa dapatt berku berkuran rang g dalam dalam perio periode de terte tertent ntu, u, maka maka pemb pember eria ian n tera terapi pi supr supres esif if yang yang umum umumny nya a dala dalam m jang jangka ka wakt waktu u tahu tahuna nan n perl perlu u dipertimbangkan dengan matang, juga dalam kasus ini. 2 Vaksin HSV-2 glycoprotein-D–subunit telah teruji aman dan pada wanita dengan seronegatif untuk HSV-1 dan HSV-2 sebelum vaksinasi cukup efektif dalam mencegah manifestasi dari infeksi HSV-1 dan HSV-2 (efikasi 75%). 13 Vaksin ini tidak tidak efektif efektif untuk untuk pria maupun bagi wanita yang sebelumnya telah memiliki antibodi anti-HSV-1, dan pada kasus ini, pemberian vaksin tidak efektif pada pasien ini.
15
KESIMPULAN
Telah dilaporkan kasus Herpes Genitales pada Ny. A umur 38 tahun yang diperiksa pada pada tang tangga gall
28 Mare Marett
2013 2013..
Diag Diagno nosi sis s
dite ditega gakk kkan an berd berdas asar arka kan n anam anamne nesi sis, s,
pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang. Hasil pemeriksaan klinis pada kasus ini didapatkan ulkus multipel di atas kulit yang eritematous, bentuk tak teratur, batas rata, tepi datar, dasar kotor, nyeri tekan (+), indurasi (-) yang terlokalisir pada vulva, labia, labia, perineu perineum, m, serta serta ruam berupa berupa Vesikel Vesikel bergerom bergerombol, bol, dinding tegang, tegang, isi cairan cairan pululen yang terlokalisir pada area inguinal. Pada pemeriksaan penunjang penunjang yaitu dengan Tzank test; didapatkan Multinucleated giant cell, pengecatan gram; didapatkan bakteri coccu coccus s gram gram (-), dan dan deng dengan an pemer pemeriks iksaa aan n dark dark field field tidak tidak dilaku dilakukan kan.. Terap Terapii yang yang diberika diberikan n berupa berupa Terapi Terapi yang diberik diberikan an pada pada pasien pasien yaitu
terapi terapi Kausati Kausatiff
dengan dengan
Acyclovir tablet 3 x 400 mg / hari selama 7 hari, terapi simtomatis simtomatis dengan menyarankan menyarankan pasien untuk kompres dingin dengan air matang dingin dan kasa steril pada area luka selama selama + 10 menit, menit, kemudian kemudian kasa diangka diangkatt dengan dengan sebelumn sebelumnya ya kembali kembali dibasahi dibasahi terleb terlebih ih dahu dahulu lu,, dan dan terap terapii supo suporti rtiff deng dengan an menyar menyaran anka kan n istira istiraha hatt yang yang cukup cukup,, peningk peningkata atan n status status nutrisi. nutrisi. Telah Telah dilakuka dilakukan n pemberi pemberian an edukasi edukasi bahwa bahwa penyaki penyakitt ini memi memili liki ki
kece kecend nder erun unga gan n
untu untuk k
beru berula lang ng,,
peny penyak akit it
ini ini
memi memili liki ki
pote potens nsii
untu untuk k
ditulark ditularkan/m an/menu enulark larkan an pada pada pasanga pasangan n seksual, seksual, oleh karena karena itu, bila memungk memungkinka inkan n suami suami (pasan (pasanga gan n seksu seksual al tetap tetapnya nya)) dapa dapatt diperi diperiksa ksakan kan juga juga,, tidak tidak perlu perlu saling saling mempersa mempersalahk lahkan an dengan dengan suami, suami, tidak tidak melakuka melakukan n hubung hubungan an seksual seksual terlebih terlebih dahulu dahulu selama selama luka-luka luka-luka di kemaluan kemaluan belum belum sembuh. sembuh. Dalam Dalam tatalak tatalaksan sana a herpes herpes genital genitalis is diperlukan pemahaman dan strategi yang holistik untuk menegakkan diagnosis, terapi sesuai tanda dan gejala yang muncul, serta dampak psikologis yang dapat dan sering muncul pada pasien herpes genitalis.
16
Daftar Pustaka
1.
Kimberlin Kimberlin,, David David W. dan Dwight J. Rouse. Rouse. 2004. 2004. Genital Genital Herpes. Herpes. N Engl J Med 2004;350:1970-7.
2.
Marques AR, Straus SE. Herpes simplex . In: Wolff K, In: Wolff K, Goldsmith L, Katz S, Gilchrest B, Paller A, Leffell, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7 th ed. New York: McGraw-Hill; 2008. p. 1873–85.
3.
Wilso Wilson, n, Walter Walter R. dan dan Merle Merle A. Sand Sande. e. 2001 2001.. Current Current Diagnos Diagnosis is & Treatmen Treatmentt in Infectious Diseases. Diseases . The McGraw-Hill Companies, United States of America.
4.
Jatmiko, Jatmiko, Andri Andri Catur, Catur, Firdaus Firdausii Nurharin Nurharini, i, Dian Kencana Kencana Dewi, Dewi, Dwi Murtiast Murtiastutik utik.. Penderi Penderita ta Herpes Herpes Genital Genitalis is di Divisi Divisi Infeksi Infeksi Menular Menular Seksual Seksual Unit Rawat Jalan Jalan Kesehatan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Surabaya Periode Periode 2005–2007. 2005–2007. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin Vol. 21 No. 2 Agustus 2009.
5.
Holmes, King K.; Sparling, P. Frederick; Stamm, Walter E.; Piot, Peter; Wasserheit, Judith N.; Corey, Lawrence; Cohen, Myron S.; Watts, D. Heather; Nelson, Nelson, Ronald A. Sexually Transmitted Diseases , 4th Edition . New York: McGraw-Hill; 2008.
6.
Corey Corey L, Hands Handsfie field ld HH. Genit Genital al herpe herpes s and and publ public ic heal health: th: addre addressi ssing ng a globa globall problem. JAMA 2000;283:791-4.
7.
Prince HE, Ernst CE, Hogrefe WR. Evaluation of an enzyme immunoassay system for measuring herpes simplex virus (HSV) type 1-specific and HSV type 2-specific IgG antibodies. J Clin Lab Anal 2000;14:13-6. Anal 2000;14:13-6.
8.
Ashley RL. Sorting out the new HSV type specific antibody tests. Sex Transm Infect 2001;77:232-7.
9.
Sexually Sexually transmitt transmitted ed diseases diseases treatmen treatmentt guidelin guidelines es 2002. 2002. MMWR MMWR Recomm Recomm Rep Rep 2002;51(RR-6):1-78.
10.
Patel R, Boselli F, Cairo I, Barnett G, Price M, Wulf HC. Patients’ perspectives on the burden of recurrent genital herpes. Int J STD AIDS 2001;12:640-5.
11.
Wald A, Langenberg AG, Link K, et al. Effect of condoms on reducing the transmission of herpes simplex virus type 2 from men to women. JAMA 2001;285:3100-6.
12.
Corey Corey L, Wald Wald A, Patel Patel R, et al. Once-da Once-daily ily valac valacycl yclovi ovirr to reduce reduce the risk risk of transmission of genital herpes. N Engl J Med 2004; 2004 ; 350:11-20
17
13.
Stanberry LR, Spruance SL, Cunningham AL, et al. Glycoprotein-D-adjuvant vaccine to prevent genital herpes. N Engl J Med 2002 ;347:1652-61. 2002 ;347:1652-61.
18