EFEK PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum)
TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA
PASIEN PREHIPERTENSI DI PUSKESMAS
MEDAN AREA SELATAN
*Idham Junantaruna. M *Sevina Marisya
**Fakultas Kedokteran UISU Medan JL. Sisingamangaraja No. 2A Medan
Abstrak
Hipertensi merupakan penyakit yang dapat mengakibatkan mortalitas tanpa disertai dengan gejala terlebih dahulu. Prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2007 di Indonesia adalah sebesar 31,7%. Bawang putih (Allium sativum) di dalam kehidupan masyarakat Indonesia selain sebagai bumbu dapur yang sering digunakan, juga sebagai salah satu tanaman herbal, beberapa studi eksperimental menunjukan adanya beberapa efek yang dapat menurunkan tekanan darah. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain penelitian true experiment dan rancangan penelitian yang digunakan adalah pre-post test control group design. Tujuan penelitian untuk menilai efek pemberian ekstrak bawang putih terhadap penurunan tekanan darah pada pasien prehipertensi di Puskesmas Medan Area Selatan Kota Medan. Pemberian ekstrak bawang putih diberikan sehari sekali selama 14 hari, melibatkan 32 responden yang diambil berdasarkan metode Purposive sampling. Uji t berpasangan digunakan untuk mengidentitifikasi keefektifan ekstrak bawang putih dengan membandingkan tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian ekstrak bawang putih.
Hasil penelitian ini didapatkan penurunan tekanan darah sistolik sebesar 5,32 ± 6,25 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 4,47 ± 7,50 mmHg. Perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian ekstrak bawang putih menunjukkan signifikansi dengan nilai p=0,000 (<0,05) pada tekanan darah sistolik dan nilai p=0,000 (<0,05) pada tekanan darah diastolik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah didapati bahwa ada efek dari pemberian ekstrak bawang putih terhadap penurunan tekanan darah pada pasien prehipertensi.
Kata kunci : Hipertensi, tekanan darah, bawang putih.
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan penyakit yang dapat mengakibatkan mortalitas tanpa disertai dengan gejala terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan hipertensi merupakan faktor resiko utama pada penyakit stroke, gagal jantung, penyakit arteri koroner dan gagal ginjal kronis (Santoso, 2011).
Menurut data dari The National Health and Nutrition Examination Surveys (NHANES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999 sampai 2000, insiden hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29% sampai 31% yang berarti terdapat 58 juta sampai 65 juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data sebelumnya tahun 1988 sampai 1991 (Santoso, 2011).
Prevalensi hipertensi meningkat seiring dengan peningkatan usia. Hipertensi juga termasuk masalah kesehatan yang sangat penting di masyarakat Indonesia, berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2007 di Indonesia adalah sebesar 31,7% (Kemenkes, 2014).
Beberapa studi eksperimental menunjukan adanya beberapa efek dari bawang putih, yaitu hiperpolarisasi membran sel otot, sehingga dapat menurunkan tonus pembuluh darah (Darmadi, 2012). Pernyataan ini diperkuat dengan adanya bukti bahwa bawang putih merupakan bagian dari 'makanan Mediterania' atau 'paradoks Prancis', daerah yang memiliki insiden penyakit jantung yang lebih rendah meskipun santapannya banyak mengandung krim dan mentega (Heinrich, 2010).
Bawang putih (Allium sativum) didalam kehidupan masyarakat Indonesia selain sebagai bumbu dapur yang sering digunakan, juga sebagai salah satu tanaman herbal untuk mencegah atau mengobati berbagai penyakit salah satunya adalah hipertensi. Hal ini disebabkan bawang putih memiliki kandungan zat kimia berupa allicin yang dapat meningkatkan sintesis nitric oxide (NO) dimana NO merupakan vasodilator endogen sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Santoso, 2011).
Efek anti hipertensi dari bawang putih sudah diteliti namun masih kontroversial. Pada sebuah meta-analisis untuk menilai efek bawang putih terhadap hipertensi, terdapat tiga percobaan yang menunjukkan penurunan signifikan dari tekanan darah sistolik dan empat percobaan menunjukkan penurunan tekanan darah diastolik dengan terapi bawang putih dibandingkan plasebo (Darmadi, 2012).
Pada penelitian di Adelaide, dari 25 studi yang meneliti hubungan konsumsi bawang putih dengan penurunan tekanan darah dari tahun 1955 sampai 2007, dihasilkan penurunan berarti dari tekanan darah penderita hipertensi. Tekanan sistolik mengalami penurunan 8,4 sampai 2,8 mmHg, sedangkan tekanan diastolik mengalami penurunan 7,3 sampai 1,5 mmHg (Ried, 2008).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin meneliti khasiat ekstrak bawang putih terhadap tekanan darah, untuk mengetahui apakah pemberian ekstrak bawang putih memiliki peranan dalam penurunan tekanan darah pada pasien prehipertensi.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui:
Efek pemberian ekstrak bawang putih terhadap penurunan tekanan darah sistolik di Puskesmas Medan Area Selatan.
Efek pemberian ekstrak bawang putih terhadap penurunan tekanan darah diastolik di Puskesmas Medan Area Selatan.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain penelitian true experiment dan rancangan penelitian yang digunakan adalah pre-post test control group design.
LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Puskesmas Medan Area Selatan yang terletak di Jalan Medan Area Selatan, Kel. Sukaramai I, Kec. Medan Area, Kota Medan. Puskesmas ini merupakan Puskesmas Kecamatan dengan jenis Puskesmas memiliki ruang rawat inap dan wilayah kerjanya seluas 149,6 ha yang meliputi Kel. Sukaramai I, Kel. Sukaramai II, Kel, Sei Rengas II, Kel, Pandau Hulu II. Penelitian akan dilakukan pada bulan Januari 2016 hingga selesai.
SAMPEL PENELITIAN
Sampel penelitian adalah pasien penderita prehipertensi di Puskesmas Medan Area Selatan yang terletak di Jalan Medan Area Selatan, Kel. Sukaramai I, Kec. Medan Area, Kota Medan. Sampel penelitian sebanyak 32 pasien yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok A sebagai kontrol dan kelompok B dengan perlakuan pemberian ekstrak bawang putih.
Kelompok perlakuan ialah kelompok yang sengaja dipengaruhi oleh variabel-variabel tertentu dalam hal ini yakni pemberian ekstrak bawang putih sedangkan kelompok kontrol ialah kelompok pembanding untuk mengetahui sejauh manakah terjadi perubahan akibat variabel pada kelompok perlakuan.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode non-probability sampling melalui purposive sampling yaitu pengambilan sampel atau subjek yang didasarkan pertimbangan atau tujuan tertentu yang dibuat peneliti (Saryono, 2013).
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi meliputi :
Kriteria Inklusi :
Pasien prehipertensi yang berkunjung di Puskesmas Medan Area yang terletak di Jalan Medan Area Selatan, Kel. Sukaramai I, Kec. Medan Area.
Usia pasien 25 sampai 40 tahun
Mempunyai tekanan darah sistolik 120 sampai 139 mmHg dan atau diastolik 80 sampai 89 mmHg
Tidak pernah mengkonsumsi obat antihipertensi
Tidak mengkonsumsi alkohol
Tidak mempunyai penyakit penyerta
Kesadaran compos mentis dan dapat berkomunikasi dengan baik
Bersedia menjadi subjek
Kriteria Eksklusi
Pasien dengan hipertensi komplikasi
VARIABEL PENELITIAN
Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsumsi ekstrak bawang putih.
Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tekanan darah sistolik dan diastolik (mmHg) pasien prehipertensi di Puskesmas Medan Area Selatan yang terletak di Jalan Medan Area Selatan, Kel, Sukaramai I, Kec. Medan Area, Kota Medan.
ETIKA PENELITIAN
Sebelum penelitian dilaksanakan, diminta izin terlebih dahulu dari ketua Ketua Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan aspek etika dalam penelitian meliputi:
Self determination
Pasien prehipertensi yang memenuhi kriteria inklusi diberikan penjelasan tentang tujuan, manfat, prosedur penelitian dan peran subjek dalam penelitian, kemudian peneliti memberikan kesempatan untuk menentukan bersedia atau tidak menjadi subjek, pada subjek yang menyatakan bersedia diminta untuk menandatangani pernyataan bersedia menjadi subjek tanpa paksaan dan sukarela.
Saat pengisian data informed consent jika ada subjek yang mengundurkan diri karena ada kepentingan lain, maka peneliti memberikan kebebasan pada subjek untuk tidak melanjutkan pengisian informed consent.
Anonymity and confidentiality
Prinsip anonymity dilakukan peneliti dengan tidak mencantumkan nama subjek saat pengisian data, hanya dengan kode nomor subjek dan prinsip confidentiality dilakukan peneliti dengan tidak mempublikasikan keterikatan informasi yang diberikan dengan identitas subjek, sehingga dalam analisa dan penyajian data hanya mendeskripsikan karakteristik subjek.
Privacy
Peneliti menjamin privacy subjek dan menjunjung tinggi harga diri subjek, dan kebebasan individu dalam memberikan informasi. Peneliti dalam berkomunikasi dengan subjek tidak menanyakan hal-hal yang dianggap sebagai privacy bagi subjek, kecuali yang berkaitan dengan penelitian, namun tetap mengedepankan rasa penghormatan dan melalui persetujuan subjek.
Protection from discomfort and harm
Peneliti memberikan kesempatan kepada subjek untuk menyampaikan ketidaknyamanan atau penurunan kondisi kesehatan, dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi keluhan yang dirasakan dengan tindakan mandiri atau kolaboratif. Selama proses pengumpulan data tidak ada subjek yang menyampaikan ketidaknyamanan dan penurunan kondisi fisik secara drastis sehingga dapat melakukan pengambilan data sampai selesai.
INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Alat untuk mengukur tekanan darah yaitu Sphygmomanometer merk Riester® dan Stethoscope merk Littman®.
Ekstrak bawang putih yang pembuatannya menggunakan Metode Maserasi. Pada metode ini menggunakan pelarut etanol 96% sebanyak 16 liter, bawang putih 4,6 kg, dan diuapkan dengan rotary vacuum evaporator.
Form data identitas subjek meliputi: kode, nama, umur, pendidikan, tekanan darah sebelum dilakukan perlakuan, tekanan darah setelah dilakukan perlakuan, pekerjaan dan alamat.
Form persetujuan kesediaan (informed consent).
METODE PENGUMPULAN DATA
Pada penelitian ini data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan langsung dari subjek penelitian meliputi: Data tekanan darah awal, tekanan darah akhir. Sedangkan data sekunder meliputi: Gambaran umum desa dan Puskesmas Medan Area, data-data pasien rawat jalan yang diperoleh dari Puskesmas Medan Area.
Seluruh data diolah secara manual melalui tahapan-tahapan proses yang dimulai secara Editing, Coding, Entry Data dan Tabulasi kemudian dianalisis dengan SPSS 21.0 (Notoatmodjo, 2012).
Pemeriksaan Data (Editing):
Proses editing ialah kegiatan memeriksa data yang meliputi menjumlah dan mengoreksi data yang dikumpulkan berupa form isian dengan tujuan untuk melihat kesesuaian, kelengkapan daftar pertanyaan dan konsistensi jawaban subjek pengamatan/subjek serta memudahkan peneliti dalam pengolahan data agar data yang dimaksud dapat diolah dengan benar sehingga memberikan hasil yang dapat menjelaskan masalah yang dimaksud peneliti kemudian diklasifikasikan dengan mengunakan aspek pengukuran.
Entry Data
Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang diperoleh menggunakan fasilitas komputer dengan program SPSS. Adapun data yang dimasukkan meliputi: kode, nama, umur, tekanan darah awal dan tekanan darah akhir ke dalam komputer untuk proses analisis.
Memberi Kode (Coding)
Coding ialah melakukan pemberian kode berupa angka untuk mempermudah pengolahan data yang dilakukan dengan cara memberikan kode atau simbol sebagai panduan entri dan pengolahan data pada semua variabel dalam program komputer (SPSS) untuk mempermudah pengolahan data sampel.
Penyusunan Data (Tabulasi)
Tabulasi yaitu menyusun data dari hasil penelitian yang sudah dimasukkan dalam komputer yang telah di kategorikan untuk disajikan dalam bentuk tabel frekuensi atau tabel batang maupun diagram batang sehingga data lebih mudah dianalisis dan dibaca.
Adapun data-data yang akan diolah meliputi :
Tekanan Darah Awal sebelum pemberian ekstrak bawang putih.
Data tekanan darah sebelum pemberian bawang putih diperoleh melalui pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik dengan menggunakan Sphygmomanometer air raksa.
Tekanan Darah Akhir sesudah pemberian bawang putih.
Ekstrak Bawang Putih
n
(orang)
Rerata
(mmHg)
Std.
Deviasi
(mmHg)
Penurunan rerata
(mmHg)
p
Sistolik Sebelum
16
127,81
7,0
6,25
0,000
Sistolik Sesudah
16
121,56
8,3
Data tekanan darah sesudah pemberian ekstrak bawang putih diperoleh melalui pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik dengan menggunakan Sphygmomanometer air raksa.
Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel. Analisis data secara statistik dengan menggunakan program SPSS 21.0. Uji yang digunakan merupakan uji hipotesis komparatif variabel numerik dua kelompok yang meliputi uji t berpasangan untuk penurunan tekanan darah pasien kelompok perlakuan sebelum dan sesudah pemberian bawang putih dan uji t tidak berpasangan untuk penurunan tekanan darah pasien antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
PROSEDUR PENELITIAN
Pertama diberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai penelitian yang akan dilakukan kepada calon subjek meliputi tata cara penelitian, manfaat penelitian, efek samping yang mungkin terjadi, kepada siapa subjek meminta tolong jika efek samping terjadi, lalu mengisi formulir persetujuan untuk mengikuti penelitian (informed consent). Setelah itu dilakukan pengukuran tekanan darah awal terhadap calon subjek, subjek yang terpilih adalah yang memenuhi kriteria inklusi yang sudah ada, subjek yang terpilih kemudian diberikan ekstrak bawang putih 1 kali sehari dan pastikan sebelum meminum ekstrak bawang putih tersebut subjek sudah sarapan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan berturut-turut sampai hari ke-14. Setelah hari ke-14, subjek diukur lagi tekanan darah akhirnya untuk mengetahui apakah ada penurunan tekanan darah awal setelah 14 hari mengkonsumsi ekstrak bawang putih.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel pada penelitian adalah 32 pasien Puskesmas Medan Area Selatan yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu 16 orang sebagai kelompok kontrol dan 16 orang sebagai kelompok perlakuan pemberian ekstrak bawang putih, kelompok kontrol dan kelompok perlakuan akan dinilai tekanan darahnya pada saat sebelum dan sesudah perlakuan selama 14 hari. Berdasarkan uji normalitas menggunakan Shapiro Wilk, didapati sebaran data yang normal dengan nilai p= 0,062 (>0,05) dan diastolik dengan nilai p= 0,035 (>0,05).
HASIL ANALISIS PENELITIAN
Tabel 4.1 Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Perlakuan Ekstrak Bawang Putih
Pada tabel 4.1 didapati terjadi penurunan tekanan sistolik pada kelompok perlakuan pemberian ekstrak bawang putih yang bermakna secara statistik dengan menggunakan uji t dengan nilai p=0,000 (<0,05) dan penurunan rerata tekanan sistolik sebesar 6,25 mmHg.
Tabel 4.2 Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Kontrol
Kontrol
n
(orang)
Rerata
(mmHg)
Std.
Deviasi
(mmHg)
Penurunan rerata
(mmHg)
p
Sistolik Sebelum
16
126,25
4,6
1,56
0,055
Sistolik Sesudah
16
124,69
4,6
Pada tabel 4.2 didapati nilai p=0,055 (>0,05) yang berarti tidak ada penurunan yang signifikan pada tekanan sistolik kelompok kontrol, penurunan rerata tekanan sistolik hanya sebesar 1,56 mmHg.
Grafik 4.1 Perbedaan Rerata (mmHg) Penurunan Tekanan Darah Sistolik pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol
Tabel 4.3 Tekanan Darah Diastolik Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Perlakuan Ekstrak Bawang Putih
Ekstrak Bawang Putih
n
(orang)
Rerata
(mmHg)
Std.
Deviasi
(mmHg)
Penurunan rerata
(mmHg)
P
Diastolik Sebelum
16
83,13
4,7
7,50
0,000
Diastolik Sesudah
16
75,63
5,1
Pada tabel 4.3 menunjukkan tekanan diastolik pada kelompok perlakuan pemberian ekstrak bawang putih mengalami penurunan yang bermakna secara statistik dengan menggunakan uji t berpasangan dengan nilai p=0,000 (<0,05) dan penurunan rerata tekanan diastolik sebesar 7,50 mmHg.
Tabel 4.4 Tekanan Darah Diastolik Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Kontrol
Kontrol
n
(orang)
Rerata
(mmHg)
Std.
Deviasi
(mmHg)
Penurunan rerata
(mmHg)
p
Diastolik Sebelum
16
82,81
4,4
1,56
0,096
Diastolik Sesudah
16
81,25
5,0
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan tidak adanya penurunan yang signifikan pada tekanan darah diastolik kelompok kontrol. Dengan nilai p=0,096 (>0,05), sehingga penurunan rerata tekanan diastolik hanya sebesar 1,56 mmHg.
Grafik 4.2 Perbedaan Rerata (mmHg) Penurunan Tekanan Darah Diastolik pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol
Tabel 4.5 Perbedaan Efek Penurunan Tekanan Darah Sistolik antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan Ekstrak Bawang Putih
Perlakuan
n
(orang)
Rerata
(mmHg)
Std.
Deviasi
(mmHg)
Penurunan rerata
(mmHg)
p
Kontrol
16
1,56
3,0
4,68
0,005
Ekstrak Bawang Putih
16
6,25
5,3
Berdasarkan tabel 4.5 didapati nilai p=0,005 (<0,05) yang menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna secara statistik dengan menggunakan uji t tidak berpasangan antara tekanan sistolik pada kelompok kontrol dan tekanan sistolik pada kelompok perlakuan pemberian ekstrak bawang putih yakni sebesar 4,68 mmHg.
Tabel 4.6 Perbedaan Efek Penurunan Tekanan Darah Diastolik antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Perlakuan Ekstrak Bawang Putih
Perlakuan
n
(orang)
Rerata
(mmHg)
Std.
Deviasi
(mmHg)
Penurunan rerata
(mmHg)
p
Kontrol
16
1,6
3,5
5,93
0,000
Ekstrak Bawang Putih
16
7,5
4,4
Berdasarkan tabel 4.6 didapati nilai p=0,000 (<0,05) yang menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna secara statistik dengan menggunakan uji t tidak berpasangan antara tekanan diastolik pada kelompok kontrol dan tekanan diastolik pada kelompok perlakuan pemberian ekstrak bawang putih yakni sebesar 5,93 mmHg.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini didapatkan penurunan tekanan darah sistolik sebesar 5,3 ± 6,25 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 4,5 ± 7,5 mmHg, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 16 orang sampel yang diberikan perlakuan ekstrak bawang putih selama 14 hari, sesuai dengan penelitian meta-analitik yang menyatakan penurunan tekanan darah rata-rata sebesar 7,7 mmHg. Ekstrak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 600 mg, dan pada penelitian lain agar diperoleh hasil yang signifikan digunakan 600 hingga 900 mg ekstrak bawang putih perhari yang berarti terdapat 3,6 sampai 5,4 mg allicin sebagai komponen aktif anti-hipertensi dalam bawang putih (Darmadi, 2010).
Dari penelitian lain yang dilakukan pada tahun 2013 dengan judul Pengaruh Pemberian Kapsul Ekstrak Garlik Terhadap Penurunan Tekanan Darah dan Jumlah Trombosit pada Penderita Preeklampsi Ringan didapatkan penurunan tekanan darah sistolik sebesar 10,125 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 9,06 mmHg (Irwanto, 2013). Dan penelitian yang dilakukan pada tahun 2004 yang berjudul A Meta Analysis of The Effect of Garlic on Blood Pressure and Serum Lipids didapatkan penurunan tekan darah sistolik rerata sebesar 7,7 mmHg dan tekanan darah diastolik rerata sebesar 5,00 mmHg (Neil, 2004).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di poli umum Puskesmas Medan Area Selatan. Jalan Medan Area Selatan, Kel. Sukaramai I, Kec. Medan Area, Kota Medan. Maka dapat diambil kesimpulan:
Terdapat efek pemberian ekstrak bawang putih terhadap penurunan tekanan darah sistolik sebesar 6,25 mmHg dengan nilai p=0,000 (<0,05) dan tekanan darah diastolik sebesar 7,50 mmHg dengan nilai p=0,000 (<0,05) pada kelompok perlakuan.
Pada kelompok kontrol tidak ada penurunan yang signifikan yakni pada tekanan darah sistolik nilai p=0,055 (>0,05) dengan rerata penurunan hanya 1,56 mmHg dan diastolik nilai p=0,096 (>0,05) dengan rerata penurunan hanya 1,56 mmHg.
Ada perbedaan antara penurunan tekanan darah sistolik pada kelompok perlakuan pemberian ekstrak bawang putih dan kelompok kontrol yakni sebesar 4,68 mmHg dengan nilai p=0,005 (<0,05) dan perbedaan antara penurunan tekanan darah diastolik pada kelompok perlakuan pemberian ekstrak bawang putih dan kelompok kontrol yakni sebesar 5,93 mmHg dengan nilai p=0,000 (<0,05).
SARAN
Berdasarkan pembahasan diatas maka penulis dapat mengajukan beberapa saran yaitu:
1. Untuk Instansi Kesehatan
Karena bawang putih sangat ditoleransi oleh tubuh, ekstrak bawang putih dapat menjadi alternatif atau terapi tambahan yang dapat diterima untuk pasien prehipertensi.
2. Untuk Masyarakat
Masyarakat dapat menjadikan ekstrak bawang putih sebagai suplemen yang merupakan terapi non farmakologi untuk menurunkan tekanan darah dan bukan sebagai terapi utama pada pasien prehipertensi.
Perlu adanya informasi kepada masyarakat bahwa dengan meminum ekstrak bawang putih dapat menurunkan tekanan darah pada pasien prehipertensi.
3. Untuk Penelitian Selanjutnya
Peneliti selanjutnya hendaknya mengontrol asupan makanan subjek.
Ekstrak bawang putih memiliki keuntungan dibandingkan bawang putih yang mentah yaitu bau mulut dan bau tubuh yang lebih minimal, mencegah kemungkinan kerusakan komponen aktif akibat dari proses pemasakan.
DAFTAR PUSTAKA
Santoso, M.A. 2011. Efek Bawang Putih (Allium sativum Linn) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pria Dewasa. Bandung.
Kemenkes, 2014. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia : Hipertensi. Jakarta.
Darmadi, 2012. Peranan Bawang Putih (Allium sativum) Terhadap Hipertensi. Lampung.
Heinrich, M. 2010. Farmakognosi dan Fitoterapi. Jakarta : EGC. pp: 246-247.
Ried, K. 2008. Effect of Garlic on Blood Pressure : A Systematic Review and Meta-analisys. Adelaide.
Saryono, Mekar, D. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. pp: 174-176.
Irwanto, Y. 2013. The Effect of Extract Garlic Capsule Toward The Changes of Blood Pressure and Thrombocyt Level in The Mild-Preeclampsy Patients. Malang.
Neil A, Silagy C. 2004. Meta Analysis of The Effect of Garlic on Blood Pressure and Serum Lipids. Adelaide.
Alicajic, F. 2009. Hypertension and Garlic. In: Masic, Izet (21). 2009. Materia Socio Medica. Avicena, Bosnia: pp: 8-11
Cardelle-cobas, 2010. A Comprehensive Survey of Garlic Functionality. Madrid.
Bongiorno, P. 2008. Potential Benefits of Garlic (Allium sativum): A Narrative Review. New York.
Humes, David. 2001. Kelley's Essentials of Internal Medicine. USA : Lippincott Williams & wilkins: p: 139.
Kowalski, R.E. 2010. Terapi Hipertensi: Program 8 Minggu Menurunkan Tekanan Darah Tinggi dan Mengurangi Risiko Serangan Jantung dan Stroke Secara Alami. Bandung : Qanita.pp: 40-42.
Levanita, S. 2011. Prevalensi Retinopati Hipertensi di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Agustus 2008 – Agustus 2010. Medan.
Sherwood, L. 2013. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem Ed.6. Jakarta : EGC.
Tanto. Hipertensi. In: Tanto, Chris. Kapita Selekta Kedokteran. 2014. Jakarta : FKUI.
Wijayakusuma, H. 2011. Terapi Jus Untuk Menurunkan Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi). Jakarta.
Zulkarnain, H. 2013. Budidaya Sayuran Tropis. Jakarta : Bumi Aksara. p: 209.
Yogiantoro, M. Hipertensi Esensial. In: Sudoyo, Aru. Ilmu Penyakit Dalam Ed.5. 2009. Jakarta : InternaPublishing. p: 1080