BAB I PENDAHULUAN
1.1 Dasar Dasar Teori Teori
Dalam arti luas, obat ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup, maka farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun untuk tenaga medis, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar agar dapat dapat menggu menggunak nakan an obat obat untuk untuk maksud maksud pencega pencegahan han,, diagno diagnosis, sis, dan pengobatan penyakit. Selain itu agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagai gejala penyakit. Farmakologi mencakup pengetahuan tentang sejarah, sumber, sifat kimia dan fisik, komposisi, efek fisiologi dan biokimia, mekanisme kerja, absorpsi, distribusi, biotransformasi, ekskresi ekskres i dan penggunaan obat. Seiring berkembangnya pengetahuan, beberapa bidang ilmu tersebut telah berkembang menjadi ilmu tersendiri (Setiawati dkk,!!"# $aba $abang ng farm farmak akol olog ogii diant diantar arany anyaa farma farmako kogn gnosi osi ialah ialah caba cabang ng ilmu ilmu farmako farmakolog logii yang yang memepe memepelaja lajari ri sifat%s sifat%sifat ifat tumbuh tumbuhan an dan bahan bahan lain yang yang merupakan sumber obat, farmasi ialah ilmu yang mempelajari cara membuat, memformulasik memformulasikan, an, menyimpan, menyimpan, dan menyediakan menyediakan obat. farmakologi farmakologi klinik klinik ialah ialah caba cabang ng farma farmako kolo logi gi yang yang memp mempel elaja ajari ri efek efek obat obat pada pada manu manusia sia.. farmakoterapi cabang ilmu yang berhubungan dengan penggunaan obat dalam pencegahan
dan
pengobatan
penyakit,
toksikologi
ialah
ilmu
yang
mempelajari keracunan zat kimia, termasuk obat, zat yang digunakan dalam rumah rumah tangg tangga, a, pest pestisi isida da dan dan lain lain%la %lain in serta serta farm farmak akok okin ineti etik k ialah ialah aspek aspek farmakologi yang mencakup nasib obat dalam tubuh yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresinya dan farmakodinamik yang mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia berbagai oran tubuh serta mekanisme kerjanya. &ada penulisan makalah ini akan di bahas tentang aspek farmakologi yaitu farmakokinetik dan farmakodinamik.
1
1.2 Tujuan
'ujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apa itu farmakokinetik dan farmakodinamik dalam bidang farmakologi.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Farmakokinetik Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek
tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup obat, yaitu proses absorbsi ()#, distribusi (D#, metabolisme (*#, dan ekskresi (+#. *etabolisme dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan proses eliminasi obat (unawan, -!#. -..
)bsorpsi )bsorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian kedalam darah. /ergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah saluran cerna (mulut sampai rektum#, kulit, paru%paru, otot, dan lain%lain. yang terpenting adalah cara pemberian obat per oral, dengan cara ini tempat absorpsi utama adalah usus halus karena memiliki permukaan absorpsi yang sangat luas, yakni - meter persegi (panjang -0 cm, diameter cm, disertai dengan vili dan mikrovili# (unawan, -!#. )bsorbsi obat meliputi proses obat dari saat dimasukkan kedalam tubuh, melalui jalurnya hingga masuk ke dalam sirkulasi sistemik. &ada le1erl seluler, obat diabsorpsi melalui beberapa metode, terutama transport aktif dan transport pasif. a. *etode absorbsi 'ransport &asif • 'ransport pasif tidak memerlukan energi, sebab hanya dengan proses difusi obat dapat berpindah dari daerah dengan kadar konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah. 'ransport aktif terjaid selama molekul%molekul kecil dapat berdifusi sepanjang membran dan berhenti bila konsentrasi pada •
kesua sisi membran seimbang. 'ransport )ktif
3
'ransport aktif membutuhkan energi untuk menggerakkan obat dari daerah dengan konsentrasi obat rendah ke daerah dengan konsentrasi obat tinggi. b. 2ecepatan absorbsi )pabila pembatas antara obat aktif dan sirkulasi sistemik hanya sedikit sel, absorbsi terjadi cepat dan obat segera mencapai le1el pengobatan dalam tubuh. % Detik s3d menit 4 S5, 67, inhalasi % 5ebih lambat 4 oral, 6*, topikal kulit, lapisan intestinal, otot % 5ambat sekali, berjam%jam 3 berhari%hari 4 per rektal, sustained frelease c. Faktor yang mempengaruhi penyerapan . )liran darah ke tempat absorbsi -. 'otal luas permukaan yang tersedia sebagai tempat absorbsi 8. 9aktu kontak permukaan absorbsi d. 2ecepatan absorpsi . Diperlambat oleh nyeri dan stress Nyeri dan stress mengurangi aliran darah, mengurangi pergerakan saluran cerna, retensi gaster. -. *akanan tinggi lemak *akanan tinggi lemak dan padat akan menghambat pengosongan lambung dan memperlambat waktu absorbsi obat. 8. Faktor bentuk obat )bsorbsi dipengaruhi formulasi obat 4 tablet, kapsul, cairan, sustained release, dll. . 2ombinasi dengan obat lain 6nteraksi satu obat dengan obat lain dapat meningkatkan atu memperlambat tergantung jenis obat. :bat yang diserap oleh usus halus ditransport ke hepar sebeblum beredar ke seluruh tubuh. ;epar metabolisme banyak obat sebelum masuk ke sirkulasi. ;al ini yang disebut dengan efek first%pass. *etabolisme hepar dapat menyebabkan obat menjadi inaktif sehingga menurunkan jumlah obat yang sampai ke sirkulasi sistemik, jadi dosis obat yang diberikan harus banyak. -..-
Distribusi
4
Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkualasi sistemik ke jaringan dan cairan tubuh. a. )liran darah Setelah obat sampai ke aliran darah, segera terdistribusi ke organ berdasarkan jumlah aliran darahnya. :rgan dengan aliran darah terbesar adalah
obat terikat -..8
protein. *etabolisme *etabolisme 3 biotransformasi obat adalah proses tubuh merubah komposisi obat sehingga menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar tubuh. :bat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara4 a. *enjadi metabolit inaktif kemudian diekskresikan? b. *enjadi metabolitaktif, memiliki kerja farmakologi tersendiri dan bisa dimetabolisme lanjutan. /eberapa obat diberikan dalam bentuk tidak aktif kemudian setelah dimetabolisme baru menjadi aktif (prodrugs#. *etabolisme obat terutama terjadi di hati, yakni di membran endoplasmic reticulum (mikrosom# dan di cytosol. 'empat metabolisme yang lain (ekstrahepatik# adalah 4 dinding usus, ginjal, paru, darah, otak, dan kulit, juga di lumen kolon (oleh flora usus#. 'ujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut lemak# menjadi polar (larut air# agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan perubahan ini obat aktif umunya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian berubah menjadi lebih aktif, kurang aktif, atau menjadi toksik. Faktor%faktor yang mempengaruhi metabolisme4 . 2ondisi 2husus
5
/eberapa
penyakit
tertentu
dapat
mengurangi
metabolisme, al. &enyakit hepar seperti sirosis. -. &engaruh en &erbedaan gen indi1idual menyebabkan beberapa orang dapat memetabolisme obat dengan cepat, sementara yang lain lambat. 8. &engaruh5ingkungan 5ingkungan juga dapat mempengaruhi metabolisme, contohnya4 @okok, 2eadaan stress, &enyakit lama, :perasi, $edera. . Asia &erubahan umur dapat mempengaruhi metabolisme, bayi 1s dewasa 1s orang tua. -..
+kskresi +kskresi obat artinya eliminasi 3 pembuangan obat dari tubuh. Sebagian besar obat dibuang dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin. :bat juga dapat dibuang melalui paru%paru, eksokrin (keringat, ludah, payudara#, kulit dan taraktus intestinal. :rgan terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. :bat diekskresi
melalui
ginjal dalam
bentuk utuh maupun bentuk
metabolitnya. +kskresi dalam bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan cara eliminasi obat melui ginjal. +kskresi melalui ginjal melibatkan 8 proses, yakni filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus. Fungsi ginjal mengalami kematangan pada usia B%- bulan, dan setelah dewasa menurun > per tahun. +kskresi obat yang kedua penting adalah melalui empedu ke dalam usus dan keluar bersama feses. +kskresi melalui paru terutama untuk eliminasi gas anastetik umum (unawan, -!#. ;al%hal lain terkait Farmakokinetik4 a. 9aktu &aruh 9aktuparuh adalah waktu yang dibutuhkan sehingga setengah dari obat dibuang dari tubuh. Faktor yang mempengaruhi waktu paruh adalah absorpsi, metabolism dan ekskresi. 9aktu paruh penting diketahui untuk menetapkan berapa sering obat harus diberikan.
6
b. Onset, puncak, and durasi :nset adalah waktu dari saat obat diberikan hingga obat terasa kerjanya. Sangat tergantung rute pemberian dan farmakokinetik obat. &uncak, setelah tubuh menyerap semakin banyak obat maka konsentrasinya di dalam tubuh semakin meningkat. Durasi, durasi kerja adalah lama obat menghasilkan suatu efek terapi. 2.2 Farmakodinamik
Farmakodinamik ialah cabang ilmu yang mempelajari efek biokimia dan fisiologi obat serta mekanisme kerjanya (setaiwati dkk,!!"# 'ujuan mempelajari mekanisme kerja obat ialah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spectrum efek dan respon yang terjadi. &engetahuan yang baik mengenai hal ini merupakan dasar terapi nasional dan berguna dalam sintesis obat baru.
-.-.
*ekanisme 2erja :bat +fek obat umumnya timbul karena interaksi obat dengan resptor pada sel suatu organisme. interaksi obat dengan reseptornya ini mencetuskan perubahan biokimiawi dan fisiologi yang merupakan respon khas untuk obat tersebut. @eseptor obat mencakup - konsep penting. &ertama, bahwa obat dapat mengubah kecepatan kegiatan faal tubuh fungsi baru, tetapi hanya memodulasi fungsi yang sudah ada. 9alaupun tidak berlaku bagi terapi gen secara umum konsep ini masih berlaku sampai sekarang setiap komponen makromolekul fungsional dapat berperan sebagai reseptor obat, tetapi sekelompok reseptor obat tertentu juga berperan sebagai reseptor untuk ligand endrogen (hormon, neurotransmitor#. Substansi yang efeknya menyerupai senyawa endrogen disebut agonis. Sebaiknya, senyawa yang tidak mempunyai akti1itas intrinsik tetapi menghambat secara kompetitif efek suatu agonis ditempat ikatan agonis (agonist bind%ing site# disebut antagonis.
-.-.-
@eseptor :bat . Sifat 2imia
7
2omponen yang paling penting dalam reseptor obat ialah protein ( mis.asetilkoli nesterase, naC 2C %) 'pase, 'ubulin, dsb.#. asam nukleat juga dapat merupakan reseptor
obat yang penting
misalnya untuk sitostatika.iaktan obat reseptor dapat berupa ikatan ion, hidrogen, hidrofobik,1an der walls, atau ko1alen, tetapi umumnya merupakan campuran berbagai ikatan diatas. &erlu diperhatikan bahwa ikatan ko1alen merupakan ikatan yang kuat sehingga lam kerja obat sering kali, tetapi tidak selalu panjang. 9alaupun demikina ikatan non ko1alen yang aafinitasnya tinggi juga dapat bersifat permanen. -. ;ubungan Struktur%)kti1itas Struktur kimia suatu obat berhubungan erat dengan afinitasnya terhadap reseptor dan aktifitas intrinsiknya, sehingga perubahan kecil dalam molekul obat, misalnya perubahan stereoisomer, dapat menimbulkan
perubahan
besar
dalam
sifat
farmakologinya.
&engetahuan mengenai hubungan struktur akti1itas bermanfaat dalam strategi pengembangan obat baru, sintesis obat yang rasio terapinya lebih baik, atau sintesis obat yang selektif terhadap jaringan tertentu. 8. @eseptor Fisiologis 6stilah reseptor sebagai makro molekul seluler tempat terikatnya obat untuk menimbulkan respons telah diuraikan diatas. 'etapi terdapat juga protein seluler yang berfungsi sebagai reseptor fisiologik, bagi ligand endogen seperti hormon, neurotransmitor, dan autakoid. Fungsi reseptor ini meliputi lipatan ligand yang sesuai (oleh ligand binding domain # dan penghantar sinyal ( oleh effektor domain # yang dapat secara langsung menimbulkan efek intra sel atau secar tidak langsung memulai sintesis maupun penglepasan molekul intrasel lain yang dikenal sebagai second messenger.
Dalam keadaan tertentu, molekul reseptor berinteraksi secaraerat dengan protein seluler lain membentuk sistem resptor%efektor seluler lain menimbulkan respons. $ontohnya, sistem adenilat siklase 4 reseptor
8
mengatur akti1itas adenilat siklase sedang kan efektornya mensitesis c)*& sebagai second messenger. Dalam sistem ini protein lahyang berfungsi sebagai perantara reseptor dengan enzim tersebut. 'erdapat dua macam protein yang satu berfungsi sebagai penghantaran yang lain berfungsi sebagai penghamabatan sinyal. /erikut ini akan dibahas berbagai reseptor fisiologik tersebut.
-.-.8
'ransmisi Sinyal /iologis &enghantaran sinyal biologis iyalah proses yang menyebabkan suatu substansi etra seluler ( etracellular chemikal # menimbulkan suatu respons seluler fisiologis yang spesifik. Sistem penghantaran ini di mulai dengan pendudukan reseptor yang terdapat di membran sel atau di dalam sitoplasma oleh transmitor. 2ebanyakan messengger ini bersifat polar. $ontoh transmitor untuk reseptor yang terdapat di membran sel ialah katekolamin, '@;,5;? sedangkan untuk reseptor yang terdapat di dalam sitoplasma ialah steroid (adrenal dan gonadal #, tiroksin, 1itamin D. @eseptor di membran sel bekerja dengan cara mengikat ligand yang sesuai kemudian meneruskan sinyalnya ke sel target itu, baik secara langsung ke intrasel atau dengan cara memproduksi molekul pengatur lainnya ( second messenger # di intrasel. Suatu reseptor mungkin memerlukan suatu protein seluller tertentu untuk dapat berfugsi ( sistem reseptor%efektor # misalnay adenilat siklase. &ada sistem ini, reseptor mengatur akti1itas adenilat siklase, dan efektor mensintesis, siklik%)*&. Eang merupakan second messenger. @eseptor yang terdapat dalam sitoplasma, merupakan protein terlarut pengikat DN) (solubble DN)%binding protein # yang mengatur transkripsi gen%gen tertentu. &endudukan reseptor oleh hormon yang sesuai akan meningkatkan sintesis protein tertentu. @eseptor hormon peptida yang mengatur pertumbuhan, diferensiasi dan perkembangan (dan dalam keadaan
9
akut juga akti1itas metabolik # umumnya ialah suatu protein kinase yang mengkatalisis fosforilasi protein target pada residu tirosin. 2elompok reseptor ini meliputi reseptor cairan insulin, epidermal growth factor, platelet%deri%1ed growht dan limfokin tertentu. @eseptor hormon peptida yang terdapat di membran plasma berhubungan dengan bagian katalitiknya yang berupa protein kinase intrasel, melalui rantai pendek asam amino hidro1obik yang menembus membran plasma. &ada reseptor untuk atrial natriuretic peptide, bagian komplek intrasel ini bukan protein kinase, melainkan guanilat siklase yang mensintesis siklik% *&. Sejumlah reseptor untuk neutrotransmitor tertentu membentuk kanal ion selektif di membran plasma dan menyampaikan sinyal biologisnya dengan cara mengubah potensial membran atau komposisi ion. $ontoh kelompok ini ialah nikotinik, gamma%amino butirad tipe ), glutamat, aspartap,dan glisin. @eseptor ini merupakan protein multi%subunit yang rantainya menembus membran beberapa kali membentuk kanal ion. *ekanisme terikatnya suatu transmitor dengan kanal yang terdapat di bagian etracell sehingga kanal menjadi terluka, belum di ketahui. Sejumlah besar reseptor di membran plasma bekerja membantu protein efektor tertentu dengan perantaraan sekelompok '& biding protein yang di kenal sebagai protein . Eang termasuk kelompok ini ialah reseptor untuk aminbiogenik, eikosanoik,dan hormon protein lainnya. @eseptor ini bekerja dengan memacu terikatnya '& pada protein spesifik yang selanjutnya mengatur akti1itas efektor%efektor spesifik seperti adenilat siklase, fosfolipase )- dan $, kanal $a-C , 2- atau NaC , dan beberapa protein yang berfungsi dalam transportasi. Suatu sel dapat mempunyai " atau lebih protein yang masing%masing dapat memberikan respon terhadap beberapa resptor yang berbeda, dan mengatur beberapa efektor yang berbeda pula. Second messenger sitoplasma. &enghantaran sinyal biologis dalam sitoplasma dilansungkan dengan kerja second messenger antara lain berupa c)*&, ion $a-C , dan yang akhir%akhir ini sudah diterima ialah ,," inositol
10
trisphosphate (6&8 # dan diasilgliserol (D)#. Substansi ini memenuhi kriteria sebagai second messenger yaitu diproduksi dengan sangat cepat, bekerja pada kadar yang sangat rendah, dan setelah sinyal ekstenalnya tidak ada mengalami penyingkiran secara spesifik. Siklik%)*& ialah second messenger yang pertama kali ditemukan. Substansi ini dihasilkan melalui stimulasi adenilat siklase sebagai respons terhadap respon terhadap akti1itas bermacam%macam reseptor.
-.-.
6nteraksi :bat G @eseptor 6katan antara obat dan reseptor misalnya ikatan substrat dengan enzim, biasanya merupakan ikatan lemah (ikatan ion, hidrogen, 1an der waals# dan jarang berupa ikatan ko1alen . ;ubungan Dosis Dengan 6ntensitas +fek *enurut teori pendudukan reseptor (reseptor occupancy#, intensitas efek obat berbanding lurus dengan fraksi reseptor yang diduduki atau diikat nya, dan intensitasnya efek mencapai maksimal bila seluruh reseptor diduduki oleh obat. :leh karena interaksi obat% reseptor ini analog dengan interaksi substrat%enzim, maka di sini berlaku persamaan michaelis%menten. ;ubungan antara kadar atau dosis obat yaitu DH, dan besarnya efek + terlihat sebagai kur1a dosis%intensistas
efek (graded dose%
effect cur1e I D+$# yang berbentuk hiperbola. 'etapi kur1a log dosis% intesitas efek ( 5og D+$# akan berbentuk sigmoid.. /ila efek yang diamati merupakan gabungan beberapa efek, maka log D+$ dapat bermacam%macam , tetapi masing%masing berbentuk sigmoid. 5og D+$ lebih sering digunakan karena mencakup rentang dosis yang luas dan mempunyai bagian yang linear, yakni pada besar efek I B%0 > (I ">J SD #, sehingga lebih mudah untuk memperbandingkan beberapa D+$.
11
32D menunjukan afinitas obat terhadap reseptor, artinya kemampuan
obat
untuk
berikatan
dengan
reseptor,
artintnya
kemampuan obat untuk berikatan dengan reseptornya (kemampuan obat untuk membentuk kompleks obat%reseptor#.
-. 7ariabel ;ubungan Dosis%intensitas efek obat ;ubungan dosis dan intesitas efek dalam keadaan sesungguhnya tidaklah sederhana karena banyak obat bekerja secara kompleks dalam menghasilkan
efek.
+fek
antihipertensi,
misalnya
merupakan
kombinasi efek terhadap jantung, 1askular,dan sistem saraf. 9alaupun demikian, suatu kur1a efek kompleks dapat diuraikan kedalam kur1a% kur1a sederhana untuk masing% masing komponennya. 2ur1a sedrhana ini, bagaimana pun bentuknya, selalu mempunyai 1ariabel yaitu potensi kecuramjan (slope#, efek maksimal, dan 1ariasi biologik. &otensi menunjukan rentang dosis obat yang menimbulkan efek. /esarnya ditentukan oleh kadar obat yang mencapai reseptor, yang tergantung dari sifat farmakokinetik obat, dan afinitas obat terhadap reseptornya. 7ariabel ini relatif tidak penting karena dalam klinik digunakan dosis yang sesuai dengan potensinya. ;anya, potensi yang terlalu rendah akan merugikan karena dosis yang diperlukan terlalu besar.
&otensi
yang
terlalu
tinggi
justru
merugikan
atau
membayangkan bila obatnya mudah menguap atau di serap melalui kulit. +fek maksimal ialah respons yang maksimal yang ditimbulkan obat bila diberikan pada dosis yang tinggi. 6ni di tentukan oleh akyi1itas intrinsik obat dan di tunjukan oleh dataran (lpateau# pada
12
D+$. 'etapi dalam klinik, dosisi obat di batasi oleh timbulnya efek samping? dalam hal ini efek maksimal yand di capai dalam klinik mungkin kurang dari efek maksimal yand sesunguhnya. 6ni merupakan 1ariabel yang penting. *isalnya morfin dan aspirin berbeda dalam efekti1itasnya sebagai analgesik? morfin dapat menghilangkan rasa nyeri yang hebat, sedangkan aspirin tidak. +fek maksimal obat tidak selalu berhubungan dengan potensinya. Slopeatau lereng log D+$ merupakan 1ariabel yang penting karena menunjukan batas keamanan obat. 5ereng yang curam, misalnnya untuk fenobarbital, menunjukan bahwa dosis yang menimbulkan koma hanya sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan dosis yang menimbulkan sedasi3tidur. 7ariasi biologik adalah 1ariasi antar indi1idu dalam besarnya respons terhadap dosis yang sama dari suatu obat. Suatu graded D++$ hanya berlaku untuk satu orang pada satu waktu, tetapi dapat juga merupakan nilai rata%rata dari populasi. Dalam hal yang berakhir ini, 1ariasi biologik dapat di perhatikan sebagai garis horijontal atau 1ertikal. aris horijontal menunjukkan bahwa untuk menunjukan efek obat dengan intensitas tertentu pada suatu populasi di perlukan suatu rentang dosis. aris 1ertikal menunjukkan bahwa pemberian
obat
dengan
dosis
tertentu
pada
populasi
akan
menimbulkan suatu intensitas efek . -.-."
2erja :bat yang 'idak Diperantai @eseptor Dalam menimbulkan efek, obat tertentu tidak berikatan dengan reseptor. :bat%obat ini mungkin mengubah sifat cairan tubuh, berinteraksi dengan ion molekul kecil, atau masuk komponen sel. . +fek Nonspesifik dan angguan pada *embran &erubahan sifat osmotik. Diueretik osmotik (urea manitol #, misalnya,
meningkatkan
osmolaritas
filtrat
glomelurus
sehingga
mengurangi reabsorbsi air di tubuli ginjal dengan akibat terjadi efek
13
diuretik. Dengan demikian juga katartik osmotik (*gS:#, gliserol yang mengurangi udem selebral, dan pegganti plasma (poli1inil pirolidon I &7 untuk menambah 1olume intra1askuler &erubahan sifat asam3asam. 2erja ini diperlihatkan oleh antasid dalam menetralkan asam lambung, N;$5 dalam mengasam kan urine, dan asam%asam organik sebagai antiseptik saluran kemih atau sebagai antiseptik saluran kemih atau sebagai spermisid topikal dalam saluran 1agina. 2erusakan Nonspesifik. Lat perusak nonspesofik digunakan sebagai antiseptik dan disenfektan, dan kontrasepsi, contohnya, (# detergen merusak integritas membran lipoprotein?(-# halogen, peroksida, dan oksidator lain merusak zat organik (8# denaturan merusak integritas dan kapasitas sibseluler dan protein. angguan fungsi membran. )nestetik umum yang mudah menguap misalnya eter, halotan, enfluran, dan metoksifluran bekerja dengan melarut dalam lemak membran sel di SS& sehingga ektabilitasnya menurun -. 6nterkasi dengan *olekul 2ecil atau 6on 2erja ini diperhatikan oleh kelator ( $helating agents# misalnya $aNa- +D') yang mengikat &b-C bebas menjadi kelat yang inaktif pada kercunan &b. Demikian juga kerja penisilamin yang mengikat $u-C bebas pada penyakit wilson dan dimerkaprol ( /)5I /ritish antilewisite# pada keracuanan logam berat ()s, Sb, ;g, )u, /i#. 2elat yangf terbentuk larut dalam air sehingga mudah dikelurkan melalui ginjal. 8. *asuk ke dalam 2omponen Sel :bat yang
merupakan analog purin
atau pirimidin dapat
berinkoporasi ke dalam asam nukleat sehingga mengganggu fungsinya. :bat yang bekerja seperti ini disebut antimetabolit misalnya B% merkaptopurinb, "%fluorourasil, flusitosin dan anti kanker atau anti mokroba lain.
-.-.B
'erminologi
14
. Spesifisitas dan Selekti1itas Suatu obat dikatak spesifik bila kerjanya terbatas pada suatu jenis reseptor, dan dikatak selektif bila menghasilkan satu efek pada dosis rendah dan efek lain baru timbul pada dosis yang lebih besar. :bat yang spesifik belum tentu selektif, tetapi obat yang tidak spesifik dengan sendirinya tidak selektif. 2lorpromazin bukan obat yang spesifik karena ia bekerja pada berbagai jenis reseptor? kolinergik, adrenergik dan histaminergik, selain pada reseptor dopaminergik di SS&. )tropin adalah bloker spesifik untuk reseptor muskarinik, tetapi tidak selektif karena reseptor ini terdapat di berbagai organ.salbutamol ialah agonis bheta% adrenergik yang spesifik dan relatif selektif, obat ini memblok reseptor bheta- dan pada dosis terapi hanya berefek di bronkus. Selain tergantung dari dosis, selekti1itas obat juga tergantung dari cara pemberian. &emberian obat langsung di tempat kerjanya akan meningkatkan selekti1itas obat. *isalnya salbutamol, selekti1itas obat ini pada reseptor bheta- di bronkus di tingkatkan bila di berikan sebagai obat semprot langsung ke saluran napas. -. 6stilah 5ain Dosis rendah sekali cukup untuk penderita hipereaktif, sedangkan dosis tinggi sekali di butuhkan oleh penderita yang hiporeaktif. 6stilah hipersensitif digunakan untuk efek yang berhubungan dengan alergi obat. 6stilah supersensitif di gunakan untuk keadaan hiperaktif akibat dener1asi atau akibat pemberian kronik suatu bliker reseptor yang merupakan dener1asi farmakologik. 6stilah toleransi digunakan untuk keadaan hiporeaktif akibat pajanan obat bersangkutan sebelumnya. 'oleransi yang terjadi dengan cepat setelah pemberian hanya beberapa dosis obat di sebut toleransi akut atau takifilaksis. /ila toleransi timbul akibat pembentukan antibodi terhadap obat, digunakan istilah resisten misalnya terhadap insulin. 6stilah idiosinkrasi di gunakan untuk efek obat yang aneh (bizzare#, ringan maupun berat, tidak tergantung dari besarnya dosis
15
dan sangat jarang terjadi. 6stilah ini sering kali digunakan secara simpang siur maka sebaiknya istilah ini tidak di gunakan lagi
16
BAB III ESIMPULAN
:bat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umumnya mengalami absorpsi, distribusi dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan menimbulkan efek. 2emudian dengan atau tanpa biotransformasi, obat di ekskresi dari dalam tubuh. Seluruh proses ini di sebut farmakokinetik. Farmakodinamik ialah cabang ilmu yang mempelajari efek biokimia dan fisiologi obat serta mekanisme kerjanya. 'ujuan mempelajari mekanisme kerja obat ialah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spectrum efek dan respon yang terjadi.
17
DAFTA! PUSTAA
Setiawati dkk., !!". Pengantar Farmakologi dalam farmakologi dan terapi edisi .
18