SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) DETEKSI DINI GANGGUAN JIWA Pokok Bahasan
: Deteksi Dini Gangguan Jiwa
Sub Pokok Bahasan
: 1. 2. 3. 4. 5.
Definisi Deteksi Dini Definisi Gangguan Jiwa Penyebab Gangguan Jiwa Jenis Gangguan Jiwa Peran Keluarga
Waktu
: Selasa, 24 Januari 2017
Sasaran
: Keluarga dan Pasien
Tempat
: Ruang Poli Jiwa, RS Jiwa Menur Surabayadetek
Jenis
: Penyuluhan
A. TUJUAN I. Tujuan Instruksional Umum (TIU) Setelah mendapatkan penyuluhan tentang deteksi dini gangguan jiwa diharapkan pasien dan keluarga dapat mengerti dan memahami lebih jelas tentang deteksi dini gangguan jiwa. II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang deteksi dini gangguan jiwa selama 30 menit, diharapkan pasien dan keluarga mampu: 1. Menjelaskan pengertian deteksi dini 2. Menjelaskan pengertian gangguan jiwa B. STRUKTUR PENYULUHAN 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tempat : Ruang Poli Jiwa, RS Jiwa Menur Surabaya Pelaksanaan : 07.00 WIB Lama Pemainan : 30 menit Jumlah anggota : 10 pasien Alat dan sarana : Leaflet dan Booklet Perilaku yang diharapkan dari pasien dan keluarga: a. Pasien dan keluarga mampu memahami tentang deteksi dini b. Pasien dan keluarga mampu memahami tentang pengertian gangguan jiwa 7. Aturan penyuluhan: a. Pasien dan keluarga dikumpulkan dalam satu ruangan
b. Masing-masing pasien dan keluarga berespon terhadap apa yang ada dihadapannya C. PENGORGANISASIAN 1. Moderator, bertugas: Irma Junita Sari a. Memimpin dan mengorganisasikan jalannya penyuluhan mulai dari pembukaan sampai selesai b. Mengarahkan penyuluhan c. Memandu proses penyuluhan 2. Penyaji, bertugas: Yusri’ul Kamil a. Menyampaikan atau menjelaskan pokok bahasan penyuluhan b. Menggali pengetahuan peserta c. Membuat kriteria evaluasi 3. Fasilitator, bertugas: Gita Retno Damayanti a. Memfasilitasi pasien dan keluarga untuk bersiap penyuluhan b. Membimbing pasien dan keluarga untuk mengikuti jalannya penyuluhan c. Memperhatikan respon pasien dan keluarga saat penyuluhan d. Mengajak pasien dan keluarga untuk bersosialisasi dengan sekitarnya 4. Observer, bertugas: Dani Triatmo Prasetyo a. Mangawasi jalannya penyuluhan b. Mencatat proses penyuluhan disesuaikan dengan rencana c. Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses penyuluhan d. Menyusun laporan dan menilai hasil penyuluhan dibantu dengan moderator D. DENAH Observer
Peserta
Peserta
Peserta
Peserta
Peserta
Peserta
Fasilitator Penyaji
E. KEGIATAN WAKTU 3 menit
15 menit
Booklet
Moderator
TAHAP Pembukaan : Mengucapkan salam Memperkenalkan diri Menjelaskan maksud dan tujuan Kontrak waktu dengan pasien dan keluarga Pelaksanaan : Penyampaian materi
RESPON Peserta menjawab salam Peserta mengenal perawat Peserta memperhaikan Peserta menyetujui kontrak waktu Peserta memperhatikan penyampaian materi Peserta mengetahui tentang
pengertian
pengertian deteksi dini Peserta mengetahui tentang pengertian gangguan jiwa Peserta mengetahui penyebab diare Peserta mengetahui tanda dan gejala diare
Menjelaskan tentang penyebab diare
Menjelaskan gejala diare
Peserta mengetahui derajat dehidrasi
Peserta mengetahui pencegahan diare
Peserta mengetahui penatalaksanaan diare
Peserta bertanya dan menjawab Peserta memahami materi dan mampu menjawab pertanyaan
tentang
Menjelaskan dehidrasi Menjelaskan diare
tentang
tentang
Menjelaskan penatalaksanaan diare
tanda
dan
derajat
pencegahan
tentang
Evaluasi : Tanya Jawab
2 menit
pengertian
10 menit
Menjelaskan tentang deteksi dini Menjelaskan tentang gangguan jiwa
Remodeling (menanyakan kembali kepada peserta)
Penutup: Menutup pertemuan dengan menyimpulkan materi yang telah dibahas Memberikan salam penutup
Peserta mendengarkan kesimpulan
Peserta menjawab salam
F. ANTISIPASI MASALAH Jika pada saat kegiatan berlangsung terjadi masalah seperti peserta tiba-tiba menolak atau tidak mau mengikuti kegiatan maka perawat akan memberikan pengertian mengenai pentingnya deteksi dini gangguan jiwa G. EVALUASI 1. Evaluasi Struktur a. Kesiapan SAP b. Kesiapan media dan tempat c. Peserta yang hadir minimal 70% dari jumlah peserta di undang
d. Pengorganisasian dilakukan 1 hari sebelumnya 2. Evaluasi Proses a. Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan waktunya b. Kegiatan berjalan sesuai dengan SAP c. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description d. Peserta antusias terhadap penyuluhan yang dilakukan e. Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai f. Peserta terlibat aktif dalam kegiatan diskusi 3. Evaluasi hasil a. Peserta mampu memahami maksud dan tujuan dari diadakannya penyuluhan tentang deteksi dini gangguan jiwa b. Peserta mengetahui pokok masalah yang telah di diskusikan yaitu tanda dan gejala deteksi dini gangguan jiwa c. Peserta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan H. MATERI (Terlampir)
DETEKSI DINI GANGGUAN JIWA A. PENGERTIAN DETEKSI DINI GANGGUAN JIWA Deteksi dini gangguan jiwa termasuk dalam pencegahan sekunder pada pencegahan psikiatri (preventif psychiatry). Pencegahan sekunder didefinisikan sebagai deteksi dini dan pengobatan segera terhadap penyakit atau gangguan, dengan tujuan menurunkan prevalensi gangguan dengan memperpendek lama sakit (Kaplan and Sadock, 1996). Gangguan Jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial.
B. PENYEBAB GANGGUAN JIWA Umumnya sebab-sebab gangguan jiwa menurut Santrock (1999) dibedakan atas: 1. Sebab-sebab jasmaniah/ biologic a. Keturunan Peran yang pasti sebagai penyebab belum jelas, mungkin terbatas dalam mengakibatkan kepekaan untuk mengalami gangguan jiwa tapi hal tersebut sangat ditunjang dengan faktor lingkungan kejiwaan yang tidak sehat. b. Jasmaniah Beberapa penyelidik berpendapat bentuk tubuh seorang berhubungan dengan gangguan jiwa tertentu, Misalnya yang bertubuh gemuk / endoform cenderung menderita psikosa maniak depresif, sedang yang kurus/ ectoform cenderung menjadi skizofrenia. c. Temperamen Orang yang terlalu peka/ sensitif biasanya mempunyai masalah kejiwaan dan ketegangan yang memiliki kecenderungan mengalami gangguan jiwa. d. Penyakit dan cedera tubuh Penyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit jantung, kanker dan sebagainya, mungkin menyebabkan merasa murung dan sedih. Demikian pula cedera/cacat tubuh tertentu dapat menyebabkan rasa rendah diri. 2. Sebab Psikologik Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang dialami akan mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya dikemudian hari. Hidup seorang manusia dapat dibagi atas 7 masa dan pada keadaan tertentu dapat mendukung terjadinya gangguan jiwa. a. Masa bayi Yang dimaksud masa bayi adalah menjelang usia 2 – 3 tahun, dasar perkembangan yang dibentuk pada masa tersebut adalah sosialisasi dan pada masa ini. Cinta dan kasih sayang ibu akan memberikan rasa hangat/ aman bagi bayi dan dikemudian hari menyebabkan kepribadian yang hangat, terbuka dan bersahabat. Sebaliknya, sikap ibu yang dingin acuh tak acuh bahkan menolak dikemudian hari akan berkembang kepribadian yang bersifat menolak dan menentang terhadap lingkungan. Sebaiknya dilakukan dengan tenang, hangat yang akan memberi rasa aman dan terlindungi, sebaliknya, pemberian yang kaku, keras dan tergesa-gesa akan menimbulkan rasa cemas dan tekanan. b. Masa anak pra sekolah (antara 2 sampai 7 tahun) Pada usia ini sosialisasi mulai dijalankan dan telah tumbuh disiplin dan otoritas. Penolakan orang tua pada masa ini, yang mendalam atau ringan, akan menimbulkan rasa tidak aman
dan ia akan mengembangkan cara penyesuaian yang salah, dia mungkin menurut, menarik diri atau malah menentang dan memberontak. Anak yang tidak mendapat kasih sayang tidak dapat menghayati disiplin tak ada panutan, pertengkaran dan keributan membingungkan dan menimbulkan rasa cemas serta rasa tidak aman. hal-hal ini merupakan dasar yang kuat untuk timbulnya tuntutan tingkah laku dan gangguan kepribadian pada anak dikemudian hari. c. Masa Anak sekolah Masa ini ditandai oleh pertumbuhan jasmaniah dan intelektual yang pesat. Pada masa ini, anak mulai memperluas lingkungan pergaulannya. Keluar dari batas-batas keluarga. Kekurangan atau cacat jasmaniah dapat menimbulkan gangguan penyesuaian diri. Dalam hal ini sikap lingkungan sangat berpengaruh, anak mungkin menjadi rendah diri atau sebaliknya melakukan kompensasi yang positif atau kompensasi negatif. Sekolah adalah tempat yang baik untuk seorang anak mengembangkan kemampuan bergaul dan memperluas sosialisasi, menguji kemampuan, dituntut prestasi, mengekang atau memaksakan kehendaknya meskipun tak disukai oleh si anak. d. Masa Remaja Secara jasmaniah, pada masa ini terjadi perubahanperubahan yang penting yaitu timbulnya tanda-tanda sekunder (ciri-ciri diri kewanitaan atau kelaki-lakian) Sedang secara kejiwaan, pada masa ini terjadi pergolakan- pergolakan yang hebat. pada masa ini, seorang remaja mulai dewasa mencoba kemampuannya, di suatu pihak ia merasa sudah dewasa (hak-hak seperti orang dewasa), sedang di lain pihak belum sanggup dan belum ingin menerima tanggung jawab atas semua perbuatannya. Egosentris bersifat menentang terhadap otoritas, senang berkelompok, idealis adalah sifat-sifat yang sering terlihat. Suatu lingkungan yang baik dan penuh pengertian akan sangat membantu proses kematangan kepribadian di usia remaja. e. Masa Dewasa muda Seorang yang melalui masa-masa sebelumnya dengan aman dan bahagia akan cukup memiliki kesanggupan dan kepercayaan diri dan umumnya ia akan berhasil mengatasi kesulitan-kesulitan pada masa ini. Sebaliknya yang mengalami banyak gangguan pada masa sebelumnya, bila mengalami masalah pada masa ini mungkin akan mengalami gangguan jiwa. f. Masa dewasa tua Sebagai patokan masa ini dicapai kalau status pekerjaan dan sosial seseorang sudah mantap. Sebagian orang berpendapat perubahan ini sebagai masalah ringan seperti rendah diri.
pesimis. Keluhan psikomatik sampai berat seperti murung, kesedihan yang mendalam disertai kegelisahan hebat dan mungkin usaha bunuh diri. g. Masa Tua Ada dua hal yang penting yang perlu diperhatikan pada masa ini Berkurangnya daya tanggap, daya ingat, berkurangnya daya belajar, kemampuan jasmaniah dan kemampuan sosial ekonomi menimbulkan rasa cemas dan rasa tidak aman serta sering mengakibatkan kesalah pahaman orang tua terhadap orang di lingkungannya. Perasaan terasing karena kehilangan teman sebaya keterbatasan gerak dapat menimbulkan kesulitan emosional yang cukup hebat. h. Sebab Sosio Kultural Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat dilihat maupun yang tidak terlihat. Faktor budaya bukan merupakan penyebab langsung menimbulkan gangguan jiwa, biasanya
terbatas
menentukan
“warna”
gejala-gejala.
Disamping
mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian seseorang misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan yang berlaku dalam kebudayaan tersebut. Menurut Santrock (1999) Beberapa faktor-faktor kebudayaan tersebut: 1) Cara-cara membesarkan anak: Cara-cara membesarkan anak yang kaku dan otoriter, hubungan orang tua anak menjadi kaku dan tidak hangat. Anak-anak setelah dewasa mungkin bersifat sangat agresif atau pendiam dan tidak suka bergaul atau justru menjadi penurut yang berlebihan. 2) Sistem Nilai: Perbedaan sistem nilai moral dan etika antara kebudayaan yang satu dengan yang lain, antara masa lalu dengan sekarang sering menimbulkan masalahmasalah kejiwaan. Begitu pula perbedaan moral yang diajarkan di rumah / sekolah dengan yang dipraktekkan di masyarakat sehari-hari. 3) Kepincangan antar keinginan dengan kenyataan yang ada: Iklan-iklan di radio, televisi. Surat kabar, film dan lain-lain menimbulkan bayangan-bayangan yang menyilaukan tentang kehidupan modern yang mungkin jauh dari kenyataan hidup seharihari. Akibat rasa kecewa yang timbul, seseorang mencoba mengatasinya dengan khayalan atau melakukan sesuatu yang merugikan masyarakat. 4) Ketegangan akibat faktor ekonomi dan kemajuan teknologi Dalam masyarakat modern kebutuhan dan persaingan makin meningkat dan makin ketat untuk meningkatkan ekonomi hasil-hasil teknologi modern. Memacu orang untuk bekerja lebih keras agar dapat memilikinya. Jumlah orang yang ingin bekerja lebih besar dari kebutuhan sehingga pengangguran meningkat, demikian pula urbanisasi meningkat, mengakibatkan upah menjadi rendah. Faktor-faktor gaji yang rendah, perumahan yang buruk, waktu istirahat
dan berkumpul dengan keluarga sangat terbatas dan sebagainya merupakan sebagian mengakibatkan perkembangan kepribadian yang abnormal. 5) Perpindahan kesatuan keluarga: Khusus untuk anak yang sedang berkembang kepribadiannya, perubahan-perubahan lingkungan (kebudayaan dan pergaulan), sangat cukup mengganggu. 6) Masalah golongan minoritas: Tekanan-tekanan perasaan yang dialami golongan ini dari lingkungan dapat mengakibatkan rasa pemberontakan yang selanjutnya akan tampil dalam bentuk sikap acuh atau melakukan tindakan-tindakan yang merugikan orang banyak. C. JENIS GANGGUAN JIWA
Berikut ini beberapa gangguan jiwa yang sering terjadi dan memerlukan perhatian khusus : 1. Pada anak a. Gangguan perkembangan perfasif, 3 area perkembangan utama yaitu perilaku, interaksi soial dan komunikasi Macam gangguan perfasif: 1) Retardasi mental adalah gangguan fungsi intelektual secara signifikan berada di bawah rata-rata(IQ< 70) dan ketebatasan terkait dalam 2 bidang keterampilan adaptasi atau lebih(komunikasi, perawatan diri) 2) Autisme adalah gangguan yang dicirikan dalam interaksi social dan komunikasi serta aktivitas dan minat yang terbatas 3) Gangguan perkembangan spesifik dicirikan dengan keterlambatan perkembangan yang mengarah kepada kerusakan fungsi pada berbagai bidang seperti membaca dan bahasa b. Defisit pehatian dan gangguan perilaku distruktif diantaranya: 1) ADHD (Attention Deficit Hiperactivity Disorder) dicirikan dengan tingakt gangguan perhatian impulsifitas dan hiperaktifitas yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan 2) Gangguan perilaku dicirikan dengan perilaku berulang distruktif dan kesengajaan untuk tidak patuh. 2. Pada remaja a. Skizofrenia pada awalnya meliputi perubahan ekstrim dalam perilaku sehari-hari isolasi
social,
sikap
yang
aneh,
penurunan
nilai-nilai
akademik,
dan
mengekspresikan perilaku yang tidak disadarinya b. Bunuh diri mempunyai tanda-tanda diantaranya menarik diri secara tiba-tiba dengan memberontak atau berperilaku keras, menyalah gunkan obat atau alcohol dan ancaman butuh secara terang terangan secara verbal c. Gangguan penyalahgunaan obat (Narkotika) 3. Pada lansia a. Dimensia adalah suatu gangguan intelektual atau daya ingat yang ummnya progresif dan ireversibel biasanya terjadi pada usia lebih dari 65 tahun
b. Depresi gejalanya kehilangan minat mudah lelah dan konsentrasi berkurang dan kurang percaya diri c. Gangguan kecemasan berupa gangguan manik, fobia, dan gangguan stress akut d. Fenomena yang sering dikeluhkan pada lansia adalah lebih banyak terbangun pada dini hari ngantuk pada siang hari dan tidur sejenak pada siang hari Gangguan jiwa membuat seseorang menjadi terganggu fungsi dan produktivitasnya dan ini bisa mengganggu juga keluarga dan masyarakat. Dengan melakukan deteksi dini dan penanganan yang baik maka gangguan jiwa dapat cepat dipulihkan dan tidak mejadi makin berat. Deteksi dini gangguan jiwa dapat dilakukan di puskesmas, rumah sakit, psikiater, psikolog, perawat jiwa dan di rumah sakit jiwa. Pemeriksaan yang dilakukan adalah wawancara, pemeriksaan lab dan radiologi (bila diperlukan), tes kesehatan mental dan tes psikologis lainnya. Setelah diagnosis ditegakkan maka terapi akan segera dimulai dan kesembuhan akan cepat diraih. Pengobatan untuk gangguan jiwa berlangsung lama dan dibutuhkan konsultasi yang rutin. Dengan melakukan deteksi dini dan pemeriksaan maka gangguan jiwa yang berat dapat dihindari sehingga bahaya juga bisa dicegah. D. PERAN KELUARGA Keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya (Friedman, 1981), dan tugas keluarga pada anggotanya yang mengalami gangguan jiwa adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Mengenal gangguan jiwa setiap anggotanya Menetapkan pelayanan kesehatan jiwa yang tepat Merawat anggota keluarganya yang gangguan jiwa Menyediakan lingkungan yang mendukung kesehatan jiwa 5. Memanfaatkan pelayanan kesehatan jiwa, lintas sektor dan jaringan dukungan keluarga yang tersedia di lingkungan.