Ekstraksi Logam Pengertian Ekstraksi Logam
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat dari suatu campuran. Dengan demikian, ekstraksi logam dapat dimaknai sebagai pemisahan suatu logam dari sumbernya, yang biasanya berupa bijih. Bijih Pengertian Bijih
Bijih merupakan suatu sumber logam alami yang dapat diekstraksi. Sebagai contoh adalah aluminium yang merupakan logam utama penyusun kerak bumi. Aluminium terkandung dalam bijih bernama bauksit dengan kadar sekitar 50-70%. Nama lain dari bauksit adalah aluminium oksida.
Tembaga juga merupakan logam yang banyak terkandung di ekrak bumi, walaupun tidak sebanyak aluminium. Tembaga terdapat dalam bijih kalkopirit. Bijih biasanya berupa oksida ataupun sulfida, sebagai contoh adalah :
Pemekatan Bijih
bauksit
Al2O3
haematit
Fe2O3
rutil
TiO2
pirit
FeS2
kalkopirit
CuFeS2
Pemekatan bijih dilakukan untuk menyingkirkan pengotor yang tak diinginkan sebelum bijih diubah menjadi logam. Hal ini dapat dilakukan secara kimiawi. Contohnya adalah aluminium murni diperoleh dari bauksit melalui suatu proses yang melibatkan reaksi dengan larutan natrium hidroksida.
Beberapa bijih tembaga dapat diubah menjadi larutan tembaga(II) sulfat dengan mencampurkan bijih lembut dengan asam sulfat encer dalam waktu yang lama. Tembaga kemudian dapat diekstraksi
dari
larutan
tembaga(II)
sulfat.
Pemekatan bijih dapat juga dilakukandengan proses fisika. Suatu contoh pemekatan bijih cara fisika
adalah
dengan
flotasi
buih.
Cara kerja flotasi buih adalah sebagai berikut. Bijih dihancurkan kemudian diperlakukan dengan suatu zat yang mengikat partikel logam dan membuatnya bersifat hidrofobik (takut air). Pada pemekatan bijih tembaga, minyak cemara digunakan untuk mengikat senyawa tembaga, tetapi pengotor
tidak
ikut
terikat.
Bijih yang sudah diberi perlakuan di atas ditempatkan pada wadah besar berisi agen pembusa seperti sabun atau deterjen dan udara dialirkan melewati campuran untuk membuat busa. Karena bersifat menjauhi air, partikel logam kemudian terbawa oleh gelembung udara, melayang ke atas wadah dan megalir ke sisi wadah. Sedangkan pengotor tetap pada dasar wadah. Perhatikan gambar flotasi buih berikut:
Proses flotasi buih http://www.ilmukimia.org/2013/05/ekstraksi-logam.html
Metalurgi Ekstraksi
Posted on 15 Agustus 2011 by Riki Gana Pendahuluan
Untuk menghasilkan logam dari bijihnya, diperlukan suatu proses ekstraksi metalurgi. Karena di alam bijih logam umumnya dalam bentuk oksida dan sulfida, maka untuk menghasilkan logam diperlukan reaksi reduksi dan oksidasi. Proses ekstraksi metalurgi terbagi menjadi dua jalur, yaitu proses hidrometalurgi dan pirometalurgi. Perbedaan utama kedua proses tersebut terletak pada temperatur proses yang menyertainya. Proses hidrometalurgi terjadi pada temperatur rendah sedangkan proses pirometalurgi pada temperatur tinggi. Untuk selanjutnya akan dibahas proses pirometalurgi. Pirometalurgi merupakan suatu proses pengambilan logam berharga dari bijihnya melalui temperatur tinggi. Oleh karena itu pada proses ini akan melibatkan pengetahuan tentang bahan bakar, reaksi-reaksi eksotermik dan perubahan fasa dari padat ke liquid . Bijih
Bijih adalah perpaduan beberapa senyawa yang ari padanya terdapat kandungan logam yang dapat diekstraksi secara ekonomis. Jadi berdasarkan penjelasan tersebut, definisi bijih bersifat sementara atau tergantung dari waktu dan keadaan pada saat itu.
Metalurgi Eksraksi
Yang dimaksud dengan metoda ekstraktif adalah setiap langkah-langkah dari ekstraksi metalurgi yang menghasilkan logam-logam dengan kemurnian tertentu. Langkah metoda ekstraktif ini dapat dikatakan konstruktif untuk menghasilkan logam tertentu. Proses ekstrak logam ini juga dapat dikatakan sebagai Kimia Metalurgi. Hal ini disebabkan karena proses ekstraksi logam selalu melibatkan reaksi kimia. Sedangkan hasilnya yang berupa logam, dapat berubah kembali menjadi senyawa kembali. Langkah-langkah Metoda Ekstraksi :
1. Proses Ekstraksi Adalah rangkaian pekerjaan untuk menghasilkan logam dari kumpulan senyawa atau bijih.
2. Proses Pemurnian Pekerjaan lanjut dengan tujuan untuk mempertinggi kemurnian logam-logam mentah atau untuk memperbaiki sifat-sifat logam Untuk menentukan proses ekstraksi yang akan dikerjakan, maka harus dilihat keadaan-keadaan sebagai berikut :
o
Sifat-sifat fisik logam
o
Produk yang akan dihasilkan
o
Fasilitas yang ada
o
Keadaan sumber endapan
o
Bahan baku lain yang diperlukan untuk ekstraksi
Klasifikasi Proses Ekstraksi Metalurgi : 1. Pirometalurgi Proses pirometalurgi ini merupakan pengambilan logam dari bijihnya yang umumrnya paling tua. Proses ini berhubungan dengan temperatur tinggi dan sebagian besar berlangsung sampai terjadi peleburan. Sifat dari proses pirometalurgi ini cepat (jam). 2. Hidrometalurgi Proses ekstraksi logam yang biasanya berlangsung pada temperatur kamar dan melibatkan reaksi air. Proses hidrometalurgi ini lebih mampu untuk mengolah bijih-bijih yang berkadar rendah. Proses yang terjadi biasanya pelarutan. Sifat dari proses hidrometalurgi ini adalah lamabt (proses berlangsung antara hari sampai bulan) 3. Elektrometalurgi
Proses-proses ekstraksi dan pemurnian yang melibatkan energi listrik sebagai dasar-dasar ekstraksinya. Prinsip yang digunakan adalah elektrolisis dan elektrokimia.
Proses-proses hidrometalurgi umumnya berhubungan dengan elektrometalurgi baik secara fisik maupun kepada penggunaannya. Sedangkan suatu proses pirometalurgi yang pembangkit panasnya dari energi listrik disebut proses elektrothermik. Suatu proses ekstraksi metalurgi didasarkan keilmuan sebagai berikut :
o
Termodinamika – > Ilmu ini akan menjawab apakah reaksi dapat berjalan atau tidak. Jadi jika diterapkan pada proses ekstraksi, akan dapat diramalkan apakah proses ekstraksi yang akan dilakukan dapat berjalan dengan baik atau tidak.
o
Kinetika – > Ilmu ini akan menjawab berapa lama proses akan berlangsung, karena dari kinetika akan dapat ditentukan berapa besar laju reaksi yang terjadi. Dan dengan ilmu ini dapat dirancang dan diupayakan agar laju rekasi lebih besar atau dengan kata lain proses ekstraksi dapat dipercepat.
o
Perpindahan panas dan Perpindahan massa
o
Teknologi Proses – > Teknologi proses saat ini berkembang sangat pesat, sehingga tiap teknologi proses perlu dipelajari dengan detail.
https://regest.wordpress.com/2011/08/15/metalurgi-ekstraksi/
Metalurgi: Ekstraksi Logam dari Mineralnya
Logam adalah salah satu kelompok unsur yang sudah sangat lazim ditemui dalam kehidupan kita. Mulai dari alat tulis kantor, peralatan masak, peralatan elektronik, kendaraan, sampai bahan bangunan, semuanya menggunakan perangkat yang dibuat dengan bahan dasar logam. Sebut saja tembaga yang menjadi komponen dalam berbagaichip peralatan elektronik, ataupun besi yang menjadi bahan dasar baja. Saat ini, logam-logam yang ada kebanyakan telah dipadukan dengan logam lainnya untuk menghasilkan sebuah campuran logam yang disebut alloy. Logam-logam tersebut dicampur agar didapatkan sifat logam campuran yang sesuai dengan kebutuhan manusia. Pernahkah kita bertanya dari mana logam tersebut berasal? Apakah langsung berbentuk seperti yang sedang kita gunakan sekarang? Ataukah berasal dari sebuah bongkahan logam yang tergeletak di padang pasir? Logam-logam yang kita gunakan sekarang adalah logam yang telah melalui berbagai proses sehingga berbentuk seperti yang kita gunakan saat ini. Mulai dari penambangan hingga pembentukan menjadi logam yang berguna dalam kehidupan kita seharihari. Semua hal tentang pemrosesan logam ini dikemas dalam salah satu cabang ilmu yang disebut metalurgi. Dalam proses ekstraksi logam, ada satu atau lebih dari tiga tipe metalurgi berikut yang digunakan: (1) Pirometalurgi, yaitu proses yang menggunakan panas, (2) Elektrometalurgi, yaitu proses yang menggunakan langkah elektrokimia, dan (3) Hidrometalurgi, yaitu proses yang bergantung pada larutan kimia logam. Secara umum, proses ekstraksi dan pemanfaatan logam dimulai dengan penambangan. Penambangan adalah proses atau kegiatan untuk mengambil bijih mineral langsung dari tempat asalnya. Penambangan bisa dilakukan secara tradisional seperti yang terdapat di beberapa daerah di Indonesia, atau bisa dilakukan dalam skala besar seperti yang dilakukan perusahaan perusahaan penambangan semacam Aneka Tambang dan PT Timah. Hasil dari proses penambangan ini adalah bijih-bijih mineral yang di dalamnya terkandung unsur-unsur logam yang akan diproses nantinya, misalnya hematit yang dapat diolah menjadi besi.
Bijih mineral hematit. Gambar dari: http://en.wikipedia.org/wiki/File:HematitaEZ.jpg Dalam bijih-bijih mineral, terkandung mineral-mineral yang dibutuhkan dan juga zat-zat yang tidak bernilai komersil seperti pasir, batu, serta tanah liat yang menempel pada mineral-mineral tersebut. Mineral sendiri didefinisikan sebagai kristal padat anorganik yang eksis di alam secara alami dan bersifat homogen. Oleh karena itu, hal yang perlu dilakukan selanjutnya adalah memisahkan mineral-mineral ini dari zat-zat non-komersil. Proses pemisahan mineral banyak memanfaatkan perbedaan sifat fisik atau perbedaan sifat kimia dari mineral dengan zat non-komersil. Contohnya, untuk mineral magnetit (
) yang bersifat
magnet, pemisahan dapat dilakukan dengan menggunakan magnet untuk menarik mineral dan meninggalkan zat-zat non-komersil. Sementara itu, untuk mineral-mineral dengan perbedaan kerapatan terhadap zat-zat non-komersil yang cukup besar, proses pemisahan dapat dilakukan dengan cyclone separator . Pada cyclone separator , pemisahan terjadi dengan menggunakan udara tekanan tinggi melalui bijih-bijih mineral yang telah dihancurkan sebelumnya. Zat-zat non komersil akan terangkat dan dibuang keluar dari tabung, sedangkan mineral-mineral yang berat akan terjatuh. Konversi menjadi senyawa lain
Setelah dipisahkan dari zat-zat non-komersil, mineral-mineral hasil pengolahan tersebut kemudian dikumpulkan. Proses selanjutnya adalah mengubah mineral-mineral ini menjadi unsur murni. Perlu satu atau beberapa tahap agar mineral benar-benar bisa diambil unsur logam murni yang dibutuhkan. Kebanyakan logam-logam di alam dalam bentuk mineralnya membentuk senyawa dengan unsur-unsur non-logam. Contohnya adalah timbal ( bentuk mineral Galena (
), kemudian ada pula besi (
mineral-mineral seperti Magnetit (
) dan Hematit (
) yang terdapat dalam
) yang terdapat di alam dalam bentuk ).
Tabel mineral dari beberapa elemen umum. Mineral-mineral yang ada di alam ini biasanya diubah dulu menjadi senyawa yang lain. Senyawa hasil konversi ini pada dasarnya memiliki sifat lebih mudah untuk direduksi, atau lebih bebas dari senyawa-senyawa pengotor. Biasanya konversi yang dilakukan adalah konversi menjadi bentuk oksida karena oksida lebih mudah direduksi. Sebagai contohnya, karbonat ( diubah dengan pemanasan menjadi kalsium oksida (
).
Contoh lainnya, senyawa sulfida logam seperti zink sulfida ( udara menjadi zink oksida (
)
) diubah dengan pembakaran di
):
Saat ini, metode hidrometalurgi telah banyak dipakai untuk menghindari pelepasan pembakaran. Contohnya pada pemrosesan tembaga, udara dimasukkan ke bubur
selama yang
bersifat asam sehingga menghasilkan reaksi berikut:
Konversi menjadi unsur
Setelah mineral dikonversi menjadi senyawa yang lebih mudah diproses, tahap selanjutnya adalah mengubah senyawa tersebut menjadi unsur logam yang dibutuhkan. Metode yang lazim digunakan adalah reaksi reduksi-oksidasi. Metode ini menggunakan dasar tingkat potensial reduksi dari logam dengan zat lain. Dalam metode ini, senyawa logam direaksikan langsung
dengan agen pereduksi (potensial reduksi lebih rendah) sehingga menghasilkan logam murni. Beberapa agen pereduksi yang umum adalah karbon dan hidrogen. Dalam proses menggunakan karbon, karbon biasanya dihadirkan dalam bentuk kokas (residu dari pembakaran tidak sempurna batubara) atau arang. Oksida logam seperti zink oksida dilebur menggunakan panas bersama karbon untuk membebaskan logamnya seperti pada reaksi berikut:
Setelah logam diperoleh melalui proses ini, selanjutnya logam dikondensasi dan dipadatkan. Namun, tidak semua reaksi peleburan logam menggunakan satu tahap seperti reaksi di atas. Beberapa reaksi peleburan tersebut menggunakan beberapa langkah seperti pada reaksi peleburan timah(IV) oksida yang dimulai dengan tahap awal pembentukan timah(II) oksida:
Reduksi dengan hidrogen dilakukan pada oksida logam yang reduksi dengan karbon justru menghasilkan karbida logam yang cenderung sulit untuk dikonversi lebih lanjut. Logam-logam jenis ini biasanya adalah logam pada grup 6B dan 7B. Contohnya adalah reaksi untuk menghasilkan tungsten (W) dan germanium (Ge) seperti berikut:
Selain karbon dan hidrogen, proses konversi senyawa menjadi unsurnya juga dapat dilakukan dengan menggunakan logam yang lebih aktif. Logam yang lebih aktif adalah logam yang memiliki potensial reduksi lebih rendah daripada logam dalam senyawa yang akan dikonversi seperti pada reaksi untuk menghasilkan krom (
) berikut ini:
Selain dengan cara reduksi-oksidasi tersebut, juga dapat dilakukan cara reduksi-oksidasi elektrokimia. Dalam metode ini, mineral diubah menjadi elemen di dalam sebuah sel elektrolisis yang telah didesain secara khusus. Terkadang, mineral murni dalam bentuk lelehan halida atau oksidanya digunakan untuk menghindari reaksi samping yang tidak diinginkan. Logam akan diproduksi dari proses reduksi di katoda. Selain itu, sebuah separator juga digunakan dalam sel
untuk mencegah rekombinasi. Metode ini digunakan dengan mempertimbangkan biaya prosesnya, terutama listrik yang digunakan. Voltase dan arus yang diperlukan bergantung pada potensial elektrokimia dari mineral yang dikonversi. Pemurnian
Proses konversi dari mineral ke logam seringkali masih mengandung zat-zat pengotor yang mempengaruhi kemurnian dari logam itu sendiri. Oleh karena itu, setelah proses konversi, dilakukan proses pemurnian. Beberapa proses pemurnian yang terkenal adalah electrorefining, zone refining, dan destilasi. Dalam electrorefining, logam yang tidak murni dijadikan sebagai anode dan sampel dari logam yang telah murni digunakan sebagai katoda pada sebuah sel elektrolisis. Nantinya logam yang tidak murni ini perlahan akan berpindah ke katode dan menempel pada logam yang telah murni. Proses destilasi digunakan untuk logam yang memiliki titik didih yang relatif rendah seperti Zink dan air raksa (Hg). Pada proses zone refining, pengotor dihilangkan dari batangan logam yang tidak murni dengan mengkonsentrasikan pengotor-pengotor tersebut pada zona lelehan sedangkan logam yang telah dimurnikan direkristalisasi pada zona yang lain. Metaloid yang digunakan dalam semikonduktor elektronik seperti silikon (Si) dan germanium, harus dimurnikan dengan proses ini sehingga didapatkan kemurnian yang sangat tinggi. Pemurnian adalah proses final dari rangkaian proses ekstraksi logam. Namun, saat ini kebanyakan logam yang ada adalah paduan logam sehingga setelah dimurnikan biasanya logamlogam murni ini akan digabungkan dengan logam lainnya untuk membentuk suatu paduan logam yang disebut alloy. Memadukan logam dengan logam lainnya (pada beberapa kasus dengan nonlogam) ditujukan untuk mengubah titik leleh dan meningkatkan sifat-sifat dari logam murninya, seperti konduktivitas dan kekuatan logam. Sebagai contoh, besi yang merupakan logam penting dalam kehidupan kita ternyata hanya digunakan setelah dipadukan dengan logam lain. Dalam bentuk murninya besi sangat lemah dan mudah terkorosi. Akan tetapi, jika dipadukan dengan karbon atau molibdenum (Mo), paduan besi ini menjadi sangat keras. Sementara itu, jika dipadukan dengan nikel (Ni) atau krom, besi menjadi resisten terhadap korosi.
Beberapa alloy yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari beserta komposisi dan kegunaannya. Saat ini cukup banyak universitas yang membuka jurusan metalurgi secara khusus, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Di dalam negeri misalnya yang cukup terkenal ada di ITB, UI, dan ITS. Karena itu bagi teman-teman yang tertarik dengan jurusan metalurgi, ada baiknya dicari info lebih lanjut tentang bidang ini. Semoga bermanfaat. Bahan bacaan:
th
M. S. Silberberg, Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change, 5 ed., McGraw-Hill (2009).
http://en.wikipedia.org/wiki/Metallurgy
http://en.wikipedia.org/wiki/Ore http://majalah1000guru.net/2013/10/metalurgi-ekstraksi-mineral-logam/
PelaksanaanProsesEkstraksi Kata Kunci: Gula dari umbi, Kopi dari biji kopi, Minyak dari biji-bijian
Ditulis oleh Suparni Setyowati Rahayu pada 26-05-2009 Pada ekstraksi padat-cair, satu atau beberapa kornponen yang dapat larut dipisalikan dari bahan padat dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara teknis dalam skala besar terutama di bidang
industri
bahan
alami
dan
makanan,
misalnyauntuk
memperoleh
:
a.Bahan-bahan aktif dari tumbuhan atau organ – organ binatang untuk keperluan farmasi b.Gula
dari
c.Minyak
umbi
dari
biji-bijian
d.Kopi dari biji kopi Pengambilan garam-garam logam dari pasir besi adalah juga ekstraksi padat-cair (disebut leaching). Proses ini merupakan ekstraksi yang digabungkan dengan reaksi kimia. Dalam hal ini ekstrak,dengan bantuan suatu asam anorganik misaInya, dikonversikan terlebih dahulu ke dalam bentuk yang larut. Pembilasan filter dan pelarutan pada proses rekristalisasi bahan padat juga dianggap sebagai ekstraksi padat-cair dalam arti yang luas. Ekstrak yang akan dipisahkan, berbentuk padat diuapkan atau cair, dapat terkurung dalam bahan ekstraksi atau berada dalam sel-sel (khususnya pada bahan-bahari nabati dan hewani).Dalam keadaan-keadaan tersebut bahan ekstraksi bukan merupakan substansi yang homogen,melainkan berpori dan berkapiler banyak. Pada ekstraksi, yaitu ketika bahan ekstraksi dicampur dengan pelarut,maka pelartit menembus kapiler-kapiler dalam bahan padat dan melarutkan ekstrak. Larutan ekstrak dengan konsentrasi yang tinggi terbentuk di bagian dalam bahan ekstraksi. Dengan cara difusi akan tedadi kesetimbangan konsentrasi antara larutan tersebut dengan larutan di luar bahan padat. Karena adanya gaya adhesi setelah pemisahan larutan ekstrak,akan selalu tertinggal larutan ektrak
dalam
kuantitas
tertentu
di
dalam
284 bahan ekstraksi. Untuk memperoleh efisiensi yang tinggi pada tiap tahap ekstraksi,perlu diusahakan agar kuantitas cairan yang tertinggal sekecil mungkin. Biasanya hal ini dapat dilakukan dengan membiarkannya menetes keluar arang dengan cara penekanan atau sentrifugasi).
Karena alasan ekonomi dan pelestarian lingkungan, seringkali sisa pelarut yang tertinggal dalam rafinat dipisahkan (misalnya dengan pemanasan langsung menggunakan kukus) dan diambil kembali pada akhir proses ekstraksi.Untuk mencapai unjuk keda ekstraksi atau kecepatan ekstraksi yang tinggi pada ekstraksi padat-cair, s yarat-syarat berikut harus dipenuhi:
Karena perpindahan massa berlangsung pada bidang kontak antara fasa padat dan fasa cair, maka bahan itu perlu sekali memiliki permukaan yang seluas mungkin. Ini dapat dicapai dengan rnemperkecil ukuran bahan ekstraksi. Dalam hal itu lintasan-lintasan kapiler,yang harus dilewati dengan cara difusi, menjadi lebih pendek sehingga mengurangi tahanannya. Pada ekstrak terkurung dalarn sel-sel seringkali perlu dibentuk kontak langsung dengan pelarut melalui dinding sel yang dipecahkan. Pemecahan dapat dilakukan misalnya dengan menekan atau menggerus bahan ekstraksi.Untuk alat-alat ekstraksi tertentu harus dijaga agar pada pengecilan bahan ekstraksi, ukuran partikel yang diperoleh tidak menjadi terlalu kecil. Bila hal itu terjadi, tidak dapat dipastikan bahwa bahan ekstraksi cukup permeabel untuk pelarut.
Kecepatan alir pelarut, sedapat mungkin besar dibandingkan dengan laju alir bahan ekstraksi, agar ekstrak yang terlarut dapat segera diangkut keluar dari permukaan bahan padat. Tergantung pada jenis ekstraktor yang digunakan, hal tersebut dapat dicapai baik dengan pengadukan secara turbulen, atau dengan pemberian laju alir pelarut yang tinggi Suhu yang lebih tinggi (viskositas pelarut lebih rendah, kelarutan ekstrak lebih besar) pada umumnya menguntungkan untuk kerja ekstraksi. Ekstraksi padat-cair tak kontinu
1. Dalam hal yang paling sederhana bahan ekstraksi padat dicampur beberapa kali dengan pelarut segar di dalam sebuah tangki pengaduk. Larutan ekstrak yang terbentuk setiap kali dipisahkan dengan cara penjernihan (pengaruh gaya berat) atau penyaringan (dalam sebuag alat yang dihubungkan dengan ekstraktor).Proses ini tidak begitu ekonomis, digunakan misalnya di tempat yang tidak tersedia ekstraktor khusus atau bahan ekstraksi tersedia dalam bentuk serbuk sangat halus, sehingga karena bahaya penyumbatan,ekstraktor lain tidak mungkin digunakan. 2. Ekstraktor yang sebenamya adalah tangki-tangki dengan pelat ayak yang dipasang di dalamnya. Pada alat ini bahan ekstraksi diletakkan diatas pelat ayak horisontal. Dengan bantuan suatu distributor, pelarut dialirkan dari atas ke bawah. Dengan perkakas pengaduk (di atas pelat ayak) yang dapat dinaikturunkan, pencampuran seringkali dapat disempurnakan, atau
rafinat dapat dikeluarkan dari tangki setelah berakhirnya ekstraksi. Ekstraktor semacarn ini hanya sesuai untuk bahan padat dengan partikel yang tidak terlalu halus. Yang lebih ekonomis lagi adalah penggabungan beberapa ekstraktor yang dipasang seri dan aliran bahan ekstraksi berlawanan dengan aliran pelarut. Dalam hal ini pelarut dimasukkan kedalam ekstraktor yang berisi campuran yang telah mengalami proses ekstraksi paling banyak. Pada setiap ekstraktor yang dilewati, pelarut semakin diperkaya oleh ekstrak.Pelarut akan dikeluarkan dalam konsentrasi tinggi dari ekstraktor yang berisi campuran yang mengalami proses ekstraksi paling sedikit.Dengan operasi ini pemakaian pelarut lebih sedikit dan konsentrasi akhir dari larutan ekstrak lebih tinggi. Cara lain ialah dengan mengalirkan larutan ekstrak yang keluar dari pelat ayak ke sebuah ketel destilasi, menguapkan pelarut di situ, menggabungkannya dalam sebuah kondenser dan segera mengalirkannya kembali ke ekstraktor untuk dicampur dengan bahan ekstraksi. Dalam ketel destilasi konsentrasi larutan ekstrak terus menerus meningkat. Dengan metode ini jumlah total pelarut yang diperlukan relatif kecil. Meskipun demikian, selalu terdapat perbedaan konsentrasi ekstrak yang maksimal antara bahan ekstraksi dan pelarut.Kerugiannya, adalah pemakaian banyak energi karena pelarut harus diuapkan secara terus menerus. Pada ekstraksi bahan-bahan yang peka terhadap suhu terdapat sebuah bak penampung sebagai pengganti ketel destilasi. Dari bak tersebut larutan ekstrak dialirkan ke dalam alat penguap vakum (misalnya alat penguap pipa atau film). Uap pelarut yang terbentuk kemudian dikondensasikan,pelarut didinginkan dan dialirkan kem bali ke dalam ekstraktor dalam keadaan dingin. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/teknologi-proses/pelaksanaan-prosesekstraksi/
Silikat, dalam ilmu kimia, adalah suatu senyawa yang mengandung satu anion dengan satu atau
lebih atom silikon pusat yang dikelilingi oleh ligan elektronegatif. Jenis silikat yang sering ditemukan umumnya terdiri dari silikon dengan oksigen sebagai ligannya. Anion silikat, dengan
muatan listrik negatif, harus mendapatkan pasangan kation lain untuk membentuk senyawa bermuatan netral. Silika, atau silikon dioksida, SiO2, sering dianggap sebagai silikat, walaupun senyawa ini tidak bermuatan negatif dan tidak memerlukan ion pasangan. Silika ditemukan di alam dalam bentuk mineral kuarsa. http://id.wikipedia.org/wiki/Silikat