PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PNEUMOTHORAX KANAN SPONTAN SEKUNDER DAN PYOPNEUMOTHORAX KIRI RSUP PERSAHABATAN JAKARTA TIMUR
OLEH Fiareka Danesia
021211010
Jennifer Dhea
021421019
Luthfan Danan Ajisoko
021211015
Maribeth Antonia
021211016
R. Rizkhi Aryawati
021211023
Binawan Institute of Health Sciences Jakarta
BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG Pneumotoraks merupakan pengumpulan udara atau gas dalam rongga pleura, yang berada antara paru-paru dan toraks. Pneumotoraks dapat terjadi secara spontan pada orang tanpa kondisi paru-paru kronis (biasa disebut Pneumotoraks Primer) dan orang dengan penyakit paru-paru (Pneumotoraks Sekunder). Selain itu, banyak juga ditemui kasus pneumotoraks yang disebabkan trauma fisik pada dada, cedera akibat ledakan atau komplikasi dari berbagai pengobatan. Udara dapat ke luar dari par u-paru ke rongga pleura saat kantung udara di paru-paru, atau bulla atau bulla,, meledak. Latihan fisik secara berlebihan dapat
mendorong
terjadinya
pneumotoraks.
Komplikasi
kondisi
paru-paru
seperti asma dan asma dan chronic obstructive pulmonary disease juga disease juga dapat memicu kondisi ini. Dalam hal ini peran fisioterapis adalah membantu penderita dalam aspek promotif, yakni memberikan fisioterapi kepada klien meliputi aspek psikososial, kultural, dan spiritual untuk meningkatkan derajat kesehatan klien. Dalam aspek preventif untuk mencegah timbulnya gejala dengan memberikan edukasi mengenai penyebab dan faktor pencetus. Kemudian aspek kuratif yakni memberikan terapi dalam masa pengobatan ketika gejala sudah muncul. Dan aspek rehabilitatif, yang merupakan terapi yang diberikan dalam masa pemulihan.
2. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan masalah uraian diatas, maka penulis dapat menemukan masalah-masalah yang akan dilaporkan untuk “P enatalaksanaan Fisioterapi pada Pneumothorax Kanan Spontan Sekunder dan Pyopneumothorax Kiri ”. 1) Apakah segmental breathing excercise dapat membantu pengembangan paru pada
pasien pneumothoraks? 2) Apakah dengan deep breathing dapat meningkatkan kapasitas inspirasi pada pasien
pneumothoraks?
BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG Pneumotoraks merupakan pengumpulan udara atau gas dalam rongga pleura, yang berada antara paru-paru dan toraks. Pneumotoraks dapat terjadi secara spontan pada orang tanpa kondisi paru-paru kronis (biasa disebut Pneumotoraks Primer) dan orang dengan penyakit paru-paru (Pneumotoraks Sekunder). Selain itu, banyak juga ditemui kasus pneumotoraks yang disebabkan trauma fisik pada dada, cedera akibat ledakan atau komplikasi dari berbagai pengobatan. Udara dapat ke luar dari par u-paru ke rongga pleura saat kantung udara di paru-paru, atau bulla atau bulla,, meledak. Latihan fisik secara berlebihan dapat
mendorong
terjadinya
pneumotoraks.
Komplikasi
kondisi
paru-paru
seperti asma dan asma dan chronic obstructive pulmonary disease juga disease juga dapat memicu kondisi ini. Dalam hal ini peran fisioterapis adalah membantu penderita dalam aspek promotif, yakni memberikan fisioterapi kepada klien meliputi aspek psikososial, kultural, dan spiritual untuk meningkatkan derajat kesehatan klien. Dalam aspek preventif untuk mencegah timbulnya gejala dengan memberikan edukasi mengenai penyebab dan faktor pencetus. Kemudian aspek kuratif yakni memberikan terapi dalam masa pengobatan ketika gejala sudah muncul. Dan aspek rehabilitatif, yang merupakan terapi yang diberikan dalam masa pemulihan.
2. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan masalah uraian diatas, maka penulis dapat menemukan masalah-masalah yang akan dilaporkan untuk “P enatalaksanaan Fisioterapi pada Pneumothorax Kanan Spontan Sekunder dan Pyopneumothorax Kiri ”. 1) Apakah segmental breathing excercise dapat membantu pengembangan paru pada
pasien pneumothoraks? 2) Apakah dengan deep breathing dapat meningkatkan kapasitas inspirasi pada pasien
pneumothoraks?
3. TUJUAN Tujuan Umum Untuk memenuhi tugas komprehensif fisioterapi kardiopulmonal pada semester VII dan praktek klinis.
Tujuan Khusus
Mengetahui pemeriksaan pada kasus Pneumothorax Kanan Spontan Sekunder dan Pyopneumothorax Kiri.
Mengetahui problematik pada kasus Pneumothorax Kanan Spontan Sekunder Dan Pyopneumothorax Kiri.
Menentukan intervensi yang tepat pada kasus Pneumothorax Kanan Spontan Sekunder Dan Pyopneumothorax Kiri.
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang peran fisioterapi pada kondisi Pneumothorax Kanan Spontan Sekunder Dan Pyopneumothorax P yopneumothorax Kiri.
4. MANFAAT Manfaat penulisan makalah ini adalah: a. Manfaat bagi fisioterapis Memberikan informasi atau masukan bagi fisioterapis tentang penatalaksanaan fisioterapi
pada
kondisi
Pneumothorax
Kanan
Spontan
Sekunder
Dan
Pyopneumothorax Kiri. b. Manfaat bagi penulis Menambah wawasan dan pemahaman tentang kondisi Pneumothorax Kanan Spontan Sekunder Dan Pyopneumothorax Kiri c. Manfaat bagi institusi pendidikan Sebagai sarana pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik di lingkungan pendidikan fisioterapi d. Manfaat bagi masyarakat umum Memberitahukan dan menyebarluaskan informasi tentang peran fisioterapi pada kondisi Pneumothorax Kanan Spontan Sekunder Dan Pyopneumothorax Kiri.
BAB II KAJIAN TEORI
SISTEM RESPIRASI
1. DEFINISI Respirasi merupakan proses pertukaran gas dalam tubuh dimana oksigen (O 2) masuk ke dalam tubuh lalu digunakan untuk metabolisme sehingga menghasilkan energi dan karbondioksida (CO2) energi digunakan aktifitas dalam tubuh sementara sebagian CO2 dikeluarkan melalui paru-paru.
2. ANATOMI DAN FISIOLOGI Respirasi merupakan sebuah kegiatan paling utama dalam kehidupan dari aktifitas tersebut, dapat dihasilkan energi karena salah satu komponennya merupakan O 2 yang didapat dari udara sekitar dan kemudian menghasilkan CO 2, setiap hari manusia membutuhkan sekitar 300liter oksigen per hari. Organ – organ yang terkait dalam proses respirasi adalah sebagai berikut:
a) Rongga Hidung (cavum nasalis) Rongga hidung dilapisi oleh selaput lendir yang didalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan juga kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir sendiri bertugas untuk menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan, didalamnya juga terdapat rambut tebal dan pendek yang bertugas menyaring kotoran yang ikut masuk bersama udara melalui rongga hidung. Terdapat juga konka yang mempunyai banyak pembuluh darah bertugas untuk menghangatkan udara yang masuk. b) Faring Faring merupakan percabangan dari dua saluran yaitu saluran pernapasan dan pencernaan, pada bagian belakang faring terletak pita suara yang akan bergetar ketika udara masuk yang terdengar sebagai suara. Fungsi utama faring sendiri bertugas untuk menyediakan saluran bagi udara agar bisa keluar masuk, juga mengatur jalannya makanan dan minuman, dan menyediakan ruang dengung untuk suara. c) Laring Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan, salah satu tulang rawan yang terdapat pada laring disebut epiglotis yang berfungsi untuk
memisah agar kerja pernapasan dan pencernaan tidak terjadi secara bersamaan. Laring diselaputi oleh epitel berlapis pipih yang cukup tebal sehingga cukup kuat untuk menahan getaran – getaran suara pada laring. Fungsi utama laring adalah untuk menghasilkan suara dan sebagai tempat keluar masuknya udara. d) Trachea Trachea berbentuk pipa yang memiliki panjang ±10cm, dikelilingi oleh cincin tulang rawan dan juga didalamnya bersilia berfungsi untuk menyaring kotoran yang masuk. Trachea bercabang menjadi dua bronkus, kemudian bercabang lagi menjadi bronkiolus. e) Bronkus Bronkus merupakan percabangan dari trachea, bronkus memiliki dua bagian utama yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Bronkus kanan memiliki bentuk yang lebih pendek dan lebih besar dan arahnya lebih vertical sementara bronkus kiri memiliki bentuk yang lebih sempit dan lebih panjang dengan sudut yang lancip. Bronkus utama memiliki dinding berlapis mukosa yang memiliki struktur yang sama dengan trachea, namun tulang rawan yang menyusun bronkus memiliki bentuk yang tidak teratur. Saat memasuki paru bronkus akan bercabang berulang kali menjadi bronkus lobaris, bronkus segmental (percabangan generasi generasi 3 dan 4), dan bronkus kecil (percabangan generasi 5-11). Fungsi utama dari bronkus adalah menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan keluar paru – paru. f) Bronkiolus Bronkiolus merupakan percabangan generasi 12-16 dari bronkus yang hanya sedikit sekali mengandung kartilago. Bronkiolus terkecil (terminal) akan bercabang menjadi bronkiolus respiratorius (percabangan generasi 17-19), dan kemudian menjadi duktus dan sakus alveolaris. g) Alveolus Alveolus merupakan saluran akhir dari saluran pernapasan yang berupa gelmbung-gelembung udara. Dinding alveolus sangat tipis, yaitu setebal selapis sel, lembab dan berdekantan dengan kapiler-kapiler darah. Pada bagian alveolus inilah terjadi pertukaran gas-gas O2 dari udara bebas ke sel-sel darah, sedangkan pertukaran CO2 dari sel-sel tubuh ke udara bebas terjadi. h) Paru – paru Paru-paru terletak dalam rongga dada dibatasi oleh otot dada dan tulang rusuk, pada bagian bawah dibatasi oleh otot diafragma yang kuat. Paru-paru merupakan
himpunan dari bronkeulus, saccus alveolaris dan alveolus. Paru-paru di bungkus oleh selaput pleura yang berfungsi menghindari gesekan saat bernapas, diantara selaput dan paru-paru terdapat cairan limfa yang berfungsi untuk melindungi paru-paru pada saat mengembang dan mengempis. Paru-paru kanan memiliki 3 lobus dan paru-paru kiri memiliki 2 lobus.
3. OTOT-OTOT BANTU PERNAPASAN Otot pernapasan inspirasi yang utama adalah diafragma yang dipersyarafi oleh n.peronicus yang dibantu oleh otot intercostalis externus. Selain itu, terdapat otot – otot inspirasi tambahan yaitu sternocleidomastoideus, scaleneus, upper trapezius. Sementara pada saat fase ekspirasi merupakan gerak pasif karena daya recoil paru, namun pada saat ekspirasi paksa terdapat otot – otot yang bekerja yaitu; m.intercostalis internus, m.rectus abdominis, m. obliqus internus, m. obliqus eksternus, & m. transversus abdominis.
4. VOLUME DAN TEKANAN PARU 1. Volume tidal (Tidal Volume, TV) merupakan volume udara yang keluar masuk paru – paru saat pernapasan normal, nilai dari volume tidal ini sekitar 500mL, namun volume ini juga dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, dan tinggi badan. 2. Volume cadangan ekspirasi (Expiratory Reserve Volume, ERV) merupakan selisih dari volume udara saat ekspirasi istirahat dengan volume udara saat ekspirasi maksimal. Jumlah volume ini berkisar 1000mL. 3. Volume cadangan inspirasi (Inspiratory Reserve Volume, IRV) merupakan selis ih dari volume udara inspirasi istirahat dengan volumeudara
inspirasi maksimal. Jumlah
volume ini sekitar 3000mL. 4. Volume Residu (Residual Volume, RV) merupakan volume udara yang masih tersisa didalam paru setelah ekspirasi maksimum. Nilainya adalah 1200mL. 5. Kapasitas Vital (Vital Capacity, VC) adalah voluidal maksimum, yaitu jumlah udara selama inspirasi maksimum dan kemudian dilanjutkan dengan eksprasi maksimum. Nilainya adalah 4500mL. 6. Kapasitas Residu Fungsional (Fungsional Residual Volume, FRC) adalah volume udara yang masih tersisa dalam paru setelah ekspirasi normal. 2200mL.
Nilainya adalah
7. Kapasitas Paru Total (Total Lung Capacity, TLC) adalah jumlah total volume udara yang masuk secara maksimal dan keluar secara maksimal ditambah dengan volume udara yang masih tersisa didalam paru. Nilainya adalah 5700 mL
5. MEKANISME PERNAPASAN Adanya udara yang dapat masuk dan keluar pada paru – paru disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan antara tekanan intrapleura dengan tekanan atmosfer. Pada saat proses insprirasi terjadi perluasan rongga thorax sehingga membuat tekanan intrapleura menjadi lebih negative sehingga menyebabkan paru dan alveoli mengembang, dan tekanan alveolar menjadi rendah. Hal ini menyebabkan udara di sekitar memiliki tekanan yang lebih tinggi daripada tekanan udara didalam sehingga udara dilingkungan tertarik kedalam paru. Sementara pada proses ekspirasi tekanan intrapleura dan tekanan alveolar meningkat, dan merupakan proses pasif dalam menurunkan volume intratorakal akibat daya recoil paru yang cenderung menciut.
PNEUMOTHORAX KANAN SPONTAN SEKUNDER DAN PYOPNEUMOTHORAX KIRI
PNEUMOTHORAKS
1. DEFINISI Pneumothorax adalah adanya udara dalam rongga pleura. Pneumothorax dapat terjadi secara spontan atau karena trauma (British Thoracic Society 2003). Secara normal, tekanan di dalam paru-paru lebih besar dibandingkan tekanan dalam rongga pleura yang mengelilingi paru. Namun, jika udara memasuki ruang pleura, tekanan pada pleura akan menjadi lebih besar dari pada tekanan paru-paru, menyebabkan paru kolap sebagian atau seluruhnya. Dalam keadaan normal, paru tidak terisi oleh udara, supaya paru leluasa mengembang terhadap rongga pleura. Udara masuk ke dalam rongga pleura melalui 3 jalan yaitu:
Udara dari luar dan terdapat penetrasi dinding dada.
Pembentukan gas/udara oleh mikroorganisme dalam dinding pleura pada penyakit empiema.
Pneumothoraks lebih sering terjadi pada penderita dewasa yang berumur sekitar 40 tahun. Laki-laki lebih sering dari pada wanita. Pneumothorak lebih sering dijumpai pada musim penyakit batuk. Perkiraan tahunan angka kejadian pneumotorak spontan primer adalah antara 7,4 dan 18 kasus per 100.000 populasi pada laki-laki dan antara 1,2 dan 6 kasus per 100.000 populasi pada wanita. Pneumotoraks terjadi terbanyak pada postur tinggi, laki-laki muda kurus dibanding usia 30 tahun. Merokok dapat meningkatkan resiko pneumotoraks spontan. Resiko berhubungan dengan jumlah rokok yang dihisap. PYOPNEUMOTORAKS :
Pyopneumotoraks terdapatnya pneumotoraks di sertai empiema secara bersamaan pada sisi paru . Infeksinya berasal dari mikro-organisme yang membentuk gas dan robekan septik jaringan paru dan esofagus ke arah rongga pleura. Etiologi pyopneumotoraks biasanya berasal dari paru seperti pneumonia, abses paru, adanya fistula bronkopleura, bronkiektasis, tuberkulosis paru, aktinomikosis paru, dan dari luar paru seperti trauma toraks, pembedahan toraks, torakosentesis pada efusi pleura, abses sub phrenik dan abses hati amuba. (J Med Nus. 2005; 26:30-35) 2. ANATOMI DAN FISIOLOGI Anatomi Suatu lapisan tipis yang kontinu mengandung kolagen dan jaringan elastin, dikenal sebagai pleura, melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi setiap paru paru (pleura viseralis). Diantara pleura parietalis dan viseralis terdapat suatu lapisan tipis cairan pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan bergerak selama pernapasan dan untuk mencegah pemisahan toraks dan paru-paru. Karena tidak ada ruangan yang sesungguhnya memisahkan pleura parietalis dan pleura viseralis, maka apa yang disebut rongga pleura atau kavitas pleura hanyalah suatu ruangan potensial saja. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, mencegah kolaps paru. Bila terserang penyakit, pleura mungkin mengalami peradangan, atau udara atau cairan dapat masuk ke dalam rongga pleura, menyebabkan paru-paru tertekan atau kolaps.
Fisiologi Pada waktu inspirasi tekanan intrapleura lebih negatif daripada tekanan intrabronkial, maka paru mengembang mengikuti gerakan dinding toraks s ehinga udara dari luar dengan tekanan permulaan nol, akan terisap masuk melalui bronkus hingga mencapai alveol. Pada saat ekspirasi, dinding dada menekan rongga dada sehingga tekanan intrapleura akan lebih tinggi daripada tekanan udara alveol ataupun di bronkus, akibatnya udara akan ditekan keluar melalui bronkus.
3. KLASIFIKASI Pneumothoraks lebih sering terjadi pada penderita dewasa yag berumur sekitar 40 tahun. Laki-laki lebih sering dari pada wanita. Pneumothorax sering dijumpai pada musim penyakit batuk. Terdapat beberapa jenis pneumotoraks yang dikelompokkan berdasarkan penyebabnya: 1. Pneumotoraks spontan Terjadi tanpa penyebab yang jelas. Pneumotoraks spontan primer terjadi jika pada penderita tidak ditemukan penyakit paru-paru. Pneumotoraks ini diduga disebabkan oleh pecahnya kantung kecil berisi udara di dalam paru-paru yang disebut bleb atau bulla. Penyakit ini paling sering menyerang pria berpostur tinggi-kurus, usia 20-40 tahun. Faktor predisposisinya adalah merokok sigaret dan riwayat keluarga dengan penyakit yang sama. Pneumotoraks spontan sekunder merupakan komplikasi dari penyakit paru-paru (misalnya penyakit paru obstruktif menahun, asma, fibrosis kistik, tuberkulosis, batuk rejan). 2. Pneumotoraks traumatik Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat menembus (luka tusuk, peluru) atau tumpul (benturan pada kecelakaan kendaraan bermotor). Pneumotoraks juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis tertentu (misalnya torakosentesis). 3. Pneumotoraks karena tekanan Terjadi jika paru-paru mendapatkan tekanan berlebihan sehingga paru-paru mengalami kolaps. Tekanan yang berlebihan juga bisa menghalangi pemompaan darah oleh jantung secara efektif sehingga terjadi syok.
PNEUMOTHORAKS SPONTAN SEKUNDER
Terjadi akibat komplikasi dari penyakit paru yang mendasarinya atau dapat pula sebagai akibat rupturnya bulla. Adanya penyakit paru menyebabkan timbulnya defek atau kelemahan pada dinding alveoli atau pleura. Jika suatu saat terjadi peningkatan tekanan di jalan napas seperti pada batuk atau penyakit menahun maka alveolus atau pleura akan pecah sehingga timbul pneumothoraks.
4. PATOFISIOLOGI Paru-paru dibungkus oleh pleura parietalis dan pleura visceralis. Di antara pleura parietalis dan visceralis terdapat cavum pleura. Cavum pleura normal berisi sedikit cairan serous jaringan. Tekanan intrapleura selalu berupa tekanan negatif. Tekanan negatif pada intrapleura membantu dalam proses respirasi. Proses respirasi terdiri dari 2 tahap : fase inspirasi dan fase eksprasi. Pada fase inspirasi tekanan intrapleura : -9 s/d -12 cmH 2O; sedangkan pada fase ekspirasi tekanan intrapleura: -3 s/d -6 cmH2O. Pneumotorak adalah adanya udara pada cavum pleura. Adanya udara pada cavum pleura menyebabkan tekanan negatif pada intrapleura tidak terbentuk. Sehingga akan mengganggu pada proses respirasi. Pneumotorak spontan terjadi
karena
lemahnya
dinding alveolus
dan pleura
visceralis. Apabila dinding alveolus dan pleura visceralis yang lemah ini pecah, maka akan ada fistel yang menyebabkan udara masuk ke dalam cavum pleura. Mekanismenya pada saat inspirasi rongga dada mengembang, disertai pengembangan cavum pleura yang kemudian menyebabkan paru dipaksa ikut mengembang, seperti balon yang dihisap. Pengembangan paru menyebabkan tekanan intralveolar menjadi negatif sehingga udara luar masuk. Pada pneumotorak spontan, paru-paru kolpas, udara inspirasi ini bocor masuk ke cavum pleura sehingga tekanan intrapleura tidak negatif. Pada saat inspirasi akan terjadi hiperekspansi cavum pleura akibatnya menekan mediastinal ke sisi yang sehat. Pada saat ekspirasi mediastinal kembali lagi ke posisi semula. Proses yang terjadi ini dikenal dengan mediastinal flutter. Pneumotorak ini terjadi biasanya pada satu sisi, se hingga respirasi paru sisi sebaliknya masih bisa menerima udara secara maksimal dan bekerja dengan sempurna.
5.
TANDA DAN GEJALA Gejalanya sangat bervariasi, tergantung kepada jumlah udara yang masuk ke dalam rongga pleura dan luasnya paru-paru yang mengalami kolaps (mengempis). Gejalanya bisa berupa:
Nyeri dada tajam yang timbul secara tiba-tiba, dan semakin nyeri jika penderita menarik napas dalam atau terbatuk
Sesak napas
Dada terasa sempit
Mudah lelah
Denyut jantung yang cepat
Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.
Gejala-gejala tersebut mungkin timbul pada saat istirahat atau tidur. Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
Hidung tampak kemerahan
Cemas, stres, tegang
Tekanan darah rendah (hipotensi)
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PNEUMOTHORAKS DEFINISI FISIOTERAPI Fisioterapi sebagai salah satu pelaksanaan pelayanan kesehatan, meliputi masalah gerak dan fungsi dengan kajian menyangkut aspek peningkatan (promotif), aspek pencegahan
(preventif),
aspek
penyembuhan
(kuratif),
aspek
pemulihan
dan
pemeliharaan (rehabilitasi) untuk mewujudkan program pemerintah yaitu program sehat 2010 (DepKes RI, 1999)
DEFINISI FISIOTERAPI Fisioterapi sebagai salah satu pelaksanaan pelayanan kesehatan, meliputi masalah gerak dan fungsi dengan kajian menyangkut aspek peningkatan (promotif), aspek pencegahan
(preventif),
aspek
penyembuhan
(kuratif),
aspek
pemulihan
dan
pemeliharaan (rehabilitasi) untuk mewujudkan program pemerintah yaitu program sehat 2010 (DepKes RI, 1999)
PROSES FISIOTERAPI
A. ANAMNESIS: Anamnesis adalah proses tanya jawab untuk mendapatkan data pasien, meliputi keadaan dan keluhan yang dialami oleh pasien. Anamnesa terbagi menjadi dua jenis, yaitu auto anamnesa dan allo anamnesa. Auto anamnesa yaitu apabila tanya jawab dilakukan dengan pasien sendiri, sedangkan allo anamnesa yaitu apabila tanya jawab dilakukan dengan orang lain yang dianggap mengetahui keadaan pasien (care giver). 1. Anamnesis umum: identitas pasien Berisi nama paien, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan pasien, pendidikan terakhir dan hobi. 2. Anamnesis khusus a. Keluhan utama Merupakan keluhan atau gejala yang dikeluhkan oleh pasien. Pada kasus paru biasanya pasien mengeluhkan sesak napas, batuk dengan atau tanpa dahak, dan nyeri dada. b. Riwayat penyakit sekarang Riwayat perjalanan penyakit yang menggambarkan riwayat penyakit secara lengkap dan jelas. Dalam kasus paru biasanya yang ditanyakan : Sesak
: Pada kondisi apa timbulnya, berapa lama, penyebabnya
Batuk
: Pada kondisi/posisi apa timbul batuk Jenis batuk
batuk
kering (alergi), basah (berdahak), spastik (batuk
secara terus menerus, samapi perut kram. Dahak
: Tanyakan jumlah (buat perbandingannya), warna (putih ,hijau, kuning), dan kekentalan
Nyeri dada: Kapan,kondisi bagaimana, durasi, penyebabnya. c. Riwayat penyakit dahulu merupakan daftar penyakit fisik atau psikiatrik yang pernah diderita ssebelumnya seperti penyakit serius, trauma, diabetes, ataupun hipertensi. d. Riwayat penyakit keluarga merupakan penyakit dengan kecenderungan herediter atau menurun e. Riwayat psikososial merupakan keadaan psikologi atau sosial pasien yang diduga mempengaruhi kondisi penyakit.
B. PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan Umum
-Cara datang : bagaimana pasien mendatangi fisioterapis, pola jalan dan kemandirian. -Kesadaran
: bagaimana keadaan kesadaran pasien saat mendatangi fisioterapis
-Kooperatif/tidak kooperatif -Tensi
: merupakan ukuran tekanan darah pasien, apakah hipertensi, hipotensi, atau normal.
-Nadi
: merupakan acuan untuk dilakukannya latihan atau tidak.
-RR
: untuk menilai bagaimana frekuensi pernapasan pasien ketika akan melakukan latihan
-Suhu
: pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan termometer (afebris / febris)
2. Pemeriksaan Khusus Inspeksi
a. Bagian kepala dan leher -
Warna muka/bibir (pucat, cyanosis)
-
Pernapasan hidung/cuping hidung (tampak atau tidak)/Pursed lips breathing
-
Hipertrofi otot bantu pernapasan. b.
-
Bagian thorak
Tampak depan
: kedudukan bahu, posisi clavicula, deformitas dada, kedudukan
papilla mammae, dan arm pit -
Tampak samping : leher lordosis/protraksi, pundak protraksi/retraksi, bentuk lingkar dada, dan postur tubuh hiperkifosis/hiperlordosis
-
Tampak belakang : kedudukan bahu, arm pit, bentuk dan lengkung iga, posisi spine trehadap garis vertikal, hump, dan kedudukan kedua scapula
-
Bentuk dada a) Barrel chest b) Paralitik
-
Deformitas a) Skoliosis b) Kifosis c) Lordosis d) Pectus Excavatum (dada cekung)
e) Pectus Karinatum (dada burung) -
Lihat ada atau tidaknya bekas jahitan operasi dan pemasangan WSD
-
Irama napas (teratur/tidak, cepat/lambat)
-
Pola napas (abdominal atau thorakal breathing)
-
Pengambangan dada (simetris/tidak) c. Bagian perifer
-
Warna kulit (Cyanosis atau kebituan)
-
Clubbing finger
-
Oedem
Palpasi
a.
Pemeriksaan gerak napas (torakal, abdominal breathing)
b.
Gerak pengembangan simetris dada (upper, midlle, dan lower)
c.
Ekspansi thorak
d.
Fremitus
e.
Spasme otot-otot bantu pernapasan
Gerak
a. Pemeriksaan ROM Pergerakan dalam lingkup gerak sendi sesuai dengan ekstremitas yang bermasalah dengan menggunakan goneometer. b. Pemeriksaan Manual Muscle Testing Pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan tahanan Manual dari terapis untuk mengetahui kekuatan otot pada sisi anggota tubuh yang bermasalah. Yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan ini ialah :
Posisi pasien
Stabilisasi
Besarnya Tahanan yang diberikan Kriteria Hasil MMT ialah sebagai berikut :
Nilai (angka)
Nilai (verbal)
Keterangan
0
Zero
tidak ada kontraksi otot
1
Trace
Ada kontraksi otot tetapi
tidak ada gerakan sendi 2
Poor
Kontraksi otot, ada gerakan sendi, belum bisa melawan gravitasi
3
Fair
Ada kontraksi otot dapat menggerakan sendi secara penuh
dengan
melawan
gravitasi 4
Good
kontraksi
otot
gerakan sendi
dengan penuh,
mampu melawan gravitasi dengan tahanan ringan 5
Normal
kontraksi gerakan
otot sendi
dengan penuh,
mampu melawan gravitasi dengan tahanan penuh
c. Tes Khusus 1.
Derajat sesak napas (Borg Scale) 0
Tidak ada sama sekali
0,5. Sangat-sangat ringan 1.
Sangat ringan
2.
Ringan
3.
Sedang
4.
Agak berat
5.
Berat
6. 7.
Sangat berat
8 9.
Sangat-sangat berat
10. Maksimal
2. Skala Nyeri (VAS)
C. PROBLEMATIK FISIOTERAPI Problematik didapat dari hasil pemeriksaan yang diurutkan berdasarkan prioritas. Problematik fisioterapi berhubungan dengan tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang serta intervensi yang akan diberikan untuk mengatasi problematik tersebut.
D. DIAGNOSA FISIOTERAPI Berisikan tentang penegakan diagnosis fisioterapi berdasarkan prioritas masalah yang dialami pasien yang meliputi gangguan gerak dan fungsi, jaringan spesifik yang terkena dan patologi.
E. INTERVENSI FISIOTERAPI Intervensi fisioterapi ialah implementasi perencanaan dan memodifikasi untuk mencapai tujuan yang disepakati, mencakup : penanganan manual, peningkatan gerak, peralatan fisis, peralatan elektroterapeutis dan peralatan mekanis, pelatihan fungsional, penentuan bantuan dan peralatan bantuan, dokumentasi dan koordinasi, komunikasi .
F. HOME PROGRAM (EDUKASI) Merupakan program latihan maupun edukasi yang diberikan oleh fisioterapis kepada pasien untuk dilakukan dirumah, program ini diberikan agar tujuan yang ingin dicapai oleh pasien, terapis, maupun keluarga dapat diraih. Home program sebaiknya dilakukan oleh pasien dan didampingi oleh keluarga pasien.
G. EVALUASI Evaluasi dilakukan sebelum dan setelah dilakukan intervensi. Evaluasi hasil terapi: berisikan mengenai sudah berapa kali pasien diterapi dan apakah ada kemajuan atau tidak dari hasil terapi yang sudah dilakukan serta untuk menilai berhasil atau tidakkah program yang diberikan kepada pasien. Adapun hal-hal yang dievaluasi dalam kasus ini berdasarkan problem fisioterapi yang telah ditemukan di dalam kondisi pasien. Evaluasi tersebut meliputi; S (Subjektif)
: berisikan evaluasi terhadap keluhan subjektif pasien, seperti kelemahan pada tangan dan kaki
O (Objektif)
: berisikan evaluasi terhadap problem fisioterapi yang dihadapi pasien, hal tersebut dinilai berdasarkan pemeriksaan umum dan khusus.
A (Assesment)
: berisikan diagnosa fisioterapi yang dialami oleh pasien setelah dilakukan pemeriksaan kembali.
P (Planning)
: berisikan intervensi fisioterapi dan dosis terapi yang diberikan.
BAB III URAIAN KASUS
DEPARTEMEN REHABILITASI MEDIK RSUP PERSAHABATAN JAKARTA FORMULIR FISOTERAPI
Nama Fisioterapis
: Kiriyadi, SSt.FT
Peminatan
: Kardiorespirasi
Nama Dokter
: dr. Anita R, SpKFR
Ruangan
: Soka Atas 02
Nomor Register
: 204.75.69
Tgl Pemeriksaan : 19/9/2015
A. PENGUMPULAN DATA IDENTITAS PASIEN: Nama Inisial
: Ny.M
Tempat & tgl Lahir
: Jakarta, 10 Oktober 1963
Alamat
: Menteng atas
Pendidikan terakhir
: SD
Pekerjaan
: Pembantu rumah tangga
Hobi
: Menonton TV
Diagnosis Medik
: Pneumothorax kanan spontan sekunder dan pyopneumothorax kiri
B. PENGUMPULAN DATA RIWAYAT PENYAKIT KU
: Os merasa nyeri pada daerah pemasangan WSD.
RPS
: Tanggal 19 September 2015 pukul 09:00 os baru saja melakukan pergantian
selang WSD (Water Seal Drainage). Os merasa nyeri pada bagian pemasangan WSD. Os merasa nyeri saat melakukan aktivitas seperti berpindah posisi saat turun dari kasur dan saat batuk. Os merasa sesak dan gemetar setelah buang air besar dan saat berdiri terlalu lama. Os tidak merasa ada dahak saat batuk, batuk jarang dan sekali-kali hanya ketika tenggorokan terasa gatal. Os masuk ke RSUP Persahabatan pada tanggal 23 Juli 2015 dengan keluhan sesak kuat dan badan terasa panas dingin. Dan didiagnosa TB paru klinis, hidropneumothorax kiri dan pneumothorax kanan spontan sekunder. Setelah sehari dirawat inap, tanggal 24 Juli 2015 os di operasi pemasangan WSD pada paru kiri nya. 4 hari kemudian tanggal 28 Juli 2015, os di operasi pemasangan WSD di paru
sebelah kanannya. Dan dirawat hingga sekarang serta mengonsumsi obat yang diberi oleh rumah sakit. RPD
: Os pernah mengalami sesak lalu pergi ke puskesmas Setia Budi, setelah itu
os berobat ke RS. Agung dan didiagnosa TB paru klinis, dan hidropneumothorax, tulang belakang sakit dan merasa sesak. Kemudian os dirujuk ke RSUP Persahabatan. Asma (-)
Merokok (-)
DM (-)
Jantung (-)
RPK: Ibu dan paman os juga memiliki riwayat sesak nafas. Sebelumnya Alm suami Os merupakan perokok aktif dan Os tinggal di daerah permukiman yang banyak asap dan polusi jalanan. Rpsi : Os tinggal sendiri karena suami sudah meninggal. Selama dirawat os merasa tidak sesak lagi.
C. PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan Umum a. Cara datang : Pasien berbaring di bed b. Kesadaran : composmentis c. Kooperatif d. Tensi
: 110/60 mmHg
e. RR
: 20 x/menit
f. Status Gizi : Berat Badan : 33 kg ; Tinggi Badan : 148 cm IMT = BB /(TB/100) 2 IMT = 33 kg/ (148 cm/100) 2 IMT = 15,1 kg/m 2 , underweight g. Suhu
: 37 C
h. Sat. O2
: 99% (saat terpasang O2 1 lpm) ; HR: 105 x/menit
2. Pemeriksaan Khusus a. Inspeksi Statis : Bagian kepala dan leher :
1) Warna muka
: normal
2) Konjungtiva
: pucat
3) Warna bibir
: normal
4) Gerakan cuping hidung
: tidak ada
5) Kontraksi otot bantu pernapasan
: ya, m. sternocleidomastoideus
6) Clubbing Finger
: tidak ada
Bagian thorak 1) Bentuk dada
: Paralitik
2) Irama napas
: Pendek dan dalam
3) Postur posisi berdiri
:
a) Tampak Depan - head tilting kesebelah kiri - clavicula kanan lebih tinggi dari clavicula kiri - axilla kanan lebih tinggi dari axilla kiri - papilla mamae kanan lebih tinggi dari papilla mamae kiri - bahu kanan lebih tinggi daripada bahu kiri - body arm space : jarak antara tubuh dan lengan atas, sebelah kanan lebih jauh dibanding kiri
b) Tampak Samping - adanya forward head - bahu protraksi - postur tubuh : kifosis
c) Tampak Belakang : - Jarak scapula kiri dengan prosesus spinosus lebih jauh di bandingkan dengan scapula kanan - Pelvic : asimetri - Vertebra : Skoliosis
Dinamis : 1) Pola napas saat duduk : thoracal
b. Palpasi 1) Ada peningkatan suhu pada thorax kiri 2) Spasme pada otot : upper trapezius, scalene, sternocleidomastoideus 3) Gerakan pengembangan simetris dada Regio
Kesimterisan
Upper
Kanan > Kiri
Middle
Kanan > Kiri
Lower
Kanan > Kiri
Keterangan : pengembangan simetris dada abnormal 4) Fremitus : Kiri 5) Tonus Otot : Hipotonus dan atropi otot
c. Pemeriksaan Fungsi Pengukuran mobilitas lingkar dada (ekspansi thorak) Bagian
Inspirasi – Ekspirasi
Selisih
Nilai Normal
Upper
72cm – 71cm
1
2-3 cm
Middle
77cm – 76cm
1
3-5 cm
Lower
65 cm – 64cm
1
5-7 cm
Keterangan : Ekspansi thoraks abnormal pada upper middle dan lower chest. d. Pemeriksaan endurance (Six minutes walking test ): masih belum bisa dilakukan e. Pemeriksaan skala nyeri dengan VAS: 7 f. Pemeriksaan sesak borg scale : 2 g. Pemeriksaan gerak ROM dan MMT
NECK
PLANE
ROM
Sagital
20 – 0 – 10
(Extension/Flexion)
N : 40 – 0 – 40
Frontal
32 – 0 – 25
(Side flexion
N: 45 – 0 – 45
MMT
3+
3+
left/right) Rotation
45 – 0 – 40
(left/right)
N: 50 – 0 – 50
3+
Sagital
50 – 0 – 105
(ekstensi-fleksi)
N: 50 – 0 – 170
Frontal
90 – 0 – 0
(abduksi-adduksi)
N: 170 – 0 – 0
SHOULDER
Rotasi (eksternal rot-
55 – 0 – 70
internal rot)
N: 60 – 0 – 70
Horizontal Abduction/
105 – 0 – 10
Adduction
N: 135 – 0 – 45
ROM : ISOM (International Standard Orthopaedic Measurements)
D. DIAGNOSA PENUNJANG -
X ray:
3+ / 4-
3+ / 4-
3+ / 4-
3+ / 4-
3+ / 4-
3+ / 4-
3+ / 4-
3+ / 4-
-
CT Scan :
-
BTA ( Tes Dahak) :
-
Hasil Spirometri :
-
Analisa Gas Darah
E.
1. URUTAN MASALAH FISIOTERAPI BERDASARKAN PRIORITAS
Nyeri gerak dan tekan bilateral paru pada daerah WSD
Gangguan ekspansi thorax kiri
Spasme otot sternocleidomastoideus, scalene, upper trapezius
Keterbatasan ROM shoulder
Gangguan Posture
Penurunan endurance kardiorespirasi
2. DIAGNOSA FISIOTERAPI
Gangguan fungsi pernapasan terkait dengan adanya nyeri gerak dan tekan bilateral paru
pada
daerah
WSD,
gangguan
ekspansi
thorax
kiri,
spasme
otot
sternocleidomastoideus, scalene, upper trapezius, keterbatasan ROM dan penurunan endurance et causa Pneumothorax Kanan Spontan Sekunder Dan Pyopneumothorax Kiri.
F.
PROGRAM PELAKSANAAN FISIOTERAPI 1. Pengumpulan data program fisioterapi dari dokter Rehabilitasi Medik -
Chest Fisioterapi
-
Segmental Breathing
-
Perbaiki Postur
-
AROM UE sinistra dan dextra
2. Tujuan a) Tujuan jangka pendek :
Meningkatkan ekspansi thorax
Perbaiki postur
Meningkatkan ROM
Mengurangi spasme otot
b) Tujuan Jangka panjang :
Meningkatkan endurance
Memperbaiki postur
3. Metode Pemberian Fisioterapi No
Jenis
Metoda
Dosis
Keterangan
1
Chest
Chest Mobility
F: 2-3x perhari
Untuk meningkatkan
Fisioterapi
I : 5-10 repetisi D: 10 menit
ekspansi thorak, memperbaiki postur tubuh, meningkatkan ROM sendi bahu.
2.
Chest
Deep breathing
Fisioterapi
3.
4.
Chest
Segmental
Fisioterapi
Breathing
Manual
Stretching M. Upper
Stretching
Trapezius
F : 3x seminggu
Untuk meningkatkan
D : 5 menit
kapasitas inspirasi.
F : 3x seminggu
Untuk meningkatkan
D : 5 menit
ekspansi thorax.
F: 3x seminggu D : 5 menit
Untuk mengurangi spasme otot.
4. Uraian Tindakan Fisioterapi\ a. Chest Mobility Tujuan :
Meningkatkan ekspansi thorax
Meningkatkan ROM sendi bahu
Memperbaiki postur tubuh
Tatalaksana : Posisi pasien : Berdiri depan samping terapis Posisi terapis : Depan samping pasien -
Mengangkat tangan dari bawah ke atas (tarik napas selama 6 detik dan keluar napas 3 detik)
-
Mengangkat tangan dari samping ke atas
-
Merentangkan tangan dari depan ke samping
-
Memutarkan sendi bawah
-
Tekuk siku hingga posisi tangan di depan dada, lalu buka ke samping
-
Tekuk siku hingga posisi tangan di samping tubuh, lalu lakukan gerakan memutar
b. Deep Breathing Exercise Tujuan :
Untuk meningkatkan kapasitas inspirasi.
Tatalaksana: Posisi pasien : duduk Posisi terapis : depan samping pasien Pasien diminta bernapas melalui perut / abdomen. Pasien menarik napas dengan mengembangkan perut, dan mengeluarkan napas dengan mengempiskan perut.
c. Segmental Breathing Tujuan :
Untuk meningkatkan ekspansi thorax.
Tatalaksana: Posisi pasien : berbaring di bed Posisi terapis : di tepi bed pasien Terapis memberikan tekanan pada daerah paru pasien yang bermasalah saat inspirasi.
d. Strecthing M. Upper Trapezius Tujuan :
Untuk mengurangi spasme
Melancarkan sirkulasi darah
Tatakasana: Pasien duduk tegak, kepala ke arah diagonal (melihat ke arah lateral paha), kemudian tangan terapis memfiksasi di trapezius kanan, tangan satunya memberi sedikit tekanan kearah fleksi diagonal kiri
5. EDUKASI 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Latihan chest mobility, ulangi 2-3x sehari Latihan deep breathing, ulangi 2-3x sehari Latihan self stretching otot upper trapezius, ulangi 2-3x sehari Latihan jalan ditempat selama 5 menit Latihan duduk ke berdiri selama 1 menit Latihan inspirasi dengan inspiratory muscle training.
6. EVALUASI Evaluasi 1 pada tanggal 19 September 2015 (pkl. 11.00 WIB) S: sakit pada area WSD dan cepat lelah O:
1. SPO2 99 % 2. HR
93 x/menit
3. TD
110/60 mmHg
4. Ekspansi thoraks
Bagian
Inspirasi – Ekspiras i
Selisih
Nilai Normal
Upper
72 cm -71 cm
1 cm
2-3 cm
Middle
77 cm – 76 cm
1 cm
3-5 cm
Lower
65 cm – 66 cm
1 cm
5-8 Cm
A: Pneumothorax Kanan Spontan Sekunder dan Pyopneumothorax Kiri P: Chest Mobility, Deep Breathing Exercise, Segmental Breathing dan Stretching M. Upper Trapezius.
Evaluasi 2 pada tanggal 22 September 2015 S: sakit pada area WSD dan cepat lelah O:
1. SPO2 99% 2. HR
3. TD
110/70
89 x/menit mmHg
4. Ekspansi thoraks
Bagian
Inspirasi – Ekspirasi
Selisih
Nilai Normal
Upper
72 cm -71 cm
1
2-3 cm
Middle
77 cm -76 cm
1
3-5 cm
Lower
65 cm -64 cm
1
5-8 Cm
A: Pneumothorax Kanan Spontan Sekunder dan Pyopneumothorax Kiri P: Chest Mobility, Deep Breathing Exercise, Segmental Breathing dan Stretching M. Upper Trapezius.
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN Pyopneumotoraks terdapatnya pneumotoraks disertai empiema secara bersamaan pada sisi paru . Infeksinya berasal dari mikro-organisme yang membentuk gas dan robekan septik jaringan paru dan esofagus ke arah rongga pleura. Etiologi pyopneumotoraks biasanya berasal dari paru seperti pneumonia, abses paru, adanya fistula bronkopleura, bronkiektasis, tuberkulosis paru, aktinomikosis paru, dan dari luar paru seperti trauma toraks, pembedahan toraks, torakosentesis pada efusi pleura, abses sub phrenik dan abses hati amuba. Pneumotoraks merupakan pengumpulan udara atau gas dalam rongga pleura, yang berada antara paru-paru dan toraks. Terjadi akibat komplikasi dari penyakit paru yang mendasarinya atau dapat pula sebagai akibat rupturnya bulla. Adanya penyakit paru menyebabkan timbulnya defek atau kelemahan pada dinding alveoli atau pleura. Jika suatu saat terjadi peningkatan tekanan di jalan napas seperti pada batuk atau penyakit menahun maka alveolus atau pleura akan pecah sehingga timbul pneumothoraks. Jika udara memasuki ruang pleura, tekanan pada pleura akan menjadi lebih besar dari pada tekanan paru-paru, menyebabkan paru kolap sebagian atau seluruhnya. Setelah dilakukan pemeriksaan fisioterapi pada Ny. M, pasien Pneumothoraks kanan spontan sekunder dan pyopneumothorax kiri didapat beberapa permasalahan, yaitu: o
Nyeri tekan dan gerak bilateral area pemasangan WSD
o
Gangguan pengembangan pengembangan paru kanan dan kiri
o
Spasme otot m.sternocleidomastoideus, scalene dan upper trapezius
o
Keterbatasan ROM shoulder
o
Gangguan Postur
o
Penurunan endurance kardiorespirasi
Dengan mengacu pada problematik yang disebutkan di atas, kami memberikan intervensi untuk mengatasi problem tersebut dengan chest mobility, deep breathing exercise, segmental breathing dan stretching. Hasil dari intervensi tersebut disimpulkan bahwa segmental breathing dapat mengacu pengembangan thorax kiri pasien. Deep breathing dapat meningkatan kapasitas