SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) DETEKSI DINI GANGGUAN JIWA Pokok Bahasan
: Deteksi Dini Gangguan Jiwa
Sub Pokok Bahasan
: 1. Definisi Deteksi Dini 2. Definisi Gangguan Jiwa 3. Penyebab Gangguan Jiwa 4. Jenis Gangguan Jiwa 5. Peran Keluarga Merawat Pasien Gangguan Jiwa 6. Fungsi Keluarga
Waktu
: Jum'at, 11 Agustus 2017
Sasaran
: Keluarga
Tempat
: Balai RW 10 Rusun Penjaringan Sari
Jenis
: Penyuluhan
A. TUJUAN I. Tujuan Instruksional Umum (TIU) Setelah mendapatkan penyuluhan tentang deteksi dini gangguan jiwa diharapkan keluarga dapat mengerti dan memahami lebih jelas tentang deteksi dini gangguan jiwa. II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang deteksi dini gangguan jiwa selama 30 menit, diharapkan keluarga mampu: 1. Menjelaskan pengertian deteksi dini 2. Menjelaskan pengertian gangguan jiwa 3. Menjelaskan penyebab gangguan jiwa 4. Menjelaskan jenis gangguan jiwa 5. Menjelaskan peran keluarga merawat pasien gangguan jiwa 6. Menjelaskan tentang fungsi keluarga B. STRUKTUR PENYULUHAN 1. Tempat
: Balai RW 10 Rusun Penjaringan Sari
2. Pelaksanaan
: 10 WIB
3. Lama Pemainan
: 30 menit
4. Jumlah anggota
: 10 pasien
5. Alat dan sarana
: Leaflet dan Booklet
6. Perilaku yang diharapkan dari keluarga: a. Keluarga mampu memahami tentang deteksi dini b. Keluarga mampu memahami tentang pengertian gangguan jiwa 7. Aturan penyuluhan: a. Keluarga dikumpulkan dalam satu ruangan b. Masing-masing keluarga berespon terhadap apa yang ada dihadapannya C. PENGORGANISASIAN 1.
Moderator, bertugas: Adi Sofyan a. Memimpin dan mengorganisasikan jalannya penyuluhan mulai dari pembukaan sampai selesai b. Mengarahkan penyuluhan c. Memandu proses penyuluhan
2.
Penyaji, bertugas: Yusri’ul Kamil a. Menyampaikan atau menjelaskan pokok bahasan penyuluhan b. Menggali pengetahuan peserta c. Membuat kriteria evaluasi
3. Fasilitator, bertugas: Gita R. Damayanti, Irma Junita S, Ninik Comariyati a. Memfasilitasi keluarga untuk bersiap penyuluhan b. Membimbing keluarga untuk mengikuti jalannya penyuluhan c. Memperhatikan respon keluarga saat penyuluhan d. Mengajak pasien dan keluarga untuk bersosialisasi dengan sekitarnya 4. Observer, bertugas: Dani Triatmo Prasetyo, Rahmad Tomi W a. Mangawasi jalannya penyuluhan b. Mencatat proses penyuluhan disesuaikan dengan rencana c. Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses penyuluhan d. Menyusun laporan dan menilai hasil penyuluhan dibantu dengan moderator
D. DENAH Observer
Peserta
Peserta
Peserta
Peserta
Peserta
Peserta
Fasilitator Penyaji
Booklet
Moderator
E. KEGIATAN WAKTU 3 menit
TAHAP Pembukaan : • Mengucapkan salam
RESPON •
• • •
15 menit
Memperkenalkan diri • Menjelaskan maksud dan tujuan • Kontrak waktu dengan pasien dan • keluarga Pelaksanaan : • Penyampaian materi • • • • • •
• 10 menit
Menjelaskan tentang pengertian deteksi dini Menjelaskan tentang pengertian gangguan jiwa Menjelaskan tentang penyebab gangguan jiwa Menjelaskan tentang jenis gangguan jiwa Menjelaskan tentang peran keluarga merawat pasien gangguan jiwa
• • • •
Menjelaskan tentang fungsi keluarga •
Evaluasi : • Tanya Jawab •
•
•
Remodeling (menanyakan kembali • kepada peserta)
Peserta menjawab salam Peserta mengenal perawat Peserta memperhaikan Peserta menyetujui kontrak waktu Peserta memperhatikan penyampaian materi Peserta mengetahui tentang pengertian deteksi dini Peserta mengetahui tentang pengertian gangguan jiwa Peserta mengetahui tentang penyebab gangguan jiwa peserta mengetahui tentang jenis gangguan jiwa Peserta mengetahui tentang peran keluarga merawat pasien gangguan jiwa Peserta mengetahui tentang fungsi keluarga Peserta bertanya dan menjawab Peserta memahami materi dan mampu menjawab pertanyaan
2 menit
Penutup: • Menutup pertemuan dengan menyimpulkan materi yang telah dibahas • Memberikan salam penutup
•
Peserta mendengarkan kesimpulan
•
Peserta menjawab salam
F. ANTISIPASI MASALAH Jika pada saat kegiatan berlangsung terjadi masalah seperti: 1. Apabila ada peserta yang akan meninggalkan proses penyuluhan: mencegah pasien dan menganjurkan peserta untuk duduk kembali dan menjelaskan kepada peserta tentang pentingnya deteksi dini gangguan jiwa 2. Apabila tidak ada peserta yang bertanya: memancing responden agar bertanya dengan cara menanyakan keluhannya, sehingga responden akan termotivasi untuk bertanya 3. Apabila responden tidak menjawab saat diberikan pertanyaan: penyaji sedikit mengulang dan menjelaskan apa yang telah disampaikan lalu anjurkan peserta untuk mengulang apa yang sudah disampaikan 4. Apabila peserta ramai saat penyuluhan berlangsung: fasilitator memberikan instruksi kepada peserta agar tidak ramai dan kembali fokus pada penyuluhan G. EVALUASI 1. Evaluasi Struktur a. Kesiapan SAP b. Kesiapan media dan tempat c. Peserta yang hadir minimal 70% dari jumlah peserta di undang d. Pengorganisasian dilakukan 1 hari sebelumnya 2. Evaluasi Proses a. Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan waktunya b. Kegiatan berjalan sesuai dengan SAP c. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description d. Peserta antusias terhadap penyuluhan yang dilakukan e. Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai f. Peserta terlibat aktif dalam kegiatan diskusi 3. Evaluasi hasil a. Peserta mampu memahami maksud dan tujuan dari diadakannya penyuluhan tentang deteksi dini gangguan jiwa
b. Peserta mengetahui pokok masalah yang telah di diskusikan yaitu tanda dan gejala deteksi dini gangguan jiwa c. Peserta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan H. MATERI (Terlampir)
DETEKSI DINI GANGGUAN JIWA
A. PENGERTIAN DETEKSI DINI GANGGUAN JIWA Deteksi dini gangguan jiwa termasuk dalam pencegahan sekunder pada pencegahan psikiatri (preventif psychiatry). Pencegahan sekunder didefinisikan sebagai deteksi dini dan pengobatan segera terhadap penyakit atau gangguan, dengan tujuan menurunkan prevalensi gangguan dengan memperpendek lama sakit (Kaplan and Sadock, 1996). Gangguan Jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial. B. PENYEBAB GANGGUAN JIWA Umumnya sebab-sebab gangguan jiwa menurut Santrock (1999) dibedakan atas: 1. Sebab-sebab jasmaniah/ biologic a. Keturunan Peran yang pasti sebagai penyebab belum jelas, mungkin terbatas dalam mengakibatkan kepekaan untuk mengalami gangguan jiwa tapi hal tersebut sangat ditunjang dengan faktor lingkungan kejiwaan yang tidak sehat. b. Jasmaniah Beberapa penyelidik berpendapat bentuk tubuh seorang berhubungan dengan gangguan jiwa tertentu, Misalnya yang bertubuh gemuk / endoform cenderung menderita psikosa maniak depresif, sedang yang kurus/ ectoform cenderung menjadi skizofrenia. c. Temperamen Orang yang terlalu peka/ sensitif biasanya mempunyai masalah kejiwaan dan ketegangan yang memiliki kecenderungan mengalami gangguan jiwa. d. Penyakit dan cedera tubuh Penyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit jantung, kanker dan sebagainya, mungkin menyebabkan merasa murung dan sedih. Demikian pula cedera/cacat tubuh tertentu dapat menyebabkan rasa rendah diri. 2. Sebab Psikologik Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang dialami akan mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya dikemudian hari. Hidup seorang manusia dapat dibagi atas 7 masa dan pada keadaan tertentu dapat mendukung terjadinya gangguan jiwa. a. Masa bayi
Yang dimaksud masa bayi adalah menjelang usia 2 – 3 tahun, dasar perkembangan yang dibentuk pada masa tersebut adalah sosialisasi dan pada masa ini. Cinta dan kasih sayang ibu akan memberikan rasa hangat/ aman bagi bayi dan dikemudian hari menyebabkan kepribadian yang hangat, terbuka dan bersahabat. Sebaliknya, sikap ibu yang dingin acuh tak acuh bahkan menolak dikemudian hari akan berkembang kepribadian yang bersifat menolak dan menentang terhadap lingkungan. Sebaiknya dilakukan dengan tenang, hangat yang akan memberi rasa aman dan terlindungi, sebaliknya, pemberian yang kaku, keras dan tergesa-gesa akan menimbulkan rasa cemas dan tekanan. b. Masa anak pra sekolah (antara 2 sampai 7 tahun) Pada usia ini sosialisasi mulai dijalankan dan telah tumbuh disiplin dan otoritas. Penolakan orang tua pada masa ini, yang mendalam atau ringan, akan menimbulkan rasa tidak aman dan ia akan mengembangkan cara penyesuaian yang salah, dia mungkin menurut, menarik diri atau malah menentang dan memberontak. Anak yang tidak mendapat kasih sayang tidak dapat menghayati disiplin tak ada panutan, pertengkaran dan keributan membingungkan dan menimbulkan rasa cemas serta rasa tidak aman. hal-hal ini merupakan dasar yang kuat untuk timbulnya tuntutan tingkah laku dan gangguan kepribadian pada anak dikemudian hari. c. Masa Anak sekolah Masa ini ditandai oleh pertumbuhan jasmaniah dan intelektual yang pesat. Pada masa ini, anak mulai memperluas lingkungan pergaulannya. Keluar dari batas-batas keluarga. Kekurangan atau cacat jasmaniah dapat menimbulkan gangguan penyesuaian diri. Dalam hal ini sikap lingkungan sangat berpengaruh, anak mungkin menjadi rendah diri atau sebaliknya melakukan kompensasi yang positif atau kompensasi negatif. Sekolah adalah tempat yang baik untuk seorang anak mengembangkan kemampuan bergaul dan memperluas sosialisasi, menguji kemampuan, dituntut prestasi, mengekang atau memaksakan kehendaknya meskipun tak disukai oleh si anak. d. Masa Remaja Secara jasmaniah, pada masa ini terjadi perubahanperubahan yang penting yaitu timbulnya tanda-tanda sekunder (ciri-ciri diri kewanitaan atau kelaki-lakian) Sedang secara kejiwaan, pada masa ini terjadi pergolakan- pergolakan yang hebat. pada masa ini, seorang remaja mulai dewasa mencoba kemampuannya, di suatu pihak ia merasa sudah dewasa (hak-hak seperti orang dewasa), sedang di lain pihak belum sanggup dan belum ingin menerima tanggung jawab atas semua perbuatannya. Egosentris bersifat menentang terhadap otoritas, senang berkelompok, idealis adalah sifat-sifat yang sering terlihat. Suatu lingkungan yang
baik dan penuh pengertian akan sangat membantu proses kematangan kepribadian di usia remaja. e. Masa Dewasa muda Seorang yang melalui masa-masa sebelumnya dengan aman dan bahagia akan cukup memiliki kesanggupan dan kepercayaan diri dan umumnya ia akan berhasil mengatasi kesulitan-kesulitan pada masa ini. Sebaliknya yang mengalami banyak gangguan pada masa sebelumnya, bila mengalami masalah pada masa ini mungkin akan mengalami gangguan jiwa. f. Masa dewasa tua Sebagai patokan masa ini dicapai kalau status pekerjaan dan sosial seseorang sudah mantap. Sebagian orang berpendapat perubahan ini sebagai masalah ringan seperti rendah diri. pesimis. Keluhan psikomatik sampai berat seperti murung, kesedihan yang mendalam disertai kegelisahan hebat dan mungkin usaha bunuh diri. g. Masa Tua Ada dua hal yang penting yang perlu diperhatikan pada masa ini Berkurangnya daya tanggap, daya ingat, berkurangnya daya belajar, kemampuan jasmaniah dan kemampuan sosial ekonomi menimbulkan rasa cemas dan rasa tidak aman serta sering mengakibatkan kesalah pahaman orang tua terhadap orang di lingkungannya. Perasaan terasing karena kehilangan teman sebaya keterbatasan gerak dapat menimbulkan kesulitan emosional yang cukup hebat. h. Sebab Sosio Kultural Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat dilihat maupun yang tidak terlihat. Faktor budaya bukan merupakan penyebab langsung menimbulkan gangguan jiwa, biasanya
terbatas
menentukan
“warna”
gejala-gejala.
Disamping
mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian seseorang misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan yang berlaku dalam kebudayaan tersebut. Menurut Santrock (1999) Beberapa faktor-faktor kebudayaan tersebut: 1) Cara-cara membesarkan anak: Cara-cara membesarkan anak yang kaku dan otoriter, hubungan orang tua anak menjadi kaku dan tidak hangat. Anak-anak setelah dewasa mungkin bersifat sangat agresif atau pendiam dan tidak suka bergaul atau justru menjadi penurut yang berlebihan. 2) Sistem Nilai: Perbedaan sistem nilai moral dan etika antara kebudayaan yang satu dengan yang lain, antara masa lalu dengan sekarang sering menimbulkan masalah-
masalah kejiwaan. Begitu pula perbedaan moral yang diajarkan di rumah / sekolah dengan yang dipraktekkan di masyarakat sehari-hari. 3) Kepincangan antar keinginan dengan kenyataan yang ada: Iklan-iklan di radio, televisi. Surat kabar, film dan lain-lain menimbulkan bayangan-bayangan yang menyilaukan tentang kehidupan modern yang mungkin jauh dari kenyataan hidup seharihari. Akibat rasa kecewa yang timbul, seseorang mencoba mengatasinya dengan khayalan atau melakukan sesuatu yang merugikan masyarakat. 4) Ketegangan akibat faktor ekonomi dan kemajuan teknologi Dalam masyarakat modern kebutuhan dan persaingan makin meningkat dan makin ketat untuk meningkatkan ekonomi hasil-hasil teknologi modern. Memacu orang untuk bekerja lebih keras agar dapat memilikinya. Jumlah orang yang ingin bekerja lebih besar dari kebutuhan sehingga pengangguran meningkat, demikian pula urbanisasi meningkat, mengakibatkan upah menjadi rendah. Faktor-faktor gaji yang rendah, perumahan yang buruk, waktu istirahat dan berkumpul dengan keluarga sangat terbatas dan sebagainya merupakan sebagian mengakibatkan perkembangan kepribadian yang abnormal. 5) Perpindahan kesatuan keluarga: Khusus untuk anak yang sedang berkembang kepribadiannya, perubahan-perubahan lingkungan (kebudayaan dan pergaulan), sangat cukup mengganggu. 6) Masalah golongan minoritas: Tekanan-tekanan perasaan yang dialami golongan ini dari lingkungan dapat mengakibatkan rasa pemberontakan yang selanjutnya akan tampil dalam bentuk sikap acuh atau melakukan tindakan-tindakan yang merugikan orang banyak. C. JENIS GANGGUAN JIWA
Berikut ini beberapa gangguan jiwa yang sering terjadi dan memerlukan perhatian khusus : 1. Pada anak a. Gangguan perkembangan perfasif, 3 area perkembangan utama yaitu perilaku, interaksi soial dan komunikasi Macam gangguan perfasif: 1) Retardasi mental adalah gangguan fungsi intelektual secara signifikan berada di bawah rata-rata(IQ< 70) dan ketebatasan terkait dalam 2 bidang keterampilan adaptasi atau lebih(komunikasi, perawatan diri) 2) Autisme adalah gangguan yang dicirikan dalam interaksi social dan komunikasi serta aktivitas dan minat yang terbatas
3) Gangguan perkembangan spesifik dicirikan dengan keterlambatan perkembangan yang mengarah kepada kerusakan fungsi pada berbagai bidang seperti membaca dan bahasa b. Defisit pehatian dan gangguan perilaku distruktif diantaranya: 1) ADHD (Attention Deficit Hiperactivity Disorder) dicirikan dengan tingakt gangguan perhatian impulsifitas dan hiperaktifitas yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan 2) Gangguan perilaku dicirikan dengan perilaku berulang distruktif dan kesengajaan untuk tidak patuh. 2. Pada remaja a. Skizofrenia pada awalnya meliputi perubahan ekstrim dalam perilaku sehari-hari isolasi
social,
sikap
yang
aneh,
penurunan
nilai-nilai
akademik,
dan
mengekspresikan perilaku yang tidak disadarinya b. Bunuh diri mempunyai tanda-tanda diantaranya menarik diri secara tiba-tiba dengan memberontak atau berperilaku keras, menyalah gunkan obat atau alcohol dan ancaman butuh secara terang terangan secara verbal c. Gangguan penyalahgunaan obat (Narkotika) 3. Pada lansia a. Dimensia adalah suatu gangguan intelektual atau daya ingat yang ummnya progresif dan ireversibel biasanya terjadi pada usia lebih dari 65 tahun b. Depresi gejalanya kehilangan minat mudah lelah dan konsentrasi berkurang dan kurang percaya diri c. Gangguan kecemasan berupa gangguan manik, fobia, dan gangguan stress akut d. Fenomena yang sering dikeluhkan pada lansia adalah lebih banyak terbangun pada dini hari ngantuk pada siang hari dan tidur sejenak pada siang hari Gangguan jiwa membuat seseorang menjadi terganggu fungsi dan produktivitasnya dan ini bisa mengganggu juga keluarga dan masyarakat. Dengan melakukan deteksi dini dan penanganan yang baik maka gangguan jiwa dapat cepat dipulihkan dan tidak mejadi makin berat. Deteksi dini gangguan jiwa dapat dilakukan di puskesmas, rumah sakit, psikiater, psikolog, perawat jiwa dan di rumah sakit jiwa. Pemeriksaan yang dilakukan adalah wawancara, pemeriksaan lab dan radiologi (bila diperlukan), tes kesehatan mental dan tes psikologis lainnya. Setelah diagnosis ditegakkan maka terapi akan segera dimulai dan kesembuhan akan cepat diraih. Pengobatan untuk gangguan jiwa berlangsung lama dan
dibutuhkan konsultasi yang rutin. Dengan melakukan deteksi dini dan pemeriksaan maka gangguan jiwa yang berat dapat dihindari sehingga bahaya juga bisa dicegah. D. PERAN KELUARGA Keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya (Friedman, 1981), dan tugas keluarga pada anggotanya yang mengalami gangguan jiwa adalah sebagai berikut: 1. Peran Formal a. Peran parenteral dan perkawinan Nyc dan Gecas (1976) mengidentifikasi 8 peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami – ayah dan ibu – istri: 1) Peran sebagai provider (penyedia) 2) Peran sebagai pengatur rumah tangga 3) Peran perawatan anak 4) Peran sosialisasi anak 5) Peran rekreasi 6) Peran persaudaraan (memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal) 7) Peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif pasangan) 8) Peran seksual b. Peran perkawinan Kebutuhan bagi pasangan untuk memelihara suatu hubungan perkawinan yang kokoh. Anak-anak terutama dapat mempengaruhi hubungan perkawinan yang kokoh. Anakanak terutama dapat mempengaruhi hubungan perkawinan yang memuaskan menciptakan situasi dimana suami-istri membentuk suatu koalisi dengan anak. Memelihara suatu hubungan perkawinan merupakan salah satu tugas perkembangan yang vital dari keluarga 2. Peran Informal a. Pengharmonis: menengahi perbedaan yang terdapat diantara para anggota, menghibur dan menyatukan kembali pendapat b. Inisiater-kontributor: mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok c. Pendamai: merupakan salah satu bagian dari konflik dan ketidaksepakatan, pendamai menyatakan kesalahan posisi dan mengakui kesalahanya atau menawarkan penyelesaian
d. Perawat keluarga: orang yang terpanggil untuk merawat dan mengasuh anggota keluarga lain yang membutuhkannya e. Koordinator keluarga: mengorganisasi dan merencanakan kegiatan-kegiatan keluarga yang berfungsi mengangkat keterikatan atau keakraban E. FUNGSI KELUARGA 1. Fungsi afektif Berhubungan dengan fungsi internal keluarga dalam pemenuhan kebutuhan psiko sosial fungsi efektif ini merupakan sumber energi kebahagiaan keluarga 2. Fungsi sosialisasi Sosialisasi di mulai sejak lahir keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota. 3. Fungsi reproduksi Keluarga berfungsi meneruskan keturunan dan menambahkan sumber daya manusia 4. Fungsi ekonomi Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan seluruh keluarga seperti kebutuhan makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal, dll 5. Fungsi keperawatan kesehatan Kesanggupan keluarga untuk melakukan pemeliharaan kesehatan dilihat dari 5 tugas kesehatan keluarga yaitu: a. Keluarga mengenal masalah kesehatan: seperti mengenal tanda dan gejala yang terjadi, misalnya: sering tertawa, modar mandir, marah, menyendiri, dll b. Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan: bila keluarga sudah mengetahui tanda dan gejala yang ada, segera memberikan obat untuk pasien, jika tidak ada obat bisa dengan mengalihkan fokus pasien dengan melakukan aktivitas yang lain misalnya: berolahraga, menonton tv, main game, dll. c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalam masalah kesehatan: 1) Hindari berdebat dengan pasien 2) Hindari mendukung kegiatan tidak baik yang dilakukan pasien 3) Kontak dengan pasien singkat tapi sering 4) Membantu aktivitas menjadi mandiri 5) Terapi obat
6. Memodifikasi lingkungan, menciptakan dan mempertahankan suasana rumah yang sehat: seperti membuat suasana rumah yang nyaman dan tenang, menjauhakan pasien dari benda-benda tajam, dll. 7. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat: apabila keluarga sudah memberikan obat dan mengalihkan perhatian pasien dengan kegiatan lain belum teratasi, keluarga bisa langsung membawa pasien ke pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, dll.