Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
A. KONSEP MEDIS 1. Definisi Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesophageal (Gastroesophageal Reflux Disease/GERD) Disease/GERD) didefinisikan sebagai suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung ke dalam esofagus yang menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu (troublesome) di esofagus maupun ekstra esofagus dan atau komplikasi (Susanto, 2002). Pada orang normal, refluks ini terjadi pada posisi tegak sewaktu habis makan. Karena sikap posisi tegak tadi dibantu oleh adanya kontraksi peristaltik primer, isi lambung yang mengalir masuk ke esofagus segera dikembalikan ke lambung. Refluks sejenak ini tidak merusak mukosa esofagus dan tidak menimbulkan keluhan atau gejala. Oleh karena itu, dinamakan refluks fisiologis. Keadaan ini baru dikatakan patologis, bila refluks terjadi berulangulang yang menyebabkan esofagus distal terkena pengaruh isi lambung untuk waktu yang lama. Istilah esofagitis refluks berarti kerusakan esofagus akibat refluks cairan lambung, seperti erosi dan ulserasi epitel skuamosa esofagus (Susanto, 2002). 2. Etiologi Beberapa penyebab terjadinya GERD meliputi : 2.1 Defensif dari Esofagus a) Menurunnya tonus LES (lower esophageal spinchter ) b) Ketahanan epitel esophagus esophagus menurun c) Bersihan asam dari lumen esophagus menurun d) Kelainan pada lambung (delayed gastric emptying ) e) Kelainan anatomi, anatomi, seperti penyempitan kerongkongan kerongkongan
2.2 Ofensif dari bahan refkluksan a) Bahan refluksat mengenai dinding esophagus esophagus yaitu : PH<2, adanya pepsin, garam empedu, HCl b) Infeksi H. pylori dengan dengan corpus predominan gastritis c) Non acid refluks refluks (refluks gas) menyebabkan menyebabkan hipersensitivitas hipersensitivitas visceral d) Mengonsumsi makanan berasam, berasam, coklat, minuman berkafein dan berkarbonat, alkohol, merokok tembakau, dan obatobatan
yang
bertentangan
dengan
fungsi
esophageal
sphincter bagian bawah termasuk apa yang memiliki efek antikolinergik (seperti berbagai antihistamin dan beberapa antihistamin), penghambat saluran kalsium, progesteron, dan nitrat. (Yusuf, 2009) 3. Patofisiologi Esofagus dan gaster dipisahkan oleh suatu zona tekanan tinggi (high (high pressure zone) zone) yang dihasilkan oleh kontraksi Lower esophageal sphincter. Pada individu normal, pemisah ini akan dipertahankan kecuali pada saat terjadinya aliran antegrad yang terjadi pada saat menelan, atau aliran retrograd yang terjadi pada saat sendawa atau muntah. Aliran balik dari gaster ke esophagus melalui LES hanya terjadi apabila tonus LES tidak ada atau sangat rendah (<3 mmHg) (Aru, 2009). Terjadinya aliran balik / refluks pada penyakit GERD diakibatkan oleh gangguan motilitas / pergerakan esofagus bagian ujung bawah. Pada bagian ujung ini terdapat otot pengatur (sfingter) disebut LES, yang fungsinya mengatur arah aliran pergerakan isi saluran cerna dalam satu arah dari atas ke bawah menuju usus besar. Pada GERD akan terjadi relaksasi spontan otot tersebut atau penurunan kekuatan otot tersebut, sehingga dapat terjadi arus balik
atau refluks cairan atau asam lambung, dari bawah ke atas ataupun sebaliknya (Hadi, 2002). Patogenesis terjadinya GERD menyangkut keseimbangan antara faktor defensif dari esophagus dan faktor efensif dari bahan reflukstat. Yang termasuk faktor defensif esophagus, adalah pemisah antirefluks, bersihan asam dari lumen esophagus, dan ketahanan ephitelial esophagus. Sedangkan yang termasuk faktor ofensif adalah sekresi gastrik dan daya pilorik. a)
Pemisah antirefluks Pemeran terbesar pemisah antirefluks adalah tonus LES. Menurunnya tonus LES dapat menyebabkan timbulnya refluks retrograde
pada
intraabdomen.
saat
Sebagian
terjadinya besar
peningkatan
pasien
GERD
tekanan ternyata
mempunyai tonus LES yang normal. Faktor-faktor yang dapat menurunkan tonus LES adalah adanya hiatus hernia, panjang LES (makin pendek LES, makin rendah tonusnya), obat-obatan (misal antikolinergik, beta adrenergik), dan faktor hormonal. Selama kehamilan, peningkatan kadar progesteron dapat menurunkan tonus LES. b)
Bersihan asam dari lumen esophagus Faktor-faktor
yang
berperan
dalam
bersihan
asam
dari
esophagus adalah gravitasi, peristaltik, eksrkresi air liur, dan bikarbonat. Setelah terjadi refluks sebagian besar bahan refluksat akan kembali ke lambung dengan dorongan peristaltik yang dirangsang oleh proses menelan. c)
Ketahanan epithelial esophagus Berbeda dengan lambung dan duodenum, esophagus tidak memiliki lapisan mukus yang melindungi mukosa esophagus. Mekanisme ketahanan ephitelial esophagus terdiri dari :
1) Membran sel 2) Batas intraseluler (intracellular junction) yang membatasi difusi H+ ke jaringan esophagus 3) Aliran darah esophagus yang mensuplai nutrien, oksigen, dan bikarbonat, serta mengeluarkan ion H+ dan CO2 4) Sel-sel esophagus memiliki kemampuan untuk mentransport ion H+ . Episode refluks bervariasi tergantung kandungan isinya, volume, lamanya, dan hubungannya dengan makan. Pada proses terjadinya refluks, sfingter esofagus bawah dalam keadaan relaksasi atau melemah oleh peningkatan tekanan intra abdominal sehingga terbentuk rongga diantara esofagus dan lambung. Isi lambung mengalir atau terdorong kuat ke dalam esofagus. Jika isi lambung mencapai esofagus bagian proksimal dan sfingter esofagus atas berkontraksi, maka isi lambung tersebut tetap berada di esofagus dan peristaltik akan mengembalikannya ke dalam lambung. Jika sfingter esofagus atas relaksasi sebagai respon terhadap distensi esofagus maka isi lambung akan masuk ke faring, laring, mulut atau nasofaring (Hadi, 2002). 4. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis GERD dapat berupa gejala yang tipikal (esofagus) dan gejala atipikal (ekstraesofagus). Gejala GERD 70 % merupakan tipikal, yaitu : a) Heart Burn, yaitu sensasi terbakar di daerah retrosternal. Gejala heartburn adalah gejala tersering. b) Regurgitasi, yaitu kondisi dimana material lambung terasa di faring. Kemudian mulut terasa asam dan pahit. c) Disfagia. Biasanya
terjadi oleh karena komplikasi berupa
striktur/penyempitan (Yusuf, 2009)
Gejala Atipikal : a) Batuk kronik dan kadang wheezing b) Suara serak c) Pneumonia d) Fibrosis paru e) Bronkiektasis f) Nyeri dada nonkardiak (Yusuf, 2009). Gejala lain : a) Penurunan berat badan b) Anemia c) Hematemesis atau melena d) Odinofagia (Bestari, 2011). 5. Pemeriksaan Diagnostik a) Endoskopi Dewasa ini endoskopi merupakan pemeriksaan pertama yang dipilih oleh evaluasi pasien dengan dugaan PRGE. Namun harus diingat bahwa PRGE tidak selalu disertai kerusakan mukosa yang dapat dilihat secara mikroskopik dan dalam keadaan ini merupakan
biopsi.
Endoskopi
menetapkan
tempat
asal
perdarahan, striktur, dan berguna pula untuk pengobatan (dilatasi endoskopi). b) Radiologi Pemeriksaan ini kurang peka dan seringkali tidak menunjukkan kelainan, terutama pada kasus esofagitis ringan. Di samping itu hanya sekitar 25 % pasien PRGE menunjukkan refluks barium secara spontan pada pemeriksaan fluoroskopi. Pada keadaan yang lebih berat, gambar radiologi dapat berupa penebalan dinding dan lipatan mukosa, tukak, atau penyempitan lumen c) Tes Provokatif Tes Perfusi Asam (Bernstein) untuk mengevaluasi kepekaan mukosa esofagus terhadap asam. Pemeriksaan ini dengan
menggunakan HCL 0,1 % yang dialirkan ke esofagus. Tes Bernstein yang negatif tidak memiliki arti diagnostik dan tidak bisa menyingkirkan nyeri asal esofagus. Kepekaan tes perkusi asam untuk nyeri dada asal esofagus menurut kepustakaan berkisar antara 80-90%. d) Tes Edrofonium Tes farmakologis ini menggunakan obat endrofonium yang disuntikan intravena. Dengan dosis 80 µg/kg berat badan untuk menentukan adanya komponen nyeri motorik yang dapat dilihat dari rekaman gerak peristaltik esofagus secara manometrik untuk memastikan nyeri dada asal esofagus. e) Pengukuran pH dan tekanan esophagus Pengukuran pH pada esofagus bagian bawah dapat memastikan ada tidaknya RGE, pH dibawah 4 pada jarak 5 cm diatas SEB dianggap diagnostik untuk RGE. Cara lain untuk memastikan hubungan nyeri dada dengan RGE adalah menggunakan alat yang mencatat secara terus menerus selama 24 jam pH intra esofagus dan tekanan manometrik esofagus. Selama rekaman pasien dapat memeberi tanda serangan dada yang dialaminya, sehingga dapat dilihat hubungan antara serangan dan pH esofagus/gangguan motorik esofagus. Dewasa ini tes tersebut dianggap sebagai gold standar untuk memastikan adanya PRGE. f) Tes Gastro-Esophageal Scintigraphy Tes ini menggunakan bahan radio isotop untuk penilaian pengosongan esofagus dan sifatnya non invasif (Djajapranata, 2001). g) Pemeriksaaan Esofagogram Pemeriksaan ini dapat menemukan kelainan berupa penebalan lipatan mukosa esofagus, erosi, dan striktur.
h) Tes PPI Diagnosis ini menggunakan PPI dosis ganda selama 1-2 minggu pada pasien yang diduga menderita GERD. Tes positif bila 75% keluhan hilang selama satu minggu. Tes ini mempunyai sensitivitas 75%. i)
Manometri esophagus Tes ini untuk menilai pengobatan sebelum dan sesudah pemberian terapi pada pasien NERD. Pemeriksaan ini juga untuk menilai gangguan peristaltik/motilitas esofagus.
j)
Histopatologi Pemeriksaan untuk menilai adanya metaplasia, displasia atau keganasan. Tetapi bukan untuk memastikan NERD (Yusuf, 2009)
6. Penatalaksanaan Medis Terapi
GERD
ditujukan
untuk
mengurangi
atau
menghilangkan gejala-gejala pasien, mengurangi frekuensi atau kekambuhan
dan
penyembuhan
durasi
mukosa
refluks yang
esofageal, terluka,
mempercepat
dan
mencegah
berkembangnya komplikasi. Terapi diarahkan pada peningkatan mekanisme
pertahanan
yang
mencegah
refluks
dan
atau
mengurangi faktor-faktor yang memperburuk agresifitas refluks atau kerusakan mukosa. 6.1 Modifikasi Gaya Hidup a) Tidak merokok b) Tempat tidur bagian kepala ditinggikan c) Tidak minum alkohol d) Diet rendah lemak e) Hindari mengangkat barang berat f) Penurunan berat badan pada pasien gemuk g) Jangan makan terlalu kenyang h) Hindari pakaian yang ketat, terutama di daerah pinggang
6.2 Terapi Endoskopik. Terapi ini masih terus dikembangkan. Contohnya adalah radiofrekuensi,
endoscopic
suturing ,
dan
endoscopic
emplatation. Radiofrekuensi adalah dengan memanaskan gastroesophageal junction. Tujuan dari jenis terapi ini adalah untuk mengurangi penggunaan obat, meningkatkan kualitas hidup, dan mengurangi reflux . 6.3 Terapi medika mentosa. Sampai pada saat ini dasar yang digunakan untuk terapi ini adalah
supresi
pengeluaran
asam
lambung.
Ada
dua
pendekatan yang biasa dilakukan pada terapi medika mentosa: a) Step up Awal pengobatan pasien diberikan obat-obat yang kurang kuat menekan sekresi asam seperti antacid, antagonis reseptor H2 (simetidin, ranitidine, famotidin, nizatidin) atau golongan
prokinetik
(metoklorpamid,domperidon,cisaprid)
bila gagal berikan obat-obat supresi asam yang lebih kuat dengan masa terapi lebih lama (PPI). b) Step down Pada terapi ini pasien langsung diberikan PPI dan setelah berhasil lanjutkan dengan supresi asam yang lebih lemah untuk pemeliharaan. 6.4 Terapi terhadap Komplikasi Komplikasi yang sering terjadi adalah perdarahan dan striktur. Bila terjadi rangsangan asam lambung yang kronik dapat terjadi perubahan mukosa esophagus dari squamous menjadi kolumnar
yang
metaplastik
sebagai
esophagus
barret’s
(premaligna) dan dapat menjadi karsinoma barret’s esophagus
a) Striktur esophagus Bila pasien mengeluh disfagia dan diameter strikturnya kurang dari 13 mm maka dapat dilakukan dilatasi busi, bila gagal juga lakukanlah operasi. b) Barret’s esophagus Bila pasien telah mengalami hal ini maka terapi yang dilakukan adalah terapi bedah (fundoskopi). Selain terapi bedah
dapat
juga
dilakukan
terapi
endoskopi
(baik
menggunakan energi radiofrekuensi, aplikasi gastric luminal atau dengan implantasi endoskopi), namun cara ini masih dalam penelitian. (Djajapranata, 2001). B. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a) Keadaan umum Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif atau GCS dan respon verbal klien. b) Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan nadi, dan kondisi patologis.
- Nadi, Suhu, dan pernapasan c) Keluhan utama
- Dikaji
Awitan,
keperahan.
durasi,
Lokasi,
kualitas
faktor
dan
pencetus,
karakteristik, manifestasi
tingkat yang
berhubungan :
- Keluhan tipikal (esofagus) : heartburn, regurgitasi, dan disfagia. - Keluhan atipikal (eskstraesofagus) : batuk kronik, suara serak, pneumonia, fibrosis paru, bronkiektasis, dan nyeri dada nonkardiak.
- Keluhan lain : penurunan berat badan, anemia, hematemesis atau melena, odinofagia.
d) Riwayat kesehatan dahulu
- Penyakit gastrointestinal lain - Obat-obatan yang mempengaruhi asam lambung - Alergi/reaksi respon imun 2. Diagnosa Keperawatan a) Nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung teritasi. b) Defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang, mual dan muntah / pengeluaran yang berlebihan. c) Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, dan masukan nutrient yang tidak adekuat. d) Ansietas berhubungan dengan proses penyakit 3. Intervensi a) Nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung teritasi. Definisi:
pengalaman
sensori
dan
emosional
yang
tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal sedemikin rupa. Kriteria Hasil:
-
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan).
-
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
-
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
-
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Intervensi
Rasional
a. Kaji nyeri pasien dengan pengkajian
a. Untuk mengetahui skala nyeri pada pasi
nyeri PQRST b. Kendalikan faktor
b. Dengan mengontrol
lingkungan yang dapat
lingkungan
mempengaruhi respon
pencahayaan, suhu
pasien terhadap
ruangan dan
ketidaknyamanan
kebisingan dapat
(misal suhu ruangan,
memberikan rasa
pencahayaan, dan
nyaman pada klien
kegaduhan)
c. Berikan teknik relaksasi
c. Hal ini dapat mengontrol dan mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik.
d. Pemberian analgetik dapat mengurangi rasa nyeri pada klien.
b) Defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang, mual dan muntah / pengeluaran yang berlebihan. Definisi: penurunan cairan intravaskuler, interstisial dan atau interseluler. Mengarah ke dehidrasi kehilangan cairan dengan pengeluaran sodium. Kriteria Hasil:
-
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia BB, BJ urine normal
-
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik dan tidak ada rasa haus yang berlebihan
-
Berat badan stabil
-
Hematokrit menurun
-
Tidak ada ascites Intervensi
Rasional
1) Monitor status hidrasi.
1) Perubahan pada kapasitas gaster dan mual sangat mempengaruhi masukan dan kebutuahan cairan, peningkatan risiko dehidrasi.
2) Kaji tanda vital, catat
2) Indikator
perubahan TD, takikardi,
dehidrasi/hipovolemia,
turgor kulit dan
keadekuatan penggantian
kelembaban membran
cairan.
mukosa. 3) Berikan cairan tambahan IV sesuai indikasi.
3) Menggantikan kehilangan cairan dan memperbaiki keseimbangan cairan dalam fase segera dan pasien mampu memenuhi cairan per oral.
4) Dorong masukan oral bila mampu
4) Memungkinkan penghentian tindakan dukungan cairan infasif dan kembali ke normal.
c) Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, dan masukan nutrient yang tidak adekuat. Definisi: keadaan dimana intake nutrisi kurang dari kebutuhan metabolisme tubuh.
Kriteria Hasil:
- Terjadi peningkatan berat badan sesuai batasan waktu - Peningkatan status nutrisi - Tidak ada tanda-tanda malnutrisi - Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan - Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti Intervensi 1.
Kaji faktor yang mungkin
Rasional 1. Banyak faktor yang
menjadi penyebab
mempengaruhi
kekurangan nutrisi
kekurangan nutrisi sehingga identifikasi faktor penyebab menjadi penting sebagai bahan intervensi
2.
Tanyakan kebiasaan makan, pantangan
2. Data untuk perencanaan makan pasien
makan, alergi dan jenis makanan yang disukai 3.
Lakukan pemeriksaan fisik seperti sklera,
3. Menentukan status nutrisi pasien
kongjungtiva, kulit, dan tonus otot 4.
5.
Timbang berat badan
4. Berat badan merupakan
setiap hari jika
salah satu indikator status
memungkinkan
nutrisi
Kaji intake makan pasien yang disediakan
5. Ketidakseimbangan nutrisi penyebab utama kurangnya asupan makanan
6.
Kaji bising usus pasien, catat kekuatan dan
6. Bising usus ditimbulkan karena adanya peristaltik
frekuensi
usus. Pencernaan makanan dalam usus akan normal jika berperistaltik normal
7.
Lakukan mobilisasi aktif
7. Latihan mobilisasi dapat
atau pasif sesuai
meningkatkan peristaltik
kemampuan pasien
usus dan mencegah terjadinya konstipasi
8.
Jaga kebersihan lingkungan pasien
8. Lingkungan bersih dan nyaman meningkatkan selera makan
9.
Tempatkan benda-benda
9. Penempatan urinal,
yang dapat mengurangi
pispot di lingkungan
selera makan pada
tempat tidur mengurangi
tempat yang sesuai
nafsu makan
seperti urinal, pispot dan lain-lain 10. Jaga kebersihan badan dan mulut pasien 11. Anjurkan pasien makan
10. Meningkatkan selera makan 11. Mengurangi rasa mual
dengan porsi kecil tetapi
dan meningkatkan
sering sesuai dengan diet
asupan nutrisi
yang diberikan 12. Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan
12. Meningkatkan selera makan
kemasan yang menarik 13. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang sesuai 14. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
13. Merencanakan jenis, jumlah kaori dan diet sesuai kebutuhan pasien 14. Mengurangi mual dan
antimetik, pemasangan
muntah dan memenuhi
NGT, dan parenteral
kebutuhan nutrisi
nutrisi 15. Bantu pasien makan jika tidak dapat makan sendiri
15. Bantuan dibutuhkan jika pasien tidak mampu melakukannya sendiri
16. Selingi makan dengan minum 17. Hindari makan dan
16. Memudahkan makan masuk ke lambung 17. Akumulasi gas dalam
minuman yang banyak
lambung menimbulkan
mengandung gas seperti
mual dan rasa tidak
kol, apel, dan minuman
nyaman
cola 18. Berikan pendidikan
18. Meningkatkan
kesehatan tentang status
kepercayaan dan
nutrisi pasien
optimism terhadap keberhasilan pasien
d) Ansietas berhubungan dengan proses penyakit Definisi: perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Kriteria Hasil:
-
Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
-
Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas
-
Tanda-tanda vital dalam batas normal
-
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan.
Intervensi a. Gunakan pendekatan
Rasional a.
yang menyenangkan
Supaya pasien merasa lebih nyaman ketika berbiacara dengan perawat
b. Kaji cara pasien untuk
b.
mengatasi kecemasan
untuk mengetahui cara mana yang paling efektif untuk menurunkan atau mengurangi tingkat kecemasan
c. Sediakan informasi
c.
supaya pasien dan
yang aktual tentang
keluarga lebih
diagnosa medis dan
paham terhadap
prognosis
penyakit-penyakit yang di alami oleh anggota keluarga.
d. Ajarkan ke pasien
d.
untuk mengurangi
tentang peggunaan
tingkat kecemasan
teknik relaksasi
pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Aru , Su do yo . 200 7. Buku Ajar Ilmu Bedah Jilid I Edisi IV . Jakarta : Pusat
Penerbitan
Departemen
Ilmu
Penyakit
Dalam
Universitas Indonesia. Asr oe l, Ha rry. 20 02 . Pen ya ki t Re flu ks Ga st roe so fag us . Universitas Sumatera
Utara
:
Fakultas
Kedoketeran
Bagian
Tenggorokan Hidung dan Telinga. Bestari,
Muhammad
Begawan.
Gastroesofageal
Reflux
Gastroentero-Hepatologi,
2011.
Penatalaksanaan
Disease
Departemen
Ilmu
(GERD). Penyakit
Divisi Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran / RS Dr. Hasan Sadikin Bandung CDK 188 / vol. 38 no. 7 / November 2011. Djajapranata, Indrawan. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta : FKUI. Hadi, Sujono. 2002. Gastroenterologi Edisi VII . Bandung: Penerbit PT Al um ni . Susanto, Agus dkk. 2002. Gambaran Klinis dan Endoskopi Penyakit Refluks Gastroesofagus. Jakarta : FKUI. Yusuf, Ismail. 2009. Diagnosis Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) Secara Klinis. PPDS Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM Vol. 22, No.3, Edition September - November 2009.
No. 2.
Perencanaan
Diagnosa Defisit
volume
berhubungan
Intervensi
cairan Setelah dilakukan dengan tindakan
pemasukan kurang,
Kriteria Hasil
Monitor
status
hidrasi.
Perubahan
pada
kapasitas gaster dan
yang keperawatan mual
Rasional
mual
dan selama .....x 24
sangat
mempengaruhi
muntah / pengeluaran jam,
defisit
masukan
yang berlebihan.
cairan
kebutuahan
cairan,
pada klien dapat
peningkatan
risiko
volume
Definisi: penurunan cairan diatasi intravaskuler, dan
atau
Mengarah
dengan
interstisial kriteria hasil:
catat perubahan TD,
dehidrasi Mempertahankan
kehilangan cairan dengan urine pengeluaran sodium.
dehidrasi. Kaji tanda vital,
interseluler. ke
dan
takikardi, turgor kulit dehidrasi/hipovolemia,
output dan
sesuai
Indikator
kelembaban keadekuatan
dengan membran mukosa.
penggantian cairan.
usia BB, BJ urine normal skala 4
Berikan
cairan
tambahan IV sesuai indikasi.
Menggantikan kehilangan cairan dan memperbaiki
Tidak ada tanda-
keseimbangan
tanda
dalam fase segera dan
dehidrasi,
elastisitas
turgor
kulit
baik
dan
tidak
ada
rasa
pasien
mampu
memenuhi cairan per Dorong masukan oral.
haus
yang oral bila mampu
berlebihan
skala
4
cairan
Memungkinkan penghentian
tindakan
dukungan cairan infasif dan kembali ke normal. Berat
badan
stabil skala 4
Hematokrit menurun skala 4
Tidak ada ascites skala 4
3.
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang
kebutuhan berhubungan intake
Setelah dilakukan dari tindakan
Diskusikan pasien
tubuh keperawatan
pada
Dengan
memilih
makanan makanan yang disukai
yang disukainya dan pasien
maka
selera
dengan selama .....x 24 makanan yang tidak makan si pasien akan
kurang
akibat jam, nutrisi pada disukainya.
mual dan muntah.
bertambah dan dapat
klien dapat diatasi
mengurangi rasa mual
dengan
dan muntah.
kriteria
Definisi: intake nutrisi hasil: tidak
cukup
untuk
Buat
Setelah
tindakan
keperluan metabolisme Status hasil:
masukan tiap jam. pembagian,
kapasitas
tubuh
Anjurkan mengukur gaster menurun kurang
Peningkatan berat sesuai
jadwal
badan cairan/makanan dan dari 50 ml, sehingga dengan minum sedikit demi perlu
tujuan skala 4
makan
sedikit atau makan sedikit/sering. secara perlahan.
Tidak ada tandatanda
malnutrisi
skala 4
Beritahu untuk
pasien
duduk
saat
makan/minum. Tidak
ada
Menurunkan
penurunan berat badan
Tekankan
kemungkinan aspirasi.
yang pentingnya
berarti skala 4
menyadari kenyang dan
Mengidentifikasi
Makan
menghentikan dapat
masukan.
berlebihan
mengakibatkan
mual dan muntah
skala nutrisi skala 4
Timbang
berat
badan tiap hari. Buat Stamina
dan jadwal
teratur
energi ada skala setelah pulang.
Pengawasan
4
kehilangan
dan
alat
Kolaborasi dengan pengkajian kebutuhan ahli gizi
nutrisi
Perlu bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi
kebutuhan
nutrisi 4
Nyeri akut berhubungan dengan
Setelah dilakukan
inflamasi tindakan
lapisan esofagus
Kurangi
faktor
presipitasi nyeri
Dengan berkurangnya
faktor
keperawatan
pencetus nyeri maka
selama ......x 24
pasien
jam, pasien tidak
merasakan
mengalami nyeri, dengan
tidak
terlalu
intensitas
Tingkatkan nyeri.
kriteria istirahat
hasil:
Menurunkan tegangan
abdomen
dan meningkatkan rasa Mampu
kontrol.
mengontrol nyeri (tahu
Berikan informasi
penyebab tentang nyeri seperti
Pemberian informasi
nyeri,
mampu penyebab
nyeri, yang berulang dapat
menggunakan
berapa lama nyeri mengurangi
rasa
tehnik
akan berkurang, dan kecemasan
pasien
nonfarmakologi
antisipasi
terhadap rasa nyerinya.
untuk mengurangi ketidaknyamanan nyeri,
mencari prosedur.
bantuan) Ajarkan Melaporkan bahwa
tentang
teknik
Meningkatkan
nyeri nonfarmakologi
relaksasi,
berkurang
seperti
teknik memfokuskan kembali
dengan
relaksasi
nafas perhatian
menggunakan
dalam, distraksi dan meningkatkan
manajemen nyeri
kompres
dan
kemampuan koping.
hangat/dingin. Mampu mengenali
nyeri
Berikan analgesik
(skala, intensitas, untuk frekuensi
mengurangi
dan nyeri
tanda
Perlu
penanganan
obat
untuk
memudahkan istirahat adekuat
Tanda vital dalam
dan
penyembuhan
rentang normal 5
Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan
Posisikan pasien
Peninggian
tidak
tindakan
untuk
tempat
efektif berhubungan
keperawatan
memaksimalkan
mempermudah
dengan refluks cairan selama ......x 24 ventilasi
pernapasan
ke
menggunakan
laring
tenggorokan
dan jam klien dapat menunjukkan
kepala tidur fungsi dengan
gravitasi.
kriteria hasil: Lakukan fisioterapi
Fisioterapi
dada
Status hasil:
dada jika perlu
dapat
jalan nafas yang
sisa sekret yang masih
paten
(tidak
tertinggal.
tercekik,
irama
nafas
dan
nafas rentang
Atur intake untuk
pola cairan
Keseimbangan akan
dalam mengoptimalkan normal) keseimbangan.
Gangguan
stabil
apabila
dan
pengeluaran diatur
Menelan Setelah dilakukan
Bantu
pasien
Menetralkan
berhubungan dengan
tindakan
dengan
penyempitan/striktur
keperawatan
kepala
e
selama .....x 24
aspirasi
akibat
jam
meningkatkan
gastroesophegal
gangguan
reflux disease
menelan
pada
esophagus
antara
pemasukan
skala 4
6.
mengeluarkan
mengontrol hiperekstensi membantu
maka
,
mencegah dan
kemampuan pada
untuk
menelan.
klien dapat diatasi dengan
kriteria
hasil:
Letakkan pasien pada
Menggunakan
posisi gravitasi
untuk
duduk/tegak selama memudahkan Status hasil: Klien
dan setelah makan.
proses
menelan.
dapat
menelan
Berikan
makan
makanan dengan perlahan
pada
sempurna skala 4
yang
lingkungan tenang
Pasien
dapat
berkonsentrasi mekanisme
pada makan
tanpa adnya gangguan distraksi dari luar 7.
Ansietas
berhubungan Setelah dilakukan
Dorong
pasien
Memberikan
dengan proses penyakit tindakan keperawatan
untuk
kesempatan
mengungkapkan
memeriksa rasa takut
selama .....x 24 pikiran jam,
dan realistis
ansietas perasaan.
konsep
tentang diagnosis.
dengan
kriteria hasil:
Berikan informasi yang
Menyingkirkan
skala 4
dipercaya
baik
dan
dan menurunkan untuk ansietas
orang terdekat.
rasa
dan
rasa
takut.
Tingkatkan rasa
koping tenang
skala 4
interpersonal
dan lebih
dukungan
Merencanakan
Memungkinkan untuk
dapat interaksi
tanda kecemasan konsisten
strategi
serta
kesalahan
pada klien dapat diatasi
untuk
dan
lingkungan tenang.
Memudahkan istirahat,
menghemat
energi
dan
meningkatkan Intensitas
Pertahankan kemampuan koping.
kecemasan
kontak
sering
skala4
dengan
pasien,
bicara
dengan keyakinan
bahwa
bila pasien
sendiri
menyentuh
Memberikan
tidak
Mencari informasi tepat.
atau
untuk
mengembangkan
menurunkan
kepercayaan.
cemas skala 4
ditolak,