ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN OSTEOMIELITIS
MAKALAH
disusun guna melaksanakan tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik IV A Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember
oleh Kelompok NIM Genap
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2013
PRAKATA
Puji Puji syuku syukurr kami kami panjatk panjatkan an ke hadirat hadirat Allah Swt. atas rahmat rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Osteomielitis” Osteomielitis” ini dapat dapat diselesaikan diselesaikan dengan baik. baik.
Makalah ini disusun disusun guna
meme memenu nuhi hi tuga tugass pemi pemicu cu mata mata kuli kuliah ah Ilmu Ilmu Keperw Keperwat atan an Klin Klinik ik IV A yang dibimbing oleh Ns. Wantiyah, M.Kep. Berbagai Berbagai informasi informasi yang dimuat dalam makalah makalah ini dapat digunakan digunakan sebaga sebagaii referen referensi si dalam dalam pengaja pengajaran ran maupun maupun pembela pembelajara jaran. n. Kami Kami menya menyadari dari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Karena itu, kami mengharapkan masukan dan saran yang membangun guna untuk perbaikan sehingga penyusunan makalah yang akan datang menjadi lebih baik. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu membantu dalam penyusunan penyusunan makalah makalah ini. Harapan Harapan kami semoga makalah makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Jember, 12 Februari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL.......................................................................................
i
PRAKATA.......................................................................................................
ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
iii
BAB 1. PENDAHULUAN.............................................................................
1
1.1 Latar Belakang...........................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................
2
1.3 Tujuan.........................................................................................
2
1.4 Manfaat.......................................................................................
2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................
4
2.1 Definisi........................................................................................
4
2.2 Etiologi.........................................................................................
4
2.3 Patofisiologi.................................................................................
6
2.4 Penatalaksanaan Umum............................................................
8
2.5 Manifestasi Klinis.......................................................................
8
2.6 Pemeriksaan Penunjang.............................................................
9
2.7 Pencegahan..................................................................................
10
2.8 Komplikasi dan Prognosis.........................................................
10
BAB 3. PATHWAYS.....................................................................................
12
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................
13
4.1 Pengkajian..................................................................................
13
4.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................
14
4.3 Intervensi....................................................................................
14
4.4 Implementasi..............................................................................
17
4.5 Evaluasi.......................................................................................
18
BAB 5. PENUTUP.........................................................................................
20
5.1 Kesimpulan..................................................................................
20
5.2 Saran............................................................................................
20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
21
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem
muskuloskeletal
merupakan
penunjang
bentuk tubuh
dan
bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama sistem utama sistem muskuloskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendo, ligamen, bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini. Beragamnya jaringan dan organ sistem muskuloskeletal dapat menimbulkan berbagai macam gangguan. Beberapa gangguan tersebut timbul primer pada sistem itu sendiri, sedangkan gangguan yang berasal dari bagian lain tubuh tetapi menimbulkan efek pada sistem muskuloskeletal. Tanda utama gangguan sistem muskuloskeletal adalah nyeri dan rasa tidak nyaman , yang dapat bervariasi dari tingkat yang paling ringan sampai yang sangat berat. Salah satu gangguan tersebut adalah osteomielitis. Osteomielitis adalah radang tulang yang disebabkan oleh organisme piogenik, walaupun berbagai agen infeksi lain juga dapat menyebabkannya, gangguan ini dapat tetap terlokalisasi atau dapat tersebar melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks, jaringan kanselosa, dan periosteum (Dorland, 2002). Osteomyelitis merupakan inflamasi pada tulang yang disebabkan infeksi piogenik
atau
non-piogenik
seperti
Micobacterium
tuberkulosa
atau
Staphylococcus aureus. Infeksi dapat terbatas pada sebagian kecil tempat pada tulang atau melibatkan beberapa daerah seperti sumsum, perioesteum, dan jaringan lunak disekitar tulang. Kunci keberhasilan penatalaksanaan osteomyelitis adalah diagnosis dini dan operasi yang tepat serta pemilihan jenis antibiotik yang tepat. Secara umum, dibutuhkan pendekatan multidisipliner yang melibatkan ahli orthopaedi, spesialis penyakit infeksi, dan ahli bedah plastik pada kasus berat dengan hilangnya jaringan lunak. Untuk itulah dibutuhkan pengetahuan lebih mengenai konsep penyakit dari osteomielitis dan asuhan keperawatannya. Hal itulah yang melatarbelakangi kami untuk menyusun makalah ini.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah yaitu sebagai berikut. 1.2.1
Apa definisi Osteomyelitis?
1.2.2
Apa saja etiologi Osteomyelitis?
1.2.3
Bagaimana patofisiologi dari Osteomyelitis?
1.2.4
Apa saja penatalaksanaan umum dari Osteomyelitis?
1.2.5
Apa saja manifestasi klinis Osteomyelitis?
1.2.6
Apa saja pemeriksaan penunjang pada klien Osteomyelitis?
1.2.7
Apa saja komplikasi dan prognosis dari Osteomyelitis?
1.2.8
Bagaimana pathway dari Osteomyelitis?
1.2.9
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Osteomyelitis?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah yaitu sebagai berikut. 1.3.1
Untuk mengetahui definisi Osteomyelitis
1.3.2
Untuk mengetahui etiologi Osteomyelitis
1.3.3
Untuk mengetahui patofisiologi dari Osteomyelitis
1.3.4
Untuk mengetahui penatalaksanaan umum dari Osteomyelitis
1.3.5
Untuk mengetahui manifestasi klinis Osteomyelitis
1.3.6
Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada klien Osteomyelitis
1.3.7
Untuk mengetahui komplikasi dan prognosis dari Osteomyelitis
1.3.8
Untuk mengetahui pathway dari Osteomyelitis
1.3.9
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Osteomyelitis.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut: 1.1.1
sebagai tambahan perbendaharaan karya tulis ilmiah yang dapat dijadikan referensi dalam pembelajaran mahasiswa jurusan keperawatan;
3
1.1.2
dengan mengeksplorasi tentang pengkajian tanda-tanda vital akan membantu penulis maupun pembaca mendapatkan tambahan pengetahuan mengenai tanda-tanda vital dan juga tata cara pengkajiannya.
4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Osteomielitis adalah suatu penyakit infeksi yang terjadi pada tulang. Infeksi yang mengenai tulang lebih sulit disembuhkan dari pada infeksi yang terjadi pada jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respon jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan tulang baru disekeliling jaringan tulang mati atau involukrum, (Bunner & Suddart dalam Suratun, 2008). Osteomielitis adalah infeksi tulang yang dapat terjadi pada sembarang tulang dalam tubuh. Lokasi paling sering adalah femur dan tibia. Pada daerah humerus dan pinggul jarang terkena osteomielitis. Berbagai organisme dapat menyebabkan osteomielitis baik secara langsung (eksogen) atau melalui darah dari infeksi ditempat lain (endogen). Sumber eksogen meliputi kontaminasi dari luka tembus, fraktur terbuka, kontaminasi selama pembedahan, atau perluasan sekunder melalui abses , luka bakar atau luka biasa, ( Betz, 2009). Menurut Corwin, 2009 menyatakan bahwa osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yeng lebih sering terjadi setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi bedah (osteomielis eksogen). Osteomielitis ini disebabkan oleh bakteri, namun virus, jamur dan mikroorganisme lain juga ikut berperan. Osteomielitis ini sulit untuk diobati karena dapat terbentuk abses lokal. Abses tulang biasanya memiliki suplai darah yang buruk sehingga terjadi pelepasan sel imun dan antibiotik terbatas. Nyeri hebat dan disabilita permanen dapat terjadi apabila infeksi tulang tidak diobati dengan segera dan agresif.
5
2.2 Etiologi
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di tempat lain (misalkan tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran napas atas). Osteomielitis terjadi melalui 3 cara, yaitu aliran darah penyebaran secara langsung dan infeksi dari jaringan lunak di dekatnya. Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat dimana terdapat trauma atau dimana terdapat resisten rendah, kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas). Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di tulang belakang (pada dewasa). Contohnya: dialisis, pemakaian obat-obatan. Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (misalkan ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (misalkan fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan tulang). Bakteri yang menyebabkan tuberkulosis juga bisa menginfeksi tulang belakang (penyakit Pott). Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang. Infeksi pada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya. Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah, menyebabkan demam dan kadang-kadang di kemudian hari, menyebabkan nyeri pada tulang yang terinfeksi. Daerah diatas tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan nyeri. Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes. Selain itu, pasien yang menderita atritis reumatoid, telah dirawat lama dirumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula
yang
menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nekrosis insisi marginal atau dehisensi luka atau memerlukan evakuasi hemamtoma (Smeltzer, 2001).
6
Menurut Suratun (2008) Faktor resiko osteomielitis adalah sebagai berikut. 1. Nutrisi buruk 2. Lansia 3. Kegemukan 4. Diabetes militus 5. Arthritis rheumatoid 6. Mendapatkan terapi kortikosteroid jangka panjang pernah menjalani operasi ortopedi lama 7. Mengalamiinfeksi luka yang mengeluarkan pus 8. Mengalami infeksi insisi marginal/dehisensi luka.
2.3 Patofisiologi
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang dapat terjadi pada sembarang tulang dalam tubuh. Femur dan tibia merupakan lokasi yang paling sering terkena tengkorak pada bayi. Bagian yang jarang terkena adalah Humerus dan pinggul. Keadaan predisposisi (gizi dan higiene yang buruk) adalah pencetus terjadinya osteomielitis. Penyebab osteomielitis dapat berbagai macam, yakni secara eksogen (langsung), atau secara hematogen (melalui darah dari infeksi di tempat lain). Tulang yang terinfeksi menyerang soft tissue dan sumsum tulang hingga terjadi pembengkakan jaringan tersebut. Oleh karena itu menekan dinding luar tulang,terjadilah kompresi pada sumsum tulang. Proses ini menyebabkan pasokan darah ketulang menjadi berkurang atau berhenti. Pasokan darah yang tidak memadai ini lama-lama membuat jaringanj-jaringan pada tulang menjadi mati. Pada daerah yang jaringannya sudah mati tidak dapat melakukan perbaikan jaringan kembali dan mengobati infeksi sel bahkan dengan antibiotik yang seharusnya dapat mmbantu memerangi infeksi. Sehingga infeksiterus berulang hingga dapat menyebar keluarjaringan tulang hingga mengenai jaringanlunak sekitarnya seperti otot yang kemudian terbentuk kumpulan nanah. Osteomyelitis
7
dapat menyebar melalui aliran darah, penyebaran langsung (infeksi), infeksi jaringan lunak sekitarnya.Gambaran patologis bervariasi tergantung umur pasien, tempat
terjadi infeksi,tingkat
infeksi
mikroorganisme, dan
respon host.
Bagaimana pun berdasarkan variasinya ditemukan ciri khas dengan adanya tanda radang, supurasi, nekrosis,pembentukan tulagbaru dan terjadi resolusi dan penyembuhan. Pasien dengan osteomielitis akut tampak tungkainya sangat sakit, bengkak dan merah di tempat infeksi.
Gambar 2.1 Patofisiologi Osteomielitis
8
2.4 Penatalaksanaan Umum
Adapun penataksanaan umum menurut Suratun (2008) adalah sebagai berikut: 1. Daerah yang terkena diimobilisasi untuk mnegurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur; 2. Lakukan redaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali sehari untuk mnegingkatkan aliran darah; 3. Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan mneghentikan proses infeksi; 4. Berdasarkan hasil kutur, dimulai pemberian antibiotic intravena. Jika infeksi tampak terkontrol dapat diberikan peroral dan dilanjutkan sampai 3 bulan; 5. Pembedahan dilakukan jika tidak menunjukkan respon terhadap antibiotic; 6. Lakukan irigasi dengan larutan salin fisiologis steril 7-8 hari pada jaringan purulen dan jaringan nekrotik diangkat. Tetapi antibiotic dilanjutkan.
2.5 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis menurut Suratun (2008) adalah sebagai berikut: 1. jika infeksi hematogen pasien mengalami demam tinggi, pasien menggigil, denyut nadi cepat dan malaise umum; 2. setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak. Bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkan, dan sangat nyeri tekan; 3. jika infeksi terjadi akibat penyebaran infeksi disekitarnya atau kontaminasi langsung, tidak ada gejala septikemia. Gejalanya yaitu daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
Sedangkan manifestasi klinis menurut
Betz (2009) adalah sebagai
berikut: 1. nyeri tiba-tiba; 2. nyeri tekan diatas tulang dan pembengkakan dan rasa hangat diatas tulang;
9
3. demam; 4. kemungkinan dehidrasi; 5. keengganan menggerakkan tungkai atau menahan beban; 6. menahan ekstremitas dalam posisi semifleksi (spasme otot); 7. iritabilitas; 8. nafsu makan buruk; 9. tanda-tanda inflamasi dan infeksi lokal (hangat, eritema, drainase, penurunan rentang pergerakan); 10. Letargi.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan osteomielitis meliputi: 1. Pemeriksaan sinar-X yang menunjukkan pembengkakan jaringan lunak. 2. Hitung darah lengkap apabila leukositosis nyata dan Laju endap darah apabila meningkat mengindikasikan adanya infeksi 3. Pemindaian adalah tes yang digunakan u ntuk mengidentifikasi area infeksi. 4. MRI atau CT scan adalah tes yang digunakan untuk membantu diagnostik definitif awal, menunjukkan keterlibatan tulang 5. Pemeriksaan darah adalah tes yang digunakan untuk memperlihatkan peningkatkan leokosit dan meningkatkan laju endap darah. 6. Kultur darah dan obses diperlukan untuk menentukan jenis antibiotik yang sesuai. 7. Studi Radiografis-X- Negatif untuk 10 sampai 12 hari pertama, smapai terjadi perusakan tulang (pembengkakan jaringan lunak muncul sebagai awal tanda) 8. Aspirasi jarum langsung untuk memastikan diagnosis dan mendapatkan bahan kultur setempat (metode yang terbaik untuk diagnosis).
10
2.7 Pencegahan
Adapun menurut Suratun (2008) adalah sebagai berikut: 1. Pencegahan infeksi local dapat menurunkan angka penyebaran hematogen; 2. Penangan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang; 3. Lingkungan operasi dan teknik operasi dapat menurunkan isdensi; 4. Pemberian antibiotic profikasis pada pasien pembedahan; 5. Teknik perawatan luka pasca operasi.
2.8 Komplikasi dan Prognosis
2.8.1 Komplikasi Komplikasi osteomyelitis dapat terjadi akibat perkembangan infeksi yang tidak terkendali dan pemberian antibiotik yang tidak dapat mengeradikasi bakteri penyebab. Komplikasi osteomyelitis dapat mencakup infeksi yang semakin memberat pada daerah tulang yang terkena infeksi atau meluasnya infeksi dari fokus infeksi ke jaringan sekitar bahkan ke aliran darah sistemik. Secara umum komplikasi osteomyelitis adalah sebagai berikut: a. Abses Tulang b. Bakteremia c. Fraktur Patologis d. Meregangnya implan prosthetik (jika terdapat implan prosthetic) e. Sellulitis pada jaringan lunak sekitar yang terjadi osteomyelitis. f. Abses otak pada osteomyelitis di daerah kranium.
2.8.2 Prognosis Prognosis dari osteomyelitis sangat banyak macamnya tergantung dari berbagai
macam
faktor
seperti
virulensi
bakteri,
imunitas,
host,
dan
penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien. Diagnosis yang dini dan penatalaksanaan
yang
agressif
akan
dapat
memberikan
prognosis
yang
memuaskan dan sesuai dengan apa yang diharapkan meskipun pada infeksi yang berat sekalipun. Sebaliknya, osteomyelitis yang ringan pun dapat berkembang menjadi infeksi yang berat dan meluas jika terlambat dideteksi dan antibiotik yang
11
diberikan tidak dapat membunuh bakteri dan menjaga imunitas host. Pada keadaan tersebut maka prognosis osteomyelitis menjadi buruk.
12
BAB 3. PATHWAYS
Penyebab infeksi
Respon inflamasi
Vaskularisasi
Hipertermi
Trombosis pada pembuluh darah
Edema Peningkatan tekanan jaringan medula Nyeri
Iskemi
Nekrosis
Infeksi ke kavitas medularis dan ke bawah periostenum
Abses tulang
Penurunan kekuatan tulang
Gangguan mobilitas
Gangguan perfusi jaringan
13
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN 4.1 Pengkajian
a. Riwayat keperawatan Dalam hal ini perawat menanyakan faktor-faktor resiko sehubungan dengan osteomielitis. Hal-hal yang dikaji meliputi umur, pendidikan dan pekerjaan pasien. 1. Identifikasi gejala akut : nyeri akut, pembangkakan, eritma, demam atau keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam. atau kambuhan keluarnya pus dari sinus disetai nyeri, pembengkakan dan demam sedang. Pada pasien osteomyelitis akut akan mengalami kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi, dan pada pasien osteomyelitis kronik akan mengalami peningkatan suhu yang terjadi pada sore dan malam hari. 2. Kaji faktor resiko : Lansia, DM, terapi kortikosteroid jangka panjang, cedera, infeksi dan riwayat bedah ortopedi sebelumnya. 3. Hal-hal yang dikaji meliputi umur, pernah tidaknya trauma, luka terbuka, tindakan operasi khususnya operasi tulang, dan terapi radiasi. Faktor-faktor tersebut adalah sumber potensial terjadinya infeksi. b. Pemeriksaan fisik Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lunak bila dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi, irritable, lemah bengkak, nyeri, maupun eritema. c. Riwayat psikososial Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh, takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat
perlu
mengfkaji
perubahan-perubahan
hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah. d. Pemeriksaan diagnostik
kehidupan
khususnya
14
Hasil laboratorium menunjukan adanya leukositosis dan laju endap darah meningkat. 50% pasien yang mengalami infeksi hematogen secara dini adanya osteomielitis maka dilakukan scanning tulang. Selain itu dapat pula dengan biopsi tulang atau MRI.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat yaitu sebagai berikut. 1. Nyeri berhubungan dengan edema jaringan 2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi 3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan trombosis pembuluh darah 4. Gangguan mobilitas berhubungan dengan penurunan kekuatan tulang
4.3 Intervensi
1. Nyeri b/d inflamasi dan pembengkakan INTERVENSI RASIONAL 1. Observasi dan catat lokasi, beratnya 1. Membantu membedakan (skala
0-10)
dan
karakter
(menetap, hilang timbul).
nyeri penyebab nyeri dan memberikan informasi
tentang
kemajuan/perbaikan terjadinya
penyakit,
komplikasi,
dan
keefektifan intervensi. 2.catat terhadap respon obat, dan 2. Nyeri berat yang tidak hilang laporkan pada dokter bila nyeri hilang. dengan
tindakan
rutin
menunjukkan
dapat
terjadinya
komplikasi/kebutuhan
terhadap
intervensi lebih lanjut. 3. pantau tanda vital, catat peninggian 3. peninggian frekuensi jantung suhu.
dapat menunjukkan peningkatan nyeri/ketidaknyamanan
atau
15
terjadi respons trhadap demam dan proses inflamasi. 4. Kalaborasi. Berikan obat antipiretik, 4.Menurunkan contoh asetaminofen.
demam
dan
inflamasi.
2. Kerusakan mobilitas fisik b/d nyeri/ketidaknyamanan INTERVENSI RASIONAL 1. Instruksian pasien untuk/bantu 1. Meningkatkan aliran darah ke otot dalam rentang gerak pasien/aktif dan
tulang
untuk
meningkatkan
pada ekstremitas yang sakit dan tonus otot, mempertahankan gerak yang tak sakit
sendi; kontrakturatrofi, dan resorpsi kalsium karena tidak digunakan. perawatan 2.Meningkatkan kekuatan otot dan
2. Bantu/dorong
diri/kebersihan (contoh mandi)
sirkulasi, pasien
meningkatkan dalam
meningkatkan
kontrol
situasi,
dan
kesehetan
diri
langsung. 3. Awasi TD dengan melakukan 3. Hipotensi postural adalah masalah aktivitas.
Perhatikan
pusing.
keluhan umum menyertai tirah baring lama dan dapat memerlukan intervensi khusus (contoh kemiringan meja dengan peninggian secara bertahap
sampai posisi tegak). 4. Ubah posisi secara periodik 4. Menjega/menurunkan dan
dorong
untuk
batuk/napas dalam.
insiden
latihan komplikasi kulit/pernapasan (contoh dekubitus, atelektasis pneumonia).
3. Resiko terhadap penyebaran infeksi b/d fungsi proteksi kulit hilang
1.
INTERVENSI RASIONAL Observasi tanda-tanda infeksi 1. Pasien mungkin masuk dengan
peradangan,
seperti
demam. infeksi
yang
biasanya
telah
16
Kemerahan, adanya pus pada luka, mencentuskan sputum purulen. 2.
keadaan
ketoasidosis atau dapat mengalami
infeksi nosokomial. Tingkatkan upaya pencegahan 2. Mencegah timbulnya
infeksi
dengan melakukan cuci tangan yang silang (infeksi nosokomial). baik
pada
semua
berhubungan
orang
dengan
termasuk pasiennya sendiri. 3. dorong keseimbangan
yang pasien antara 3. menurunkan
aktivitas dan istirahat .
kebutuhan keseimbangan oksigen dan
memperbaiki
pasien 4.
pertahanan
terhadap
infeksi,
meningkatkan penyembuhan. diskusikan kebutuhan masukan 4. malnutrisi dapat mempengaruhi
nutrisi adekuat. 5.
komsumsi/
berikan
kesehatan umum dan menurunkan antibiotik
tahanan terhadap infeksi. sesuai 5. Dapat diberikan
indikasi
secara
profilaksis bila dicurigai terjadinya infeksi atau kontaminasi
4.4 Implementasi
a. Telah dilakukan pengkajian karakteristik nyeri yang dirasakan klien: lokasi, durasi, dan intensitas nyeri dengan menggunakan skala nyeri (0-10) b. Telah dilakukan pengaturan posisi imobilisasi pada daerah nyeri sendi atau nyeri di tulang yang mengalami infeksi c. Telah diajarkan teknik relaksasi pada klien ( guide immagery, distraksi, massage) d. Telah diamati perubahan suhu setiap 15 menit sampai suhu stabil, lalu dilakukan pengamatan perubahan suhu setiap 4 jam e. Telah dilakukan kompres air hangat pada area yang bengkak f. Telah berkolaborasi dalam pemberian obat-obatan analgetik: i. Penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam
17
ii. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam iii. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam iv. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan. g. Telah dipertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan h. Ekstremitas yang sakit telah diletakkan dalam posisi yang lebih tinggi dan diberi sokongan i.
Telah diajarkan latihan rentang gerak pada ekstremitas yang sakit dan tak sakit pada klien (teknik ROM pasif/aktif) sesuai kemampuan klien
j.
Telah diberikan penyanggah pada ekstremitas yang sakit pada saat bergerak
k. Telah dijelaskan pada klien tentang pembatasan aktivitas (istirahat lokal pada daerah yang dibidai atau ditraksi) l.
Telah diberikan dorongan/motivasi pada klien untuk melakukan ADL dalam lingkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan
m. Telah dipantau kardiopulmonal sebelum dan sesudah aktivitas ringan yang diawasi n. Telah dipantau TTV (TD, nadi, pernapasan), tingkat kesadaran, warna kemerahan kulit, dan tingkat hidrasi (turgor dan kelembaban kulit) o. Telah dilakukan pengubahan posisi pasien secara periodik p. Telah dilakukan kolaborasi tentang pemberian fisioterapi q. Telah diberikan pada klien nutrisi yang adekuat (tinggi protein, vit. A, B, dan C) r. Telah dipantau intake cairan atau makanan untuk memastikan kecukupan energi klien s. Telah diberikan cairan intravena dan transfusi darah (k/p) t.
Telah dilakukan drainase bedah
u. Telah dilakukan pengkajian tingkat kecemasan dan reaksi fisik (TTV) v. Telah dijelaskan prosedur setiap tindakan dan kemungkinan yang akan muncul w. Telah
diberikan
support/dukungan
pada
klien
agar
meningkatkan
kepercayaan diri dalam menghadapi penyakit x. Telah dilakukan kolaborasi penggunaan obat sedatif sesuai anjuran
18
y. Telah diberikan tempat tidur yang nyaman dengan menempatkan beberapa milik pribadi klien, misalnya bantal dan guling, serta mengurangi kebisingan dan pencahayaan lampu z. Telah diberikan pagar tempat tidur (sesuai indikasi)
4.5 Evaluasi
Hasil yang diharapkan: 1.
Peredaan nyeri a. Klien melaporkan berkurangnya nyeri b. Klien tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi c. Klien tidak mengalami ketidaknyamanan saat bergerak
2.
Peningkatan mobilitas fisik a. Klien mampu berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri b. Klien mampu mempertahankan fungsi penuh pada ektremitas yang sehat c. Klien mampu memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman
3.
Gangguan mobilitas fisik berkurang a. Klien mampu meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin b. Klien mampu mempertahankan posisi fungsional c. Klien mampu meningkatkan fungsi area yang sakit d. Klien menunjukkan teknik mampu melakukan aktivitas
4.
Penurunan suhu tubuh a. Klien tidak mengalami dehidrasi lebih lanjut b. Suhu tubuh klien mendekati normal
5.
Ansietas klien berkurang a. Ekspresi wajah klien rileks b. Cemas dan rasa takut klien hilang atau berkurang
6.
Pola tidur kembali normal a. Jumlah jam tidur klien tidak terganggu
19
b. Insomnia berkurang c. Adanya kepuasan tidur d. Klien menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologis
20
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Beragamnya
jaringan
dan
organ
sistem
muskuloskeletal
dapat
menimbulkan berbagai macam gangguan. Beberapa gangguan tersebut timbul primer pada sistem itu sendiri, sedangkan gangguan yang berasal dari bagian lain tubuh tetapi menimbulkan efek pada sistem muskuloskeletal. Tanda utama gangguan sistem muskuloskeletal adalah nyeri dan rasa tidak nyaman , yang dapat bervariasi dari tingkat yang paling ringan sampai yang sangat berat. Salah satu gangguan tersebut adalah osteomielitis. Osteomielitis adalah radang tulang yang disebabkan oleh organisme piogenik, walaupun berbagai agen infeksi lain juga dapat menyebabkannya, gangguan ini dapat tetap terlokalisasi atau dapat tersebar melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks, jaringan kanselosa, dan periosteum (Dorland, 2002). Penyebabnya adalah fraktur terbuka yang tidak mendapat perawatan dengan baik.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu ketika seseorang mendapat fraktur tulang, apalagi fraktur terbuka, segera dibawa ke rumah sakit untuk ditangani sebelum melewati 6 jam setelah cedera untuk mencegah terjadinya osteomyelitis serta makalah tentang penyakit osteomeilitis ini dapat digunakan mahasiswa dalam proses belajar.
21
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily Lynn., & Sowden, Linda A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Ed.5. jakarta: EGC Betz,Cecily Lynn.2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri.Jakarta: EGC Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Volume 3. Jakarta: EGC Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Ed revisi 3. Jakarta: EGC dazspecta.
2011.
Asuhan
Keperawatan
Pada
Pasien Osteomielitis
.
http://thefuturisticlovers.wordpress.com/2011/04/26/asuhan-keperawatan pada-pasien-osteomielitis/ [diakses 12 Februari 2013] Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC. Dorland, W. A. Newman, 2002. Kamus Kedokteran Edisi 29. Alih bahasa : Andy Setiawan, et al. Jakarta : EGC. Hatono,
Rudhy.
2012. Kunpulan
Asuhan
Keperawatan
(
ASKEP
).
http://scatiez.blogspot.com/2012/11/asuhan-keperawatan-pada-kliendengan.html [12 Februari 2013] Junadi, Purnawan. 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 2. Jakarta: Media Aesculapius FKUI. Kalim, Handono. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI. Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal . Jakarta: EGC. Prince, Sylvia Anderson. 1999. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed 4. Jakarta: EGC. Rasjad, Chairuddin. 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: Yarsif Watampone..
Halaman
132-141.
Serial
online
melalui:
22
https://www.google.com/search? q=Komplikasi+dan+prognosis+osteomilithtml. Soeparman. 1990. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II . Jakarta: Balai Penerbit FKUI . Suartun, S.H. 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal: Seri Asuhan keperawatan. Jakarta: EGC. Suratun. 2008. Klien
Gangguang Sistem
Muskuloskeletal:
Seri
Asuhan
Keperawatan. Jakarta: EGC Suratun. et al. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal . Jakarta: EGC Tambayaong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC