Ichtyos Vol 7 No 1 Januari 2008 : 37-44) Jurnal Penelitian ilmu-ilmu Perikanan dan Kelautan, UNPATTI
Evaluasi Penggunaan Pupu Pupuk k Biostimulan sebagai Upaya Pengkayaan Pakan Alami dan Percepatan Tumbuh Tumbuh Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) pada Kolam Pembenihan
Petrus Hary Tjahja Soedibya dan Asrul Sahri Siregar. Biology Faculty, Faculty, Jenderal Soedirman University, Purwokerto
ABSTRACT
Based on the result from experiment-ponds, the diversity of natural food after gived by Biostimulan were decreased with increasing dosage but the abundances were increased, on the other hand diversity and abundance of gurami gut were decreased after gived by Biosimulan. Based on the result of index of Preponderance analysis, it was shown that the main food of gurami fish for all treatment were garbage. Based on the result of index of Electivity analysis, it was shown that gurami fish performed positive positive election election to Divisio Divisio Chrysophyt Chrysophytaa (Diatoma, (Diatoma, Navicula, Navicula, Neidium, Neidium, and Diatoma) Diatoma) and Cyanophyt Cyanophytaa (Annabaena (Annabaena and Phormidium). F test analysis showed that there was no significant difference among treatments.
Key word : guarami : guarami fish, Biostimulan, fish natural food
I. PENDAHULUAN
Gurami (Osphronemus (Osphronemus gouramy) gouramy) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang banyak dipilih petani untuk dipelihara dan juga merupakan salah satu komoditi komoditi ikan unggulan di wilayah Banyumas. Banyumas. Keunggulan ikan Gurami bagi petani petani antara lain ikan ini dapat berbiak secara alami, mudah dipelihara karena bersifat pemakan apa saja, memiliki ketahanan tubuh yang baik dari berbagai berbagai macam penyakit penyakit dan dapat hidup di air tergenang tergenang (Jangkaru, 2003). Selain Selain itu, ikan gurami dapat dipelihara di kolam sederhana atau di kolam pekarangan yang memiliki pengairan terbatas. Ikan gurami memiliki bentuk badan agak panjang, pipih, dan tertutup sisik yang berukuran besar, terlihat kasar serta kuat. Sirip punggungnya tinggi dan mempunyai sirip sirip perut dengan jari-jari yang sudah berubah menjadi alat alat peraba. Bentuk demikian demikian menunjukkan menunjukkan bahwa gurami merupakan merupakan penghuni air tenang tenang dan dalam. dalam. Bagian Bagian kepala ikan gurami muda berbentuk lancip dan akan menjadi menjadi tumpul bila sudah besar. besar. Kepala ikan gurami jantan jantan yang sudah tua terdapat tonjolan seperti cula. Mulutnya kecil dengan bibir bawah menonjol sedikit dibandingkan bibir atas dan dapat disembulkan (Jangkaru, 2003). Pada habitat alaminya, gurami termasuk jenis ikan omnivora (Jangkaru, 200 3). Namun, ikan gurami dikenal sebagai ikan yang memiliki pertumbuhan yang lambat, hal ini dikarenakan kurang unggulnya ikan gurami dalam memperoleh pakan hewani. Kebiasaan para petani mengkondisikan mengkondisikan ikan gurami untuk mengkonsumsi pakan alami berupa daun-daunan, seperti daun sente ( Alocasia Alocasia macrorhiza (L) Scott ), ), daun kangkung air ( Ipomoea sp) sp) atau daun ketela pohon (Manihot ( Manihot utilisima) utilisima ) menyebabkan kurang terpenuhinya kebutuhan akan protein hewani dan mengakibatkan lambatnya pertumbuhan ikan gurami (Soedibya dan Siregar, 2001). Ketersedi Ketersediaan aan pakan ikan yang cukup, baik secara kualitati kualitatiff maupun kuantitatif kuantitatif akan mempertinggi mempertinggi tingkat tingkat kelangsungan hidup dan mempercepat pertumbuhan ikan. ikan. Pakan ikan dibedakan menjadi dua golongan, yaitu yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan ikan alami merupakan merupakan makanan ikan yang tumbuh di alam tanpa tanpa campur tangan manusia secara secara langsung (Djarijah, 1995). Pakan alami yang sering digunakan sebagai makanan alami ikan meliputi plankton, benthos, tumbuhan air, detritus dan serasah.
Ichtyos Vol 7 No 1 Januari 2008 : 37-44) Jurnal Penelitian ilmu-ilmu Perikanan dan Kelautan, UNPATTI
Pakan Pakan alami dapat melimpah melimpah di dalam dalam kolam yang mendapat mendapat pemupukan. pemupukan. Menurut Menurut Sukamsiputro Sukamsiputro (1985), pemupukan merupakan suatu cara untuk memperbanyak pakan alami di kolam, yang berupa fitoplankton dan zooplankton. Pemupukan di kolam bertujuan untuk mempertinggi jumlah produktivitas kolam dengan jalan menyediakan makanan bagi jasad-jasad renik nabati maupun hewani yang menjadi makanan ikan (Tirtorejo, 1959). Biostimulan merupakan pupuk dalam bentuk cair yang berguna untuk mensuplai nutrien yang dibutuhkan oleh pakan pakan alami alami ikan yaitu yaitu plankton plankton khususnya fitoplankto fitoplankton. n. Biostimul Biostimulan an adalah suatu larutan organik yang mengandung mengandung formulasi kultur mikroba dekomposer, yakni amilolitik, lipolitik, proteolitik serta ekstrak tumbuhan, buah-buahan, hidrat arang dan sumber nitrogen. Menurut Huet (1971), keberadaan mikroba mikroba dekomposer secara aktif akan memecah senyawasenyawasenyawa komplek yang ada pada medium melalui proses fermentasi, sehingga akan didapatkan hasil samping berupa zat hara sederhana sederhana yang penting penting untuk pertumbuhan pertumbuhan fitoplankt fitoplankton, on, selain selain itu dengan adanya perombakan perombakan bahan organik organik akan berkembang pula sejumlah bakteri yang berfungsi sebagai makanan zooplankton. Bakteri atau sebagian kecil fungi yang terdapat dalam Biostimulan mempunyai kemampuan untuk melakukan degradasi terhadap senyawa organik ataupun anorganik, sehingga menghasilkan ion-ion senyawa (NO 3, SO4). Senyawasenyawa ini merupakan sumber nutrisi nutrisi untuk kelompok mikroorganisme khususnya plankton (mikroalgae). (mikroalgae). Plankton yang kaya kaya akan akan kandun kandungan gan lemak lemak,, karboh karbohidr idrat at,, protei protein n serta serta bebera beberapa pa vitami vitamin n dan asam asam amino amino sangat sangat berman bermanfaa faatt bagi bagi kelangsungan proses serta kehidupan ikan (Sastrawijaya, 1991). Hasil analisis komposisi Biostimulan yang dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Jenderal Soedirman Purwokerto Purwokerto adalah adalah sebagai sebagai berikut: berikut: Nitrogen total : 3,91 %; P2O5 total 1,65 %; K 2O total 8,06 %; C organik 80,71 %; dan bahan-bahan lainnya hingga 100%. Nilai C/N ratio yang yang diperoleh adalah 20,642. Berdasarkan uraian tersebut, tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1.
Bagai Bagaiman manaka akah h kompos komposisi isi pakan alami alami (kerag (keragama aman n & kelimp kelimpaha ahan) n) pada pada kolam kolam pemeliha pemeliharan ran ikan gurami gurami dengan dengan pemberian pupuk Biostimulan dalam kadar yang berbeda?
2.
Bagaiman Bagaimanakah akah komposisi komposisi pakan pakan alami (keragaman (keragaman & kelimpaha kelimpahan) n) pada isi lambung lambung ikan gurami dengan dengan pemberian pemberian pupuk Biostimulan dalam kadar yang berbeda?
3.
Bagaiman Bagaimanakah akah hubungan hubungan antara komposisi komposisi pakan pakan alami (keragama (keragaman n & kelimpahan) kelimpahan) pada kolam pemelihar pemeliharan an dengan isi lambung ikan gurami dengan pemberian pupuk Biostimulan dalam kadar yang berbeda?
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah u ntuk: 1.
Mengetahu Mengetahuii komposisi komposisi pakan alami alami (keragaman (keragaman & kelimpahan) kelimpahan) pada kolam pemeli pemeliharaa haraan n ikan gurami dengan dengan pemberian pemberian pupuk Biostimulan dalam kadar yang berbeda.
2.
Mengetahu Mengetahuii komposisi komposisi pakan alami (keragam (keragaman an & kelimpahan) kelimpahan) dalam dalam isi lambung ikan gurami gurami dengan pemberia pemberian n pupuk Biostimulan dalam kadar yang berbeda.
3.
Mengetahu Mengetahuii hubungan antara antara komposisi komposisi (keragama (keragaman n & kelimpahan) kelimpahan) pakan alami alami pada kolam pemelih pemeliharaan araan dengan dengan isi lambung ikan gurami dengan pemberian pupuk Biostimulan dalam kadar yang berbeda. II. MATERI DAN METODE PENELITIAN
1. Materi, Lokasi dan Waktu Waktu Penelitian
Alat yang digunakan digunakan dalam dalam peneli penelitian tian ini terdiri terdiri dari dari 16 16 kolam kolam berukuran berukuran 2 x 1 x 1 m3, timbangan dengan ketelitian 0,1 g, milimeter block, gunting bedah, seser, pH meter, meter, botol sampel, gelas ukur, becker glass, pinset, ember plastik ukuran 10 liter, kertas label, plankton net no. 25, mikroskop binokuler & stereo, object glass, cover glass, pipet seukuran, botol Winkler, Winkler, labu Erlenmeyer, saringan bertingkat dengan mata saring 0,5 x 0,5 mm dan 1,0 x 1,0 mm, dan keping sacchi. Bahan-bah Bahan-bahan an yang digunakan dalam penelitian penelitian ini adalah Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) gouramy) dengan kisaran bobot 3-5 gr dan kisaran panjang 5-7 cm, Biostimulan, Kalium Permanganat, akuades, formalin 40%, alkohol 70%, larutan MnSO4, larutan KOH-KI, larutan H2SO4 pekat, indikator amilum, larutan Na 2CO3 0,01 N, indikator phenolptalein dan lugol.
Ichtyos Vol 7 No 1 Januari 2008 : 37-44) Jurnal Penelitian ilmu-ilmu Perikanan dan Kelautan, UNPATTI
Peneliti Penelitian an ini dilakukan dilakukan di kolam pembesaran pembesaran ikan yang berlokasi berlokasi di Fakultas Fakultas Biologi UNSOED. UNSOED. Pengamatan Pengamatan sampel dilakukan di Laboratorium Program Sarjana Perairan Perairan dan Kelautan, UNSOED. Waktu Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2005 - Maret 2006. 2. Rancangan Percobaan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), (RAL), 4 perlakuan perlakuan dengan 4 kali ulangan ulangan dan interval interval waktu 10 hari selama selama 30 hari. hari. Adapun Adapun perlakuan perlakuan yang dicobakan dicobakan sebagai berikut : A. Tanpa anpa pemberi pemberian an pupuk pupuk Biostim Biostimula ulan n B. Pemberian Pemberian pupuk Biostimul Biostimulan an dengan dengan dosis 5 ppm C. Pemberian Pemberian pupuk Biostimul Biostimulan an dengan dengan dosis 10 ppm ppm D. Pemberian Pemberian pupuk Biosti Biostimula mulan n dengan dengan dosis dosis 15 15 ppm Pupuk Biostimulan diberikan setiap setiap 10 hari. Pengambilan ikan untuk analisis isi lambung lambung diambil 2 ekor secara acak pada tiap kolam percobaan. 2.1. Cara Kerja 2.1.1. Persiapan Kolam Percobaan Kolam percobaan yang berupa kolam permanen berukuran 2 x 1 x 1 m 3, dikeringkan selama satu minggu minggu kemudian di beri Kalium Permanganat, Permanganat, dibiarkan 1 hari kemudian kemudian dikuras. Kolam kemudian ditambahkan ditambahkan air setinggi ± 20 cm. Biostimulan ditebar ditebar sesuai dengan dosis yang ditentukan, lalu didiamkan selama satu satu minggu. Ditambahkan air sampai setinggi ± 80 cm. 2.1.2. Penebaran Ikan Uji Penebaran Penebaran ikan uji dilakukan dilakukan setelah setelah ikan diadapta diadaptasikan sikan selama tiga hari pada kolam permanen. permanen. Kepadatan ikan uji untuk setiap kolam adalah 15 ekor dan sebelum ditebarkan ikan uji ditimbang bobot tubuhnya untuk dipilih kisaran bobot ikan yang seragam yaitu 3-5 gr dan diukur panjangnya dengan kisaran panjang 5-7 cm. 2.1.3. Penangkapan Penangkapan I kan dan Pengambilan Isi Lambung Ikan Gurami yang akan diamati isi lambungnya ditangkap secara acak dengan menggunakan seser. Pengambilan isi lambung dilakukan dengan cara pembedahan ikan dimulai dari lubang anus ke arah depan kemudian kemudian lambung dan usus diambil menggunakan menggunakan pinset dan isi lambung serta usus dikeluarkan dikeluarkan lalu diukur volumenya dan diencerkan dalam akuades, kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel ukuran 30 ml, lalu ditambahka ditambahkan n formalin 4% sebanyak sebanyak 3 ml dan lugol 2 tetes tetes dengan menggunakan menggunakan pipet. Kemudian Kemudian sampel dibawa ke laboratorium untuk diamati. 2.1.4. Identifikasi Identifi kasi dan Perhitungan Pakan Alami dalam Isi Lambung Sampel yang ada diamati dengan mikroskop sebanyak 30 kali lapang pandang, setiap sampel diulang lima kali. Plankton diidentifikasi dengan menggunakan buku antara lain lain Davis (1955), Edmondson (1959), Needham and Needham (1981), Sachlan (1982), dan APHA (1965). Perhitungan jenis-jenis pakan dan kelimpahan dalam lambung menggunakan rumus modifikasi Lackey Drop Microtranset Counting (APHA, 1965) yaitu F x N : F= T L
x
Vo Vi
x
1 P
x
1 W
keterangan : F N T L V0 V1 P W
= ju jumlah in individu (p (plankton pe per li liter) = jum jumla lah h indi ndividu vidu (plan plankt kton on per liter iter)) = luas kaca penutup (324 mm 2) = luas lapan g pandang (1,11279 mm2) = volume air dalam botol penampung (ml) = volume air yang diamati (0,05 ml) = ju jumlah lapang pandang (30 bu buah) = volume air yan g disarin g (ml)
Ichtyos Vol 7 No 1 Januari 2008 : 37-44) Jurnal Penelitian ilmu-ilmu Perikanan dan Kelautan, UNPATTI
2.1.5.Pengambilan 2.1.5.Pengambilan dan Pengawetan Plankton Kolam Sampel air diambil sebanyak 20 liter dengan ember plastik 10 liter, dituangkan ke dalam plankton net no. 25. Sampel air hasil penyaringan ditampung ditampung dalam botol sampel ukuran 30 ml, kemudian ke dalam botol sampel ditambahkan larutan formalin 40% yang diencerkan diencerkan menjadi 4 % dengan rumus A1xV1 = A2xV2. Sampel air yang telah diawetkan kemudian dibawa ke laboratorium untuk diamati. 2.1.6. Identifi kasi dan Perhitungan Plankton Kolam Sampel yang ada diamati seperti halnya pakan alami dalam lambung ikan. Plankton diidentifikasi dengan menggunakan buku antara lain Davis (1955), Edmondson (1959), Needham and Needham (1981), Sachlan (1982) dan APHA (1965). (1965). Perhitungan Perhitungan jumlah jumlah individu per-liter per-liter plankton plankton yang ditemukan menggunakan menggunakan rumus modifikasi Lackey modifikasi Lackey Drop Microtranset Counting (APHA, 1965). 2.1.7. 2.1.7. Pengambi Pengambilan lan dan Pengawetan Pengawetan Makroben Makrobenthos thos Kolam Kolam Pengambila Pengambilan n sampel sampel makrobentho makrobenthoss dilakukan dilakukan dengan menggunakan menggunakan pipa paralon paralon berdiamet berdiameter er 6,5 cm. Sampel substrat diambil dengan menggunakan pipa paralon pada bagian tepi kanan dan tepi kiri kolam, kemudian sampel substrat yang terambil ditampung dalam kantung plastik dan sampel makrobenthos dibersihkan dengan akuade akuadess hingga hingga dapat dapat dipisa dipisahkan hkan dari substr substrat at atau atau sampah sampah.. Sampel Sampel makroben makrobentho thoss disari disaring ng dengan dengan menggunakan saringan bertingkat dengan mata saring 0,5 x 0,5 mm dan 1,0 x 1,0 mm, lalu sampel makrobenthos yang didapatkan dimasukkan ke dalam botol sampel yang diberi alkohol dengan konsentrasi 70%. 2.1.8. Identifikasi dan Perhitungan Kepadatan Makrobenthos Kolam Makrobenthos yang ditemukan kemudian diidentifikasi dan dihitung jumlahnya menggunakan mikroskop stereo. Makrobenthos yang yang diperoleh diidentifikasi dengan menggunakan pustaka Edmondson Edmondson (1959), Moore (1960), (1960), Clegg (1965), Hynes Hynes (1972), (1972), dan Needham Needham and Needham Needham (1981). Kepadatan Kepadatan makrobenthos makrobenthos dihitung dihitung dengan rumus : Kepadatan spesies : D =
x m keterangan : D = kepadatan makrobenthos makrobenthos (individu/m (individu/m 2) X = jumlah individu individu jenis makrobenthos makrobenthos pada kuadrat yang diukur (individu) (individu) 2 m = luas transek pengambilan pengambilan sampel (m )
2.2. Pengambilan Pengambilan dan Pengawetan Sampel Air Pengam Pengambil bilan an dan pengaw pengawet etan an sampel sampel air melipu meliputi ti dua bagian bagian yaitu yaitu secara secara insit insitu u (pH, (pH, oksigen oksigen terlar terlarut, ut, karbondioksida bebas dan temperatur), dan exitu (DMA, (DMA, BOD, ammonia, kekeruhan, nitrat dan dan orthofosfat). Sampel air yang telah diambil dari kolam diawetkan dengan cara didinginkan menggunakan es batu pada suhu 40C di dalam ice box, kemudian pengukurannya dilakukan di Laboratorium Biologi Akuatik, UNSOED. 2.3. Pengumpulan Data Data komposisi pakan alami yang terdapat di kolam maupun pada isi lambung ikan nila GIFTdianalisis dengan menggunakan : Index of Preponderance (indeks bagian terbesar), ditentukan dengan menggunakan rumus : IP
=
Vi x Oi
∑ Vi x Oi
x 100
keterangan : Vi = prosentase volume satu macam makanan Oi = prosentase frekuensi kejadian satu macam makanan ∑ViOi = jumlah Vi x Oi dari semua maca m makanan IP = Index of Preponderance
Indeks Selektivitas, untuk mengetahui makanan yang paling disukai ikan. Ditentukan dengan rumus:
Ichtyos Vol 7 No 1 Januari 2008 : 37-44) Jurnal Penelitian ilmu-ilmu Perikanan dan Kelautan, UNPATTI
E=
ri − pi ri + pi
keterangan : E = Indeks Indeks selektivi selektivitas tas ri = persentase plankton plankton yang didapat di dalam alat pencernaan ikan pi = persentase plankton plankton yang didapat di kolam
2. 3. Ana Analisis sis Data Hasil perhitungan pada pengumpulan data komposisi pakan alami baik pada kolam maupun dalam isi lambung nila GIFT akan dianalisi dianalisiss menggunakan menggunakan Uji F, untuk mengetahui mengetahui perbedaan perbedaan kelimpahan kelimpahan pakan alami yang terdapat terdapat di kolam dan isi lambung ikan antar antar perlakuan perlakuan pada tingkat tingkat kesalahan kesalahan 1% dan 5%, apabila apabila terdapat perbedaan perbedaan dilanj dilanjutka utkan n dengan dengan uji Beda Beda Nyata Nyata Terkecil erkecil (BNT) (BNT) untuk untuk menget mengetahu ahuii perlak perlakuan uan yang yang paling paling berpen berpengar garuh uh (Sastrosupadi, 2000). III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Komposisi pakan alami pada kolam
Hasil pengamatan terhadap keragaman pakan alami pada kolam percobaan yang diberi perlakuan biostimulan selama 30 hari yaitu perlakuan A (0 ppm), B (5 ppm), C (10 p pm) dan D (15 ppm) tersaji pada Tabel Tabel 3.1. Tabel 3.1. Keragaman genera dari masing-masing jenis pakan yang terdapat pada kolam percobaan antar perlakuan. No 1 2 3 4 5 6 7 8 10 11
Jenis Pakan Fitoplankton Cyanophyta Chlorophyta Chrysophyta Euglenophyta Pyrrophyta Zooplankton Protozoa Rotatoria Arthropoda Makrobenthos Molusca Annelida Total
Perlakuan A
B
C
D
9 22 16 2 1
10 21 17 2 1
9 24 17 2 1
9 21 17 2 1
8 8 8
6 9 6
6 6 7
8 7 7
13 5 92
11 4 87
10 5 87
10 5 87
Berdasarkan Tabel Tabel 3.1 terlihat bah wa keragaman genera pada perlakuan A lebih tinggi dibandingkan deng an perlakuan B, C dan D. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan kondisi perairan dilihat dari aspek kualitas kualitas air sebelum dan setelah diberi biostimulan. biostimulan . Beberapa Beberapa parameter parameter kualitas kualitas air pada perlakuan A seperti CO 2 bebas bebas dan ammonia menunjukkan kisaran nilai kualitas kualitas air yang lebih baik dibandingkan perlakuan perlakuan lainnya. Selain itu terlihat terlihat bahwa keragaman genera setelah diberi biostimulan memiliki jumlah yang sama, hal ini menggambarkan bahwa adanya beberapa genus pada perlakuan A yang kurang toleran terhadap biostimulan atau kalah berkompetisi. Keragaman genera pakan alami dari divisio Chlorophyta mempunyai nilai keragaman yang lebih tinggi dibandingkan divisio pakan alami lainnya. lainnya. Tingginya keragaman keragaman genera Chlorophyta pada kolam percobaan dapat dikarenakan dikarenakan genera dari divisio Chlorophyta Chlorophyta dapat hidup subur pada perairan perairan yang diberi pemupukan. Menurut Sachlan (1982), fitoplankton dari jenis Chlorophyta banyak ditemukan pada kolam-kolam yang diberi pemupukan dengan pupuk organik maupun pupuk anorganik. Hal ini juga didukung dengan pernyataan pernyataan Kimball (1992) yang menyatakan menyatakan bahwa suatu perairan yang dipupuk dengan fosfat dan nitrat dapat memperbanyak jenis Chlorophyta air tawar. Tabel 3.2. Kelimpahan (ind./l) dan k elimpahan relatif (%) plankton serta kepadatan (ind./m 2) dan kepadatan relatif (%) makrobenthos pada kolam percobaan selama penelitian.
Ichtyos Vol 7 No 1 Januari 2008 : 37-44) Jurnal Penelitian ilmu-ilmu Perikanan dan Kelautan, UNPATTI
Perlakuan
Jenis Pakan Kel
A KR (%)
B Kel
KR ( %)
Kel
C KR (%)
D Kel
KR (%)
Fitoplankton Cyanophyta Chlorophyta Chrysophyta Euglenophyta Pyrrophyta Zooplankton Protozoa Rotatoria Arthropoda Total
1947 1122 2556 110 59
22,73 13,11 29,83 1,28 0,69
2587 1476 2622 161 80
27,25 15,55 27,61 1,69 0,84
2922 1804 3630 215 67
25,96 16,03 32,25 1,91 0,59
873 7145 4142 2572 144
5,04 41,24 23,90 14,84 0,83
98 214 1043
1,14 2,49 12,17
73 94 1071
0,79 0,99 11,28
70 118 1202
0,62 1,05 10,68
186 102 791
1,07 0,59 4,56
7149
Mollusca Annelida
X 860 558
Total
1418
Tot.Jns.Pkn
8567
Makrobenthos
8164
KpR ( %) 10,04 6,51
X 869 462
10028
KpR (%) 9,15 4,86
1331 100
9495
X 811 415
15955
KpR ( %) 7,21 3,68
1226 100
11254
X 740 632
KpR ( %) 4,27 3,65
1372 100
17327
100
keterangan : Kel : Kelimpahan X : Kepadatan KR : Kelimpahan relatif KpR : Kepadatan relatif Berdas Berdasark arkan an Tabel abel 3.2 terlih terlihat at bahwa bahwa kelimp kelimpaha ahan n plankto plankton n pada pada tiap tiap perlak perlakuan uan semaki semakin n mening meningkat kat dengan dengan bertambahn bertambahnya ya dosis. dosis. Hal ini menunjukka menunjukkan n bahwa penambahan penambahan biostimul biostimulan an ke dalam kolam percobaan percobaan dapat dapat meningkatkan pertumbuhan plankton sebagai pakan alami ikan dengan meningkatkan proses dekomposisi sisa organik di dasar kolam sebagai unsur hara yang dibutuhkan dibutuhkan untuk pertumbuhan pertumbuhan fitoplankton fitoplankton.. Peningkata Peningkatan n kesuburan ini disebabkan karena adanya proses dekomposisi bahan organik yang dilakukan mikroba dekomposer yang terdapat dalam Biostimulan Biostimulan untuk mencukupi kebutuhan unsur hara diperairan diperairan yang dibutuhkan plankton. Didukung pendapat Nganro Nganro dan Aryantha Aryantha (2000) bahwa mikroba mikroba seperti seperti bakteri, bakteri, sangat efektif efektif dalam mendegradasi mendegradasi senyawa organik menjadi senyawa anorganik, dalam menyediakan nutrisi esensial. Perlak Perlakuka ukan n dengan dengan kelimpah kelimpahan an plankt plankton on terti tertinggi nggi ada pada pada perlak perlakuan uan 15 ppm yaitu 15.955 15.955 ind./L ind./L.. Hal ini menunjukkan bahwa bertambahnya dosis Biostimulan dapat memperkaya ketersediaan unsur hara yang diperlukan bagi plankton plankton sehingga sehingga dapat meningkatkan meningkatkan kelimpahan kelimpahan plankton plankton khususnya khususnya fitoplankt fitoplankton. on. Sumawidjaja (1973) menyatakan bahwa tingginya kelimpahan plankton juga disebabkan ketersediaan zat-zat hara sebagai pembentuk bahan-bahan organik yang sangat diperlukan bagi peningkatan populasi plankton pada suatu perairan tersedia. Berdasarkan Tabel 3.2, terlihat bahwa kepadatan makrobenthos sebelum dan sesudah diberi biostimulan menurun yaitu pada perlakuan B dan C, dan meningkat kembali pada perlakuan D. Penurunan kepadatan makrobenthos dapat disebabkan karena makrobenthos tidak dapat memanfaatkan secara langsung unsur hara yang terdapat pada kolam percobaan sehingga pupuk Biostimulan tidak begitu memberikan pengaruh terhadap kepadatan makrobenthos. Berdasarkan hasil pengamatan kelimpahan pakan alami pada tiap perlakuan, diketahui bahwa Chlorophyta pada perlakuan D mempunyai kelimpahan tertinggi yaitu 7145 ind./L (41,2 %) dan selanjutnya Chrysophyta pada p erlakuan D yaitu 4142 ind./L (23,9 %). %). Melimpahnya plankton plankton jenis Chlorophyta pada kolam percobaan percobaan disebabkan karena pemupukan yang dilakukan pada kolam, seperti yang dinyatakan oleh Boyd (1990) dalam Insan et al . (2004) bahwa pada kolam yang diberi pakan dan pupuk biasanya didominaasi oleh fitoplankton terutama alga hijau, sedangkan melimpahny melimpahnyaa Chrysophyt Chrysophytaa pada kolam dapat terjadi apabila ketersediaan ketersediaan bahan organik organik yang tinggi, selain selain itu Chrysophyta juga merupakan jenis plankton yang kosmopolit di perairan (Sachlan, 1982).
Ichtyos Vol 7 No 1 Januari 2008 : 37-44) Jurnal Penelitian ilmu-ilmu Perikanan dan Kelautan, UNPATTI
Hasil analisis ragam (Tabel 3.3), menunjukkan bahwa perlakuan yang dicobakan tidak berbeda n yata antar perlakuan. Hal ini diperlihatkan oleh nilai F hitung, yaitu 2,75 lebih kecil dari F tabel pada taraf 5% dan 1% (F hitung < F tabel 5% dan 1%). Hal ini berarti bahwa pemberian Biostimulan Biostimulan tidak memberikan pengaruh terhadap kelimpahan pakan alami ikan pada setiap perlakuan. perlakuan. Kurang berpengaruhny berpengaruhnyaa Biostimul Biostimulan an dapat disebabkan disebabkan karena jarak ulangan pemberian pupuk yang terlalu lama yaitu 10 hari, sedangkan puncak populasi plankton khususnya fitoplankton jenis tertentu seperti Chlorella, berlangsung selama ± 5 hari dan Diatomae mencapai puncak populasi pada hari ke 2-3 (Djarijah (Djarijah,, 1995). Jarak yang terlalu terlalu lama ini menyebabkan menyebabkan kurang optimalnya optimalnya Biostimul Biostimulan an untuk merangsang merangsang pertumbuhan pakan alami. Tabel 3.3. Analisis ragam kelimpahan kelimpahan pakan alami kolam percobaan Sumber ragam 1 Dosis 2 Galat
No
db
JK
KT
Fhit
3 60 63
18773,9 136687,2
6257,965 22 2 278,12
2, 2,75
Ftabel 0.01 0,05 2,76 4,13
B. Komposisi pakan pakan alami pada lambung ikan gurami Hasil pengamatan terhadap isi lambung ikan gurami (Osphronemus ( Osphronemus gouramy Lac), dengan kisaran panjang awal 5-7 cm dan kisaran kisaran bobot awal 3-5 gr pada kolam percobaan percobaan yang diberi diberi perlakuan perlakuan biostimulan biostimulan selama selama 30 hari, dapat dilihat pada Tabel 3.4 Tabel 3.4. Keragaman genera dari masing-masing jenis pakan pakan yang terdapat pada isi lambung ikan gurami No 1 2 3 4 1
Perlakuan
Jenis Pakan Fitoplankton Cyanophyta Chlorophyta Chrysophyta Euglenophyta Zooplankton Arthropoda Total
A
B
C
D
3 9 13 2
3 11 13 1
3 8 13 1
3 9 13 1
2 29
1 29
1 26
1 27
Berdasarkan Tabel 3.4., terlihat bahwa keragaman genera pakan alami dalam isi lambung ikan gurami sesudah diberi biostimul biostimulan an lebih rendah rendah dibandingka dibandingkan n sebelum sebelum diberi diberi biostimul biostimulan. an. Hal ini dapat disebabkan disebabkan karena keragaman keragaman genera pakan alami pada kolam percobaan antar perlakuan juga lebih rendah setelah diberi biostimulan dan ini membuktika membuktikan n bahwa pakan yang dipilih dipilih oleh ikan dipengaruhi dipengaruhi oleh ketersediaan ketersediaan pakan di alam. Makrobentho Makrobenthoss sebagai pakan alami ikan ternyata belum dimanfaatkan dimanfaatkan oleh ikan gurami. Keadaan ini dapat terjadi selain karena ikan cenderung tidak menyukai jenis pakan alami ini, dapat pula disebabkan karena jenis pakan ini ditemukan di lambung dalam bentuk yang sudah tidak dapat teridentifikasi karena telah mengalami proses pencernaan di d alam lambung. Keragaman Keragaman genera tertinggi tertinggi ada pada Divisio Divisio Chrysophyt Chrysophyta. a. Hal ini menunjukkan menunjukkan bahwa ikan lebih menyenangi menyenangi Chrysophyta sebagai pakan alaminya. alaminya. Didukung pendapat Sachlan (1982), Chrysophyta merupakan pakan alami alami yang disukai oleh ikan air tawar. tawar. Chrysophyta mempunyai habitat habitat dalam perairan selain sebagai sebagai plankton juga di dasar perairan perairan sebagai benthos benthos dan menempel menempel pada benda-benda benda-benda lain sebagai sebagai perifiton. perifiton. Soesanto Soesanto (1987) lebih lebih lanjut lanjut menyatakan bahwa kemungkinan Chrysophyta dimakan oleh ikan sangat besar, khususnya ikan yang mempunyai kebiasaan memakan dengan cara menggerogoti salah satun ya ikan gurami. Tabel 3.5. Kelimpahan (ind./mL) (ind./mL) dan kelimpahan kelimpahan relatif (%) (%) pakan alami pada isi lambung lambung ikan gurami selama penelitian. Perlakuan
No 1 2 3 4
Jenis Pakan
A Kel
Fitoplankton Cy Cyanophyta Chlo hloroph rophyt yta a Chry Chryso soph phyt yta a Euglenophyta Zooplankton
B KR
Kel
C KR
Kel
D KR
Kel
KR
417 3,41 830 9,12 756 2 1, 1,36 5 92 92 2 1, 1,67 1399 1399 11,43 1,43 116 1169 9 12, 12,94 94 409 11,55 1,55 348 12,6 12,64 4 1035 10356 6 84,6 84,62 2 6976 6976 77,22 77,22 2324 2324 65,6 65,65 5 1745 1745 63,84 63,84 61 0,498 55 0,61 42 1,19 40 1,46
Ichtyos Vol 7 No 1 Januari 2008 : 37-44) Jurnal Penelitian ilmu-ilmu Perikanan dan Kelautan, UNPATTI
1
Arthropoda Total
6
0,049
4
0,044
9
0,25
7
0,26
12239
100
9034
100
3540
100
2732
100
Berdasarkan Tabel 3.5., kelimpahan pakan alami dalam isi lambung semakin menurun pada perlakuan yang diberi biostimulan. Menurunnya kelimpahan pakan alami alami ikan dalam lambung dapat disebabkan karena pakan alami alami telah habis dicerna dalam alat pencernaan ikan tersebut. tersebut. Selain itu adanya perubahan suasana suasana lingkungan yaitu kualitas kualitas air pada kolam juga dapat mempengaruhi kebiasaan makan ikan tersebut (Effendie, (Effendie, 1979). Dinyatakan pula oleh Djarijah Djarijah (1995) bahwa faktor faktor yang menentukan menentukan kebutuhan kebutuhan pakan dari ikan adalah adalah perbedaan perbedaan lingkungan, lingkungan, salah salah satunya satunya kekeruhan. Kekeruhan dapat mempengaruhi pergerakan pergerakan ikan dalam mencari mencari makan. Hasil perhitungan perhitungan kekeruhan pada masing-masing perlakuan menunjukkan nilai kekeruhan yang semakin meningkat dengan bertambahnya dosis perlakuan, sehingga mempengaruhi ikan dalam mencari makan. Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 3.5., dari tiap perlakuan terlihat bahwa kelimpahan plankton dari Divisio Chrysophyta lebih tinggi dibandingkan dibandingkan dengan Divisio lainnya. Ketersediaan pakan alami alami berupa plankton dalam lambung ikan tidak lepas dari keberadaan plankton pada kolam kolam percobaan. Kelimpahan Chrysophyta Chrysophyta pada kolam percobaan melimpah, sehingga ikan gurami cenderung untuk memakan plankton dari Divisio Chrysophyta dibanding plankton dari Divisio lainnya. Menurut Sachlan (1982), Chrysophyta Chrysophyta merupakan pakan alami yang yang disukai oleh ikan air tawar. Plankton dari Divisio Chrysophyta atau Diatomae lebih lebih disukai oleh ikan karena mempunyai struktur sel yang porous dan terdiri dari wadah dan tutup yang mudah membuka, maka enzim-enzim pencernaan dapat dengan mudah mencerna mencerna isi sel Diatomae, Diatomae, selain selain itu dinding selnya tidak dilapisi dilapisi oleh lendir lendir yang tebal, sehingga mudah dicerna dicerna oleh ikan. Anggota Divisio Chrysophyta Chrysophyta umumnya umumnya sangat sangat disukai disukai oleh ikan sebagai sebagai makananny makanannyaa dan berfungsi membentuk kandungan minyak (lemak) di dalam daging ikan. Jenis makrobentho makrobenthoss ternyata tidak tidak ditemukan ditemukan di dalam lambung ikan gurami. Hal ini dimungkinkan dimungkinkan karena ikan gurami cenderung tidak memilih jenis pakan ini, sebab ikan gurami termasuk jenis ikan surface feederyaitu habitat hidupnya pada daerah dekat permukaan air air sedangkan habitat makrobenthos adalah adalah pada dasar perairan. Selain itu bentuk mulut ikan gurami yang letaknya terminal (di ujung depan kepala) tidak memungkinkan ikan gurami untuk memakan makrobenthos yang hidup pada dasar perairan. C. Hubungan komposisi komposisi pakan alami pada kolam dan dan lambung ikan gurami Hasil analisis komposisi pakan alami pada kolam dengan isi lambung ikan gurami dalam bentuk indeks selektivitas disajikan pada Tabel Tabel 3.6. Hasil perhitungan nilai indeks selektivitas selektivitas terhadap semua jenis plankton yang ditemukan dalam lambung ikan gurami dan dalam kolam percobaan, percobaan, menunjukkan menunjukkan bahwa ikan gurami melakukan melakukan pemilihan pemilihan positif terhadap Divisio Chrysophyta dan Cyanophyta. Cyanophyta. Chrysophyta merupakan plankton yang yang paling banyak dipilih sebagai sebagai pakan alami, alami, hal ini karena kelimpahan kelimpahan Chrysophyta Chrysophyta di kolam percobaan percobaan juga tinggi. tinggi. Menurut Menurut Sachlan (1982) bahwa diantara diantara sekian banyak banyak anggota anggota phytoplankt phytoplankton on yg terpenting terpenting adalah dari golongan Diatomae, Diatomae, merupakan pakan alami yang disukai oleh ikan air tawar. Tabel 3.6. Persentase pakan dan nilai nilai indeks selektivitas selektivitas dari masing-masing masing-masing perlakuan. Perlakuan Jenis pakan ri Fitoplankton Cyanophyta Chlorophyta Chrysophyta Euglenophyta
A pi
3,4 22 22,8 11,4 13 13,2 84,6 30,0 0,5 1,3
E - 0, 0,7 -0 -0,07 0,5 -0,4
ri
B pi
9,2 27 27,2 12 12,9 15 15,6 77,2 27,6 0,6 1,7
E
ri
C pi
D E
ri
pi
E
5,0 10 1038 23 2 3,9 14,8
0,6 -0 -0,9 0,5 -0,8
0
0,8
-1 -1
0 0 0, 0,3
1,1 0,6 4,6
-1 -1 -1 -1 -0,9
-0 - 0,5 21 2 1,4 26 -0,1 21,7 -0 -0,09 11 11,6 16 -0,2 13,0 0,5 65,7 32,3 0, 0,3 63 63,9 -0,5 1,2 1,9 -0 -0,2 1, 1,5
Tabel 3.6. Lanjutan Lanjuta n Pyrrophyta Zooplankton Proto zoa Rotatoria Arthropoda
keterangan ri : pi pi : E :
0
0
0
0
0, 0,8
-1 -1
0
0 0 0,05
1, 1 ,2 2, 2 ,5 12,2
-1 -1 -0,9
0 0 0,04
0, 0 ,8 0, 0 ,9 11,3
-1 -1 -0,9
0 0 0,3
0, 0,6
-1
0, 0 ,6 -1 1, 1 ,1 -1 10 1 0,7 -0,9
: pers persen enta tase se plan plankt kton on yang ang did didap apat at di dala dalam m ala alatt pen pence cern rnaa aan n ika ikan n pers persen enttase ase pla plankto nkton n yang ang dida didapa patt di kol kolam In Indeks selektivitas
Ichtyos Vol 7 No 1 Januari 2008 : 37-44) Jurnal Penelitian ilmu-ilmu Perikanan dan Kelautan, UNPATTI
Berdasarkan Tabel 3.6., pada perlakuan A, B dan C, ikan gurami hanya melakukan pemilihan positif terhadap plankton dari Divisio Chrysophyta, dan pada perlakuan D ikan gurami melakukan pemilihan positif terhadap plankton dari Divisio Cyanophyta dan dan Chrysophyta. Chlorophyta merupakan divisio plankton plankton dengan kelimpahan tertinggi pada kolam percobaan dengan perlakuan D, namun hasil perhitungan indeks selektivitas menunjukkan bahwa ikan melakukan melakukan pemilihan pemilihan negatif terhadap terhadap jenis pakan Chlorophy Chlorophyta. ta. Hal ini disebabkan disebabkan persentase persentase kelimpahan kelimpahan Chlorophyta di perairan sangat tinggi dan persentase kelimpahan Chlorophyta dalam lambung ikan lebih rendah daripada persentase di perairan. Hal ini dapat dimungkinkan karena ikan memiliki rasa jenuh jenuh terhadap pakan yang dimakannya apabila hanya satu jenis pakan saja yang dimakannya, sehingga ikan tidak selalu memakan jenis yang sama setiap setiap saat walaupun jenis pakan tersebut tersebut masih sangat melimpah melimpah di perairan. perairan. Hal inilah inilah yang mungkin mungkin menyebabka menyebabkan n persentas persentasee kelimpahan kelimpahan Chlorophyt Chlorophytaa di dalam dalam lambung lambung tidak tidak melebihi melebihi persentase persentase kelimpahan kelimpahan Chlorophyta di perairan. Hasil analisis terhadap isi saluran pencernaan ikan gurami dengan menggunakan Index of Preponderance dapat dilihat pada Tabel Tabel 3.7. Menurut Nikolsky (1963), pakan ikan dapat dibedakan dalam tiga kategori kategori yaitu pakan utama, pakan pelengkap pelengkap dan pakan tambahan. tambahan. Pakan utama adalah adalah pakan yang sering ditemukan ditemukan di saluran saluran pencernaan pencernaan dalam jumlah besar, pakan pelengkap adalah pakan yang sering ditemukan dalam jumlah sedikit dan pa kan tambahan adalah pakan yang terdapat dalam saluran pencernaan dalam jumlah sangat sedikit. Tabel 3.7. Nilai indeks of preponderance (%) jenis pakan ikan gurami pada masing-masing perlakuan No
Jenis Pakan
Perlakuan A
B
C
D
0,095 0,942 4,2 0,091
0,21 0,75 1,59 0,69
0,143 0,055 1,18 0,67
0,104 0,04 1,122 0,36
0,44
0,64
1,99
2,87
93,44 0,695
94,94 0,87
95,65 0,824
95,24 0,47
Fitoplankton
1 2 3 4
Cyanophyta Chlorophyta Chrysophyta Euglenophyta Zooplankton 1 Arthropoda Serasah
Serpihan hewan
Berdasarkan Tabel 3.7., terlihat bahwa pada perlakuan A, serasah merupakan pakan utama, Chrysophyta merupakan pakan pelengkap, sedangkan Cyanophyta, Chlorophyta, Euglenophyta, Arthropoda dan serpihan hewan merupakan pakan tambahan. Pada perlakuan B, C dan D, serasah merupakan pakan utama, sedangkan Cyanophyta, Chlorophyta, Chlorophyta, Chrysophyta, Euglenophyta, Arthropoda Arthropoda dan serpihan hewan merupakan pakan tambahan. Tingginya kelimpahan fitoplankton di dalam lambung ternyata bukan merupakan pakan utama ikan, namun hanya sebagai pakan tambahan. tambahan. Pakan utama ikan adalah adalah serasah. Hal ini disebabkan disebabkan perhitungan indeks of preponderance berkaitan dengan volume pakan yang bersangkutan. Menurut Effendie (1979), walaupun besar jumlah spesies spesies tetapi bila ukurannya ukurannya lebih kecil belum belum tentu merupakan merupakan pakan utama bagi ikan. Dalam Dalam hal ini fitoplankton fitoplankton memiliki memiliki volume yang jauh lebih kecil dibandingkan serasah. IV. IV. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Kera Keraga gam man paka pakan n alam alamii kola kolam m lebi lebih h sedi sediki kitt pada pada perl perlak akua uan n yang ang dibe diberi ri Bios Biosti timu mullan, sedan edangk gkan an kelimpahan pakan alami meningkat dari perlakuan kontrol sampai perlakuan dosis tertinggi (15 ppm). 2. Kera Keraga gama man n dan dan keli kelimp mpah ahan an pak pakan an ala alami mi yan yang g dipe dipero role leh h pada pada isi isi lam lambu bung ng ika ikan n gura gurame me men menur urun un dar darii perlakuan kontrol sampai perlakuan dosis tertinggi (15 ppm). 3. Ikan Ikan gur guram amii mel melak akuk ukan an pem pemil ilih ihan an pakan pakan posit positif if terh terhad adap ap Div Divis isio io Chrys Chrysop ophy hyta ta pad padaa perl perlak akua uan n A, A, B, B, dan dan C, dan melakukan pemilihan pakan positif terhadap terhadap divisio Cyanophyta dan Chrysophyta Chrysophyta pada kolam D. Pakan utama ikan gurami untuk semua perlakuan adalah serasah. 2. Saran
Ichtyos Vol 7 No 1 Januari 2008 : 37-44) Jurnal Penelitian ilmu-ilmu Perikanan dan Kelautan, UNPATTI
Berdasarkan pada hasil penelitian yang diperoleh, diharapkan adanya penelitian penggunaan Biostimulan dengan dosis yang lebih tinggi dan waktu yang lebih lama agar diperoleh hasil yang lebih konkret, sehingga usaha budidaya ikan gurami dapat lebih ditingkatkan. DAFTAR REFERENSI APHA. 1985. Standard Methods Metho ds for the Examination of Water & Waste Waste Water. Water. APHA. AWW AWWA A and WPCP. WPCP. Washington D.C. Davis, C. C. 1955. The Marine and Freshwater Plankton. Plankton. Michigan State State University Press, USA. Direktorat Jenderal Pengairan. 1981. Pedoman Peng amatan Kualitas Air. Air. Dirjen Perikanan – Departemen Pekerjaan Umum, Bandung. Djarijah, A. S. 1995. Pakan Alami Ikan. Kanisius, Yogyakarta. Effendie, M. M. I. 1979. Metode Biologi Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor. Bogor. Edmondson, W.T. W.T. 1959. Fresh water Biology 2nd Edition. Edition. John Willey and Sons Inc, New York. Huet, M. 1971. Text Text Book of Fish Culture Greeding and Cultivation of Fish. Fishing News (book) Ltd. Ltd. Surrey, Surrey, London. Insan, Irsyaphiani; L. L. Setijaningsih; N. Suhenda dan Rusmaedi. 2004. Pengelolaan Fitoplankton Fitoplankton yang Menimbulkan Bau Lumpur Pada Ikan Gurami di Kolam Tadah Tadah Hujan. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Indonesia. 1 (5): 81-89. Jangkaru, Zulkifli. Zulkifli. 2003. Memacu Pertumbuhan Pertumbuhan Gurami. Gurami. Penebar Swadaya, Jakarta. Sastrawijaya, Sastrawijaya, A.T. 1991. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta, Jakarta. Sastrosupandi, A. 2000. Rancangan Percobaan Percobaan Praktis; Bidang Pertanian Pertanian Edisi Revisi. Kanisius, Yogyakarta. Yogyakarta. Soedibya, P.H.T P.H.T dan Siregar A.S. 2001. Aplikasi Mikroba Probiotik Lokal untuk Perbaikan Perbaikan Kualitas Air Air dan Produksi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac). Biosfera. 18 (2) : 51-55. Soemawidjaja, K. 1975. Limnologi. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sukamsiputro. 1985. Makanan Tambahan Tambahan Untuk Ikan dan Udang Galah. Galah. Dinas Perikanan Provinsi Daerah Daerah Tingkat Tingkat I Jawa Tengah. Tengah. UPBAT Singasari, Singas ari, Banyumas. Susanto, H. 1989. Budidaya Ikan Gurami. Kanisius, Yogyakarta. Tirtorejo. 1959. Bahan Organik Sebagai Pupuk di Dalam Kolam Air Tawar. Tawar. Akademi Kemantrian Pertanian, Pertanian, Bogor. Wetzel, R. G. & Likens. 1992. 1992 . Limnology Analisis. Springer verlag, New York. York.