EPIDEMIOLOGI KECELAKAAN LALU LINTAS Pendahuluan
Transportasi jalan diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, tertib dan teratur, nyaman dan efisien, mampu memadukan moda transportasi lainnya, menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan, untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas sebagai pendorong, penggerak dan penunjang pembangunan nasional dengan biaya tejangkau oleh daya beli masyarakat (pasal 3, Undang-undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan). Tujuan penyelenggaraan transportasi yang demikian ideal nyatanya sangat sulit untuk dilaksanakan di negara berkembang seperti Indonesia. Hampir semua kota-kota di Indonesia memiliki problem lalulintas yang sama, bukan hanya berkaitan dengan kemacetan lalulintas, polusi udara dan suara, tetapi kurangnya kesadaran masyarakat dan aparat berwenang untuk memperhatikan faktor± faktor keselamatan, yang seharusnya adalah merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan transportasi. 1. Definisi Kecelakaan Lalu Lintas
asus K asus
kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan serius yang menjadi masalah
kesehatan di negara maju maupun berkembang. Di negara berkembang seperti Indonesia, perkembangan ekonomi dan industri memberikan dampak kecelakaan lalu lintas yang cenderung semakin meningkat. Jumlah kecelakan lalu lintas dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pertambahan jumlah kendaraan (14-15% per tahun) dengan pertambahan prasarana jalan hanya sebesar 4% per tahun. ecelakaan K ecelakaan
adalah serangkaian peristiwa dari kejadian-kejadian yang tidak terduga
sebelumnya, dan selalu mengakibatkan kerusakan pada benda, luka atau kematian. ecelakaan K ecelakaan
lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan melibatkan kendaraan atau pemakai
jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda.
K ecelakaan
lalu lintas dibagi atas ³A motor-vehicle traffic accident´ dan ³Non
motor-vehicle traffic accident´, ³A motor-vehicle traffic accident´ adalah setiap kecelakaan kendaraan bermotor di jalan raya. ³Non motor-vehicle traffic accident´, adalah setiap kecelakaan yang terjadi di jalan raya, yang melibatkan pemakai jalan untuk transportasi atau untuk mengadakan perjalanan, dengan kendaraan yang bukan kendaraan bermotor.
2.
Masalah Kecelakaan Lalu Lintas
Sekitar
kekerasan.
3,5 juta jiwa manusia di dunia terenggut tiap tahunnya akibat kecelakaan dan Sebanyak
2 juta diantaranya adalah kecelakaan di jalan raya. Di Indonesia
jumlah kecelakaan ini meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1988 menurut catatan Jasa Raharja, korban yang meninggal, cacat dan luka sekitar 36.000 jiwa. Tahun 1992 menjadi 40.500 jiwa korban K LL dan lebih 100 kejadian perhari. Jumlah ini tentu belum termasuk yang belum tearpantau oleh Jasa Raharja dan belum ada data nasional yang pasti. Perhatian dunia terhadap masalah kecelakaan ini cukup besar. Sekurang-kurangnya WHO sendiri memberi perhatian khusus pada tahun 1993 dengan mengambil kecelakaan sebagai tema peringatan Hari K esehatan.
3. Faktor
Risiko Kecelakaan Lalu Lintas
Berbagai
faktor telibat dalam
K LL,
mulai dari manusia sampai sarana jalan yang
tersedia. Secara garis besar ada lima faktor yang berkaitan dengan peristiwa K LL, yaitu faktor-faktor pengemudi, penumpang, pemakai jalan, kendaraan, dan fasilitas jalanan. Ditemukan kontribusi masing-masing faktor: manusia/pengemudi 75%, 5% faktor kendaraan, 5% kondisi jalan, 1% kondisi lingkungan, dan faktor lainnya. a. Faktor manusia Faktor manusia meliputi pejalan kaki, penumpang sampai pengemudi. Faktor manusia ini menyangkut masalah disiplin berlalu lintas
2
y
Faktor pengemudi Faktor tersebut dianggap sebagai salah satu faktor utama yang menentukan K LL. Faktor pengemudi ditemukan memberikan kontribusi 75-80% terhadap
K LL.
Faktor manusia yang berada di belakang kemudi ini memegang peranan penting. K arakteristik
pengemudi berkaitan erat dengan:
o
K eterampilan
o
Gangguan
o
Surat
mengemudi
kesehatan (mabuk, ngantuk, letih)
Izin Mengemudi (SIM): tidak semua pengemudi punya
SIM.
Jika ada
µtilang¶, maka tidak jarang alasan tilang berhubungan dengan ketidaklengkapan administrasi, termasuk izin mengemudi. y
Faktor penumpang Misalnya jumlah muatan (baik penumpangnya maupun barangnya) yang berlebih. Secara
y
psikologis ada juga kemungkinan penumpang mengganggu pengemudi.
Faktor pemakai jalan Pemakai jalan di Indonesia baukan saja terdiri dari kendaraan. Di sana ada pejalan kaki atau pengendara sepeda. Selain itu, jalan raya dapat menjadi tempat numpang pedagang kaki lima, peminta-minta, dan semacamnya. Hal ini membuat semakin semrawutnya keadaan di jalanan. Jalan umum juga dipakai sebagai sarana parkir. Tidak jarang terjadi, mobil terparkir mendapat t abrakan.
b. Faktor kendaraan Jalan raya dipenuhi dengan berbagai jenis kendaraan, berupa: y
K endaraan
y
K endaraan
tidak bermotor: sepeda, becak, gerobak, bendi/delman. bermotor: sepeda motor, roda tiga/bemo, oplet, sedan, bus, truk
gandengan. Di antara jenis kendaraan, K LL pLing sering terjadi pada kendaraan sepeda motor. c. Faktor jalanan Dilihat dari keadaan fisik jalanan, rambu-rambu jalanan. y
K ebaikan
jalan
Antara lain dilihat dari ketersediaan rambu-rambu lalu lintas. y
Sarana
jalanan
3
o
Panjang jalan yang tersedia dengan jumlah kendaraan yang ada di jalan tersebut. Di kota-kota besar tampak kemacetan terjadi di mana-mana, memancing terjadinya kecelakaan. Dan sebaliknya, jalan raya yang mulus memancing pengemudi untuk µbalap¶, juga memancing kecelakaan.
o
K eadaan
fisik jalanan: pengerjaan jalanan atau jalan yang kondisi fisiknya
kurang memadai, misalnya lubang-lubang dapat menjadi pemicu terjadi kecelakaan. K eadaan
jalan yang berkaitan dengan kemungkinan K LL berupa:
Struktur:
datar/ mendaki/ menurun, lurus/ berkelok-kelok.
K ondisi:
baik/ berlubang-lubang.
Luas: lorong, jalan tol.
Status:
jalan desa, jalan provinsi/negara.
d. Faktor lingkungan (cuaca, geo grafi) Dapat diduga dengan adanya kabut, hujan, jalan licin akan membawa risiko kecelakaan lalu lintas. e. Faktor lainnya Secara Boediharto
khusus faktor-faktor pengemudi yang pernah diteliti (antara lain oleh dan kawan-kawan) adalah:
y
Perilaku mengemudi: ngebut, t idak disiplin/melanggar rambu.
y
K ecakapan
mengemudi:
pengemudi
baru/belum
berpengalaman
melalui
jalanan/rute.
4.
y
Mengantuk pada waktu mengemudi.
y
Mabuk pada waktu mengemudi.
y
Umur pengemudi 20 tahun atau kurang.
y
Umur pengemudi 55 tahun atau lebih.
Akibat dari Kecelakaan Lalu Lintas
y
Kematian
4
K ecelakaan
lalu lintas adalah hal yang serius untuk ditangani.
Sebab,
menurut
Menteri Perhubungan Hatta Rajasa, kecelakaan lalu lintas merupakan pembunuh nomor 3 di Indonesia.
Setiap
tahunnya rata-rata 30.000 nyawa melayang di jalan raya. Dengan
angka setinggi itu, Indonesia duduk di peringkat ke-3 negara di ASEAN yang jumlah kecelakaan lalu lintasnya paling tinggi. Ini angka yang luar biasa sehingga kecelakaan bisa digolongkan sebagai pembunuh nomor 3 di Indonesia. (penyebab kematian nomor 1 dan 2 adalah penyakit jantung dan stroke). Sementara
itu
K oordinator
PBB untuk Indonesia
Bo
Asplund, menyebutkan di
seluruh dunia sekitar 140.000 orang mengalami kecelakaan di jalan setiap harinya. Lebih dari 3.000 orang meninggal akibat kecelakaan di jalan dan sekitar 15.000 orang mengalami kecacatan seumur hidup. Bila masalah kecelakaan di jalan tidak diperhatikan dengan sungguh-sungguh, maka dikawatirkan pada tahun 2020 nanti, jumlah korban yang meninggal atau mengalami kecacatan setiap harinya mencapai lebih dari 60% di seluruh dunia. Sehingga kecelakaan di jalan menjadi penyebab utama kesakitan dan kecacatan. Besarnya
kematian akibat kecelakaan lalu lintas itu menjadikan Organisasi K esehatan
Dunia (WHO) dan
Bank
Dunia memberi perhatian pada masalah itu dengan
mengeluarkan laporan berjudul World Report on Road Traffic Injury Prevention. Untuk pertama kalinya badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu memberi perhatian serius pada masalah ini. Setiap hari setidaknya 3.000 orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas. Dari jumlah itu setidaknya 85 persen terjadi di negara-negara dengan pendapatan rendah dan sedang.
K ecelakaan
lalu lintas juga telah menjadi penyebab 90 persen cacat
seumur hidup. Proyeksi yang dilakukan antara tahun 2000 dan 2020 menunjukkan kematian akibat kecelakaan lalu lintas akan menurun 30 persen di negara-negara dengan pendapatan tinggi, tetapi akan meningkat di negara dengan pendapatan rendah dan sedang. Tanpa adanya tindakan yang nyata, pada tahun 2020 kecelakaan lalu lintas akan menjadi penyebab kecelakaan dan penyakit nomor 3 di dunia. Sebagai perbandingan, pada tahun 1990 kecelakaan lalu lintas masih berada pada nomor 9. Sekadar gambaran, mereka yang terkena kecelakaan lalu lintas, mulai dari pejalan kaki, pengendara sepeda, sampai 5
pengendara sepeda motor, adalah yang paling banyak. K husus di negara berkembang, kecelakaan para pejalan kaki cukup tinggi.
y
Kerugian Ekonomi
Dampak kecelakaan lalu lintas selain kematian dan kecacatan adalah dampak ekonomi. Pada skala mikro, kecelakaan lalu lintas sangat merugikan pihak korban. K euangan
keluarga terguncang karena umumnya mereka yang terkena kecelakaan adalah
usia produktif, yaitu 15-44 tahun. Apalagi jika yang tertimpa adalah keluarga miskin. Meski data biaya dan kerugian akibat kecelakaan minim di dapat, paling tidak studi Transport Reserach Laboratory (TRL) yang digunakan WHO dan
Bank
Dunia sebagai
berikut cukup memberi gambaran kerugian akibat kecelakaan lalu lintas. Untuk negara dengan pendapatan rendah, setidaknya satu persen gross national product (G NP) hilang. Adapun untuk negara dengan penghasilan sedang, bisa menyerap dua persen G NP. Riset ini dilakukan di 21 negara. Di kawasan Asia Tenggara saja, pada tahun 2001 diperkirakan 354.000 orang meninggal akibat kecelakaan di jalan dan diperkirakan 6,2 juta terpaksa dirawat di rumah sakit akibat kecelakaan di jalan.
Biaya
akibat kecelakaan di jalan di negara-negara kawasan Asia Tenggara diperkirakan mencapai 14 milyar dolar Amerika. 5.
Prevalensi KLL
Angka kecelakaan lalu lintas secara nasional dalam bulan cukup tinggi. Direktorat Lalu Lintas Markas sampai 22
September
September
Besar K epolisian
2009 masih
RI mencatat sejak 13
jumlah kecelakaan mencapai 893 kasus.
K orban
meninggal
mencapai 312 jiwa. Sedangkan luka berat 405 orang dan luka ringan 839 orang. Jumlah korban yang tewas masih cukup tinggi dibandingkan data kecelakaan pada Operasi K etupat
Jaya pada 2008.
Saat
itu jumlah kecelakaan mencapai 1.368 kasus.
K orban
meninggal 633 jiwa dan luka berat 797 orang serta luka ringan 1.379 orang
6
Sementara
Data Dinas
K esehatan
Jawa Timur, sepanjang tahun 2006, di Surabaya
tercatat 208 jumlah kejadian kecelakaan dengan korban 116 orang tewas, 59 luka berat, dan 50 lainnya luka ringan (profil kesehatan 2006). Dari data tersebut, kita perlu melakukan refleksi sembari beriktiar untuk mengurangi terjadinya angka kecelakaan lalu lintas.
Bila
merujuk pada faktor terjadinya kecelakaan
lalu lintas terjadi, umumnya kita bisa mengkategorikan dalam 2 faktor utama, yaitu dari faktor pengguna jalan raya (tidak mematuhi peraturan lalu lintas, kurangnya konsentrasi, tidak memakai alat pelindung, dll) maupun faktor fasilitas jalan raya (jalan bergelombang dan lubang, kurangnya ra mbu-rambu lantas, penerangan jalan, jalan leher boto l, dll). Berdasarkan
hasil dari Riset
K esehatan
Dasar Nasional (RISKESDAS) pada tahun
2007. Proporsi kematian akibat kecelakaan lalu lintas dapat dibedakan menurut umur, tipe daerah, dan jenis kelamin. Proporsi kematian akibat kecelakaan lalu lintas pada kelompok umur 5-14 tahun menurut tipe daerah di perkotaan adalah 4,3%, proporsi di daerah pedesaan sebanyak 9,4% dari seluruh proporsi kematian akibat berbagai penyebab.
Proporsi Penyebab Kematian Akibat KLL pada Kelompok Umur 5-14 Tahun Menurut Tipe Daerah perkotaan
pedesaan
13%
penyebab lain
10%
77%
Sumber
data: Hasil Riset K esehatan Dasar Nasional Tahun 2007.
7
K ematian
akibat kecelakaan lalu lintas pada kelompok umur 15-44 tahun di daerah
perkotaan menduduki peringkat pertama dengan proporsi 13,4%, sedangkan di daerah pedesaan, proporsi kecelakaan lalu lintas sebesar 9,9%.
Proporsi Penyebab Kematian Akibat KLL pada Kelompok Umur 15-44 Tahun Menurut Tipe Daerah perkotaan
pedesaan
penyebab lain
10%
13%
77%
Sumber
data: Hasil Riset K esehatan Dasar Nasional Tahun 2007.
Menurut jenis kelamin, proporsi kematian pada kelompok umur 15-44 tahun, sebanyak 16,7% laki-laki pada tahun 2007 meninggal akibat kecelakaan lalu lintas, sedangkan untuk wanita proporsi kematian akibat kecelakaan lalu lintas sebanyak 5,0%.
Proporsi Penyebab Kematian Akibat KLL pada Kelompok Umur 15-44 Tahun Menurut laki-laki
perempuan
penyebab lain 17%
5%
78%
Sumber
data: Hasil Riset K esehatan Dasar Nasional Tahun 2007. 8
Pada masyarakat kelompok umur 45-54 tahun, proporsi kecelakaan lalu lintas menurut tipe daerah di perkotaan sebanyak 5,2%. Untuk kelompok masyarakat yang berdomisili di pedesaan, kecelakaan lalu lintas tidak termasuk ke dalam penyebab kematian tertinggi. Menurut jenis kelamin, proporsi kematian pada kelompok umur 45-54 tahun, sebanyak 4,3% laki-laki pada tahun 2007 meninggal akibat kecelakaan lalu lintas, sedangkan untuk wanita proporsi kematian akibat kecelakaan lalu lintas tidak termasuk ke dalam penyebab kematian yang tinggi. Di Amerika
Serikat,
kejadian kecelakaan lalu lintas setiap tahunnya diperkirakan
mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah tersebut, 10% korban meninggal sebelum tiba di rumah sakit dan lebih dari 100.000 korban menderita berbagai tingkat kecacatan akibat kecelakaan lalu lintas tersebut.
6.
Pendekatan Pencegahan
Dari definisinya saja, bisa kita bayangkan bahwa pendekatan ini adalah langkah kegiatan untuk mencegah kecelakaan lalu lintas. K egiatan-kegiatan tersebut lebih banyak melibatkan peran aktif Dinas Perhubungan dan pihak masyarakat.
K egiatan
K epolisian
serta tentu saja
apa saja yang bisa dilakukan, antara lain ; Memasang rambu lalu
lintas ±rambu peringatan, larangan, perintah dan petunjuk- pada semua tempat yang membutuhkan dengan warna yang jelas dan terang serta mudah dimengerti. Mengatur, mengawasi dan menertibkan alur lalu lintas dan angkutan. Melakukan pemantauan dan pembinaan terhadap kelayakan angkutan lalu lintas dengan memperhatikan kelengkapan dan umur kendaraan. Sementara pihak kepolisian mengingkatkan disiplin pemakain jalan dengan cara memperketat pengawasan bagi pelanggar. Tak kalah pentingnya, membuat pengaturan jalan yang lebih manusiawi dan aman, Langkah ini bisa ditempuh sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomer K M 14 Tahun 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Jalan. Dalam hal ini peranan Dinas perhubungan sangat vital untuk menekan angka kecelakaan jalan raya
9
Pembenahan dan pemeliharaan jalan yang rawan kecelakaan. Salah satu sebab utama terjadinya kecelakaan lalu lintas adalah kondisi jalan raya yang buruk, mulai dari jalan berlubang, bergelombang dan jalan yang menyempit. Untuk itu diperlukan upaya yang serius dari pihak terkait ±Pemkab dan Pemprov± untuk membenahi jalan yang rusak dan kurang layak. Selain itu, pemeliharaan jalan harus terus dilakukan agar jalan lebih aman dan nyaman buat para pengguna jalan raya.
y
Pendekatan Promotif
K egiatan
ini untuk memajukan dan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Salah
satunya dengan cara kampanye safety riding dan responsible riding bagi para pengguna jalan raya. Surabaya.
K ampanye
seperti ini sekarang lagi marak di beberepa kota seperti di
Tujuan dari kampanye ini adalah meningkatkan kesadaran pengguna jalan raya
untuk lebih memahami dan mematuhi peraturan lalu lintas. Pelaksana kampanye ini tentu saja dipelopori oleh pihak kepolisian dengan dukungan dari kalangan swasta dan masyarakat, yang turut membantu sebagai penyandang dana.
K ampanye
ini terbukti
cukup efektif untuk mengurangi angka kecelakaan sebagaimana sudah dibuktikan dibeberapa jalan di Surabaya. Pelaksanaan
kampanye
dilakukan
secara
lebih
berkesinambungan
dengan
mengangkat tema-tema yang variatif, atraktif dan komunikatif agar menggugah perhatian para pengguna jalan raya. Sebagai ilustrasi kampanye sejenis di
Surabaya,
sepanjang
jalan dipasang informasi berupa spanduk dan tulisan yang menggugah kesadaran pengguna jalan, ada kuis undian buat pengguna jalan yang diundi tiap minggunya, pemberian souvenir yang menarik, dll. Tentu saja, kampanye semacam ini ditindaklanjuti dengan penegakan aturan lalu lintas bagi para pengguna jalan raya yang melanggar dan tidak dilakukan secara sporadis saja. Selain
kedua hal tersebut, dapat dilakukan cuga pencegahan sebagai berikut:
Pembinaan pengemudi.
10
Penyuluhan kepada pengemudi angkutan umum, pemilihan awak kendaraan umum teladan yang dilaksanakan tiap tahun tetap dilanjutkan. Namun prioritas pembinaan sekarang mulai diarahkan kepada pengemudi kendaraan pribadi dan sepeda motor, dibarengi dengan seleksi pemberian SIM yang ketat.
Pendidikan dan pengawasan kepada sekolah mengemudi.
Banyaknya
sekolah mengemudi ternyata belum mencerminkan tingkat kesadaran
pengemudi untuk mematuhi aturan lalulintas. Permasalahannya adalah sekolah mengemudi tersebut hanya mengajarkan cara menyetir kendaraan dan tidak memberikan pendidikan tentang dampak dan kerugian yang ditimbulkan karena pengemudi yang tidak disiplin. SIM,
Bahkan
seringkali sekolah mengemudi memberikan kemudahan untuk membuat
yang pada akhirnya ini seringkali dimanfaatkan oleh calon pengemudi untuk
mendapat kemudahan tersebut tanpa mempertimbangkan kemampuan mengemudinya. Demi terciptanya lalulintas yang lancar dan bertanggung jawab, ekses-ekses negatif ini sebaiknya segera ditertibkan.
Peningkatan prasarana dan fasilitas lalu lintas jalan
Data dari Dinas
Bina
Marga menunjukan bahwa tidak ada penambahan panjang jalan
dalam tiga tahun terakhir. Hal ini sangat memprihatinkan karena jumlah pendududk dan kendaraan meningkat sangat pesat. Dengan segala keterbatasan dana yang ada, Pemerintah Daerah harus tetap mencari akal untuk menyelesaikan masalah ini, misalnya dengan cara bekerja sama dengan pengusaha pusat perbelanjaan untuk menyediakan fasilitas yang dibutuhkan.
K arena
pada akhirnya upaya peningkatan kelancaran dan
keselamatan lalu lintas tersebeut dapat meningkatkan kemajuan usaha mereka. Hal lain yang perlu dilakukan dengan pendekatan partisipasi masyarakat. Pihak yang pertama mengetahui terjadinya kecelakaan lalu lintas adalah para masyarakat sekitar tersebut, karena itu pendekatan kepada mereka juga perlu dilakukan.
Salah
satunya
dengan penyuluhan kepada masyarakat sekitar jalan raya dan mereka yang senantiasa berkecimpung di sekitar jalan raya (tukang ojek, tukang becak, sopir angkot, dll) tentang bagaimana menangani korban kecelakaan lalu lintas.
11
Menurut undang-undang lalu lintas no.22 tahun 2009 bagian kesatu pasal 226, kecelakaan lalu lintas dapat dicegah dengan: a. Partsipasi dari para pemangku kepentingan b. Pemberdayaan masyarakat c. Penegakan hukum d.
K emitraan
y
global
Pendekatan Kuratif
Pemberian pertolongan dan pengobatan baik langsung maupun tidak langsung pada korban kecelakaan lalu lintas.
Salah
satunya dengan ketersediaan pelayanan kesehatan
yang layak dan mampu memberi pelayanan dengan cepat terhadap para korban kecelakaan lalu lintas.
K eberadaan
layanan IRD 24 jam yang dilengkapi dengan tenaga
dokter jaga dan perawat, diperkuat dengan layanan penunjang seperti instalasi ambulance, laboratorium dan radiologi yang stand by 24 jam.
K ebutuhan
layanan
penunjang yang lengkap sangat menunjang/membantu penangangan korban kecelakaan dengan cepat. Selain
itu, keberadaan kamar operasi yang mendukung layanan lebih lanjut dari
IRD juga sangat diperlukan. Dan tak kalah pentingnya adalah jalur rujukan antar instansi pelayanan kesehatan yang ada berjalan dengan baik. Masing-masing instansi pelayanan kesehatan memahami kemampuan layanan mereka, sehingga korban dapat dirujuk ke tempat layanan kesehatan yang lebih mampu dengan fasilitas sarana dan tenaga lebih lengkap.
y
Pendekatan Rehabilitatif
Adalah kegiatan pemberian pelayanan untuk mengurangi kecacatan akibat kecelakaan lalu lintas.
Selama
ini pendekatan ini belum banyak tersentuh. Di R S ada
layanan rehabilitasi medis guna pemulihan dan minimalisasi kecacatan pasien
12
Dari semua langkah-langkah diatas, memerlukan dukungan kerjasama yang sinergis antara masyarakat, pihak aparat maupun dri institusi kesehatan. Dan pada intinya kembali kepada kesadaran setiap individu pengguna jalan raya untuk lebih waspada dan berhati-hati selama perjalanan. Percuma saja langkah-langkah diatas dioptimalkan tapi kelakuan pengguna jalan raya sembrono dan ugal-ugalan. K ita mesti ingat, bila kita ingin merubah suatu keadaan ±salah satunya meminimalkan kasus kecelakaan± adalah diawali dari masing-masing individu sebagai subyek pelaku. Sebagai
bentuk ikhtiar tidak ada sa lahnya kita lebih berhati-hati, mematuhi aturan lalu
lintas dan selalu ingat keluarga di rumah menanti agar kita kembali dengan selamat. Semoga
dengan
langkah-langkah
sebagaimana
disampaikan
diatas,
kita
dapat
meminimalkan resiko terjadinya kecelakaan lalu lintas.
13
DAFTAR PUSTAK A
http://digitalmbul.com/blogs/2007/07/18/faktor-utama-penyebab-kecelakaan-lalu-lintas/. 16 maret 2010 http://kardady.wordpress.com/2009/12/30/pencegahan-kecelakaan-lalulintas-di-kota bandung/ 20 maret 2010 Bustan,
M.N. 2000. E pidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Hasil Riset
K esehatan
Dasar Nasional Tahun 2007
14