1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan perekonomian serta bergesernya pola kehidupan masyarakat, maka bergeser pula pola penyakit. Pergeseran tersebut dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif diantaranya penyakit jantung dan pembuluh darah. Penyakit jantung yang banyak di Indonesia adalah penyakit jantung koroner, penyakit rematik, dan penyakit tekanan darah tinggi. Harapan pemerintah agar angka insiden hipertensi dapat ditekan mengingat tingginya kejadian hipertensi setiap tahunnya, namun berdasarkan hasil penelitian terakhir mengungkapkan prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar antara 17 – 22 %. (Marliana, 2011). Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang membesar. Pada 2025 mendatang, diproyeksikan sekitar 29% atau sekitar 1,6 miliar orang di seluruh dunia mengalami hipertensi. Presentase penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di Negara berkembang. Untuk kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Hal ini menandakan satu dari tiga orang menderita tekanan darah tinggi. Menurut Khancit, pada 2011 WHO mencatat ada satu miliar orang terkena hipertensi. Di Indonesia, angka penderita hipertensi mencapai 32% pada 2011 dengan kisaran usia diatas 25 tahun. Jumlah penderita pria mencapai 42,7% , sedangkan 39,2% adalah wanita.
1
2
Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% pada tahun 2013, tetapi yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan atau riwayat minum obat hanya sebesar 9,5%. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis dan terjangkau pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2013b). Profil data kesehatan Indonesia tahun 2011 menyebutkan bahwa hipertensi merupakan salah satu dari 10 penyakit dengan kasus rawat inap terbanyak di rumah sakit pada tahun 2010, dengan proporsi kasus 42,38% pria dan 57,62% wanita, serta 4,8% pasien meninggal dunia (Kemenkes RI, 2012). Berdasarkan
data
dari
Riset
Kesehatan
Dasar
Nasional
(RISKESDASNAS) tahun 2013, prevalensi hipertensi untuk wilayah Sulawesi Tenggara menduduki peringkat ke – 11 setelah Nusa Tenggara Barat dari 33 provinsi di Indonesia dengan angka prevalensi adalah 31,6. Corwin menjelaskan bahwa hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup dan total Peripheral Resistensi. Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau pada nodus SA. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila terdapat volume plasma yang berk
epanjangan, akibat gangguan penanganan
garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan TPR yang berlangsung lama dapat terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal. (andra, 2013). Untuk mencegah agar hipertensi tidak menyebabkan komplikasi lebih lanjut maka diperlukan penanganan yang tepat dan efisien penanganan hipertensi
3
secara umum yaitu secara farmakologis dan nonfarmakologis. Salah satu dari penanganan non farmakologis dalam menyembuhkan penyakit hipertensi yaitu terapi air hangat. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari terapi air hangat antara lain: untuk mencegah flu atau demam, memperbaiki fertilitas, menyembuhkan kelelahan, meningkatkan fungsi imunitas, meningkatkan energi tubuh, dan membantu kelancaran sirkulasi darah. (Destia, 2014) Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh sehingga rendam kaki air hangat dapat digunakan sebagai salah satu terapi yang dapat memulihkan otot sendi yang kaku serta menyembuhkan stroke apabila dilakukan melalui kesadaran dan kedisiplinan. Pertama berdampak pada pembuluh darah dimana hangatnya air membuat sirkulasi darah menjadi lancar. Terapi air hangat dilakukan dengan cara menggunakan air hangat untuk merendam kaki yang bertujuan untuk menstabilakan atau menurunkan tekanan darah yang secara fisiologis air hangat dapat melebarkan pembuluh darah kapiler. (Dwi agung 2015) Berdasarkan hasil observasi yang di lakukan di wilayah kerja puskesmas Kabawo, maka ditemukan penderita hipertensi pada Tahun 2014 sebanyak 25 orang, Tahun 2015 sebanyak 28 orang dan pada Bulan Januari –Mei 2016 sebanyak 25 orang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi Agung Santoso di wilayah kerja UPK Puskesmas Khatulistiwa Kota Pontianak Tahun 2015 dengan 16 responden penderita hipertensi yang terdiri dari 9 orang dengan hipertensi derajat 1 dan 7 orang dengan hipertensi derajat II. Setelah diberi terapi rendam
4
kaki air hangat, responden mengalami penurunan tekanan darah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khoiroh (2014) yang mendapatkan hasil bahwa rata-rata tekanan darah sistolik sebelum dilakukan terapi rendam kaki air hangat 160 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik sebelum dilakukan terapi rendam kaki air hangbat adalah 100 mmHg. Setelah dilakukan terapi rendam kaki air hangat, hasil rata-rata tekanan darah sistolik menurun menjadi 150 mmHg, sedangkan tekanan darah diastolik menurun menjadi 90 mmHg. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti mengabil judul: Pengaruh Terapi Rendam Air Hangat Pada Kaki Penderita Hipertensi Terhadap Penurunan Tekanan Darah. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat disajikan rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana Pengaruh Terapi Rendam Air Hangat Pada Kaki Penderita Hipertensi Terhadap Penurunan Tekanan Darah? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui Pengaruh Terapi Rendam Air Hangat Pada Kaki Penderita Hipertensi Terhadap Penurunan Tekanan Darah
5
1.4 Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoritis Dapat menambah pengetahuan mengenai Pengaruh Terapi Rendam Kaki Pada Air Hangat Dalam Menurunkan Tekanan Darah Terhadap Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kabawo
2.
Manfaat Praktis Dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk memilih pengobatan alternatif yang tepat dan praktis dalam menurunkan tekanan darah
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Umum Tentang Hipertensi 2.1.1
Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
abnormal tekanan darah dalam pembuluh arteri secara terus-menerus lebih dari satu periode. Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHG atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHG. (Amin huda, 2015) Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120-140 mmHg tekanan sistolik dan 80-90 mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya >140/90 mmHg. (Ode, 2012). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor resiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal. (andra 2013) 2.1.2 a.
Klasifikasi Hipertensi Klasifikasi berdasarkan etiologi 1) Hipertensi esensial (primer)
6
7
Merupakan 90% dari kasus penderita hipertensi. Dimana sampai saat ini belum diketahui penyebab pastinya. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam terjadinya hipertensi esensial, seperti: factor genetik, strees dan psikologis, serta faktor lingkungan dandan diet. 2) Hipertensi sekunder Pada hipertensi sekunder, penyebab dan patofisiologi dapat diketahui dengan jelas sehingga lebih mudah untuk dikendalikan dengan obat-obatan. (andra, 2013) b. klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi 1) Berdasarkan JNC VII: Derajat
Tekanan sistolik Tekana
diastolic
(mmHg)
(mmHg)
Normal
<120
Dan <80
Pre- hipertensi
120-139
Atau 80-89
Hipertensi derajat I
140-159
Atau 90-99
Hipertensi derajat II
>160
Atau >100
2) Menurut European Society of cardiology: Kategori
Tekanan
sistolik Tekanan diastolic
(mmHg)
(mmHg)
Optimal
<120
Dan <80
Normal
120
Dan 80-84
8
2.1.3
Normal tinggi
130-139
Dan 85-89
Hipertensi derjat I
140-159
Dan 90-99
Hipertensi derjat II
160-179
Dan 100-109
Hipertensi derjat III
>180
Dan >100
Hipertensi terisolasi
>190
Dan <90
Etiologi Hipertensi Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan
yaitu: a. Hipertensi primer (esensial) merupakan 90% dari kasus hipertensi adalah hipertensi esensial yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik). Beberapa faktor diduga beerkaitan dengan berkembangnya hipertensi insesial adalah sebabgai berikut: 1) Genetik : individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini ketimbang . 2) Jenis kelamin dan usia : laki- laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca menopause beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi. 3) Diet : konsumsi diet tinggi tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan dengan berkembangnya hipertensi 4) Berat badan : obesitas (25% diatas BB ideal) dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.
9
5) Gaya hidup : merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkann tekanan darah, bila gaya hidup ditetapkan. (ardiansyah, 2012) b. Hipertensi sekunder merupakan 10% dari kasus hipertensi adalah hipertensi sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan tekana darah karena suatu kondis fisik yang ada sebulumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan konrasepsi oral, coarcation aorta, neurogenik (tumor otak, ensefalitas, gangguan psikiatris), kehamilan, peningkatan volume intravaskular, luka bakar, dan stress. (wajan juni, 2013). Menurut Nirrmala Devi faktor terjadinya hipertensi terbagi 2 yaitu: 1. Faktor resiko yang tidak dapat diubah a. Genetis b. Usia c. Jenis Kelamin d. Ras 2. Faktor resiko yang dapat diubah a. Merokok b. Obesitas c. Gaya hidup ( kurang gerak) d. Kelebihan garam e. Kafein f. Penggunaan alkohol
10
g. Stress (Nirmala, 2012) 2.1.4
Patofisiologi Hipertensi Kepastian
mengenai
patofisiologi
hipertensi
masih
dipenuhi
ketidakpastian. Sejumlah kecil pasien (antara 2% dan 5%) memiliki penyakit dasar ginjal atau adrenal yang menyebabkan peningkatan tekanan darah. Namun, masih belum ada penyebab tunggal yang dapat diidentifikasi dan kondisi inilah yang disebut sebagai ”hipertensi esensial”. Sejumlah mekanisme fisiologis terlibat dalam pengaturan tekanan darah normal, yang kemudian dapat turut berperan dalam terjadinya hipertensi esensial. Beberapa faktor yang saling berhubungan mungkin juga turut serta menyebabkan peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensif, dan peran mereka berbeda pada setiap individu. Diantara faktor-faktor yang telah dipelajari secara intensif adalah asupan garam, obesitas dan resistensi insulin, sistem renin-angiotensin, dan sistem saraf simpatis. Pada beberapa tahun belakangan, faktor lainnya telah dievaluasi, termasuk genetik, disfungsi endotal (yang tampak pada perubahan endotelin dan nitrat oksida). Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, Yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis keganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang
bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simaptis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf
11
paska ganglion kepembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mengeksresi epinefrin yang menyebabkan vasokonsriksi. Korteks adrenal mengeksresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriksi pembuluh darah. Vasokontriksi yang yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu suatu vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi
aldosteron
oleh
korteks
adrenal.
Hormon
ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung pencetus keadaan hipertensi. (andra, 2013) 2.1.5
Tanda dan Gejala Hipertensi
Tanda dan gejala hipertensi yaitu: a. Mengeluh sakit kepala, pusing b. Lemas, kelahan c. Sesak nafas d. Gelisah
12
e. Mual dan Muntah f. Epistaksis g. Kesadaran menurun (Amin Huda, 2015) 2.1.6
Komplikasi Hipertensi
a. Penyakit jantung (gagal jantung, kematian mendadak, kardiomiopati) dan aritmia b. Stroke c. Penyakit jantung koroner d. Aneurisma aorta (kelemahan dinding aorta yang mengakibatkan dilatasi hingga 1,5 kali lebih besar dan beresiko untuk ruptur), sering mengakibatkan kemtian mendadak. e. Gagal ginjal f. Retinopati (penyakit mata yang mengakibatkan kebutaan) (nurul, 2011) 2.1.7
Penatalaksanaan Hipertensi Penanganan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis
yaitu: a. Penatalaksanaan Nonfarmakologi Penatalaksanaan hipertensindengan nonfarmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu: 1) Mempertahankan berat badan ideal
13
Mempertahankan berat badan ideal sesuai body mass index (BMI) dengan rentang 18,5-24,9 kg/m2. 2) Kurangi asupan natrium Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan cara diet rendah garam yaitu tidak lebih dari 100 mmo/ hari (kira-kira 6 gr NaCl atau 2,4 gr garam/ hari. 3) Batasi konsumsi alkohol Radmarssy mengatakan bahwa konsumsi alkohol harus dibatasi karena komsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah. Para peminum berat mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih besar dari pada mereka yang tidak minum alkohol. 4) Makan K dan Ca cukup dari diet Pertahankan asupan diet potassium (> 90 mmol (3500 mg)/ hari) dengan cara konsumsin diet tinggi buah dan sayur dan diet rendah lemak dengan cara mengurangi asupan lemak jenuh dan lemak total.
Kalium
dapat
menurunkan
tekanan
darah
dengan
meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersama air kencing. 5) Mengindari merokok Merokok memang tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat menimngkatkan resiko komplikasi pada pasien hipertensi seperti penyakit jantung dan
14
stroke, maka perlu dihindari mengkomsumsi tembakau (rokok) karena dapat memperberat hipertensi. 6) Penurunan stress Stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika episode stress sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara yang sangat tinggi 7) Terapi massase Pada prinsipnya pijat yang dilakukan pada penderita hipertensi adalah untuk memperlancar aliran energi dalam tubuh sehingga gangguan hipertensi dan komplikasinya dapat diminimalisir, ketika semua jalur energy terbuka dan aliran energy tidak lagi terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka resiko hipertensi dapat ditekan. b. Pengobatan Farmokologi 1) Dieretik (hidroklorotiazid) Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung mmenjadi lebih ringan. 2) Penghambat simpatetik (metildopa, klonidin dan reserpin) Menghambat aktivitas saraf simpatis 3) Betabloker (metoprolol, propanolol dan atenol) a) Menurunkan daya pompa jantung
15
b) Tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronchial c) Pada penderita diabetes mellitus: dapat menutupi gejala hipoglekimia 4) Vasodilator (prasosin, hidralasin) Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos pembuluh darah. 5) ACE inhibitor (catopril) a) Menghambat pembentukan zat angiotensin II b) Efek samping: batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas 6) Penghambat reseptor angiotensin II (Valsartan) Menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptor sehingga memperingan daya pompa jantung. 7) Antagonis kalsium ( diltiasem dan verapamil) Menghambat kontraksi jantung (andra, 2013) 2.1.8
Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium b.Hb/ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengindikasikan faktor
resiko
seperti
hipokoagvulabilitas, anemia c. BUN/ Kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal. d.Glukosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
16
e. Urinalisasi: darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM 1) Ct Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati 2) EKG: dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi. 3) IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi : seperti batu ginjal, perbaikan ginja. 4) Photo dada : menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran jantung. 2.1.9
Pencegahan Hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan pola makan yang baik
dan aktifitas fisik yang cukup. Hindari kebiasaan lainnya seperti merokok dan mengonsumsi alkohol di duga berpengaruh dalam meningkatkan resiko hipertensi walaupun mekanismenya belum diketahui pasti. (syarifudin, 2011) 2.2
Tinjauan Umum Tentang Terapi Rendam Air Hangat Pada Kaki 2.2.1
Definisi Terapi adalah rawatan pemulihan pada penderita yang pernah
mengidapi suatu penyakit atau mengalami suatu kecederaan yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi tubuh secara normal Kaki adalah jantung kedua tubuh manusia, barometer yang mencerminkan kondisi kesehatan badan. Ada banyak titik akupuntur di
17
telapak kaki. Enam meridian (hati, empedu, kandung kemih, ginjal, limpa, dan perut) ada di kaki. Air hangat adalah salah satu media terapi yang bisa mencegah dan memulihkan seseorang dari penyakit hipertensi. Hal tersebut dikarenakan efek hidrostatik, hidrodinamik, dan suhu hangatnya yang membuat peredaran darah di dalam tubuh menjadi lancar. Selain dapat memperlancar peredaran darah air hangat juga memberikan efek ketenangan bagi tubuh sehingga keseimbangan dalam tubuh (homeostasis) dapat tecapai dengan baik. Rendam kaki pada air hangat adalah salah satu terapi yang bermanfaat untuk mendilatasi pembuluh darah, melancarkan peredaran darah dan memicu saraf yang ada pada telapak kaki untuk bekerja. (Meikha Tari, 2013). 2.2.2
Manfaat Air Hangat Merendam bagian tubuh ke dalam air hangat dapat meningkatkan
sirkulasi, mengurangi edema, meningkatkan relaksasi otot. Terapi rendam kaki pada air hangat mempunyai banyak manfaat diantaranya yaitu : a. Mendilatasi pembuluh darah, melancarkan peredaran darah, dan memicu syaraf yang ada pada telapak kaki untuk bekerja. Syaraf yang ada pada telapak kaki menuju ke organ vital tubuh diantaranya menuju ke jantung, paru-paru, lambung dan pankreas. b. Berdampak pada pembuluh darah. Hangatnya air membuat sirkulasi darah menjadi lancar. c. Faktor pembebanan di dalam air akan menguatkan otot-otot dan ligament yang mempengaruhi sendi-sendi tubuh.
18
d. Latihan di dalam air berdampak positif terhadap otot jantung dan paruparu. Latihan di dalam air membuat sirkulasi pernapasan menjadi lebih baik. Efek hidrostatik dan hidrodinamik pada terapi ini juga membantu menopang berat badan saat latihan jalan Menurut Destia Damayanti (2014) manfaat terapi rendam air hangat terbagi 2 yaitu: a.
secara biologis hangat dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah.
b.
Secara fisiologis respon tubuh terhadap panas yaitu menyebabkan pelebaran pembuluh darah, menurunkan kekentalan darah, menurunkan ketegangan otot, meningkatkan metabolisme jaringan dan meningkatkan permeabilitas kapiler. Menurut Anita Purnama Dewi 2014 terapi rendam kaki air hangat
mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh . a. Berdampak pada pembuluh darah dimana hangatnya air membuat sirkulasi darah menjadi lancar. b. Faktor pembebanan di dalam air yang menguntungkan otot-otot dan ligament yang mempengaruhi sendi tubuh. 2.2.3
Pengaruh terapi
Rendam Air Hangat Pada Kaki dalam
Menurunkan Tekanan Darah Perubahan
tekanan
darah
setelah
dilakukan
rendam
kaki
menggunakan air hangat disebabkan karena manfaat dari rendam kaki menggunakan air hangat yaitu mendilatasi pembuluh darah, melancarkan
19
peredaran darah, dan memicu syaraf yang ada pada telapak kaki untuk bekerja. Merendam bagian tubuh ke dalam air hangat dapat meningkatkan sirkulasi, mengurangi edema, meningkatkan relaksasi otot. Merendam juga dapat disertai
dengan
pembungkusan
bagian
tubuh
dengan
balutan
dan
membasahnya dengan larutan hangat. (Pratika, 2012) Rendam kaki menggunakan air hangat akan merangsang syaraf yang terdapat pada kaki untuk merangsang baroreseptor, dimana baroreseptor merupakan refleks paling utama dalam menetukan kantrol regulasi pada denyut jantung dan tekanan darah. Baroreseptor menerima rangsangan dari peregangan atau tekanan yang berlokasi di arkus aorta dan sinus karotikus.Pada saat tekanan darah arteri meningkat dan arteri meregang, reseptor-reseptor ini dengan cepat mengirim impulsnya ke pusat vasomotor mengakibatkan vasodilatasi pada arteriol dan vena dan perubahan tekanan darah. Dilatasi arteriol menurunkan tahanan perifer dan dilatasi vena menyebabkan darah menumpuk pada vena sehingga mengurangi aliran balik vena, dan dengan demikian menurunkan curah jantung. Impuls aferen suatu baroreseptor yang mencapai jantung akan merangsang aktivitas syaraf parasimpatis dan menghambat pusat simpatis (kardioaselerator) sehingga menyebabkan perubahan denyut jantung dan daya kontraktilitas jantung. Menurut Destia Damayanti (2014) prinsip kerja air hangat yaitu secara konduksi dimana terjadi perpindahan hangat dari air hangat ke dalam tubuh akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan penurunan ketegangan otot sehingga dapat melancarkan peredaran darah yang akan mempengaruhi
20
tekanan arteri oleh baroreseptor pada sinus kortikus dan arkus aorta yang akan menyampaikan impuls yang dibawa serabut saraf yang membawa isyarat dari semua bagian tubuh untuk menginformasikan kepada otak perihal tekanan darah, volume darah dan kebutuhan khusus semua organ ke pusat saraf simpatis ke medulla sehingga
akan merangsang tekanan sistolik yaitu
regangan otot ventrikel akan merangsang ventrikel untuk segera berkontraksi. Pada awal kontraksi, katup aorta dan katup seminularis belum terbuka. Untuk membuka katup aorta, tekanan di dalam ventrikel harus melebihi tekanan katup aorta. Keadaan dimana kontraksi ventrikel mulai terjadi sehingga dengan adanya pelebaran pembuluh darah, aliran darah akan lancar sehingga akan mudah mendorong darah masuk kejantung sehingga menurunkan tekanan sistoliknya. Pada tekanan diastolik keadaan releksasi ventrikular isovolemik saat ventrikel berelaksasi, tekanan didalam ventrikel turun drastik, aliran darah lancar dengan adanya pelebaran pembuluh darah sehingga akan menurunkan tekanan. Semua informasi di proses di otak, isyaratnya ditandai dengan mengembangnya pembuluh darah sehingga memastikan darah mengalir disirkulasi dengan lancar dan memungkinkan jaringan mendapatkan nutrisi agar berfungsi dengan baik serta menurunkan ketegangan otot, meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga akan menurunkan tekanan darah. Dan hidroterapi rendam hangat disini akan mempengaruhi arteri-arteri kecil dikulit akan mengalami dilatasi (melebar) tekanan darah sistolik dan diastolik akan turun.
21
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh destia di desa kebondalem dengan 21 reponden penderita hipertensi sebelum dilakukan hidroterapi rendam hangat tekanan darah sistolik paling rendah sebesar 110 mmHg dan paling tinggi sebesar 160 mmHg. Sesudah dilakukan terapi rendam hangat tekanan darah sistolik menurun menjadi rata-rata 133,7 mmHg dan tekanan darah diastolik 85,2 mmHg. Pada penelitian ini mengatakan bahwa penurunun tekanan darah setiap responden berbeda-beda. Ada yang penurunan yang sedikit dan ada yang penurunan yang banyak. Hal ini disebabkan karena respon tubuh setiap individu berbeda-beda. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi Agung Santoso di wilayah kerja UPK Puskesmas Khatulistiwa Kota Pontianak Tahun 2015 dengan 16 responden penderita hipertensi yang terdiri dari 9 orang dengan hipertensi derajat 1 dan 7 orang dengan hipertensi derajat II. Setelah diberi terapi rendam kaki air hangat, responden mengalami penurunan tekanan darah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khoiroh (2014) yang mendapatkan hasil bahwa rata-rata tekanan darah sistolik sebelum dilakukan terapi rendam kaki air hangat 160 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik sebelum dilakukan terapi rendam kaki air hangat adalah 100 mmHg. Setelah dilakukan terapi rendam kaki air hangat, hasil rata-rata tekanan darah sistolik menurun menjadi 150 mmHg, sedangkan tekanan darah diastolik menurun menjadi 90 mmHg. (Dwi agung 2015)
22
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1
Kerangka Konsep Adapun gambaran dari kerangka konsep penelitian ini dapat dilihat bagan
sebagai berikut: Penurunan tekanan darah pada pasien
Terapi rendam air hangat pada kaki
Keterangan : : Variabel independen : Variabel dependen : Variabel yang diteliti 3.2
Hipotesis Penelitian 3.2.1
Hipotesis Alternatif (Ha) Ha dalam penelitian ini adalah ada pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.
23
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1
Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain pre eksperimental dengan jenis
penelitian ekperimental dengan rancangan penelitian (one group pre-test post-test design). Dimana dalam rancangan ini tidak ada kelompok pembanding tetapi dilakukan observasi pertama (pre-test) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan. Adapun rancangan penelitian ini sebagai berikut :
Skema Rancangan Penelitian Pre-Test V1
Perlakuan X
Post-Test V2
Keterangan : X : Perlakuan yang diberikan. V1 : Diadakan pre-test mengenai tekanan darah pada kelompok eksperimen sebelum diberikan perlakuan. V2 : Diadakan post-test mengenai tekanan darah pada kelompok eksperimen setelah diberikan perlakuan.
23
24
4.2
Populasi dan Sampel 4.2.1
Populasi Populasi dalam penelitian adalah seluruh pasien yang didiagnosa
sebagai hipertensi ringan, sedang, dan berat. Berdasarkan data dari Puskesmas Kabawo ditemukan sebanyak 25 responden. 4.2.2
Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti. Tekhnik yang
digunakan untuk mengambil sampel dalam penelitian ini yaitu accidental sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara mengambil responden yang kebetulan ditemui atau dijumpai ditempat penelitian pada saat penelitian berlangsung. Adapun kriteria sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah : a. Kriteria inklusi 1) Bersedia menjadi responden 2) Pasien yang tidak sedang mengonsumsi obat 3) Pasien dalam keadaan sadar komposmentis 4) Kooperatif b. Kriteria eksklusi 1) Tidak bersedia menjadi responden 2) Pasien dalam keadaan koma 3) Pasien dengan komplikasi berat. 4) Pasien yang tidak sedang mengonsumsi obat
25
4.3
Definisi Operasional dan Kriteria Objektif a. Hipertensi adalah tekanan darah abnormal diatas 120/80 mmHg yang dialami pasien hipertensi yang datang ke Puskesmas Kabawo yang mana tekanan darahnya di ukur dalam posisi duduk dan yang telah terdiagnosa menderita hipertensi. Adapun Kriteria objektif hipertensi adalah : Pre- hipertensi
: 120-139/80-89 mmHg
Hipertensi derajat I
: 140-159/90-99 mmHg
b. Terapi rendam kaki air hagat adalah terapi yang dilakukan untuk menurunkan tekanan darah pasien hipertensi dengan cara merendam kaki pada air hangat dengan suhu 40,5°C – 43 0C selama 15 – 30 menit. 4.4
Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara
4.5
Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 16 Juni - 13 Juli Tahun 2016
4.6
Instrumen Pengumpulan Data Sebagai instrument untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
lembar observasi untuk mengukur tekanan darah saat pre-test dan post-test pada responden yang diteliti. 4.6.1
Bahan Bahan dan Instrumen yang digunakan untuk melakukan intervensi
dalam penelitian ini adalah :
26
a. Stopwatch b. Sphygnomanometer (Tensimeter) c. Stetoskop d. Termometer skala 0°C – 50°C e. Baskom/ember f. Air hangat g. Handuk 4.6.2
Petunjuk
a. Jelaskan pada klien sensasi yang akan dirasakan selama prosedur berlangsung. b. Instruksikan klien untuk segera melapor jika ada perubahan sensasi atau rasa tidak nyaman. c. Sediakan jam sehingga klien dapat membantu perawat menghitung waktu pelaksanaan terapi. d. Lihat kebijakan institusi dan manual prosedur untuk suhu yang aman. e. Jangan memberi posisi yang menyulitkan klien bergerak menjauhi sumber suhu. 4.6.3
Prosedur Kerja Pemberian terapi rendam kaki air hangat dapat dilakukan kapan saja,
dengan prosedur sebagai berikut : a. Subjek penelitian dipersilahkan untuk mengambil posisi duduk diatas kursi atau ranjang. b. Mengukur tekanan darah pasien sebelum dilakukan terapi.
27
c. Mengukur suhu air menggunakan termometer. d. Memasukkan kaki klien ke dalam baskom yang telah diisi air hangat ketinggian 15 cm dengan suhu 40,5°C – 43°C. e. Biarkan selama 15-30 menit dan baskom/ember ditutup dengan handuk untuk mempertahankan suhu. f. Setelah itu membersihkan kaki klien dengan handuk dan mencuci tangan. g. Megukur tekanan darah pasien sesudah dilakukan terapi. 4.7
Prosedur Pengumpulan Data Pengambilan data dilakukan melalui pengamatan dan menggunakan
lembar observasi. Metode observasi pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perubahan tekanan darah responden dengan menggunakan alat pengukur tekanan darah (sphygnomanometer). Penilaian tekanan darah ini antara lain: Hipertensi Derajat I (Ringan) 140-150/90-99 mmHg, Hipertensi Derajat II (Sedang) 160-179/100-109 mmHg yang telah disiapkan. Pengisian lembar observasi dilakukan dua kali yaitu sebelum diberikan terapi rendam kaki air hangat dan langsung setelah diberikan terapi rendam kaki air hangat. 4.8
Pengolahan Data Setelah semua data terkumpul, dilanjutkan dengan pengolahan data secara
manual sebelum data dianalisis terlebih dahulu. 1. Editing Setelah semua data terkumpul peneliti akan memeriksa kelengkapan data menurut karakteristiknya masing-masing.
28
2. Koding Data yang telah dikumpulkan kemudian diberi kode menurut jawaban responden. 3. Tabulating Untuk memudahkan analisis data maka data dikelompokkan ke dalam tabel kerja, kemudian data dianalisis secara statistik deskriptif melalui perhitungan dan hasil perhitungan jumlah. 4.9
Analisis Data a. Analisis Univariat Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan karakteristik setiap variabel penelitian yang diukur. Adapun variabel independent (bebas) dalam penelitian ini adalah pemberian terapi rendam air hangat pada kaki. Sedangkan variabel dependent (terikat) dalam penelitian ini adalah perubahan tekanan darah. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan statistik (analisis frekuensi) dengan formula sebagai berikut: f
x = n x100%
Keterangan : x
: Persentase variabel diteliti
f
: Kriteria penelitian terhadap responden
n
: Jumlah sampel
k
: Konstanta (100%).
29
b. Analisis Bivariat Untuk mengetahui pengaruh dari hasil penelitian maka data dianalisis dengan menggunakan statistik Wilcoxon Sign Rank untuk mengetahui perbedaan variabel dependent sebelum dan sesudah perlakuan dengan tingkat menggunakan alat bantu komputerisasi. 4.10 Penyajian Data Setelah data dikumpulkan, data harus disusun secara skematis dan disajikan dengan baik agar data tersebut dapat dimengerti pada penelitian ini. Penyajian data akan menggunakan tabel sesuai dengan kebutuhan dan jenis data kemudian dirahasiakan agar lebih mudah dipahami. 4.11 Etika Penelitian Di dalam melakukan peneltian, peneliti harus mendapat izin dari institusi Puskesmas Kabawo Kabupaten Muna untuk melakukan penelitian di tempat tersebut. Setelah mendapat izin barulah peneliti dapat melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi : 1. Lembar persetujuan (Informed Consent) Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden (komunikasi terapeutik) yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat memahami maksud dan tujuan penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti tidak akan memaksadan tetap menghormati hakhak responden.
30
2. Tanpa nama (Anonymity) Peneliti tidak akan mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data yang diisi subjek, tetapi hanya diberikan kode huruf.