HASIL PENELITIAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN DI RUMAHSAKIT UMUM DAERAH KOTA KENDARI TAHUN 2017
AGNES HARE NIM :P201301109
Hasil Penelitian ini diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk mengikuti Ujian Komprehensif
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA KENDARI 2017
LEMBAR PERSETUJUAN HASIL Hasil penelitian ini telah kami setujui untuk disajikan dihadapan tim Penguji pada Seminar Hasil Penelitian Skripsi Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mandala Waluya Kendari dalam rangka penyempurnaan Penulisan.
Kendari, …....……. 2017 Tim Pembimbing Pembimbing I
Pembimbing II
Rosmiati Pakkan.S.Tr.Keb.,SKM.,M.Kes
Sri Wahyuni.S.Kep.,Ns.,M.Kes
NIDN : 09 2602 5501
NIDN : 09 0611 8301
Mengetahui, Ketua Program Studi Keperawatan
Asbath Said.S.Kep.,Ns.,M.Kes
ABSTRAK Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mandala Waluya Kendari Program Studi Keperawatan Hasil Penelitian, …………. 2017 AGNES HARE (P201301109) “Faktor Risiko Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Bersalin Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Keandari” Pembimbing I
: Rosmiati Pakkan S.Tr.Keb.,SKM.,M.Kes.
Pembimbing II
: Sri Wahyuni S.Kep.,Ns.,M.Kes.
Ketuban pecah dini (KPD) atau Premature Rupture of Membrane (PROM) merupakan masalah penting dalam obstetrik, berkaitan dengan komplikasi kelahiran berupa prematuritas dan terjaadinya infeksi korioamnionitas sampai sepsis yang meningkan morbiditas dan mortalitas perintal dan menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi.Kejadian ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah KotaKendari pada tahun 2014 terdapat 50 kasus Kpd, pada tahun 2015 terdapat 32 kasus Kpd, sedangkan pada tahun 2016 terdapat 85 kasus Kpd. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor Risiko Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Bersalin. Jenis penelitian ini adalah Survei Analitik dengan pendekatan Case Control Study,besar populasi adalah 85 ibu bersalin dengan ketuban pecah dini,dengan tehnik pengambilan sampel secara Simple Random sempling, dengan junlah sampel 46 Responden.Metode Analisis uji Risk dengan melihat nilai OR. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa
KATA PENGANTAR Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian yang berjudul : “Faktor Risiko kejadian ketuban Pecah Dini Pada Ibu Bersalin Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota kendari Tahun 2017” guna memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Ilmu Keperawatan di STIKES-MW Kendari. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Penyusunan Hasil Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu saran-saran dari semua pihak yang sifatnya membangun untuk meningkatkan mutu dari Penulisan hasil penelitian ini sangat Penulis harapkan. Pada kesempatan ini Penulis tidak lupa menghaturkan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Rosmiati Pakkan S.Tr.Keb.,SKM.,M.Kes. selaku Pembimbing I dan kepada Sri Wahyuni S.Kep.,Ns.,M.Kes. selaku Pembimbing II atas semua waktu, tenaga dan pikiran yang telah diberikannya dalam membimbing, mengarahkan, memberi saran maupun kritik sehingga hasil penelitian ini menjadi lebih baik. Tak lupa pula Penulis haturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1
Ketua Yayasan Mandala Waluya Kendari
2
Ketua STIKES Mandala Waluya Kendari
3
Para Wakil Ketua ( Akademik, Non Akademik, Kemahasiswaan ) STIKES Mandala Waluya Kendari
4
Para Ketua Lembaga (LPPM, LPM) STIKES Mandala Waluya Kendari
5
Ketua Prodi Kesehatan Masyarakat / Keperawatan STIKES Mandala Waluya Kendari
6
Lembaga Penelitian Daerah Sulawesi Tenggara
7
Seluruh dosen dan staf/karyawan STIKES Mandala Waluya Kendari yang telah banyak membantu Penulis semasa pendidikan.
8
Pimpinan unit Lokasi Penelitian ( RSU, Puskesmas, Desa, dll)
9
Kedua orangtua tercinta yang telah memberikan dukungan, kasih sayang serta motivasi.
10
Seluruh teman – teman khususnya Program Studi Kesehatan Masyarakat / Keperawatan yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada Penulis hingga selesainya hasil penelitian ini. Akhirnya Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu untuk kesempurnaan hasil penelitian ini dan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin. Kendari, ................... 2017 Penulis
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………..
i
LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………………………. ii RINGKASAN…………………………………………………………………………… iii ABSTRACT…………………………………………………………………………….. iv KATA PENGANTAR…………………………………………………………………… v DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….. vi DAFTAR TABEL……………………………………………………………………….. vii DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………….. viii DAFTAR SINGKATAN………………………………………………………………… ix DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………….. x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tehnis lokasi penelitian B. Tinjauan Teori variabel terikat C. Tinjauan Teori variabel bebas yang diteliti BAB III KERANGKA KONSEP A. Dasar Pikir Penelitian B. Bagan Kerangka Konsep Penelitian C. Variabel Penelitian D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif E. Hipotesis Penelitian
BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian B. Lokasi dan Waktu Penelitian C. Populasi dan Sampel D. Pengumpulan Data E. Pengolahan, Analisa, dan Penyajian Data F. Etika Penelitian BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian B. Pembahasan BAB VI KESIMPILAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Tabel Tabel 1
Halaman :Tabel Kontegensi 2 x 2 Odds Ratio pada penelitian Case Control Study...........................................................................
Tabel 2
:
44
DAFTAR GAMBAR Gambar 1
: Bagan Kerangka Konsep.........................................................................
Gambar 2
: Desain Case Control Study.....................................................................
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Lembaran Permintaan Menjadi Responden
2
Formulir persetujuan Menjadi Responden
3
Kuesioner
4
Master Tabel
5
Analisis SPSS Versi 16
6
Surat Izin Penelitian
7
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
8
Dokumentasi Penelitian
9
Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR SINGKATAN Singkatan KPD
Ketuban Pecah Dini
WHO
Work Healt Organisation
SDKI
Survei Demografi Kesehatan Indonesia
AKI
Angka Kematian Ibu
PROM
Premature Rubture Off Membranes
RSUD
Rumah sakit Umum Daerah
CPD
Cepolo Pelfik Disproporsi
OR
Odds Ratio
CI
Contigensi Interval
BAB I
PENDAHULAN A. Latar Belakang Persalinan merupakan suatu peristiwa fisiologis yang dialami oleh seorang wanita, namun tidak menutup kemungkinan keadaan fisiologis berubah menjadi patologis. Akhir-akhir ini berbagai permasalahan dalam kehamilan yang membahayakan seorang ibu hamil saat ini sangat banyak terjadi, salah satu hal yang bisa terjadi adalah ketuban pecah dini sehingga meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. ( Suriana,2015. ) Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tandatanda persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda persalinan yang ditandai dengan pembukaan serviks 3 cm pada primipara atau 5 cm pada multipara ( Manuaba, 2008 ). Hal ini dapat terjadi pada kehamilan aterm yaitu, pada usia kehamilan lebih dari 37 minggu maupun pada kehamilan preterm yaitu sebelum usia kehamilan 37 minggu(Manuaba, 2008). Ketuban pecah dini merupakan salah satu kelainan dalam kehamilan. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam ilmu obstetri, karena berkaitan dengan penyulit yang berdampak buruk terhadap kesehatan dan kesejahteraan maternal maupun terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin, sehingga hal ini dapat meningkatkan masalah kesehatan di Indonesia (Sarwono, 2007).
Insidensi ketuban pecah dini berkisar antara 8 % sampai 10 % dari semua kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi antara 6% sampai 19 %, sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2 % dari semua kehamilan(Goepfert, 2001). Kejadian ketuban pecah dini di Amerika Serikat terjadi pada 120.000 kehamilan per tahun dan berkaitan dengan resiko tinggi terhadap kesehatan dan keselamatan ibu, janin dan neonatal (Mercer, 2003). Sebagian besar ketuban pecah dini pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematusitas. Ketuban pecah dini merupakan salah satu penyebab prematuritas dengan insidensi 30 % sampai dengan40 % (Manuaba,2008). Ketuban pecah dini belum diketahui penyebab pastinya,namun terdapat beberapa kondisi internal ataupun eksternal yang diduga terkait dengan ketuban pecah dini.Yang termasuk dalam faktor internal diantaranya adalah grafiditas, Jumlah janin dalam kandungan (gemeli), kelainan letak janin dan cepalo pelvicdiproporsio. Sedangkan yang termasuk dalam faktor eksternal adalah infeksi dan status gizi (manuaba,2008) Dalam penelitian terdahulu, diketahui bahwa terdapat peningkatan risiko terjadinya ketuban pecah dini pada ibu dengan Grafiditas diartikan sebagai jumlah kehamilan yang melahirkan bayi hidup dan tidak terkait dengan jumlah bayi yang dilahirkan dalam sekali persalinan (Manuaba, 2008). Semakin tinggi grafiditas ibu, kualitas endometrium akan semakin menurun. Hal ini akan meningkatkan risiko komplikasi pada kehamilan terutama ketuban pecah dini. (Varney, 2001)
Faktor risiko lain yaitu jumlah janin dalam kandungan (gemeli) dapat didefenisikan sebagai suatu kehamilan dimana terdapat dua atau lebih janin sekaligus, hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya ketuban pecah dini karena tekanan intra utri yang meningkat disebabkan oleh jumlah janin dalam kandungan yang lebih dari satu. Ketuban pecah dini juga mungkin terjadi akibat dari kelainan letak janin dalam kandungan , hal ini terjadi karena tekanan terhadap selaput ketuban menjadi tidak merata jika janin tidak dalam presentasi kepala, begitupun pada letak lintang dimana sumbu panjang janin melintang terhadap sumbu panjang ibu sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah,selain itu ketuban pecah dini yang disertai kelainan letak dapat mempersulit pertolongan persalinan yang dilakukan di tempat dengan fasilitas yang belum memadai (Manuaba, 2008). Dan Cepalo pelvikdiproporsi (panggul sempit)
juga diduga berperan
dalam terjadinya ketuban pecah dini, hal ini terjadi karena pintu atas panggul yang sempit sehingga tidak tertutup dengan sempurna oleh kepala janin, selain itu panggul sempit juga dapat
menyebabkan inersia utri serta lambannya
pendataran pembukaan serviks sehingga ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil (Wiknjosastro, 2007) Akibat dari ketuban pecah dini pada ibu dapat terjadi komplikasi berupa infeksi masa nifas, partus lama, perdarahan post partum, bahkan kematian. Sedangkan pada janin, dapat timbul komplikasi berupa kelahiran prematur, infeksi perinatal, kompresi tali pusat, solusio plasenta, sindrom distres pada bayi
baru lahir, perdarahan intraventrikular, serta sepsis neonatorum (Caughey, 2008). Lebih lanjut Mitayani (2009) menyatakan bahwa resiko infeksi pada ketuban pecah dini sangat tinggi, disebabkan oleh organisme yang ada di vagina, seperti E. Colli, Streptococcus B hemolitikus, Proteus sp, Klebsiella, Pseudomonas sp, dan Stafilococcus sp, kuman inilah yang menyebebkan infeksi baik pada ibu maupun pada bayi karena Pecahnya ketuban menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan dalam rahim sehingga mudah terjadinya infeksi asenden (Manuaba, 2008). Beberapa penelitian yang di lakukan menemukan bahwa hampir seluruh ibu bersalin multi para (80%) mengalami ketuban pecah dini di bandingkan dengan ibu bersalin primi para.(Siti Aisah dan Oktarina ,Jurnal Midpro,edisi 1/2012 ). Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuban pecah dini ( KPD ) di antaranya : preeklamsi, anemi, gemelli,hidramnion dan sungsang dan Anemi merupakan Faktor yang dominan yang menyebabkan ketuban pecah dini. (Nurul Huda ). Persalinan dengan ketuban pecah dini dapat di sebabkan oleh beberapa faktor yaitu Kelainan letak janin, Kehamilan ganda, Kelainan bawaan dari selaput ketuban,dan kelainan panggul. (Heny Sepduwiana, 2013. Jurnal Maternity and Neonatal Volume I No.3 ) Menurut data yang diperoleh dari WHO, angka kematian ibu di Indonesia mencapai 9900 orang dari 4,5 juta keseluruhan kelahiran pada tahun 2012.
Berdasarkan
Survei
Demografidan
kesehatan
indonesia
(SDKI)
tahun
2007,angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih berada pada angka 228 per 100.000 kelahiran hidup, namun SDKI tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2015 AKI kembali menunjukan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, ini berarti setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal karena berbagai sebab (BPS dkk 2015). Penyebab kematian langsung adalah kematian ibu karena akibat langsung dari penyakit penyulit kehamilan, persalinan dan nifas misalnya :infeksi, eklamsia,perdarahan,emboli air ketuban,trauma anastesi,trauma operasi dan lain-lain.Infeksi yang banyak di alami oleh ibu sebagian besar merupakan akibat
dari
adanya
komplikasi/penyulit
kehamilan,seperti
febris,
karioamnionitis,infeksi saluran kemih,dan sebanyak 65% adalah karena ketuban pecah dini (KPD) yang banyak menimbulkan infeksi pada ibu dan bayi (Wiknjosastro, 2007). Kejadian ketuban pecah dini merupakan komplikasi yang dominan.Dari data yang di peroleh kejadian ketuban pecah dini di Rumah sakit Umum Daerah kota Kendari pada tahun 2014 mencapai 50 kasus dari 997 persalinan (5%), pada tahun 2015 terdapat 32 kasus dari 951 persalinan (3%) dan pada tahun 2016 terdapat 85 kasus dari 867 persalinan (10%).(Rekam Medik RSUD Kota Kendari,2017).Data di ambil pada tanggal 3 April 2017. Sehubungan dengan hal diatas, maka diharapkan pengetahuan tentang kondisi-kondisi yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kehamilan dapat dipahami oleh masyarakat, terutama ibu hamil. Dengan demikian
diharapkan dapat menjadi pegangan dalam usaha pencegahan atau preventif dalam rangka menurunkan angka kejadian ketuban pecah dini, sehingga komplikasi yang tidak diinginkan pada ibu dan janin dapat dihindari. Hal ini dalam rangka meningkatkan keselamatan dan kesehatan, khususnya maternal dan perinatal, serta kesehatan dan kesejahteraan masyarakat kota kendari khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Dalam rangka menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu, perlu dilakukan upaya pencegahan kejadian ketuban pecah dini di masa mendatang, salah satunya dengan melakukan pengawasan ketat terhadap faktor –factor resiko yang berperan terhadap kejadian ketuban pecah dini. Berdasarkan latar belakang di atas,penulis menganggap perlu melakukan penelitian dengan judul faktor risiko Kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah grafiditas merupakan faktor risiko terhadap kejadian ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari. 2. Apakah jumlah janin dalam kandungan merupakan faktor risiko terhadap kejadian ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari. 3.
Apakah kelainan letak janin merupakan faktor risiko terhadap kejadian ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari.
4. Apakah Cevalopelfik disproporsi ( CPD ) merupakan faktor risiko terhadap kejadian ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari. C.Tujuan Penilitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor risiko terjadinya ketuban pecah dini pada ibu bersalin di ruang teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui seberapa besar graviditas berisiko terhadap kejadian ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari. b. Untuk mengetahui seberapa besar jumlah janin dalam kandungan berisiko terhadap kejadian ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari. c. Untuk mengetahui seberapa besar kelainan letak janin berisiko terhadap kejadian ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari. d. Untuk mengetahui seberapa besar cevalopelfik disproporsi (CPD) berisiko terhadap kejadian ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari. D. Manfaat Penelitian. 1. Manfaat Teoritis Untuk memberikan tambahan teori tentang faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini pada ibu bersalin. 2. Manfaat Praktis a. Masyarakat
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan menambah pengetahuan bagi masyarakat tentang Faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini pada ibu bersalin sehingga dapat mencegah sedini mungkin agar tidak terjadi komplikasi baik pada ibu maupun pada bayi. b. Bagi Institusi Sebagai sumber informasi bagi dinas kesehatan propinsi sultra dalam rangka penentuan arah kebijakan dan pengembangan program penyuluhan / promosi kesehatan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) pada masa mendatang dan bagi Rumah Sakit Umum Kota Kendari merupakan informasi yang berharga dalam perbaikan mutu pelayanan. c. Bagi Peneliti Penelitian ini merupakan pengalaman berharga bagi penelitian dalam mengembangkan pengetahuan dan mengaplikasikan ilmu yang di dapat selama kuliah di bidang keperawatan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teknis Lokasi Penelitian 1. Defenisi Rumah Sakit Rumah
sakit
adalah
institusi
pelayanan
kesehatan
yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat ( permenkes No. 147 Tahun 2010). Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujukan derajat kesehatan yang
optimal
bagi
masyarakat
dan
tempat
yang
digunakan
untuk
menyelenggarakannya di sebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi melakukan upaya kesehatan dasar,keshatan rujukan dan atau upaya kesehatan penunjang. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkaran kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyuluhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpaadu dan berkesinambungan (Siregar, 2007). 2. Tugas Rumah Sakit Pada umumnya tugas rumah sakit adalah menyediakan keperluan untuk pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. Menurut Keputusan Mentri Kesehatan RI No: 983/ Menkes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan (Siregar, 2007). 3. Fungsi Rumah Sakit Rumah sakit mempunyai beberapa fungsi, yaitu menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan penunjang medik dan non medik, pelayanan dan asuhan
keperwatan,
pendidikan
dan
pelatihan,
penelitian
dan
pengembangan, pelayanan rujukan upaya kesehatan, administrasi umum dan keuangan. Maksud dasar keberadaan rumah sakit adalah mengobati dan perawatan penderita sakit dan terluka. Sehubungan dengan fungsi dasar ini, rumah sakit memberikan pendidikan bagi mahasiwa dan penelitian yang juga merupakan fungsi yang penting. Fungsi keempat yaitu pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan juga telah menjadi fungsi rumah sakit. Jadi empat fungsi dasar rumah sakit adalah pelayanan penderita, pendidikan, penelitian dan kesehatan masyarakat. a. Pelayanan penderita Pelayanan penderita yang langsung di rumah sakit terdiri atas pelayanan medis, pelayanan farmasi dan pelayanan keperawatan. Pelayanan penderita melibatkan pemeriksaan dan diagnosa, pengobatan penyakit atau luka, pencegahan, rehabilitasi, perawatan dan pemulihan kesehatan. b. Pendidikan dan pelatihan Pendidikan sebagai suatu fungsi rumah sakit terdiri atas 2 bentuk utama : 1) Pendidikan dan atau pelatihan profesi kesehatan. Yang mencakup dokter, apoteker, perawat, personal rekam medik, ahli gizi, theknisi sinar – X, laporan dan administator rumah sakit.
2) Pendidikan dan atau pelatihan penderita. Merupakan fungsi rumah sakit yang sangat penting dalam suatu lingkup yang sangat jarang disadari oleh masyarakat. c. Penelitian Rumah sakit melakukan penelitian sebagai suatu fungsi dengan maksud utama yaitu : 1) Memajukan pengetahuan medik tentang penyakit dan peningkatan atau perbaikan pelayanan rumah sakit. 2) Ditujukan pada tujuan dasar dari pelayanan kesehatan yang lebih baik bagi penderita. Misalnya : pengembangan dan penyempurnaan prosedur pembedahan yang baru. d. Kesehatan masyarakat Tujuan utama dari fungsi rumah sakit sebagai sarana kesehatan masyarakat adalah membantu komunitas dalam mengurangi timbulnya kesakitan dan meningkatkan kesehatan umum penduduk. Apoteker rumah sakit mempunyai peluang memberi kontribusi pada fungsi ini dengan mengadakan brosur informasi kesehatan, pelayanan pada penderita rawat jalan dengan memberi konseling tentang penggunaan obat yang aman dan tindakan pencegahan keracunan. e. Pelayanan Rujukan Upaya Kesehatan Yaitu
suatu
upaya
penyelenggaraan
pelayanan
kesehatan
yang
melaksankan pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah yang timbul kepada pihak yang mempunyai fasilitas lebih lengkap dan mempunyai kemampuan lebih tinggi (Siregar, 2007).
4. Klasifikasi Ruah Sakit Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 pasal 24 menyatakan bahwa dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit. Klasifikasi rumah sakit umum terdiri atas rumah sakit umum kelas A, rumah sakit umum kelas B, rumah sakit umum kelas C, rumah sakit umum kelas D. Klasifikasi rumah sakit khusus terdiri atas rumah sakit umum kelas A, rumah sakit umum kelas B, rumah sakit umum kelas C (Triwibowo Cecep, 2013). Peraturan Menkes RI No. 340 Tahun 2010 tentang klasifikasi rumah sakit mengatur klasifikasi rumah sakit secara lebih detail berdasarkan pelayanan, sumber daya manusia, peralatan, sarana prasarana dan administrasi manajemen (Triwibowo Cecp, 2013). Rumah sakit dapat diklasifikasikan berbagai kriteria sebagai berikut : a. Berdasarkan kepemilikan b. Berdasarkan jenis pelayanan c. Lama tinggal d. Kapasitas tempat tidur e. Afilasi pendidikan f. Status akreditas
5. Rekam Medik Rekam medik adalah sejarah ringkas jelas dan akurat dari kehidupan dan kesakitan penderita, ditulis dari sudut pandang medik.Setiap rumah sakit dipersyaratkan mengadakan dan memelihara rekam medik yang memadai
dari setiap pasien baik untuk pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan ( Triwibowo Cecep, 2013). B. Tinjauan Teori Variabel Dependent 1. Pengertian Ketuban Pecah Dini Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tandatanda persalinan dan di tunggu satu jam sebelum di mulainya tanda-tanda persalinan yang ditandai dengan pembukaan serviks 3 cm pada primipara atau 5 cm pada multipara (Manuaba,2008) Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamillan aterm (Saifudin,2007). Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.Ketuban pecah dini di sebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya kekuatan intra uterin atau oleh ke dua faktor tersebut.Berkurangnya kekuatan membran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina serviks.Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelun inpartu,yaitu bila pembukaan primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm (Wiknjosastro,2007). 2. Penyebab Ketuban Pecah Dini Walaupun banyak publikasi tentang KPD,namun penyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti.Suwiyoga dkk (2006) Goepfert (2001) dan Wiknjosastro (2007) menyatakan bahwa banyak faktor yang berhubungan dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih
berperan sulit diketahui.Kemungkinan
yang menjadi faktor predisposisi
adalah : a.Grafiditas merupakan jumlah kehamilan yang dialami oleh ibu. Ibu yang pertama kali mengalami kehamilan disebut dengan primigravida, sedangkan ibu yang mengalami kehamilan lebih dari satu kali disebut dengan multi gravida.Gravida yang berisiko untuk terjadinya ketuban pecah dini adalah multi gravida karena pada multigravida kanalis servikalis selalu terbuka oleh karena melahirkan lebih dari satu kali (Wilkinson, 2007). b.Jumlah janin dalam kandungan hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya ketuban pecah dini karena tekanan intra utri yang meningkat disebabkan oleh jumlah janin dalam kandungan yang lebih dari satu. c. Kelainan letak, misalnya sungsang,sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah. d. Cepolo pelvikdisproporsi atau kemungkinan panggul sempit, dimana perut menggantung,dan bagian terendah belum masuk pintu atas panggul hal ini juga dapat menyebabkan inersia utri serta lambannya pendataran pembukaan serviks sehingga ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil (manuaba,2008)] 3. Patofisiologi Ketuban Pecah dini Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan menginduksi kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kult ketuban.Banyak mikroorganisme servikovaginal menghasilkan fosfolipid A2 dan fosfolipid C yang dapat meningkatkan kosentrasi secara lokal asam akidonat,dan lebih
lanjut dapat menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa dan selanjukan menyebabkan kontraksi miometrium (Cuningham et al, 2005).Pada infeksi juga dihasilkan produk sekresi akibat aktivasi monosik / makrofag , yaitu sitokin , interleukin-1 ,faktor nekrosis tumor dan interleukin-6. Platelet aktivating faktor yang di produksi oleh paru-paru janin dan ginjal janin yang di temukan dalam amnion,secara sinergis mengaktifikasi pembentukan sitokin. Endotoksin yang masuk kedalam cairan amnion juga akan merangsang selsel desidua untuk memproduksi sitokin dan kemudian yang menyebabkan dimulainya persalinan ( Geopfert,2001). Disisi lain, kelemahan lokal atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme
lain
terjadinya
ketuban
pecah
dini
akibat
infeksi
dan
inflamasi.Enzim bakterial atau produk penjamu (host) yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat menyebabkan kelemahan dan ruptur kulit ketuban.Banyak flora servikovaginal komensal dan patogenik mempunyai kemampuan memproduksi protase dan kolagenase yang menurunkan kekuatan ketegangan kulit ketuban.Elastase lekosit polimorfoneklear secara spesifik dapat memcah kolagen tipe III dan menyebabkan ketuban pecah dini (Kovavisarach and Semsak ,2000). Enzim hidrolitik lain, termasuk katepsin B , katepsin N dan kolagenase yang dihasikan neutrofil dan makrofag, nampaknya melemahkan kulit ketuban. Sel inflamasi manusia juga menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah plasminogen menjadi plasmin, potensial menjadi ketuban pecah dini (Kovavisarach and Semsak, 2000)
4. Tanda dan gejala Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak , mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah.Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Pecahnya selaput ketuban memberikan pertanda bahanya dan memberikesempatan infeksi langsung pada janin. Demam,bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda –tanda infeksi yang terjadi.( Yeyeh Ai Rukiyah,2010 ) 5. Epidemiologi Prevalensi ketuban pecah dini preterm (< 37 minggu ) adalah sekitar 2-4% dari seluruh kehamilan tunggal, dan 7-10% dari kehamilan ganda Bahkan ketuban pecah dini preterm diduga dapat berulang pada kehamilan berikutnya,dimana diperkirakan 21% rasio berulang,sedangkan penelitian yang lebih baru menduga rasio berulang sampai 32%.Hal ini juga berkaitan dengan meningkatnya risiko morbiditas pada ibu atau pun janin.komplikasi seperti chorioamnionitis dapat terjadi sampai 30% dari kasus ketuban pecah dini, sedangkan solusio plasenta berkisar antara 4-7(Yeyeh Ai Rukiyah,2010 ) Komplikasi pada antara lain dapat menyebabkan : infeksi intra partum (Koriamnionitis )asendens dari vagina ke intra utrine; persalinanpreterem, jika terjadi
pada
usia
kehamilan
preterem;komplikasi
pada
ibu
mencakuppeningkatan kejadian persalinan melalui bedah caesar (akibat malpresentasi, prolapsus tali pusat ), Infeksi intra amnion ( 15-30 % ) dan endometritis pasca persalinan; gawat janin dan kematian janin akibat hipoksia
(sering
terjadi
pada
presentasi
bokong
atau
letak
lintang
);
oligohidramnion,bahkan sering partus kering ( dry labor )karena air ketuban habis. (Yeyeh Ai Rukiyah,2010 ) Ketuban pecah dini berkisar antara 3% sampai 18% dari seluruh kehamilan.Hampir 30-40% persalinan preterm disebabkan oleh ketuban pecah dini. ( Cox dkk ) mendapatkan 1,7% wanita mengalami ketuban pecah dini pada usia kehamilan 24-34 minggu dan menyumbang 20% untuk kematian perinatal (Kovavisarach and Semsak, 2000) 6. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat dilakukan dengan kertas nitrazine ( Tes Lakmus ), kertas ini mengukur pH (asam-basa). pH normal dari vagina adalah 4-4,7 sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1-7,3. Jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan adanya cairan ketuban ( alkalis ).Darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan test positif palsu. Tes Pakis, dengan meneteskan cairan air ketuban pada obyak gelas dan biarkan kering. Pemeriksaan miskroskop menunjukan kristal cairan amnion dan gambaran daun pakis. . (Yeyeh Ai Rukiyah,2010 ) 1. Ultrasonografi.
Ultrasonografi
dapat
mengidentifikasi
kehamilan
ganda,anormaly janin atau melokalisasi kantong cairan amnio pada amniosintetis. 2. Amniosintetis. Cairan amnio dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasii kematangan paru janin. 3. Pemantauan janin. Membantu dalam mengevaluasi janin.
4. Protein C – reaktif. Peningkatan protein C- reaktif serum menujukan peringatan korioamnionitis. 7. Penatalaksanaan 1). Konservasi, yaitu rawat di rumah sakit dangan tirah baring, tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin, umur kehamilan kurang 37 minggu, antibiotik profilaksis dengan amoksilin 3x500 mg selama 5 hari, memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan kortikosteroid untuk mematangkan fungsi paru janin, jangan melakukan periksaan dalam vagina kecuali ada tanda-tanda persalinan, melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau gawat janin, bila dalam 3x24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi uterus maka lakukan mobilisasi bertahap.Apabila pelepasan air berlangsung terus, lakukan terminasi kehamilan.(sarwono 2007). 2). Aktif, yaitu bila di dapat infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tingkat tinggi.Bila ditemukan tanda-tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan terminasi kehamilan,induksi atau akselerasi persalinan, lakukan seksiosesaria
bila
induksi
atau
akselerasi
persalinan
mengalami
kegagalan, lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat ditemukan.(sarwono 2007).
C. Tinjauan Teori Variabel Independent 1. Graviditas Graviditas adalah jumlah kehamilan yang diakhiri dengan kelahiran janin yang memenuhi syarat untuk melangsungkan kehidupan atau pada usia kehamilan lebih dari 28 minggu dan berat badan janin mencapai lebih dari 1000 gram. Frekuensi melahirkan yang sering dialami oleh ibu merupakan suatu keadaan yang dapat mengakibatkan endometrium menjadi cacat dan sebagai akibatnya dapat terjadi komplikasi dalam kehamilan. (Varney, 2001) Graviditas merupakan jumlah kehamilan yang dialami oleh ibu. Ibu yang pertama kali mengalami kehamilan disebut dengan primigravida, sedangkan ibu yang mengalami kehamilan lebih dari satu kali disebut dengan multi gravida.Gravida yang berisiko untuk terjadinya ketuban pecah dini adalah multi gravida karena pada multigravida kanalis servikalis selalu terbuka oleh karena melahirkan lebih dari satu kali (Wilkinson, 2007). 2. Kehamilan Ganda Kehamilan ganda dapat didefenisikan sebagai suatu kehamilan dimana terdapat dua atau lebih embrio atau janin sekaligus.Kehamilan ganda terjadi apabila dua atau lebih ovum dilepaskan dan dibuahi atau apabila satu ovum yang dibuahi membelah secara dini hingga membentuk dua embrio yang sama pada stadium massa sel dalam atau lebih awal (Cunningham,2005). Komplikasi pada ibu dan janin pada kehamilan kembar lebih besar dibandingkan dengan kehamilan tunggal. Angka kematian perinatal pada kehamilan kembar cukup tinggi.komplikasi dalam kehamilan, yaitu hidramnion, prematuritas, kelainan letak, plasenta pervia,solusio plasenta, monster fetus,
ketuban pecah dini sedangkan komplikasi postpartum, mudah infeksi (Sarwono, 2007). Untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas perinatal pada kehamilan kembar,
perlu
dilakukan
tindakan-tindakan
untuk
mencegah
terjdinya
komplikasi seawal mungkin. Diagnosis dini kehamilan kembar harus dapat ditegakkan sebagai perencanaan pengelolaan kehamilan. Mulai umur 24 minggu pemeriksaan antenatal dilakukan tiap 2 minggu, dan sesudah usia kehamilan 36 minggu pemeriksaan dilakukan tiap minggu (Winkjosastro, 2007). Istirahat baring dianjurkan lebih banyak karena hal itu menyebabkan aliran darah ke plasenta meningkat agar pertumbuhan janin baik. Kebutuhan kalori, protein, minerl, vitamin dan asam lemak esential harus cukup oleh karena kebutuhan yang meningkat pada kehamilan kembar.Kebutuhan kalori harus ditingkatkan sebesar 300 kalori perhari.Pemberian 60 sampai 100 mg zat besi perhari, dan 1 mg asam folat diberikan untuk menambah zat gizi lain yang telah diberikan. Pemeriksaan ultrasonogrfi dilakukan untuk mengetahui adanya diskordansi pada kedua janin pengukuran lingkar perut merupakan indikator yang sensitif dalam menentukan diskordansi (Winkjosastro, 2007). 3. Kelainan letak Janin Kelaianan letak janin merupakan keadaan janin keadaan di mana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri atau sumbu panjang janin melintang terhadap sumbu
panjang ibu (termasuk di dalamnya bila janin dalam posisii
oblique).Kelainan letak terdiri dari letak sungsang dan letak lintang (Liwelyn, 2001).Pada kelainan letak sungsang atau melintang tidak ada bagian
terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah (Sarwono, 2007 ). Komplikasi kelainan letak janin adalah ruptura uteri,baik spontan, atau sewaktu versi dan ekstrasi.Partus lama, ketuban pecah dini,dengan demikian mudah terjadi infeksi inpartum,prolasus funiculi,trauma partus,hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus,ketuban pecah dini (Varmiy, 2001). 4. Cefalopelfik disproporsi (CPD) Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan cara pengukuran luas panggaul yang masih dapat di gunakan, pemeriksaan ditentukan secara garis besar jenis, bentuk dan ukuran-ukuran dari panggul itu sendiri. Apa bila di kombinasikan dengan pemeriksaan dalam untuk mendapat keterangan lebih banyak tentang keadaan panggul. hubungan antara kepala janin dengan panggul ibu,besarnya kepala janin dalam perbandingan dengan luasnya panggul ibu menentukan apakah ada disproporsi sevalopelvik atau tidak. (sarwono 2007) Pada hamil tua dengan janin dalam presentasi kepala dapat dinilai agak
kasar
adanya
disproporsi
setalopelvik
dan
kemungkinan
mengatasinya.Untuk hal ini pemeriksaan dengan tangan yang satu menekan kepala janin dari atas ke arah rongga panggul,sedang tangan lain yang diletakan pada kepala, menentukan apakah bagian ini menonjol di atas simfisis atau tidak (metode Osborn). Pemeriksaan yang lebih sempurna ialah metode Muller Munro Kerr : tangan yang satu memegang kepala janin dan menekannya kearah rongga panggul, sedang 2 jari tangan yang lain dimasukan ke dalam rongga vagina untuk menentukan sampai berapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut. Sementara itu ibu jari tangan yang masuk
dalam vagina memeriksa dari luar hubugan antara kepala dan simfisis. Kesempitan ini terdiri dari kesempitan pada pintu atas panggul,kesempitan pada panggul tengah dan kesempitan pada panggul bawah. (Wiknjosastro, 2007). Pintu atas panggul dianggap sempit apabila konjugata vera kurang dari 10 cm, atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Hal ini dapat menyebabkan
inersia
uteri
serta
lambanya
pendaftaran
pembukaan
serviks.Apabila pada panggul sempit pintu atas panggul tidak tertutup dengan sempurna oleh kepala janin, ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil dan ada bahaya pula terjadinya polapsus funikuli (Wiknjosastro, 2007). Panggul dianggap sempit apabila ukuran ini kurang dari 9,5 cm, perlu kita waspada terhadap kemungkinan kesukaran pada persalinan,apabila diameter sagitalis posterior pendek pula.Pada panggul tengah yang sempit, lebih sering ditemukan posisi oksipitalis posterior persisten atau presentasi kepala dalam posisi lintang tetap (tranverse arrest). (Wiknjosastro, 2007) Pintu bawah panggul tidak merupakan bidang yang datar,tetapi terdiri atas segi tiga depan dan segi tiga belakang yang mempunyai dasar yang sama, yakni distansia tuberum. Apabila ukuran yang terakhir ini lebih kecil dari pada biasa, maka sudut urkus pubis mengecil pula (kurang dari pada 80°) dan bila distansia tuberum bersama dengan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm, timbul kemacetan pada kelahiran janin ukuran biasa (Wiknjosasto, 2007). Panggul sempit mempunyai pengaruh yang besar dari kehamilan maupun
persalinan,
yaitu
dapat
menimbulkan
retrofexio
uterigravidi
incarcerate, karena kepala tidak dapat turun, terutama pada primigravida
fundus lebih tinggi dari pada biasa dan menimbulkan sesak napas atau gangguan peredaran darah,kadang-kadang fundus menonjol ke depan hingga perut menggantung,perut yang menggantung pada seorang primigravida merupakan tanda panggul sempit ( abdomen pendulum ), kepala tidak turun ke dalam rongga panggul pada bulan terakhir, dapat menimbulkan letak muka, letak sungsang, dan letak lintang, biasanya anak seorang ibu dengan panggul sempit lebih kecill dari pada ukuran bayi (rata-rata). Partus lama yang seringkali disertai pecahnya ketuban pada pembukaan kecil dapat menimbulkan dehidrasi serta asisdosis, dan infeksi intrapartum, dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan. (sarwono,2007 ) Bahaya
lainya
yaitu
regangnya
segmen
bahwa
uterus
dan
pembentukan lingkaran retraksi patologik (Bandl). Keadaan ini terkenal dengan nama rupture uteri mengancam apalagi tidak segera diambil tindakan untuk mengurangi akan timbul rupture uteri, dengan persalinan tidak maju karena disproporsi sefalopelvik ,jalan lahir pada suatu tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan tulang panggul. Hal ini dapat menimbulkan gangguan sirkulasi dengan akibat terjadinya iskemia kemudian nekrosis pada tempat tersebut. Beberapa hari post partum akan terjadi vesikoservikalis atau fistula vesikovaginalis (Wiknjosasto, 2007). Tindakan utama untuk menangani persalian ada CPD yakni dengan persalinan percobaan dan seksio cesare (Wiknjosastro, 2007).
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pikir Penelitian Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda-tanda persalinan Graviditas adalah jumlah kehamilan yang dialami oleh ibu. Ibu yang pertama kali hamil disebut dengan primigravida, sedangkan ibu yang mengalami kehamilan lebih dari satu kali disebut multi gravida. Gravida yang beresiko untuk terjadinya ketuban pecah dini adalah multi gravida. Kehamilan ganda dapat didefenisikan sebagai suatu kehamilan dimana terdapat dua atau lebih emrio atau janin sekaligus. Kehamilan ganda dapat menyebabkan ketuban pecah dini karena tekanan intra utri yang meningkat disebabkan oleh jumlah janin dalam kandungan. Kelainan letak terdiri dari letak sungsang dan letak lintang Pada kelainan letak sungsang atau melintang tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah. Pintu atas panggul dianggap sempit apabila konjugata vera kurang dari 10 cm, atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Hal ini dapat menyebabkan inersia uteri serta lambanya pendaftaran pembukaan serviks.Apabila pada panggul sempit pintu atas panggul tidak tertutup dengan sempurna oleh kepala janin, ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil dan ada bahaya pula terjadinya polapsus funikuli.
B.Bagan Kerangka Konsep
Graviditas Jumlah janin Ketuban Pecah Dini
k k
Kelainan letak janin
CPD Keterangan : : variabel independent ( bebas ) yang diteliti : variabel dependent ( terikat ) Gambar 1 : Bagan Kerangka Konsep Penelitian C.Variabel Penelitian 1.
Variabel terikat (dependen)
: ketuban pecah dini
2.
Variabel bebas (independen)
:
a. Graviditas b. Jumlah janin dalam kandungan c. Kelainan letak janin d.Cepalo Pelfik Disproporsi D.Definisi Operasinal Dan Kriteria Objektif Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara oprasional berdasarkan karateristik yang di amati ketika melakukan pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena dengan menggunakan parameter yang jelas. ( Hidayat 2007 )
a. Ketuban Pecah Dini Ketuban pecah dini yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pecahnya ketuban pada saat sebelum inpartu dan ditunggu satu jam kemudian tidak timbul tanda-tanda awal persalinan sesuai yang tercatat dalam kartu status ibu. Kriteria objektif Ketuban pecah dini
: Bila ibu bersalin yang terdiagnosa oleh dokter mengalami ketuban pecah dini.
Ketuban Tidak pecah : Bila ibu bersalin tidak terdiagnosa oleh dokter mengalami ketuban pecah dini. b. Graviditas Graviditas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah frekwensi kehamilan dan persalinan yang pernah dialami oleh ibu sesuai yang tercatat dalam kartu status ibu. Kriteria objektif Berisiko
: Bila frekwensi kehamilan dan persalinan > 2 kali.
Tidak berisiko
: Bila frekwensi kehamilan pertama.
c. Jumlah Janin Jumlah janin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu kehamilan dimana terdapat dua atau lebih emrio atau janin sekaligus dalam kandungan ibu sesuai yang tercatat dalam kartu status ibu. Kriteria objektif. Berisiko
: Jika ibu hamil dengan jumlah janin ganda ataulebih darisatu,dari hasil pemeriksaan (ANC) dan hasil USG
Tidak berisiko
:Jika
ibu
hamil
dengan
jumlah
janin
tunggal,berdasarkan hasil pemeriksaan ANC dan hasil USG. d.
Kelainan Letak Janin Kelainan letak janin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dimana posisi sumbu panjang janin melintang terhadap sumbu panjang ibu sesuai yang tercatat dalam kartu status ibu. Kriteria objektif. Berisiko
: Jika ibu hamil dengan kelainan letak sungsang atau lintang berdasarkan hasil pemeriksaan ANC dan USG
Tidak berisiko
: Jika ibu hamil dengan letak kepala berdasarkan hasil pemeriksaan ANC dan USG
e. Cefalo Pelfik Disproporsi (CPD) Cefalo Pelfik Disproporsi (CPD) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ketidak sesuian antara luas jalan lahir dengan besarnya janin sehingga janin tidak dapat lahir secara normal sesuai yang tercatat dalam kartu status ibu. Kriteria objektif. Berisiko
: Jika ibu hamil dengan Cefalo Pelfik Disproporsi (CPD) berdasarkan hasil pengukuran panggul luar dimana konjugata vera < 10 cm atau diameter transversal < 12cm,dengan
menggunakan
jangka
panggul.
Dan
pemeriksaan dalam dengan menentukan penurunan kepala pada bidang hodge.
Tidak berisiko : Jika Ibu hamil tidak dengan Cefalo Pelfik Disproporsi (CPD) dengan ukuran panggul normal yaitu konjugata vera >11cm E. Hipotesis penelitian 1. Graviditas : Ho : Graviditasi bukan merupakan faktor risiko Kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Tahun 2017. Ha : Graviditas merupakan faktor risiko kejadian kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Tahun 2017. 2. Jumlah janin dalam kandungan Ho : Jumlah janin dalam kandungan bukan merupakan faktor risiko kejadian kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Tahun 2017. .
Ha : Jumlah janin dalam kandungan merupakan faktor risiko kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Tahun 2017.
3. Kelainan letak janin dalam kandungan Ho :Kelainan letak janin bukan merupakan faktor risiko kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Tahun 2017. Ha :Kelainan letak janin merupakan faktor risiko kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Tahun 2017.
4. Cepalo pelvik disproporsi ( CPD ) Ho :Cepalo pelvik disproporsi bukan merupakan faktor risiko kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Tahun 2017. Ha : Cepalo pelvik disproporsi merupakan faktor risiko kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Tahun 2017.
BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan menggunakan pendekatan case control study. Case control adalah salah satu study analitik yang digunakan untuk mengetahui faktor risiko atau masalah kesehatan yang diduga memiliki hubungan erat dengan penyakit yang terjadi di masyarakat, dimana penelitian ini bersifat Retrospektif, yaitu menelusuri kebelakang dari penyebab-penyebab yang dapat menimbulkan suatu penyakit di masyarakat. Study case control membandingkan antara kelompok studi, yaitu orang-orang yang sakit (kasus) dan kelompok kontrol, yaitu orang yang sehat,tetapi memiliki karakteristik yang sama dengan orang yang sakit ( Notoatmodjo, 2010 ). Desain penelitian ini dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut : Faktor Risiko (+) Faktor Risiko (-) Faktor Risiko (+)
Faktor Risiko (-)
Kasus (Ibu hamil dgn KPD) Matching Umur Faktor Risiko ( +)
Sampel 46 orang
Kontrol (Ibu hamil tidak dgn KPD)
Gambar 2 : Desain Case Control Study
Populasi 85 orang
B. Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei-juni 2017 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari di Kelurahan Kambu Kecamatan Kambu. C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti ( Notoatmodjo, 2010 ). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini berjumlah 85 ibu bersalin di ruang Teratai Rumah Sakit Umum Kota Kendari pada bulan Januari – Desember tahun 2016. 2. Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili populasi ( Sugiyono, 2010 ). Sampel yang di ambil pada penelitian ini menggunakan rumus Slovin yaitu
n=
𝑁 1+𝑁.𝑑²
Keterangan : n = Besar sampel minimum. d = Kesalahan (absolut) yang dapat di toleransi. N = Jumlah populasi.
Penentuan besar sampel terhadap populasi sebanyak 85 ibu bersalin dengan ketuban pecah dini sebagai berikut : Perhitungan sampel
n=
= = =
𝑁 1+𝑁.𝑑² 85 1+85.(0,1)2
85 1+85.(0,01) 85 1,85
=45.9 Atau 46
Jadi sampel yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian sebesar 46 sampel. (Sampel kasus sebanyak 46 ibu dan sampel kontrol 46 ibu). 1 : 1 (46:46) Tehnik pengambilan sampel kontrol Secara simple random sampling, dimana seluruh ibu bersalin yang tidak mengalami ketuban pecah dini berjumlah 782 ibu bersalin diambil secara acak dengan mengundi. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 46 ibu bersalin yang tidak mengalami ketuban pecah dini. Tehk pengambilan sampel kasus Tehnik pengambilan sampel kasus adalah secara simpel random sampling dimana seluruh ibu bersalin dengan ketuban pecah dini berjumlah 85 ibu bersalin diambil secara acak dengan mengundi sebanyak 46 orang ibu bersalin.
Kriteria Sampel Adapun kriteria sampel sebagai berikut : 1. Kriteria inklusi a). Bersedia menjadi responden b). Responden adalah ibu hamil dengan ketuban pecah dini 2. Kriteria eksklusi a). Tidak bersedia menjadi responden. b). Ibu hamil yang tidak mengalami ketuban pecah dini. Kriteria Sampel kasus dan kontrol: a. Kasus
: ibu bersalin dengan ketuban pecah dini berjumlah
46
orang. b.
Kontrol
: ibu bersalin yang tidak mengalami ketuban pecah
dini
berjumlah 46 orang. D. Sumber Data dan Cara Pengumpulan Data Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua yaitu data Primer dan Sekunder. 1. Data Primer Merupakan data yang diambil secara langsung oleh peneliti terhadap sasaran. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang di tujukan kepada responden untuk di isi dan didampingi oleh peneliti.
2. Data Sekunder. Merupakan data yang diambil dari rekam medis rumah sakit umum daerah kota kendari tahun 2016 tentang jumlah kejadian ketuban pecah dini, Graviditas ibu, jumlah janin dalam kandungan, kelainan letak janin, Cepalo Pelfik Disproporsi, yang digunakan sebagai data pendukung dari hasil penelitian. E.Pengelolaan,Analisa dan Penyajian Data 1. Pengolahan Data Setelah data terkumpul dari lembar kuesioner dan lembar check list, maka dilakukan pengolahan data yang melalui tahapan sebagai berikut : a. Editing, pada tahap ini penulis melakukan pemeriksaan terhadap data yang diperoleh
kemudian diteliti apakah terdapat kekeliruan dalam
pengisiannya. b. Coding, setelah dilakukan editing selanjutnya penulis memberikan kode tertentu pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisis data. c. Tabulasi, pada tahap ini hasil lembar observasi responden yang sama dikelompokan dengan teliti dan teratur, lalu dihitung dan dijumlahkan kemudian disajikan dalam bentuk tabel-tabel. d.
Entry, data yang sudah diberi kode kemudian dimasukkan ke dalam computer untuk di entry.
e.
Cleaning,
merupakan
kegiatan
pengecekan
kembali
data
yang
dimasukan, dilakukan bila terdapat kesalahan dalam memasukan data yaitu dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti.
2. Analisa Data a.
Analisa Univariat Data diolah dan disajikan kemudian dipresentasikan dan diuraikan dalam bentuk tabel dengan menggunakan rumus : X =
𝑓 𝑛
x K
Keterangan : f : variabel yang diteliti. n : jumlah sampel penelitian K : konstanta (100%) X : presentase hasil yang dicapai b.
Analisa Bivariat Analisa ini dilakukan untuk mendeskrisipkan risiko independent variabel pada dependent variabel, uji statistic yang digunakan adalah perhitungan Odds Ratio (OR).
Rumus Odds ratio : Odds case
: a/(a+c) : c/(a+c) = a/c
Odds control
: b/(b+d) : d/(b+d) = b/d
Odds ratio
: a/c : b/d = ad/bc
Untuk Mengetahi OR dapat diestimasi faktor risiko yang diteliti. Perhitungan OR menggunakan tabel 2x2 sebagai berikut :
Tabel 1. Tabel Kontegensi 2x2 Odds Ratio Pada Penelitian Case Control Study Kejadian KPD Faktor risiko
Kasus
Jumlah
Kontrol
Positif
a
b
a+b
Negatif
c
d
c+d
Jumlah
a+c
b+d
a+b+c+d
Keterangan : a
: jumlah kasus dengan risiko positif ( + )
b
: jumlah kontrol dengan risiko positif ( + )
c
: jumlah kasus dengan risiko negatif ( - )
d
: jumlah kontrol dengan risiko negatif ( - )
1) Estimasi Contigensi Interval (CI) ditetapkan pada tingkat kepercayaan 95% . 2) Nilai kemaknaan untuk melihat hubungan faktor risiko dengan kasus Jika OR > 1 Jika OR = 1
: faktor yang diteliti merupakan faktor risiko : Faktor yang diteliti bukan merupakan faktor risiko kejadian ketuban pecah dini.
Jika OR < 1
: faktor yang diteliti merupakan faktor protektif.
3. Penyajian Data Penyajian data dilakukan setelah data diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi dan tabel analisa uji odds ratio dan di presentasikan disertai dengan penjelasan (dinarasikan).
F. Etika Penelitian Dalam penelitian ini, masalah etika sangat diperhatikan dengan menggunakan metode : 1. Informend concent Merupakan cara persetujuan antara penelitian dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan (informend concent). Informend concent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informend concent adalah agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya. 2. Anonimiti Dilakukan dengan acara tidak memberikan nama responden pada lembar alat ukur, hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data. 3. Confidentiality Yaitu menjamin kerahasiaan hasil penelitian baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya.
Informasi
yang
dikumpulkan
dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
G. JADWAL PENELITIAN
No.
Uraian Kegiatan
Maret 1
1
Persiapan
2
Penyusunan proposal penelitian
3
Ujian proposal penelitian
4
Perbaikan proposal penelitian
5
Pengumpulan data
6
Pengolahan dan analisa data
7
Penulisan laporan
8
Seminar hasil
9
Perbaikan hasil seminar
10
Penggandaan
11
Persiapan ujian komprehensif
2
3
April 4
1
2
3
Mei 4
1
2
3
Juni 4
1
2
3
Juli 4
1
2
3
4
Lampiran 1 LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth. Bapak/ibu............... di Tempat Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Mandala Waluya Kendari, maka saya : Nama : Agnes Hare Nim
: P201301109
Status : Mahasiswa STIKES Mandala Waluya Kendari Akan melakukan penelitian dengaan judul “Faktor Risiko Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Tahun 2017”. Untuk kepentingan tersebut, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk berkenan menjadi subyek penelitian (dijadikan sampel). Identitas dan informasi yang berkaitan dengan Bapak/Ibu dirhasiakan oleh peneliti. Atas partisipasi dan dukungannya, saya ucapkan terima kasih. Kendari,
2017
Agnes Hare (……………………)
Lampiran 2 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
:
Umur
:
Alamat
:
Menyatakan menjadi subjek (responden) dalam penelitian dari : Nama
: Agnes Hare
Nim
: P201301109
Program Studi : Ilmu Keperawatan STIKES – MW Kendari Judul
: Faktor Risiko Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Tahun 2017 Informasi yang diberikan pada penelitian ini tidak akan memberikan dampak dan
risiko apa pun pada subjek penelitian, karena semata-mata untuk kepentingan peneliti.Saya telah diberi kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti dan telah mendapatkan jawaban yang jelas. Dengan demikian saya menyatakan dengan suka rela untuk ikut sebagai subjek dalam penelitian ini. Kendari,
2017
(.........................)
Lampiran 3 INSTRUMEN PENELITIAN DATA PRIMER KUESIONER PENELITIAN Faktor Risiko Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Tahun 2017 Tanggal
:
No. Register
:
Karakteristik Responden : 1.Nama/Inisial
:
2.Umur
:
3.Pendidikan Terakhir
:
4.Pekerjaan
: Lembar Kuisioner Factor Resiko Kejadian KPD Pada Ibu Bersalin
No
1
Pertanyaan
Apakah Ibu Pernah mengalami Ketuban Pecah Dini Sebelumnya ? Apakah Persalinan Ibu Yang Terakhir Keluar cairan
2
ketuban merembes melalui jalan lahir Ibu sebelum ada tanda-tanda persalinan ?
3
Apakah Jumlah anak Ibu lebih dari 2 ?
4
Apakah Ibu pernah mengalami keguguran ?
5
Apakah pada persalinan Ibu yang lalu, Melahirkan kembar ?
6
Apakah pada hasil pemeriksaan kehamilan yang lalu tenaga kesehatan mengatakan posisi janin dalam keadaan normal ?
7
Apakah pada hasil pemeriksaan panggul pada kehamilan ibu yang lalu petugas kesehatan mengatakan ukuran panggul ibu Normal ?
ya
Tidak
Lampiran 4 INSTRUMEN PENELITIAN DATA SEKUNDER Lembaran cheklist a. Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini ( KPD ) Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini ( KPD ) No
Nama Ibu
Umur Graviditas primi
multi
Jumlah Janin Tungga l
gemeli
Kelainan letak Sungsa ng
CPD
kepala CPD
Tdk CPD
b. Ibu Bersalin dengan tidak mengalami Ketuban Pecah Dini ( KPD )
Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini ( KPD ) No
Nama Ibu
Umur Graviditas primi
multi
Jumlah Janin tunggal
Ganda
Kelainan letak sungsang
kepala
CPD CPD
Tdk CPD
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KENDARI 1. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari RSUD Kota Kendari awalnya terletak di kota Kendari, tepatnya di kelurahan Kandai Kecamatan Kendari.Pada tanggal 9 Desember 2011 Rumah Sakit Umum Daerah kota Kendari resmi menempati gedung baru yang terletak di jalan Brigjen Z.A Sugianto No :39 Kelurahan Kambu Kecamatan Kambu Kota Kendari. 2. Keadaan Demografi Dengan luas lahan 13.000 Ha di bangun rumah sakit secara bertahap
dengan
menggunakan
dana
APBD,
TP,
DAK,
dan
DPPIPD.Batas-batas Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Sebelah Timur berbatsan dengan Sebelah Selatan berbatasan dengan Sebelah Barat berbatasan dengan 3. Visi dan Misi Visi : RUMAH SAKIT PILIHAN MASYARAKAT Misi : a. Meningkatkan
pelayanan
kesehatan
dengan
menciptakan
pelayanan yang bermutu, cepat, tepat serta terjangkau oleh masyarakat.
b. Mendorong masyarakat untuk memanfaatkan RSUD kota Kendari menjadi rumah sakit mitra keluarga. c. Meningkatkan sumber daya manusia, sarana dan prasarana medis serta non medis dan penunjang medis, agar tercipta kondisi yang aman dan nyaman bagi petugas,pasien dan keluarga serta masyarakat pada umumnya. Tabel 2. Data pegawai RSUD Kota Kendari No
NAMA PROFESI
PNS
NON PNS PNS MOU
JUMLAH
A
TENAGA KESEHATAN Dokter Spesialis Dokter Umum Dokter Gigi S1- Ners S1- Perawat D3- Perawat SPK S1- Perawat Gigi D3- Perawat Gigi SPRG D4- Kebidanan D3- Kebidanan S2- Kesmas S1- Kesmas D3- Kesling Apoteker S1- Farmasi D3- Farmasi S1- Gizi D3- Gizi D3- Analis Kesehatan S1- Fisioterapi D3- Fisioterapi D3- Rekam Medik
12 9 3 3 19 31 11 1 2 1 8 20 7 14 2 4 3 4 0 6 4 1 1 1
4 5 0 18 7 100 1 0 3 0 0 35 0 10 0 0 1 3 3 2 12 0 0 0
24 17 4 21 26 132 12 1 5 1 8 55 7 24 2 4 4 7 3 8 16 1 1 1
8 3 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
No
NAMA PROFESI
PNS
PNS MOU 0 0 0 0 0
JUMLAH
1 1 1 1 2
NON PNS 0 0 1 0 0
D3- Akupuntur D3- Okupasi Terapi D3-Radiologi D3- Teknik Gigi S1- Psikologi TANAGA NON KESEHATAN S1- Ekonomi D1-Komputer D3-Komputer S1- Komputer S1- Sosial Politik S1- Teknologi Pangan S2- Hukum S2- Manajemen D3- Manajemen S1- Informatika SMA SMP SD
1 1 1 1 2 1 1 2 0 0 9 1 1
4 0 0 1 1 0 0 0 1 1 25 3 4
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 1 1 2 3 1 1 2 1 1 34 4 5
JUMLAH 194 244 13 Sumber :Profil RSUD Kota Kendari Tahun 2016
1 1 2 1 2
451
4. SARANA GEDUNG Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari saat ini memiliki sarana gedung sebagai berikut : 1. Gedung Anthurium ( Kantor ) 2. Gedung Bougenville ( Poliklinik ) 3. Gedung ( IGD ) 4. Gedung Matahari ( Radiologi ) 5. Gedung Crysant ( Kamar Operasi ) 6. Gedung Asoka ( ICU ) 7. Gedung Teratai ( Obgyn-Ponek ) 8. Gedung Lavender ( Rawat inap penyakit dalam )
B. Hasil Penelitian 1. Karateristik Responden a. Distribusi berdasarkan Kelompok Umur Umur adalah usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Distribusi responden menurut umur dapat dilihat pada tabel 3 berikut : Tabel 3 Distribusi Responden Menurut Umur di Rumah Sakit Umum Kota Kendari No
Umur
Kasus n % 1 17-25 Tahun 18 39,1 2 26-34 Tahun 20 43,5 3 35-43 Tahun 8 17,4 Total 46 100 Sumber :Data Primer, 2017
Kontrol n % 18 39,1 20 43,5 8 17,4 46 100
Jumlah n 36 40 16 92
% 39,1 43,5 17,4 100
Tabel 3 menunjukan bahwa dari 92 responden frekwensi tertinggi adalah responden dengan kelompok umur 26-34 tahun yaitu 20 responden (43,5%) dan frekwensi terendah adalah responden dengan kelompok umur 35-43 tahun yaitu 8 responden (17,4%). b. Distribusi Berdasarkan Pendidikan. Pendidikan responden dalam penelitian ini disajikan seperti pada tabel berikut ini : Tabel 4 Distribusi Responden Menurut Pendidikan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari No
Pendidikan
Kasus n % 1 Sarjana 26 56,5 2 SMA 20 43,5 Total 46 100 Sumber : Data Primer,2017
Kontrol n % 26 56,5 20 43,5 46 100
Jumlah n 52 40 92
% 56,5 43,5 100
Tabel 4 menunjukan bahwa dari 92 responden, Frekwensi tertinggi adalah Responden dengan tingkat pendidikan sarjana yaitu 26
responden (56,5%) dan frekwensi terendah adalah responden dengan tingkat pendidikan SMA yaitu 20 responden (43,5%). 2. Analisa Univariat. Analisa univariat yang dimaksudkan untuk menggambarkan hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan variabel-variabel penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sebaran frekwensi responden tersebut. Adapun analisa univariat hasil penelitian ini sebagai berikut : a. Graviditas Hasil
penelitian
menurut
variabel
penelitian
Graviditas
responden di peroleh dari hasil kuesioner kepada responden dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Graviditas di Rumah sakit Umum Daerah Kota Kendari No 1 2
Graviditas Kasus % Multigravida 34 73,9 Primigravida 12 26,1 Total 46 100 Sumber : Data Primer, 2017
Kontrol % 18 39,1 28 60,9 46 100
Jumlah 52 40 92
% 56,5 43,5 100
Tabel 5 menunjukan bahwa dari 92 responden, Graviditas yang berisiko adalah multigravida yaitu 52 responden (56,5%). b. Jumlah Janin Dalam Kandungan. Hasil penelitian menurut variabel jumlah janin dalam kandungan responden diperoleh dari hasil kuesioner dapat dilihat pada tabel berikut :
No 1 2
Tabel 6 Distribusi Rasponden Menurut Jumlah Janin Dalam Kandungan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Jumlah janin Kasus % Kontrol % Jumlah % Ganda 21 45.7 4 8.7 25 27,2 Tunggal 25 54.3 42 91.3 67 72,8 Total 46 100 46 100 92 100 Sumber : Data Primer, 2017 Tabel 6 menunjukan bahwa dari 92 responden,jumlah janin Ganda
yang berisiko yaitu 25 responden ( 27,2% ) dan yang tidak berisiko jumlah janin tunggal yaitu 67 responden (72,8%). c. Letak Janin Dalam Kandungan. Hasil penelitian menurut variabel letak janin dalam kandungan responden diperoleh dari hasil kuesioner kepada responden dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 7 Distribusi Responden Menurut Letak Janin Dalam Kandungan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari No 1 2
Letak janin Kasus % Kontrol % Sungsang 8 17,4 12 26,1 LBK 38 82,6 34 73,9 Total 46 100 46 100 Sumber : Data Primer, 2017
Jumlah 20 72 92
% 21,7 78,3 100
Tabel 7 menunjukan bahwa dari 92 responden, dengan letak janin sungsang yang berisiko yaitu 20 responden (21,7%) dan letak janin dengan letak belakang kepala yang tidak berisiko yaitu 72 responden (78,3%). d. Cepolo Pelvik Disproporsi Hasil penelitian menurut variabel cepalo pelvic disproporsi responden diperoleh dari hasil kuesioner kepada reponden dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 8 Distribusi Responden Menurut Cepalo Pelvik Disproporsi di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari No 1 2
Variabel Kasus % Kontrol % CPD 12 26,9 6 13,0 Tidak CPD 34 73,1 40 87,0 Total 46 100 46 100 Sumber : Data Primer, 2017
Jumlah 18 74 92
% 19,6 80,4 100
Tabel 8 menunjukan bahwa dari 92 responden, dengan cepalo pelvic disproporsi yang berisiko yaitu 18 responden (19,6%) dan yang tidak cpd dan tidak berisiko yaitu 74 responden (80,4%). 3. Analisa Bivariat. a. Faktor Risiko Kejadian Ketuban Pecah Dini Terhadap Graviditas di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Keandari. Fakror risiko kejadian ketuban pecah dini terhadapgraviditas di sajikan pada tabel berikut :