FORMULASI DAN EVALUASI TABLET ANTALGIN 500 MG
Disusun Oleh: 1) Istanti
(16811085)
2) Martina Cahya Pratiwi
(16811108)
3) Nanda Selatyasari
(16811120)
4) Dina Nur Upizah
(16811123)
5) Arman Fasyihin
(16811141)
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LEMBAGA FARMASI TNI ANGKATAN LAUT DRS. MOCH. KAMAL JAKARTA MEI 2017
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang paling populer di masyarakat dengan segala kelebihannya dibandingkan dengan bentuk sediaan lain seperti, kenyamanan pasien dalam menggunakan obat, praktis, mudah dibuat, efisien dalam pengobatan, dan mudah dalam proses distribusi. Namun satu kelemahan penting untuk bentuk sediaan ini adalah masalah untuk beberapa pasien yang kesulitan dalam menelan. Air sangat berperan penting dalam proses menelan sediaan oral. Oleh karena itu, tablet yang cepat larut atau hancur menjadi perhatian yang sangat menarik untuk meningkatkan efisiensi pengobatan.
1.2.
Rumusan Masalah
1.
Mengetahui proses pelaksanaan produksi tablet antalgin
2.
Mengetahui hasil uji evaluasi tablet antalgin dengan metode granulasi basah
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannnya kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Lembaga Farmasi Angkatan Laut (Lafial) Drs. Mochamad Kamal adalah untuk: 1.
Mengetahui dan memahami pelaksanaan produksi tablet antalgin di industri farmasi
2.
Mengetahui dan memahami hasil uji evaluasi tablet antalgin dengan metode granulasi basah
1.4.Manfaat Penelitian
Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker di Lembaga Farmasi Angkatan Laut Drs. Mochamad Kamal yaitu mahasiswa mampu memahami pelaksanaan produksi tablet antalgin di industri farmasi dan memahami hasil uji evaluasi tablet antalgin dengan metode granulasi basah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Tablet 2.1.1. Definisi
Tablet merupakan sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi
(Anonim,
1995).
Tablet
dapat
dibedakan
berdasarkan
cara
pembuatannya yaitu tablet kempa dan tablet cetak. Tablet kempa adalah tablet yang dibuat dengan memberikan tekanan yang tinggi terhadap serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet cetak adalah tablet yang dibuat dengan menekan massa serbuk yang lembap dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan (Hadisoewignyo, 2012).
2.1.2. Kelebihan dan kekurangan sediaan tablet
Keuntungan dari sediaan tablet yaitu (Hadisoewignyo, 201 2): a. Dapat diproduksi secara besar dengan harga produksi yang relatif murah. b. Memiliki ketepatan dosis dalam setiap tablet yang dicetak. c. Lebih stabil dalam penyimpanan dan tidak mudah ditumbuhi mikroba karena kadar airnya sangat rendah. d. Mudah dalam pengemasan dan distribusi hingga ke konsumen. e. Mudah digunakan oleh pasien tanpa membutuhkan tenaga medis. Kekurangan dari sediaan tablet yaitu (jones, 2008): a. Membutuhkan manufaktur yang baik dalam meningkatkan kualitas tablet. b. Tingkat absorpsi zat aktif dari tablet dipengaruhi oleh banyak faktor seperti laju pengosongan lambung dan variasi antar pasien. c. Sulit digunakan bagi pasien pediatri dan geriatri dalam menelan sediaan tablet. d. Diperlukan formulasi yang baik sehingga tablet yang diproduksi baik untuk pasien. Bahan tambahan yang umum digunakan dalam formulasi sediaan tablet yaitu bahan pengisi ( filler ), bahan pengikat (binder ), bahan penghancur
(disintegrant ), bahan pelicin (lubricant ), pelincir ( glidant ), pewarna (colouring ), dan perasa ( flavouring ) (Hadisoewignyo, 2012).
2.1.3. Metode Pembuatan tablet
Tablet dibuat dengan tiga metode umum yaitu granulasi basah, granulasi kering, dan kempa langsung (Anonim, 2009 dan Niazi, 2009) : a. Kempa langsung Pembuatan tablet dengan kempa langsung merupakan metode pencetakan bahan obat tanpa tahap pengolahan awal atau granulasi terlebih dahulu (Anonim, 2014 dan Voight, 1995). Tablet dibuat dengan mencampurkan bahan obat dengan bahan tambahan, kemudian dikempa secara langsung pada mesin tablet (Rubinsten, 1988). Kempa langsung menghindari banyak masalah yang timbul pada granulasi basah dan granulasi kering (Anonim, 2014). Keuntungan utama dari kempa langsung adalah bahan obat yang peka terhadap lembab dan panas, yang stabilitasnya terganggu akibat proses granulasi dapat dibuat menjadi tablet. Sedangkan kerugiannya adalah hanya sedikit obat yang dapat dikempa secara langsung tanpa pengolahan awal dan tanpa bahan pembantu (Voight, 1995). b. Granulasi kering Granulasi kering dilakukan dengan cara menekan massa serbuk pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet besar yang tidak berbentuk bak, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan. Keuntungan granulasi kering adalah tidak diperlukan panas dan kelembaban pada proses granulasi (anonim, 2014). Dengan metode ini, bahan aktif maupun pengisi harus memiliki sifat kohesif supaya massa yang jumlahnya besar dapat dibentuk. Metode ini digunakan untuk bahan-bahan yang tidak dapat dibuat dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan (Ansel, 2014). c. Granulasi Basah Metode granulasi basah merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam memproduksi tablet. Metode granulasi basah adalah suatu proses granulasi
dengan cara menambahkan cairan ke dalam massa serbuk agar dapat menghasilkan granul. Granulasi basah dapat digunakan untuk zat aktif yang tahan terhadap pemanasan (Lachment, 1994). Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode granulasi basah yaitu penimbangan dan pencampuran bahan-bahan, pembuatan granulasi basah, pengayakan adonan lembab menjadi granul, pengeringan, pengayakan kering, pencampuran bahan pelincir, dan pembuatan tablet menjadi kompresi (Ansel, 2014).
2.3 Monografi Bahan (Anonim, 2009a) 2.3.1
Antalgin (Methamphyron)
Rumus Molekul
C13H16N3NaO4S,H2O = 351.4.
Rumus Struktur
Fungsi
Bahan aktif
Kajian
Analgetik
Farmakologis Dosis
500 mg
Pemerian Bahan
Serbuk hablur, putih atau putih kekuningan.
Data Kelarutan
Mudah larut dalam 1,5 bagian air, dalam 30 bagian methanol, praktis tidak larut dalam aseton, eter, benzene, dan kloroform
pH
-
pKa
-
Stabilitas terhadap
-
pH Stabilitas terhadap suhu
-
2.3.2
Titik lebur/leleh
172 °C
Penyimpanan
Disimpan dalam wadah tertutup baik
Magnesium Stearat
Rumus Molekul
C36H70MgO4
Rumus Struktur Sinonim
Magnesium octadecanoate; octadecanoic acid, magnesium salt; stearic acid, magnesium salt
Fungsi
Lubrikan
Pemerian Bahan
Sangat halus, cahaya putih, dipercepat atau digiling, bubuk teraba kepadatan bulk rendah, memiliki bau samar asam stearat dan rasa yang khas. Serbuk berminyak menyentuh dan mudah melekat pada kulit.
Data Kelarutan
Praktis larut dalam etanol, etanol (95%), eter dan air; sedikit larut dalam benzena hangat hangat dan etanol (95%)
Kerapatan/BJ
0,159 g/cm3
Titik lebur/leleh
117 – 150 °C
Inkompatibilitas
Tidak kompatibel dengan asam kuat, alkali, dan garam besi. Hindari pencampuran dengan bahan oksidator kuat. Magnesium stearate tidak dapat digunakan dalam produk-produk yang mengandung aspirin, beberapa vitamin, dan garam paling alkaloid.
Penyimpanan
Disimpan pada wadah tertutup rapat di tempat kering dan sejuk
2.3.3
Primojel
Rumus Molekul
C2H4O3·xNa·x
Fungsi Pemerian Bahan
Penghancur luar Serbuk berwarna putih atau hampir putih yang mengalir bebas dan sangat higroskopis.
Data Kelarutan
Praktis tidak larut dalam metilen klorida
Kerapatan/BJ
Higroskopis
Titik lebur/leleh
0,81 g/cm
Stabilitas terhadap air
Higroskopis
Penyimpanan
Disimpan pada wadah tertutup rapat di tempat
3
kering dan sejuk
2.3.4
Laktosa Anhidrat Rumus Molekul
C12H22O11
Rumus Struktur
Sinonim
Fungsi
Anhydrous 60M; Anhydrous Direct Tableting (DT); Anhydrous DT High Velocity; Anhydrous Impalpable; Lactopress Anhydrous; Lactopress Anhydrous 250; lactosum anhydricum; lattosio; milk sugar; SuperTab 21AN; SuperTab 22AN; saccharum lactis. Pengisi
Pemerian Bahan
Serbuk putih atau hampir putih, berbentuk kristal atau bubuk
Data Kelarutan
Mudah larut dalam air; praktis tidak larut dalam etanol
Kerapatan/BJ
0,88 g/cm3
2.3.5
Titik lebur/leleh
232°C
Inkompatibilitas
Tidak kompatibel dengan oksidasi kuat (antagonis leukotrien hidrofobik)
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup, di tempat yang sejuk dan kering
Amilum Rumus Molekul
(C6H10O5)n
Rumus Struktur Sinonim
Fungsi
Compressible starch; Instastarch; Lycatab C; Lycatab PGS; Merigel; National 78-1551; Pharma-Gel; Prejel; Sepistab ST 200; Spress B820; Starch 1500 G; Tablitz; Unipure LD; Unipure WG220. Pengikat dan disintegran
Pemerian Bahan
agak kasar sampai halus, putih bubuk berwarna off-white, tidak berbau dan memiliki rasa khas sedikit.
Data Kelarutan
Praktis tidak larut dalam pelarut organik. Sedikit larut untuk larut dalam air dingin, tergantung pada derajat pregelatinization. Pasta dapat dibuat dengan pengayakan tepung pregelatinized ke diaduk, air dingin. Hal Dingin-watersoluble untuk pati sebagian pregelatinized adalah 10-20%.
pH
4,5 – 7,0
Stabilitas terhadap air
Higroskopis
Kerapatan/BJ
0,586 g/cm3
Titik lebur/ leleh
256 – 258 °C
Inkompatibilitas
-
Penyimpanan
Disimpan pada wadah tertutup rapat di tempat
kering dan sejuk
2.3.6
PVP Rumus Molekul
(C6H9 NO)n
Rumus Struktur
Sinonim
Fungsi Pemerian Bahan
Serbuk halus berwarna putih hingga putihkrem, tidak berbau atau hampir tidak berbau
Data Kelarutan
Larut dalam asam, kloroform, etanol 95%, keton, methanol, dan air. Praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon, dan minyak mineral.
pH
3,0 – 7,0
Stabilitas terhadap air
Higroskopis
Kerapatan/BJ
0,29 – 0,39 g/cm3
Titik lebur/ leleh
150 °C
Inkompatibilitas
Efikasi dari beberapa pengawet, misal thimerosal, dapat terpengaruh oleh kompleks yang terbentuk dengan PVP. Disimpan pada wadah kedap udara di tempat kering dan sejuk
Penyimpanan
2.3.7
E1201; Kollidon; Plasdone; poly[1-(2-oxo-1 pyrrolidinyl)ethylene]; polyvidone; polyvinylpyrrolidone; povidonum; Povipharm; PVP; 1- vinyl-2-pyrrolidinone polymer Pengikat dan disintegran
Talkum
Rumus Molekul
Mg6(Si2O5)4(OH)4
Fungsi
Pelincir Serbuk yang sangat halus, berwarna putih hingga putih keabuan, tidak berbau, manis, dan berbentuk kristal. Praktis tidak larut dalam asam dilutan dan alkali, pelarut organic, serta air. 7,0 – 10,0 Disimpan pada wadah tertutup rapat di tempat kering dan sejuk
Pemerian Bahan Data Kelarutan pH Penyimpanan
2.3.8
Nipagin
Rumus Molekul
C8H8O3
Rumus Struktur
Fungsi Pemerian Bahan Data Kelarutan pH Titik Lebur Penyimpanan
Pengawet Serbuk Kristal putih sampai tak berwarna, tidak berasa Larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam minyak dan air 3-6 125-128 oC Disimpan pada wadah tertutup rapat di tempat kering dan sejuk
Tartrazine
Rumus Molekul
C16H9 N4 Na3O9S2
Rumus Struktur
-
Fungsi Pemerian Bahan Data Kelarutan
Zat pewarna Serbuk kuning kemerahan Larut dalam 5 bagian air
pH Titik Lebur Penyimpanan
>300 oC Disimpan pada wadah tertutup rapat di tempat kering dan sejuk
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 ALAT DAN BAHAN 3.1.1. Alat
1.
Beaker glass
2.
Corong Kaca
3. Disintegrant tester 4. Flowability tester 5. Friability tester 6.
Gelas ukur
7. Hardness tester 8.
Labu ukur
9. Neraca analitik 10. Pipet tetes 11. Pipet ukur 12. Pipet volume 13. Pro pipet 14. Stopwatch 15. Seperangkat alat Spektrofotometer UV-Vis 16. Tapper
3.1.2. Bahan
1.
Antalgin standar
2.
Aquadest
3.
Serbuk antalgin hasil mixing
4.
HCl 0,1 N
5.
Tablet antalgin
3.2 Formula Tablet Antalgin
No
Bahan
Fungsi
Persentase (%)
Jumlah
Jumlah per
per tablet
batch (50.000
(mg)
tablet) (kg)
1.
Antalgin
Zat aktif
-
500,000
25,000
2.
Amilum
Disintegran dalam
10
62,500
3,125
3.
Primojel
Disintegran luar
2,5
15,620
0,781
4.
Mg Stearat
Lubrikan
1
6,260
0,313
5.
Talkum
Glidan
1
6,260
0,313
6.
PVP
Pengikat
3
18,760
0,938
7.
Nipagin
Pengawet
0,1
0,625
0,03125
8.
Tartrazin
Zat warna
0,08
0,500
0,025
9.
Laktosa
Pengisi
2,32
14,500
0,725
625
31,250
Total Bobot
3.3 Prosedur Formulasi Tablet a. Pembuatan Larutan Pengikat
Masukkan 0,938 g PVP, 25 g tartrazin dan air sebanyak 3,2 liter ke dalam container. Aduk dengan menggunakan alat pengaduk selama 30 menit. Larutkan 31,25 g nipagin dalam alkohol 96% sebanyak 0,1 L ke dalam kontainer yang berbeda. Campurkan semua larutan tersebut dengan mesin pengaduk.
b. Pembuatan masa
Masukkan 25 kg Antalgin, 3,125 kg amilum, dan 0,725 kg ke dalam mesin pengaduk bubuk dan aduk selama 30 menit. Masukkan larutan pengikat PVP ke dalam bahan tersebut dan aduk selama 30 menit.
c. Granulasi Basah dan Pengeringan
Masukkan masa ke dalam mesin granulator basah dengan menggunakan mesh ukuran no. 12. Tampung dan keringkan menggunakan oven selama 20 jam.
d. Granulasi Kering
Masukkan granul kering ke dalam mesin granulator kering dengan menggunakan mesh ukuran no. 49. Tampung granul di dalam drum plastik dan catat bobotnya.
e. Lubrikasi
Masukkan masa granul kering, 0,313 kg magnesium stearat, 0,313 kg talkum, dan 0,781 kg primojel ke dalam mesin pengaduk bubuk dan aduk selama 45 menit. Tampung masa di dalam drum plastik dan catat bobotnya.
3.4 Prosedur Uji Evaluasi Granul dan Tablet a. Uji Kadar Air
Timbang 1 gram granul antalgin hasil mixing. Masukkan kedalam alat moisture balance. Dokumentasikan kadar air yang tertera pada alat tersebut. Kadar air yang baik untuk obat yang dibuat dengan metode granulasi basah yaitu 1-5%.
b. Uji Sifat Alir i. Kecepatan alir
Timbang sebanyak 100 gram granul antalgin hasil mixing. Masukkan kedalam corong alat Floability tester . Lepaskan penutup bagian bawah corong. Hitung waktu yang dibutuhkan untuk serbuk turun kebagian bawah. Lakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Hitung waktu alir serbuk dengan persamaan: Kecepatan alir
massa (gram)
waktu (detik)
Kecepatan alir yang baik 100 gram/10 detik atau 10 gram/detik.
ii. Sudut Diam
Timbang sebanyak 100 gram granul antalgin hasil mixing. Masukkan kedalam corong alat Floability tester . Lepaskan penutup bagian bawah corong dan biarkan serbuk turun dengan sempurna dengan membentuk seperti kerucut. Dokumentasikan tinggi
(h) dan jari-jari (r) kerucut yang terbentuk. Lakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Hitung waktu alir serbuk dengan persamaan: Tan
h
r
Parameter Angle of repose ( 0 ) Angle of repose ( 0 )
Karakteristik
25-30
sangat baik
31-35
Baik
36-40
Cukup
41-45
Agak baik
46-55
Buruk
56-65
Sangat buruk
> 66
Sangat, sangat buruk
iii. Kompresibilitas
Masukkan granul antalgin hasil mixing ke dalam gelas ukur. Letakkan pada alat tapping dan atur tapping sebanyak 500 kali. Hitung volume setelah tapping dan timbang granul hasil mixing setelah ditapping. Compressib ility index
100
(Vo
vf )
Vo
Parameter Compressibility index (%) Compressibility
Karakteristik
index (%) ≤ 10
Sangat baik
11 – 15
Baik
16 - 20
Cukup
21 – 25
Agak baik
26 - 31
Buruk
32 – 37
Sangat buruk
> 38
Sangat, sangat buruk
c. Uji Sifat Fisik Tablet i. Uji Kekerasan Ambil 20 tablet antalgin secara acak. Bersihkan serpihan tablet dengan vacum cleaner
kemudian timbang tablet sebagai bobot awal. Masukkan tablet kedalam alat Floability tester
dengan kecepatan 100 rpm. Bersihkan kembali serpihan tablet
dengan vacuum cleaner kemudian timbang tablet sebagai bobot akhir. Lakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Persentase kerapuhan yang baik yaitu tidak lebih dari 1 %. Hitung persentase kerapuhan tablet dengan persamaan : % Kerapuhan ii.
bobot awal - bobot akhir x100% bobot awal
Uji Kerapuhan Ambil sebanyak 10 tablet antalgin secara acak. Ukur kekerasan tiap tablet dengan
menggunakan alat Hardness tester. Dokumentasikan nilai kekerasan tiap tablet. Hitung rata-rata kekerasan tablet tersebut. Parameter kekerasan untuk tablet besar ialah 7-10 kg/cm2 dan tablet kecil 4-6 kg/cm2.
iii.
Waktu Hancur Ambil sebanyak 6 tablet antalgin dan masukkan masing-masing kedalam keranjang di
dalam tabung. Tambahkan air dengan suhu 37±2oC. Dokumentasikan lama waktu hancur dari masing-masing tablet. Untuk sediaan tablet memiliki waktu hancur 15 menit. iv.
Keseragaman Bobot Ambil 20 tablet antalgin secara acak. Timbang masing-masing tablet dan catat bobotnya.
BAB IV PEMBAHASAN
Lembaga Farmasi Industri TNI Angkatan Laut (Lafial) Drs. Moch. Kamal merupakan unit pelaksana dari Diskesal (Dinas Kesehatan Angkatan Laut). Diskesal akan memberikan Surat Perintah Produksi kepada Lafial untuk melakukan proses produksi. Produksi sediaan farmasi dilakukan setelah mendapat Surat Perintah Produksi (SPP) dari Diskesal. SPP terdiri dari nama obat, kekuatan sediaan, dan bentuk sediaan yang diproduksi, jumlah batch, bahan – bahan yang digunakan dalam produksi dari proses preparasi hingga proses pengemasan. Setelah proses produksi selesai dan obat dapat dirilis maka akan segera didistribusikan ke seluruh TNI AL di seluruh Indonesia. Obat yang diproduksi di Lafial tidak bertujuan untuk profit yang dapat dijual bebas di pasaran, melainkan untuk memenuhi dan mendukung kesehatan para anggota TNI AL beserta keluarganya. Tugas khusus yang didapatkan pada mahasiswa pkpa adalah formulasi dan evaluasi tablet antalgin dengan menggunakan metode granulasi basah. Alasan pemilihan metode granulasi basah karena karakterisitik zat aktif dari antalgin yaitu tahan terhadap panas dan kelembaban. Selain itu, antalgin memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang kurang baik sehingga dengan pemilihan metode granulasi basah dapat memperbaiki sifat alir dan kompresibilitasnya. Produksi antalgin sebanyak 1 batch yang terdiri dari 50.000 tablet dengan bobot total 31,25 kg dan bobot per tablet yaitu 625 mg. Pembuatan tablet antalgin dengan menggunakan granulasi basah diawali dengan pembuatan larutan pengikat yang terdiri dari PVP, tartrazine, dan air yang dicampur dan diaduk selama 30 menit. Kemudian, penambahan nipagin dan alkohol 96% sebagai pelarut. Kedua larutan tersebut yaitu larutan PVP dan nipagin dicampur dan diaduk. Selanjutnya, pembuatan masa dengan cara mencampurkan fase dalam yaitu antalgin, laktosa, dan amilum yang kemudian dicampurkan dengan larutan pengikat. Setelah semua tercampur maka dilakukan pembuatan granulasi dengan menggunnakan mesh nomor 12 dan dilakukan proses pengeringan menggunakan oven selama 20 jam. Setelah kering maka akaan dilakukan IPC (in process control) yaitu cek kadar air oleh bagian wastu (QC) dengan kriteria 3 – 5%. Setelah bagian wastu memberitahukan hasil yang baik maka proses produksi dapat dilanjutkan. Granul yang sudah kering tersebut lalu diayak kembali menggunakan mesh nomor 49 yang selanjutnya akan
dilakukan proses lubrikasi. Proses lubrikasi menggunakan fase luar yang terdiri dari primojel, magnesium stearat, dan talkum. Selanjutnya adalah proses pencetakan tablet. Setelah tablet antalgin dicetak maka akan dilakukan IPC oleh bagian wastu (QC) berupa uji keseragaman bobot, uji kekerasan, uji waktu hancur, uji kerapuhan, uji kadar air, uji sifat alir, dan uji kompresibilitas. Uji keseragaman bobot dilakukan dengan menimbang satu per satu tablet sebanyak 20 tablet, kemudian dihitung rata-ratanya. Uji kekerasan menggunakan 10 tablet yang akan diletakkan pada alat hardness tester , kemudian dilihat nilai kekerasan yang tertera di alat tersebut. Uji waktu hancur menggunakan alat disintegrant tester dengan meletakkan 6 tablet ke dalam masing – masing lubang pada alat dan terdapat cairan bersuhu 37 – 38ºC kemudian tablet tersebut dilihat hingga tabletnya tidak utuh dan tekan tombol time untuk melihat berapa lama tablet tersebut sudah hancur. Uji kerapuhan menggunakan 20 tablet yang sebelumnya ditimbang terlebih dahulu bobot 20 tablet tersebut dan akan dimasukkan ke alat friability tester dengan menggunakan kecepatan putaran sebanyak 100 rpm. Setelah itu ditimbang kembali bobot 20 tablet setelah dikeluarkan dari friability tester dan dihitung selesai bobot awal dan bobot akhirnya. Uji kadar air diakukan dengan menimbang 5 gram granul yang akan dimasukkan ke dalam alat moisture balance dengan kecepatan putaran sebesar 100 rpm dan dilihat berapa persentase kadar air yang terdapat di alat moisture balance. Uji sifat alir terdiri dari uji kecepatan alir dan sudut diam. Uji sifat alir dengan menimbang 100 g granul yang dilewatkan melalui corong dan dihitung menggunakan stopwatch berapa lama granul tersebut dapat melalui corong tersebut. Uji sudut diam dengan mengukur tinggi granul hasil dari pengukuran sifat alir yang membentuk kerucut dan jari-jarinya. Uji kompresibilitas dengan memasukkan granul ke dalam gelas ukur dan dilihat volume awal dan volume akhir setelah dimasukkan ke alat tapping. Setelah uji fisik dilakukan maka dilanjutkan dengan uji kimia dengan menentukan penetapan kadar tablet antalgin dengan spektrofotometer UV-Vis. Berdasarkan Farmakope Indonesia, penetapan kadar antalgin menggunakan metode iodometri, namun dikarenakan keterbatasan alat dan bahan sehingga metodenya diganti menggunakan spektrofotometri UV-Vis yang telah dilakukan validasi metode analisa terlebih dahulu. Pembuatan kurva baku antalgin menggunakan lima seri kadar yaitu 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm, dan 30 ppm dengan pelarut HCl 0,1 N dan dibaca pada spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang maksimal sebesar 258 nm. Uji yang selanjutnya adalah penetapan kadar tablet antalgin
menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan melakukan penetapan linieritas, akurasi, presisi serta LOD dan LOQ. Linieritas merupakan suatu metode yang bertujuan untuk melihat hubungan antara respon (y) dengan konsentrasi (x) secara linier. Linieritas suatu metode yang baik dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (r) ≥ 0,9999 (mendekati 1). Nilai koefisien korelasi (r) diperoleh dari persamaan regresi linier antara konsentrasi (x) dengan respon yang dihasilkan (y). Hasil regresi linier kurva baku dari standar antalgin yaitu nilai slope (b) = 0,02556, nilai intercept (a) = 0,0044, dan nilai koefisien korelasi (r) = 0,99975, sehingga persamaan kurva baku yang dihailkan yaitu y = 0,02556x + 0,0044. Nilai a ialah tetapan regresi, nilai b ialah koefisien regresi atau juga menyatakan kemiringan. Dari hasil yang diperoleh nilai koefisien korelasi (r) dari antalgin adalah 0,99975 menunjukkan linieritas yang baik karena nilai koefisien korelasi (r) yang baik ialah ≥ 0,9999, yang menunjukkan bahwa semakin meningkat konsentrasi antalgin, maka semakin meningkat pula deteksi dari spektrofotometer yang ditunjukkan dengan nilai absorbansi. Tabel 4.1. Hasil uji linieritas kurva baku antalgin dalam pelarut HCl 0,1 N Kadar (ppm) Absorbansi 10 0,259 15 0,390 20 0,518 25 0,636 30 0,775
Akurasi merupakan kesesuaian antara hasil uji yang diperoleh dengan nilai yang sebenarnya. Tujuan dilakukannya akurasi adalah untuk mengetahui ketepatan metode analisis atau kedekatan antara nilai terukur dengan nilai sebenarnya. Akurasi dari suatu metode dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (persen recovery) jumlah analit yang ditambahkan ke dalam sampel. Nilai persen recovery yang baik adalah 95-105 %. Hasil penetapan kadar tablet antalgin yang dinyatakan sebagai persen recovery adalah 96,24 %. Dari hasil persen recovery yang diperoleh menunjukkan akurasi yang baik, karena nilainya berada dalam rentang 95-105 %. Presisi merupakan suatu prosedur analisis yang menyatakan kedekatan antar pengukuran sampel yang diambil berulang pada sampel homogen yang sama. Hasil presisi dinyatakan sebagai simpangan baku relatif (RSD) atau koefisien variansi (CV). Presisi yang baik dinyatakan dengan nilai CV < 2 %. Tabel 4.2. Hasil pengukuran presisi tablet antalgin Kadar Antalgin (ppm) Absorbansi
25 25 25 25 25 25 Rata-rata SD CV (%)
0,622 0,618 0,622 0,616 0,619 0,618 0,6194 0,003 0,421
Hasil presisi yang diperoleh dinyatakan dengan nilai CV yaitu 0,421 %, yang menunjukkan bahwa presisi yang dihasilkan sudah baik karena memiliki nilai CV < 2 %. Batas deteksi atau limit of detection (LOD) merupakan konsentrasi terkecil suatu analit dalam sampel yang masih memberikan respon yang dapat dapat diukur. LOD dapat dihitung berdasarkan pada standar deviasi (SD) respon dan kemiringan (slope, S) kurva baku pada level yang mendekati LOD sesuai dengan rumus LOD = 3,3 (SD/S). Batas kuantifikasi atau limit of quantification (LOQ) merupakan kuantifikasi terkecil analit dalam sampel yang masih memberikan respon. Metode perhitungan LOQ didasarkan pada standar deviasi respon (SD) dan slope (S) kurva baku sesuai dengan rumus LOQ = 10 (SD/S). Berdasarkan perhitungan dari persamaan regresi linier kurva baku standar antalgin, nilai LOD (batas deteksi) yaitu 0,670 ppm, dan nilai LOQ (batas kuantifikasi) yaitu 2,030 ppm. Hasil yang diperoleh sudah baik karena sudah berada di bawah rentang kurva baku. Setelah semua uji fisik dan uji kimia dilakukan oleh bagian wastu dan hasilnya memenuhi kriteria maka dapat dilakukan proses pengemasan primer dengan melakukan IPC yaitu cek kebocoran pada strip menggunakan cairan metilen blue dan akan divacuum kemudian dilihat apakah ada kebocoran atau tidak. Selanjutnya melakukan pengemasan sekunder. Obat yang sudah jadi akan dilihat oleh bagian wastu dan akan dikirim ke gudang matkes.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Proses produksi tablet antalgin berdasarkan dari Surat Perintah Produksi yang dikeluarkan oleh Diskesal (Dinas Kesehatan TNI Angkatan Laut) 2. Tablet Antalgin memiliki sifat fisik dan kimia yang baik k ecuali pada sifat alir yang belum memenuhi persyaratan pada Farmakope Indonesia. B. Saran
Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi produksi, ada beberapa sarana yang penting untuk diperhatikan agar kualitas produk yang dihasilkan lebih baik, antara lain: 1. Menyempurnakan penerapan CPOB yang menjadi acuan dalam pengelolaan Lembaga Farmasi Angkatan Laut. 2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas mesin-mesin produksi agar produk yang dihasilkan mempunyai kualitas yang lebih baik. 3. Perlu adanya bagian QA (Quality Assurance) secara terstruktur agar tidak terjadi tumpang tindih tugas pokok antara bagian QA dan bagian Pendidikan, Penelitian, dan Pengembangan.