4
Makalah Hadits ahkam Muamalah
SYIRKAH
Disusun oleh :
Kelompok V
Rika ramlawati(213320019)
Fatimah Hakim(213320021)
Sukma Sumange Alam(213320020)
Dosen Pembimbing:
Dr. Mahsyar Idris, M. Ag.
Program Studi Perbankan Syariah
Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Parepare
2014
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum wr.wb
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas pertolongan-Nya, sehingga pada kesempatan ini kami dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang Syirkah, tanpa pertolongan-Nya, makalah ini tidak akan bisa kami selesaikan dengan baik.
Makalah ini kami susun untuk melengkapi tugas studi "Hadits Ahkam Muamalah".Selain itu agar pembaca dapat memahami mengenai "Syirkah". Makalah ini kami susun dengan berbagai kesulitan, namun kami tetap berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen bidang studi Hadits Ahkam Muamalah yang telah membimbing dan semua pihak yang terlibat dalam proses pembuatan makalah ini.
Semoga akhirnya makalah ini dapat memberikan wawasan luas kepada seluruh pembaca.Walaupun pada dasarnya makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik tetap kami butuhkan demi perbaikan makalah ini.
Wassalamu'alaikum wr.wb
Parepare, 19 November 2014
KelompokVI
DAFTAR ISI
Halaman judul i
Kata pengantar ii
DAFTAR ISI iii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II 3
PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Syirkah 3
B. Dasar-dasar Hukum Syirkah 3
C. Rukun Syirkah dan Syarat Syirkah 4
D. Macam-Macam Syirkah 5
E. Ketentuan-Ketentuan Dalam Syirkah 7
F. Berakhirnya Syirkah 9
G. Hikmah Syirkah 10
BAB III 11
PENUTUP 11
A. Kesimpulan 11
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Islam adalah agama yang menganjurkan umatnya melakukan kerjasama yang terorganisasi dengan baik. Dalam upaya memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari, manusia tidak akan terlepas dari hubungan terhadap sesama manusia. Tanpa hubungan dengan orang lain, tidak mungkin berbagai kebutuhan hidup dapat terpenuhi. Terkait dengan hal ini maka perlu diciptakan suasana yang baik terhadap sesama manusia. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengadakan akad syirkah dengan pihak lain.
Dalam konteks itu maka prinsip syirkah yang didalamnya terdapat akivitas musyarakah menjadi prinsip dasarnya. Dalam fiqh muamalah pun terdapat akad kerjasama dengan karakter yang berbeda-beda. Akad syirkah atau musyarakah adalah akad kerjasama dengan kedua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (keterampilan usaha) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan.
Konsep Syirkah sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW.Hingga kini, syirkah masih dipakai dan bahkan seiring dengan pesatnya perekonomian dewasa ini, syirkah sudah menjadi salah satu dari berbagai alternatif halal yang ditawarkan lembaga keuangan syariah kepada masyarakat.
Rumusan Masalah
Apa Pengertian syirkah?
Apa saja Dasar-dasar Hukum syirkah?
Apa saja rukun dan syarat syirkah?
Apa saja Macam-macam syirkah?
Bagaimana Ketentuan-ketentuan dalam syirkah?
Apa yang menyebabkan berakhirnya syirkah?
Apa saja Hikmah yang diperoleh dari Praktik Syirkah?
Tujuan Penulisan
Untuk Mengetahui Pengertian Syirkah.
Untuk Mengetahui Dasar-dasar hukum Syirkah.
Untuk mengetahui rukun dan syarat syirkah.
Untuk Mengetahui Macam-macam Syirkah.
Untuk Mengetahui Ketentuan-ketentuan dalam Syirkah.
Untuk Mengetahui Penyebab Berakhirnya Syirkah.
Untuk Mengetahui Hikmah yang diperoleh dari praktik Syirkah.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Syirkah
Secara bahasa kata syirkah ( الشركة) berarti al-ikhtilath (percampuran) dan persekutuan. Yang dimaksud dengan percampuran disini adalah seseorang mencampurkan hartanya dengan harta orang lain sehingga sulit untuk dibedakan.
Adapun menurut istilah para ulama fikih sepakat bahwa, syirkah adalah suatu akad kerja sama antara dua orang atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan kerugian akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan
Dasar-dasar Hukum Syirkah
Syirkah hukumnya Mubah(diperbolehkan) atau disyari'atkan berdasarkan Al-Qur'an, Al-Hadits dan ijma' (konsensus) kaum muslimin. Dan berikut ini kami sebutkan dalil-dalilnya, di antaranya:
Al-Qur'an
Artinya: Daud berkata: "Sesungguhnya dia Telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini". dan Daud mengetahui bahwa kami mengujinya; Maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat. (QS. As-shaad:24)
Dan firman-Nya pula: "Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu." (QS. An-Nisa': 12)
Kedua ayat di atas menunjukkan perkenanan dan pengakuan Allah akan
adanya perserikatan dalam kepemilikan harta. Hanya saja dalam surat An
Nisa' ayat 12 perkongsian terjadi secara otomatis karena waris, sedangkan
dalam surat Shaad ayat 24 terjadi atas dasar akad (transaksi).
Hadits
Dalam suatu hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu a'laihi wa sallam bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَفَعَهُ قَالَ إِنَّ اللهَ يَقُولُ أَنَا ثَالِثُ الشَّرِيكَيْنِ مَا لَمْ يَخُنْ أَحَدُهُمَا صَاحِبَهُ فَإِذَا خَانَهُ خَرَجْتُ مِنْ بَيْنِهِمَا * (تحقيق الألباني : ضعيف)
Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla berkata, "Aku adalah pihak ketiga (Yang Maha Melindungi) bagi dua orang yang melakukan syirkah, selama salah seorang diantara mereka tidak berkhianat kepada mitranya. Apabila diantara mereka ada yang berkhianat, maka Aku akan keluar dari mereka (tidak melindungi)". (HR. Abu Daud no.3383, dan Al-Hakim no.2322).
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ اشْتَرَكْتُ أَنَا وَعَمَّارٌ وَسَعْدٌ يَوْمَ بَدْرٍ فَجَاءَ سَعْدٌ بِأَسِيرَيْنِ وَلَمْ أَجِئْ أَنَا وَلَا عَمَّارٌ بِشَيْءٍ (سنن النسائي، تحقيق الألباني : ضعيف)
Dari Abdullah bin Mas'ud r.a. ia berkata: "Saya bersyirkah dengan 'Ammar dan Sa'ad dalam hasil yang kami peroleh pada Perang Badar. Kemudian Sa'ad datang dengan membawa dua orang tawanan, sedangkan saya dan 'Ammar datang dengan tidak membawa apa-apa".
Ijma'
Yakni, ulama' kaum Muslimin telah sepakat tentang bolehnya syirkah (perseroan), namun mereka berbeda pendapat dalam beberapa macam jenis syirkah.
Rukun Syirkah dan Syarat Syirkah
Rukun syirkah ialah sesuatu yang harus ada ketika syirkah itu berlangsung. Berikut adalah rukun Syirkah:
Akad ijab(ungkapan penawaran melakukan perserikatan, kabul(ungkapan penerimaan perserikatan), disebut juga shighat.
Dua pihak yang berakad (al-'âqidâni), syaratnya harus memiliki kecakapan melakukan tasharruf (pengelolaan harta).
Obyek akad, disebut juga al-ma'qûd 'alaihi, yang mencakup pekerjaan (al-amal) dan atau modal (al-mâl).
Adapun Syarat syirkah sebagai berikut:
Objek akad (Harta dan Keuntungan)
Benda (harta) harus diterima sebagai perwakilan.
Pembagian keuntungan harus jelas dan dapat diketahui oleh kedua belah pihak, misal setengah atau sepertiga.
Orang yang melakukan akad
Merdeka
Baligh
Rusyd (pintar)
Macam-Macam Syirkah
Adapun jenis-jenis syirkah ada dua, yaitu syirkah kepemilikan (Amlak) dan syirkah akad ('uqud).
Syirkah Al Amlak (Hak milik)
Syirkah Al Amlak adalah kepemilikan oleh dua orang atau lebih terhadap satu barang tanpa melalui akad syirkah. Syirkah kepemilikan tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi lain yang mengakibatkan kepemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih. Dalam syirkah ini, kepemilikan dua orang atau lebih berbagi dalam sebuah aset riil dan berbagi pula dari keuntungan yang dihasilkan aset tersebut. Contoh: dua orang diberi hibah sebuah rumah. Rumah tersebut dimiliki oleh dua orang melalui hibah, tanpa akad syirkah antara dua orang yang diberi hibah tersebut. Syirkah Amlak(Hak milik) terbagi dua(2) bagian:
Syirkah Ikhtiyariyah (syirkah sukarela)
Suatu bentuk kepemilikan bersama yang timbul karena perbuatan orang-orang yang berserikat. Contoh A dan B membeli sebidang tanah, atau dihibahi, atau diwasiati sebuah rumah oleh orang lain, dan keduanya menerima hibah atau wasiat tersebut.
Syirkah jabariyah (syirkah paksaan)
Suatu bentuk kepemilikan bersama yang timbul bukan karena perbuatan orang-orang yang berserikat, melainkan harus terpaksa diterima oleh mereka. Contoh: A dan B menerima warisan sebuah rumah. Rumah tersebut dimiliki A dan B secara otomatis dan keduanya tidak bisa menolak.
Syirkah Al 'Uqud (Transaksional/kontrak)
Syirkah 'uqud adalah suatu ungkapan tentang akad yang terjadi antara dua orang atau lebih untuk bersyirkah di dalam modal dan keuntungannya. Syirkah akad tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap-tiap orang dari mereka memberikan modal syirkah dan sepakat berbagi keuntungan dan kerugian.
Jenis-jenis syirkah Al 'Uqud adalah sebagai berikut:
Syirkah al-'Inaan
Pengertian syirkah 'inaan sebagaimana dikemukakan Sayid Sabiq adalah "suatu persekutuan atau kerja sama antara dua pihak dalam harta (modal) untuk diperdagangkan dan keuntungan dibagi di antara mereka. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa syirkah 'inaan adalah persekutuan antara dua orang atau lebih dimana setiap pihak memberikan porsi tertentu dari keseluruhan dana investasi yang dibutuhkan dan ikut berpartisipasi dalam pengelolaannya. Kedua pihak berbagi pula dalam keuntungan dan kerugian sebagaimana yang telah disepakati diantara mereka. Akan tetapi, porsi masing-masing pihak baik dalam dana investasi maupun kerja atau bagi hasil tidak harus sama dan identik sesuai dengan kesepakatan mereka.
Syirkah mufawadhah
Syirkah mufawadhah adalah kontrak/kerjasama antara dua orang atau lebih di mana masing-masing pihak memberikan porsi tertentu dari keseluruhan dana investasi dan berpartisipasi dalam kerja. Setiap pihak membagi keuntungan dan kerugian secara sama rata. Dengan demikian, syarat utama dari jenis ini adalah kesamaan jumlah dana investasi yang diberikan, kerja, tanggung jawab dan beban utang dibagi oleh masing-masing pihak.
Sirkah Al-abdaan (syirkah usaha)
Didefinisikan oleh Sayid Sabiq: "kesepakatan antara dua orang (atau lebih) untuk menerima suatu pekerjaan dengan ketentuan upah kerjanya dibagi di antara mereka sesuai dengan kesepakatan". Dalam pengertian lain, syirkah Abdaan adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-masing hanya memberikan kontribusi kerja ('amal), tanpa kontribusi modal(maal).
Syirkah al-Wujuuh
Syirkah wujuh adalah kerja sama antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan nama baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kredit (hutang) dari suatu perusahaan dan menjual barang tersebut secara tunai, lalu keuntungan yang didapat dibagi bersama atas dasar kesepakatan di antara mereka.
Syirkah al-Mudharabah
Persetujuan antara pemilik modal dengan seorang pekerja untuk mengelola uang dari pemilik modal dalam suatu perdagangan tertentu yang keuntungannya dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama. Sedangkan kerugian ditanggung oleh pemilik modal saja.
Ketentuan-Ketentuan Dalam Syirkah
Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal berikut:
Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak (akad).
Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.
Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.
Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum, dan memperhatikan hal-hal berikut:
Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan.
Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap mitra melaksanakan kerja sebagai wakil.
Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset syirkah dalam proses bisnis normal.
Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk mengelola aset dan masing-masing dianggap telah diberi wewenang untuk melakukan aktifitas syirkah dengan memperhatikan kepentingan mitranya, tanpa melakukan kelalaian dan kesalahan yang disengaja.
Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan dana untuk kepentingannya sendiri.
Obyek akad (modal, kerja, keuntungan dan kerugian)
Modal
Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak atau yang nilainya sama.
Modal dapat terdiri dari aset perdagangan, seperti barang-barang, properti, dan sebagainya. Jika modal berbentuk aset, harus terlebih dahulu dinilai dengan tunai dan disepakati oleh para mitra.
Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan, menyumbangkan atau menghadiahkan modal syirkah kepada pihak lain, kecuali atas dasar kesepakatan.
Pada prinsipnya, dalam pembiayaan syirkah tidak ada jaminan, namun untuk menghindari terjadinya penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan.
Kerja
Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan syirkah; akan tetapi, kesamaan porsi kerja bukanlah merupakan syarat. Seorang mitra boleh melaksanakan kerja lebih banyak dari yang lainnya, dan dalam hal ini ia boleh menuntut bagian keuntungan tambahan bagi dirinya
Setiap mitra melaksanakan kerja dalam syirkah atas nama pribadi dan wakil dari mitranya. Kedudukan masing-masing dalam organisasi kerja harus dijelaskan dalam kontrak.
Keuntungan
Keuntungan harus dikuantifikasi dengan jelas untuk menghindarkan perbedaan dan sengketa pada waktu alokasi keuntungan atau penghentian syirkah.
Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara proporsional atas dasar seluruh keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan di awal yang ditetapkan bagi seorang mitra.
Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan melebihi jumlah tertentu, kelebihan atau prosentase itu diberikan kepadanya.
iv. Sistem pembagian keuntungan harus tertuang dengan jelas dalam akad.
Kerugian
Kerugian harus dibagi di antara para mitra secara proporsional menurut sahammasing-masing dalam modal.
Biaya Operasional dan Persengketaan
Biaya operasional dibebankan pada modal bersama.
Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari'ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
Berakhirnya Syirkah
Syirkah akan berakhir apabila terjadi hal-hal berikut :
Salah satu pihak membatalkannya meskipun tanpa persetujuan pihak yang lain.
Salah satu pihak kehilangan kecakapan untuk ber-tasharruf (keahlian mengelola harta) baik karena gila atau alasan lainnya.
Salah satu pihak meninggal dunia.
Salah satu pihak jatuh bangkrut.
Modal telah habis dahulu.
Hikmah Syirkah
Hikmah yang diperoleh dari praktik syirkah adalah sebagai Berikut:
menggalang kerja sama untuk saling menguntungkan antara pihak-pihak yang bersyirkah.
membantu meluaskan ruang rezeki karena tidak merugikan secara ekonomi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
syirkah adalah suatu akad kerja sama antara dua orang atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan kerugian akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan
dasar hukum syirkah, yaitu Al-Qur'an, Hadits dan Ijma'
rukun syirkah( ijab kabul, dua pihak yang berakad dan objek akad)
Macam-macam syirkah, yaitu: Syirkah Al Amlak (Hak milik) dan Syirkah Al 'Uqud (Transaksional/kontrak).
Sebab berakhirnya syirkah salah satunya adalah Salah satu pihak membatalkannya meskipun tanpa persetujuan pihak yang lain.
Hikmah syirkah
menggalang kerja sama untuk saling menguntungkan antara pihak-pihak yang bersyirkah.
membantu meluaskan ruang rezeki karena tidak merugikan secara ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Rahman, Taufik. 2001. Hadist-hadist Hukum. Bandung: Pustaka Setia.
Zuhri, Moh dkk. 1992. Tarjamah Sunan At-Tirmidzi. Semarang: Asy Syifa'
Muhammad, Abu bakar. 1995. Hadits Tarbiyah.Surabaya: Al-Ikhlas.
Ayub, Muhammad. 2007. Understanding Islamic Finance. Terj. Aditya Wisnu Pribadi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Rodoni, Ahmad, Prof., Dr., dan Hamid, Abdul., Prof., Dr.,. 2008. Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta : Zikrul Hakim.
Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islaamiy wa Adilatuh, Juz 4, Dar Al-Fikr, Damaskus,cet.III,1989,hlm.792.
Sayid Sabiq, juz 3, hlm.296 (catatan kaki no.1)