Fonologi BAB I KEDUDUKAN FONOLOGI DALAM KAJIAN BAHASA 1.1
Pengertian Fonologi Secara etimologi kata fonologi berasal dari dua gabungan bentuk lingual yaitu fon yang berarti ’bunyi’ dan dan logi logi yang ang bera berart rtii ’ilm ’ilmu’ u’.. Seba Sebaga gaii sebu sebuah ah ilm ilmu, fon fonolo ologi didefi defini nisi sik kan seb sebagai bag bagian dari kaji kajiaan linguistik yang mempelajari, membahas, membicarakan dan dan menga menganal nalisi isiss bunyi bunyi-bu -buny nyii baha bahasa sa yang yang dipro diprodu duksi ksi atau atau diha dihasi silk lkaan oleh oleh alat alat-a -ala latt ucap ucap manus anusia ia (Cha (Chaer er,, 20!"#. Sela Selanj njut utny nya, a, menur enurut ut $ory orys %era %eraf, f, fono fonolo logi gi adalah bagian dari tata bahasa atau ilmu bahasa yang mempelajari bunyi-bunyi ujaran suatu bahasa (&&". 1.2
Bahaa a!alah Site" B#n$i U%aran 'ahasa adalah sistem bunyi nyi ujaran sudah dipahami oleh para linguis dan masyarakat pemakainya. leh karena bahasa adalah sistem bunyi ujaran, maka objek utama kajian linguistik adalah bahasa lisan, yaitu bahasa dalam dalam bentuk bentuk bunyi ujaran. ujaran. %onsekuensi %onsekuensi logis logis dari dari anggapan anggapan bah)a bahasa adalah sistem bunyi ujaran adalah dasar analisis cabangcabang linguistik, seperti fonologi, morfologi, sintaksis, sman smanti tik, k, leks leksik ikol olog ogi, i, dan dan lain lain-l -lai ainn nny ya berp berpus usat at pada pada korpu korpuss data data yang yang bersumb bersumber er dari dari bahasa bahasa lisan, lisan, yaitu yaitu bunyi ujaran. *aterial *aterial atau bahan mentah bahasa adalah bunyi-bunyi bunyi-bunyi ujaran. +adi, objek utama linguistik adalah bahasa lisan, lisan, yaitu bahasa bahasa dalam bentuk bentuk ujaran. ujaran.
Fonologi 1.& '#%#an !an Peranan Ka%ian Fonologi 1.&.1 '# '#%#an Me"(ela%ari Fonologi ujuan ujuan mempe mempelaja lajari ri fonologi fonologi didoron didorong g beberap beberapaa alasan (Shendra,&&" -/ *artha, 20"0#, yaitu" # 1ara 1ara ahli ahli bahasa bahasa mempel mempelaja ajari ri fonolo fonologi gi agar agar dapat dapat menem nemukan kan bah bahasa-b sa-baahasa suku bangsa terasing yang belum bersentuhan dengan peradaban peradaban modern dan kemudian kemudian menganalisisnya. 3engan mengkaji dan mende ndeskri skrip psika sikan n sist sisteem bunyi nyi baha bahasa sa ser serta menci encipt ptak akaan satu satu sist sistem em tuli tulisa san n yang ang sesu sesuai ai dengan sistem bunyinya, para ahli berharap dapat memb member erik ikan an sumb sumban anga gan n bagi bagi kema kemaju juan an umat umat manusia, dan dapat melakukan upaya pelestarian sala salah h satu satu aspe aspek k buda buday ya manu manusi siaa yang ang pali paling ng utama, yakni bahasa. 2# 4ntuk memahami dan mendeskripsikan perubahan perubahan dan 5ariasi bahasa, baik dalam )aktu tert terteentu ntu (sy (synchro chron nic phono onology logy#, #, misal salnya nya fono fonollogi seb sebuah uah diale ialek k sosial sial atau reg region ional terte tertentu ntu,, maupu maupun n dalam dalam perja perjala lana nan n )aktu )aktu atau atau dari dari )aktu )aktu ke )akt )aktu u ((dia ((diachr chroni onicc phono phonolog logy# y# misal misalnya nya perub perubaha ahan-p n-peru eruba baha han n fonolo fonologis gis pada pada pijinisasi dan kreolisasi sebuah bahasa (apa yang terjadi jika sebuah bahasa berkembang menjadi beberapa beberapa dialek, atau ciri khas fonologisnya fonologisnya apa yang ang terd terdap apat at dala dalam m sebu sebuah ah piji pijin n (pidgin) (pidgin) atau kreol (creole). (creole). !# 4ntuk ntuk memah emaham amii baga bagaim iman anaa taha tahapa pann-ta taha hapa pan n anak-an -anak memp emperol roleh bahasany sanyaa (language berdas asar arka kan n mudah udah atau atau suli sulitn tny ya acquisition) berd bunyi-bunyi bunyi-bunyi bahasa yang yang dikuasainya. dikuasainya.
2
Fonologi 6# 4ntuk mengetahui dan menggambarkan kecacatan bahasa anak melalui aspek fonologisnya (phonological disorders). disorders). 1.&.2
Ka%ian Fonologi #nt#) Pela%araan 3ari 3ari sudu sudutt pend pendid idik ikan an,, kaji kajian an fono fonolo logi gi amat amat penting untuk tujuan pengajaran pengajaran bahasa (Shendra,&&" (Shendra,&&" /-7 *artha, 20"0-02#, misalnya" # $uru bahasa dapat menggunakan fonologi untuk memb memban antu tu pros proses es peng pengaj ajar aran an baha bahasa sa seca secara ra efek efekti tif. f. 3eng 3engan an memb memban andin dingka gkan n sistem sistem fonolo fonologi gi baha bahasa sa yang yang dia diajark jarkan an deng dengan an sist sistem em fono fonolo logi gi baha bahasa sa ibu ibu sis) sis)aa (anali (analisis sis kontr kontrast astif# if#,, guru guru bahas bahasaa dapat dapat meng mengaja ajarka rkan n pengucapan pengucapan bahasa yang dipelajari seecara efektif dan efisie efisien. n. 3enga 3engan n penge pengeta tahua huan n fonolo fonologis gisny nya, a, para para guru guru juga dapat mengantisipasi mengantisipasi masalah dan kendala yang muncul dalam proses belajar-mengajar, mempersiapkan bahan pengajaran pengajaran secara tepat, dan menggunakan menggunakan )aktu secara efisien. 2# 1enge ngetah tahuan fon fonologi ogi yang dimil imiliiki oleh guru dapa dapatt diterapkan dalam pengajaran membaca dan menulis bagi anak anak-a -ana nak. k. 3ala 3alam m peng pengaj ajar aran an memba embaca ca,, guru guru dapa dapatt menga mengara rahka hkan n sis)a sis)any nyaa bagaim bagaimana ana meng mengart artiku ikula lasik sikan an bunyi-bunyi bunyi-bunyi bahasa yang dipelajari dipelajari secara tepat sesuai deng dengaan sist sistem em fono fonolo logi gi baha bahasa sa yang ang bers bersan angk gkut utan an.. 3alam pengajaran membaca dan menulis, seorang anak harus harus dapa dapatt mene menentu ntuka kan n baga bagaima imana na hubung hubungan an antar antaraa bunyi bahasa --- dalam hal ini fonem --- dengan lambang tulisanny tulisannyaa --- grafem. grafem. 1roses 1roses dekodi dekoding ng dalam membaca dan enkoding dalam dalam menulis menulis melibat melibatkan kan pengeta pengetahuan huan tentang aturan-aturan fonologi.
!
Fonologi !#
1ada 1ada baha bahasa sa yang ang mem memilik ilikii tuli tulisa san n send sendir irii (mis (misaalny lnya" 'ahasa 'ali, 'ahasa 8rab, 'ahasa Cina, 'ahasa hai#, para guru dapat menggunakan menggunakan pengetahuan pengetahuan fonologinya fonologinya dalam mengajarkan bagaimana harusnya merangkaikan setiap simbol bunyi (huruf# secara tepat menurut aturan penggunaan penggunaan huruf dan sistem bunyi bahasa yang bersangkutan. bersangkutan. 1.*
S#!#t Pan!ang Ka%ian Fonologi %aji %ajian an mend mendal alam am tent tentan ang g buny bunyii-bu buny nyii ujar ujaran an yang yang dipe dipela laja jari ri dala dalam m caba cabang ng fono fonolo logi gi,, meli melipu puti ti dua dua sudut pandang, yaitu" 1+ Fonologi Mer#(a)an Me!ia Bahaa $ang Uta"a 'uny 'unyii-bu buny nyii ujara jaran n dipa dipand ndan ang g seba sebaga gaii media edia bahasa yang utama. 3engan demikian, demikian, 'unyi bunyi ujaran dianggap dianggap sebagai material utama atau bahan mentah mentah dalam penyusunan penyusunan bahasa. bahasa. 2+ B# B#n$ n$ii U%ar U%aran an !ala !ala" " Fono Fonolo logi gi e,a e,aga gaii it ite" e" ,ahaa $ang #ta"a 'uny 'unyii-bu buny nyii ujar ujaran an dala dalam m fonol fonolog ogii dipandang seba sebaga gaii bagi bagian an dari dari sist sistem em baha bahasa sa yang yang utam utama. a. leh leh kare karena na itu itu buny bunyii-bu buny nyii ujar ujaran an meru merupa paka kan n bagian dari struktur kata dan sekaligus sekaligus berfungsi untu untuk k memb membed edak akan an makn makna. a. 3ala 3alam m pema pemaka kaia ian n bahasa untuk komunikasi komunikasi lisan, pemakai pemakai bahasa atau pembi embiccara ser sering ing menye nyerta rtai perny rnyataa taan 5erbalny 5erbalnyaa dengan dengan gerakangerakan-gera gerakan kan angota angota tubuh tubuh yang dilakukan dengan sengaja untuk menguatkan maks maksud ud atau atau pesa pesan n pem pembica bicara raan anny nya. a. $era $eraka kanngerakan angota tubuh yang dilakukan itu disebut
6
Fonologi parabahasa ( paralanguage# yang dipelajari secara khusus dalam body language atau bahasa tubuh. 1.- Bi!ang Ka%ian Fonologi %ajian fonologi termasuk kajian bahasa murni ( pure theoretical linguistics# yang memfokuskan kajiannya pada fonetik dan fonemik. %ajian fonologi itu termasuk kajian bahasa murni ( pure theoretical linguistics# yang memfokuskan kajiannya pada fonetik dan fonemik. %edua bidang kajian ini memerlukan paparan-paparan mekanis mengenai" # Bagai"ana ,#n$i/,#n$i it# !ihail)an oleh alat #0a( organs of speech+. %ajian bidang alat ucap (organs of speech# ini mengulas tentang alat ucap yang digunakan untuk menghasilkan bunyi-bunyi ujaran. 2# Bagai"ana "engga",ar)an ,#n$i/,#n$i it# Bagai"ana "engga",ar)an ,#n$i/,#n$i it# atau mentranskripsikan fon9fona dan fonem itu ke dalam bentuk simbol fonetis dan simbol fonemis. *enurut status9hirarki satuan bunyi terkecil yang menjadi objek kajian-nya, fonologi dibedakan atas 2 bidang (%eraf, &&"&-20, Chaer, 206"!#, yaitu" 1+ Foneti) :onetik didefinisikan sebagai cabang fonologi yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa tanpa memperhatikan statusnya, apakah bunyi-bunyi itu dapat membedakan makna atau tidak (Chaer,20!"!#. 2+ Fone"i)
Fonologi :onemik didefinisikan sebagai cabang fonologi yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa yang dapat membedakan arti atau makna (Chaer,20!"!#. 1.
Ke!#!#)an Fonologi !ala" 3a,ang/0a,ang Ling#iti) *engingat fonologi sebagai bidang yang berkonsentrasi dalam deskripsi dan analisis bunyi-bunyi ujaran, maka hasil kerja fonologi dapat dimanfaatkan dalam cabang-cabang linguistik yang lain seperti, bidang morfologi, sintaksis, semantik, leksikologi, dialektologi, pengajaran bahasa dan psikolinguistik yang memanfaatkan korpus data bahasa lisan sebagai sasaran analisisnya (*uslich, 206"2-6#. +adi, studi fonologi sangat berkaitan dengan (bahkan berperan pada# bidang bidang linguistik lain, baik linguistik teoretis maupun linguistik terapan.
1.4 'aha(an !ala" Site" Ko"#ni)ai Lian
%egiatan komunikasi lisan di mulai dari otak pembicara (*uslich, 206"2/-!0#. 3engan memanfaatkan fungsi kreati5itas otak (rang pertama atau pembicara# menemukan atau mempunyai gagasan (ide# yang akan disampaikan kepada 2 (rang kedua atau la)an bicara#. memilih kata, frase,atau ungkapan yang dapat me)akili gagasan, lalu menyusunnya dalam bentuk kali mat yang sesuai dengan sistem bahasa yang dipakainya. ahapan pemilihan unsur /
Fonologi kebahasaan yang sesuai dengan ide disebut taha(an ling#iti). Setalah gagasan tersusun dalam otak, kemudian otak mengaktifkan saraf motoris dan mengirimkan perintah dalam bentuk rangsanganrangsangan ke otot-otot alat ucap. 8tas perintah ini, alat ucap mengadakan gerakan-gerakan sedemikian rupa sehingga memunculkan perubahan tekanan udara di sekelilingnya yang berpotensi menimbulkan fonasi. :ungsi transmisi otak ini berada (a!a taha(an 5iiologi. 1erubahan tekanan udara yang diakibatkan oleh gerakan alat ucap menimbulkan gelombang bunyi yang merambat keluar dari alat ucap oleh hantaran udara menuju ke alat pendengar 2. 1osisi gelombang bunyi yang berada antara alat ucap dan alat pendengar 2 ini disebut taha(an a)#ti. Selanjutnya, gelombang bunyi yang berjalan melalui udara masuk ke dalam alat dengar 2 sehingga merangsang saraf sensoris yang dikendalikan otak dan dicerapnya sebagai bunyi. ahapan pengaktifan fungsi alat dengar yang dikendalikan oleh otak ini disebut taghapan 5iiologi.
7
Fonologi Serangkaian bunyi yang didengar 2 kemudian dicocokkan dengan pengetahuan sistem bunyi bahasa sehingga 2 mengerti gagasan dalam kalimat yang dikomunikasikan . 1roses pengolahan gejala bunyi menjadi realitas bahasa yang bisa dimengerti ini dilakukan oleh otak 2 dalam kapasitasnya sebagai fungsi kreati5itas. leh karena itu tahap ini disebut taha(an ling#iti) . 'erdasarkan skema dan penjelasan di atas dapatlah diketahui bah)a yang menjadi cakupan fonetik adalah" 1+ 'aha(an 5iiologi6
ahapan fisiologis, yaitu ketika memproduksi bunyi. 2+ 'aha(an a)#ti6
ahapan akustis, yaitu ketika gelombang bunyi bergerak dari alat ucap menuju ke alat dengar 2. &+ 'aha(an 5iiologi6
ahapan fisiologis, yaitu ketika gelombang bunyi didengar oleh alat dengar 2 sebagai bunyi. *+ 'aha(an ling#iti)6
Fonologi ahapan linguistik, yaitu ketika gelombang bunyi didengar oleh alat dengar 2 sebagai bunyi. ahapan linguistik pada dan 2 tidak termasuk dalam pembahasan fonetik karena sudah menyangkut neurologi khususnya nerolinguistik.
BAB II FONE'IK 2.1 Prini( Daar Ka%ian Foneti) *enurut $orys %eraf, fonetik adalah bagian dari tata bahasa yang menyelidiki dan menganalisis bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan alat ucap manusia. (%eraf,&&". Selanjutnya, menurut *uslich, fonetik merupakan bidang kajian ilmu pengetahuan ( science# yang menelaah bagaimana manusia menghasilkan buny-bunyi bahasa dalam ujaran, menelaah gelombang-gelombang bunyi
&
Fonologi bahasa yang dikeluarkan dan bagaimana alat pendengaran manusia menerima bunyi-bunyi bahasa untuk dianalisis oleh otak manusia (206"#. 3engan kata lain, fonetik adalah ilmu bahasa yang mempejari tentang bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur dan bagaimana bunyi itu dihasilkan oleh alat ucap manusia. Sasaran fonetik adalah mempelajari semua bunyi ujaran yang dapat dihasilkan oleh alat-alat ucap dan bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi itu dengan tepat menurut kebiasaan masyarakat bahasa itu.
2.2 Proe 'er%a!in$a B#n$i Bahaa 2.2.1 S#",er Energi Uta"a Pe",ent#)an B#n$i Bahaa
Sumber energi utama proses pembentukan bunyi bahasa adalah ar# #!ara yang mengalir dari9ke paru paru. $etaran-getaran udara itu timbul pada pita suara sebagai akibat tekanan udara yang dibarengi dengan gerakan-gerakan alat-alat ucap sedemikian rupa sehingga menimbulkan perbedaan9perubahan rongga udara yang terdapat dalam mulut atau hidung Chaer, 20!"2-!#.
0
Fonologi 2.2.2 Sarana Uta"a Pe",ent#)an B#n$i Bahaa
8dapun sarana utama yang berperan dalam proses pembentukan bunyi bahasa (*uslich, 206"!-62#, adalah" (# arus udara, (2# pita suara, dan (!# alat ucap. %etiga sarana ini juga yang oleh fonetis dipakai sebagai dasar pengklasifikasian bunyi.
2.2.2.1 Ar# U!ara
8rus udara yang menjadi Sumber energi utama pembentukan bunyi bahasa merupakan hasil kerja alat atau organ tubuh yang dikendalikan oleh otot-otot tertentu atas perintah saraf-saraf otak. Sehubungan dengan arus udara sebagai sumber pembunyian, dibedakan ! macam arus udara (Chaer, 20!" 2/#, yaitu" 1+ Ar# U!ara P#l"oni)
8rus udara pulmonik yaitu arus udara yang berasal dari paru-paru. 8rus udara pulmonik merupakan arus udara utama dalam menghasilkan bunyi bahasa.
Fonologi 2+ Ar# U!ara Glotali)
8rus udara glotalik yaitu arus udara yang berasal dari rongga faring (rongga kerongkongan#. &+ Ar# U!ara 7elari)
8rus udara 5elarik yaitu arus udara yang berasal dari gerakan-gerakan ke belakang di dalam rongga mulut.
2.2.2.2 Pita S#ara
1ita suara merupakan sumber bunyi. 1ita suara bergetar atau digetarkan oleh udara yang keluar masuk paru-paru. 1ita suara terletak dalam kerongkongan (larynx# dalam posisi mendapar dari muka (anterior# ke belakang ( posterior # ( Muslic, 206"!2#. 1ita suara dengan kelenturannya bisa membuka dan menutup sehingga bisa memisahkan dan sekaligus bisa menghubungkan antara udara yang ada di paru-paru dan yang ada di rongga mulut aau rongga hidung. 'ila klep dibuka lebar udara yang ada di dalam paru-paru bisa berhubungan dengan udara yang ada di rongga mulut atau rongga hidung. 'ila klep ditutup rapat, udara yang
2
Fonologi ada di dalam paru;paru terpisah dengan udara yang ada dalam rongga mulut. 4ntuk menghasilkan suatu bunyi, glotis itu dapat mengambil empat macam posisi yang penting ((*artha, 20" !/ Chaer, 20!"20-2dan 2# seperti yang tampak dalam deskripsi berikut ini" a+ Gloti 'er,#)a Le,ar
'ila glotis atau celah di antara pita suara berada dalam keadaan terbuka lebar, tidak ada bunyi bahasa yang dihasilkan, selain desah nafas. ,+ Gloti ter,#)a aga) le,ar
'ila glotis atau celah di antara pita suara berada dalam keadaan terbuka agak lebar, akan terjadi bunyi tidak bersuara. 0+ Gloti ter,#)a e!i)it
'ila glotis atau celah di antara pita suara dalam keadaan terbuka sedikit, akan terjadi bunyi bersuara. !+ Gloti tert#t#( rata(
!
Fonologi 'ila glotis atau celah di antara pita suara dalam keadaan tertutup ratap, akan terjadi bunyi ham
1ita Suara
' C 8 $lotis $lotis $lotis terbuka terbuka terbuka %eterangan" bernafas agaksuara lebar untuk sedikit lebar 8 = 1osisi pita biasa. ' = 1osisi pita suara untuk bunyi bunyi tak bersuara (voiceless# C = 1osisi pita suara untuk bunyi bersuara (voiced #
6
3 $lotis tertutup sama sekali
Fonologi 3 = 1osisi pita suara untuk bunyi ham
2.2.2.& Alat/alat U0a(
4ntuk memahami semua bunyi ujaran itu dengan baik, perlu diketahui semua alat ucap dan bagaimana kerja sama dari semua alat ucap itu untuk menghasilkan suatu bunyi. rgan-organ tubuh yang dipergunakan sebagai alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa dibagi menjadi tiga komponen (*uslich, 206"!6-62#, yaitu"
Ko"(onen S#(raglotal 8ongga Hi!#ng 8ongga M#l#t Ko"(onen Laring
Ko"(onen S#, lotal
8ongga Faring 8onggan
'ra)ea Sal#ranPerna(aan+
Fonologi Sal#ran Bron)ia
Par#/(ar#
1+ Ko"(onen S#,glotal
:ungsi utama komponen subglotal adalah memberi arus udara yang merupakan syarat mutlak untuk terjadinya bunyi bahasa. %omponen subglotal terdiri dari" a+ Par#/(ar# L#ng+ )iri !an )anan ,+ Sal#ran Perna(aan 'ra)ea+ 0+ Otot (ar#/(ar# !+ 8ongga !a!a
1aru-paru (lung # adalah sumber arus udara yang merupakan syarat muthlak untuk terjadinya bunyi bahasa. >amun, perlu diketahui pula bah)a bunyi bahasa dapat juga dihasilkan dengan arus udara yang datang dari luar mulut. /
Fonologi 8pabila kedua paru-paru yang dihubungkan oleh saluran bronkial mengembang maka tekanan udara yang terdapat di luar lebih besar daripada yang terdapat di dalam paru-paru.8kibatnya, udara mengalir masuk ke dalam rongga paru-paru. Sebaliknya, apabila kedua paru-paru yang dihubungkan oleh saluran brokial ini mengempis maka tekanan udara yang terdapat di dalam paru-paru lebih besar daripada yang terdapat di luar. 3engan demikian, udara yang terdapat dalam paru-paru mengalir ke luar. anpa arus udara yang keluar dari paru-paru bunyi bahasa tidak akan tercipta (*uslich, 206"60-6#. %alau arus udara datang dari dalam paru-paru disebut arus udara egresif atau eksplosif dan bunyi bahasanya disebut bunyi egresif atau bunyi eksplosif dan kalau arus udara datang dari luar paru-paru disebut arus udara ingresif atau implosif dan bunyi bahasanya disebut bunyi ingresif atau bunyi implosif. 2+ Ko"(onen Laring 'enggoro)an+
1angkal tenggorok (larynx# adalah sebuah rongga pada ujung saluran pernafasan. 3i ujung atas pangkal tenggorok (larynx# terdapt dua buah pita yang elastis yang disebut pita suara. ?etak pita suara itu horisontal. Celah di antara pita suara itu disebut 7
Fonologi glotis. 1ada glotis inilah a)al terjadinya bunyi bahasa dalam proses produksi bunyi itu. 3alam proses pembunyian epiglotis katup pangkal tenggorok# bertugas menutup dan membuka jalan nafas (jalan udara dari dan ke paru-paru# dan jalan makanan 9minuman ke arah pencernaan. %omponen laring (tenggorokan# merupakan kotak yang terbentuk dari tulang ra)an yang berbentuk lingkaran. 3i dalanya terdapat pita suara. ?aring berfungsi sebagai klep yang mengatur arus udara antara paru-paru, mulut dan hidung. 3alam proses produksi bunyi, pada laring inilah a9al "#la ter%a!in$a ,#n$i ,ahaa itu baik dengan aliran udara egresif (eksplosif# maupun udara ingresif (implosif#. 1osisi glotis (celah di antara pita suara# menentukan bunyi yang akan dihasilkan, apakah bunyi bersuara, bunyi tak bersuara atau bunyi glotal (Chaer, 20!" 2/#. Sehubungan dengan arus udara sebagai sumber pembunyian biasanya dibedakan atas ! macam arus udara, yaitu" 1+ Ar# U!ara P#l"oni)
8rus 4dara 1ulmonik, yaitu arus udara yang berasal dari paru-paru.
Fonologi 2+ Ar# U!ara Gloti)
8rus 4dara $lotik, yaitu arus udara yang berasal dari rongga faring (rongga kerongkongan#. &+ Ar# U!ara 7elari)
8rus 4dara @elarik, yaitu arus udara yang berasal dari gerakan-gerakan ke belakang di dalam rongga mulut. &+ Ko"(onen S#,glotal
%omponen subglotal ini terdiri atas tiga rongga yang berfungsi sebagai lubang resonansi dalam pembentukan bunyi bahasa, yaitu" a+ 8ongga Kerong)ongan ata# Phar$n: (Chaer, 20!" 2#
%omponen supraglotal adalah alat-alat ucap yang berada di dalam rongga mulut dan rongga hidung baik yang menjadi artikulator aktif maupun yang menjadi artikulator pasif (titik artikulasi# Bagan Ko"(onen S#(raglotal (Chaer, 20!"27#
rongga hi!#ng
&
Fonologi
(alat#" Al;eol#"
;el#"
rongga "#l#t
#;#la
gigi
,i,ir
P#ngg#ng li!ah li!ah
!a#n li!ah
rongga
rongga 5aring
5aring
e(igloti
#%#ng li!ah
(ita #ara tenggoro)
)erong)ongan
Keterangan< ;el#"
= langit/langit
#;#la
= ana) te)a)
l#na)
20
Fonologi e(igloti
= )at#(
(ang)al tenggoro)an al;eol#"
= leng)#ng
)a)i gigi (alat#"
= langit/langit
)era rongga 5aring = rongga )erong)ongan
Aongga kerongkongan (pharynB# adalah sebuah rongga yang terletak di antara pangkal tenggorokan dengan rongga mulut dan rongga hidung. Aongga kerongkongan (pharynB# berfungsi sebagai tabung udara yang akan ikut bergetar bila pita suara bergetar. 'unyi bahasa yang dihasilkan disebut bunyi faringal. erjadinya bunyi bahasa dalam produksi bunyi bahasa pada umumnya dimulai dari proses pemompaan udara keluar dari paru-paru melalui pangkal tenggorokan (laring# ke tenggorokan yang di dalamnya terdapat pita suara atau selaput suara supaya udara itu bisa keluar, pita suara itu harus berada dalam keadaan terbuka. Setelah melalui pita suara yang merupakan jalan satu-sayunya 2
Fonologi untuk bisa keluar, arus udara itu diteruskan ke kuar ke udara bebas. ambatan terhadap arus udara yang keluar dari paru-paru itu dapat terjadi mulai dari tempat yang paling dalam yaitu pada glotis (celah pita suara# sampai pada tempat yang paling luar, yaitu bibir atas dan bibir ba)ah. 'ila bibir atas dan bibir ba)ah tertutup lalu arus udara yang terhambat tiba-tiba dilepaskan kita akan mendengar bunyi letup 9b9, 9p9 ,+ 8ongga Hi!#ng (Chaer, 20!" 2!#
'unyi bahasa yang dihasilkan melalui rongga hidung disebut bunyi nasal. 'unyi nasal ini dihasilkan dengan cara menutup rapat-rapat arus udara di rongga mulut, dan menyalurkannya keluar melalui rongga hidung. Dang ada dalam bahasa Endonesia adalah bunyi nasal bilabial FmG, bunyi nasal dental FnG bunyi nasal laminopalatal FñG, bunyi nasal dorso5elar F ŋ]. 0+ M#l#t !an 8ongga M#l#t (Chaer, 20!" 2!#
3i dalam mulut dan rongga mulut terdapat alat-alat ucap, seperti"
22
Fonologi 1+ Langit/langit L#na) (Velum#, 8nak ekak (Uvula# dan 1angkal ?idah ( Dorsum# (Chaer, 20!" 22#
?angit-langit lunak (velum# dan bagian ujungnya yang disebut anak tekak (uvula# dapt turun naik untuk mengatur arus udara yang keluar masuk melalui rongga hidung atau rongga mulut. 8nak tekak (uvula# akan merapat ke dinding rongga kerongkongan (faring# kalau arus udara keluar melalui rongga mulut dan akan menjauh dari dinding rongga kerongkongan ( faring # kalau arus udara keluar melalui rongga hidung. 'unyi bahasa yang dihasilkan kalau udara keluar melalui rongga hidung disebut bunyi nasal dan kalau udara keluar melalui rongga mulut disebut bunyi oral. 'unyi bahasa yang dihasilkan dengan velum sebagai artikulator pasif dan dorsum sebagai artikulator aktif disebut bunyi dorsovelar dari gabungan kata dorsum dan velum. Sedangkan bunyi yang dihasilkan oleh uvula disebut bunyi u5ular.
2!
Fonologi 2+ Langit/langit Kera Palatum+6 U%#ng Li!ah Apex + !an Da#n Li!ah Laminum+ (Chaer, 20!" 22#
3alam pembentukan bunyi-bunyi bahasa, langit-langit keras ( palatum# berlaku sebagai artikulator pasif dan yang menjadi artikulator aktifnya adalah ujung lidah ( apex# atau daun lidah (laminum#. 'unyi bahasa yang dihasilkan oleh langit-langit keras ( palatum# dan ujung lidah (apex# disebut bunyi apiko palatal sedangkan bunyi yang dihasilkan oleh langit-langit keras ( palatum# dan daun lidah (laminum# disebut bunyi lamino-palatal. &+ 3er#) ata# Leng)#ng Ka)i Gigi Alveolum+6 U%#ng Li!ah Apex +6 !an Da#n Li!ah Laminum+ (Chaer, 20!" 22#
3alam pembentukan bunyi bahasa, alveolum sebagai artikulator pasif dan aspeks atau laminum sebagai artikulator aktifnya. 'unyi yang dihasilkan oleh alveolum dan apex disebut apiko-al5eolar. ?alu, yang dihasilkan oleh alveolum dan laminum disebut bunyi lamino-al5eolar.
26
Fonologi *+ Gigi Dentum+6 U%#ng Li!ah Apex +6 !an Bi,ir Labium)
3alam produksi bunyi bahasa, gigi atas dapat berperan sebagai artikulator pasif yang menjadi artikulator aktifnya adalah apeks atau bibir ba)ah. 'unyi yang dihasilkan oleh gigi atas dan apeks disebut apiko-dental dan yang dihasilkan oleh gigi atas dan bibir ba)ah disebut bunyi labio-dental. 3alam hal ini ada juga bunyi interdental, di mana apeks sebagai artikulator aktif berada di antara gigi atas dan gigi ba)ah yang menjadi artikulator pasifnya (Chaer, 20!" 22#
-+ Bi,ir Ba9ah !an Bi,ir Ata (Chaer, 20!"
2!# 3alam pembentukan bunyi bahasa, bibir atas bisa menjadi arti- kulator pasif dan bibir ba)ah menjadi artikulator aktif. 'unyi yang dihasilkan disebut bunyi bilabial, seperti bunyi FbG dan bunyi FpG. 'ibir ba)ah bisa juga menjadi artikulator aktif dengan gigi atas sebagai sebagai artikulator pasifnya. ?alu bunyi yang 2
Fonologi dihasilkan disebut bunyi labiodental, dari kata labium dan dentum. + Li!ah 'ong#e+ (Chaer, 20!" 2!#
?idah terbagi atas 6 bagian, yaitu" (# 4jung lidah (2# 3aun lidah (laminum#, (!# 1angkal (punggung# lidah (dorsum#, (6# 8kar lidah (root #. ?idah dengan bagia-bagiannya dalam pembentukan bunyi bahasa selalu selalu menjadi artikulator aktif, yakni artikulator yang bergerak. Sedangkan artikulator pasifnyaadalah alat-alat ucap yang terdapat rahang atas.1osisi lidah ke depan, ke tengah, atau ke belakang, dan ke atas atau ke ba)ah menentukan jenis 5okal yang dihasilkan. 1roses pembunyian dibantu oleh epiglotis (katup pangkal tenggorok# yang bertugas menutup dan membuka jalan nafas (jalan udara dari dan ke paru-paru# dan jalan makanan 9minuman ke arah pencernaan. Aongga mulut dengan kedua belah bibir (atas dan ba)ah# berperanan dalam pembentukan bunyi 5okal. %alau bentuk mulut membundar maka akan dihasilkan 2/
Fonologi bunyi 5okal bundar atau bulat kalau bentuk mulut tidak bundar atau melebar akan dihasilkan bunyi 5okal tidak bundar. Secara umum semua bunyi bahasa yang dihasilkan di rongga mulut disebut bunyi oral, sedangkan bunyi yang dihasilkan melalui rongga hidung disebut bunyi nasal.
2.& Ka%ian Foneti) 2.&.1 Jeni/%eni Foneti)
'erdasarkan tempat beradanya bunyi itu se)aktu dikaji, fonetik dibedakan atas ! macam fonetik (Chaer,20!"0-2, *uslich, 206" -0#, yaitu"
2.&.1.1 Foneti) Arti)#latori a. Pengertian Foneti) Arti)#latori
27
Fonologi :onetik artikulatoris disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis yaitu fonetik yang mempelajari dan meneliti bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu diproduksi oleh alat-alat ucap manusia.
Cabang fonetik ini mengkhususkan kajiannya pada cara-cara terbentuknya bunyi ujar oleh alat-alat ucap (organ of speech) yang sebagian besar terdapat pada mulut manusia. %arena kajian diarahkan pada akti5itas alat bicara dalam menghasilkan bunyi-bunyi ujar, maka cabang fonetik ini disebut juga fonetik organis. +adi konsentrasi kajian diarahkan pada pembicara (encoder) saat akti5itas komunikasi dilakukan. %ajian fonetik artikulatoris dapat diarahkan pada" # 8lat bicara mana yang menghasilkan bunyi ujaran itu, 2# Cara bagaimana bunyi ujaran itu di hasilkan oleh alat ucap, !#
2
3alam keadaan bagaimana alat menghasilkan bunyi ujar tertentu,
bicara
itu
Fonologi 6# %emudahan dan halangan apa yang terjadi saat bunyi ujar tertentu dihasilkan. :onetik organis9artikulatoris akan menyelidiki dan mendeskripsikan semua bunyi ujar yang dihasilkan oleh alat-alat bicara serta menggolonggolongkan bunyi ujar itu menurut artikulasinya. :onetik organisasi ini berkaitan dan mempunyai peranan yang amat penting dalam penelitian bahasa (linguistik#. leh karena itu, fonetik organis9artikulatoris ini untuk sebagian besar berhubungan dengan linguistik (ilmu bahasa# 3alam hal berbahasa, manusia yang normal tentu mampu menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dengan menggerakkan atau memanfaatkan organorgan9alat-alat tuturnya, seperti lidah, bibir dan gigi ba)ah yang digerakkan oleh rahang ba)ah. :onetik organis9artikulatoris inilah yang paling berkaitan dengan ilmu linguistik karena fonetik ini sangat berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi bahasa itu dihasilkan oleh alat ucap. :onetik organis atau fonetik artikulatoris dipandang penting dan signifikan dipelajari dalam kajian fonologi, mengingat (*uslich,206"2"
2&
Fonologi a+ Pra)ti"
karena kita sebagai manusia normal mempunyai organ tubuh yang dapat difungsikan untuk menghasilkan bunyi bahasa.
,+ Prag"ati" karena kita bisa langsung menggunakannya dalam praktik berbahasa sehingga tidak memerlukan laboratorium khusus.
2.&.1.2 Foneti) A)#ti)
:onetik akustik yaitu fonetik yang mempelajari dan meneliti bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu merambat di udara antara lain membicarakan gelombang bunyi beserta frekuensi dan kecepatannya ketika merambat di udara, spektrum, tekanan dan intensitas bunyi. %ajian fonetik akustik lebih mengarah kepada kajian fisika daripda kajian linguistik. %ajian fonetik akustik bertumpu pada struktur fisik bunyi-bunyi bahasa dan bagaimana alat pendengaran manusia memberikan reaksi kepada bunyi bunyi bahasa yang diterima. :onetik akustik ini mempunyai manfaat dan peranan yang penting dalam bidang fisika, terutama dalam dalam penelitian tentang hakikat bunyi itu sebagai gejala fisika. !0
Fonologi 3ari uraian di atas, dapatlah disimpulkan bah)a dalam fonetik akustik dipelajari tentang bagaimana suatu bunyi bahasa ditanggapi dan dihasilkan oleh mekanisme pertuturan manusia, bagaimana pergerakan bunyi-bunyi bahasa itu dalam ruang udara yang seterusnya bisa merangsang proses pendengaran manusia. 8da ! ciri utama bunyi-bunyi bahasa yang mendapat penekanan dalam kajian fonetik akustik, yaitu" 1+ Fre)#eni ,#n$i ,ahaa 2+ 'e"(o $ait# !#rai 9a)t# e,#ah ,#n$i ,ahaa !i#0a()an. &+ Ken$aringan e,#ah ,#n$i ,ahaa !i#0a()an.
8lat untuk kaji gelombang bunyi bahasa dan mengukur pergerakan udara antara lain (*uslich,206"!0#" a+ O)ilogra5 Oscillosgraph+ yaitu sebuah alat yang membuat getaran-getaran bunyi dapat dilihat. ,+ S(e)togra5 Spectograph+ yaitu sebuah alat elektronik untuk menganalisis getaran-getaran bunyi dalam bentuk frekuensi, yaitu jarak getaran dalam )aktu tertentu.
!
Fonologi 0+ A"(lit#!o, yaitu sebuah alat elektronik untuk menganalisis lama getaran dalam )aktu tertentu dan intensitas yaitu panjang9skala getaran pada )aktu tertentu.
Halaupun ala-alat elektronik seperti skilograf (scillosgraph#, Spektograf (pecto graph# dan 8mplitudo tidak dibicarakan dalam kajian fonologi, namun ada dua simpulan dari telaah fonetik akustik yang dapat dipahami berkaitan dengan bunyi (*uslich, 206"!0#, yaitu" # 'unyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia merupakan satu kontinum, yaitu satu kesatuan )aktu tertentu. 2# 'unyi-bunyi yang dihasilkan oleh manusia selalu ber5ariasi, tidak mempunyai kesamaan total, diucapkan oleh alat ucap yang sama (pemakai bahasa# yang sama.
alat ucap ada yang )alaupun dari orang
:onetik akustik mengarahkan kajiannya pada bunyi ujar menurut aspek fiskalnya sebagai getaran udara setelah bunyi ujar itu keluar dari pembicara. %ajian ini dilakukan dengan meneliti gelombang bunyi diudara dan membuat penggolongan intensitas bunyi berdasarkan hakikat !2
Fonologi (kesejatian# bunyi itu sendiri. asil penelitian bidang fisika tentang hakikat bunyi itu di peroleh kesimpulan bah)a" 'unyi ujaran itu adalah hasil getaran gelombang pemampatan yang mempunyai atau dapat merangsang pendengaran dengan saraf intensitas 0-/ s.d 0-6 )att9cm2 dan dengan frekuensi" /-20.000 cycle!scon. 1enyelidikan khusus tentang fonetik akustik memerlukan peralatan elektronik yang rumit dan biasanya dilakukan di laboratorium akustik. 3i depan telah disebutkan bah)a pada tahun &70 telah ditemukan digital signal procesing" dan malah sekarang sudah digunakan secara luas alat spektrograf digital. 8lat ini mengeluarkan rekaman analisisnya dalam bentuk lembaran kertas yang disebut spektrogram. *elalui spektrogram ini kita dapat mengetahui kualitas akustik bunyi ujar yang kita analisis. :onetik akustik ini mempunyai manfaat dan peranan yang penting dalam bidang fisika, terutama dalam penelitian tentang hakikat bunyi itu sebagai gejala fisikal.
2.&.1.& Foneti) A#!itori ata# Foneti) Pere(i
!!
Fonologi :onetik auditoris atau fonetik persepsi yaitu fonetik yang mempelajari dan meneliti bagaimana bunyi bunyi bahasa itu diterima dan dipahami oleh pendengar. +adi, cabang fonetik auditoris ini mengkhususkan kajiannya pada bagiamana bunyi bahasa itu dapat diterima dan dipahami oleh pendengar. 3engan kata lain, bagaiman bunyi bahasa itu dapa di-decoding oleh pendengar (decoder)# :onetik ini mengarahkan penyelidikannya pada bagaimana cara penerimaan bunyi ujaran9bunyi bahasa oleh telinga. 1enerimaan bunyi bahasa oleh telinga berkaitan erat dengan kerja saraf (neuron)# 3alam hal ini pembahasannya mengenai struktur dan fungsi alat dengar yang disebut telinga itu bekerja. leh karena itu, kajian fonetik auditoris lebih berkenaan dengan ilmu kedokteran, termasuk kajian neurologi. 3alam fonetik auditoris atau fonetik persepsi ini dipelajari tentang bagaimana manusia menentukan pilihan bunyi-bunyi yang diterima oleh alat pendengarannya. 3engan kata lain, kajian ini meneliti bagaimana seorang pendengar menanggapi bunyi-bunyi yang diterimanya sebagai bunyi-bunyi yang perlu diproses sebagai bunyi-bunyi bahasa bermakna, dan apakah ciri bunyi-bunyi bahasa yang dianggap penting oleh pendengar dalam usahanya untuk membeda bedakan setiap bunyi bhasa yang didengar. egasnya, fonetik auditoris adalah kajian terhadap respons sistem pendengaran terhadap rangsangan gelombang bunyi yang diterima.
!6
Fonologi 1enelitian tentang kerja saraf menuntut pengetahuan dan keahlian dalam ilmu kedokteran saraf (neurologi)# 1ara ahli saraf (neurolog# mengemukakan bah)a, penerimaan bunyi ujaran oleh telinga dengan kerja sarafnya, terjadi melalui proses seperti yang tampak dalam bagan berikut ini. Bagan Peneri"aan B#n$i U%aran oleh 'elinga !engan Ker%a Sara5n$a B#n$i U%aran Pe",i0ara+
& '#lang Pen!engar6 $ait#< 1+ '#lang Lan!aan 2+ '#lang Martil &+ '#lang Sangg#r!i
8#"ah Si(#t
!
Fonologi
Sara5 Ota) >
P#at Pen!engaran Unt#) Diarti)an+
:onetik auditoris ini mempunyai kegunaan untuk mengetahui kerja saraf dalam penerimaan gelombang dan getaran bunyi. %arena itu, cabang fonetik ini untuk sebagian besar termasuk bidang kedokteran, khususnya ilmu saraf (neurologi#. 3alam ilmu kedokteran saraf, bidang ini sudah berkembang pesat, bahkan alat-alat untuk membantu pendengaran juga sudah banyak dikembangkan. 2.&.2 H#,#ngan Antara Foneti)
ubungan antara fonetik artikulatoris, fonetik akustik dan fonetik auditoris dapatlah dideskripsikan berikut ini. # Se)aktu bunyi bahasa itu berada dalam proses produksi di dalam mulut penutur, bunyi-bunyi bahasa
!/
Fonologi itu menjadi objek kajian fonetik artikulatoris atau fonetik organis. 2# Se)aktu bunyi bahasa itu berada atau sedang merambat di udara menuju telinga pendengar, bunyi bunyi bahasa itu menjadi objek kajian fonetik akustik. !# Se)aktu bunyi bahasa itu sampai atau berada di telinga pendengar., bunyi-bunyi bahasa itu menjadi objek kajian fonetik auditoris. ubungan antara fonetik artikulatoris, fonetik akustik dan fonetik auditoris tampak seperti dalam bagan berikut ini.
1 Pen#t#r
2 B#n$i ,ahaa "era",at !i #!ara
& Pen!en ar
'elinga !an ite" ne#rolo in a Alat/alat #0a(
!7
FONE'IK AUDI'O8IS #nt#) e,agian ,ear 'er"a#) ne#rologi+
Fonologi FONE'IK O8GANIS #nt#) e,agian ,ear ter"a#) ling#iti)+
FONE'IK AKUS'IS #nt#) e,agian ,ear 'er"a#) 5ii)a+
2.* H#,#ngan Gangg#an Bi0ara !engan Ka%ian Foneti)
Estilah ketidaklancaran berujar atau $angguan 'icara diterjemahkan dari language disordered atau language disabilities. 8pabila dikaitkan dengan proses berbahasa lisan, maka ketidaklancaran berujar atau gangguan bicara ini merujuk kepada kegagalan atau kekurangmampuan seseorang untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan dengan lancar dan berkesan (?ahey, & dalam *uslich, 206"0#. 3alam beberapa kasus, fenomena ketidaklancaran berujar atau gangguan bicara sering dikaitkan dengan ketidakmampuan belajar oleh indi5idu yang bersangkutan. 1ada umumnya penutur yang mempunyai masalah ketidaklancaran berujar atau gangguan bicara ini akan sukar atau tidak langsung merespons yang se)ajarnya atau keadaan lain yang tidak diharapkan dalam suatu percakapan. *asalah ketidaklancaran berujar oleh penutur ini dapat dilihat dari segi atau !
Fonologi kelemahan organ pertuturannya, keadaan suaranya (terutama dari segi nada dan kenyaringan#, dan kelancaran berujar (homas dan Carmack, &&0"2 dalam *uslich, 206" 0#. 1ermasalahan ketidaklancaran berujar atau gangguan bicara bisa disebabkan oleh" 2.*.1 Kegaga(an Stuttering + *enurut 8ins)orth (&7 dalam *uslich, 206"#, gagap merupakan salah satu permasalahan yang berhubungan dengan ketidaklancaran ketika berbahasa, yang dialami oleh seorang penutur. 1ada umunya, penutur yang gagap adalah penutur yang menghadapi masalah kekurangmampuan artikulator untuk berfungsi secara normal, dan9atau masalah pengaturan pernapasan atau le)atan udara dari paru-paru si penutur. 8ntara lain, yang termasuk ciri-ciri kegagapan adalah pemandekan, pemanjangan, dan pengulangan. 2.*.1.1 Pe"an!e)an ata# Ke"an!e)an 1emandekan atau kemandekan merujuk kepada ketidakmam-puan penutur untuk menggerakkan atau menga)ali gerak artikulator-artikulator pertuturannya untuk menghasilkan suatu perkataan yang dikehendaki. %emandekan ini muncul secara spontan sehingga penutur berupaya melancarkannya. 4paya penutur untuk memaksa artikulator-artikulatornya bergerak ini begitu kuatnya sehingga raut muka terlihat memerah (*uslich, 206"#.
!&
Fonologi 2.*.1.2 Pe"an%angan 1emanjangan merujuk kepada keadaan memanjangkan bunyi tertentu dalam jangka )aktu yang lebih lama dibandingkan dengan jarak )aktu normal. 1ada umumnya, penutur yang normal akan memanjangkan bunyi suatu bahasa dalam jangka )aktu yang singkat dibandingkan dengan penutur yang gagap. *isalnya se)aktu mengucapkan bunyi FnG untuk mengujarkan kata FnapasG, penutur gagap akan membunyikan dalam jangka )aktu yang lbih lama (bila dibandingkan dengan penutur normal#. 1emanjangan juga bisa dilihat dari pengekalan suatu artikulator pada posisi tertentu dalam jangka )aktun yang lebih lama, misalnya mengekalkan posisi lidah dan rahang ketika mengucapkan bunyi FtG dalam kata FtibaG (*uslich, 206"#.
2.*.1.& Peng#langan 1engulangan merujuk pada keadaan mengulang secara berturut-turut bunyi ;bunyi tertentu dalam suku kata, kata, frase, atau kalimat ketika diujarkan dalam suatu percakapan. *isalnya, kalimat 3ia terjatuh ke dalam parit diucapkan 3-d- dia dia dia t-t-ter-terja-jatuh ke-ke-ke da-da-dalam p-p-parit (?ihat homas dan Carmach, &&0"06-0 dalam *uslich, 206"2#.
60
Fonologi %eadaan seperti pemandekan, pemanjangan, dan pengulangan ini me)ujudkan masalah pada pembentukan dan kualitas nada, keadaan kelancaran le)atan udara paru-paru, dan kekuatan suara penutur yang bersangkutan. 8lat seperti laringoskop dapat membantu fonetis untuk memahami masalah pemandekan yang dihadapi penutur gagap. 3engan bantuan alat ini, akan terlihat keadaan pita suara yang tertutup rapat yang meyekat kelancaran aliran udara dari paru-paru penutur. 4ntuk mgetahui kedudukan lidah dengan tepat se)aktu penutur gagap menghadapi masalah pemandekan, fonetisi bisa menggunakan teknik sineradiograf. 3engan teknik sineradiograf ini fonetisi bisa mengambil satu per satu gambar pergerakan setiap satu artikulator ketika penutur berujar, di samping mengetahui dengan pasti kedudukan titik artikulasinya. (painter, &7&"/& dalam *uslich, diucapkan 3-d- dia dia dia t-t-ter-terja-ja-tuh ke-ke-ke da-da-dalam p-p parit (?ihat homas dan Carmach, &&0"06-0 dalam *uslich, 206"2#. Ciri pemanjangan (bunyi atau suku kata# yang terjadi pada penutur gagap dapat diukur dengan menggunakan spektograf. 4kuran ini dipaparkan dalam cermin kata spektograf dalam bentuk pola spektografik. Setiap kali sesudah penutur gagap diajarkan bagaimana peletakkan lidah yang betul untuk menghasilkan kualitas bunyi yang baik, maka spektograf pula yang akan 6
Fonologi digunakan sebagai perbandingan kualitas bunyi-bunyi yang dihasilkan (hde dan Sharf, &&2"& dalam *uslich, 206"2#. Cara ini akan membantu penutur yang bersangkutan untuk menghasilkan pola spektografik yang mencerminkan kualitas ujaran 2.*.2 Kel#"(#han S$ara5 Ota) Celebral Palsied) Estilah kelumpuhan otak merujuk pada kecederaan di bagian tengah sistem nervous otak manusia yang mengakibatkan proses arahan dan perpindahan dari otak ke saraf penggerak yang mendorong pergerakan anggota tubuh sangat lemah bahkan tidak berfungsi (*ysak, &&0 dalam *uslich, 206"2-!#. %elumpuhan ini turut melibatkan secara langsung ketidaklancaran proses pengujaran. %etidaklancaran ini berkaitan dengan keadaan pernapasan yang tidak normal yang berdampak pada aliran udara diperlukan ketika menghasilkan bunyi ujaran, kenyaringan dan kejelasan suara, dan kemampuan gerakan artikulator-artikulator pertuturan. :onetisi atau ahli fonetik berupaya memahami masalah kondisi pernapasan yang tidak normal ini dengan menggunakan beberapa alat tertentu, misalnya, pneumokatograf dan respirometer . 8lat pneumokatograf berfungsi untuk mengukur 5olume setiap pergerakan udara dalam bentuk mililiter, sedangkan alat respirometer memberikan petunjuk tentang kapasitas paru-paru dan perubahan
62
Fonologi 5olume paru-paru (1ainter, 07&, dalam *uslich, 206"2-!#. 3alam kasus kelumpuhan syaraf otak (celebral palsied)"fonetisi atau ahli fonetik berusaha membantu penutur yang mengalami kelumpuhan syaraf otak ini untuk berlatih menggerakan artikulator-artikulator ke posisi yang tepat sesuai dengan bunyi bahasa yang ingin dihasilkan. 1enutur bisa diajari juga menyalurkan gerakan-gerakan udara dari paru-paru ke rongga hidung atau rongga mulut. 2.*.& Belahan Langit/langit M#l#t Cleft palate# 'elahan langit-langit mulut (cleft palate# merujuk pada keadaan (*uslich, 206"!-6#" # erbelahnya atau merekahnya langit-langit mulut seorang penutur 'elahan atau rekahan langit-langit mulut ini bisa terjadi pada langit-langit keras saja, langit-langit lunak saja, atau kedua-duannya. 2# 'elahan atau rekahan pada bibir penutur %edua masalah ketidaklancaran berujar atau gangguan bicara di atas dapat dtanggulangi dengan bantuan dan bentuk pembelajaran oleh fonetisi.4ntuk memastikan apakah bagian langit-langit mulut masih berfungsi atau tidak dalam proses menghasilkan bunyi bahasa, fonetisi dapat dapat memanfaatkan alat palatografi. 1enutur yang bersangkutan juga diminta mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk direkam ke
6!
Fonologi dalam bentuk gelombang pada alat oskilloskop.1erekaman ini penting untuk menentukan tekanan dan alian udara rongga mulut, rongga hidung atau pada bibir. 'erdasarkan pemahaman tentang keadaan artikulator dan titik artikulasi serta tekanan dan aliran udara di rongga mulut dan rongga hidung, penutur yang mempunyai belahan langit-langit mulut dan belahan atau rekahan pada bibir itu, maka" (# :onetisi atau ahli fonetik dapat mencoba membantu perbaikan kualitas bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan. (2# :onetisi atau ahli fonetik dapat mengajarkan penutur yang bersangkutan tentang posisi lidah yang betul pada titik yang dapat menghasilkan bunyi bahasa yang dikehendaki. (!# :onetisi atau ahli fonetik dapat mengajarkan cara letusan atau letupan dua bibir yang betul dalam menghasilkan bunyi afrikatif (bunyi c, j, k, g# dan plosif (bunyi p, b, t,d#. 2.*.* 8#a)n$a Pen!engaran Hearing Impaired) %asus kerusakan pendengaran ini dapat dibagi dalam dua keadaan (*uslich, 206"6-#, yaitu" 1+ Pen#t#r $ang Me"(#n$ai Maalah K#alita Pen!engaran 8en!ah 1enutur yang mempunyai masalah kualitas pendengaran yang rendah berkemungkinan untuk
66
Fonologi gagal mengenal dengan baik bunyi-bunyi yang berfrekuensi tinggi seperti bunyi FsGdan FfG. %arena itu ia akan menghadapi masalah ketika memahami perkataan dalam suatu ujaran yang mengandung bunyi-bunyi yang berfrekuensi tersebut di atas (homas dan Carmach, &&0 dalan *uslich, 206"6#. 1enutur yang mengalami kerusakan pendengaran ini diajarkan bertutur dengan bantuan alat spektograf dan oskiloskop oleh fonetisi atau ahli fonetik. 1enutur yang bersangkutan akan berusaha bertutur dengan betul atau memperbaiki kualitas pertuturannya dengan melihat pola spektografik yang dihasilkan di atas kertas spektogram, seperti" (# %ualitas bunyi 5okal, (2# 1erbedaan di antara bunyi-bunyi 5okal, nasal dan lateral, (!# *engenal dengan baik perbedaan antara" a# 'unyi-bunyi letup dan frikatif, b# 'unyi-bunyi letup dan getar, c# 'unyi-bunyi bersuara dan tidak bersuara. Sayangnya, usaha-usaha pembinaan terhadap ketidaklancaran berujar atau gangguan bicara ini tidak didukung oleh peralatan yang memadai sehingga angan-angan ini masih jauh kenyataan. 2+ Pen#t#r $ang Pe)a) ata# '#li 1enutur yang pekak atau tuli tidak dapatih dilatih untuk memperbaiki organ pendengarannya, terutma penutur yang alat pendengaraannya sudah rusak total. 6
Fonologi 1enutur yang pekak atau tuli hanya dapat dibantu dengan alat bantu dengar elektronik yang dihubungkan langsung ke gendang-gendang telinga.
2.- Jeni/%eni B#n$i Bahaa 2.-.1
B#n$i 7o)oi!6 Se"i 7o)oi! !an Kontoi! (*uslich, 206"6/ *arsono, &&"/-2#
1embedaan bunyi 5okoid, kontoid dan semi 5okoid didasarkan pada ada tidaknya hambatan atau proses artikulasi pada alat-alat ucap.
2.-.1.1 B#n$i 7o)oi! (*uslich, 206"6/ *arsono, &&"/-2#
1embahasan tentang bunyi 5okoid, meliputi" a. Pengrtian B#n$i ;o)oi!
'unyi 5okoid (*uslich, 206"6/# adalah bunyi yang dihasilkan tanpa melibatkan penyempitan atau penutupan pada daerah artikulasi. Selanjutnya, menururut +os 3aniel 1arera (&7&"2#, bunyi 5okoid
6/
Fonologi dihasilkan dengan pelonggaran udara yang keluar dari dalam paru-paru tanpa mendapat halangan. %etika bunyi itu diucapkan, yang diatur hanyalah ruang resonansi pada rongga mulut melalui pengaturan posisi lidah dan bibir. 'erkaitan dengan pengaturan ruang resonansi pada rongga mulut le)at posisi lidah dan bibir, 3aniel +ones menemukan delapan titik 5okoid yang disebut dengan nama @okal %ardinal ( $ardinal Vo%el #, seperti yang tampak dalam diagram @okoid %ardinal berikut ini (*uslich, 206" 67#. FiG.
.
FuG
FeG.
.FoG
.FG
67
FɛG.
Fonologi FaG. . .FɑG
'unyi-bunyi 5okoid itu jumlahnya hanya sedikit bila dibandingkan dengan bunyi-bunyi kontoid. al ini karena terbatasnya pengaturan posisi lidah dan bibir ketika bunyi itu diucapkan. 'unyi 5okoid dalam berbagai bahasa sangat ber5ariatif, apalagi setelah diterapkan dalam berbagai distribusi dan lingkungan. 'unyi-bunyi 5okoid inilah yang kemudian diseleksi menjadi fonem 5okal. ,. Kriteria Pengelo"(o))an B#n$i/,#n$i 7o)oi!
1engelompokkan bunyi-bunyi 5okoid dilakukan berdasarkan (*uslich, 206" /-# kriteria-kriteria berikut ini" 1+ Ber!aar)an Ber!aar)an 'inggi 8en!ahn$a Li!ah
'erdasarkan tinggi rendahnya lidah (Chaer, 20!"!, 5okoid dapat dibedakan atas enam macam, yaitu" (# @okoid inggi 8tas, seperti @okoid" FiG dan FuG 6
Fonologi (2# @okoid inggi 'a)ah, seperti @okoid" FEG dan F4G (!# @okoid Sedang 8tas, seperti @okoid" FeG dan FoG (6# @okoid Sedang 'a)ah, seperti @okoid" F ɛG dan F⊃G (# @okoid Sedang (engah#, seperti @okoid" FIG (/# @okoid Aendah, seperti @okoid" FaG 2+ Ber!aar)an Ma%# M#n!#rn$a Li!ah 'erdasarkan maju mundurnya lidah (Chaer, 20!"!, 5okoid dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu" (# @okoid 3epan, seperti @okoid" FiG, FeG dan FaG (2# @okoid engah (1usat#, seperti @okoid" FIG (pepet# (!# @okoid 'elakang, seperti @okoid" FuG, FoG &+ Ber!aar)an Poii Bi,ir ata# Bent#) Bi,ir Bent#) M#l#t+ 'erdasarkan (oii ,i,ir ata# ,ent#) ,i,ir ,ent#) "#l#t+ , 5okoid dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu" (# @okoid 'undar, yaitu 5okoid yang diucapkan dengan posisi bibir atau bentuk bibir (bentuk mulut# membundar. 3alam hal ini ada yang bundar terbuka, seperti 5okoid" F ⊃G dan yang bundar tertutup, seperti 5okoid" FoG dan FuG
6&
Fonologi (2# @okoid ak 'undar, yaitu 5okoid yang diucapkan dengan posisi bibir atau bentuk bibir (bentuk mulut# tidak membundar, melainkan terbentang lebar, seperti 5okoid" FiG, FeG dan FɛG. (!# @okoid >etral, yaitu 5okoid yang diucapkan dengan posisi bibir atau bentuk bibir (bentuk mulut# tidak membundar dan tidak melebar, seperti 5okoid" FaG.
2.-.1.2 B#n$i Se"i 7o)oi!
'unyi semi 5okoid adalah bunyi yang proses pembentukannya mula-mula secara ;o)oi! lalu diakhiri secara kontoid. %arena itu bunyi ini disebut juga bunyi hampiran (aproksiman#. 'unyi semi 5okoid hanya ada dua, yaitu bunyi bilabial F)G dan bunyi laminopalatal FyG.
2.-.1.& B#n$i Kontoi!
'unyi kontoid (*uslich, 206"6# yaitu bunyi yang dihasilkan dengan melibatkan penyempitan atau penutupan pada derah artikulasi. 'unyi-bunyi kontoid ini lebih banyak jumlahnya bila dibandingkan dengan bunyi-bunyi 5okoid, seiring dengan banyaknya jenis 0
Fonologi artikulator yang terlibat dalam upaya penyempitan atau penutupan ketika bunyi diucapkan. 'unyi kontoid dalam berbagai bahasa juga sangat ber5ariatif, apalagi setelah diterapkan dalam berbagai distribusi dan lingkungan. 'unyi-bunyi kontoid inilah yang kemudian diseleksi menjadi fonem konsonan.
2.-.2 B#n$i Oral !an B#n$i Naal
1embedaan kedua bunyi berdasarkan jalnnya udara, yaitu"
ini
dilakukan
a+ B#n$i Oral
'unyi oral yaitu bunyi ujaran yang dihasilkan dengan cara arus udara keluar melalui rongga mulut (bdk.%eraf, &&"27# seperti bunyi FbG, FpG, F5G, FfG, FdG, FtG, F
'unyi nasal yaitu bunyi ujaran yang dihasilkan dengan cara arus udara keluar melalui rongga hidung, seperti bunyi FmG, FnG,JG,FKG.
Fonologi
2. -.& B#n$i Ber#ara !an B#n$i 'a) Ber#ara
'erdasarkan ada tidaknya getaran pada pita suara se)aktu bunyi itu dihasilkan (*uslich, 206"0 Chaer, 20!"!!#, bunyi ujaran dibedakan atas" a+ B#n$i Ber#ara
'unyi 'ersuara yaitu bunyi ujaran yang dihasilkan bila pita suara turut bergetar ketika bunyi-bunyi itu dihasilkan, seperti bunyi FbG, FdG, FgG, F
'unyi ak 'ersuara yaitu bunyi ujaran yang dihasilkan bila pita suara tidak bergetar ketika bunyi bunyi itu dihasilkan, seperti bunyi FpG, FtG, FkG, FsG.
2. -.* B#n$i Pan%ang !an B#n$i Pen!e)
'erdasarkan lama tidaknya bunyi itu dihasilkan (*uslich, 206"0, Chaer, 20!"!6#, bunyi ujaran dibedakan atas"
2
Fonologi a+ B#n$i Pan%ang ,+ B#n$i Pen!e)
1embedaan kedua bunyi ini didasarkan pada lama atau tidaknya bunyi itu dihasilkan. 'aik bunyi 5okoid maupun bunyi kontoid dapt dibagi atas bunyi panjang dan bunyi pendek. %edua bunyi ini tidak terdapat dalam 'ahasa Endonesia. Sampai sejauh ini kedua bunyi ini hanya terdapat dalam 'ahasa ?atin dan 'ahasa 8rab. (Catatan" *arilah kita selidiki kedua bunyi ini dalam bahasa daerah kita masing-masing#.
2. -.- B#n$i B#n$i Kera !an B#n$i L#na)
'erdasarkan ada tidaknya ketegangan kekuatan arus udara ketika bunyi itu dihasilkan (Chaer, 20!"!6#, bunyi ujaran dibedakan atas" a+ B#n$i Kera
'unyi keras ( fortis# yaitu bunyi ujaran yang terjadi karena pernapasan yang kuat dan otot yang tegang, seperti bunyi FtG, FkG, FsG.
!
Fonologi ,+ B#n$i L#na)
'unyi lunak (lenis# yaitu bunyi ujaran yang terjadi karena pernapasan yang lembut dan otot yang kendur, seperti bunyi FdG, FgG, F
2. -. B#n$i '#nggal !an B#n$i 8ang)a(
1embedaan kedua bunyi ini berdasarkan pada hadirnya sebuah bunyi yang tidak sama sebagai satu kesatuan dalam sebuah silabel (suku kata#, bunyi ujaran dibedakan atas" a. B#n$i '#nggal 7o)oi! ata# Mono5tong
'unyi tunggal 5okoid disebut monoftong, seperti bunyi FaG dan FiG pada kata FlantaiG dan F cerai G. ,. B#n$i 8ang)a( 7o)oi! ata# Di5tong
'unyi rangkap 5okoid seperti bunyi FaG dan FiG pada
disebut
FlantaiG dan F cerai G. 0. B#n$i 8ang)a( Kontoi! ata# Kl#ter
6
diftong
Fonologi 'unyi rangkap kontoid disebut kluster seperti bunyi FkG dan FlG pada kata F klasikG dan FklitikaG (Chaer, 20!" !6#.
2. -.4 B#n$i N$aring !an B#n$i 'a) N$aring
'erdasarkan derajat kenyaringan (sonoritas# bunyi-bunyi (Chaer, 20!"!6#, bunyi ujaran dibedakan atas" a+ B#n$i N$aring ,+ B#n$i 'a) N$aring !an ,#n$i ta) 1embedaan ,#n$i n$aring n$aring didasarkan pada derajat kenyaringan (sonoritas# bunyi-bunyi itu yang ditentukan oleh besar kecilnya ruang resonansi pada )aktu bunyi itu diucapkan.
'unyi 5okoid pada umumnya mempunyai sonoritas yang lebih tinggi darpada bunyi kontoid. leh karena itu, setiap bunyi 5okoid menjadi puncak kenyaringan setiap silabel. 'ila ada dua buah 5okoid beruntun yang masing-masing memiliki kenyaringan yang tinggi berari kedua 5okoid itu merupakan dua
Fonologi silabel yang berbeda, seperti pada kata FiaG, FbeoG dan FtuaG dalam 'ahasa Endonesia (Chaer, 20!"!6#.
2. -.> B#n$i Egrei5 !an B#n$i Ingrei5
'erdasarkan sumber arus udara, yaitu dari mana datangnya arus udara dalam menghasikan bunyi itu (Chaer, 20!"!#, bunyi ujaran dibedakan atas" a+ B#n$i Egrei5 E)(loi5+
'unyi Egrei5 E)(loi5+ yaitu bunyi ujaran yang dihasilkan bila udara datang dari dalam paru paru, artinya arus udara dihembuskan keluar dari dalam paru-paru, seperti bunyi FbG, FdG, FgG dalam 'ahasa Endonesia. 8da dua macam bunyi egresif (eksplosif# yaitu" (# 'unyi egresif (eksplosif# pulmonik, apabila arus udara itu berasal dari dalam paru-paru, pangkal tenggorokan (2# 'unyi egresif (eksplosif# glotalik, apabila arus udara itu berasal dari dalam pangkal tenggorokan
/
Fonologi ,+ B#n$i Ingrei5 I"(loi5+
'unyi ingresif (implosif# yaitu bunyi ujaran yang dihasilkan bila udara datang dari luar, yaitu dari udara bebas di alam semesta artinya arus udara dihirup masuk ke dalam paru-paru, seperti bunyi F ɓG dalam kata FɓoɓaG ’pukul’, FɗG dalam kata F ɗo ɗoG ’turunl’, FɠG dalam kata Fɠoɠ oG ’mengonggong’ (anjing# dalam 'ahasa >agekeo.
2.-.? B#n$i S#(raeg"ental 2.-.?.1 Ar# U%aran Mer#(a)an 8#nt#nan B#n$i ('ahan 8jar, 20"7/-77#
8rus ujaran manusia merupakan runtunan bunyi kontinum, bersambung terus-menerus. 3alam arus ujaran itu terdapat dua macam bunyi ujaran, yaitu a# bunyi ujaran yang dapat dipenggal dan berkomplementasi dengan bunyi ujaran yang dapat dipenggal b# 'unyi sertaan, yaitu bunyi ujaran yang tidak dapat dipenggal atas segmen atau ruas-ruas yang disebut ,#n$i/,#n$i #(raeg"ental atau bunyi-,#n$i (roo!i. 'unyi suprasegmental atau nonsegmental (*uslich, 206"/-//, Chaer, 20!"!-/ #, yaitu bunyi 7
Fonologi yang tidak dapat disegmentasikan karena kehadiran bunyi ini selalu mengiringi atau menemani bunyi segmental baik bunyi 5okoid maupun bunyi kontoid. Sejauh ini bunyi (unsur# suprasegmental tidak berlaku atau tidak ditemukan dalam fonetik 'ahasa Endonesia, tetapi berlaku atau ditemukan dalam fonetik bahasa lain. *isalnya, dalam 'ahasa >gbaka di %ongo 4tara, benua 8frika (Chaer, 20!"!# kata FsaG ’memanggil’. 'ila diberi nada turun Fsa LG ’sedang memanggil’, bila diberi nada datar Fsa M G ’sudah memanggil, bila diberi nada turun naik Fsa 5G ’sudah memanggil, bila diberi nada naik Fsa ⁄ G ’panggillah (sebagai bentuk imperatif#.
2.-.?.2 Klai5i)ai B#n$i S#(raeg"ental ata# 3iri/ 0iri Proo!i (*artha, 20"77-2#
4nsur suprasegmental yang berupa tekanan, nada, durasi, dan jeda karena tidak bersifat fonemis tidak diberi lambang apa-apa. 4nsur atau bunyi suprasegmental bekerja atau berlangsung se)aktu bunyi segmental dihasilkan. 4nsur suprasegmental yang disebut juga ciri-ciri prosodi dapat diklasifikasikan seperti berikut ini"
Fonologi 1+ 'e)anan
ekanan atau stres menyangkut masalah keras lemahnya bunyi. Suatu bunyi segmental yang diucapkan dengan arus yang kuat menyebabkan amplitudonya melebar, pasti dibarengi dengan tekanan keras . Sebaliknya, sebuah bunyi segmental diucapkan dengan arus yang tidak kuat menyebabkan amplitudonya menyempit, pasti dibarengi dengan tekanan lemah. ekanan ini mungkin terjadi" (a# Secara sporadis, (b# Secara berpola, (c# 'ersifat distingtif, artinya dapat membedakan makna, (d# idak distingtif 3alam 'ahasa Endonesia tekanan tidak berperan pada tingkat fonemis, melainkan berperan pada tingkat sintaksis karena dapat membedakan makna kalimat, seperti contoh berikut ini < @Dia "enang)a( a$a" it#@.
&
Fonologi (a# %alau tekanan diberikan pada kata !ia, maka berarti yang menangkap ayam itu adalah !ia bukan orang lain. (b# %alau tekanan diberikan pada kata "enang)a(, maka berarti yang dilakukan adalah "enang)a( bukan menyembelih atau perbuatan yang lain. (c# %alau tekanan diberikan pada kata a$a", maka berarti yang ditangkap adalah a$a" bukan )a",ing atau ,inatang lain. (d# %alau tekanan diberikan pada kata it#, maka berarti yang ditangkap adalah a$a" it# bukan a$a" ini. 2+ Na!a
>ada atau pich berkenaan dengan masalah tinggi rendahnya suatu bunyi. 'ila suatu bunyi segmental diucapkan dengan frekuensi getaran yang tinggi, tentu akan disertai dengan nada yang tinggi. Sebaliknya, bila suatu bunyi segmental diucapkan dengan frekuensi getaran yang rendah, tentu akan disertai dengan nada yang rendah 3alam bahasa onal seperti bahasa hai dan bahasa @ietnam, nada bersifat fonemis, artinya dapat membedakan makna kata. /0
Fonologi 3alam bahasa onal biasanya dikenal adanya macam nada, yaitu" (# >ada naik atau meninggi yang biasanya tanda garis ke atas ( ⁄ # (2# >ada datar yang biasanya tanda garis lurus mendatar ( — # (!# >ada turun atau merendah yang biasanya tanda garis menurun ( \ # (6# >ada turun naik yaitu nada yang merendah lalu meninggi yang biasanya tanda garis turun naik ( v # (# >ada naik turun yaitu nada yang meninggi lalu merendah yang biasanya tanda garis naik turun ( ^ # 3alam bahasa Endonesia, nada tidak berfungsi pada tingkat fonemis melainkan berfungsi pada tingkat sintaksis, karena dapat membedakan makna kalimat. @ariasi nada yang menyertai unsur segmental dalam kalimat disebut intonasi. Entonasi biasanya dibedakan atas 6 macam, yaitu"
/
Fonologi (# >ada rendah, biasanya ditandai dengan angka . (2# >ada sedang, biasanya ditandai dengan angka 2. (!# >ada tinggi, biasanya ditandai dengan angka !. (6# >ada sangat tinggi, biasanya ditandai dengan angka 6. 4nsur intonasi yang dapat mengubah makna kalimat diberi lambang berupa tanda baca, yaitu" a# 4ntuk kalimat deklaratif diberi tanda baca tanda titik (.#. b# 4ntuk kalimat interogatif diberi tanda baca tanda tanya (N#. c# 4ntuk kalimat imperatif diberi tanda baca tanda seru (O#. d#
4ntuk menandai bagian-bagian kalimat digunakan tanda baca koma (,# dan tanda baca titik koma (,#.
&+ Je!a ata# Perhentian Peren!ian+
/2
Fonologi +eda atau 1erhentian (persendian# berkenaan dengan masalah hentian bunyi dalam arus ujaran. 3isebut jeda karena adanya hentian itu dan disebut persendian karena di tempat perhentian itulah terjadinya persambungan antara dua segmen ujaran. +eda ini dapat bersifat penuh atau bersifat sementara. +eda atau 1erhentian (1ersendian# biasanya dibedakan atas dua macam, yaitu" a+ Sen!i Dala" Internal uncture+
Sendi dalam (internal &uncture# menunjukkan batas antara satu sikabel dengan silabel yang lain. Sendi dalam yang menjadi batas silabel biasanya ditandai dengan tanda (P#. Contoh" FamPbilG FlakPsaPnaG FkePlePlaP)arG ,+ Sen!i L#ar Open uncture+
Sendi luar (open &uncture# menunjukkan batas yang lebih besar dari silabel. Sendi dalam yang menjadi batas silabel biasanya ditandai dengan tanda (P#. /!
Fonologi +eda luar (open &uncture# biasanya dibedakan atas tiga macam, yaitu" (# +eda antarkata dalam frase ditandai dengan garis miring tunggal (9# (2# +eda antarfrase dalam klausa ditandai dengan garis miring ganda (99# (!# +eda antarkalimat dalam )acana9paragraf ditandai dengan garis berpotongan (Q# ekanan dan jeda dalam 'ahasa Endonesia sangat penting karena tekanan dan jeda itu dapat mengubah makna kalimat. Contoh" Q buku 99 sejarah 9 baru Q %alimat pertama di atas mengenai sejarah baru’.
bermakna
’buku
# buku / sejarah // baru # Kalimat kedua di atas bermakna ’buku baru mengenai sejarah’. *+ D#rai
3urasi berkaitan dengan masalah panjang pendeknya atau lama singkatnya suatu bunyi diucapkan. anda untuk bunyi panjang adalah titik /6
Fonologi dua dua di sebel sebelah ah kana kanan n dari dari bunyi bunyi yang yang diuc diucapk apkan an (......."# atau tanda garis kecil di atas bunyi segmental segmental yang diucapkan.
2. -.1+ B#n$i Uta"a !an B#n$i Sertaan
'erdasarkan pada adanya proses artikulasi bunyi ujaran ujaran (Chaer, (Chaer, 20!"!-!/ 20!"!-!/ *uslich,206"/ *uslich,206"/7-/# 7-/# dibedakan atas" a+ B#n$i Uta"a ata# B#n$i Pri"er
3alam pertuturan, bunyi-bunyi bahasa itu tidak berdiri sendiri-sendiri, sendiri-sendiri, melainkan melainkan saling pengaruhpengaruhmempengaruhi baik dari bunyi yang ada sebelumnya maup maupun un dari dari buny bunyii sesu sesuda dahn hny ya. 'egi 'egitu tula lah h keti ketika ka sebuah bunyi diujarkan9 diartikulasikan, maka akibat dari pengaruh bunyi berikutnya terjadi pulalah bunyi ujara ujaran9a n9arti rtikul kulasi asi lain lain yang yang diseb disebut ut buny bunyi9a i9arti rtikul kulasi asi sertaan atau ko-artikulasi atau artikulasi sekunder. ,+ B#n$i Sertaan ata# B#n$i Se)#n!er
'unyi 1engiring atau 'unyi Sertaan atau 'unyi ambahan mbahan (*uslich (*uslich,, 206"/7-/ 206"/7-/&, &, Chaer, Chaer, 20!"!-! 20!"!-!7#, 7#, adal adalah ah buny bunyii yang ang ikut ikut muncu uncull keti ketika ka buny bunyii utam utamaa /
Fonologi diucapkan atau dihasilkan. 'unyi-bunyi sertaan disebut juga bunyi pengiring yang muncul, antara lain, akibat adanya proses artikulasi. 'unyi pengiring atau bunyi sertaan dikelompokkan seperti berikut ini" 1+ B#n$i La,ialiai
?abilisa ?abilisasi, si, yaitu yaitu bunyi bunyi sertaan sertaan yang yang dihasilk dihasilkan an dengan cara kedua bibir dibulatkan dan disempitkan segera atau ketika bunyi utama diucapkan, sehingga terdengar bunyi sertaan F ʷG pada bunyi utama. *isa *isaln lny ya buny bunyii FtG FtG pada pada kata kata Ftuj Ftujua uanG nG terd terden enga gar r seba sebaga gaii buny bunyii Ft ʷGseh Gsehin ingg ggaa lafa lafaln lny ya Ftʷujua ujuanG nG.. +adi +adi bunyi FtG dikatakan dikatakan dilabialisasik dilabialisasikan. an. 2+ B#n$i Palataliai
1alatalisasi yaitu bunyi sertaan yang duhasilkan dengan cara tengah lidah dinaikkan mendekati langitlangit keras (palatum# segera atau ketika bunyi utama diuc diucap apka kan n sehi sehing ngga ga terd terden enga garr buny bunyii sert sertaa aan n F ʸG. *isa *isaln lny ya buny bunyii FpG FpG pada pada kata kata Fpia Fpiara raGG terd terden enga gar r seb sebagai buny bunyii FpʸG seh sehingg ngga ucapan pannya nya menjadi jadi FpʸaraG. +adi, +adi, bunyi bunyi FpG telah dipalatalisasi. dipalatalisasi. &+ B#n$i 7elariai
//
Fonologi @elarisasi larisasi yaitu yaitu bunyi bunyi sertaan sertaan yang yang dihasilk dihasilkan an dengan cara mengangkat lidah ke arah langit-langit lunak nak (5e (5elum lum# seg segera atau tau ketika ika buny bunyii uta utama diuc diucap apka kan n sehi sehing ngga ga terd terden enga garr buny bunyii sert sertaa aan n F ˣG. *isalnya, bunyi FmG pada kata Fmahluk G terdengar seba sebaga gaii buny bunyii FmˣG, sehi sehing ngga ga ucap ucapan anny nyaa menj menjad adii FmˣaBlu aBlukG kG.. *+ B#n$i 8etro5le)i
Aetrofleksi yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan dengan dengan cara cara ujung lidah lidah ditarik ditarik ke belaka belakang ng segera segera atau atau keti ketika ka buny bunyii utam utamaa diuc diucap apka kan n sehi sehing ngga ga terde terdeng ngar ar buny bunyii serta sertaan an F r G. *isa *isaln lny ya buny bunyii Fk r G sehingga ucapannya ucapannya menjadi Fk r ertasG. +adi, bunyi FkG telah diretofleksikan. -+ Glotaliai B#n$i E%e)ti5+
$lotalisasi yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan deng dengan an cara ara glot glotis is ditu ditutu tup p sete setela lah h buny bunyii utam utamaa diuc diucap apka kan n shing shingga ga terd terden enga garr buny bunyii sert sertaa aan n F ʔG. *isa *isaln lny ya buny bunyii FaG FaG pada pada kata kata Ra Raka kan n terd terden enga gar r sebagai bunyi Fa ʔG sehingga menjadi Fa ʔkanG. + B#n$i A(irai
8spi 8spira rasi si yait yaitu u buny bunyii sert sertaa aan n yang yang diha dihasi silk lkan an deng dengan an cara cara arus rus udar udaraa yang ang kelu keluar ar le)a le)att rong rongaa /7
Fonologi mulut terlalu keras sehingga terdengar bunyi sertaan F% hG. (% = %ont %ontoi oid d atau atau %ons %onson onan an#. #. *isa *isaln lny ya" a# bunyi FpG pada a)al kata bahas Enggris FpeaceG FpeaceG terde terdeng ngar ar sebag sebagai ai buny bunyi Fp hG, sehing sehingga ga ucap ucapan annya nya menjadi FpheisG b# bunyi FlG sebagai 5arian dari bunyi FrG pada a)al kata bahasa >agekeo 3ialek ?ape ; Ea pada kata FlobaG terdengar terdengar sebagai bunyi Fl hG, sehingga ucapannya menjadi Fl hobaG kain sarung’ 4+ B#n$i Naaliai
>asalisasi >asalisasi yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan dihasilkan deng dengan an cara cara memb member erik ikan an kese kesemp mpat atan an arus arus udar udaraa melal melalui ui rongg ronggaa hidun hidung g sebelu sebelum m atau atau sesaa sesaatt bunyi bunyi utama diucapkan, sehingga terdengar bunyi sertaan FmG. al al ini ini bias biasaa terj terjad adii pada pada kon konsona sonan n hamb hambat at bersuara, yaitu FbG, FdG, dan FgG, sehingga menjadi F bG FndG FKgG. >+ B#n$i Kli)
'unyi %lik yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan deng dengan an cara cara lidah lidah belak belakan ang g menem menempel pel rapa rapatt pada pada 5elum 5elum (langi (langit-l t-lang angit it lunak lunak## sebel sebelum um dan dan se)akt se)aktu u bunyi utama dihasilkan dihasilkan sehingga ketika penempelan penempelan pada 5elum dilepas terdengar bunyi F% k G . ( % = %ontoid atau %onsonan#.
/
Fonologi ?+ B#n$i E)(loi5 ata# B#n$i Le(a
Tksplosif atau 'unyi ?epas yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cara arus udara dilepaskan kembali setelah dihambat total. ?a)annya adalah bunyi implosif (bunyi tak lepas#. *isalnya" bunyi FbG pada a)al kata bahasa >agekeo dialek oto pada kata FbokoG ’buah’ terdengar sebagai bunyi Fb hG, sehingga ucapannya menjadi FbhokoG
2. Sila,el ata# Kata S#)#
Silabel atau %ata Suku (Chaer, 20!" 7-/0, adalah satuan ritmis terkecil dalam suatu ujaran. Satu silabelnya biasanya melibatkan satu bunyi 5okal, atau satu 5okal dan satu konsonan atau lebih. 4ntuk memahami tentang suku kata ini, para linguis atau fonetisi mengemukakan dua teori (*uslich, 206"7!-7/,#, yaitu" 1+ 'eori Sonorita
eori sonoritas menjelaskan bah)a suatu rangkaian bunyi bahasa yang diucapkan oleh penutur selalu terdapat puncak-puncak kenyaringan (sonoritas# di antara bunyi-bunyi yang diucapkan. 1uncak kenyaringan ini ditandai dengan denyutan dada yang /&
Fonologi menyebabkan paru-paru mendorong udara keluar. Satuan kenyaringan bunyi yang dikuti dengan satuan denyutan dada yang menyebabkan udara keluar dari paru inilah yang disebut satuan silaba atau suku kata. Silabel sebagai satuan ritmis terkecil mempunyai puncak kenyaringan atau sonoritas yang biasanya jatuh pada sebuah bunyi 5okal. %enyaringan atau sonoritas yang menjadi puncak silabel terjadi karena adanya ruang resonansi berupa rongga mulut atau rongga-rongga lain di dalam kepala atau dada. 'unyi yang paling banyak menggunakan ruang resonansi itu adalah bunyi 5okal, bukan bunyi konsonan. %arena itulah yang dapat disebut bunyi silabis atau puncak silabis adalah bunyi 5okal. *isalnya, kata !anC dalam bahasa Endonesia. %ata itu terdiri atas bunyi FdG, bunyi FaG, dan bunyi FnG. 'unyi FdG, dan bunyi FnG adalah bunyi kontoid, sedangkan bunyi FaG adalah bunyi bunyi 5okoid. 'unyi FaG pada kata F !anG itu menjadi puncak silabis dan puncak kenyaringan sebab bunyi FaG sebagai bunyi 5okoid ketika diproduksi mempunyai ruang resonansi yang lebih besar. Secara relatif ketiga bunyi yang membentuk kata F !anG tinggi kenyaringan dapat digambarkan sebagai berikut"
70
Fonologi d
a
n
Contoh lain, kata 9)a",ing mempunyai dua puncak kenyaringan karena mempunyai dua buah silabel, seperti yang digambarkan berikut ini.
k i
a
m
b
K
%emungkinan urutan bunyi konsonan ; 5okal dalam silabel disebut fonotaktik. 'unyi konsonan yang berada sebelum 5okal (yang memjadi puncak kenyaringan disebut onset (# dan konsonan yang hadir sesudah 5okal disebut koda' sedangkan 5okalnya sendiri disebut nuklus# Sejauh ini urutan 5okal (@# dan konsonan (%# yang ada dalam 'ahasa Endonesia, adalah" # @,
7
seperti FiG pada kata F i P niG
Fonologi 2# %@,
seperti FlaG pada kata F la P utG
!# @%,
seperti FamG pada kata F am P bilG
6# %@%,
seperti FbutG pada kata F se P butG
# %%@,
seperti FklaG pada kata F kla P sikG
/# %%@%, seperti FtrakG pada kata F trak P torG 7# %%@%, seperti FteksG pada kata F kon P teksG # %@%%, seperti FstraG pada kata F stra P te P giG %%%@, seperti FpleksG pada kata F kom P pleksG 0# %%@%%, turG
seperti FstrukG pada kata F struk P
# %%%@, seperti FeksG pada kata F eks P porG 3atatan<
1ola - 6 adalah pola silabel asli 'ahasa Endonesia9'ahasa *elayu. 1ola ; adalah silabel yang berasal dari bahasa asing. leh karena itu, banyak kata yang berasal dari bahasa asing dan memiliki pola silabel dua buah konsonan beruntun, maka di antara kedua konsonan itu diselipkan bunyi 72
Fonologi FIG. *isalnya, kata FklasG menjadi FkI P lasG, kata praktek menjadi FpI Prak P tekG dan kata FadministrasiG menjadi Fad Pmi P nis PtIra PsiG. 3engan penyisipan bunyi FIGitu, maka polanya menjadi pola slabel asli 'ahasa Endonesia.
2+ 'eori Pro"inan
eori prominans menitikberatkan pada gabungan sonoritas dan ciri-ciri suprasegmental, terutama jeda ( &uncture#. %etika rangkaian bunyi itu diucapkan, selain terdengar satuan kenyaringan bunyi, juga terasa adanya jeda di antaranya yaitu kesenyapan sebelum dan sesudah puncak kenyaringan. 8tas anjuran teori ini, batas di antara bunyi-bunyi puncak itu diberi tnda tambah (P# misalnya kata FmendakiG ditranskripsikan menjadi Fmen P da P kiG Eni berarti, kata tersebut terdiri atas tiga suku kata dan dari sinilah silabisasi bisa diterapkan secara fonetis.
7!
Fonologi 'erdasarkan teori sonoritas dan teori prominans diketahui bah)a sebagian besar struktur suku kata terdiri atas satu bunyi sonor yang berupa 5okoid, baik tidak didahului dan diikuti kontoid, didahului dan diikuti kontoid, didahului kontoid saja, atau diikuti (K!(K oleh saja. 1ernyataan itu bisa dirumuskan sebagai berikut"
Aumus di atas dibaca" 7o)al merupakan unsur yang harus ada pada setiap suku kata, sedangkan Kononan merupakan unsur manasuka. Secara fonotaktik, bunyi puncak sonoritas suku kata yang biasanya berupa 5okoid disebut nuklus (neucleus" ! # kontoid yang mendahului nuklus disebut nset ( O#, sedangkan kontoid yang mengikuti nuklus disebut koda ( coda, K #. 3engan demikian, kalau rumusan itu dijabarkan akan menjadi struktur suku kata dan struktur fonotaktik dengan kemungkinankemungkinan berikut ini.
Str#)t#r Kata
@
76
S#)#
Str#)t#r Fonota)ti)
3ontoh
>
FaG pada Fa P kuG
Fonologi %@
>
FsiG pada Fsi P kuG
@%
>%
FɛmG pada Fɛm P be
%@%
>%
FtamG pada Ftam P p
%%@
>
FproG pada Fpro P te
%%@%
>%
FprakG pada Fprka P
%%@%%
>%%
FplɛksG pada Fkm
@%%
>%%
FɛksG pada Fɛks P p
%@%%
>%%
FsɛksG pada FsɛksG
%%%@
>
FstraG pada Fstra P t
%%%@%
>%
FstrukG pada Fstruk
7
Fonologi
3alam praktiknya lebih lanjut, persoalan penyukuan atau silabisasi bisa dibedakan atas tiga macam, yaitu" # Silabisasi fonetis adalah penyukuan kata yang didasarkan pada realitas pengucapan yang ditandai oleh satuan hembusan napas dan satuan bunyi bunyi sonor. 2# Silabisasi fonemis adalah penyukuan kata yang didasarkan pada struktur fonem bahasa yang bersangkutan. !# Silabisasi morfologis adalah penyukuan kata yang memperlihatkan proses morfologis yang memperhatikan proses morfologis ketika itu itu dibentuk. Contoh"
3ontoh Kata
7/
Sila,iai 5oneti
Sila,iai 5one"i
Sila,ia
Fonologi peruntukan
FpIPrunPtuPʔanG
9 pIPrunPtuPkan 9
9 pIrPunP
mengajar
FmePKaPjarG
9 mePKaPjar 9
9 meKPaP
penguatan
FpePKuP)aPtanG
9 pePKuPaPtan 9
9 pePKuP
konsentrasi
FknPsɛnPtraPsiG
9 konPsɛnPtraPsi 9
9 konPse
kebimbangan
FkePbimPbaPKanG
9 kePbimPbaPKan9
9 kePbim
'erkaitan dengan penyukuan kata ini, sering dijumpai sebuah bunyi yang ketika diucapkan dalam arus ujaran terdengar sebagai koda dan sebagai onset sekaligus. %ata il#rtai " misalnya, yang diucapkan FilustrasiG, kalau disukukan berdasarkan syarat sonoritas dan prominans terdiri atas empat suku kata, FiPlusP stra P siG. 3ari hasil penyukuan tersebut terlihat bah)a bunyi FsG selain sebagai koda pada suku kedua FlusG juga sebagai onset pada suku ketiga FstraG. 'unyi yang menduduki posisi mendua ini oleh Charles :. ockett disebut interlude (*uslich,206"7## 77
Fonologi 4ntuk kepentingan fonotaktik, fonomena interlude ini perlu disikapi dengan jelas, sebab bunyi tersebut pada dasarnya hanyalah satu bunyi, bukan dua bunyi. 3engan demikian, posisipun harus jelas" sebagai koda atau sebagai onset. 4ntuk itu perluh ditambahkan persyaratan lain, yaitu paralelisme# 3engan syarat paralelisme ini akan diketahui mana yang lebih banyak distribusi bunyi FsG, yaitu" a# 8pakah yang berposisi sebagai koda b# 8pakah yang berposisi sebagai onset. 3ari hasil pengamatan ternyata distribusi bunyi FsG yang berposisi sebagai koda lebih banyak dari pada yang berposisi sebagai FonsetG dalam kluster FstrG. leh karena itu, dengan memperhatikan syarat paralelisme tersebut, penyukuan FilustrasiG adalah FiPlusPtraPsiG (*uslich,206"7/##
2.4 'o)oh/to)oh Il"# Foneti)< Pan!anga n !an Ka%iann$a
okoh-tokoh ilmu fonetik serta pandangan dan kajiannya, adalah" 2.4.1 Bertil Mal",erg
7
Fonologi 'ertil *almberg (&/# adalah seorang fonetisi 1erancis. *almberg mendefinisikan fonetik sebagai pengkajian bunyi-bunyi bahasa. 1+ Pengertian Foneti) :onetik ialah pengkajian yang yang lebih menitikberatkan pada ekspresi bahasa bukan isinya. Dang dipentingkan bunyi bunyi bahasa yang dihasilkan penutur, bukan makna yang ingin disampaikan (*uslich,206"7#. 4nit-unit yang digunakan dalam bahasa lisan adalah bunyi-bunyi dan kumpulan bunyi-bunyi yang mampu dibedakan oleh telinga dengan jelas. elinga akan menyaring bunyi-bunyi yang biasa didengar ini untuk diproses lebih lanjut ke otak. tak inilah yang mengenal dengan pasti dan menerjemahkan semua perbedaan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. 2+ 3a,ang/0a,ang Il"# Foneti) *enurut 'ertil *almberg, ilmu fonetik bisa dibagi menjadi empat cabang (*uslich,206"7-#, yaitu" 1+ Il"# Foneti) U"#" Elmu fonetik umum mengkaji bagaimana bunyi-bunyi itu dihasilkan dan fungsi mekanisme ucapan. Dang dikaji adalah bagaimana bunyi bunyi itu dihasilkan dan apa saja organ yang terlibat dalan menghasilkan bunyi bahasa. 7&
Fonologi 2+ Il"# Foneti) De)ri(ti5 Elmu fonetik deskriptif mengkaji kelainan atau perbedaan bunyi suatu bahasa tertentu. bagaimana bunyi-bunyi itu dihasilkan dan fungsi mekanisme ucapan. Dang dikaji adalah bagaimana perbedaan bunyi dalam bahasa yang sama sehingga melahirkan atau memunculkan dialek yang berbeda misalnya perbedaan bunyi bahasa Endonesia daerah (penutur asli# +akarta dengan bahasa Endonesia baku merupakan sasaran kajian fonetik deskriptif ini. &+ Il"# Foneti) Se%arah Elmu fonetik sejarah mengkaji bagaimana perubahan bunyi suatu bahasa berdasarkan sejarah bahasa tersebut. Dang dikaji adalah mencari kekerabatan atau kekeluargaan bahasa bagi bahasa-bahasa yang dikaji. +uga mengkaji perubahan bunyi sebagai akibat perbedaan kurun )aktu misalnya mengkaji keluarga bahasa 8ustronesia dilihat dari perubahan bunyi bahasa-bahasa yang dikaji le)at daftar kata S)adesh. *+ Il"# Foneti) For"ati5 Elmu fonetik normatif mengkaji bagaimana kaidah bunyi yang benar pada suatu bahasa. Dang dikaji adalah menentukan bunyi-bunyi baku pada suatu bahasa tertentu untuk dijadikan patokan pengucapan bahasa baku atau bahasa formal.
0
Fonologi 1enngkajian ini diperlukan dalam rangka pengajaran bahasa resmi di suatu negara. >egara Endonesia sampai saat ini,misalnya sampai saat ini belum mempunyai 1edoman 1engucapan 'aku. 3alam ata 'aku pun belum dibicarakan perihal ucapan baku secara memadai. 1ada halnya pedoman ini sangat diperlukan bagi penutur bahasa Endonesia yang ingin meningkatkan kualitas pengucapan bunyi bahasa Endonesia terutama bagi mereka yang bergerak di bidang yang berkaitan dengan bunyi, misalnya penyiar radio dan tele5isi, *C, penyanyi, dsbnya. 2.4.2 J.D. O3onnor 1+ Pengertian Foneti) *enurut ’Connor fonetik adalah ilmu yang bersangkut paut dengan bunyi-bunyi ujar yang dihasilkan oleh alay ucap manusia (*uslich, 206"&22#. 'unyi- bunyi yang dapat didengar ini kemudian diformulasikan sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang terdapat dalam mkasyarakat bahasa yang bersangkutan. Seterusnya, formula bunyi-bunyi ujar ini diberi fungsi tertentu sehingga dapat dipakai untu menyampaikan pesan-pesan tertentu. *isalnya, jika dalam bunyi ujar itu pendengar mendengar perkataan FbukuG, pendengar bisa merekonstruksikannya dari bunyi FbG, FuG, FkG dan FuG. 3ilihat dari fungsi dan pesan yang disampaikan,
Fonologi bunyi- bunyi itu digabungkan menjadi perkataan buku. 8khirnya barulah bunyi ujaran tersebut bisa dipahami dan dimanfaatkan. 2+ F#ngi Ota) Pen#t#r *enurut ’Connor, tingkah laku berkomunikasi bera)al dari otak pembicara. 1ada tahapan ini kita bisa beranggapan bah)a otak penutur mempunyai dua fungsi yang berbeda (*uslich,206"&-22#, yaitu" (# fungsi kreatif (creative function) dan (2# fungsi saluran (for%arding function) 1+ F#ngi Kreati5 "Creative #unction) :ungsi kreatif merupakan fungsi terpenting sebab le)at fungsi inilah pesan-pesan bisa dibentuk dan diterima. 'erkaitan dengan berkomunikasiatau , kalau kita ingin berkomunikasi atau berbahasa dengan baik, kita memerlukan pengetahuan kaidah yang cukup sehingga tujuan atau pesan yang ingin kita sampaikan bisa tercapai. 3i sinilah fungsi kreatif memainkan peranan penting. 3alam praktiknya, ada tiga fase yang berbeda dalam fungsi kreatif otak ini, yaitu" a+ Fae Perta"a Menghi!#()an Ko"#ni)ai :ase ini berkaitan dengan respon kita terhadap kejadian, peristi)a, keadaan dunia sekitar yang menyebabkan kita ingin berkomunikasi. 8tau apa yang terlintas dalam 2
Fonologi pikirran yang kita curahkan. Contoh" Si istri sedang makan siang dengan si suami. >asi yang dimakan si suami sudah habis. *engetahui keadaan ini, si istri bisa langsung menambahkan nasi lagi ke piring suami atau menghidupkan komunikasi dengan suaminya. +ika si istri bermaksud ingin menyampaikan pesan, si istri mesti memilih salah satu dari cara yang terdapat dalam fase kedua berikut ini. ,+ Fae Ke!#a6 Alat Ko"#ni)ai :ase ini berupa pemilihan alat yang cocok untuk menyampaikan pesan. 8lat ini bisa berupa ucapan, tulisan, atau isyarat. Contoh" %arena si istri ingin berkomunikasi, alat yang dipilih adalah ucapan atau tulisan. 0+ Fae )etiga6 "e"ati)an ,ent#) (ean 'entuk pesan ini bisa kalimat perintah, kalimat tanya, atau kalimat berita. Contoh" karena yang dipilih istri adalah ucapan atau lisan, maka kalimatnya berupa sebagai berikut" (# Saya ambilkan nasi lagi, ya, 1aN (kalimat tanya# (2# 8mbil nasi lagi, 1aO (kalimat perintah atau seru# (!# Sebaiknya papa tambah nasi lagi agar kenyang. (kalimat berita#. Semua fase ini merupakan kerja fungsi kreatif otak yang dilakukan secara spontan dan cepat. !
Fonologi 2+ F#ngi Sal#ran "#or$arding #unction) :ungsi saluran pada otak penutur lebih berisfat teknis. :ungsi saluran ini melibatkan pembicaraan mengenai peranan otak yaitu organ utama yang terlibat dalam menghasilkan bunyi bahasa dan tiga peringkat bagi proses pemahaman bunyi yang dihasilkan. 'agian otak yang terkait dengan pergerakan otot, memberikan perintah-perintah dalam bentuk impuls saraf (ner5ous impuls# di sepanjang saluran rasa yang menghubungkan otak dengan otot-otot organ yang bertanggungja)ab untuk menghasilkan bunyi-bunyi bahasa, yaitu paru-paru, laring, lidah dan sebagainya. 1erintah terhadap otot-otot yang terlibat ini berkombinasi secara halus dan lembut. tot-otot bergerak secara berurutan sehingga menghasilkan bunyi-bunyi yang sesuai dan dikeluarkan dalam urutan yang sesuai juga. Secara hirarkis dapat dijelaskan sebagai berikut. 1aru-paru ditekan, udara keluar dan menggetarkan pita suara, menggerakkan lidah, rahang, dan bibir sehingga menghasilkan bunyi. %eeseluruhan proses ini dikenal sebagai transfomasi pertama, atau biasa disebut 5oneti) arti)#lai. 1roses selanjutnya adalah perubahan dari pergerakan otot kepada pergerakan udara.
6
Fonologi 1erubahan ini dikenal sebagai transformasi kedua. 1ergerakan dalam bentuk gelombang udara ini merebak ke setiap ruang dan pergerakan ini semakin lemah apabila jarak semakin jauh dan tenaganya terserap. 1ergerakan udara ini pada akhirnya akan menyetuh alat dengar pendengar, jika pendengar berada dalam jarak yang dekat dengan gelombang tersebut. 1engkajian tentang gelombang udara dan hubungannya dengan bunyi ini dikenal dengan 5oneti) a)#ti). 3ari sini selanjutnya muncul proses transformasi ketiga yang melibatkan 5oneti) a#!itori). $endang telinga cukup sensitif dengan tekanan gelombang udara, yang bisa bergerak ke arah dalam dan luar sesuai dengan pergerakan yang menekannya. 1ergerakan gendang telinga ini ahirnya menyentuh bagian dalam telinga yang diterima sebagai akti5itas neurologi. 3engan impuls saraf tertentu, sentuhan ini disalurkan ke saluran rasa yang menghubungkan telinga dengan otak pendengar. 1ada tahap ini kita dapat melihat dua fungsi otak yaitu fungsi mendengar dan fungsi kreatif. Aasa yang datang dari telinga diterima sebagai urutan bunyi yang memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu tempo, tekanan, kenyaringan. *isalnya bunyi 5okal di terima lebih nyaring daripada bunyi konsonan. :ungsi saluran tidak brhenti sampai di sini. Setelah penangkapan bunyi selanjutnya pendengar
Fonologi memprosesnya menjadi urutan bunyi bermakna dan akhirnya ditangkap sebagai pesan seperti yang disampaikan penutur 1endengar menangkap suatu pesan, tetapi masih belum memahaminya. 4ntuk memahaminya, pendengar perlu menerjemahkan bunyi yang didengarnya dengan bantuan kaidah yang tersimpan di dalam otak. Setelah ada keterkaitan, kesesuaian dan padanan dengan kaidah tersebut barulah pendengar mengetahui makna yang sebenarnya.%aidah-kaidah yang dimaksud adalah mulai dari kaidah bunyi, kaidah bentuk kata, kaidah susunan kalimat, pemakaian intonasi, dan kaidah kesesuaian antara makna9informasi dan realitas. 3engan demikian kesan yang disampaikan tidak hanya menyangkut akti5itas pengeluaran bunyi oleh penutur tetapi penyaluran dan penerimaan. 2.4.& Da;i! A,er0ro",ie 3a5id 8bercrombie (&7# berpendapat bah)a fonetik adalah ilmu yang bersifat tekhnis (*uslich, 2026"2!-26#. 3alam ilmu fonetik, suatu bahasa akan dilihat secara analitis yaitu tidak saja mendengar percakapan, tetapi juga menyadari setiap gerak jasmani yang melatar belakanginya. Haktu kita bernapas, misalnya, udara tidak dikeluarkan terus menerus. 8liran udara tidak berkelanjutan. tot pernapasan tegang dan kendur berulang-ulang dalam satu pernapasan yang
/
Fonologi panjang. Aata-rata gerakan tegang-kendur otot pernapasan adalah lima kali dalam satu detik atau tiga ratus kali dalam satu menit. 4dara dikeluarkan dari paru-paru setiap kali hembusan. ernyata, setiap ketegangan dan hembusan yang dihasilkan merupakan suku kata (silabe#. Satu suku kata berdasarkan gerakan tegang dan kendur ini. Satu suku kata bersamaan dengan satu gerakan ujaran. Erama napas9dada begitu teratur dan sistematis sehingga bisa disebut sebagai nada. Satu detik memuat lima suku kata. %enyataan ini merupakan landasan bagi semua bunyi bahasa. 8bercrombie juga berpendapat bah)a perilaku ujaran sangat kompleks karena selain gerakan paru-paru juga ada gerakan lidah, gigi, langit-langit lembut dan keras yang terus menerus. %alau kita berusaha memecahkan ujaran, semata-mata hanya untuk kepentingan analisis bunyi bahasa tersebut. 4jaran inilah yang nantinya dijadikan unsur-unsur dasar segmental (peruasan bunyi#. 4saha-usaha ini sangat sukar karena hal-hal (*uslich, 2026"2!-26# berikut ini" # $erakan bunyi bahasa sangat kompleks. 'anyak gerakan yang terlibat sekaligus dan serentak. 2# $erakan bunyi bahasa sangat cepat. ?idah bergerak 720 kali dalam satu menit. Eni sama dengan 2 kali setiap detik. !# $erakan bunyi bahasa sangat halus. 7
Fonologi Contohnya pemindahan lidah 2 atau ! mm akan ditanggapi sebagai bunyi lain oleh penutur bahasa. 6# $erakan bunyi bahasa selalu berkelanjutan. $erakan demi gerakan berlangsung secara terus menerus. 1erhentian antara satu gerakan ke gerakan lain sangat singkat.
Fonologi
BAB III FONEMIK
&
Fonologi
&.1 Pengertian Fone" 1engertian fonem yang disajikan di sini diambil dari pendapat beberapa ahli bahasa, yaitu" # *enurut +os 3aniel 1arera, fonem adalah kesatuan bunyi yang terkecil dalam sebuah bahasa yang membedakan makna (&!"2#. 2# *enurut *asnur *uslich, fonem adalah kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna (206"77# !# *enurut .8khlan usen dan Dayat Sudaryat, fonem adalah kesatuan bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan fonem yang memiliki fungsi untuk membedakan makna (usen,&&/"#. 6# *enurut 8bdul Chaer, fonem adalah satu kesatuan bunyi terkecil yang dapat membedakan makna kata (20!"/!#. &.2 Pene"#an Fone" ata# Proe!#r Fone"iai+ &.2.1 Proe Pene"#an Fone" 'agaimana kita tahu bah)a sebuah bunyi adalah fonem atau bukan fonemN 'anyak cara dan prosedur telah dikemukakan oleh berbagai pakar. 1enyelidikan fonetik didasarkan pada kesan pendengaran (auditif#. leh karena itu, data utama penyelidikan fonetik berupa bahasa lisan. 'ahasa lisan ini berupa )acana utuh. 'ahasa lisan ini kemudian
&0
Fonologi disegme disegmentas ntasii secara secara bertaha bertahap p menjadi menjadi paragraf paragraf,, kalimat kalimat,, klausa, frase, kata, dan bunyi-bunyi sebagaimana didengar atau dalam dalam bentuk bentuk fona-fona. fona-fona. :ona-fona :ona-fona ini menjadi menjadi data data hasil penelitian fonetik yang dapat dimasukkan ke dalam korp korpus us (him (himpu puna nan# n# data data fone foneti tik. k. :onaona-fo fona na ters terseb ebut ut selanjutnya diuji apakah hanya merupakan 5arian-5arian dari sebuah fonem atau merupakan merupakan fonem-fonem fonem-fonem yang berbeda. Car Cara yang ang umum umum digu igunakan kan dalam lam pen peneli elitia tian fonolo fonologi gi untuk untuk menem menemuk ukan an bunyi bunyi-bu -buny nyii yang yang bersifat fungsi fungsiona onall yang yang diseb disebut ut fonem fonem itu biasan biasanya ya dilak dilakuk ukan an melalui bebarapa cara berikut ini.
&.2.1.1+ Paangan Mini"al (minimal perars# 1asang sangaan minim inimaal ( mini minima mall pera perars rs##, yaitu pasangan pasangan bentuk-bentuk bentuk-bentuk bahasa yang terkecil dan bermakna dalam sebuah bahasa (biasanya berupa kata tung tungga gal# l# yang ang seca secara ra idea ideall sama sama,, kecu kecual alii satu satu buny bunyii berbeda. 'unyi yang berbeda itu saling bertentangan bertentangan dalam posisi (distribusi# yang sama (usen, &&/" 2!#. !#. +adi +adi,, dise disebu butt pasa pasang ngan an minim inimal al kare karena na seti setiap ap pasangan pasangan paling sedikit beranggotakan beranggotakan dua buah kata. 1asangan minimal ini merupakan alat yang paling utama digunakan digunakan dalam penelitian fonologi untuk membedakan membedakan fonem-fonem suatu bahasa. Contoh " 1enentuan status fonem-fonem 5okal
&
Fonologi Penent#an tat# 5one" ;o)al "elal#i " elal#i (aangan "ini"al
:onem
1osisi dalam kata
8)al
engah
8kh
:onem 9i9
ikanG
Fmak inG
Fdar
:onem 9a9
akanG
Fmak anG
Fdar
:onem 9I9
Fraŋ]
-
:onem 9o9
Foraŋ]
:onem 9u9
F#ntuKG FenteKG
Fkal#KG FkaleKG
-
Fsat Fsat
:onem 9e9 %etig %etigaa pasan pasangan gan kata kata terse tersebu butt berbe berbeda da,, baik baik bentuk (susunan bunyi-bunyi# bunyi-bunyi# maupun maknanya. maknanya. 4nsur pembeda kata-kata itu ialah pasangan bunyi 9i9 - 9a9, 9 I99 - 9o9, 9u9 - 9e9 karena itu bunyi-bunyi 9i9 9a9, 9a9, 9 I99 I99 - 9o9, 9o9, 9u9 - 9e9 9e9 masin masing-m g-masi asing ng merup merupak akan an fonem fonem karen karenaa merup merupak akan an unit unit baha bahasa sa terke terkecil cil dan dan &2
Fonologi bersifat fungsional fungsional atau distingtif, artinya berfungsi berfungsi sebagai pembeda makna kata. Contoh 2" 1enentuan status fonem konsonan Penent#an tat# 5one" )ononan "elal#i (aangan "ini"al :onem 8)al engah
8kh
:onem 9b9 :onem 9p9
,atuk (atuk
ra,at ra(at
/ /
:onem 9d9 :onem 9t9 :onem 9g9 :onem 9k9 :onem 9 k 9 :onem 9c9
!ara tara galah ) alah alah arang ) arang 0arang
da!ar datar pagar pa) ar ar ma) am am ma0am
/ / / / / /
%eempat pasangan kata tersebut berbeda, baik bentuk (susunan bunyi-bunyi# bunyi-bunyi# maupun maknanya. maknanya. 4nsur pembeda kata-kata itu ialah pasangan bunyi 9b9 - 9p9, 9d9 - 9t9, 9b9 - 9g9, 9k9 - 9c9, 9k9 karena itu bunyi bunyi 9b9 - 9p9, 9d9 - 9t9, 9b9 - 9g9, 9k9 - 9c9, 9k9 masingmasin masing g merup merupak akan an fonem fonem kare karena na merup merupak akan an unit unit bahasa terkecil terkecil dan bersifat fungsional atau distingtif, distingtif, artinya berfungsi sebagai pembeda makna kata. Sebagai alat utama, pasangan minimal harus memenuhi memenuhi syarat-syarat syarat-syarat ('ahan ajar,20"2# ajar,20"2# berikut ini"
&!
Fonologi # 8nggota pasangan minimal itu berasal dari bahasa yang yang sama, sama, yakni yakni bahas bahasaa yang yang ingin ingin disel diselidi idiki ki fonem-fonemnya. 2# any anyaa meng mengan andu dung ng satu satu buny bunyii berb berbed eda, a, yaitu aitu bunyi yang ingin dibuktikan dibuktikan apakah fonem atau 5arian fonem. !# %edu %eduaa ata atau lebi lebih h kata kata yang ang menj menjad adii angg anggot otaa pasangan minimal itu diketahui mengandung mengandung makna dalam bahasa yang bersangkutan. 6# Satu bunyi yang berbeda, yang ingin dibuktikan yang fonem atau bukan ada dalam distribusi yang sama, sama, misal misalny nyaa sama-s sama-sam amaa di a)al a)al kata, kata, samasamasama di tengah kata atau sama-sama di akhir kata. # +umlah +umlah buny bunyii yang yang diguna digunaka kan n sebag sebagai ai pasan pasanga gan n minimal itu sama banyaknya, misalnya sama-sama ! bunyi, 6 bunyi, bunyi, dan seterusnya. /# %ata-kata pasangan minimal itu dikenal betul oleh informan yang berasal dari bahasa yang bersangkutan. bersangkutan. &.2.1.2 Ditri,#i Ko"(le"enter 3istribusi komplem lementer yaitu distr stribusi sist sistem emat atis is buny bunyii-b bunyi nyi sed sedaerah rah ucap yang ang tid tidak kontrastif (1arera, &!"!#. +adi, dapat dikatakan bah)a apabi apabila la dua atau atau lebi lebih h bunyi bunyi demiki demikian an terba terbagi gi anta antara ra bentuk-bentuk bentuk-bentuk bahasa, sehingga hanya bunyi-bunyi bunyi-bunyi tertentu saja yang dapat muncul dalam lingkungan itu dan yang lain tidak muncul, maka dikatakan bunyi-bunyi
&6
Fonologi itu berdistribusi saling melengkapi atau berdistribusi komplementer. 'unyi-bunyi ini saling berganti berdasarkan lingkungannya dan posisinya. 4mpamanya dalam bahasa Endonesia bunyi FkG dalam kata 9kuku9 berbeda dengan bunyi FkG dalam kata 9kaki9 dan bunyi FkG dalam kata 9bapak9. al ini didasarkan pada lingkungannya yaitu, yang satu didepan 5okoid belakang FuG, sehingga Fk RG disitu tertarik menjadi bunyi 5elar belakang. 3an bunyi FkG didepan 5okoid depan FiG menjadi FkG 5elar depan. 3an FkG pada posisi akhir menjadi ham
9k9
&.2.2 'aha(an/taha(an Mene"#)an Fone" 'agaimana kita tahu bah)a sebuah bunyi adalah fonem atau bukan fonemN 'anyak cara dan prosedur telah dikemukakan oleh berbagai pakar namun secara sederhana
&
Fonologi kita dapat menemukan sebuah fonem seperti yang digambarkan melalui" 'agan 1roses 1enemuan :onem (*artha, 20"26# berikut ini" Bagan Proe Pene"#an Fone" Bahaa Lian
Seg"entai Bertaha(
Data Fonetik " $ait#<
Distingtif Melalui: 1. Pasangan Data Fone"i)6 $ait#< Fone"/5one"
&. & Jeni/%eni Fone" &.&.1 Fone" 7o)al &.&.1.1 Klai5i)i Fone" 7o)al
&/
Fonologi :onem 5okal diklasifiksikan berdasarkan kriteria-kriteria berikut ini. a+ Ber!aar)an 'inggi 8en!ahn$a Poii Li!ah
'erdasarkan tinggi rendahnya posisi lidah (*uslich, 206"/ %eraf,&&"2! Chaer, 20!"//, 5okal-5okal dapat dibedakan atas" # @okal inggi (8tas#, yaitu 5okal yang ketika diucapkan ujung dan belakang lidah dinaikkan, seperti 5okal9i9 dan 9u9. 2# @okal 1usat (engah#, yaitu 5okal yang ketika diucapkan posisi lidah di tengah atau rata, seperti 5okal 9I9. !# @okal Aendah, yaitu 5okal yang ketika diucapkan posisi lidah merendah, sehingga menjauhi langitlangit keras, seperti 5okal 9a9. ,+ Ber!aar)an Ma%# M#n!#rn$a li!ah 1+ 7o)al De(an
@okal 3epan, yaitu 5okal yang ketika diucapkan ujung lidah dan belakang lidah dinaikkan, seperti 5okal9i9 dan 9e9.
&7
Fonologi 2+ 7o)al 'engah P#at+
@okal engah (1usat#, yaitu 5okal yang ketika diucapkan poosisi lidah itu rata, seperti 5okal 9I9dan 9a9. &+ 7o)al Bela)ang
@okal 'elakang, yaitu 5okal yang ketika diucapkan hanya bagian belakang lidah yang dinaikkan, seperti 5okal 9u9, 9o9. 0+ Ber!aar)an Poii Bi,ir ata# Bent#) M#l#t 1+ 7o)al B#lat
@okal 'ulat, yaitu 5okal yang ketika diucapkan posisi bibir membulat, seperti 5okal 9u9, 9o9 dan 9a9. 2+ 7o)al 'a) B#lat
@okal ak 'ulat, yaitu 5okal yang ketika diucapkan poosisi bibir merata atau tak bulat, seperti 5okal 9i9, 9e9.
&
Fonologi &.&.1.2 Poii Fone" 7o)al e,agai P#n0a) Ken$aringan (a!a Sila,el
'erkenaan dengan posisinya sebagai puncak kenyaringan pada setiap silabel, fonem 5okal selalu dapat menduduki posisi pada semua tempat.
# 7o)al a @okal 9a9, dapat menduduki semua posisi seperti pada tampak pada contoh " F ambilG, F
@okal 9i9, dapat menduduki semua posisi seperti pada tampak pada contoh " F indahG, FaminG, dan FtaniG &+ 7o)al e
@okal 9e9, dapat menduduki semua posisi seperti tampak pada contoh " FenakG, Fkar etG, dan FsateG *+ 7o)al
&&
Fonologi @okal 9I dapat menduduki posisi a)al , posisi tengah, dan posisi akhir seperti tampak pada contoh F masG, FlmbutG, FkodG -+ 7o)al #
@okal 9u9 dapat menduduki semua posisi seperti tampak pada contoh pada F#daK, Fsamb#tG, dan Flag#G + 7o)al o
@okal 9o9 dapat menduduki semua posisi, seperti tampak pada contoh" FolehG, FbelokG, FbaksoG
&.&.1.& Diagra" Fone"/5one" 7o)al
+enis-jenis 5okal yang dideskripsikan di atas disajikan dalam bentuk diagram untuk memudahkan kita mengenal jenisnya masing-masing. Diagra" Fone" 7o)al Kera56 1??1<2*+
00
3epan
1usat
'elakan
ak 'undar
-
'unda
Fonologi ingggi (8tas#
i
engah
e
Aendah ('a)ah#
u
I
a
&.&.1.* 8ealiai Fone" 7o)al
Secara umum realisasi fonem 5okal (Chaer, 20!"7-77,# adalah sebagai berikut" 1+ Fone" i
:onem 9i9 ini mempunyai dua macam realisasi, yaitu" Perta"a< :onem 9i9 direalisasikan sebagai bunyi FiG apabila berada pada silabel terbuka atau silabel tak berkoda seperti pada kata 9kini9 FkiniG, 9lidi9 FlidiG, dan 9sapi9 FsapiG. Ke!#a<
0
:onem 9i9 direalisasikan sebagai bunyi FlG apabila berada pada silabel tertutup atau silabel
o
Fonologi berkoda seperti pada kata 9batik9 FbatlkG, 9ambil9 FambllG, dan 9lirik9 FlirlkG 3atatan< :onem FiG pada suku pertama kata lirik sebenarnya berada pada suku terbuka. >amun, dilafalkan juga sebagai bunyi FEG sebagai akibat dari lafal fonem FiG pada suku kedua kata itu yang merupakan suku tertutup. al ini disebut harmonisasi 5okal. 2+ Fone" e
:onem 9e9 mempunyai dua macam realisasi, yaitu" Perta"a< :onem 9e9 direalisasikan sebagai fonem FeG apabila berada pada silabel terbuka, seperti pada kata 9sate9 FsateG, 9pete9 FpIteG, dan 9berabe9 FbIrabeG.
02
Ke!#a<
:onem 9e9 direalisasikan sebagai bunyi FɛG apabila berada pada silabel tertutup, seperti pada kata 9monyet9 Fm⊃JɛtG, 9karet9 FkarɛtG, dan 9ember9 FɛmbɛrG.
3atatan<
1ada kata efek F ɛfɛkG, fonem 9e9 pada silabel pertama juga dilafalkan sebagai bunyi FɛG meskipun berada pada silabel terbuka. al ini terjadi karena pengaruh
Fonologi bunyi FɛG pada silabel kedua yang merupakan silabel tertutup. &+ Fone" a
Secara umum fonem 9a9 direalisasikan sebagai bunyiFaG, baik pada posisi a)al kata, tengah kata, maupun akhir kata itu sendiri seperti pada kata 9apa9 -FapaG, 9padam9 -- F padamG, dan 9dua9 -FduaG. Perta"a< :onem 9a9 direalisasikan sebagai fonem FaG apabila berada pada silabel terbuka, seperti pada kata 9apa9 FapaG, 9dua9 FduaG.
0!
Ke!#a<
:onem 9a9 direalisasikan sebagai bunyi FɑG apabila berada pada silabel tertutup, seperti pada kata 9padam9 Fpad ɑmG.
3atatan<
1ada kata 9padam9 Fpɑd ɑmG, fonem 9a9 pada silabel pertama juga dilafalkan sebagai bunyi F ɑG meskipun berada pada silabel terbuka. al ini terjadi karena pengaruh bunyi FɑG pada silabel kedua yang merupakan silabel tertutup.
Fonologi *+ Fone"
Secara umum direalisasikan sebagai bunyi FIG seperti pada kata 9kera9 FkIraG, 9erat9 FIratG, dan 9maret9 F marItG -+ Fone"#
:onem 9u9 ini mempunyai dua realisasi, yaitu" Perta"a< :onem 9u9 dilafalkan sebagai bunyi FuG apabila berada silabel terbuka seperti pada kata 9susu9 FsusuG, 9ibu9 FibuG, dan9tunggu9 FtuKguG.
06
Ke!#a<
:onem 9u9 direalisasikan sebagai bunyi F4G apabila berada pada silabel tertutup seperti pada kata 9kasur9 Fkas4rG, 9libur9 Flib4rG dan 9tangguh9 Ftaŋg4hG.
3atatan<
1ada kata 9ukur9 F4k4r9G, fonem 9u9 pada silabel pertama juga dilafalkan sebagai bunyi F4G meskipun berada pada silabel terbuka. al ini terjadi karena pengaruh bunyi F4G pada silabel kedua yang merupakan silabel tertutup. al ini juga disebut harmonisasi 5okal.
Fonologi + Fone" o
:onem 9o9ini mempunyai dua macam realisasi, yaitu" Perta"a< :onem 9o9 direalisasikan sebagai bunyi FoG apabila berada silabel terbuka, seperti padakata 9 toko9 -- FtokoG, 9bakso9 -- FbaʔsoG, dan 9oto9 -- FotoG. Ke!#a
< :onem 9o9 direalisasikan sebagai bunyi F⊃Gapabila berada silabel tertutup, seperti pada kata 9tokoh9 -- Ft ⊃k ⊃hG, 9besok9 -- bɛs⊃kG dan 9 bodoh9 Fb⊃d⊃hG.
3atatan< 1ada kata 9tokoh9 -- Ft ⊃k ⊃hG, fonem 9o9 pada silabel pertama juga dilafalkan sebagai bunyi F⊃G meskipun berada pada silabel terbuka. al ini terjadi karena pengaruh bunyi F ⊃G pada silabel kedua yang merupakan silabel tertutup. al ini juga disebut harmonisasi 5okal.
&.&.2 Fone" Di5tong
0
Fonologi :onem diftong yang ada dalam bahasa Endonesia adalah fonem diftong 9ay9, diftong 9a)9, dan diftong 9oy9 (Chaer, 20!" 66-6/ dan /. %etiganya dapat dibuktikan dengan pasangan minimal . 9ay9 seperti terdapat pada kata" gulai B gula (gulay B gula# 9a)9 seperti terdapat pada kata" pulau B pula ( pula) B pula# 9oi9 seperti terdapat pada kata" sekoi B seka (sIkoy B seka# 1osisi fonem diftong yang ada dalam bahasa Endonesia, tampak seperti berikut ini" 1+ Di5tong a9
3iftong 9a)9 dapat menduduki posisi a)al dan akhir, seperti tampak pada contoh "kata 9aula9 Fa)laG dan 9pulau9 Fpula)G. 3iftong 9a)9 tidak dapat menduduki posisi tengah. 2+ Di5tong a$
0/
Fonologi 3iftong 9ay9hanya menduduki posisi akhir, seperti pada kata FpantaiG dan FlandayG. idak dapat menduduki posisi a)al dan posisi tengah. &+ Di5tong o$
3iftong 9oy9 hanya menduduki posisi akhir, seperti tampak pada kata 9sakoi9 FsakoyG dan 9amboi9 FamboyG. 3iftong 9oy9 tidak dapat menduduki posisi a)al dan posisi tengah. *+ Di5tong $
3iftong 9Iy juga hanya menduduki posisi akhir, seperti tampak pada contoh " kata 9sur5ei9 Fsur5IyG. 3iftong 9Iy9 tidak dapat menduduki posisi a)al dan posisi tengah
&.&.& Fone" Kononan &.&.&.1 Klai5i)i)an Fone" Kononan
:onem-fonem konsonan berdasarkan kriteria-kriteria berikut ini"
diklasifiksikan
a. Ber!aar)an Arti)#lator !an 'iti) Arti)#lai
07
Fonologi 'erdasarkan artikulator dan titik artikulasi untuk menghasilkan sebuah konsonan (%eraf, &&"26-2#, konsonan dibedakan atas" 1+ Kononan Bila,ial
%onsonan 'ilabial yaitu konsonan yang dihasilkan dengan mempertemukan kedua belah bibir yang bersama-sama bertindak sebagai artikulator dan titik artikulasi seperti konsonan. 9b9, 9p9, 9m9. 2+ Kononan La,io/!ental
%onsonan ?abio-dental yaitu konsonan yang dihasilkan dengan mempertemukan bibir ba)ah sebagai artikulator dan gigi atas sebagai titik artikulasi seperti konsonan 9f9, 959.
&+ Kononan A(i)o/!ental
%onsonan 8piko-dental yaitu konsonan yang dihasilkan dengan ujung lidah (apex# sebagai artikulator dan daerah antar gigi (dens) titik artikulasi seperti konsonan. 9t9, dan 9n9 dalam 'ahasa Endonesia. 0
Fonologi *+ Kononan A(i)oal;eolar
%onsonan 8pikoal5eolar yaitu konsonan yang dihasilkan dengan dengan ujung lidah (apex# sebagai artikulator dan lengkung kaki gigi (alveolum) sebagai titik artikulasi seperti konsonan 9t 9, 9d9 dan 9n9 ( ketiga kosonan itu bertitik di ba)ahnya# dalam 'ahasa +a)a.
-+ Kononan Palatal ata# Kononan La"ino/ (alatal
%onsonan 1alatal atau %onsonan ?amino-palatal yaitu konsonan yang dihasilkan dengan belakang lidah (dorsum# sebagai artikulator dan langit-langit keras ( palatum# sebagai titik artikulasi seperti konsonan. 9c9, 9j9, dan 9J9. + Kononan 7elar ata# Kononan Doro;elar
%onsonan @elar atau %onsonan 3orso5elar yaitu konsonan yang dihasilkan dengan belakang lidah (dorsum# sebagai artikulator dan langit-langit
0&
Fonologi lembut (velum# sebagai titik artikulasi seperti konsonan. 9k9, 9g9, 9K. 4+ Kononan Glotal6 ata# Kononan Ha",at Glotal
%onsonan $lotal, atau %onsonan ambat $lotal yaitu konsonan yang dihasilkan dengan posisi pita suara sama sekali merapat sehingga menutup glotis. 4dara sama sekali dihalangi seperti konsonan. 9ʔ9. ,. Ber!aar)an Halangan ata# Ha",atan Jalann$a U!ara
'erdasarkan halangan atau hambatan jalannya udara ketika keluar dari rongga ujaran untuk menghasilkan sebuah konsonan (%eraf, &&"2/#, konsonan dibedakan atas" 1+ Kononan Ha",at Sto(+
%onsonan ambat (Stop# yaitu konsonan yang dihasilkan dengan udara yang sama sekali dihalangi atau dihambat pada daerah artikulasi seperti konsonan 9p9, 9b9, 9t9,9d9, 9c9, 9j9,9k9, 9g9, dan 9ʔ9. 2+ Kononan Fri)ati5
0
Fonologi %onsonan :rikatif yaitu konsonan yang terjadi bila udara yang keluar dari paru-paru digesekkan sehingga terdengar bunyi geser atau frikatif seperti konsonan 959, 9f9, 9kh9 dan 9h9. &+ Kononan S(iran ata# Si,ilan
%onsonan Spiran atau Sibilan yaitu konsonan yang terjadi bila udara yang keluar dari paru-paru mendapat halangan berupa pengadukan sehingga terdengar bunyi desis seperti konsonan 9<9, 9s9, dan 9sy9. *+ Kononan Lateral
%onsonan ?ateral yaitu konsonan yang dihasilkan dengan menaikan lidah ke langit-langit sehingga udara terpaksa diaduk dan keluar melalui kedua sisi lidah seperti konsonan 9l 9.
-+ Kononan 'ril ata# Kononan Getar
%onsonan ril atau %onsonan $etar, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan mendekatkan dan menjauhkan lidah ke al5eolum dengan cepat dan berulang-ulang sehingga udara bergetar. $etaran udara yang terjadi disebut getar apikal
Fonologi (apical trill # artikulasi seperti konsonan. 9r9. 'ila u5ula yang menjauh dan mendekat ke belakang lidah terjadi dengan cepat dan berulang-ulang, terjadilah getar yang disebut getar u5ular (uvular trill # seperti konsonan 9A 9. 0. Ber!aar)an Bergetar 'i!a)n$a Sela(#t S#ara ata# Pita S#ara
'erdasarkan bergetar tidaknya selaput suara atau pita suara untuk menghasilkan sebuah konsonan (%eraf, &&"2/#, konsonan dibedakan atas" 1+ Kononan Ber#ara
%onsonan 'ersuara yaitu konsonan yang terjadi bila udara yang keluar dari rongga ujaran turut menggetarkan selaput suara atau pita suara seperti konsonan 9m9, 9b9, 959 9n9,9d9, 9r9, 9J9, 9j9, 9K9,9g9 dan 9A9. 2+ Kononan 'a) Ber#ara
%onsonan ak 'ersuara yaitu konsonan terjadi bila udara yang keluar dari rongga ujaran tidak menggetarkan selaput suara atau pita suara seperti konsonan 9p9, 9f9, 9t9, 9s9 9sy9,9k9, 9kh9, 9ʔ9 dan 9h9.
2
Fonologi !. Ber!aar)an Jalann$a Kel#ar U!ara
'erdasarkan jalan yang dilalui arus udara ketika udara ketika keluar dari rongga ujaran untuk menghasilkan sebuah konsonan (%eraf, &&"27#, konsonan dibedakan atas" 1+ Kononan Oral
%onsonan ral yaitu konsonan yang terjadi bila udara keluar melalui rongga mulut seperti konsonan 9b9, 9p9, 959 9f9,9d9, 9t9, 9<9, 9s9, 9l9,9r9, 9j9, 9c9, 9sy9, 9g9,9k9, 9kh9, 9A9, 9ʔ9, dan 9h9. 2+ Kononan Naal
%onsonan >asal yaitu konsonan terjadi bila udara keluar melalui rongga hidung seperti konsonan 9m9, 9n9, 9 J 9 dan 9 K 9.
&.&.&.2 G#g# Kononan
$ugusan konsonan adalah dua buah konsonan yang berbeda tetapi berada dalam sebuah silabel atau suku kata. !
Fonologi 8dapun gugusan konsonan atau kluster yang terdapat dalam 'ahasa Endonesia, adalah" 1+ G#g#an )ononan ,r
$ugusan konsonan 9br9 dapat menduduki posisi a)al dan posisi tengah, seperti pada kata brahmana dan labrak. 2+ G#g#an )ononan ,l
$ugusan konsonan 9bl9 dapat menduduki posisi a)al dan posisi tengah, seperti pada kata blangko dan amblas. &+ G#g# )ononan ,$
$ugus konsonan 9by9 hanya menduduki posisi tengah, seperti pada kata obyek dan subyek. *+ G#g# )ononan !r
$ugus konsonan 9dr9 dapat menduduki posisi a)al dan posisi tengah,seperti pada kata drama dan sudra. -+ G#g#an )ononan !9
$ugusan konsonan 9d)9 dapat menduduki posisi a)al saja, seeperti pada kata d)idarma.
6
Fonologi + G#g# )ononan !$
$ugus konsonan 9dy9 hanya menduduki posisi tengah, seperti pada kata madya. 7# $ugus konsonan 9fl9 dapat menduduki posisi a)l, dan posisi tengah, seperti pada kata flanel dan inflasi. >+ G#g# )ononan 5r G#g# )ononan 5r dapat menduduki posisi a)al, dan posisi tengah, seperti pada kata frater dan infra. ?+ G#g# )ononan gl
$ugus konsonan 9gl9 hanya menduduki posisi a)al seperti pada kata global dan glukosa. 1+ G#g# )ononan gr
$ugus konsonan 9gr9 hanya menduduki posisi a)al seperti pada kata grafis dan gram. 11+ G#g# )ononan )l
$ugus konsonan 9kl9 hanya menduduki posisi a)al seperti pada kata klasik dan klinik. 12+ G#g# )ononan )r
Fonologi $ugus konsonan 9kr9 hanya menduduki posisi a)al seperti pada kata krikt dan kroket. 1&+ G#g# )ononan )
$ugus konsonan 9ks9dapat menduduki posisi a)al, tengah, dan akhir seperti pada kata ksatria, eksponen, dan konteks. 1*+ G#g# )ononan )9
$ugus konsonan 9k)9 dapat menduduki posisi a)al dan tengah seperti pada kata k)intal dan tak)in. 1-+ G#g# )ononan (r
$ugus konsonan 9pr99 dapat menduduki posisi a)al dan tengah seperti pada kata pribadi dan keprok. 1+ G#g# )ononan (
$ugus konsonan 9ps9 hanya menduduki posisi a)al seperti pada kata psikologi dan psikiater. 14+ G#g# )ononan l
$ugus konsonan 9sl9 hanya menduduki posisi a)al seperti pada kata slogan dan slebor.
/
Fonologi 1>+ G#g# )ononan (
$ugus konsonan 9sp9hanya menduduki posisi a)al saja seperti pada kata spontan dan sprit. 1?+ G#g# )ononan r
$ugus konsonan 9sr9 hanya dapat menduduki posisi a)al saja seperti pada kata srigala. 2+ G#g# )ononan t
$ugus konsosnan 9st9 hanya dapat menduduki posisi a)al, seperti pada kata studio dan stasiun. 21+ G#g# )ononan )
$ugus konsonan 9sk9 hanya dapat menduduki posisi a)al saja, seperti pada kata skala. 22+ G#g# )ononan )r
$ugus konsonan 9skr9 dapat menduduki posisi a)al dan posisi tengah, seperti pada kata skripsi dan manuskrip. 2&+ G#g# )ononan tr
7
Fonologi $ugus konsonan 9tr9 dapat menduduki posisi a)al dan tengah, seperti pada contoh tragedi dan sutra.
&.&.&.& 8ealiai Fone" Kononan Bahaa In!oneia Chaer, 20!"7-2, usen,&&/" &0-2!#
Aealisasi fonem sebenarnya sama dengan bagaimana fonem itu dilafalkan. anya masalahnya kalau orang Endonesia banyak sekali 5ariasinya. al ini berkenaan bah)a bangsa Endonesia terdiri dari berbagai etnis dan berbagai bahasa daerah sehingga ketika melafalkan fonem-fonem bahasa Endonesia pasti dipengaruhi oleh sistem fonolgi bahasa daerahnya. 3i samping itu, bagaimana lafal baku 'ahasa Endonesia belum pernah ditetapkan atau distandarisaikan. *emang ada konsensus mengenai lafal bahasa Endonesia yang menyatakan bah)a lafal baku 'ahasa Endonesia adalah lafal yang bersih dari pengaruh bahasa daerah. >amun bagaimanakah lafal yang bersih dari bahasa daerah itu pun masih perlu dipertanyakan. 3i sini secara terbatas dalam kajian fonetik, kita mencoba merumuskan bagaimana fonem-fonem ('ahasa Endonesia# harus direalisasikan, dalam arti harus dilafalkan atau diucapkan (Chaer, 20!"77-2#.
Fonologi 1+ Fone" Kononan ,
:onem 9b9 ini memilik dua macam realisasi, yaitu" a+ Direaliai)an e,agai ,
:onem 9b9 direalisasikan sebagai 9b9 apabila berada pada a)al silabel, baik pada silabel terbuka maupun silabel tertutup yang bukan ditutup oleh fonem konsonan dapat menduduki posisi a)al dan posisi akhir, seperti tampak pada kata 9 ,ambu9, 9tim,ul9, dan 9seba,9. >amun, pada posisi akhir sebagai koda posisinya sebagai fonem 9b9, dan dapat pula sebagai fone m 9p9. ,+ Direaliai)an e,agai , ata# (
apabila berposisi sebagai koda pada sebuah silabel. *isalnya pada kata" 9sebab9 diucapkan FsIbabG atau FsIbapG 9ja)ab9 diucapkan Fja)abG atau Fja)apG 9sabtu9 diucapkan FsabtuG atau FsaptuG 2+ 5one" (
&
Fonologi :onem ini secara umum direalisasikan sebagai bunyi FpG baik sebagai onset pada sebuah silabel maupun sebagai koda. *isalnya kata" 9papan9 FpapanG, 9pukul9 FpukulG, dan 9sampul9 FsampulG. 'ila fonem 9p9 pada a)al kata diberi prefiks me- atau prefiks pe- akan luluh atau disenya)akan dengan bunyi nasal yang homorgan (sealat ucap#. *isalnya" me P pilih
FmemilihG
pe P pilih
FpemilihG
me P potong
FmemotongG
pe P potong
FpemotongG
&+ 5one" n
:onem ini secara umum direalisasikan sebagai bunyi FnG seperti pada kata 9nanas9 --FnanasG, 9pinang9 -FpinaKG, dan 9iman9 -- FimanG *+ Kononan e"i;o)al 9
:onem 9)9 ini direalisasikan sebagai bunyi F)G, seperti pada kata 9)aris9 -- F)arisG dan 9a)an9 -- Fa)anG. -+ Kononan 5
20
Fonologi :onem f ini ini direalisasikan sebagai bunyi FfG, seperti pada kata 9fikir9 -- FfikirG, 9kafe9 -- FkafeG, dan 9aktif9 -FaktifG. %ata serapan asing yang secara ortografis ditulis dengan huruf 959 seperti pada kata 95itamin9, 95ariasi9 dan 9ri5al9 juga dilafalkan sebagai bunyi FfG. +adi, lafal ketiga kata itu adalah FfitaminG, FfariasiG, dan FrifalG. + Kononan !
:onem d ini ini direalisasikan yaitu" Perta"a< 3irealisasikan sebagai bunyi FdG apabila berposisi sebagai onset pada sebuah silabel. *isalnya pada kata 9daging9 -- FdagiKG, 9hadis9 -- FhadisG dan 9dada9 -- FdadaG. Ke!#a<
4+ Fone" t
2
3irealisasikan sebagai bunyi FtG dan FdG bila berposisi sebagai koda pada sebuah silabel yaitu" 9abad9
dilafalkan FabatG atau FabadG
9ahad9
dilafalkan FahatG atau FahadG
9jilid9
dilafalkan FjilitG atau FjilidG
Fonologi :onem f ini secara umum direalisasikan sebagai bunyi FtG, seperti pada kata 9titi9 -- FtitiG, 9latih9 -FlatihG, dan 9rebut9 -- FrebutG. >amun perlu dicatat fonem 9t9 pada posisi a)al diberi prefiks me- atau prefiks pe- akan luluh dan bersenya)a dengan bunyi nasal yang homorgan dengan fonem 9t9 itu misalnya" me P tari
FmenariG
pe P
FpenariG
tari
me P tumbuk
FmenumbukG
pe P tumbuk
FpenumbukG
>+ Fone" n
:onem n9 ini secara umum direalisasikan sebagai bunyi FnG, baik sebagai onset maupun sebagai koda pada silabel. *isalnya 9nama9 -- FnamaG, 9panasa9 -FpanasG, dan 9asin9 -- FasinG ?+ Fone" l
:onem l ini direalisasikan sebagai bunyi FlG, baik sebagai onset maupun sebagai koda pada sebuah silabel, seperti pada kata 9lari9 -- FlariG, -- 9halal9 FhalalG, dan 9batal9 -- FbatalG.
22
Fonologi 1+ Fone" r
:onem r ini direalisasikan sebagai bunyi FrG, seperti pada kata 9ribut9 -- FributG, 9karet9, FkaretG -- dan 9kabar9 -- FkabarG 11+ Fone"
:onem 9<9 direalisasikan sebagai bunyi F
:onem s ini direalisasikan sebagai bunyi FsG, baik sebagai onset maupun sebagai koda pada sebuah silabel. *isalnya pada kata 9sakit9 -- FsakitG, 9pesan9 -FpesanG. 1&+ Fone" Š
:onem Š ini direalisasikan sebagai bunyi F ŠG, baik sebagai onset maupun sebagai koda .*isalnya
2!
Fonologi 9syarat9 -- FŠaratG, 9syahbandar9 -- FŠahbandarG, dan 9arasy9 -- Fara ŠG. 1*+ Fone" Fone" 9J9 direalisasikan sebagai bunyi 9J9 misalnya pada kata 9nyanyi9 FJa JiG, 9banyak9 -- FbaJakG, dan 9nyonya9 -- FJ⊃JaG. :onem 9J9 tidak perna berposisi sebagai koda. 1-+. Fone" %
:onem ini direalisasikan sebagai bunyi FjG, seperti pada kata 9jalan9 -- FjalanG, 9jujur9 -- FjujurG, dan 9ajal9 -- FajalG. :onem 9j9 tidak perna berposisi sebagai koda. 1+. Fone" 0
Secara umum fonem 9c9 direalisasikan sebagai bunyi FcG, seperti pada kata 9cari9 -- FcariG, 9acar9 -- FacarG, dan 9 cacar9 -- FcacarG. :onem ini tidak perna berposisi sebagai koda. 14. Fone" $
:onem ini selalu direalisasikan sebagai bunyi FyG, seperti pada kata 9yatim9 -- FyatimG , 9ayun9 -- FayunG, dan 9yayasan9 -- FyayasanG. :onem ini tidak pernah berposisi sebagai koda. 26
Fonologi
1>+ Fone" g
:onem ini mempunyai dua macam realisasi, yaitu" Perta"a< 3irealisasikan sebagai bunyi FgG, apabila berposisi sebagai onset.
*isalnya pada kata 9gajah9 -FgajahG, 9agar9 -- FagarG dan 9gagal9 -FgagalG. D irealisasikan sebagai bunyi FgG atau FkG apabila berposisi sebagai koda misalnya"
Ke!#a<
9gudeg9
dilafalkan FgudakG atau FgudekG
9grobak9 dilafalkan Fgr ⊃ bagG atau Fgr ⊃ bakG 9goblok9 dilafalkan Fg⊃ bl⊃gG atau Fg⊃ bl⊃kG
1?+ Fone" )
:onem ini mempunyai tiga macam realisasi, yaitu" Perta"a< 3irealisasikan sebagai bunyi FkG, apabila berposisi sebagai onset pada sebuah
2
Fonologi silabel. *isalnya pada kata 9kabar9 -FkabarG, 9bakar9 -- FbakarG dan 9akur9 -FakurG. Ke!#a<
3irealisasikan sebagai bunyi glotal F ʔG apabila berposisi sebagai koda pada sebuah silabel seperti" 9bapak9 -FbapaʔG, 9nikmat9 -- FnimʔatG dan 9rakyat9 -- FraʔyatG.
Ketiga<
3irealisasikan sebagai bunyi FgG bila berposisi sebagai koda 9gudeg9 dilafalkan FgudekG atau FgudekG dan 9gebuk9 -- FgIbukG atau FgIbugG.
2+ Fone"
:onem ini selalu direalisasikan sebagai bunyi FKG, baik berposisi sebagai onset maupun sebagai koda pada sebuah silabel. *isalnya pada kata 9nganga9 -- FKaKaG, 9angin9 -- FaKinG, dan 9bingung9 -- FbiKuKG. :onem ini tidak pernah berposisi sebagai koda. 21+ Fone" k
2/
Fonologi :onem ini direalisasikan sebagai bunyi F kG, baik berposisi sebagai onset maupun sebgai koda pada sebuah silabel. *isalnya pada kata 9 kas9 -- FkasG 9akhir9 -- FaBirG. 9tarik9 -- FtarikG. 22+ Fone" h
:onem ini direalisasikan sebagai bunyi FhG baik berposisi sebagai onset maupun sebagai koda pada sebuah silabel. *isalnya pada kata 9hari9 -- FhariG 9sehat9 -- FsɛhatG, dan 9lebih9 -- FlIbihG 2&+ Fone" ʔ
:onem ini direalisasikan sebagai bunyiF ʔG yang muncul pada silabel pertama dari sebuah kata yang berupa 5onem 5okal. *isalnya pada kata 9akan9 -- FNakanG, 9isap9 -- FʔisapG, dan 9udang9 -- F9ʔudaKG
&.* Per#,ahan Fone" &.*.1 Jeni/%eni Per#,ahan Fone"
27
Fonologi 3i dalam praktik bertutur, fonem atau bunyi bahasa itu tidak berdiri sendiri, melain-kan saling berkaitan di dalam suatu runtunan bunyi. leh karena itu, secara fonetis maupun fonemis, akibat dari saling berkaitan dan saling pengaruh-mempengaruhi, bunyi bunyi itu bisa saja berubah (Chaer, 20!"&/-0,*uslich, 206"-27 *artha, 20" 6-&#, yaitu" 1+ Per#,ahan Foneti
1erubahan fonetis yaitu kalau perubahan fonem itu tidak menyebabkan identitas fonemnya bisa berubah. 2+ Per#,ahan Fone"i
1erubahan fonemis yaitu kalau perubahan fonem itu sampai menyebabkan identitas fonemnya bisa berubah.
&.*.2 Pen$e,a, Per#,ahan Fone"
1enyebab perubahan itu bisa diperinci menjadi" # akibat adanya koartikulasi 2# akibat pengaruh bunyi yang mendahului atau yang mengikuti !# akibat distribusi dan 6# akibat lainnya. 2
Fonologi
2+ 8etro5le)i
Aetrofleksi adalah proses penarikan ujung lidah melengkung ke arah palatum &.*.2.1 A)i,at A!an$a Koarti)#lai %oartikulasi disebut juga artikulasi sertaan, atau artikulasi kedua, adalah proses artikulasi lain yang menyertai terjadinya artikulasi utama, artikulasi primer, atau artikulasi pertama. %oartikulasi ini terjadi karena se)aktu artikulasi primer untuk memproduksi bunyi pertama berlangsung, alat-alat ucap sudah mengambil ancang-ancang untuk membuat atau memproduksi bunyi berikutnya. 8kibatnya, bunyi pertama yang dihasilkan berubah mengikuti ciri-ciri bunyi kedua yang akan dihasilkan. 3alam peristi)a ini dikenal adanya proses proses" # ?abialisasi, 2# Aerofleksi, !# 1alatalisasi, 6# @elarisasi, # :aringalisasi, /# $lotalisasi. 8dapun masing-masing proses koartikulasi itu, dideskripsikan berikut ini. 1+ La,ialiai
2&
Fonologi ?abialisasi adalah proses pelabialan atau pembulatan bentuk bibir ketika artikulasi primer berlangsung. Selain bunyi labial bunyi lain dapat dilabialisasikan. *isalnya, bunyi FtG atau fonem 9t9 adalah bunyi apiko-al5eolar, tetapi pada kata 9tujuan9, bunyi FtG itu akibat dari akan diucapkan bunyi FuG yang merupakan 5okal bundar maka bunyi FtG disertai dengan proses pembulatan bibir, sehingga bunyi FtG terdengar sebagai bunyi Ft ʷG. +adi, kata 9tujuan9 dilafalkan menjadi Ft ʷuju ʷanG se)aktu artikulasi primer berlangsung sehingga terdengar bunyi FrG. Selain bunyi apikal, bunyi lain dapat juga diretrofleksikan. *isalnya, bunyi FkG adalah bunyi dorsopalatal, tetapi bunyi FkG pada kata 9kertas9 dilafalkan sebagai bunyi Fk r G karena bunyi FkG itu direrofleksikan dulu. +adi, kata 9kertas9 dilafalkan menjadi Fk ʳetasG. &+ Palataliai
1alatalisasi adalah proses pengangkatan daun lidah ke arah langit-langit keras ( palatum# se)aktu artikulator primer berlangsung. Selain bunyi palatal, bunyi lain dapat dipalatalisasi-kan. *isalnya bunyi FpG adalah bunyi apiko-al5eolar tak bersuara, tetapi pada kata 9piara9, bunyi FpG dipalatalisasikan sehingga
!0
Fonologi terdengar sebagai bunyi FpʸG. *aka kata 9piara9 dilafalkan menjadi FpʸaraG
*+ 7elariai
@elarisasi ialah proses pengangkatan pangkal lidah (dorsum# ke arah langit-langit lunak (velum# ketika artikulasi primer berlangsung. Selain bunyi 5elar, bunyi lain dapat di5elari-sasikan. *isalnya, bunyi FmG pada kata 9makhluk9 di5elarisasikan menjadi FmˣG. leh karena itu, kata 9makhluk9 dilafalkan menjadi FmˣaBlukG. -+ Faringaliai
:aringalisasi ialah prose penyempitan rongga faring ketika artikulasi sedang berlangsung dengan cara menaikkan laring, menganggkat u5ular (ujung langit-langit lunak#, serta dengan meenarik belakang lidah (dorsum# ke arah dinding faring. Semua bunyi dapat difaringalisasikan. + Glotaliai
!
Fonologi $lotalisasi ialah proses penyertaan bunyi hambat pada glotis (glotis tertutup rapat# se)aktu artikulasi primer berlangsung. *isalnya, bunyi FaG dan bunyi FoG pada kata 9akan9 dan 9obat9 dilafalkan menjadi FaʔkanG dan FoʔbatG. 'egitu juga bunyi FaG pertama pada kata 9taat9 dan 9saat dilafalkan menjadi Ftaʔat dan FsaʔatG.
&.*.2.2 A)i,at Pengar#h B#n$i Ling)#ngan
8kibat pengaruh bunyi lingkungan (bunyi yang berada sebelum atau sesudah bunyi utama # akan terjadi dua peristi)a perubahan yang disebut" # 8 asimilasi, 2# 3isimilasi. 1+ Ai"ilai
Dang dimaksud dengan asimilasi ialah perubahan bunyi secara fonetis akibat pengaruh bunyi yang berada sebelum atau sesudahnya. 8similasi, baik progresif maupun regresif la
!2
Fonologi 8similasi progresif, yaitu kalau arah pengaruh itu ke depan. Contoh" 'unyi FtG adalah bunyi apiko-al5eolar atau apiko-dental tetapi pada kata 9stasiun9, bunyi FtG itu dilafalkan sebagai bunyi FtG lamino-al5eolar adalah karena pengaruh secara progresif dari bunyi geseran lamino-palatal FsG. ,. Ai"ilai 8egrei5 ,
8similasi regresif, yaitu kalau arah pengaruh itu ke belakang. Contoh" 'unyi FpG adalah bunyi hambat bilabial tetapi bunyi FpG pada silabel pertama kata 9pantun9 dilafalkan secara apikoal5eolar. 1erubahan bunyi hambat bilabial FpG menjadi bunyi hambatan apiko-al5eolar adalah karena pengaruh nasar apiko-al5eolar FnG. 2+ Dii"ilai
3isimilasi merupakan proses kebalikan dari asimilasi. %alau dalam asimilasi dua buah bunyi yang tidak sama diubah menjadi sama, maka dalam kasus disimilasi duah buah bunyi yang sama diubah menjadi dua buah bunyi yang berbeda atau tidak sama. Contoh" dalam 'ahasa Endonesia ada kata 9belajar ! , yang berasal dari pembentukan berPajar, yang seharusnya menjadi 9berajar ! . >amun, di sini bunyi FrG !!
Fonologi pertama didisimilasikan dengan bunyi FlG, sehingga menjadi 9belajar !# Contoh lain bunyi FrG dan FrG pada kata 9terantar ! diubah menjadi bunyi FlG dan FrG sehingga menjadi 9telantar !#
&.*.& A)i,at Ditri,#i
Dang di maksud dengan distribusi adalah letak atau teempat suatu bunyi dalam satu satuan ujaran. 8kibat distribusi ini akan terjadi perubahan bunyi, yang disebut" # 8spirasi " 2# pelepasan (release)" !# 1emanduan dan 6# >etralisasi. 1+ A(irai
8spirasi adalah pengucapan suatu bunyi yang disertai dengan hembusan keluarnya udara dengan keras, sehingga terdengar bunyi FhG. *isalnya, bunyi FpG dalam 'ahasa Enggris bila berposisi pada a)al kata akan diucapkan dengan aspirasi, sehingga terdengar bunyi FphG. +adi, kata 9peace9 dan 9peter9 akan diucapkan menjadi Fp heisG dan FphitIG. >amun, bila konsonan FpG itu berada pada posisi akhir kata atau berada sesudah bunyi laminoal5eolar, maka aspirasi itu tidak ada, seperti pada kata 9map9 yang diucapkan 9mɛp9 dan kata 9space9 yang
!6
Fonologi diucapkan 9speis9. 'unyi yang beraspirasi bunyi aspirat.
disebut
2+ Pele(aan release+
Dang dimaksut dengan pelepasan (release) adalah pengucapan bunyi hambat letup tanpa hambatan dan letupan, lalu dengan serentak bunyi berikutnya diucapkan. +adi, hambatan atau letupan itu dilepaskan atau dibebaskan. *isalnya, bunyi FpG adalah bunyi hambat letup bersuara tetapi bunyi FpG pada kata 9tatap muka9 dilafalkan tanpa hambat letup. 'egitu juga bunyi FtG yang sebenarnya berupa bunyi hambatan letup, pada kata 9tempat nenek9 dilafalkan tanpa hambatan letup. &+ Pe"a!#an (enga5ri)atan+
Dang dimaksud dengan pemaduan atau pengafrikatan adalah penghilangan letupan pada bunyi hambat letup. 3alam hal ini, setelah hambat letup dilepaskan, lalu bunyi digeserkan secara perlahan-lahan. +adi artikulasinya bukan hambat letup, melainkan menjadi hambat geser. *isalnya, bunyi FtG pada kata 9hebat9 dan 9tempat9 dilafalkan menjadi FhɛbatˢG dan FtUmpatˢG..
!
Fonologi *+ Har"oniai ;o)al
armonisasi 5okal adalah proses penyamanan 5okal pada silabel pertama terbuka dengan 5okal pada silabel kedua yang tertutup. 4mpamanya" pada kata-kata 9sate9, 9onde-onde9, dan 9rante9 5okal FeG dilafalkan sebagai bunyi FeG tetapi pada kata 9karet9, 9coret9, dan 9 kontet9 diucapkan sebagai bunyi F ɛG. >amun, pada kata 9bebek9, 9ketek9, dan 9seret9 ’tarik’ dilafalkan sebagai FbɛbɛkG, FkɛtɛkG,dan FsɛrɛtG. +adi, meskipun pada silabel terbuka bunyi FeG itu dilafalkan sebagai F ɛG juga. al ini terjadi karena pengaruh atau dari distribusi FeG yang terdapat pada silabel kedua yang tertutup. 1eristi)a inilah yang disebut dengan istilah harmonisasi 5okal. - + Netraliai
>etralisasi adalah hilangnya kontras antara dua buah fonem yang berbeda. *isalnya, bunyi FbG pada kata 9ja)ab9 bisa dilafalkan sebagai bunyi FpG dan juga sebagai FbG, sehingga kata 9ja)ab9 itu bisa dilafalkan sebagai Fja)abG dan Fja)apG. al seperti ini di dalam kajian fonemik disebut arkifonem " yakni dua buah fonem yang kehilangan kontrasnya. Sebagai arkifonem kedua fonem itu dilambangkan sebagai fonem 9b9 (ditulis huruf kapital#. %enapa !/
Fonologi fonem 9'9 bukan 9p9 karena apabila diberi proses afiksasi dengan sufiks V-anW, fonem 9b9nya itu akan muncul kembali jadi V ja)ab W P V-anW -Fja.)a.ban.
&.*.* A)i,at Proe Mor5ologi
1erubahan bunyi akibat adanya proses morfologi la
Dang dimaksud dengan pemunculan fonem adalah hadirnya sebuah fonem yang sebelumnya tidak ada akibat dari terjadinya proses morfologi. *isalnya, dalam prefiksasi me- atau pe- akan muncul bunyi nasal yang homorgan dengan fonem pertama dari dasar yang diberi prefiks itu. Contoh "
!7
Vme-W P VbinaW
membina
VpemW P VbinaW
pembina
Fonologi +uga akan muncul bunyi pelancar FyG apabila sebuah kata yang berakhir dengan bunyi FiG diberi sufik V-anW dan muncul bunyi pelancar F)G apabila sebuah kata yang berakhir dengan bunyi FuG diberi sufiks V-anW. Contoh " VhariW P V-anW
F hariʸan G
VsatuW P
Fsatu ʷan G
V-anW
2+ Pelea(an 5one"
1elesapan fonem adalah peristi)a hilangnya fonem akibat proses morfologis. *isalnya, hilangnya bunyi FrG yang ada pada prefiks Vber-W dalam proses prefiksasi pada kata 9renang9 hilangnya bunyi FhG pada proses pengimbuhan dengan akhiran V)anW pada kata 9sejarah9 dan hilangnya bunyi FkG pada proses pengimbuhan dngan akhiran VndaW. Simak contoh berikutO VsejarahW P V)anW F sejarah)an G VanakW P VndaW F ananda G
!
Fonologi 3alam perkembangan 'ahasa Endonesia terakhir ada juga proses pelepasan bunyi yang sama dalam proses komposisi. Simak contoh berikut. VpasarW P F pasaraya G
VrayaW
VkeretaW P F keretapi G
VapiW
VkoW P F koperasi G
VoperasiW
&+ Pel#l#han 5one"
1eluluhan fonem adalah proses luluhnya sebuah fonem, lalu menyatu pada fonem berikutnya. al ini terjadi dalam prefikasi VmeW atau VpeW pada kata yang dimulai dengan konsonan tak bersuara, yaitu F s, k, dan t G. Contoh " VmeW P VsikatW F mIJikat G VpeW P VsikatW F pIJikat G VmeW P VkirimW F mI%irim G !&
Fonologi VpeW P VkirimW F pI%irum G VmeW P VpilihW F mImilih G VpeW P VpilihW F pImilih G VmeW P VtulisW F mInulis G VpeW P VtulisW F pInulis G *+ Pergearan 5one"
1ergeseran fonem adalah berubahnya posisi sebuah fonem dari satu silabel ke dalam silabel berikutnya. 4mpamanya, fonem 9t9, fonem 9n9 , dan fonem 9m9 pada kata 9lompat9, 9makan9, dan 9minum9 akan pindah ke silabel berikutnya bila diberi sufiks VanW. Simak contoh berikut" Vlom.patW P VanW FlXm.pa.tanG Vma.kanW P VanW Fma.ka.nanG 60
Fonologi Vmi.numW P VanW Fmi.nu.manG -+ Per#,ahan 5one"
1erubahan fonem adalah proses berubahnya sebuah fonem menjadi fonem yang lain karena menghindari adanya dua bunyi yang sama. 4mpamanya, dalam proses prefiksasi VberW pada kata 9ajar9 dan prefiksasi VterW pada kata 9anjur9, bubyi FrG pada prefiks VberW berubah menjadi bunyi FlG. Simak dan perhatikan VberW P VajarW
FbelajarG
VterW P VanjurW
FtelanjurG
&.*.- A)i,at !ari Per)e",angan Se%arah
1erubahan bunyi akibat dari perkembangan sejarah ini tidak berkaitan dengan kajian fonologi, melainkan berkenaan dengan pemakaian sejumlah unsur leksikal di dalam masyarakat dan budaya. 1erubahan yang berkenaan dengan perkembangan sejarah pemakaian bahasa ini, antara lain, adalah" # 1roses kontraksi (penyingkatan#, 2# *metatesis, !# 3iftongisasi, 6# monoftongisasi, dan # 8naptiksis.
6
Fonologi 1+ Kontra)i Pen$ing)atan+
%ontrak %ontraksi si atau atau penyingk penyingkata atan n adalah adalah proses proses menghilangkan menghilangkan sebuah sebuah bunyi atau atau lebih lebih pada sebuah sebuah unsur leksikal. 3ilihat dari bagian mana dari unsur leksikal itu yang dihilangkan, dapat dibedakan atas" a# 8feresis, b# 8pokop, dan c# Sinkop. a+ A5erei
8feresis adalah proses menghilangkan suatu fonem atau lebih pada a)al kata. *isalnya" tetapi
tapi
pepermin
permen
upa)asa
puasa
hembus
embus
huta hutang ng
utan utang g
satu
atu
,+ A(o)o(
8pok 8pokop op adal adalah ah pros proses es meng menghi hila lang ngka kan n satu satu fonem atau lebih pada akhir kata. *isalnya"
62
Fonologi 1elangit
pelangit
*pulaut
pulau
1resident
presiden
0+ Sin)o(
Sinkop adalah proses menghilangkan sebuah fonem atau lebih pada tengah kata. *isalnya "
'aharu
baru
Sahaya
saya
4tpatti
upeti
2+ Metatei
*eta *etate tesi siss adal adalah ah peru peruba baha han n urut urutan an buny bunyii fonem fonemis is pada pada suatu suatu kata. kata. 3alam 3alam 'ahasa 'ahasa Endone Endonesia sia kata-kata yang mengalami proses metatesis ini tidak banyak. banyak. 3i antaranya antaranya yang ada, adalah" +alur lajur
Aoyal
'rantas
loyar
bantras
6!
Fonologi
4lur
%elikir
Sapu
urul
kerikil
apus -- usap &+ Di5tongiai
3iftongisasi adalah proses perubahan 5okal tung tungga gall menj menjad adii 5oka 5okall rang rangka kap p seca secara ra beru beruru ruta tan. n. 1erubahan 5okal tunggal ke 5okal rangkap ini masih diuc diucap apka kan n dala dalam m satu satu punc puncak ak keny kenyar arin inga gan. n. +adi +adi,, masih dalam satu silabel. Contoh" anggauta, bunyi FoG
anggota FauG
sentausa, bunyi FoG
sentosa FauG
tauladan, bunyi FeG
teladan FauG
taupan,
topan FauG
bunyi FoG
*+ Mono5tongiai
66
Fonologi *onoftongisasi *onoftongisasi adalah proses perubahan dua buah 5okal atau gugus 5okal menjadi menjadi sebuah 5okal. 1roses 1roses ini bany banyak ak terja terjadi di dalam dalam 'aha 'ahasa sa Endone Endonesia sia akibat dari ingin memudahkan ucapan. Contoh" FramayG
diucapkan
FrameG Fkala)G
diucapkan FkaloG
FsatayG
diucapkan FsateG
Fpula)G
diucapkan
FpuloG
-+ Ana(ti)i
8naptiksis adalah proses penambahan bunyi 5okal di antara dua konsonan dalam sebuah kata atau penambahan penambahan sebuah konsonan pafa sebuah kata tertentu. 8da tiga macam anaptiksis, yaitu"
6
Fonologi a+ Protei
1rotesis adalah proses penambahan bunyi pada posisi a)al kata. Contoh" FmasG
FImasG
FmpuG
FImpuG
FtikG
FkItikG
FlangG
FIlaKG
,+ E(entei
Tpentesis adalah proses penambahan bunyi pada posisi tengah kata. Contoh"
FkapakG
FkampakG
FsajakG
FsanjakG
FupamaG
FumpamaG
0+ Paragoge
1aragoge adalah proses penambahan bunyi pada posisi akhir kata. Contoh" 6/
FhulubalaG
FhulubalaKG
Fonologi FinaG
FinaKG
FadiG
FadikG
&.-. Alo5on ata# 7arian Fone" &.-.1 (engertian Alo5on 8da sejumlah definisi yang diberikan pada alofon yang tampaknya berbeda, tetapi saling melengkapi, seperti yang disajikan berikut ini. (*artha, 20"/# (# 8lofon adalah satuan bunyi bahasa yang terkecil yang tidak membedakan makna. (2# 8lofon adalah salah satu cara konkret pengucapan sebuah fonem. (!# 8lofon adalah anggota dari sebuah fonem yang merupakan sebuah )ujud nyata dari pengucapan fonem. (6 8lofon adalah 5arian fonem yang dapat didengar melalui perbedaan-perbedaan lafal atau ucapan sebuah fonem.
&.-.2 8ealiai Alo5on ata# 7arian Fone" *artha, 20" 6,//-7# Secara teoritis dapat dinyatakan bah)a realisasi pengucapan sebuah fonem mempunyai kecenderungan lebih dari satu, lebih;lebih kalau dihubungkan dengan dua premis yang telah diakui, yaitu "
67
Fonologi # 'unyi-bunyi bahasa itu cenderung berfruktuasi karena kemampuan organ bicara yang terbatas, sehingga organ-organ itu tidak dapat mengulangi secara tetap9konstan ucapan yang sama. 2# Aealisasi sebuah fonem itu selalu lebih dari satu karena pengucapan sebuah fonem dipengaruhi oleh lingkungannya. al ini berarti bah)a setiap kali manusia mengucapkan sebuah fonem, ucapan fonem itu selalu berbeda dengan ucapan fonem yang sama yang dihasilkan pada )aktu yang berlainan. %esan impresifnya memang seperti tidak adaperbedaan tetapi kalau diselidiki dan diukur dengan alat-alat yang memadai seperti spektograf digital, akan tampak ada perbedaan antara ucapan fonem yang kedengarannya sama itu. +adi, fon9fona yang merupakan realisasi fonem yang sama itu disebut alofon atau 5ariasi fonem. %alau pada oposisi bunyi, kita membicarakan fonem karena bunyi itu membedakan arti atau berposisi dalam pasangan minimal, namun pada bembicaraan tentang 5arian 5onem atau alofon, kita akan membicarakan bunyi-bunyi yang tidak membedakan arti. 4ntuk itu, perhatikanlah contoh-contoh realisasi alofon berikut ini. Kata 8ealiai Fone" Peng#0a(an 9batuk9 Fbat4kG 9k9 Fbat4ʔG 2
6
9gerobak9
FgerbakG FgerbagG
9k9
Alo5on ) ʔ ) g
Fonologi
# 2# !# 6# #
!
9putih9
FputihG FputihG
9i9
i I
6
9butuh9
FbutuhG FbutuhG
9u9
# U
9sendok9
FsendokG FsendkG
9e9
e ɛ
/
9elok9
FelokG FelʔG
9o9
o O
Contoh-contoh di atas menunjukkan, bah)a" :onem 9k9 mempunyai alofon FkG, glotal F ʔG, dan FgG. :onem 9i9mempunyai alofon FiG dan FEG :fonem 9u9mempunyai alofon FuG dan F4G :onem 9e9 mempunyain alofon 9e9 dan F ɛG :onem 9o9 mempunyai alofon FoG dan FG
&.-.& 3iri/0iri Alo5on 8da beberapa sifat atau ciri yang melekat pada alofon, di anaranya ialah" *artha, 20"/# 1+ 'i!a) Me",e!a)an Arti 'eda ucapan pada alofon-alofon tidak akan membedakan arti,karena alofon itu sendiri adalah anggota dari sebuah fonem.Dang membedakan arti hanyalah fonemnya,bukan alofonnya %ata 9kakak9 bisa diucapkan FYakakG,FkakaNG,Fkaka’G,
6&
Fonologi Fka’akG,namun perbedaan ucapan itu tidak membedakan arti. 2+ Me"(#n$ai )ea"aan Organi6 teta(i ,er,e!a 0iri 5onetin$a 8lofon-alofon dari sebuah fonem mempunyai kesamaan organis,artinya dihasilkan oleh alat-alat bicara yang sama (homorganis#,tetapi ciri fonetisnya berbeda,misalnya FuG dan F4G sama-sama dihasilkan oleh lidahdalam posisi belakang,tetapi FuG secara fonetis tergolong 5okal atas belakang dan F4G tergolong 5okal atas ba)ah belakang (lihat posisi pembentukannya pada bagan#. &+ Ber!itri,#i Ko"(le"enter 1erbedaan ucapan sebuah fonem dipengaruhi oleh lingkungannya. ?ingkungan yang sama,menghasilkan pengucapan yang relatif sama. *isalnya ucapan fonem 9i9pada posisi suku kata terakhir tertutup cenderung secara stabil diucapkan F4G.8kibatnya,alofon-alofon itu berdistribusi komplementer,artinya tiap alofon memiliki distribusinya sendiri yang tidak akan ditempati oleh alofon yang lain.'eberapa contoh distribusi komplementer itu dapat digambarkan seperti berikut.
&. G#g# Fone" !an Deret Fone" Chaer, 20!"!, usen,&&/" 60-d#
0
Fonologi &..1 Pengertian G#g# Fone" !an Deret Fone"
Dang dima dimaksu ksud d deng dengan an gugus gugus fonem fonem adala adalah h dua dua buah buah fone fonem m yang ang berb berbed edaa teta tetapi pi bera berada da dala dalam m sebuah silabel atau suku kata. Sedangkan yang dimaksud deret fonem adalah dua buah fonem yang berbeda, berada dalam silabel yang berbeda, meskipun meskipun letaknya letaknya berdampinga berdampingan. n.
&..1.1 G#g# 7o)al a. Di5tong 1+ Pengertian Di5tong
3iftong adalah dua buah 5okal berurutan yang diucapkan dalam satu kesatuan uan )aktu (%eraf, &&"26#. Contoh" @okal 9au9 dan 9ai9 yang terdapat dala dalam m kata kata-k -kaata" ta" 9pula ulau9, 9ha 9harim rimau9, u9, 9ban bangau9, 9ramai9 9pantai9, 9pantai9, 9lantai9. 9lantai9. +adi, kalau dalam satu satu silabel ter terdapa dapatt dua buah 5ok 5okal berunt runtu un, maka aka 5ok 5okal beruntun itu disebut disebut diftong. diftong. *asalah diftong atau tau 5okal rangkap ini berhubungan berhubungan dengan sonoritas atau tingkat kenyaringan suatu bunyi. %etika dua deret bunyi 5okal
Fonologi diucapkan dengan satu hembusan udara, akan terjadi keti ketida daks ksam amaa aan n sono sonori rita tasny snyaa atau atau keny kenyar arin inga gann nny ya dibanding dengan bunyi 5okal yang lain. %onsep %onsep 5oka 5okall rangk rangkap ap yang yang diseb disebut ut difto diftong ng itu berkaitan dengan dua buah 5okal yang merupakan merupakan satu kesatuan bunyi dalam satu silabel. >amun, posisi lidah ketika mengucapkan bergeser ke atas atau ke ba)ah. 2+ Jeni ata# Ma0a" B#n$i Di5tong
3ala 3alam m pra praktik ktik berb berbah ahas asaa seca secara ra uni5 uni5eersal rsal,, dikenal adanya tiga macam diftong, yaitu # 3iftong nai naik, # 3ifto ftong turu urun dan !# 3ifton ftong g memusat sat (Chaer, 20!" 66-6/,*uslich, 206"/&-70 dan 2#. Dang ada dalam bahasa Endonesia tampaknya hanya diftong naik. 3eskripsi ketiga macam bunyi diftong di atas (Chaer (Chaer,, 20!"6 20!"66-6 6-6/ / *usli *uslich ch,, 206" 206"/&/&-70# 70#,, disaji disaji,, berikut ini. 1+ Di5tong Men#r#n #alling Diphtong +
3iftong menurun adalah diftong yang ketika perangkapan perangkapan bunyi 5okal itu diucapkan, diucapkan, 5okal pertama bersonoritas, bersonoritas, sedangkan sedangkan 5okal kedua
2
Fonologi kurang bersonoritas, bahkan mengarah ke ke bunyi non5okoid atau bunyi non5okal. Contoh 3alam 206"/&-70#
'ahasa
Endonesia
Fpul FpulaG aG ’pul ’pulau au’’
Fsa FsampaG mpaG ’sampa ampai’ i’
FharimaG ’ harimau’
FramaG ’ramai’
(*usli slich,
1erhatikan bagan berikut ini. Contoh 3alam 'ahasa +a)a (Chaer, 20!"66-6/# FuaG pada kata FmuaremG ’sangat ’sangat puas’
FuantengG ’sangat tenang’ FuoG pada kata FluoroG ’sangat ’sangat sakit’ Fduo)oG ’sangat panjang’ FuɛG pada pada kata FuelekG FuelekG ’sang ’sangat at jelek’ jelek’
FuentengG ’sangat ringan’ FuɑG pada pada kata FuempukG FuempukG ’sangat sangat empuk’ empuk’
!
Fonologi FluemuG ’sangat gemuk’ 1erhatikan bagan berikut ini FiG
FɛG
FuG
FIG
F⊃G
FaG
2+ Di5tong Menai) %ising Diphtong +
3iftong menaik adalah diftong yang terjadi bila 5okal kedua diucapkan diucapkan dengan posisi lidah lebih tinggi daripada 5okal yang pertama (Chaer, 20!"6 20!"66-6 6-6/#. /#. 1enda 1endapa patt lain lain mengt mengtak akan an,, difto diftong ng menai menaik k (rising rising diphtong diphtong # adala adalah h adala adalah h difto diftong ng yang ketika perangkapan bunyi 5okoid (5okal# itu diucapk diucapkan, an, 5okoi 5okoid d (5okal (5okal## pertam pertamaa kurang kurang atau atau menu menuru run n sono sonori rita tasny snya a dan dan meng mengar arah ah ke buny bunyii
6
Fonologi non5okoid (non5okal# sedangkan 5okoid (5okal# kedua menguat sonoritasnya (*uslich, 206"70#. Contoh 3alam 'ahasa Endonesia (Chaer, 20!"6#. F aiG
FgulaiG
FauG
FpulauG
FoiG
FsekoiG
FIiG
FeseiG
1erhatikan bagan berikut ini FiG
FuG
FIG
FaG
FoG
Fonologi
&+ Di5tong Me"#at
3iftong memusat, yaitu diftong yang terjadi bila 5okal kedua diacu oleh sebuah atau lebih 5okal yang lebih tinggi, dan juga diacu oleh sebuah atau lebih 5okal yang lebih rendah. 3alam bahasa Enggris ada diftong FoUG seperti pada kata FmoreG dan kata FfloorG. 4capan kata FmoreG adalah FmoIG dan ucapan kata FfloorG adalah FfloIG dan ucapan kata FthereG adalah FdɛIG (Chaer, 20!"6-6/#.
FiG
FuG
FIG
FɛG
/
FoG
Fonologi ,. Deretan 7o)al
3eretan 5okal adalah urutan dua buah 5okal diucapkan dalam satuan )aktu yang berlainan (%eraf, &&"26#. +adi, deret 5okal adalah dua buah 5okal yang berbeda berada dalam silabel yang berbeda, meskipun letaknya berdampingan. Contoh" @okal 9au9 dan 9ai9 yang terdapat dalam kata-kata" 9kaum9, 9bait9, 9saat9, 9luar9, 9raut9, 9kait9, 9taat9, 9kuat9, 9mau9, 9naik9. 9maaf9, 9puas9, Sedangkan deret 5okal yang tercatat ada sampai saat ini adalah" aa seperti pada kata saat dan taat au seperti pada kata laut dan daun ai seperti pada kata kain dan kait ao seperti pada kata kaos dan laos ua seperti pada kata luar dan kuat ue seperti pada kata kue 7
Fonologi ui seperti pada kata puing dan suit ia seperti pada kata siar dan kiat iu seperti pada kata tiup dan liur io seperti pada kata kiong dan biola oa seperti pada kata loak dan soak oi seperti pada kata koin dan poin eo seperti pada kata beo dan leo 0atatan< 3eretan 5okal ii, uu, dan oo hanya ada pada beberapa nama orang seprti iin" uun" oon. &..1.2 G#g# Kononan a. Kl#ter
%luster atau gugus konsonan adalah dua buah konsonan yang letaknya berdampingan. 3alam bahasa-bahasa tertentu, bunyi kluster atau konsonan rangkap (dua atau lebih# ini merupakan bagian dari struktur fonetis atau fonotsaktis yang disadari oleh penuturnya (*uslich, 20!"7-72#. leh karena, itu, pengucapannya pun harus sesuai dengan struktur
Fonologi fonetis tersebut. Sebab, kalau salah pengucapan, akan berdampak pada pembedaan makna. *unculnya kluster dalam bahasa Endonesia sebagai akibat pengaruh struktur fonetis unsur serapan namun, pada umumnya kluster bahasa Endonesia seputar kombinasi berikut ini. 1+ Ji)a )l#ter ter!iri ata !#a )ontoi!6 $ang ,erla)# a!alah<
a# %ontoid pertama hanyalah sekitar FpG, FbG, FtG, FdG, FkG, FgG, FfG, dan FsG. b# %ontoid kedua hanyalah sekitar FlG, FrG, F)G, FsG, FmG, FnG, FnG, dan FsG Contoh" FplG pada kata FpleonasmeG FgrG pada kata FgrafikG
&
FblG pada kata FpleonasmeG pada kata FfustrasiG
FfrG
FklG pada kata FpleonasmeG pada kata FpasrahG
FsrG
FglG pada kata FpleonasmeG pada kata FpsikologiG
FpsG
Fonologi FflG pada kata FpleonasmeG pada kata FekstraG
FksG
FslG pada kata FpleonasmeG pada kata Fd)ifuKsiG
Fd)G
FprG pada kata FpleonasmeG pada kata Fs)adayaG
Fs)G
FbrG pada kata FpleonasmeG pada kata Fk)intalG
Fk)G
FtrG pada kata FpleonasmeG pada kata FgrafikG
FspG
FdrG pada kata FpleonasmeG pada kata FsmokIlG
FsmG
FkrG pada kata FpleonasmeG pada kata FsnobismIG
FsnG
FskG pada kata FskemaG 2+ Ji)a )l#ter ter!iri ata tiga )ontoi!6 $ang ,erla)# a!alah<
(# %ontoid pertama selalu FsG
/0
Fonologi (2# %ontoid kedua FtG atau FpG (!# %ontoid ketiga FrG atau FlG Contoh" (# FstrG pada kata FstrategiG (2# FsprG pada kata FsprintIrG
(!# FskrG pada kata FskripsiG (6# FsklG pada kata FsklerosisG %arena kosakata asli 'ahasa Endonesia tidak mempunyai .kluster, maka ketika menggunakan kluster kata-kata serapan, penutur 'ahasa Endonesia cenderung untuk menduasukukatakan dengan menambahkan FIG di antaranya. *isalnya, kata FpraKkoG sering diucapkan FpIraKkoG, FsloganG sering diucapkanFsIloganG, FklinikG sering diucapkan FkIlinikG. 3alam perkembangan de)asa ini gugus konsonan atau klaster yang ada dalam 'ahasa Endonesia (Chaer,20!"6- #, adalah" br seperti pada kata brahma dan labrak /
Fonologi bl seperti pada kata blangko dan semblih by seperti pada kata obyektif dr seperti pada kata drama dan drakula d) seperti pada kata d)idarma dy seperti pada kata madya fl
seperti pada kata flannel dan inflasi
fr
seperti pada kata frater dan infra
gl
seperti pada kata global dan gladiol
gr
seperti pada kata gram dan grafis
kl
seperti pada kata klasik dan klinik
kr
seperti pada kata kritik dan kristen
ks seperti pada kata ksatria dan eksponen k) seperti pada kata k)atir dan k)artet pr seperti pada kata pribadi dan keprok ps seperti pada kata psikolog dan psikopat
/2
Fonologi sl
seperti pada kata slogam dan slalom
sp seperti pada kata spontan dan spesial spr seperti pada kata sprit dan spreyer sr seperti pada kata srigala dan sronok st
seperti pada kata studio dan stasion
str seperti pada kata strata dan strika s) seperti pada kata s)adaya dan s)asta sk
seperti pada kata skala
skr seperti pada kata skripsi dan manuskrip tr
seperti pada kata tragedi dan trahum
ty
seeperti pada kata satya
,. Deretan Kononan
3eretan konsonan yang ada dalam 'ahasa Endonesia antara lain (Chaer,20!"-7 #, adalah" bd
seperti pada kata sabda
bh
seperti pada kata subhat
/!
Fonologi bl
seperti pada kata kiblat
hb
seprti pada kata tahbis
hk
seperti pada kata mahkamah
hl
seperti pada kata bahla, bahlul
hm seperti pada kata tahmid ht
seperti pada kata tahta
kb
seperti pada kata takbir, akbar
kl
seperti pada kata iklan, coklat
km seperti pada kata sukma kr
seperti pada kata pokrol, takrir
ks
seperti pada kata siksa , paksa
kt
seperti pada kata bakti,bukti
ʔd
seperti pada kata FbaʔdaG
ʔl
seperti pada kata FtaʔlukG
ʔm seperti pada kata FbaʔmiG ʔn
/6
seperti pada kata FmaʔnaG
Fonologi ʔy
seperti pada kata FraʔyatG
lb seperti pada kata kalbu, talbiah ld seperti pada kata kaldu, kaldera lk seperti pada kata talking, palka lm seperti pada kata halma, gulma lp seperti pada kata pulpen, bolpoin mb seperti pada kata sambut, timbul mp seperti pada kata simpan, sampul mpr seperti pada kata kompran nc
seperti pada kata hancur,lancip
ncl seperti pada kata kinclong ncr seperti pada kata kencring nd seperti pada kata janda, tunda nj
seperti pada kata janji, tanjung
np seperti pada kata tanpa nt
/
seperti pada kata nanti, pantun
Fonologi Kg seperti pada kata laKgar Kk seperti pada kata naKka, boKkar Kkr seperti pada kata baKkrut Ks
seperti pada kata piKsan, saKsi
pt
seperti pada kata baptis, sabtu
rb
seperti pada kata karbon, terbang
rc
seperti pada kata karcis
rd
seperti pada kata kerdil, kardus
rg
seperti pada katasurga , harga
rh
seperti pada kata berhala
rj
seperti pada kata terjang, trjal
rk
seperti pada kata brkas, harkat
rl
seperti pada kata perlu
rm seperti pada katanorma, nirmala rn
seperti pada kata sirna, porno
rp
seperti pada kata korpus
//
Fonologi rs
seperti pada kata sirsak
rt
seperti pada kata kertas, karton
sb
seperti pada kata tasbih
sk
seperti pada kata miskin, riskan
sl
seperti pada kata muslim
sr
seperti pada kata mesrah, pasrah
sp
seperti pada kata puspa
ʃd seperti pada kata taʃ did ʃr
seperti pada kata taʃ ri
tm seperti pada kata ritme tl
seperti pada kata mutlak
Bl
seperti pada kata maBluk
4ntuk memudahkan lafal seringkali deret konsonan hilang karena diselipi 5okal 9e9, seperti pada kata coklat menjadi cok elat dan 5okal 9a9, seperti kata proyek menjadi p aroyek.
&. Per,e!aan Foneti) !engan Fone"i)
/7
Fonologi &..1 Materi Po)o) Ka%ian Foneti) !engan Fone"i)
Estilah fonetik dan fonemik selalu akan menjadi pokok pembicaraan dalam kajian bunyi bahasa, seperti yang tampak dalm topiktopik berikut ini (*artha, 20"-., yaitu" 1+ Dala" Hal A(e) IiPo)o) Ka%ian 'erdasarlkan aspek isi atau pokok kajiannya, fonetik mengkaji semua fon9fona yang dimiliki oleh suatu bahasa sedangkan fonemik mengkaji semua fonem yang dimiliki oleh suatu bahasa 2+ Dala" Hal A(e) L#an$a Ka%ian 'erdasarkan aspek luasnya kajian, fonetik menjalankan tugas kajian yang lebih luas dibandingkan dengan fonemik, karena fonetik mengkaji semua fon atau fona yang dimiliki oleh suatu bahasa tanpa memandang fon9fona itu membedakan arti atau tidak yang jumlahnya tidak terbatas sedangkan fonemik hanya mengkaji fon atau fona yang dapat membedakan arti dalam suatu bahasa yang jumlah sangat terbatas sesuai dengan jumlah fonem dalam bahasa itu. &+ Dala" Hal A(e) Si",ol/i",ol 'ran)ri(i $ang Dig#na)an 'erdasarlkan aspek simbol-simbol transkripsi yang digunakan, fonetik memerlukan simbol-simbol yang lebih banyak jumlahnya untuk mentranskripsikan semua fon9fona yang dapat dihasilkan oleh suatu bahasa sedangkan fonemik hanya memerlukan simbol-simbol yang terbatas
/
Fonologi sesuai dengan penggunaan simbol-simbol itu terhadap fonem yang ada dalam bahasa itu. *+ Dala" Hal A(e) Mengi!enti5i)ai)an 5on5ona Cara mendapatkan data atau mengidentifikasikan fon9fona diperlukan cara dan alat-alat elektronik yang khsusus alat-alat elektronik seperti itu umumnya belum dikenal apalagi digunakan di laboratorium-laboratorium bahasa di Endonesia. -+ Dala" Hal A(e) 'ing)at Ker#"itan Ka%iann$a 'erdasarlkan aspek kerumitan kajiannya, kajian fonetik lebih rumit karena dalam mendapatkan data diperlukan cara dan alat yang khsusus, seperti" 1+ Alat 8e)a"an &ape %ecorder) 2+ Pengg#naan O)ilogra5 Oscillosgraph+ yaitu alat yang membuat getaran-getaran bunyi dapat dilihat, yang mulai digunakan sejak tahun &20. &+ Pengg#naan Forier Anal$i serta Henri0i Anal$er untuk menganalisis bunyi ujaran pada tahun &60. (*+ Pengg#naan S(e)togra5 S(e0togra(h+ Spektograf yaitu alat yang dapat menentukan perbedaan antara fon9fona atau 5ariasi bunyi bunyi ujaran dengan tingkat kecermatan yang tinggi, seperti yang pertama kali dikembangkan di laboratorium perusahaan telepon 'ell di 8merika Serikat sebagai bagian dari upaya untuk menganalisi dan mensintesis sistem transmisi ujaran pada tahun &0. (-+ Pengg#naan Digital Signal Pro0eing
/&
Fonologi 1ada tahun &70 ditemukan digital signal processingaran. (+ Pengg#naan Alat S(e))togra5 Digital 1enggunaan alat spekktograf digital yaitu sebuah alat elektronik untuk menganalisis getarangetaran bunyi dalam bentuk frekuensi, yaitu jarak getaran dalam )aktu tertentu. 3e)asa ini, telah digunakan secara luas alat spektograf (specktograf# digital, yaitu alat untuk mengeluarkan rekaman analisinya dalam bentuk lembaran kertas yang disebut spektogram dan melalui spektogram ini kita dapat mengetahui kualitas akustik bunyi ujaran yang dianalisis. Spektogram ini menjadi alat indikator kualitas bunyi (5okal# bahasa manusia yang cukup diandalkan. + Dala" Hal A(e) Pe"an5aatann$a 'erdasarkan aspek pemanfaatannya, fonetik lebih luas pemanfaatannya karena fonetik memberikan deskripsi bunyi-bunyi bahasa lebih rumit dan mendetail seperti yang sekarang banyak dimanfaatkan di bidang musik.
&..2 Per,e!aan Foneti) !engan Fone"i)
Sesungguhnya tidaklah mudah bagi kita untuk membedakan fonetik dengan fonemik, karena lahan kajiannya sama-sama bunyi ujaran dengan sumber yang sama yaitu alat bicara manusia (*artha, 20"#.
70
Fonologi 4ntuk membedakan fonetik dan fonemik berikut dirumuskan perbedaan kedua bidang kajian tersebut, bila dipandang dari aspek-aspek tertentu, yaitu" 1+ Dala" Pela)anaan Ka%ian,
3alam pelaksanaan kajian, mendahului penelititan fonemik.
penelitian
fonetik
2+ Data Ka%ian Foneti)
3ata kajian fonetik yang berupa fona-fona menjadi bahan bagi analisis fonemik. 3engan kata lain, fonetik menyediakan bahan mentah bagi penyelidikan fonemik. &+ Jang)a#n Ka%ian Foneti)
Sejalan dengan perbedaan pada nomor 2, studi fonetik lebih luas jangkaunnya daripada studi fonemik, karena studi fonetik menjangkau semua bunyi ujar yang mampu dihasilkan oleh alat bicara, baik yang berupa 5arian maupun non5arian. *+ 3ara 'ran)ri(i Data a+ 'ran)ri(i Foneti Semua fon9fona yang diperoleh berdasarkan pendengaran ( auditif # dalam penyelidikan fonetik ditranskripsikan dengan simbol9tanda fonetik yang dikenal dengan nama transkripsi fonetis
7
Fonologi ranskripsi fonetik adalah penulisan bunyi bunyi bahasa secara akurat atau secara tepat dengan menggunakan huruf atau tulisan fonetik (Chaer, 20!"!-7, *uslich, 206"62#. uruf fonetik ini dibuat berdasarkan huruf (alfabet# ?atin yang dimodifikasikan atau diberi tanda-tanda diakritik karena alfabet ?atin hanya berjumlah 2/ buah huruf, pada hal bunyi-bunyi bahasa itu sangat banyak melebihi jumlah huruf ?atin (Chaer, 20!"#. *isalnya" uruf 5okal dalam alfabet ?atin hanya ada , yaitu FaG, FiG, FuG, FeG, FoG pada halnya fonem 5okal dalam 'ahasa Endonesia ada /, yaitu" 9a9, 9i9, 9u9, 9e9, 9I9, FoG. +adi, untuk 5okal 9e9 dimodifikasikan dengan dibalik dari 5okal 9e9 menjadi 9I9. 1ada dasarnya dalam kajian fonetik, satu huruf hanya digunakan untuk satu bunyi, atau satu huruf hanya digunakan untuk satu bunyi atau satu bunyi dilambangkan dengan satu huruf. idak ada penggunaan satu huruf untuk dua bunyi yang berbeda juga tidak ada penggunaan dua huruf untuk satu bunyi.
,+ 'ran)ri(i Fone"i
Semua bunyi ujaran yang dapat membedakan arti yang ditemukan dalam penyelidikan fonemik ditranskripsikan dalam simbol9tanda fonemik yang dikenal dengan nama transkripsi fonemik.
72
Fonologi -+ 'an!a ata# i",ol
anda atau simbol fonetik menyatakan tanda ucapan spesifik dari sebuah bunyi ujaran yang dinyatakan dalam kurung besar, yakni F....G, sementara tanda fonemik menyatakan sebuah fonem, yang bisa saja memiliki 5arian ucapan lebih dari satu. anda fonemik dinyatakan di antara garis miring, yakni 9....9. dengan demikian, simbol fonetik menyatakan )ujud konkret pengucapan suatu bunyi ujar. + Hail !e)ri(i
asil deskripsi bunyi ujaran (fon9fona# pada penelitian fonetik lebih kompleks dibandingkan dengan hasil deskripsi fonem-fonem dalam penelitian fonemik. 4+ Ke,#t#han Si",ol
3alam penelitian fonetik diperlukan simbol-simbol lebih banyak dibandingkan dengan dalam penelitian fonemik, karena fon9fona jauh lebih banyak daripada fonem-fonem.
7!
Fonologi
76
Fonologi BAB I7 EJAAN A'AU SIS'EM 'ULISAN
*.1 Pengertian E%aan ata# Site" '#lian6 H#r#5 !an A,%a! *.1.1 Pengertian E%aan ata# Site" '#lian
*enurut $orys %eraf, ejaan atau sistem tulisan adalah peraturan bagaimana menggambarkan bunyi ujaran suatu bahasa (&&"!7#. +adi, ejaan merupakan keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambang-lambang bunyi ujaran (bahasa# dan bagaimana interelasi antara lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya# dalam suatu bahasa. *.1.2 Pengertian H#r#5 !an A,%a! uruf adalah lambang atau gambaran dari bunyi. Sedangkan abjad (alfabet# atau aksara adalah rangkaian urutan huruf menurut suatu sistem tulisan (%eraf,&&" !7#. *.1.& 'o(i)/to(i) tentang E%aan Secara umum, pembahasan tentang ejaan meliputi topik-topik yang berkenaan dengan" # *asalah atau persoalan pelambangan fonem dengan huruf.
7
Fonologi 2# *asalah atau persoalan mengatur ketetapan tentang bagaimana satuan-satuan morfologis seperti" a# Cara menulis 1enyukuan kata, b# Cara menulis %ata dasar, c# Cara menulis %ata ulang, d# Cara menulis %ata majemuk, e# Cara menulis Cara menulis %ata berimbuhan, f# Cara menulis 1artikel-partikel dituliskan. !# *asalah atau persoalan tentang bagaimana menuliskan kalimat dan bagian-bagian kalimat dengan pemakaian tanda-tanda baca, seperti" a# anda baca titik (.#. b# anda baca koma (,#. c# anda baca titik koma (#. d# anda tanya (N#. e# anda suruh atau perintah (O#. f# anda petik (petik tunggal ’........’ dan petik ganda ........ #. g# anda kurung (kurung biasa (...#, kurung siku F...G, kurung kura)al V...W, dan sebagainya.
*.1.* Keg#naan Pen$eli!i)an tentang B#n$i 'eberapa kegunaan penyelidikan tentang bunyi, misalnya" # 4ntuk mencari seperangkat tanda-tanda guna menyatakan ujaran bahasa itu. 1ada kegunaan yang pertama, yaitu mencari seperangkat tanda untuk menyatakan ujaran (bunyi bahasa# itu, harus diingat bah)a ada dua bentuk pelambangan yang dapat digunakan untuk menyatakan bunyi-bunyi itu, yakni"
7/
Fonologi a# ?ambang fonetik ( phonetic transcriptions#, dan b# ?ambang fonemik ( phonemic trancriptions#. 2# asil penyelidikan bunyi bahasa dapat pula dipakai sebagai dasar pembentukan sistem tulisan, misalnya apakah sistem ideograf, sistem piktograf, sistem silabis, atau sistem fonetis. al ini bergantung pada sifat9karakteristik bahasa itu. 3alam bahasa Endonesia, ejaan fonemiklah yang digunakan karena dasar penyusunannya adalah transkripsi fonemik, yakni apa atau bagaimana tulisannya demikian atau itulah yang diucapkan. +adi apa yang dituliskan itulah yang dibaca (*ahasis)a disarankan untuk memiliki dan membaca 'uku 'aca 'uku Tjaan Dang 3isempurkan# *.2 Man5aat Fonologi !ala" Pen$##nan E%aan Bahaa (Chaer, 20!"-/# *.2.1 Peranan Foneti) !an Fone"i) !ala" Pen$##nan E%aan Martha6 211<12//1-+ Tjaan, jika dilihat dari sudut pandang ilmu bunyi, sebenarnya muncul dari upaya manusia untuk mentranskripsikan bahasa ujarnya (Enggris" speech, 1rancis" parole, +erman" sprache#. %arena itulah, ejaan menurut sudut pandang ilmu bunyi merupakan %riting system suatu speech bagi manusia. 1emahaman yang baik dan mendalam tentang fonologi (fonetik dan fonemik# akan berkontribusi langsung dalam penyusunan ejaan mengingat pertanyaan a)al yang sering muncul bila kita membicarakan ejaan adalah apakah ejaan ituN
77
Fonologi
*.2.2 Ma0a"/"a0a" E%aanSite" '#lian 1+ Perla",angan Un#r Seg"ental !an Un#r S#(raeg"ental *engingat bunyi ujaran ada dua unsur, yaitu unsur segmental dan unsur suprsegmental, maka ejaan pun menggambarkan atau melambangkan kedua unsur bunyi ujaran tersebut. a. Perla",angan Un#r Seg"ental 1erlambangan unsur segmental bunyi ujaran, meliputi" # 'agaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran atau huruf. 2# 'agaimana menuliskan bunyi-bunyi ujaran dalam bentuk kata, frase, klausa dan kalimat. !# 'agaimana memenggal suku kata, 6# 'agaimana menuliskan singkatan, nama orang, lambang-lambang teknis keilmuan, dsbnya. ,. Pela",angan Un#r S#(raeg"ental 1elambangan unsur suprasegmental bunyi ujaran, menyangkut" 'agaimana melambangkan tekanan, nada, durasi, jeda dan intonasi. 1erlambangan unsur suprsegmental dikenal dengan istilah tan!a ,a0a atau (#ngt#ai. ata cara penulisan bunyi ujaran (baik segmental mapun suprsegmental# ini bisa
7
Fonologi memanfaatkan kajian fonologi, terutama hasil kajian fonemik terhadap bahasa yang bersangkutan. Sebagai contoh, ejaan bahasa Endonesia yang telah diterapkan dalam penulisan selama ini memanfaatkan hasil studi fonologi 'ahasa Endonesia, terutama yang berkaitan dengan pelambangan fonem. leh karena itu ejaan 'ahasa Endonesia dikenal dengan istilah e%aan 5one"i. 2+ Ma0a"/"a0a" E%aanSite" '#lian 1+ Men#r#t Gor$ Kera5
*enurut $orys %eraf (&&" !/#, sejauh ini sekurang-kurangnya telah dikenal 6 macam sistem tulisan, yaitu" a+ '#lian Pi)togra5 ulisan piktograf yaitu rangkaian gambar untuk melukiskan suatu peristi)a, misalnya huruf Endian *eksiko. ,+ '#lian I!eogra5 ata# '#lian Logogra5
ulisan ideograf atau tulisan logograf yaitu satu tanda atau lambang me)akili satu kata atau pengertian, misalnya huruf Cina dan huruf %anji +epang. 0+ '#lian Sila,i
7&
Fonologi ulisan silabis yaitu satu tanda untuk menggambarkan suatu suku kata, misalnya tulisan %atagana +epang, 3e)anegari, 8rab dan +a)a. !+ '#lian Fone"i ulisan fonemis yaitu satu tanda untuk melambangkan satu bunyi, *isalnya huruf ?atin, Dunani dan $otik.
1+ Men#r#t A,!#l 3haer (Chaer, 20!" 7,0 dan # *enurut 8bdul Chaer ada ! macam ejaan atau sistem tulisan (20!" 7,0#, yaitu" a+ E%aan Foneti)
3alam ejaan fonetik bunyi-bunyi bahasa beserta ciri-cirinya ( baik unsur segmental maupun suprasegmentalnya dilukiskan secara akurat sama persis dengan bunyi dan ciri prosodi yang didengar. ,+ E%aan Fone"i) 3alam ejaan fonemik bunyi-bunyi dituliskan sesuai dengan satuan fonemisnya. +adi, mungkin kurang akurat. 0
Fonologi 0+ E%aan Ortogra5i) ata# E%aan Gra5e"i) 3alam ejaan ortografik atau ejaan grafemik bunyi-bunyi dituliskan sesuai dengan kon5ensi (kesepakatan# grafemis yang disepakati. 8rtinya, sesuai dengan sistem dan aturan ejaan yang berlaku, misalnya, dalam bahasa Endonesia tentu menurut aturan yang disepakati dalam pedoman Tjaan Dang 3isempurnakan (TD3#. &+ Ma0a"/"a0a" E%aan ata# Site" '#lian !ala" Bahaa In!oneia
Sejauh ini kita mengenal beberapa ejaan &2/.'ahasa Endonesia (%eraf, &&"!-60#, yaitu" 1+ E%aan 3h. ;an O(h#i%en ata# E%aan Balai P#ta)a
Tjaan Ch. 5an phuijsen atau ejaan 'alai 1ustaka tahun &0 disempur-nakan tahun &2/. Sebelumnya, 1ada tahun &00 Ch. 5an phuijsen mendapat perintah untuk menyusun ejaan *elayu dengan mempergunakan sistem aksara ?atin. 3alam usahanya itu 5an phuijsen sekadar merpersatukan bermacam-macam ejaan yang
Fonologi sudah ada dengan bertolak dari sistem ejaan 'ahasa 'elanda sebagai landasan pokok. 3engan bantuan Tngku >a)a)i gelar Sutan *a’mur dan *oehammad aib Soetan Ebrahim akhirnya ditetapkan ejaan itu dalam bukunya %itab ?ogat *elayu yang terkenal dengan nama Tjaan Su)andi atau Tjaan 'alai 1ustaka pada tahun &0. Setelah diperbaiki terus-menerus baru pada tahun 02/ mendapat bentuk yang tetap. 2+ E%aan S#9an!i
Tjaan Su)andi ditetapkan pada tahun &67 kemudian disempurnakan pada tahun &6&.
&+ E%aan Melin!o
Tjaan *elindo tahun ditetapkan pada tahun && namun tidak diumumkan karena masalah politik dengan *alaysia. *+ E%aan ang De"(#rna)an ED+
Tjaan Dang 3sempurnakan (TD3# digagas pada tahun &// oleh *enteri 1endidikan dan %ebudayaan, Sarino *angunpranoto, lalu dibentuk sebuah panitia Tjaan bahasa Endonesia 2
Fonologi yang bertugas menyusun konsep baru yang merangkum segala usaha penyempurnaan yang terdahulu. Sesudah berkali-kali dibuat penyempurnaan maka berdasarkan %eputusan 1residen >o.7 tahun &72 diresmikan ejaan baru yang mulai berlaku pada tanggal 7 8gustus &72 yang dinamakan E%aan ang Die"(#rna)an ED+. *enurut pedoman TD3, grafem-grafem atau tulisan-tulisan (huruf-huruf# untuk fonem-fonem 'ahasa Endonesia (Chaer,20!"0-2# adalah sebagai berikut. a. Gra5e" ata# '#lian H#r#5+ Fone" 7o)al
:onem
8lofo n
$rafem9
Contoh
ulisan 8)al
engah
i.tu
a. ik
8khi
FiG 9i9 9i9 FEG
!
a. i
Fonologi
e 9e9 9e9
e.kor
mo.nyet
sa.te
e.kor FɛG
9I9
FIG
9e9
e.mas
ke.ra
ka.de
9u9
u.ji
da.pur
la.gu
9o9
o.bat
e.kor
bak.so
a. i
pi.sah
lu.pa
u
9u9 F4G
9o9
o
C
9a9
6
FaG
9a9
Fonologi ,. Gra5e" ata# '#lian H#r#5+ Fone" Di5tong
:onem
8lofo
$rafem9
Contoh
n ulisan
8)al
engah
8khir
9a)9
FauG
au
au.la
-
u.lau
9ay9
FaiG
ai
-
-
lan.dai
9oy9
FoiG
oi
-
-
se.poi
9ey9
FeiG
ei
-
-
sur.5ei
0. '#lian ata# Gra5e" H#r#5+ Fone" Kononan
:onem
8lofo n
$rafem9
Contoh
ulisan 8)al
engah
8khir
Fonologi
# 9b9
FbG FpG
2# 9p9
9b9
re.but
pa.ku
ba.pak
si.kap
da.la
9p9 FpG
!# 9m9
FmG
9m9
mu.ka
a.man
6# 9)9
F)G
9)9
)a.ris
a.)an
-
FuG
-
-
-
li.ma
fa.sih
si.fat a5.tur
# 9f9 FfG
9f9
F5G /# 9d9
7# 9t9
FdG FtG
5i.ta.min
ak.tif a.bad
9d9
da.ta
a.dat
FtG
de.ka 9t9
/
ja.)ab
ba.ku
ta.ri
ba.tik
Fonologi # 9n9
FnG
ja.lan 9n9
9l9
ba.tal
7
sa.kit
a.sap
FŠG
a.raŠ Ša.hid
a.Šar
FJG
nya.la
ba.nyak
FjG
ja.la
a.jal
FcG
9c9
7# 9y9
ra.
9j9 /# 9c9
FsG
9ny9 # 9j9
ke.ras a.
9 Š 9 6# 9J9
ra.sa
F
9s9 !# 9Š9
ma.lam be.na
9<9 2# 9s9
la.ri
FrG 9r9
# 9<9
ta.nam
FlG 9l9
0# 9r9
na.si
FyG FiG
9y9
ca.ri
ya.tim
a.car
a.yun
la.lai
Fonologi # 9g9
9k9
FgG FkG
9g9
Pen%elaan<
-
ki.ra
a.kal a.ban
nga.nga
a.ngin
FBG
luks -
e.kspor
FhG
su.da 9h9
2!# 9ʔ9
-
FKG
9ks9 22# 9h9
la.gu
gu.de
ja.rak
9ng9 2# 9B9
gi.la
FkG 9k9
20# 9K9
-
ha.bis
ba.hu
FʔG 9k9
-
nik.mat
9Z9
-
sa.ʔat
ba.pa -
Fonologi # ulisan atau grafem FeG digunakan untuk melambangkan dua buah fonem 5okal, yaitu fonem 5okal 9e9 dan 9I 9. 2# ulisan atau grafem diftong 9a)9 dilambangkan dengan gabungan grafem FauG yang dapat menduduki podsisi a)al dan akhir kata !# ulisan atau grafem diftong 9ay9 dilambangkan dengan gabungan grafem FaiG hanya menduduki posisi akhir. 6# G ulisan atau grafem diftong 9oy9 dilambangkan dengan gabungan grafem FoiG hanya menduduki posisi akhir. # ulisan atau grafem diftong 9ey9 dilambangkan dengan gabungan grafem ˂ei ˃ hanya menduduki posisi akhir. /# ulisan atau grafem FpG selain digunakan untuk melambangkan fonem 9p9 juga dipakai untuk melambangkan fonem 9b9 sebagai koda dari sebuah silabel. 7# ulisan atau grafem FtG selain digunakan untuk melambangkan fonem 9t9 juga dipakai untuk melambangkan fonem 9d9 sebagai koda dari sebuah silabel. &
Fonologi # ulisan atau grafem FfG selain digunakan untuk melambangkan fonem 9f9 juga dipakai untuk melambangkan fonem 959 sebagai koda dari sebuah silabel. ulisan atau grafem FkG selain digunakan untuk melambangkan fonem 9k9 juga dipakai untuk melambangkan fonem 9g9 sebagai koda dari sebuah silabel. 0# $abungan huruf atau grafem masih digunakan, yaitu" FngG untuk melambangkan fonem 9K9 FnyG untuk melambangkan fonem 9J9 *.2.& La",ang Un#r S#(reg"ental (Chaer,20!"#
4nsur suprsegmental yang berupa tekanan, nada, durasi, jeda karena tidak bersifat fonetonasi mis tidak diberi lambang apa-apa tetapi unsur intonasi yang dapat mengubah makna kalimat diberi kalimat diberi lambang berupa tanda baca, yaitu" # 4ntuk kalimat deklaratif diberi tanda baca tanda titik (.#. 2# 4ntuk kalimat interogatif diberi tanda baca tanda tanya (N#. &0
Fonologi !# 4ntuk kalimat imperatif diberi tanda baca tanda seru (O#. 6# 4ntuk menandai bagian-bagian kalimat digunakan tanda baca tanda koma (,# dan tanda baca tanda titik koma (#
&
Fonologi
BAB 7 FONOLOGI GENE8A'IF -.1 Pelo(or Pen0et#+ 'eori Fonologi Generati5
&2
Fonologi Sejarah perkembangan eori :onologi $eneratif sebenarnya bermula dari pemikiran radikal Chomsky pada tahun &0-an. 3alam buku Chomsky yang berjudul yntactic tructures (&&7a dalam Supar)o, 200&"!#, tercetus pemikiran baru dalam linguistik (terutama sintaksis# yang kemudian dikenal sebagai ino5asi teori sebelumnya, yaitu eori Struktural. eori baru tersebut kemudian terkenal dengan sebutan nama eori $eneratif ransformasi. 3alam buku kedua yang berjudul undamentals of anguage (&7b dalam Supar)o, 200&"!# yang berisi ulasan buku +akobson dan alle, >oam Chomsky mengemukakan pandangannya dalam bidang fonologi yang sekarang dikenal sebagai eori :onologi $eneratif ransformasi atau :onologi $eneratif. 3alam teori baru itu, yaitu eori :onologi $eneratif ransformasi atau :onologi $eneratif. Chomsky menggambarkan pendekatan fonologi sebagai sistem dalaman (underlying system# yang abstrak dihubungkan dengan ucapan yang sebenarnya dengan memakai rumus-rumus. 8kan tetapi, penguraian :onologi $eneratif yang lebih terperinci kemudian diberikan oleh alle dua tahun kemudian dalam bukunya yang berjudul *he ound +attern of ,ussian (&& dalam Supar)o, 200&"!-6#. Sejak itu, kemudian terbit beberapa karya baru yang makin mengukuhkan eori :onologi $eneratif seperti *he ogical asis of inguistic theory (Chomsky, &/6b dalam Supar)o, 200&"6#, dan .sspects &!
Fonologi of the theory of yntax (Chomsky, &/ dalam Supar)o, 200&"6#. 1ada tahun &/ Chomsky bekerja sama dengan alle menerbitkan karya besar dalam bidang :onologi yang berjudul *he ound +attern of /nglish. 'uku ini kemudian menjadi buku rujukan utama dalam teori :onologi $eneratif. Sejak saat itu eori :onologi $eneratif telah mendapat pengakuan di seluruh dunia. Halaupun begitu, teori baru tersebut tidak lepas dari kritikan-kritikan linguis lain di samping banyak juga yang mengikuti teori ini dengan berbagai penyempurnaan terutama hal yang di perdebatkan (Supar)o, 200&"!-6# adalah" (# 1enentuan bentuk dasar (2# 4rutan kaidah fonologis. 4ntuk teori itu, teori :onologi $eneratif era tahun 70-an ini kemudian disebut teori standar. eori :onologi $eneratif yang digagas oleh >oam Chomsky dan *orris alle yang terkenal dengan buku yang berjudul *he ound +attern of /nglish tahun &/ hanya diterapkan dalam 'ahasa Enggris. -.2 Penera(an 'eori Fonologi Generati5 !ala" Mo!#l ini eori :onologi $eneratif yang diterapkan dalam modul ini adalah eori :onologi $eneratif yang disempurnakan oleh Sanford 8. Schane (&7!# atau
&6
Fonologi disebut juga eori :onologi $eneratif Standar yang diterjemahkan ke dalam bahasa Endonesia oleh %entjana)ati $. (&&2 dalam Supar)o, 200&"!-6# dari buku aslinya 0enerative +honolog y. 3i Endonesia teori eori :onologi $eneratif yang banyak diterapkan adalah eori :onologi $eneratif dari Sanford 8. Schane (&7!# atau disebut juga eori :onologi $eneratif Standar yang diterjemahkan ke dalam bahasa Endonesia oleh %entjana)ati $. (&&2 dalam Supar)o, 200&"!-6# dari buku aslinya 0enerative +honology. -.2 Penera(an 'eori Fonologi Generati5 !ala" Mo!#l ini 2# eori :onologi $eneratif yang dipelopori oleh Sanford 8. Schane tahun &7! yang diterjemahkan ke dalam 'ahasa Endonesia tahun &&2. eori :onologi $eneratif yang dipelopori oleh Sanford 8. Schane ini mengacu pada pelbagai bahasa sehingga lebih meyakinkan orang bah)a teori Schane ini cocok diterapkan pada bahasa-bahasa di dunia (termasuk bahasa-bahasa >ustaraan#. 3iakui banyak pihak bah)a eori :onologi $eneratif yang dipelopori oleh Schane ini masih berupa kerangka teoretis. eori :onologi $eneratif yang digagas oleh Schane ini dilengkapi dengan berbagai studi operasional bidang-bidang khusus (Supar)o,200&"-2#, seperti"
&
Fonologi (# 'idang proses dan kaidah perubahan bunyi dilengkapi dengan pandangan %ensto)ic< (&&6# dalam +honology in in 0rammar# (2# 'idang pelbagai macam bentuk artkulasi bunyi banyak dibantu oleh 1eter ?adefoged dengan bukuny yang berjudul . $ourse in +honetics tahun &2. (!# 3alam analisis suku kata (silabel# banyak diikuti pandangan Tdmund $usman dengan bukunya yang berjudul 1honology" .nalysis and *eory1 tahun 2002. (6# 3alam hal deskripsi fitur-fitur atau ciri-ciri pembeda bunyi dibantu dengan gagasan *angantar Simanjuntak yang terkenal dengan bukunya yang berjudul eori :itur 3istingtif dalam :onologi $eneratif " 1erkembangan dan 1enerapannya tahun &&0. 8dapun pandangan mendasar yang diikuti dalam :onologi $eneratif ialah" (# 3alam bahasa lisan, bunyi menyampaikan makna, dan makna di)ujudkan melalui bunyi bahasa (Schane, &&2"# (2# :onologi saling berhubungan dengan sintaksis dan semantik. (!# eori :onologi $eneratif tidak berkembang secara terpisah dari bidang bahasa yang lain, tetapi merupakan bagian dari teori komprehensif bahasa yang &/
Fonologi disebut grammatika tranformasional atau *ranformasional 0rammar . $agasan tentang grammatika tranformasional atau *ranformasional 0rammar itu terlihat jelas dinyatakan, antara lain oleh" (a# 'ickford et.al. (&&# dalam buku yang berjudul . $ourse in asic 0rammatical .nalysis. (b# Aadford dalam bukunya .spects of the *eory of intax (&/# Secara khusus, hubungan fonologi dan sintaksis dibicarakan oleh Sharon Enkelas dan 3raga [eg (edit.# (& & dalam bukunya yang berjudul *he +honology yntax $onnection1# 3e)asa ini sudah banyak ahli fonologi yang tidak hanya menganalisis fonologi leksikal saja, tetapi juga menganalisis fonologi posleksikal (masalah fonologi di atas tataran kata , frasa dan klausa#. -.1 Fit#r ata# 3iri Pe",e!a %ajian penting dalam teori fonologi generatif ialah fitur. :itur ( feature# adalah ciri atau milik atau sifat yang khusus (Simanjuntak, &&0"#. Contoh" # Setiap mobil mempunyai ciri-ciri yang menjadi milik mobil itu, sehingga kita dapat membedakannya daripada kapal terbang atau kereta api.
&7
Fonologi 2# *obil-mobil pun dapat juga kita jenis-jeniskan menurut ciri-ciri atau fitur-fitur tertentu seperti" a# *erek :iat, b# *erek oyota, c# *erek onda. !# *obil-mobil bermerek onda pun mempunyai ciriciri khusus atau fitur-fitur khusus, sehingga kita dapat membedakan onda 8ccord daripada onda Ci5ic atau :iat 26 daripada :iat 2 atau oyota Corolla daripada oyota Corona. 3alam konteks linguistik, fitur atau ciri pembeda pada hakikatnya adalah unsur-unsur terkecil yang menjadi milik atau sifat khusus dari fonetik, leksikal, dan suatu transkripsi fonologis yang dibentuk oleh kombinasi dan rangkaian (bdk. Simanjuntak, &&0"!-6#. :itur distingtif (distinctive# oleh Chomsky dan alle disebut juga ciri pembeda yang terdapat pada segmen yang berfungsi untuk membedakan satuan-satuan bahasa. :itur yang distingtif dapat menggambarkan bunyi yang digunakan dalam tutur. Sebuah fitur dikatakan distingtif apabila fitur itu dapat memberikan spesifikasi pada segmen (Schane, &&2b"2/#. 3alam 'ahasa Endonesia, misalnya, kita dapat mengenal bunyi-bunyi dalam 'ahasa Endonesia berdasarkan fitur-fitur distingtif. 8nalisis fonologi generatif menerapkan sistem biner (binary#, yakni tanda plus (P# dan tanda minus (-# untuk menunjukkan sifatsifat yang berla)anan, artinya sifat itu ada atau tidak. anda plus (P# berarti mamiliki ciri sedangkan tanda &
Fonologi minus (-# berarti tidak memiliki ciri. misalnya silabis B nonsilabis " konsonantal B nonkonsonantal, sonoran B nonsonoran, dan sebagainya. anya satu ciri tunggal digunakan untuk untuk dua nama yang terpisah, seperti seperti tegang dan kendur. +adi, bunyi tegang ditetapkan sebagai FP tegG, dan bunyi kendur ditetapkan sebagai FtegG. %egunaan sistem biner adalah untuk diperlihatkan dengan tegas dan eksplisit bagaimana anggota-anggota suatu pasangan, seperti bersuara-tak bersuara, atau nasal dan oral berhubungan satu sama lainnya, sedangkan anggota yang lain tidak berhubungan. -.2 3iri Biner ata# 3iri Pe",e!a Ciri biner atau ciri pembeda adalah unsur-unsur terkecil dari fonetik, leksikal, dan suatu transkripsi fonologis yang dibentuk oleh kombinasi dan rangkaian (1astika, &&0"7#. 4ntuk ciri-ciri yang menunjukkan sifat-sifat yang berla)anan , kita dapat menggunakan dua nama terpisah , seperti bersuara da tak bersuara, tetapi hanya satu ciri saja,FbesuaraG kemudian bunyi bersuara dapat dirinci sebagai FPbersuaraG, dan yang tak bersuara sebagai F- bersuaraG. >otasi biner itu ideal untuk semua ciri yang menyatakan kualitasyng bertolak belakang. %euntungan dari sistem biner ialah bah)a orang dapat memperlihatkan suatu pasangan secara eksplisit bagaimana anggota suatu pasangan seperti bersuara tak &&
Fonologi bersuara atau nasal ; oral, berhubungan satu sama lain dengan cara yang tidak terdapat pasangan lain seperti bersuara- oral atau tak bersuara-nasal. Setiap pasangan )ajar, seperti bersuara tak bersuara, digambarkan oleh suatu ciri , dalam hal ini FbersuaraG dan kedua anggota perangkat itudibedakan oleh nilai FP atau -G. %esederhanaan sistem biner memungkinkan kita bertanya apakah semua ciri, termasuk ciri yang pada mulanya tampak tidak biner, misalnya ciri-ciri ketinggian untuk 5okal atau ciri-ciri daerah artikulasi untuk konsonan, bisa ditafsirkan dengan ciri biner sistem binerN. 1ertanyaan ini pertama-tama dija)ab dengan ya oleh +acobson. 3alam menyajikan perangkat ciri pembeda yang disusunnya sendiri, ia membuat pernyataan yang lantang bah)a skala dikotomi dilapiskan oleh bahasa pada bunyi. Choomsky dan alle juga berpendapat bah)a ciri-ciri bersifat biner hanya pada tataran penggolongan atau fonemis sistematis sedangkan pada tataran fonetis sistematis, ciri-ciri itu tidak harus biner(Schane, &&2"27-2#. -.2.1 3iri Kela Uta"a Sila,i6 Sonoran6 Kononantal 1ersamaan dan perbedaan antara 5okal dan konsonan dapat dilihat dari sifat yang berkaitan dengan silabisistas, sonoritas, dan jenis penyempitan, %etiga ciri tersebut, FsilabisistasG, FsonoritasG, dan FkonsonantalG
200
Fonologi mencakup sifat-sifat ini. 1ada umumnya, 5okal adalah FPsilabisG, sedangkan konsonan F-silabisG. Ciri silabisitas menggambarkan peran yang dimainkan oleh satu segmen dalam struktur silabelnya. 1ada umumnya, 5okal adalah FP silabisG sedangkan konsonan F- silabisG. Ciri ini juga diperlukan untuk membedakan bunyi nasal dan bunyi likuid silabis (FP silabisG# dengan pasangannya yang nonsolabis. Ciri FsonoranG merujuk ke kualitas resonan suatu bunyi. @okal selalu FPsonoranG, seperti halnya bunyi nasal, likuid, dan semi 5okal. 'unyi obstruen ; konsonan hambat, frikatif, afrikat, dan luncuran laringal ; tentu saja F- sonoranG. Ciri FP konsonantalG merujuk ke hambatan yang menyempit ke dalam rongga mulut ; baik hambatan total maupun geseran. 'unyi hambat frikatif, afrikat, nasal, dan likuid adalah FP konsonatalG sedangkan 5okal dan semi 5okal tanpa tingkat penyempitan ini, adalah FkonsonantalG. 'unyi luncuran laringal juga digolongkan sebagai F-konsonantalG, karena bunyi ini tidak memiliki penyempitan dalam rongga mulut (Schane, &&2"2#.
Silabis Sonoral 20
bstruen rongga mulut -
>asal, ?ikuid P
?ikuid, nasal silabis P P
?uncuran laringal -
Sem 5oka P
Fonologi %onsonantal P P P Keterangan< bstruen adalah bunyi hentian bersuara atau bunyi bukan resonan, seperti, b,d,g. Seperangkat ciri membuat pernyataan yang eksplisit tentang hubungan pelbagai jenis segmen. Semakin banyak nilai ciri yang sama-sama dimiliki oleh kelas-kelas yang berbeda, semakin banyak pula kesamaan kelas-kelas itu. +adi, kelas-kelas dengan satu nilai ciri saja yang berbeda mempunyai hubungan yang lebih erat dibandingkan kelas-kelas dengan dua atau tiga nilai ciri yang berebeda. 1erhatikan bagaimana ciri FsilabisG, FsonoranG, dan FkonsonantalG menghubungkan pelbagai kelas utama. . 'unyi obstruen dan 5okal bertolak belakang karena nilai dari masing-masing ciri bunyi itu berla)anan. 2. 'unyi luncurn laringal serupa dengan semi5okal perbedaannya hanya dalam nilai untuk FsonoranG. leh karena itu, keduanya membentuk kelas luncuran. !. 3i antara bunyi luncuran, semi5okal mempunyai hubungan yang lebih erat dengan 5okal dibandingkan luncuran laringal dengan 5okal. Semi5okal dan 5okal hanya berbeda dalam nilai untuk FsilabisG, sedangkan bunyi luncuran laringal (dan juga konsonan nasal dan likuid# berbeda dari 5okal dalam dua ciri. +adi, semi5okal merupakan konsonan yang paling menyerupai 5okal.
202
-
Fonologi 6. 3i antara bunyi luncuran, luncuran laringal lebih erat hubungannya dengan bunyi obstruen. 'unyi luncuran laringalberbeda dengan bunyi obstruen dalam nilai untuk FkonsonantalG, sedangkan semi5okal dan obstruen mempunyai dua nilai ciri yang berbeda. ubungan yang erat antara bunyi luncuran laringal dan obstruen sesuai dengan pengamatan bah)a N dan h sering berfungsi sebagai obstruen murni. . 3ibandingkan dengan bunyi nasal dan likuid silabis, konsonan nasal dan likuid lebih serupa dengan bunyi obstruen. %onsonan nasal dan likuid berla)anan dengan obstruen dalam nilai untuk FsosnoranG, sedangkan bunyi nasal dan likuid silabis berla)anan dengan obstruen dalam dua nilai ciri. /. 3ibandingkan dengan konsonan nasal dan likuid, bunyi nasal dan likuid silabis lebih serupa dengan 5okal. 'unyi nasal dan likuid silabis berla)anan dengan 5okal dalam nilai untuk FkonsonantalG, sedangkan konsonan nasal dan likuid berla)anan dengan 5okal dalam dua nilai ciri. 7. Semi5okal berhubungan dengan 5okal dengan cara yang sama seperti konsonan nasal dan likuid berhubungan dengan bunyi nasal dan likuid silabis. 1erbedaannya terletak pada nilai ciri FsilabisG.
-.2.2 3iri 3ara Arti)#lai
20!
Fonologi Kontin#an6 Pengle(aan 'ert#n!a6 Stri!en6 Naal6 Lateral (Schane, &&2"!0- !#. Ciri FsonoranG dan FkonsonantalG membedakan antara bunyi obstruen dan bunyi sonoran, antara bunyi luncuran dan konsonan-konsonan lain. 3i antara bunyi bunyi obstruen, kita masih masih perlu membedakan konsonan hambat, frikatif, dan afrikat. 4ntuk konsonan sonoran yang bukan semi 5okal, kita harus membedakan antara bunyi nasal dan bunyi likuid untuk bunyi likuid, kita membedakan antara bunyi lateral dan bunyi nonlateral. 3i antara bunyi-bunyi obstruen ialah konsonan frikatif, yaitu bunyi dengan geseran yang terus menerus (FP kontinuanG#, dan konsonan hambat dan afrikat, yaitu bunyi yang dimulai dengan hambatan total (FkontinuanG#. Ciri ini juga membedakan afrikatif FkontinuanG dari h FPkontinuanG. Halaupun konsonan hambat afrikat dimulai dengan hambatan total,cara melepaskan hambatannya berbeda. %onsonan afrikat mempunyai penglepasan yang tertunda FPpenglepasan tertundaG. %onsonan kontinuan perlu dibedakan lebih lanjut. %hususnya, kita harus membedakan antara dan konsonan labiodental f, konsosnan bilabial konsonan dental ɵ dan konsonan al5eolar s, konsonan palatal dan konsonan palatoal5eolar \, serta konsonan 5elar x dan konsonan u5ular 2 .
Sonoran 206
t
tɵ
ts
ɵ
-
-
-
-
s -
Fonologi %onsonantal P P P P %ontinuan P 1englepasan tertunda P P Striden P Ciri FnasalG dan FlateralG membedakan pelbagai konsonan sonoran. %onsonan nasal dipertentangkan dengan konsonan likuid seperti FPnasalG dengan F-nasalG. (Ciri ini juga membedakan 5okal nasal FPnasalG dengan 5okal oral F-nasalG. 3i antara bunyi-bunyi likuid, konsonan lateral dipertentangkan dengan konsonan nonlateral sebagai FPlateralG dengan F-lateralG#. Ciri FkonsonantalG, FnasalG, dan FlateralG menetapkan pelbagai jenis konsonan sonoran. y n l r Sonoran P P P P %onsonantal P P P >asal P ?ateral P *aksud pemakaian ciri FkontinuanG, FnasalG dan FlateralG cukup jelas. Dang kurang jelas adalah Fpenglepasan tertundaG dan FstridenG. Spesifikasi Fkontinuan dengan serasi membentuk kelas )ajar untuk konsonan hambat dan afrikat, yang berla)anan dengan konsonan frikatif. 3alam bahasa Enggris misalnya, bunyi ] beraspirasi dalam lingkungan yang sama dengan bunyi p,t,k. 8kan tetapi karena penglepasan konsonan afrikat menyerupai konsonan frikatif, ada alasan yang bagus untuk memasukkan konsonan afrikat dan frikatif dalam kelas )ajar. Sistem ciri ini tidak memungkinkan 20
P P P
Fonologi demikian, kecuali jika segmen-segmen ini dirinci sebagai FPstridenG. Cara ini tidak dapat diterapkan pada setiap bahasa yang mempunyai konsosnan frikatif striden dan nonstriden serta konsonan afrikat striden dan nonstriden. -.2.& 3iri/0iri Daerah Arti)#lai Anterior6 Koronal. Chomsky dan alle menggolongkan empat daerah utama untuk artikulasi konsonan-labium, dentum, palato-al5eolum, dan 5elum berdasarkan apakah penyempitan itu berada di daerah terdepan rongga mulut (konsonan anterior# atau lebih ditarik ke belakang (konsonan nonanterior#, dan apakah artikulator itu berupa daun lidah (konsonan koronal# atau arti kata lain (konsonan nonkoronal#.
8nterior %oronal
p P -
t P P
] P
%onsonan dental dan 5elar saling bertolak belakang, seperti halnya konsonan labial dan palatoal5eolar. Semua pasangan lain mempunyai satu spesifikasi yang sama. Halaupun konsonan labial dan palatoal5eolar nampaknya tidak membentuk kelas )ajar, kita tidak begitu yakin apakah konsonan dental dan 5elar harus juga demikian. *isalnya, bukan tidak la
k -
Fonologi perhatikan regent, regency electric, electricity. ubungan antara konsonan labial dan konsonan lain juga tidak jelas. %onsonan labial dan dental (konsonan FPanteriorG dalam sistem ini# tidak berfungsi secara khusus sebagai kelas )ajar. ?agipula secara fonetis ciri FanteriorG tidak cukup beralasan. 'agian depan rongga mulut merupakan penandaan yang agak kabur dan arbitrer. Sebaliknya ada petunjuk untuk menjadikan konsonan labial dan 5elar (konsonan F-koronalG satu kelompok. *isalnya dalam gugus konsonan, bunyi laktem bahasa Aumania, lapte ’susu’. %elemahan lain ialah dalam penggambaran konsonan labial. 3alam sistem ini kita tidak mungkin dapat memperlihatkan hubungan antara konsonan labial, konsonan yang dilabialisasi, serta 5okal bundar dan semi 5okal. -.2.* 3iri Batang Li!ah 'inggi6 8en!ah6 Bela)ang !an 3iri Bent#) Bi,ir< B#lat 3alam klasifikasi 5okal, kita menggunakan parameter tinggi, sedang, rendah, depan belang, bundar, dan tak bundar. 1arameter yang berhubungan dengan posisi belakang dan pembundaran tentu saja biner.
'elakang 'undar 207
i -
Ü P
u P P
ɨ P -
Fonologi leh karena paling banyak hanya dua tingkat (nilaiP dan nilai -# yang dapat dibedakan untuk sebuah ciri, untuk membedakan tiga tingkat seperti tinggi, sedang dan rendah kita perlu memadukan dua ciri yaitu dengan merinci nilai kedua nilai itu. +ika kita menggambil kedua tingkat ketinggian 5okal yang sangat berbeda tinggi dan rendah, dan menyusunnya sebagai ciri bebas, kita dapat menafsirkan ketiga parameter yang asli itu dalam kerangka biner.
inggi Aendah
@okal inggi P -
@okal Sedang -
@okal Aendah P
3alam sistem biner yang menggunakan dua ciri, orang harus mampu membedakan paling banyak empat kesatuan. 8kan tetapi, kemungkinan keempat, 5okal yang FPtinggiG dan FPrendahG, tidak dimasukkan. 8rtikulasi yang mendasari konfigurasi ini tidak mungkin, karena lidah tidak dapat dinaikkan dan diturunkan sekaligus. 8rtinya, sebuah segmen dapat berupa segmen tidak tinggi atau tidak rendah (yaitu sedang#, tetapi tidak ada segmen yang dapat berupa segmen tinggi dan sekaligus rendah. +ika ada bahasa dengan empat ketinggian 5okal sistem ciri ini tidak dapat menampungnya. ?adefoged menyatakan bah)a ketiggian 5okal dapat berupa ciri ysng terbagi tiga (atau empat (N#, dan bah)a penetapan 20
Fonologi FtinggiG dan FrendahG sebagai ciri terpisah menjadi siasat untuk memaksakan ciri bernilai banyak masuk dalam sistem biner. Semi 5okal menyerupai 5okal tinggi, kecuali untuk silabisitas. 8kibatnya ciri FtinggiG, FbelakangG, dan FbundarG juga akan membedakan pelbagai semi 5okal.L Ü i y ^ u Silabis P P P %onsonantal P P P inggi P P P P P 'elakang P 'undar P P P
) P P P P
'atang lidah dan bibir dilibatkan dalam modifikasi konsonan sekunder, yaitu palatalisasi dan labialisasi penempatan corak serupa y atau ) pada artikulasi primer. Ciri FtinggiG, FbelakangG, dan FbundarG menggambarkan lebih lanjut modifikasi sekunder ini.
8nterior %oronal inggi 'elakang 'undar
p P -
py P P -
p) P P P P
t P P -
ty P P P -
t) P P P P -
erakhir batang lidah merupakan artikulator untuk konsonan F-anterior, - koronalG yaitu konsonan palatal, 5elar dan u5ular. 4ntuk konsonan palatal batang 20&
k P P -
k y P -
Fonologi lidah dinaikkan (FPtinggiG# ke daerah palatal (F belakangG# untuk konsonan 5elar batang lidah dinaikkan (FPtinggiG# ke daerah 5elar (FPbelakangG# sedangkan untuk konsonan u5ular, batang lidah tidak dinaikkan (FtinggiG#, tetapi masih ditarik masuk (FPbelakangG#.
8nterior %oronal inggi 'elakang
1alatal
@elar
P -
P P
Chomsky dan alle memperhatikan bah)a apabila konsonan labial dan dental dipalatalisasi, konsonan itu mempertahankan daerah artikulasi aslinya dan memperoleh palatalisasi sekunder. Sebaliknya, apabila konsonan 5elar dipalatalisasi, konsonan itu mengalami pergeseran daerah artikulasi dan menjadi konsonan palatal 1erubahan ini tercakup rapih dalam sistem ciri ini. 1erhatikan, spesifikasi yang diberikan di atas untuk bunyi ky sama dengan spesifikasi yang diberikan untuk konsonan palatal.
-.2.- 3iri 'a",ahan 'egang6 Ber#ara6 A(irai6 Glotaliai
20
45ular P
Fonologi FPtegangG = tegang = kendur FPbersuaraG = bersuara = tak bersuara FPaspirasiG = beraspirasi = tak beraspirasi FPglotalisasiG = diglotalisasi = tak diglotalisasi
F-tegangG F-bersuaraG F-aspirasiG F-glotalisasiG
Ciri FtegangG terdapat pada 5okal dan konsonan. Ciri ini dapat juga digunakan untuk konsonan likuid nonlateral, untuk membedakan antara konsonan getar r (FPtegangG# dan flap r (F-tegangG#. Ciri FbersuaraG terdapat pada semua jenis segmen, )alaupun bunyi Bsonoran lebih jarang memiliki perbedaan penyuaraan. Ciri FaspirasiG dan FglotalisasiG, dengan istilah yang berbeda dalam ound +attern of /nglish, digunakan secara unik untuk konsonan, dan sering hanya untuk konsonan obstruen. 8da baiknya jika kedua ciri ini berturut-turut dihubungkan secara eksplisit dengan h dan ʔaftar. Chomsky dan alle membuat daftar beberapa ciri lain yang tidak akan kita bahas di sini, dan mereka juga mengajukan ciri-ciri untuk mengatasi bunyi-bunyi aneh seperti bunyi klik bahasa 8frika. -.2. 3iri Proo!i 4ntuk ciri-ciri prosodi, kita perlu mengenal FtekananG dan FpanjangG. @okal bertekanan diberi tanda
2
Fonologi FPtekananG, dan segmen panjang tentu saja diberi tanda FPpanjangG. leh karena kita tidak akan membahas bahasa nada, kita tidak akan merumuskan ciri nada manapun. 'eberapa di antaranya telah diusulkan oleh Hang dan oleh :romkin.
-.2 Per)e",angan Le,ih Lan%#t 'eori Fonologi Generati5 1erkembangan lebih lanjut dari eori :onologi $eneratif ditandai Supar)o, 200&"6# dengan" # 1ada tahun &/ muncullah teori baru yang disebut Fonologi A#toeg"en. 3alam teori dibicarakan secara khusus tentang fenomena yang lebih besar dari pada segmen. 3alam teori ini beberapa ciri dianggap mempunyai otonomi relatif dari ton segmental. 8da banyak prinsip yang menggalakkan pembentukan autosegmen bagi ton. Ede dasar adalah fitur-fitur ton boleh dibentuk pada tahap atau peringkat yang terlepas dari elemen-elemen lain. eori ini pun juga banyak menemui masalah seperti dalam hal analisis ton kontur. 'ersamaan dengan berkembangnya eori :onologi 8utosegmen muncul pula teori lain sebagai perkembangan lebih lanjut dari eori :onologi $eneratif, yaitu munculnya 'eori Fonologi Matri) yang berusaha menjelaskan pola tekanan dalam kata
22
Fonologi kompleks, frasa, dan kalimat fonologi leksikal yang berusaha menjelaskan pola-pola fonologis dalam kata-kata kompleks. 2# 1ada tahun &&0-an muncul lagi teori baru yang 'eori O(ti"alita dikenal dengan nama 3ptimalitas *heory+. eori ini diperkenalkan oleh 8lan 1rince dan 1aul Smolensky melalui buku yang berjudul 3ptimality *heory4 $onstraint 5nteraction in 0enerative 0rammar (&&! dalam Supar)o, 200&"#. Seperti dikemukakan oleh Aoca dan +ohnson (&&&"B5# bah)a eori ptimalitas adalah eori :onologi $eneratif. anya perbedaannya bah)a teori sebelumnya memakai kaidah untuk penjelasan, sedangkan eori ptimalitas menggunakan pembatas (constraints#. Secara mendasar huungkan antara bentuk dasar dengan deri5asinya dihubungkan oleh operasi-operasi atau proses-proses. 1roses-proses tersebut mengubah bentuk dasar (input # menjadi bentuk deri5asinya (output # . eori ptimalitas memakai dua macam operasi, yaitu" (# $T> ($enerator# dan (2# T@8? (T5aluator#. %eduanya selalu mengingat C> ($onstraint atau pembatas#.1erbedaan yang menonjol antara :onologi $eneratif dengan eori ptimalitas trletak pada uraian9analisisnya dalam hal ini eori $eneratif menggunakan kaidah, sedangkan eori ptimalitas menggunakan kendala (constraints#. eori ptimalitas ini pun tidak khusus membahas bidang 2!
Fonologi fonologi, tetapi juga bidang morfologi dan sintaksis. Selain itu juga, teori ini belum banyak diujicabakan pada dalam menganalisi berbagai bahasa sehingga belumdiketahui kelemahan-kelemahannya dan keunggulan-keunggulannya.
00000000000000000000000 3alam menetapkan sebuah kaidah, ada tiga hal yang peerlu diperhatikan (Supar)o, 200&" !/#, yaitu" 1+ Segmen mana yang berubah 2+ 'agaiman segmen itu berubah &+ 3alam kondisi apa segmen itu berubah Segmen atau kelas segmen yang mengalami perubahan dinyatakan dengan perangkat ciri yang minimal untuk identifikasi yang unik. 1erubahan itu juga diungkapkan dalam notasi ciri. %emudian segmen yang berubah dan cara perubahannya di hubungkan dengan tanda panah yang menunjuk ke arah perubahan itu. 3alam realisasinya, segmen yang berubah muncul di sebelah kiri tanda panah, perubahn segmen tersebut muncul di sebelah kanan tanda panah, dan lingkungan perubahan di tulis sesudah garis miring. Contoh kaidah fonologis yang berlaku dalam bahasa anunoo di :ilipina (Supar)o, 200&" !/#. 26
Fonologi
%aidah tersebut mengatakan bah)a dalam bahasa anunoo (:ilipina#, sebuah konsonan 9h9 disisipkan untuk memisahkan gugus 5okal. Contoh itu terlihat pada data jika sufiks ;i ditambahkan pada kata dasar. Nupat ’empat ’ N upati’ jadikan empat’ Nunum’enam’ Nunumi’ jadikan enam’ Nusa’satu’ Nusahi ’jadikan satu’ ulu ’tiga’ N tuluhi ’jadikan tiga’ 3ata bahasa anunoo diatas memperlihatkan bah)a perubahan bunyi 9h9 terjadi pada kata dasar yang berakir dengan 5okal. %etika kata dasar yang berakir dengan 5okal tersebut ditambah sufiks -i (5okal#, trerjadilah gugus 5oka antar 5onem yang tidak di ijinkan dalam bahasa tersebut sehingga kemudia muncul bunyi (epentesis# 9h9. 00000000000000000000000
2
Fonologi
Sudah mama
selesai
ketik
oleh
UJI PEMAHAMAN
. 8pa bedanya gugus fonem dengan deret fonem.jelaskan dan beri contoh. 2. Sebuah gugus fonem 5okal sebetulnya sama dengan sebuah diftong. Coba jelaskan dan beri contoh !. Sebutkan beberapa deret fonem 5okal yang ada dalam bahasa indonesia. ?engkapindengan contoh. 2/