DAFTAR ISI RENCANA KERJA & SYARAT – SYARAT TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT UMUM SK LERIK KUPANG - NTT TAHUN ANGGARAN 2017
PERSYARATAN PERSYARATAN TEKNIS TEK NIS A. PENJELASAN UMUM I.
II.
III.
URAIAN UMUM
1.1.
PEKERJAAN…. .…………………………….……………...…..……...Hal - 1
1.2.
BATASAN/PERAT URAN PELAKSANAAN PEKERJA…...…......... Hal - 1
1.3.
DOKUMEN KONTRAK….. …………….………..………….....…… ... Hal - 2
LINGKUP PEKERJAAN
2.1.
KETERANGAN UMUM ……………………………..…. .…...…........ Hal - 2
2.2.
SARANA DAN CARA KERJA ……………….…… ... …………......... Hal - 4
2.3.
PEMBUATAN RENCANA JADUAL PELAKSANAAN.…….…........ Hal - 5
2.4.
KETENTUAN DAN SYARAT – SYARAT BAHAN.....…………....... Hal - 5
SITUASI DAN PERSIAPAN PEKERJAAN
3.1.
SITUASI/LOKASI ……………………………………………….......... Hal - 7
3.2.
AIR DAN DAYA
3.3.
SALURAN PEMBUANGAN ………………………..…….…… ..........Hal - 8
3.4.
KANTOR KONTRAKTOR, LOS DAN HALAMAN
…………………………………………………......... Hal
-7
KERJA, GUDANG DAN FASILITAS LAIN ………………… ............ Hal - 8 3.5.
KANTOR PENGAWAS (DIREKSI KEET)………………...…... ....... Hal - 8
3.6.
PAGAR SEMENTAR A……… ……… ……… .…………...…… .......... Hal - 9
3.7.
PAPAN NAMA PROYEK…………………………. ..………….......... Hal - 9
3.8.
PEMBERSIH HALAMAN………………………………...……........... Hal - 9
B. PEKERJAAN STRUKTUR SIPIL I.
URAIAN PEKERJAAN DAN SITUASI
... Hal - 1
II.
UKURAN TINGGI DAN UKURAN POKOK
……………………………………
.
……………
……………...
III. PEKERJAAN PEMBERSIHAN DAN PEMBONGKARAN IV. OBSTACLE V.
.
………………………
.
…… …
...... Hal - 1 .Hal - 2
……….………
…………………………………..
.Hal - 2
PEKERJAAN PONDASI
5.1.
PEKERJAAN GALIAN TANAH ………………………………........... Hal - 2
5.2.
PEKERJAAN LANTAI KERJA UNTUK RIB ……………………....... Hal - 3
5.3.
PEKERJAAN ACUAN UNTUK RIB………………………… ............ Hal - 3
PERSYARATAN TEKNIS A. I.
PENJELASAN UMUM URAIAN UMUM 1.1. PEKERJAAN a. Pekerjaan ini yang dimaksud adalah meliputi Perencanaan Pembangunan Gedung Rumah Sakit Umum SK Lerik Kupang - NTT - Tahun anggaran 2017 mulai dari pekerjaan struktur bawah (pondasi), struktur atas (kolom balok, plat lantai sampai atap), arsitektur, mekanikal dan elektrikal beserta penyelesaian halamannya. b. Istilah “Pekerjaan ” mencakup penyediaan semua tenaga kerja (tenaga ahli, tukang, pekerja dan lainnya), bahan bangunan dan peralatan/perlengkapan yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan termaksud. c. Pekerjaan harus diselesaikan seperti yang dimaksud dalam RKS, Gambargambar Rencana, Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan serta Addenda yang disampaikan selama pelaksanaan. 1.2.
BATASAN/PERATURAN PELAKSANAAN PEKERJAAN Dalam melaksanakan pekerjaannya Kontraktor harus tunduk kepada : a. Undang – Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi b. Undang – Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung c. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Umum RI No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung d. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Umum RI No. 468/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan e. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan f. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI 11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan g. Permen Menteri Menteri Pekerjaan Umum RI 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan bangunan Gedung Negara h. Keputusan Direktur Jenderal Perumahan dan Permukiman Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 58/KPTS/DM/2002 tentang Petunjuk Teknis Rencana Tindakan Darurat Kebakaran pada Bangunan Gedung. i. Peraturan umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUPB NI-3/56) j. Peraturan Beton Beton Bertulang Bertulang Indonesia Indonesia 1971 (PBI (PBI 1971) k. Peraturan Umum Bahan Nasional (PUBI 982) l. Peraturan Perburuhan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja) m. Peraturan-peraturan Peraturan- peraturan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja) n. SKSNI T-15-1991-03 o. Peraturan Umum Instalasi Air (AVWI) p. Algemenee Voorwarden (AV)
RENCANA KE RJA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT TEKNIS
A - 1
1.3.
DOKUMEN KONTRAK a. Dokumen Kontrak yang harus dipatuhi oleh Kontraktor terdiri atas : Surat Perjanjian Pekerjaan Surat Penawaran Harga dan Perincian Penawaran Gambar-gambar Kerja/Pelaksanaan Rencana Kerja dan Syarat-syarat disampaikan oleh Konsultan Konsultan Pengawas Pengawas selama masa Agenda yang disampaikan Pelaksanaan b. Kontraktor Kontrakt or wajib untuk meneliti gambar-gambar, RKS dan dokumen kontrak lainnya yang berhubungan. Apabila terdapat perbedaan/ketidak-sesuaian antara RKS dan gambar-gambar pelaksanaan, atau antara gambar satu dengan lainnya, Kontraktor wajib untuk memberitahukan/melaporkannya kepada Konsultan Pengawas.
Persyaratan teknik pada gambar dan RKS yang harus diikuti adalah : 1. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan gambar detail, maka gambar detail yang diikuti. 2. Bila skala gamabr tidak sesuai dengan angka ukuran, maka ukuran ukuran dengan angka yang diikuti, kecuali bila terjadi kesalahan penulisan angkatersebut yang jelasakan menyebabkan ketidak sempurnaan/ketidaksesuaian konstruksi, harus mendapatkan keputusan Konsultan Pengawas lebih dahulu. 3. Bila tedapat perbedaan antara RKS dan gambar, maka RKS yang diikuti diikuti kecuali bila hal tersebut terjadi karena kesalahan penulisan, yang jelas mengakibatkan kerusakan/kelemahan konstruksi, harus mendapatkan keputusan Konsultan Pengawas. 4. RKS dan gambar saling melengkapi bila di dalam gambar menyebutkan lengkap sedang RKS tidak, maka gambar yang harus diikuti demikian juga sebaliknya. sebaliknya. 5. Yang dimaksud dengan RKS dan gambar di atas adalah RKS dan gambar setelah mendapatkan perubahan/penyempurnaan di dalam berita acara penjelasan pekerjaan. c. Bila akibat kekurangtelitian Kontraktor Pelaksana Pelaksana dalam melakukan pelaksanan pekerjaan, terjadi ketidaksempurnaan konstruksi atau kegagalan struktur bangunan, maka Kontraktor Pelaksana harus melaksanakan pembongkaran terhadap konstruksi yang sudah dilaksanakan tersebut dan memperbaiki/melaksanakannya kembali setelah memperoleh keputusan Konsultan Pengawas tanpa ganti rugi apapun dari pihak-pihak lain. II.
LINGKUP PEKERJAAN 2.1. KETERANGAN UMUM Lingkup Pekerjaan Perencanaan Pembangunan Gedung Rumah Sakit Umum SK Lerik Kupang - NTT - Tahun anggaran 2017 tersebut secara umum meliputi pekerjaan yang terdiri dari:
RENCANA KE RJA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT TEKNIS
A - 2
a. Pekerjaan Persiapan, meliputi : Penyediaan air dan daya kerja Pembersihan lokasi kerja Direksi Keet Pagar Proyek Dll. b. Pekerjaan Sipil, meliputi : Pekerjaan rangka atap Pekerjaan baja Pekerjaan beton bertulang, balok, kolom, plat beton ,sloof Pekerjaan fondasi f ondasi c. Pekerjaan Arsitektur, meliputi : Pekerjaan dinding bata, plesteran dan dinding partisi Pekerjaan kusen, pintu dan jendela aluminium dan pintu automatic Pekerjaan penutup lantai dan plin Pekerjaan plafond Pekerjaan pengecatan Pekerjaan Sanitair Pekerjaan Façade dll d. Pekerjaan Mekanikal, meliputi : Pekerjaan instalasi air bersih Pekerjaan instalasi air hujan Pekerjaan instalasi air kotor Pekerjaan instalasi air bekas Pekerjaan instalasi air panas Pekerjaan gas medis (O2, SUCCTION, & COMPRES) Pekerjaan Hydrant, Sprinkler & Hydran Central Pekerjaan tata udara Pekerjaan Elevator lift Pekerjaan Pneumatic Tube Pekerjaan instalasi Drainase lingkungan dll e. Pekerjaan Elektrikal, meliputi : Pekerjaan Penerangan dan Stop Kontak Pekerjaan tata suara, telepon, MATV Pekerjaan Fire Alarm Pekerjaan Nurse Call Pekerjaan CCTV Pekerjaan LAN Pekerjaan Penangkal Petir Pekerjaan Penyambungan Daya Listrik Dll f. Pekerjaan lain-lain Pekerjaan yang jelas terkait langsung maupun tidak langsung yang tidak bisa dipisahkan dengan pekerjaan utama sesuai dengan gambar dan RKS
RENCANA KE RJA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT TEKNIS
A - 3
2.2. SARANA DAN CARA KERJA a. Kontraktor Kontrakt or wajib wajib memeriksa kebenaran dari kondisi pekerjaan meninjau tempat pekerjaan, melakukan pengukuran-pengukuran dan mempertimbangkan seluruh lingkup pekerjaan yang dibutuhkan untuk penyelesaian dan kelengkapan dari proyek. b. Kontraktor Kontrakt or harus menyediakan tenaga kerja serta tenaga ahli yang cakap dan memadai dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan, serta tidak akan mempekerjakan orang-orang yang tidak tepat atau tidak terampil untuk jenis jenis pekerjaan yang ditugaskan ditugaskan kepadanya. Kontraktor Kontraktor harus selalu menjaga disiplin dan aturan yang baik diantara pekerja/karftyawannya. c. Kontraktor Kontrakt or harus menyediakan alat-alat kerja dan dan perlengkapan seperti beton molen, pompa air, timbris, waterpas, alat-alat pengangkut dan peralatan lain yang diperlukan untuk pekerjaan ini. Peralatan dan perlengkapan itu harus dalam kondisi baik. d. Kontraktor Kontrakt or wajib wajib mengawasi dan mengatur pekerjaan pekerjaan dengan perhatian penuh dan menggunakan kemampuan terbaiknya. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas seluruh cara pelaksanaan, pelaksanaan, metode, tteknik, eknik, urut-urutan dan prosedur, serta pengaturan semua bagian pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak. e. Shop Drawing Drawing (gambar kerja) harus dibuat oleh Kontraktor Kontrakt or sebelum suatu komponen pekerjaan dilaksanakan. f. Shop Drawing harus sudah mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawasdan Konsultan Perencana sebelum elemen pekerjaan yang bersangkutan dilaksanakan. g. Sebelum penyerahan pekerjaan kesatu, Kontraktor Pelaksana sudah harus menyelesaikan gambar sesuai pelaksanaan yang terdiri atas : Gambar rancangan pelaksanaan yang tidak mengalami perubahan dalam pelaksanaannya. Shop drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa gambargambar perubahan ( As Build Drawing ). h. Penyelesaian yang dimaksud pada ayat g harus harus diartikan diartik an telah memperoleh persetujuan Konsultan Pengawassetelah dilakukan pemeriksaan secara teliti. i. Gambar sesuai pelaksanaan dan buku penggunaan dan pemeliharaan bangunan merupakan bagian pekerjaan yang harus diserahkan pada saat penyerahan kesatu, kekurangan dalam hal ini berakibat penyerahan pekerjaan kesatu tidak dapat dilakukan. j. Pembenahan/perba Pembenah an/perbaikan ikan kembali kembali yang harus harus dilaksanakan dilaksanakan Kontraktor,bila Kontraktor,bila : Komponen-komponen pekerjaan pokok/konstruksi yang pada masa pemeliharaan mengalami kerusakan atau dijumpai kekurangsempurnaan pelaksanaan. Komponen-komponen konstruksi lainnya atau keadaan lingkungan diluar pekerjaan pokoknya yang secara langsung mengalami kerusakan akibat pelaksanaan pekerjaan ini karena kurangnya antisipasi dari kontraktor (misalnya jalan, halaman, bangunan sekitarnya dan lain sebagainya). k. Pembenahan lapangan lapangan yang berupa pembersihan lokasi dari bahan-bahan sisa-sisa pelaksanaan termasuk bowkeet dan direksikeet harus dilaksanakan sebelum masa kontrak berakhir, kecuali akan dipergunakan kembali pada tahap selanjutnya. RENCANA KE RJA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT TEKNIS
A - 4
2.3. PEMBUATAN RENCANA JADUAL PELAKSANAAN a. Kontraktor Pelaksana berkewajiban menyusun dan membuat jadual pelaksanaan dalam bentuk barchart yang dilengkapi dengan grafik prestasi yang direncanakan berdasarkan butir-butir komponen pekerjaan sesuai dengan penawaran. b. Pembuatan rencana jadual pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh Kontraktor Pelaksana selambat-lambatnya 10 hari setelah dimulainya pelaksanaan di lapangan pekerjaan. Penyelesaian yang dimaksud ini sudah harus dalam arti telah mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas. c. Bila selama 10 hari setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor Pelaksana belum menyelesaikan pembuatan jadual pelaksanaan, maka Kontraktor Pelaksana harus dapat menyajikan jadual pelaksanaan sementara minimal untuk 2 minggu pertama dan 2 minggu kedua dari pelaksanaan pekerjaan. d. Selama waktu waktu sebelum rencana jadual pelaksanaan disusun, Kontraktor Pelaksana harus melaksanakan pekerjaannya dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan mingguan yang harus dibuat pada saat dimulai pelaksanaan. Jadual pelaksanaan 2 mingguan ini harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. 2.4. KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT BAHAN a. Kontraktor Kontrakt or harus menyediakan bahan-bahan bangunan dalam dalam jumlah dan kualitas yang sesuai dengan lingkup pekerjaan yang dilaksanakan. Sepanjang tidak ada ketentuan lain dalam RKS ini dan Berita Acara Rapat Penjelasan, maka bahan-bahan yang dipergunakan maupun syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam AV-41 dan PUBI-1982 serta ketentuan lainnya yang berlaku di Indonesia. b. Sebelum memulai pekerjaan pekerjaan atau bagian pekerjaan, Pemborong harus mengajukan contoh bahan yang akan digunakan kepada Konsultan Pengawas yang akan diajukan User dan Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan. Bahan-bahan yang tidak memenuhi ketentuan seperti disyaratkan atau yang dinyatakan ditolak oleh Konsultan Pengawas tidak boleh digunakan dan harus segera dikeluarkan dari halaman pekerjaan selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam. c. Apabila bahan-bahan yang ditolak oleh Konsultan Pengawas ternyata masih dipergunakan oleh Kontraktor, maka Konsultan Pengawas memerintahkan untuk membongkar kembali bagian pekerjaan yang menggunakan bahan tersebut. Semua kerugian akibat pembongkaran tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor. d. Jika terdapat perselisihan mengenai kualitas bahan bahan yang dipakai, Konsultan Pengawas berhak meminta kepada Kontraktor untuk memeriksakan bahan itu ke Laboratorium Balai Penelitian Bahan yang resmi dengan biaya Kontraktor. Sebelum ada kepastian hasil pemeriksaan dari Laboratorium, Kontraktor tidak diizinkan untuk melanjutkan bagian-bagian pekerjaan yang menggunakan bahan tersebut. e. Penyimpanan bahan-bahan harus diatur dan dilaksanakan sedemikian sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan dan terhindarnya bahan-bahan dari kerusakan. RENCANA KE RJA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT TEKNIS
A - 5
f.
Persyaratan mutu bahan bangunan secara umum adalah seperti di bawah ini, sedangkan bahan-bahan bangunan yang belum disebutkan disini akan diisyaratkan langsung di dalam pasal-pasal mengenai persyaratan pelaksanaan komponen konstruksi di belakang. Air Air yang digunakan sebagai media untuk adukan pasangan plesteran, beton dan penyiraman guna pemeliharaan harus air tawar, tidak mengandung minyak, garam, asam dan zat organik lainnya yang telah dikatakan memenuhi syarat, sebagai air untuk keperluan pelaksanaan konstruksi oleh laboratorium tidak lagi diperlukan rekomendasi laboratorium.
Semen Portland (PC) Semen Portland yang digunakan adalah jenis atau type satu harus satu merek untuk penggunaan dalam pelaksanaan satu satuan komponen bengunan, belum mengeras sebagai atau keseluruhannya. Penyimpanannya harus dilakukan dengan cara dan didalam tempat yang memenuhi syarat sebagai air untuk menjamin kebutuhan kondisi sesuai persyaratan di atas.
Pasir (Ps) Pasir yang digunakan adalah pasir Lumajang,Ngujang atau Kelut, berbutir keras, bersih dari kotoran, lumpur, asam, garam, dan bahan organik lainnya, yang terdiri atas. 1. Pasir untuk urugan adalah pasir dengan butiran halus, yang lazim disebut pasir urug. 2. Pasir untuk pasangan adalah pasir dengan ukuran butiran sebagian terbesar adalah terletak antara 0,075 sampai 1,25 mm yang lazim dipasarkan disebut pasi pasang 3. Pasir untuk pekerjaan beton adalah pasir cor yang gradasinya mendapat rekomendasi dari laboratorium.
Batu Pecah (Split) Split untuk beton struktur maupun beton praktis harus menggunakan split dari batu kali hitam pecah, bersih dan bermutu baik, serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang tercantum dalam PBI 1971.
Batu Bata Batu Bata untuk pekerjaan pasangan dinding dan lain-lain yang disebutkan di dalam gambar harus menggunakan batu bata merah yang memenuhi syarat standar sebagai berikut : 1. Berukuran standar dan berwarna merah bata tua sebagai hasil pembakaran yang sempurna atau matang. Pembakaran yang dimaksud adalah pembakaran dengan menggunakan kayu. 2. Sisi-sisinya bersudut tajam dan kuat tidak dapat dikorek dengan tangan, berpermukaan rata dan tidak menampakkan retak-retak merugikan.
RENCANA KE RJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
A - 6
3. Tidak boleh mengandung garam yang dapat larut sedemikian banyaknya sehingga pengkristilannya dapat mengakibatkan lebih dri 40% permukaan bata tebal oleh bercak-bercak putih. 4. Maksimum pecah 5%.
III.
Bata Ringan Bata ringan yang dipakai untuk pekerjaan pasangan dinding dan penyekat ruang yang disebutkan di dalam gambar harus menggunakan bata ringan dengan ketebalan 10 cm dan yang memenuhi syarat standar sebagai berikut : 1. Berukuran standar dan berwarna putih. 2. Sisi-sisinya bersudut tajam dan kuat tidak dapat dikorek dengan tangan, berpermukaan rata dan tidak menampakkan retak-retak merugikan. 3. Tidak boleh mengandung asbes.
Baja Profil 1. Baja profil untuk konstruksi rangka atau konstruksi baja lainnya harus berasal dari bahan baja dengan ketegangan leleh minimal 3500 kg/cm 2. 2. Batang baja yang akan digunakan sebagai rangkaian konstruksi yang harus lurus (maksimum bengkok 1/4000 panjang batang). Bebas dari puntiran lubang-lubang karat, lapisan minyak, lapisan cat dan kotoran lain serta cat-cat lainnya. 3. Penggunaan air dan listrik dari lingkungan rumah sakit harus melalui saluran tersendiri dilengkapi dengan meter pengukur, sehingga dapat diperhitungkan biaya pengganti pemakaiannya.
SITUASI DAN PERSIAPAN PEKERJAAN 3.1. SITUASI/LOKASI a. Lokasi proyek adalah pada lahan kosong yang sebagian bekas bongkaran gedung lama yang berada di bagian barat rumah sakitkarsa husada batu Malang. Halaman proyek akan diserahkan kepada Kontraktor sebagaimana keadaannya waktu Rapat Penjelasan. Kontraktor hendaknya mengadakan penelitian dengan seksama mengenai keadaan tanah halaman proyek tersebut.
b.
3.2.
Kekurang-telitian atau kelalaian dalam mengevaluasi keadaan lapangan, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat dijadikan alasan untuk mengajukan klaim/tuntutan.
AIR DAN DAYA a. Kontraktor harus menyediakan air atas tanggungan/biaya sendiri yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan ini, yaitu : Air kerja untuk pencampur atau keperluan lainnya yang memenuhi persyaratan sesuai jenis pekerjaan, cukup bersih, bebas dari segala macam kotoran dan zat-zat seperti minyak, asam, garam, dan sebagainya yang dapat merusak atau mengurangi kekuatan konstruksi.
RENCANA KE RJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
A - 7
b.
Air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti minum, mandi/buang air dan kebutuhan lain para pekerja. Kualitas air yang disediakan untuk keperluan tersebut harus cukup terjamin. Kontraktor harus menyediakan daya listrik atas tanggungan/biaya sendiri sementara yang dibutuhkan untuk peralatan dan penerangan serta keperluan lainnya dalam melaksanakan pekerjaan ini. Pemasangan sistem listrik sementara ini harus memenuhi persyaratan yang berlaku. Kontraktor harus mengatur dan menjaga agar jaringan dan peralatan listrik tidak membahayakan para pekerja di lapangan. Kontraktor apabila diperlukan harus menyediakan penangkal petir sementara untuk keselamatan.
3.3.
SALURAN PEMBUANGAN Kontraktor harus membuat saluran pembuangan sementara untuk menjaga agar daerah bangunan selalu dalam keadaan kering/tidak basah tergenang air hujan atau air buangan. Saluran dihubungkan ke parit/selokan yang terdekat atau menurut petunjuk Pengawas.
3.4.
KANTOR KONTRAKTOR, LOS DAN HALAMAN KERJA, GUDANG DAN FASILITAS LAIN Kontraktor harus membangun kantor dan perlengkapannya, los kerja, gudang dan halaman kerja (work yard) di dalam halaman pekerjaan, yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai Kontrak. Kontraktor harus juga menyediakan untuk pekerja/buruhnya fasilitas sementara (tempat mandi dan peturasan) yang memadai untuk mandi dan buang air. Kontraktor harus membuat tata letak/denah halaman proyek dan rencana konstruksi fasilitas-fasilitas tersebut. Kontraktor harus menjamin agar seluruh fasilitas itu tetap bersih dan terhindar dari kerusakan.
3.5.
KANTOR PENGAWAS (DIREKSI KEET) Kontraktor harus menyediakan untuk Direksi di tempat pekerjaan ruang kantor sementara beserta seperangkat furniture termasuk kursi-kursi, meja dan lemari. Kualitas dan peralatan yang harus disediakan adalah sebagai berikut : a. Ruang : ukuran 40 m 2 b. Konstruksi : rangka kayu kelas IV, lantai plesteran, dinding multiplek 9mm tidak usah dicat, atap asbes gelombang c. Fasilitas : air dan penerangan listrik d. Furnitur : 5 meja kerja 1/2 biro dan 5 kursi 1 meja rapat bahan plywood 18 mm ukuran 120 x 240 cm, dan 10 kursi Minimal 2 unit komputer dan printer 1 whiteboard ukuran 120 x 240 cm 1 rak arsip gambar multiplek 12 mm ukr. 120 x 240 x 30 cm Kontraktor harus selalu membersihkan dan menjaga keamanan kantor tersebut beserta peralatannya. Pengadaan Kantor Pengawas (Direksi Keet) dalam kegiatan ini adalah disediakan oleh pihak penyedia.
RENCANA KE RJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
A - 8
3.6.
PAGAR SEMENTARA Kontraktor harus membuat pagar sementara yang sifatnya melindungi dan menutupi lokasi yang akan dibangun dengan persyaratan kualitas sebagai berikut : a. Bahan dari BWG 32 dengan rangka kayu dicat sementara. b. Tinggi pagar minimum 2 m. c. Ruang gerak selama pelaksanaan dalam lokasi berpagar harus cukup leluasa untuk lancarnya pekerjaan. Pengadaan Pagar Pengaman Proyek dalam kegiatan ini adalah pihak dari pihak penyedia.
3.7.
PAPAN NAMA PROYEK Kontraktor wajib membuat dan memasang papan nama proyek di bagian depan halaman proyek sehingga mudah dilihat umum. Ukuran dan redaksi papan nama tersebut 90 x 150 cm dipotong dengan tiang setinggi 250 cm atau sesuai dengan petunjuk Pemerintah Daerah setempat. Kontraktor tidak diijinkan menempatkan atau memasang reklame dalam bentuk apapun di halaman dan di sekitar proyek tanpa ijin dari Pemberi Tugas.
3.8.
PEMBERSIHAN HALAMAN a. Semua penghalang di dalam batas tanah yang menghalangi jalannya pekerjaan seperti adanya pepohonan, batu-batuan atau puing-puing bekas bangunan harus dibongkar dan dibersihkan serta dipindahkan dari tanah bangunan kecuali barang-barang yang ditentukan harus dilindungi agar tetap utuh. b. Pelaksanaan pembongkaran harus dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk menghindarkan bangunan yang berdekatan dari kerusakan. Bahan-bahan bekas bongkaran tidak diperkenankan untuk dipergunakan kembali dan harus diangkut keluar dari halaman proyek.
RENCANA KE RJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
A - 9
B. PEKERJAAN STRUKTUR / SIPIL I. URAIAN PEKERJAAN DAN SITUASI
Pekerjaan struktur ini merupakan pekerjaan yang dimulai dari awal sampai dengan skope pekerjaan yang tertuang dalam Bill of Quantity dan jika diperlukan bisa diadakan penjelasan lapangan.
Lingkup pekerjaan ini meliputi : Pekerjaan pematangan Tanah Pekerjaan sub structure Pekerjaan up structure (kolom, balok, pelat lantai, dll) Khusus Plat lantai menggunakan steel deck NC – 900 new combidek tebal 0,75 mm, lebar = 900 mm galv G550, dengan ekor burung atau product Bluescope Lysact dengan persyaratan tahan uji kebakaran sesuai ketentuan yang berlaku Pekerjaan water proofing Dan pekerjaan lainnya yang jelas - jelas terkait dengan penyelesaian pekerjaan tersebut diatas.
Untuk pelaksanaan Kontraktor harus menyediakan : Tenaga pelaksana yang terampil dalam bidang pekerjaannya. Tenaga-tenaga pekerja harus tenaga-tenaga ahli yang cukup memadai sesuai dengan jenis pekerjaan. Alat-alat pengukur seperti water pass dan alat-alat bantu lain yang dipergunakan untuk ketelitian, ketetapan dan kerapihan pekerjaan.
Pekerjaan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam uraian pekerjaan dan syarat-syarat gambar bestek dan detail gambar konstruksi serta keputusan Konsultan MK atau Pengawas
Situasi
Pembangunan akan dilaksanakan di Lingkungan Rumah Sakit Umum SK Lerik Kupang - NTT. Halaman pembangunan akan diserahkan kepada pelaksana sebagaimana keadaan pada waktu rapat penjelasan untuk ini hendaknya para Kontraktor mengadakan penelitian yang seksama terutama mengenai tanah bangunan yang ada, sifat, luas pekerjaan dan lain-lain yang dapat mempengaruhi harga penawaran. Dalam rapat penjelasan akan ditunjuk tempat dimana pembangunan akan dilaksanakan tertera pada gambar.
II. UKURAN TINGGI DAN UKURAN POKOK
Mengukur letak bangunan : Kontraktor harus menyediakan pekerja yang ahli dalam cara-cara pengukuran alat penyipat datar, slang plastik, alat penyiku, prisma silang, segitiga siku-siku dan alat-alat penyipat tegak lurus dan peralatan lain yang diperlukan guna ketetapan pengukuran.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B-1
III. PEKERJAAN PEMBERSIHAN DAN PEMBONGKARAN
Semua benda dan permukaan seperti pohon akar dan tonjolan serta rintangan-rintangan bangunan beserta pondasinya dan lain-lain yang berada di dalam batas daerah pembangunan yang tercantum dalam gambar harus dibersihkan dan dibongkar kecuali untuk hal-hal di bawah ini : 1. 2.
Sisa-sisa pohon yang tidak mengganggu dan akar-akar serta benda-benda yang tidak mudah rusak yang letaknya minimum ± 1 meter di bawah dasar pondasi. Pembongkaran tiang-tiang saluran-saluran dan selokan-selokan hanya sedalam yang diperlukan dalam penggalian ditempat tersebut.
3.
Kecuali pada tempat-tempat yang harus digali lubang-lubang bekas pepohonan dan lubang-lubang lain harus diurug kembali dengan bahan-bahan yang baik dan dipadatkan.
4.
Kontraktor bertanggung jawab untuk membuang sendiri tanaman-tanaman dan puing-puing ketempat yang ditentukan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
IV.O B S T A C L E
1.
Kriteria obstacle berupa konstruksi beton pasangan batu kali, pasangan dinding tembok besi-besi tua dan lain-lain. Bekas perlindungan maupun bekas kontruksi bangunan lama yang cara pembongkarannya memerlukan metoda khusus dengan menggunakan peralatan yang lebih khusus pula (misalnya : concrete breaker , compressor , mesin potong) dibandingkan dengan peralatan yang digunakan pada pekerjaan galian tanah.
2.
Semua berangkal dan kotoran dari bekas pembongkaran konstruksi existing galian dan lain-lain harus segera dikeluarkan dari tapak dan dibuang ke tempat yang ditentukan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Semua peralatan yang diperlukan pada paket pekerjaan ini harus tersedia di lapangan dalam keadaan siap pakai.
3.
Kontraktor harus tetap menjaga kebersihan diarea pekerjaan dan disekitarnya yang diakibatkan oleh semua kegiatan pekerjaan ini serta menjaga keutuhan terhadap material/barang-barang yang sudah terpasang ( existing )
4.
Batasan pembongkaran obstacle adalah sebagai berikut : Pada daerah titik pondasi setempat sampai mencapai kedalaman yang masih memungkinkan obstacle tersebut bisa dibongkar/digali sesuai dengan kondisi dan sifat tanah pada daerah tersebut. Pada jalur yang akan dibuat pondasi setempat dan sloof mulai dari permukaan tanah exsisting sampai dengan di bawah permukaan dasar urugan pasir dari konstruksi pondasi dan sloof.
V. PEKERJAAN PONDASI 5.1.
PEKERJAAN GALIAN TANAH Jika menggunakan pondasi KSLL harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Pekerjaan galian tanah untuk lobang pondasi hendaknya dilaksanakan setelah papan patok (bouwplank) dengan penandaan sumbu dan ketinggian selesai dikerjakan serta setelah disetujui oleh Pengawas. b. Galian tanah tahap I : seluruh luasan untuk kebutuhan KSLL digali sampai kedalam peil dasar rib konstruksi.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B-2
c. Galian tanah tahap II : dilaksanakan setelah galian tahap I untuk pekerjaan rib settlement (rib anti penurunan) sepanjang jalur rib settlement digali selebar yang dibutuhkan sampai dengan kedalam peil dasar tib settlement sehingga menjamin keleluasaan pemasang pembesian dan acuan serta keamanan pekerja. d. Untuk daerah yang muka air tanahnya cukup tinggi, hendaknya galian tanah tahap II tidak dilaksanakan sekaligus melainkan diatur setahap demi setahap, agar tidak menyulitkan pemompaan 5.2.
PEKERJAAN LANTAI KERJA UNTUK RIB a. Dibawah rib konstruksi maupun rib settlement harus dibuat lantai kerja. Untuk mencapai efisiensi yang tinggi, maka bentuk, ukuran dan mutunya agar dibuat sedemikian rupa, sehingga bisa berfungsi ganda : b. Sebagai lantai kerja dan c. Sebagai penahan acuan rib, sehingga ketebalan rib bisa dijamin terlaksananya sesuai yang ditentukan.
5.3.
PEKERJAAN ACUAN UNTUK RIB a. Bahan untuk acuan bisa berupa kayu, multipleks, atau baja, asalkan memenuhi persyaratan / ketentuan dalam SNI 2847 : 2013 : PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG b. Konstruksi acuan harus sedemikian rupa, sehingga baik ukuran, bentuk maupun posisi rib – rib tidak berubah selama pengecoran berlangsung. c. Acuan harus dibersihkan dari segala kotoran, sehingga memenuhi persyaratan pengecoran seperti yang diatur dalam SNI 2847 :2013 (Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung). d. Acuan bisa dibuka 36 jam setelah pengecoran beton. e. Untuk mencapai efisiensi yang tinggi maka hendaknya acuan desain sedemikian rupa, sehingga bisa dipasang dan dibongkar dengan mudah tanpa menimbulkan kerusakan. f. Terlampir saran gambar disain acuan yang berdasarkan pengalaman selama ini, cukup efektif dan ekonomis.
5.4.
PEKERJAAN PEMBESIAN UNTUK RIB a. Besi beton yang digunakan adalah BJTD 24 b. Besi beton harus bersih dari lapisan minyak / lemak dan bebas dari cacat – cacat seperti serpih dan lain sebagainya, serta berpenampang bulat dan memenuhi persyaratan yang ditentukan di dalam SNI 2847 :2013 (PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG). c. Pemasangan besi beton harus sesuai dengan gambar konstruksi. d. Besi beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran dan harus bebas dari papan acuan atau lantai kerja dengan memasang selimut beton sesuai dengan ketentuan SNI 2847 :2013 (PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG). e. Prinsip dan sistem hubungan pembesian pada pertemuan antara : i. Rib dengan rib, baik rib konstruksi, rib settlement maupun rib pembagi ii. Rib dengan kolom iii. Rib dengan plat penutup iv. Seluruh jepitan harus bersifat sempurna : karenanya, harus selalu ada panjang penyaluran pada hubungan pertemuan tersebut.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B-3
5.5.
PEKERJAAN PENGECORAN BETON UNTUK RIB a. Untuk melaksanakan pekerjaan beton bertulang, berlaku peraturan sebagai berikut : b. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (SNI 2847 :2013 (PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG). c. Peraturan umum untuk pemeriksaan Bahan Bangunan (N13) d. Gambar konstruksi e. Pelaksanaan harus sesuai dengan gambar konstruksi f. Apabila ternyata ada yang tidak sesuai antara gambar potongan dan gambar detail, maka Pemborong / Pengawas berkewajiban untuk segera berkonsultasi dengan pihak Konsultan Perencana. g. Bahan – bahan untuk adukan beton : 1. Semen Semen yang digunakan harus terdiri dari satu jenis merk dari mutu yang lebih baik dan atas persetujuan Pengawas, antara lain setara TIGA RODA, KUJANG kualitas baru, PADANG dan GRESIK. Semen yang telah mengeras sebagian / seluruhnya, tidak diperkenankan untuk dipergunakan. Tempat penyimpanan semen harus diusahakan sedemikian rupa, sehingga semen bebas dari kelembaban.
2.
Pasir dan koral Pasir beton harus terdiri dari pasir dengan butir – butir yang bersih dan bebas dari bahan – bahan organis, lumpur dan lain sebagainya, serta memenuhi komposisi butir dan kekerasan seperti yang tercantum di dalam SNI 2847 :2013 (PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG).. Koral yang digunakan harus bersih dan bermutu baik serta mempunyai gradasi serta kekerasan sesuai dengan persyaratan yang dicantumkan dalam SNI 2847 :2013 (PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG).. Untuk pengecoran rib harap dipergunakan koral / steeslang ukuran ½, sedangkan untuk pengecoran plat biasa digunakan koral / steeslang ukuran 1/3. 3. Air Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam, garam alkalis serta bahan – bahan organis / bahan lain yang dapat merusak beton. Apabila dipandang perlu, Pengawas dapat meminta kepada Pemborong supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi batas biaya Pemborong. h. Pengerjaan beton Mutu beton yang digunakan adalah : Untuk Rib : fc „= 22,5 Mpa , Untuk Plat : fc„= 22,5 Mpa, dengan ketentutan lain mengikuti SNI 2847 :2013 (PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG). Cara pengadukan harus menggunakan beton molen, yang paling sedikit ada 2 (dua) buah yang baik serta ada di lapangan / Site. Mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh Pemborong dengan mengambil benda – benda uji berupa kubus beton atau silinder beton, yang pembuatannya harus disaksikan oleh Pengawas. Jumlah benda uji dibuat sesuai dengan ketentuan dalam SNI 2847 :2013 (PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG).
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B-4
Pengecoran beton harus dan hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Pengawas. Pengecoran harus dilaksanakan sebaik mungkin, dengan menggunakan alat Penggetar (Vibrator) yang minimal harus tersedia 3 (tiga) buah di lapangan. Hal ini menjamin beton cukup padat serta menghindarkan terjadinya cacat pada beton, seperti keropos dan sarang – sarang koral, yang dapat memperlemah konstruksi beton. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari berikutnya, maka tempat penghentian pengecoran yang diperkenankan hendak dikonsultasikan dengan Konsultan Perencana, sebelum pelaksanaan pengecoran awal dimulai. Beton setelah dicor, selama dalam masa pengecoran harus selalu dibasahi selama 2 (dua) minggu. Disarankan lebih diutamakan menggunakan Beton Ready Mix.
5.6.
PEKERJAAN URUGAN TANAH DAN PEMADATAN a. Untuk pengurugan kembali lubang galian pondasi dapat digunakan tanah bekas galian / tanah yang didatangkan dari luar, yang tidak mengandung bahan – bahan organis. b. Urugan tanah dipadatkan lapis demi lapis dengan tamping rammer atau alat – alat yang disetujui oleh Pengawas dan setiap lapisan tidak boleh lebih tebal dari 20 cm. c. Pemadatan baru boleh dilakukan setelah beton rib berumur minimal 3 (tiga) hari. d. Pelaksanaan pemadatan tanah ini mempunyai pengarus yang cukup besar terhadap kemampuan KSLL, maka diminta perhatian / konstruksi yang tinggi dari pihak Pemborong maupun Pengawas di dalam pelaksanaan pemadatan ini. e. Untuk pekerjaan pemadatan tanah, tidak diperlukan tes kepadatan. Pekerjaan sudah bisa dilanjutkan dengan lapis berikut apabila akibat dari pemadatan dengan tamping rammer sudah tidak menunjukkan pemadatan lagi. f. Pemadatan disekeliling tepi luar pondasi selebar minimum 2,00 m harus dilakukan lapis demi lapis, namun tidak perlu dites. g. Bila peil tanah asli rendah sekali dibawah rib konstruksi maka sebelum pekerjaan pengecoran rib konstruksi, berbaikan tanah harus dilaksanakan terlebih dahulu. Tanah diurug dahulu dilapis demi lapis dan dipadatkan dengan baik. Tebal tiap lapis tidak boleh lebih dari 20 cm sampai dengan peil yang dikehendaki.
5.7.
PEKERJAAN URUGAN PASIR DAN PEMADATAN a. Untuk pengurugan lubah hasil galian pondasi (rib – rib) dibolehkan dipergunakan pasir urug yang dipadatkan. b. Pemadatan dilakukan dengan tamping rammer, lapis demi lapis, tiap – tiap lapis tidak boleh lebih dari 20 cm. c. Untuk urugan pasir lapis bawah dituntut kepadatan minimal 90 % dari kepadatan optimal (standard proctor tes). d. Keadaan tertenu bila diperlukan tes kepadatan, disarankan agar Pemborong bekerja sama dengan Laboratorium Mekanika Tanah yang bisa dipertanggung jawabkan. e. Pada saat melakukan pengurugan tanah dan pasir, mengingat umur beton yang masih muda, maka harus dijaga perbedaan tinggi urugan antara petak yang bersebelahan tidak lebih dari 20 cm.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B-5
5.8.
PEKERJAAN LANTAI KERJA UNTUK PLAT PENUTUP Setelah kepadatan pengurugan pasir dites dan melampaui batas persyaratan yang ditentukan, maka sebelum pekerjaan pembesian plat penutup dilaksanakan, seluruh luasan diberi lapisan lantai kerja dengan campuran 1 PC : 3 PS : 5 KR atau campuran 1 PC : 6 PS setebal 3 cm.
5.9.
PEKERJAAN PEMBESIAN UNTUK PLAT PENUTUP Hendaknya dilaksanakan mengikuti persyaratan umum seperti pada butir 8.4. diatas tanpa meninggalkan persyaratan yang diatur dalam SNI 2847 :2013 (PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG).
5.10. PEKERJAAN PENGECORAN BETON PLAT PENUTUP Hendaknya dilaksanakan mengikuti persyaratan umum seperti pada butir 8.5. diatas tanpa meninggalkan persyaratan yang diatur dalam SNI 2847 :2013 (PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG). VI.PEKERJAAN BETON A. Umum
Lingkup Pekerjaan Pekerjaan yang termasuk meliputi : 1.
Penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga kerja, bahan-bahan, instalasi konstruksi dan perlengkapan-perlengkapan untuk semua pembuatan dan mendirikan semua baja tulangan, bersama dengan semua pekerjaan pertukangan/keahlian lain yang ada hubungannya dengan itu, lengkap sebagaimana diperlihatkan, dispesifikasikan atau sebagaimana diperlukannya.
2.
Tanggung jawab "kontraktor" atas instalasi semua alat-alat yang terpasang, selubung-selubung dan sebagainya yang tertanam di dalam beton. Syaratsyarat umum pada pekerjaan ini berlaku penuh Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung (SNI 2847 : 2013), ASTM dan ACI.
3. Ukuran-ukuran (dimensi) dari bagian-bagian beton bertulang yang tidak termasuk pada gambar-gambar rencana pelaksanaan arsitektur adalah ukuran-ukuran dalam garis besar. Ukuran-ukuran yang tepat, begitu pula besi penulangannya ditetapkan dalam gambar-gambar struktur konstruksi beton bertulang. Jika terdapat selisih dalam ukuran antara kedua macam gambar itu, maka ukuran yang harus berlaku harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan perencana atau Konsultan Manajemen Konstruksi guna mendapatkan ukuran yang sesungguhnya disetujui oleh perencana. 4. Jika karena keadaan pasaran, besi penulangan perlu diganti guna kelangsungan pelaksanaan maka jumlah luas penampang tidak boleh berkurang dengan memperhatikan syarat-syarat lainnya yang termuat dalam PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 2847 : 2013). Dalam hal ini Konsultan Manajemen Konstruksi harus segera diberitahukan untuk persetujuannya, sebelum fabrikasi dilakukan. 5.
Penyediaan dan penempatan tulangan baja untuk semua pekerjaan beton yang berlangsung dicor di tempat, termasuk penyediaan dan penempatan
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B-6
batang-batang dowel ditanamkan di dalam beton seperti terlihat dan terperinci di dalam gambar atau seperti petunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi dan, bila disyaratkan, penyediaan penulangan untuk dinding blok beton. 6. "Kontraktor" harus bertanggungjawab untuk membuat dan membiayai semua desain campuran beton dan test-test untuk menentukan kecocokan dari bahan dan proporsi dari bahan-bahan terperinci untuk setiap jenis dan kekuatan beton, dari perincian slump, yang akan bekerja/berfungsi penuh untuk semua teknik dan kondisi penempatan, dan akan menghasilkan yang diijinkan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Kontraktor berkewajiban mengadakan dan membiayai Test Laboratorium. 7. Pekerjaan-pekerjaan lain yang termasuk adalah : - semua pekerjaan beton yang tidak terperinci di luar ini - pemeliharaan dan finishing, termasuk grouting - mengatur benda-benda yang ditanam di dalam beton, kecuali tulangan beton - koordinasi dari pekerjaan ini dengan pekerjaan dari lain bagian - sparing dalam beton untuk instalasi M/E - penyediaan dan penempatan stek tulangan pada setiap pertemuan dinding bata dengan kolom/dinding beton struktural dan dinding bata dengan pelat beton struktural seperti yang ditunjukkan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
Referensi dan Standar-Standar Semua pekerjaan yang tercantum dalam bab ini, kecuali tercantum dalam gambar atau diperinci, harus memenuhi edisi terakhir dari peraturan, standard dan spesifikasi berikut ini :
a. SNI 2847 : 2013 : PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG c. PUBI – 1982
Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
d. ACI - 304 ACI 304.1R-92, State-of-the Art Report on Preplaced Aggregate Conc. for Str uctural and Mass Concrete, Part 2 ACI 304.2R-91, Placing Concrete by Pumping Methods, Part 2 e. ASTM - C94 Standard Specification for Ready-Mixed Concrete f. ASTM - C33 Standard Specification for Concrete Aggregates g. ACI - 318 Building Code Requirements for Reinforced Concrete h. ACI - 301 Specification for Structural Concrete of Building i. ACI - 212 ACI 212.IR-63, Admixture for Concrete, Part 1 ACI 212.2R-71, Guide for Use of Admixture in Concrete, Part 1 j. ASTM - C143 Concrete
Standard Test Method for Slump of Portland Cement
k. ASTM - C231 Standard Test Method for Air Content of Freshly Mixed Concrete by the Pressure Method l. ASTM - C171 Standard Specification for Sheet Materials for Curing Concrete RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B-7
m. ASTM - C172
Standard Method of Sampling Freshly Mixed Concrete
n. ASTM - C31 Standard Method of Making and Curing Concrete Test Specimens in the Field o. ASTM - C42 Standard Method of Obtaining and Testing Drilled Cores and Sawed Beams of Concrete p. ASTM - C309 Standard Specification for Liquid Membrane Forming Compounds for Curing Concrete q. ASTM - D1752 Standard Cork Expansion Joint Fillers r. ASTM - D1751 Standard Fillers for Concrete Paving Resilient Bituminous Types)
Specification for Performed Spange Rubberand for Concrete Paving and Structural Construction Specification for Performed Expansion Joint and Structural Construction (Non-extruding and
s. SII Standard Industri Indonesia t.
ACI - 315 Manual of Standard Practice for Reinforced Concrete
u. ASTM - A185 Standard Specification for Welded Steel Wire Fabric for Concrete Reinforcement. v. ASTM - A165 Standard Specification for Deformed and Plain Billet Steel Bars for Concrete Reinforcement, Grade 40, deformed, for reinforcing bars, Grade 40, for stirrups and ties. w. Petunjuk-petunjuk lisan maupun tertulis yang diberikan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi (MK).
Penyerahan-penyerahan Penyerahan-penyerahan berikut harus dilaksanakan oleh Kontraktor kepada Konsultan Manajemen Konstruksi sesuai dengan jadwal yang telah disetujui untuk menyerahkan dan dengan segera sehingga tidak menyebabkan keterlambatan pada pekerjaan sendiri maupun pada pekerjaan kontraktor lain.
a. Gambar pelaksanaan Merupakan gambar tahapan pelaksanaan yang harus diserahkan oleh Kontraktor kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk mendapat persetujuan ijin. Penyerahan harus dilakukan sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum jadwal pelaksanaan pekerjaan beton. b. Data dari pabrik/sertifikat Untuk mendapat jaminan atas mutu beton ready-mix, maka sebelum pengiriman; Kontraktor harus sudah menyerahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi sedikitnya 5 hari kerja sebelum pengiriman; hasilhasil percobaan laboratorium, baik hasil percobaan bahan maupun hasil percobaan campuran (Mix Design dan Trial Mix) yang diperuntukan proyek ini. c. Harus diajukan minimal 2 (dua) supplier beton ready-mix untuk memperlancar pelaksanaan dan mendapat persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi sebelum memulai pengecoran. RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B-8
Percobaan Bahan dan Campuran Beton a. Umum Test bahan : Sebelum membuat campuran, test laboratorium harus dilakukan untuk test berikut, sehubungan dengan prosedur-prosedur ditujukan ke standard referensi untuk menjamin pemenuhan spesifikasi proyek untuk membuat campuran yang diperlukan.
b. Semen : berat jenis semen c. Agregat : Analisa tapis, berat jenis, prosentase dari void (kekosongan), penyerapan, kelembaban dari agregat kasar dan halus, berat kering dari agregat kasar, modulus terhalus dari agregat halus. d. Adukan/campuran beton Adukan beton harus didasarkan pada trial mix dan mix design masingmasing untuk umur 7, 14 atau 21 dan 28 hari yang didasarkan pada minimum 20 hasil pengujian atau lebih sedemikian rupa sehingga hasil uji tersebut dapat disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Hasil uji yang disetujui tersebut sudah harus disertakan selambatlambatnya 3 minggu sebelum pengerjaan dimulai, dan selain itu mutu betonpun harus sesuai dengan mutu standard PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 2847 : 2013). Pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum diperiksa Konsultan Manajemen Konstruksi tentang kekuatan/kebersihannya. Semua pembuatan dan pengujian trial mix dan design mix serta pembiayaannya adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor. Trial mix dan design mix harus diadakan lagi bila agregat yang dipakai diambil dari sumber yang berlainan, merk semen yang berbeda atau supplier beton yang lain.
Ukuran-ukuran Campuran desain dan campuran percobaan harus proporsional semen terhadap agregat berdasarkan berat, atau proporsi yang cocok dari ukuran untuk rencana proposional atau perbandingan yang harus disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
Percobaan adukan untuk berat normal beton Untuk perincian minimum dan maximum slump untuk setiap jenis dan kekuatan dari berat normal beton, dibuat empat (4) adukan campuran dengan memakai nilai faktor air-semen yang berbeda-beda.
Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah benda uji silinder beton diameter 15 cm x tinggi 30 cm sesuai PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 2847 : 2013), ACI Committee - 304, ASTM C 94-98.
Benda uji (setiap pengambilan terdiri dari 3 buah dengan pengetesan dilakukan pada hari yang tercantum pada item 6) dari satu adukan dipilih acak yang mewakili suatu volume rata-rata tidak lebih dari 10 m3 atau 10 adukan atau 2 truck drum (diambil yang volumenya terkecil). Disamping itu jumlah maximum dari beton yang dapat terkena penolakan akibat setiap satu keputusan adalah 30 m3, kecuali bila ditentukan lain oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B-9
Hasil uji untuk setiap pengujian dilakukan masing-masing untuk umur 7, 14 atau 21 dan 28 hari.
Pembuatan benda uji harus mengikuti ketentuan PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 2847 : 2013), dilakukan di lokasi pengecoran dan harus disaksikan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Apabila digunakan metoda pembetonan dengan menggunakan pompa (concrete pump), maka pengambilan contoh segala macam jenis pengujian lapangan harus dilakukan dari hasil adukan yang diperoleh dari ujung pipa "concretepump" pada lokasi yang akan dilaksanakan.
Pengujian bahan dan beton harus dilakukan dengan cara yang ditentukan dalam Standard Industri Indonesia (SII) dan PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 2847 : 2013) atau metoda uji bahan yang disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
Rekaman lengkap dari hasil uji bahan dan beton harus disediakan dan disimpan dengan baik oleh tenaga pengawas ahli, dan selalu tersedia untuk keperluan pemeriksaan selama pelaksanaan pekerjaan dan selama 5 tahun sesudah proyek bangunan tersebut selesai dilaksanakan.
e. Pengujian slump Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian slump, dimana nilai slump harus dalam batas-batas yang diisyaratkan dalam PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 2847 : 2013) dan sama sekali tidak diperbolehkan adanya penambahan air/additive, kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
"Kontraktor" harus menjamin bahwa ia mampu dengan slump berikut, beton dengan mutu dan kekuatan yang memuaskan, yang akan menghasilkan hasil akhir yang bebas keropos, ataupun berongga-rongga. Pelaksanaan dari persetujuan kontrak adalah bahwa "Kontraktor" bertanggung jawab penuh untuk produksi dari beton dan pencapaian mutu, kekuatan dan penyelesaian yang memenuhi syarat batas slump. Bila dipakai pompa beton, slump harus didasarkan pada pengukuran di pelepasan pipa, bukan di truk mixer. Maximum slump harus 150 mm. Untuk beton dengan bahan tambahan plasticizer, slump dapat dinaikkan sampai maksimum 1,5 cm.
f.
Percobaan tambahan Kontraktor, tanpa membebankan biaya kepada pemilik, harus mengadakan percobaan laboratorium selaku percobaan tambahan pada bahan-bahan beton dan membuat desain adukan baru bila sifat atau pemilihan bahan diubah atau apabila beton yang ada tidak dapat mencapai kekuatan spesifikasi.
Hasil pengujian beton harus diserahkan sesaat sebelum tahapan pelaksanaan akan dilakukan, yaitu khususnya untuk pekerjaan yang berhubungan dengan pelepasan perancah/acuan. Sedangkan untuk pengujian di luar ketentuan pekerjaan tersebut, harus diserahkan kepada
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 10
Konsultan Manajemen Konstruksi dalam jangka waktu tidak lebih dari 3 hari setelah pengujian dilakukan. B.
BAHAN-BAHAN/PRODUK
Sedapat mungkin, semua bahan dan ketenagaan harus disesuaikan dengan peraturan-peraturan Indonesia.
Semen a. Mutu semen Semen portland harus memenuhi persyaratan standard Internasional atau Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A SK SNI 3-04-1989-F atau sesuai SII-0013-82, Type-1 atau NI-8 untuk butir pengikat awal kekekalan bentuk, kekuatan tekan aduk dan susunan kimia. Semen yang cepat mengeras hanya boleh dipergunakan dimana jika hal tersebut dikuasakan tertulis secara tegas oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Jika mempergunakan semen portland pozolan (campuran semen portland dan bahan pozolan) maka semen tersebut harus memenuhi ketentuan SII 0132 Mutu dan Cara Uji Semen Portland Pozoland atau spesifikasi untuk semen hidraulis campuran. Di dalam syarat pelaksanaan pekerjaan beton harus dicantumkan dengan jelas jenis semen yang boleh dipakai dan jenis semen ini harus sesuai dengan jenis semen yang digunakan dalam ketentuan persyaratan mutu (semen tipe 1). b. Penyimpanan Semen Penyimpanan semen harus dilaksanakan dalam tempat penyimpanan dan dijaga agar semen tidak lembab, dengan lantai terangkat bebas dari tanah dan ditumpuk sesuai dengan syarat penumpukan semen dan menurut urutan pengiriman. Semen yang telah rusak karena terlalu lama disimpan sehingga mengeras ataupun tercampur bahan lain, tidak boleh dipergunakan dan harus disingkirkan dari tempat pekerjaan. Semen harus dalam zak-zak yang utuh dan terlindung baik terhadap pengaruh cuaca, dengan ventilasi secukupnya dan dipergunakan sesuai dengan urutan pengiriman. Semen yang telah disimpan lebih 60 hari tidak boleh digunakan untuk pekerjaan. Curah semen harus disimpan di dalam konstruksi silo secara tepat untuk melindungi terhadap penggumpalan semen dalam penyimpanan. Semua semen harus baru, bila dikirim setiap pengiriman harus disertai dengan sertifikat test dari pabrik. Semen harus diukur terhadap berat untuk kesalahan tidak lebih dari 2,5%. "Kontraktor" harus hanya memakai satu merek dari semen yang telah disetujui untuk seluruh pekerjaan. "Kontraktor" tidak boleh mengganti merk semen selama pelaksanaan dari pekerjaan, kecuali dengan persetujuan tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi.
Agregat Agregat untuk beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari SII 005280 "Mutu dan Cara Uji Agregat Beton" dan bila tidak tercakup dalam SII 0052-80, maka harus memenuhi spesifikasi agregat untuk beton.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 11
a. Agregat halus (Pasir) Mutu pasir untuk pekerjaan beton harus terdiri dari : butir-butir tajam, keras, bersih, dan tidak mengandung lumpur dan bahan-bahan organis. Agregat halus harus terdiri dari distribusi ukuran partikel-partikel seperti yang ditentukan PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 2847 : 2013) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0.063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5 %, maka agregat halus harus dicuci. Sesuai PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 2847 : 2013) atau SII 0051-82. Ukuran butir-butir agregat halus, sisa di atas ayakan 4 mm harus minimum 2 % berat; sisa di atas ayakan 2 mm harus minimum 10 % berat; sisa di atas ayakan 0,25 mm harus berkisar antara 80 % dan 90 % berat. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton. Penyimpanan pasir harus sedemikian rupa sehingga terlindung dari pengotoran oleh bahan-bahan lain. Agregat Kasar (Kerikil dan Batu Pecah) Yang dimaksud dengan agregat kasar yaitu kerikil hasil desintegrasi alami dari batu-batuan atau batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu, dengan besar butir lebih dari 5 mm sesuai PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 2847 : 2013). Mutu koral : butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, batu pecah jumlah butir-butir pipih maksimum 20 % bersih, tidak mengandug zat-zat alkali, bersifat kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % (terhadap berat kering) yang diartikan lumpur adalah bagian-bagian yang melalui ayakan 0.063 mm apabila kadar lumpur melalui 1 % maka agregat kasar harus dicuci. Tidak boleh mengandung zat-zat yang reaktif alkali yang dapat merusak beton. Ukuran butir : sisa diatas ayakan 31,5 mm, harus 0 % berat; sisa diatas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90 % dan 98 %, selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan, adalah maksimum 60 % dan minimum 10 % berat. Kekerasan butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari Rudeloff dengan beban penguji 20 t, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : -
tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9.5 - 19 mm lebih dari 24 % berat tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari 22 % atau dengan mesin pengaus Los Angeles, tidak boleh terjadi kehilangan berat lebih dari 50 % sesuai SII 0087-75.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 12
Penyimpanan kerikil atau batu pecah harus sedemikian rupa agar terlindung dari pengotoran bahan-bahan lain. Air Air untuk pembuatan dan perawatan beton harus bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam-garam, bahan organis atau bahanbahan lain yang dapat merusak beton serta baja tulangan atau jaringan kawat baja. Untuk mendapatkan kepastian kelayakan air yang akan dipergunakan, maka air harus diteliti pada laboratorium yang disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
Bahan Campuran Tambahan (Admixture) Admixture harus disimpan dan dilindungi untuk menjaga kerusakan dari container. Admixture harus sesuai dengan ACI 212.2R-71 dan ACI 212 2R-64. Segala macam admixture yang akan digunakan dalam pekerjaan harus disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Admixture yang mengandung chloride atau nitrat tidak boleh dipakai.
Mutu dan Konsistensi dari Beton Kekuatan ultimate tekan beton silinder 150 mm X 300 mm umur 28 hari, kecuali ditentukan lain, harus seperti berikut :
Semua pelat, balok, pile-cap : (f ‟c = 25 MPa), mutu f c‟ = 25 Mpa Semua kolom dan balok beton : (f ‟c = 25 MPa), mutu f c‟ = 25 Mpa Untuk semua beton non-struktural seperti lantai kerja dan sebagainya : Beton Klas – Bo
C.
PELAKSANAAN BETON READY-MIXED
Umum a. Kecuali disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi, semua beton haruslah beton ready-mixed yang didapatkan dari sumber yang disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi, dengan takaran, adukan serta cara pengiriman/pengangkutannya harus memenuhi persyaratan di dalam ASTM C94-78a, ACI 304-73, ACI Committee 304. b.
Adukan beton harus dibuat sesuai dengan perbandingan campuran yang sesuai dengan yang telah diuji di laboratorium, serta secara konsisten harus dikontrol bersama-sama oleh kontraktor dan supplier beton ready-mixed. Kekuatan beton minimum yang dapat diterima adalah berdasarkan hasil pengujian yang diadakan di laboratorium.
c. Pemeriksaan. Bagi Konsultan Manajemen Konstruksi diadakan jalan masuk ke proyek dan ketempat pengantaran contoh atau pemeriksaan yang dapat dilalui setiap waktu. Denah dan semua peralatan untuk pengukuran, adukan dan pengantaran beton harus diperiksa oleh Konsultan Manajemen Konstruksi sebelum pengadukan beton. d. Persetujuan. Periksa areal dan kondisi pada mana pekerjaan di bawah bab ini yang akan dilaksanakan. Perbaiki kondisi yang terusak oleh waktu dan RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 13
perlengkapan/penyelesaian pekerjaan. Jangan memproses sampai keadaan perbaikan memuaskan. Jangan memulai pekerjaan beton sampai hasil percobaan, adukan beton dan contoh-contoh benda uji disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Lagipula, jangan memulai pekerjaan beton sampai semua penyerahan disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. e. Adukan Beton dan Kekuatan. Adukan beton harus didesain dan disesuaikan dengan pemeriksaan laboratorium oleh kontraktor dan harus diperiksa teratur oleh kedua pihak, kontraktor dan pemasok beton ready-mix. Kekuatan tercantum adalah kekuatan yang diijinkan minimum dan hasil dari hasil test oleh percobaan laboratorium adalah dasar dari yang diijinkan. f.
Temperatur Beton Ready-Mix. Batas temperatur untuk beton ready-mix sebelum dicor disyaratkan tidak melampaui 38 oC.
g. Bahan Campuran Tambahan Penambahan bahan additive dalam proses pembuatan beton ready-mix harus sesuai dengan petunjuk pabrik additive tersebut. Bila diperlukan dua atau lebih bahan additive maka pelaksanaannya harus dilaksanakan secara terpisah. Dalam pelaksanaannya harus sesuai ACI 212-2R-71 dan ACI 212.IR-63 dilakukan hanya oleh teknisi in-charge dengan persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi sebelumnya. h. Kendaraan Pengangkut Kendaraan pengangkut beton ready-mix harus dilengkapi dengan peralatan pengukur air yang tepat. i.
Pelaksanaan Pengadukan Pelaksanaan pengadukan dapat dimulai dalam jangka waktu 30 menit setelah semen dan agregat dituangkan dalam alat pengaduk.
j.
Penuangan Beton Proses pengeluaran beton ready-mix di lapangan proyek dari alat pengaduk di kendaraan pengangkut harus sudah dilaksanakan dalam jangka waktu 1,5 jam atau sebelum alat pengaduk mencapai 300 putaran. Dalam cuaca panas, batas waktu tersebut di atas harus diperpendek sesuai petunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi. Perpanjangan waktu dapat diijinkan sampai dengan 4 jam bila dipergunakan retarder yang harus disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
k. Keadaan Khusus Apabila temperatur atau keadaan lainnya yang menyebabkan perubahan slump beton maka Kontraktor harus segera meminta petunjuk atau keputusan Konsultan Manajemen Konstruksi dalam menentukan apakah adukan beton tersebut masih memenuhi kondisi normal yang disyaratkan. Tidak dibenarkan untuk menambah air ke dalam adukan beton dalam kondisi tersebut. l.
Penggetaran Penggetaran beton agar diperoleh beton yang padat harus sesuai dengan ACI 309R-87 (Recommended Practice for Consolidation of Concrete). Sedapat mungkin penggetaran beton dilakukan dengan concrete-vibrator
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 14
(engine/electric).
Pengecoran dan Pemadatan Beton a. Persiapan 1) Kontraktor harus menyiapkan jadwal pengecoran dan menyerahan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk disetujui paling lambat 1 (satu) minggu sebelum memulai kegiatan pengecoran. 2) Sebelum pengecoran beton, bersihkan benar-benar cetakannya, semprot dengan air dan kencangkan. Sebelum pengecoran, semua cetakan, tulangan beton, dan benda-benda yang ditanamkan atau di cor harus telah diperiksa dan disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Permohonan untuk pemeriksaan harus diserahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi setidak-tidaknya 24 jam sebelum beton di cor. Kelebihan air, pengeras beton, puing, butir-butir lepasan dan bendabenda asing lain harus disingkirkan dari bagian dalam cetakan dan dari permukaan dalam dari pengaduk serta perlengkapan pengangkutan. 3) Galian harus dibentuk sedemikian sehingga daerah yang langsung di sekeliling struktur dapat efektif dan menerus dicor. Seluruh galian harus dijaga bebas dari rembesan, luapan dan genangan air sepanjang waktu, baik di titik sumur, pompa, drainase ataupun segala perlengkapan dari kontraktor yang berhubungan dengan listrik untuk pengadaan bagi maksud penyempurnaan. Dalam segala hal, beton tidak boleh ditimbun di galian manapun, kecuali bila galian tertentu telah bebas air dan lumpur. 4) Penulangan harus sudah terjamin dan diperiksa serta disetujui. Logamlogam yang ditanam harus bebas dari adukan lama, minyak, karat besi dan pergerakan lain ataupun lapisan yang dapat mengurangi rekatan. Kereta pengangkut adukan beton yang beroda tidak boleh dijalankan melalui tulangan ataupun disandarkan pada tulangan. Pada lokasi dimana beton baru ditempelkan ke pekerjaan beton lama, buat lubang pada beton lama, masukkan pantek baja, dan kemas cairan tanpa adukan nonshrink. 5) Basahkan cetakan beton secukupnya untuk mencegah timbulnya retak, basahkan bahan-bahan lain secukupnya untuk mengurangi penyusutan dan menjaga pelaksanaan beton. 6) Penutup Beton Bila tidak disebutkan lain, tebal penutup beton harus sesuai dengan persyaratan PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 2847 : 2013).. 7) Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton, untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor. Bila tidak ditentukan lain, maka penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang sebanyak minimum 8 buah setiap meter cetakan atau lantai kerja. Penahanpenahan jarak tersebut harus tersebar merata.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 15
b. Pengangkutan Pengangkutan dan pengecoran beton harus sesuai dengan PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 2847 : 2013)., ACI Committe 304 dan ASTM C94-98. 1) Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran harus dilakukan dengan cara-cara dengan mana dapat dicegah pemisahan dan kehilangan bahan-bahan (segregasi). 2)
Cara pengangkutan adukan beton harus lancar sehingga tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara adukan beton yang sudah dicor dan yang akan dicor. Memindahkan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran dengan perantaraan talangtalang miring hanya dapat dilakukan setelah disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Dalam hal ini, Konsultan Manajemen Konstruksi mempertimbangkan persetujuan penggunaan talang miring ini, setelah mempelajari usul dari pelaksana mengenai konstruksi, kemiringan dan panjang talang itu. Batasan tinggi jatuh maximum 1,50 m.
3)
Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu 1 jam setelah pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu ini harus diperhatikan, apabila diperlukan waktu pengangkutan yang panjang. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang sampai 2 jam, apabila adukan beton digerakkan continue secara mekanis. Apabila diperlukan jangka waktu yang lebih panjang lagi, maka harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan yang berupa bahan pembantu yang ditentukan dalam PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 2847 : 2013)
c. Pengecoran 1) Beton harus dicor sesuai persyaratan dalam PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 2847 : 2013), ACI Committee 304, ASTMC 94-98. 2) Beton yang akan dituang harus ditempatkan sedekat mungkin kecetakan akhir dalam posisi lapisan horizontal kira-kira tidak lebih dari ketebalan 30 cm. 3) Tinggi jatuh dari beton yang dicor jangan melebihi 1,50 m bila tidak disebutkan lain atau disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi. 4) Untuk beton expose, tinggi jatuh dari beton yang dicor tidak boleh lebih dari 1,0 m. Bila diperlukan tinggi jatuh yang lebih besar, belalai gajah, corong pipa cor ataupun benda-benda lain yang disetujui harus diperiksa, sedemikian sehingga pengecoran beton efektif pada lapisan horisontal tidak lebih dari ketebalan 30 cm dan jarak dari corong haruslah sedemikian sehingga tidak terjadi segregasi/pemisahan bahan-bahan. 5) Beton yang telah mengeras sebagian atau yang telah dikotori oleh bahan asing tidak boleh dituang ke dalam struktur. 6) Tempatkan adukan beton, sedemikian sehingga permukaannya senantiasa tetap mendatar, sama sekali tidak diijinkan untuk pengaliran dari satu posisi ke posisi lain dan tuangkan secepatnya serta sepraktis mungkin setelah diaduk. RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 16
7) Bila pelaksanaan pengecoran akan dilakukan dengan cara atau metoda di luar ketentuan yang tercantum di dalam PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 2847 : 2013) termasuk pekerjaan yang tertunda ataupun penyambungan pengecoran, maka "Kontraktor" harus membuat usulan termasuk pengujiannya untuk mendapatkan persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi paling lambat 3 minggu sebelum pelaksanaan di mulai. d. Pemadatan beton 1) Segera setelah dicor, setiap lapis beton digetarkan dengan alat penggetar/vibrator, untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan sarang-sarang kerikil. 2)
Alat penggetar harus type electric atau pneumatic power driven, type "immersion", beroperasi pada 7000 RPM untuk kepala penggetar lebih kecil dari diameter 180 mm dan 6000 RPM untuk kepala penggetar berdiameter 180 mm, semua dengan amlpitudo yang cukup untuk menghasilkan kepadatan yang memadai.
3) Alat penggetar cadangan harus dirawat selalu untuk persiapan pada keadaan darurat di lapangan dan lokasi penempatannya sedekat mungkin mendekati tempat pelaksanaan yang masih memungkinkan. 4) Hal-hal lain dari alat penggetar yang harus diperhatikan adalah : Pada umumnya jarum penggetar harus dimasukkan ke dalam adukan kira-kira vertikal, tetapi dalam keadaan-keadaan khusus boleh miring sampai 45oC.
Selama penggetaran, jarum tidak boleh digerakkan ke arah horisontal karena hal ini akan menyebabkan pemisahan bahan-bahan.
Harus dijaga agar jarum tidak mengenai cetakan atau bagian beton yang sudah mulai mengeras. Karena itu jarum tidak boleh dipasang lebih dekat dari 5 cm dari cetakan atau dari beton yang sudah mengeras. Juga harus diusahakan agar tulangan tidak terkena oleh jarum, agar tulangan tidak terlepas dari betonnya dan getarangetaran tidak merambat ke bagian-bagian lain dimana betonnya sudah mengeras.
Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang jarum dan pada umumnya tidak boleh lebih tebal dari 30 - 50 cm. Berhubung dengan itu, maka pengecoran bagian-bagian konstruksi yang sangat tebal harus dilakukan lapis demi lapis, sehingga tiap-tiap lapis dapat dipadatkan dengan baik.
Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan mulai nampak mengkilap sekitar jarum (air semen mulai memisahkan diri dari agregat), yang pada umumnya tercapai setelah maximum 30 detik. Penarikan jarum ini dapat diisi penuh lagi dengan adukan.
Jarak antara pemasukan jarum harus dipilih sedemikian rupa hingga daerah-daerah pengaruhnya saling menutupi.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 17
Penghentian/Kemacetan Pekerjaan Penghentian pengecoran hanya bila mana dan padamana diijinkan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Penjagaan terhadap terjadinya pengaliran permukaan dari pengecoran beton basah bila pengecoran dihentikan, adakan tanggulan untuk pekerjaan ini.
Siar Pelaksanaan a. Siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan dan dibuat sedemikian rupa sehingga tidak banyak mengurangi kekuatan dari konstruksi. Siar pelaksanaan harus direncanakan sedemikian sehingga mampu meneruskan geser dan gaya-gaya lainnya. Apabila tempat siar-siar pelaksanaan tidak ditunjukkan didalam gambargambar rencana, maka tempat siar-siar pelaksanaan itu harus disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Penyimpangan tempat-tempat siar pelaksanaan daripada yang ditunjukkan dalam gambar rencana, harus disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. b. Antara pengecoran balok atau pelat dan pengakhiran pengecoran kolom harus ada waktu antara yang cukup, untuk memberi kesempatan kepada beton dari kolom untuk mengeras. Balok, pertebalan miring dari balok dan kepala-kepala kolom harus dianggap sebagai bagian dari sistem lantai dan harus dicor secara monolit dengan itu. c.
Pada pelat dan balok, siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan kira-kira di tengah-tengah bentangnya, dimana pengaruh gaya melintang sudah banyak berkurang. Apabila pada balok ditengah-tengah bentangnya terdapat pertemuan atau persilangan dengan balok lain, maka siar pelaksanaan ditempatkan sejauh 2 kali lebar balok dari pertemuan atau persilangan itu.
d.
Permukaan beton pada siar pelaksanaan harus dibersihkan dari kotorankotoran dan serpihan beton yang rapuh.
e. Sesaat sebelum melanjutkan penuangan beton, semua siar pelaksanaan harus cukup lembab dan air yang menggenang harus disingkirkan.
Perawatan Beton a. Secara umum harus memenuhi persyaratan didalam PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 2847 : 2013) NI-2 Bab 6.6. dan ACI 301-89. b. Beton setelah dicor harus dilindungi terhadap proses pengeringan yang belum saatnya dengan cara mempertahankan kondisi dimana kehilangan kelembaban adalah minimal dan suhu yang konstan dalam jangka waktu yang diperlukan untuk proses hydrasi semen serta pengerasan beton. c. Masa Perawatan dan Cara Perawatan. 1. Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran selesai dilaksanakan dan harus berlangsung terus menerus selama paling sedikit 2 minggu jika tidak ditentukan lain. Suhu beton pada awal pengecoran harus dipertahankan tidak melebihi 38 oC. 2. Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan betonpun harus tetap dalam keadaan basah. Apabila cetakan dan acuan beton tersebut
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 18
pelaksanaan perawatan beton tetap dilakukan dengan membasahi permukaan beton terus menerus dengan menutupinya dengan karungkarung basah atau dengan cara lain yang disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. 3.
Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, uap bertekanan udara luar, pemanasan atau proses-proses lain untuk mempersingkat waktu pengerasan dapat di pakai tetapi harus disetujui terlebih dahulu oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
d. Bahan Campuran Perawatan. Harus sesuai dengan ASTM C309-80 type I dan ASTM C 171-75.
Toleransi pelaksanaan. a. Toleransi Kedataran pada/untuk Pelat Lantai. 1. Penyelesaian akhir permukaan pelat menyatu. Keseragaman kemiringan pelat lantai untuk mengadakan pengaliran positif dari daerah yang ditunjuk. Perawatan khusus harus dilakukan agar halus, meskipun sambungan diadakan di antara pengecoran yang dilakukan terus menerus, jangan memakai semen kering, pasir atau campuran dari semen dan pasir untuk beton kering. 2. Toleransi untuk pelat beton yang akan diexpose dan pelat yang akan diberi karpet harus 7.0 mm dari 3 m dengan maksimum variasi tinggi dan rendah yang terjadi tidak kurang dari 6 m. 3. Toleransi untuk pelat dalam menerima kepegasan lantai haruslah 7.0 mm dalam 3 m dengan maksimum variasi tinggi dan rendah yang terjadi tidak kurang dari 6 m. 4. Toleransi untuk pelat dalam menerima adukan biasa untuk dasar mengatur keramik, batu, bata, ubin lain dan "pavers" (mesin lapis jalan beton), harus 10 mm dalam 1 m.
Penyelesaian dari Pelat (Finished Slab) Pindahkan atau perbaiki, semua pelat yang tidak memenuhi peraturan ini seperti yang dicantumkan. Kemiringan lantai beton untuk pengaliran seperti tercantum. Apabila pelat gagal mengalir, alihkan aliran dari bagian lantai yang salah lalu akhiri lagi dengan lapisan atas sehingga kemiringan pengaliran sesuai dengan gambar. Permohonan toleransi pelaksanaan dalam pengecoran beton harus tidak mengecualikan kegagalan terhadap pemenuhan syarat-syarat ini. Buat kesempatan untuk lendutan dari sistem lantai, pelat atau balok untuk mengadakan pengaliran dari aliran.
Cacat pada Beton (Defective Work) Meskipun hasil pengujian benda-benda uji memuaskan, Konsultan Manajemen Konstruksi mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat sepeti berikut : a. Konstruksi beton yang keropos (honey-comb) b. Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau posisinya tidak sesuai dengan gambar. c. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang direncanakan. d. Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lain.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 19
e. Ataupun semua konstruksi beton yang tidak memenuhi seperti yang tercantum dalam dokumen kontrak . f. Atau yang menurut pendapat Konsultan Manajemen Konstruksi pada suatu pekerjaan akhir, atau dapat mengenai bahannya atau pekerjaannya pada bagian manapun dari suatu pekerjaan, tidak memenuhi pernyataan dari spesifikasi. g. Semua pekerjaan yang dianggap cacat tersebut pada dasarnya harus dibongkar dan diganti dengan yang baru, kecuali Konsultan Manajemen Konstruksi dan konsultan menyetujui untuk diadakan perbaikan atau perkuatan dari cacat yang ditimbulkan tersebut. Untuk itu Kontraktor harus mengajukan usulan-usulan perbaikan yang kemudian akan diteliti/diperiksa dan disetujui bila perbaikan tersebut dianggap memungkinkan. h. Perluasan dari pekerjaan yang akan dibongkar dan metoda yang akan dipakai dalam pekerjaan pengganti harus sesuai dengan pengarahan dari Konsultan Manajemen Konstruksi. Dalam hal pembongkaran dan perbaikan pekerjaan beton harus dilaksanakan dengan memuaskan. i. Semua pekerjaan bongkaran dan penggantian dari pekerjaan cacat pada beton dan semua biaya dan kenaikan biaya dari pembongkaran atau penggantian harus ditanggung sebagai pengeluaran Kontraktor. j. Retak-retak pada pekerjaan beton harus diperbaiki sesuai dengan instruksi Konsultan Manajemen Konstruksi. k. Dalam hal terjadi beton keropos atau retak yang bukan struktur (karena penyusutan dan sebagainya) atau cacat beton lain yang nyata pada pembongkaran cetakan, Konsultan Manajemen Konstruksi harus diberitahu secepatnya, dan tidak boleh diplester atau ditambal kecuali diperintahkan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Pengisian/injeksi dengan air semen harus diadakan dengan perincian atau metoda yang paling memadai/cocok.
Perlindungan dari Kerusakan Akibat Cuaca (Weather Injury) a. Selama pengadukan Dalam udara panas, bahan-bahan beton dingin sebelum dicampur (memakai es sampai air dingin), agar pemeliharaan dari suhu beton masih dalam batasan yang disyaratkan. Tidak diijinkan pemakaian air hujan untuk menambah campuran air. b. Selama pengecoran dan pemeliharaan. 1. Umum Adakan pemeliharaan penutup selama pengecoran dan perawatan dari beton untuk melindungi beton terhadap hujan dan terik matahari. 2. Dalam Cuaca Panas Adakan dan pelihara keteduhan, penyemprotan kabut, ataupun membasahi permukaan dari warna terang/muda, selama pengecoran dan pemeliharaan beton untuk melindungi beton dari kerugian/kehilangan bahan terhadap panas, matahari atau angin yang berlebihan. 3. Kelebihan Perubahan Suhu Lindungi beton sedemikian sehingga terjamin perubahan suhu yang seragam di dalam beton, tidak lebih dari 3°C dalam setiap jamnya. 4. Perlindungan Bahan-bahan Peliharalah bahan-bahan dan peralatan yang memadai untuk perlindungan di lapangan dan siap untuk digunakan.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 20
Pekerjaan Penyambungan Beton a. Beton lama harus dikasarkan dan dibersihkan benar-benar dengan semprotan udara bertekanan (compressed air) atau sejenisnya. b. Kurang lebih 10 menit sebelum beton baru dicor, permukaan dari beton lama yang sudah dibersihkan, harus dilapisi dengan bonding-agent kental dengan kuas ex SIKA, Fosroc atau setara. c. Untuk struktur pelat kedap air, permukaan dari pelat beton lama harus dilapisi dengan bahan perekat beton polyvinyil acrylic (polyvinyl acrylic concrete bonding agent) seperti disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. d. Untuk struktur balok kedap air, permukaan dari balok beton lama harus dilapisi dengan bahan perekat beton epoxy dengan bahan dasar semen (epoxy cement base concrete bonding agent) seperti disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. e. Pengecoran beton baru sesegera mungkin sebelum campuran air dan semen murni atau bahan perekat beton yang dilapiskan pada permukaan beton lama mengering.
Penyelesaian Struktur Beton (Concrete Structure Finishes) Adakan variasi penyelesaian struktur beton keseluruhan pembetonan seperti terlihat pada gambar dan perincian disini. a. Penyelesaian Beton Exposed (Finish of Exposed Concrete) 1. Semua permukaan-permukaan beton cor/tuang (all cast in place concrete surfaces) yang tampak pada penyelesaian struktur, baik dicat maupun tidak dicat kecuali untuk permukaan kasar yang diselesaikan dengan permukaan disemprot pasir dengan tekanan harus mempunyai penyelesaian halus. Buatlah permukaan halus, seragam dan bebas dari tambalan-tambalan, sirip-sirip, tonjolan-tonjolan, baik tonjolan keluar maupun akibat pemasangan paku, tepian dari serat tanda (edge grain marks), bersihkan cekungan-cekungan dan daerah permukaan celah semua ukuran (clean out pockets, and areas of surface voids of any size)". 2. Semua pengikat-pengikat dari logam, termasuk yang dari spreaders, harus dipotong kembali dan lubang-lubang dirapikan. Semua tambalan bila diijinkan (pengisian dari cetakan yang diikat dengan tekanan) harus diselesaikan sedemikian untuk dapat melengkapi dalam perbedaan pada penyelesaian beton. Tambalan pada suatu pekerjaan beton textured concrete work harus diselesaikan dengan tangan untuk mencapai permukaan yang diperlukan. b. Penyelesaian Beton Terlindung (Finish of Concealed Concrete) 1. Permukaan beton terlindung harus termasuk beton yang diberi lapisan termasuk lapisan arsitektur, kecuali cat atau bahan lapisan yang fleksibel dan terlindung dari tampak pada penyelesaian struktur. 2. Beton terlindung dan beton unexposed perlu ditambal dan diperbaiki dari keropos dan kerusakan-kerusakan permukaan sebagaimana semestinya sebelum ditutup permukaannya. c. Penambalan Beton Siapkan bahan campuran (mortar) untuk penambahan beton yang terdiri dari 1 (satu) bagian semen (yang diatur dengan semen putih atau tambahan bahan pewarna bila diijinkan untuk menyesuaikan dengan warna disekitarnya) dengan 2 1/2 (dua setengah) bagian pasir dengan air
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 21
secukupnya untuk mendapatkan adukan yang diperlukan. Siapkan campuran percobaan (trial mixes) untuk menentukan mutu yang sebenarnya. Siapkan panel-panel contoh (30 cm persegi) dan biarkan sampai berumur 14 hari sebelum keputusan akhir dibuat dan penambalan dikerjakan. Olah lagi adukan seperti diatas sampai mencapai kekentalan yang tertinggi yang diijinkan untuk pengecoran. Sikat bagian yang akan ditambah dengan bahan perekat yang terdiri dari pasta campuran air dan semen murni serta tambalkan adukan bila bahan perekat masih basah. Hentikan penambalan sedikit lebih luas di sekeliling bagian yang ditambal, biarkan untuk kira-kira satu sampai dua jam untuk memberi kesempatan terhadap penyusutan dan penyesuaian penyelesaian (finish flush) dengan permukaan sekelilingnya.
Penyelesaian dari Beton Pelat (Concrete Slab Finishes) 1. Semua penyelesaian dari lantai harus diselesaikan sampai kemiringan yang benar sesuai dengan kemiringan untuk pengaliran. 2. Beton yang ditandai untuk mempunyai penyelesaian akhir dengan memakai merek lain, harus bebas dari segala minyak, karet ataupun lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya lekatan pada penyelesaian. 3. Pemeliharaan dari penyelesaian beton harus dimulai sedini mungkin setelah selesai pengerjaan. 1. Penyelesaian Menyatu (Monolith Finish) Penyelesaian yang monolit harus diadakan untuk lantai beton expose, dimana permukaan agregat dikehendaki.
Penyelesaian lantai beton yang monolit harus mencapai level dan kemiringan yang tepat yang dapat dilakukan dengan atau tanpa screed dengan power floating yang dilakukan secara merata. Permukaan harus dapat bertahan sampai semua air permukaan menghilang dan beton telah mengeras serta bekerja. Permukaan yang diperbolehkan harus ditrowel dengan besi untuk mencapai permukaan yang halus.
Apabila permukaan menjadi keras, harus ditrowel dengan besi untuk kedua kalinya untuk mendapatkan kekerasan, kehalusan tapi tidak berlapis, padat, bebas dari segala tanda-tanda/bekas trowel dan kerusakan-kerusakan lain. 2. Perkerasan Beton (Concrete Hardener) Untuk keperluan pelat lantai beton expose dengan beban berat, perkerasan beton harus diadakan dengan kepadatan sebagai berikut :
Lantai parkir/sirkulasi lalu lintas normal, kepadatan sedang 5 kg/m2.
Ruang M/E : kepadatan normal 3 kg/m2.
Loading dock/sirkulasi lalu lintas berat, kepadatan berat 7 kg/m2.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 22
Lapisan Penutup Lantai yang Dikerjakan Kemudian (Separate Floor Toppings) a. Sebelum pengecoran, kasarkan permukaan dasar dari beton dan singkirkan benda-benda asing, semprot dan bersihkan. b. Letakan penyekat, tepian-tepian, penulangan dan hal-hal lain yang akan ditanam/dicor. c. Berikan bahan perekat pada permukaan dasar sesuai dengan petunjuk. Gunakan lapisan pasir dan semen pada lapisan dasar secepatnya sebelum mengecor lapisan penutup (topping). d. Pengecoran penutup lantai beton harus memenuhi level dan kemiringan yang dikehendaki. e. Pada lantai parkir, lantai atap, perkerasan lantai harus diadakan seperti diperinci pada : 4.3.13.c.2.
Gudang/Tempat Penyimpanan Contoh Benda Uji. Gudang penyimpanan yang terjamin atau ruangan harus disediakan oleh "kontraktor" untuk menyimpan benda-benda uji silinder beton, selama pemeliharaan. Gudang harus mempunyai ruang yang cukup untuk menampung semua fasilitas yang diperlukan dan semua benda uji kubus yang dimaksudkan. Kontraktor harus menyerahkan detail dari gudang kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk persetujuan. Gudang harus dilengkapi dengan pintu yang kuat dan kunci yang bermutu baik. Konsultan Manajemen Konstruksi berhak untuk langsung meninjau ruang/gudang penyimpanan contoh benda uji silinder tersebut. Percobaan Laboratorium. Contoh-contoh untuk test kekuatan harus diambil sesuai dengan PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 2847 : 2013), ASTM C-172, ASTM C-31. Penyelidikan dari Hasil Percobaan dengan Kekuatan Rendah. Apabila mutu benda uji berdasarkan hasiil percobaan kekuatan kubus ternyata lebih rendah dari yang disyaratkan, maka harus dilakukan percobaan-percobaan dengan tahapan sebagai berikut : 1. Hammer test, percobaan palu beton, harus sesuai dengan ASTM C-805-79. Apabila hasil dari percobaan ini masih lebih rendah dari yang disyaratkan, maka harus dilakukan percobaan tahap berikut di bawah ini. 2. Drilled Core Test, harus sesuai dengan ASTM C42-94. Apabila hasil dari percobaan drilled core ini masih lebih rendah dari yang disyaratkan, maka harus dilakukan percobaan tahap berikut di bawah ini. 3. Loading Test/percobaan pembebanan harus sesuai dengan PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 2847 : 2013) dan ACI-318-99. Apabila hasil dari percobaan pembebanan ini masih lebih rendah dari yang disyaratkan, maka beton dinyatakan tidak layak dipakai.
Penyimpangan Maksimum dari Pekerjaan Struktur yang Diijinkan Kecuali ditentukan lain, secara umum harus sesuai dengan ACI-301 (Specification for Structural Concrete for Building). Apabila didapati beberapa toleransi yang dapat dipakai bersamaan, maka harus diambil/dipakai adalah yang terhebat/terkeras.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 23
Lain-lain Grouting dan Drypacking a. Grout/Penyuntikan Air Semen. Satu bagian semen, 2 bagian pasir dan air secukupnya agar dapat mengalir dengan sendirinya. Pengurangan air dan bahan tambahan untuk kemudahan pekerjaan beton boleh diberikan sesuai dengan pertimbangan "kontraktor" melalui persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi. b. Drypack/Campuran Semen Kering Satu bagian semen, 2 bagian pasir dengan air sekadarnya untuk mengikat bahan-bahan menjadi satu. c.
Installation/Pengerjaan Basahkan permukaan sebelum digrout dan taburi (slush) dengan semen murni. Tekankan grout sedemikian agar mengisi kekosongan/celah-celah dan membentuk lapisan seragam dibawah pelat. Haluskan penyelesaian pada permukaan beton expose dan adakan perawatan dengan pembasahan/pelembaban sedikitnya 3 hari.
Non-Shrink Grout Campurkan dan tepatkan dibawah pelat dasar baja struktur dan ditempat lain dimana non-shrink grout diperlukan, sesuai dengan instruksi dan rekomendasi yang tercantum dari pabrik. Technical service harus dikerjakan oleh perusahaan/pabrik. Perusahaan/pabrik yang bahan groutnya dipakai, harus mengerjakan percobaan hasil yang memperlihatakan bahwa grout non-shrink tidak ada penyusutan sejak awal pengecoran atau sambungan setelah pemasangan sesuai CRD-C621-80 (susut); mempunyai kekuatan tekan 1 hari tidak kurang dari 3000 psi dan 8000 psi pada 28 hari sesuai ASTM C109; mempunyai waktu pengikatan awal tidak kurang dari 45 menit sesuai ASTM C191, memperlihatkan luasan bearing effective (EBA = Effective Bearing Area) sebesar 90 sampai 100 persen. Grout yang terdiri dari accelatator inorganis, pengurangan air, atau "fluidifiers" harus tidak boleh mempunyai penyusutan kering lebih besar dari persamaan semen pasir dan campuran air seperti percobaan di bawah ASTM C 596. Semua grout harus menurut syarat petunjuk dari CRD-C611-80 (flow cone).
VII.
PEMBESIAN A. Percobaan dan Pemeriksaan (Test and Inspections)
Setiap pengiriman harus berasal dari pemilihan yang disetujui dan harus disertai surat keterangan percobaan dari pabrik. Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja tulangan harus diadakan pengujian periodik minimal 4 contoh yang terdiri dari 3 benda uji untuk uji tarik, dan 1 benda uji untuk uji lengkung untuk setiap diameter batang baja tulangan. Pengambilan contoh baja tulangan akan ditentukan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Semua pengujian tersebut di atas meliputi uji tarik dan lengkung, harus dilakukan di laboratorium Lembaga Uji Konstruksi BPPT atau laboratorium lainnya direkomendasi oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan minimal sesuai dengan SII-0136-84 salah satu standard uji yang dapat dipakai adalah ASTM A615. Semua biaya pengetesan tersebut ditanggung oleh Kontraktor.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 24
Segala macam kotoran, karat, cat, minyak atau bahan-bahan lain yang merugikan terhadap kekuatan rekatan harus dibersihkan. Tulangan harus ditempatkan dan dipasang cermat dan tepat dan diikat dengan kawat dari baja lunak. Sambungan mekanis harus ditest dengan percobaan tarik. Sebelum pengecoran beton, lakukan pemeriksaan dan persetujuan dari pembesian, termasuk jumlah, ukuran, jarak, selimut, lokasi dari sambungan dan panjang penjangkaran dari penulangan baja oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Sertifikat : Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan, maka pada saat pemesanan baja tulangan kontraktor harus menyerahkan sertifikat resmi dari Laboratorium. Khusus ditujukan untuk keperluan proyek ini. B. Bahan-bahan / Produk
a. Tulangan Sediakan tulangan berulir mutu BJTD-40, sesuai dengan SII 0136-84 dan tulangan polos mutu BJTP-24, sesuai dengan SII 0136-84 seperti dinyatakan pada gambar-gambar struktur. Tulangan polos dengan diameter lebih kecil 13 mm harus baja lunak dengan tegangan leleh 2400 kg/cm2. Note : untuk besi diameter-10 jika tertulis seperti seperti D-10 (Ulir, fy = 4000 kg/cm2 ) dan Ǿ-10 (polos, fy = 2400 kg/cm2 ) Tulangan ulir dengan diameter lebih besar atau sama dengan 13 mm harus baja tegangan tarik tinggi, batang berulir dengan tegangan leleh 4000 kg/cm2. b. Tulangan Anyaman (Wire mesh) Sediakan tulangan anyaman , mutu U-50, mengikuti SII 0784-83. c. Penunjang/Dudukan Tulangan (Bar Support) Dudukan tulangan haruslah tahu beton yang dilengkapi dengan kawat pengikat yang ditanam, atau batang kursi tinggi sendiri (Individual High Chairs). d.
Bolstern, kursi, spacers, dan perlengkapan-perlengkapan lain untuk mengatur jarak. 1. Pakai besi dudukan tulangan menurut rekomendasi CRSI, kecuali diperlihatkan lain pada gambar. 2. Jangan memakai kayu, bata atau bahan-bahan lain yang tidak direkomendasi. 3. Untuk pelat di atas tanah, pakai penunjang dengan lapisan pasir atau horizontal runners dimana bahan dasar tidak akan langsung menunjang batang kursi (chairs legs). Atau pakai lantai kerja yang rata. 4. Untuk beton ekspose, dimana batang-batang penunjang langsung berhubungan/ mengenai cetakan, sediakan penunjang dengan jenis hotdip-galvanized atau penunjang yang dilindungi plastik.
e. Kawat Pengikat Dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng. RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 25
C.
Jaminan Mutu
Bahan-bahan harus dari produk yang sama seperti yang telah disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Sertifikat dari percobaan (percobaan giling atau lainnya) harus diperlihatkan untuk semua tulangan yang dipakai. Percobaan-percobaan ini harus memperlihatkan hasilhasil dari semua kom- posisi kimia dan sifat-sifat fisik. D.
Persiapan Pekerjaan/Perakitan Pekerjaan/Peraki tan Tulangan
Pembengkokkan dan pembentukan. Pemasangan tulangan dan pembengkokan harus sedemikian rupa sehingga posisi dari tulangan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun tempat selama pengecoran berlangsung. Pembuatan dan pemasangan tulangan sesuai dengan PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 2847 : 2013). Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan persyaratan PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 2847 : 2013) atau A.C.I. 315. E.
Pengiriman, Pengiriman , Penyimpanan dan Penanganannya
Pengiriman tulangan ke lapangan dalam kelompok ikatan ditandai dengan etiket/label yang mencantumkan ukuran batang, panjang dan tanda pengenal. Pemindahan tulangan harus hati-hati untuk mengindari kerusakan. Gudang di atas tanah harus kering, daerah yang bagus saluran-salurannya, dan terlindung dari lumpur, kotoran, karat dsb.
VIII. PELAKSANAAN PELAKSANAAN PEMASANGAN PEMASANGAN TULANGAN, TULANGAN, PEMBENGKOKAN DAN PEMOTONGAN A. Persiapan
a. Pembersihan Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulit giling (mill steel) dan karat lepas, serta bahan-bahan lain yang mengurangi daya lekat. Bersihkan sekali lagi tonjolan pada tulangan atau pada sambungan konstruksi untuk menjamin rekatannya. b. Pemilihan/seleksi Tulangan yang berkarat harus ditolak dari lapangan. B. Pemasangan Tulangan
a. Umum Sesuai dengan yang tercantum pada gambar dan PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 2847 : 2013) Koordinasi dengan bagian lain dan kelancaran pengadaan bahan serta tenaga perlu diadakan untuk mengindari keterlambatan. Adakan/berikan tambahan tulangan pada lubang-lubang (openings) / bukaan. RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 26
b. Pemasangan Tulangan harus dipasang sedemikian rupa diikat dengan kawat baja, hingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempatnya. 1. Tulangan pada dinding dan dan kolom-kolom beton harus dipasang pada posisi yang benar dan untuk menjaga jarak bersih digunakan spacers/penahan jarak. 2. Tulangan pada balok-balok footing dan pelat harus ditunjang untuk memperoleh lokasi yang tepat selama pengecoran beton dengan penjaga jarak, kursi penunjan penunjang g dan penun penunjang jang lain yang diperlukan. diperlukan. 3. Tulangan-tulangan Tulangan-t ulangan yang langsung di atas tanah dan di atas agregat (seperti pasir, kerikil) dan pada lapisan kedap air harus dipasang/ditunjang hanya dengan tahu beton yang mutunya paling sedikit sama dengan beton yang akan dicor. 4. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepata ketepatan n tebal penutup beton. Untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor. Penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang sebanyak minimum 4 buah setiap m^2 cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak ini harus tersebar merata. 5. Pada pe pelat-pelat lat-pelat dengan tulangan rangkap, tulangan atas harus ditunjang pada tulangan bawah oleh batang-batang penunjang atau ditunjang langsung pada cetakan bawah atau lantai kerja oleh blok-blok beton yang tinggi. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan letak dari tulangan-tulangan pelat yang dibengkok yang harus melintasi tulangan balok yang berbatasan. c. Toleransi pada Pemasangan Tulangan 1. Terhadap selimut beton (selimut beton) : ± 6 mm 2. Jarak terkecil pemisah pemisah antara batang : ± 6 mm 3. Tulangan atas pada pelat dan balok : - balok dengan tinggi sama atau lebih kecil dari 200 mm : ± 6 mm - balok dengan tinggi lebih dari 200 mm tapi kurang dari 600 mm : ± 12 mm - balok dengan tinggi lebih dari 600 mm : ± 12 mm - panjang batang : ± 50 mm 4. Toleransi Toleran si pada pemasangan lainnya sesuai PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 2847 : 2013) d. Pembengkokan Tulangan, T ulangan, Sesuai Dengan PERSYARATAN PERSYARAT AN STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 2847 : 2013)
BETON
1. Batang tulangan tidak boleh dibengkok atau atau diluruskan dengan cara-cara yang merusak tulangan itu. 2. Batang tulangan yang diprofilkan, setelah dibengkok dan diluruskan kembali tidak boleh dibengkok lagi dalam jarak 60 cm dari bengkokan sebelumnya. 3. Batang tulangan yang tertanam sebagian di dalam beton tidak boleh dibengkokkan atau diluruskan di lapangan, kecuali apabila ditentukan di dalam gambar-gambar rencana atau disetujui oleh perencana. RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 27
4.
Membengkok dan dan meluruskan batang tulangan harus dilakukan dalam keadaan dingin, kecuali apabila pemanasan diijinkan oleh perencana.
5. Apabila pemanasan diijinkan, batang tulangan dari baja lunak (polos atau diprofilkan) dapat dipanaskan sampai kelihatan merah padam tetapi tidak boleh mencapai suhu lebih dari 850 o C. 6. Apabila batang tulangan dari baja lunak yang mengalami pengerjaan dingin dalam pelaksanaan ternyata mengalami pemanasan di atas 100 oC yang bukan pada waktu las, maka dalam perhitungan-perhitungan sebagai kekuatan baja harus diambil kekuatan baja tersebut yang tidak mengalami pengerjaan dingin. 7. Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan, kecuali diijinkan oleh perencana. 8. Batang tulangan yang dibengkok dengan pemanasan tidak boleh didinginkan dengan jalan disiram dengan air. 9. Menyepuh batang tulangan dengan seng tidak boleh dilakukan dalam jarak 8 kali diameter (diameter (diameter pengenal pengenal)) batang dari setiap bagian dari bengkokan. e. Toleransi pada Pemotongan dan Pembengkokan Tulangan. 1. Batang tulangan harus dipotong dan dibengkok sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar-gambar rencana dengan toleransi-toleransi yang disyaratkan oleh perencana. Apabila tidak ditetapkan oleh perencana, pada pemotongan dan pembengkokan tulangan ditetapkan toleransi-toleransi seperti tercantum dalam ayat-ayat berikut. 2. Terhadap panjang total batang lurus yang dipotong menurun ukuran dan terhadap panjang total dan ukuran intern dari batang yang dibengkok ditetapkan toleransi sebesar ± 25 mm, kecuali mengenai yang ditetapkan dalam ayat (3) dan (4). Terhadap panjang total batang yang diserahkan menurut sesuatu ukuran ditetapkan toleransi sebesar + 50 mm dan - 25 mm. 3. Terhadap jarak turun total dari batang yang dibengkok ditetapkan toleransi sebesar ± 6 mm untuk jarak 60 cm atau kurang dan sebesar ± 12 mm untuk jarak lebih dari 60 cm. 4. Terhadap ukuran ukuran luar luar dari sengkang, sengkang, lilitan lilitan dan ikatan-ikatan ikatan-ikatan ditetapkan ditetapkan toleransi sebesar ± 6 mm. f.
Panjang penjangkaran dan panjang penyaluran. 1. Baja tulangan mutu U-24 (BJTP-24) Panjang penjangkaran = 30 diameter dengan kait Panjang penyaluran = 30 diameter dengan kait 2. Baja tulangan mutu U-40 (BJTD-40) Panjang penjangkaran = 40 diameter tanpa kait Panjang penyaluran = 40 diameter tanpa kait 3. Penyambungan tidak boleh diadakan pada titik dimana terjadi tegangan terbesar. Sambungan untuk tulangan atas pada balok dan pelat beton harus diadakan di tengah bentang, dan tulangan bawah pada tumpuan. Sambungan harus ditunjang dimana memungkinkan.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 28
4. Ketidak-lurusan rangkaian tulangan kolom tidak boleh melampaui perbandingan 1 terhadap 10. 5. Standard Pembengkokan Semua standar pembengkokan harus sesuai dengan Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung (SNI 2847 : 2013), kecuali ditentukan lain. C. Pemasangan Wire Mesh
Pemasangan pada kepanjangan terpanjang yang memungkinkan dilakukan. Jangan melakukan penghentian / pengakhiran lembar wire mesh antara tumpuan balok atau tepat diatas balok dari struktur menerus. Keseimbangan pengakhiran dari lewatan dalam arah lebar yang berdampingan untuk mencegah lewatan yan menerus. Wire mesh harus ditahan pada posisi yang benar selama pengecoran. D. Las
Bila diperlukan atau disetujui, pengelasan tulangan beton harus sesuai dengan Reinforcement Steel Welding Code (AWS D 12.1). Pengelasan tidak boleh dilakukan pada pembengkokan di suatu batang, pengelasan pada persilangan (las titik) harus diijinkan kecuali seperti di anjurkan atau disahkan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. ASTM specification harus dilengkapi dengan keperluan jaminan kehandalan kehandalan kemampuan kemampuan las dengan dengan cara ini. IX.
PEKERJAAN CETAKAN DAN PERANCAH A. PEKERJAAN PEMASANGAN PAPAN BANGUNAN (BOUWPLA (BOUWPL ANK)
Umum A. Persyaratan Umum Umum Kecuali ditentukan lain pada gambar atau seperti terperinci disini, Cetakan dan Perancah untuk pekerjaan beton harus memenuhi persyaratan dalam PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 2847 : 2013), ACI 347, ACI 301, ACI 318. Kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan perhitungan-perhitungan serta gambar-gambar rancangan cetakan dan perancah untuk mendapatkan persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan. Dalam gambar-gambar tersebut harus secara jelas terlihat konstruksi cetakan/acuan, sambungan-sambungan serta kedudukan serta sistem rangkanya, pemindahan dari cetakan serta perlengkapan untuk struktur yang aman. B. Lingkup Pekerjaan 1. Pekerjaan-pekerjaan Pekerjaan-pekerj aan yang termasuk Bab ini termasuk perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran dari semua cetakan beton serta penunjang untuk semua beton cor seperti diperlukan dan diperinci berikut ini.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 29
2. Pekerjaan yang berhubungan
Pekerjaan Pembesian Pekerjaan Beton
C. Referensi-Referensi Pekerjaan yang terdapat pada bab ini, kecuali ditentukan lain pada gambar atau diperinci berikut, harus mengikuti peraturan-peraturan, standardstandard atau spesifikasi terakhir sebagai berikut : 1. PERSYARATAN BETON STRUKTURAL STRUKTURAL UNTUK UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 2847 : 2013) 2. SII Standard Industri Indonesia 3. ACI-301 Specification Specificat ion for Structural Concrete Building 4. ACI-318 Building Code Requirement for Reinforced Concrete 5. ACI-347 Recommended Practice for Concrete Formwork D. Penyerahan Penyerahan-penyerahan berikut harus dilakukan oleh "Kontraktor" sesuai dengan jadwal yang telah disetujui untuk penyerahannya dengan segera, untuk menghindari keterlambatan dalam pekerjaannya sendiri maupun dari kontraktor lain. 1. Kwalifikasi Mandor Mandor Cetakan Beton (Formwork Foreman) "Kontraktor" harus mempekerjakan mandor untuk cetakan beton yang berpengalaman dalam hal cetakan beton. Kwalifikasi dari mandor harus diserahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk diperiksa dan disetujui, selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum memulai pekerjaan. 2. Data Pabrik Data pabrik tentang bahan-bahan harus diserahkan oleh "Kontraktor" kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dalam waktu 7 hari kerja setelah "Kontraktor" menerima surat perintah kerja, juga harus diserahkan instruksi pemasangan untuk kepentingan bahan-bahan dari lapisan-lapisan, pengikat-pengikat, dan asesoris serta sistem cetakan dari pabrik bila dipakai. 3. Gambar kerja Perhatikan sistem cetakan beton seperti pengaturan perkuatan dan penunjang, metode dari kelurusan cetakan, mutu dari semua bahanbahan cetakan, sirkulasi cetakan. Gambar kerja harus diserahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum pelaksanaan, untuk diperiksa. 4. Contoh Lengkapi cetakan dengan "cone" untuk mengencangkan cetakan.
Bahan-bahan/Produk Bahan-bahan dan perlengkapan harus disediakan sesuai keperluan untuk cetakan dan penunjang pekerjaan, juga untuk menghasilkan jenis penyelesaian permukaan beton seperti terlihat dan terperinci.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 30
A. Perancangan Perancangan Perancah Perancah 1. Definisi Perancah Perancah adalah konstruksi yang mendukung acuan dan beton yang belum mengeras. Kontraktor harus mengajukan rancangan perhitungan dan gambar perancah tersebut untuk disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Segala biaya yang perlu sehubungan dengan perancangan perancah dan pengerjaannya harus sudah tercakup dalam perhitungan biaya untuk harga satuan perancah. 2. Perancangan/Desain Perancangan/desain dari acuan dan perancah harus dilakukan oleh tenaga ahli resmi yang bertanggungjawab penuh kepada kontraktor.
Beban-beban untuk perancangan perancah harus didasarkan pada ketentuan ACI-347. Perancah dan acuan harus dirancang terhadap beban dari beton waktu masih basah, beban-beban akibat pelaksanaan dan getaran dari alat penggetar. Penunjang-penunjang yang sepadan untuk penggetar dari luar, bila digunakan harus ditanamkan kedalam acuan dan diperhitungkan baik-baik dan menjamin bahwa distribusi getaran-getaran tertampung pada cetakan tanpa konsentrasi berlebihan.
3. Acuan menghasilkan suatu struktur akhir yang mempuny mempunyai ai Acuan harus menghasilkan bentuk, garis dan dimensi komponen yang sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar rencana serta uraian dan syarat teknis pelaksanaan. mencegah gah Acuan harus cukup kokoh dan rapat sehingga mampu mence kebocoran adukan. secukupnya sehingga Acuan harus diberi pengaku dan ikatan secukupnya dapat menyatu dan mampu mempertahankan kedudukan dan bentuknya. Acuan dan perancahnya perancahnya harus direncanakan direncanakan sedemikian sedemikian sehingga tidak merusak struktur yang sudah selesai dikerjakan.
Dilarang memakai galian tanah sebagai cetakan langsung untuk permukaan tegak dari beton.
B. Cetakan untuk untuk Permukaan Permukaan Beton Ekspose. 1. Cetakan Plastic-Faced Plywood (Penyelesaian Halus dan Penyelesaian dengan Cat/Smooth Finish and Painted Finish) Gunakan potongan/lembaran utuh. Pola sambungan dan pola pengikat harus seragam dan simetris. Setiap sambungan antara bidang panel ataupun sudut maupun pertemuan-pertemuan bidang, harus disetujui dahulu oleh Konsultan Manajemen Konstruksi untuk RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 31
pola sambungannya. 2. Cetakan sambungan panel untuk sambungan beton ekspose antara panel-panel cetakan harus dikencangkan untuk mencegah kebocoran dari grout (penyuntikan air semen) atau butir-butir halus dan harus diperkuat dengan rangka penunjang untuk mempertahankan permukaan-permukaan yang berhubungan dengan panel-panel yang bersebelahan pada bidang yang sama. Gunakan bahan penyambung cetakan antara beton ekspose yang diperkeras dengan panel-panel cetakan untuk mencegah kebocoran dari grout atau butir-butir halus dari adukan beton baru ke permukaan campuran beton sebelumnya. Tambahan pada cetakan tidak diijinkan. C. Penyelesaian Beton dengan Cetakan Papan 1. Cetakan dengan jenis ini (papan) harus terdiri dari papan-papan yang kering dioven dengan lebar nominal 8 cm dan tebal min. 2.5 cm. Semua papan harus bebas dari mata kayu yang besar, takikan, goncangan kuat, lubang-lubang dan perlemahan-perlemahan lain yang serupa. 2. Denah dasar dari papan haruslah tegak seperti tercantum pada gambar. Cetakan dari papan haruslah penuh setinggi kolom-kolom, dinding dan permukaan-permukaan pada bidang yang sama tanpa sambungan mendatar dengan sambungan ujung yang terjadi hanya pada sudut-sudut dan perubahan bidang. 3. Lengkapi dengan penunjang plywood melewati cetakan papan untuk stabilitas dan untuk mencegah lepas/terurainya adukan. Cetakan papan harus dikencangkan pada penunjang plywood dengan kondisi akhir dari paku yang ditanam tidak terlihat. Pola dari paku harus seragam dan tetap seperti disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. D. Cetakan untuk Beton yang Terlindung (Unexposed Concrete) 1. Cetakan untuk beton terlindung haruslah dari logam (metal), plywood atau bahan lain yang disetujui, bebas dari lubang-lubang atau mata kayu yang besar. Kayu harus dilapis setidak-tidaknya pada satu sisi dan kedua ujungnya. 2. Lengkapi dengan permukaan kasar yang memadai untuk memperoleh rekatan dimana beton diindikasikan menerima seluruh ketebalan plesteran. E. Perancah, Penunjang dan Penyokong (Studs, Wales and Supports) Kontraktor harus bertanggung jawab, bahwa perancah, penunjang dan penyokong adalah stabil dan mampu menahan semua beban hidup dan beban pelaksanaan. F. Jalur Kayu Jalur kayu diperlukan untuk membentuk sambungan jalur dan chamfer. G. Melapis Cetakan 1. Melapis cetakan untuk memperoleh penyelesaian beton yang halus, harus tanpa urat kayu dan noda, yang tidak akan meninggalkan sisasisa/bekas pada permukaan beton atau efek yang merugikan bagi rekatan dari cat, plester, mortar atau bahan penyelesaian lainnya yang akan dipakai untuk permukaan beton. RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 32
2. Bila dipakai cetakan dari besi, lengkapi cetakan dengan form-oil (bahan untuk melepaskan beton) dari pabrik khusus untuk cetakan dari besi. Pakai lapisan sesuai dengan spesifikasi perusahaan sebelum tulangan dipasang atau sebelum cetakan dipasang. H. Pengikat Cetakan 1. Pengikat cetakan haruslah batang-batang yang dibuat di pabrik atau jenis jalur pelat, atau model yang dapat dilepas dengan ulir, dengan kapasitas tarik yang cukup dan ditempatkan sedemikian sehingga menahan semua beban hidup dari pengecoran beton basah dan mempunyai penahan bagian luar dari luasan perletakan yang memadai. 2. Untuk beton-beton yang umum, penempatannya menurut pendapat Konsultan Manajemen Konstruksi. 3.
I.
Pengikat untuk dipakai pada beton dengan permukaan yang diekspose, harus dari jenis dengan kerucut (cone snap off type). Kemiringan kerucut haruslah 2.5 cm maximum diameter pada permukaan beton dengan 3.8 cm tebal/tingginya ke pengencang sambungan. Pengikat haruslah lurus ke dua arah baik mendatar maupun tegak di dalam cetakan seperti terlihat pada gambar atau seperti disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
Penyisipan Besi Penanaman/penyisipan besi untuk angker dari bahan lain atau peralatan pada pelaksanaan beton haruslah dilengkapi seperti diperlukan pada pekerjaan. 1. Penanaman/Penyisipan Benda-benda Terulir. Penanaman jenis ini haruslah seperti telah disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. 2. Pemasangan langit-langit (ceiling). Pemasangan langit-langit untuk angkur penggantung penahan penggantung langit-langit, konstruksi penggantung haruslah digalvani, atau type yang diijinkan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. 3. Pengunci Model Ekor Burung. Pengunci model ekor burung haruslah dari besi dengan galvani yang lebih baik/tebal, dibentuk untuk menerima angkur ekor burung dari besi seperti dispesifikasikan. Pengunci harus diisi dengan bahan pengisi yang mudah dipindahkan untuk mengeluarkan gangguan dari mortar/adukan.
J. Pengiriman dan Penyimpanan Bahan. Bahan cetakan harus dikirim ke lapangan sedemikian jauhnya agar praktis penggunaannya, dan harus secara hati-hati ditumpuk dengan rapi di tanah dalam cara memberi kesempatan untuk pengeringan udara (alamiah). K. Pemasangan Benda-benda yang Akan Ditanam di dalam Beton Pemasangan pipa saluran listrik dan lain-lain yang akan tertanam di dalam beton : 1. Penempatan saluran/pemimpaan harus sedemikian rupa sehingga tidak mengurangi kekuatan struktur dengan memperhatikan persyaratan di dalam PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 2847 : 2013) RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 33
2. Tidak diperkenankan untuk menanam pipa dan lain-lain di dalam bagian-bagian struktur beton bila tidak ditunjuk secara detail di dalam gambar. Di dalam beton perlu dipasang sleeve/selongsong pada tempat-tempat yang dilewati pipa. 3. Bila tidak ditentukan secara detail atau ditunjukkan didalam gambar, tidak dibenarkan untuk menanam saluran listrik di dalam struktur beton. 4. Apabila dalam pemasangan pipa-pipa, saluran listrik, bagian-bagian yang tertanam dalam beton dan lain-lain terhalang oleh adanya baja tulangan yang terpasang, maka kontraktor segera mengkonsultasikan hal ini dengan Konsultan Manajemen Konstruksi. 5. Tidak dibenarkan untuk membengkokkan/memindahkan baja tulangan tersebut dari posisinya untuk memudahkan dalam melewatkan pipa-pipa saluran tersebut tanpa ijin tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi. 6. Semua bagian-bagian/peralatan tersebut yang ditanam dalam beton seperti angkur-angkur, kait dan pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan pekerjaan beton, harus sudah dipasang sebelum pengecoran beton dilaksanakan. 7. Bagian-bagian/peralatan tersebut harus dipasang dengan tepat pada posisinya dan diusahakan agar tidak bergeser selama pengecoran dilakukan. 8. Kontraktor Utama harus memberitahukan serta memberikan kesempatan kepada pihak lain untuk memasang bagianbagian/peralatan tersebut sebelum pelaksanaan pengecoran beton. 9. Rongga-rongga kosong atau bagian-bagian yang harus tetap kosong pada benda/peralatan yang akan ditanam dalam beton yang mana rongga tersebut diharuskan tidak terisi beton harus ditutupi dengan bahan lain yang mudah dilepas nantinya setelah pelaksanaan pengecoran beton.
Pelaksanaan A. Umum Perancah harus merupakan suatu konstruksi yang kuat, kokoh dan terhindar dari bahaya kemiringan dan penurunan, sedangkan konstruksinya sendiri harus juga kokoh terhadap pembebanan yang akan ditanggungnya, termasuk gaya-gaya prategang dan gaya-gaya sentuhan yang mungkin ada. Kontraktor harus memperhitungkan dan membuat langkah-langkah persiapan yang perlu sehubungan dengan lendutan perancah akibat gaya yang bekerja padanya sedemikian rupa hingga pada akhir pekerjaan beton, permukaan dan bentuk konstruksi beton sesuai dengan kedudukan (peil) dan bentuk yang seharusnya. Perancah harus dibuat dari baja atau kayu yang bermutu baik dan tidak mudah lapuk. Pemakaian bambu untuk hal ini tidak diperbolehkan. Bila perancah itu sebelum atau selama pekerjaan pengecoran beton berlangsung menunjukan tanda-tanda penurunan > 10 mm sehingga menurut pendapat Konsultan Manajemen Konstruksi hal ini akan menyebabkan kedudukan (peil) akhir sesuai dengan gambar rancangan tidak akan dapat dicapai atau dapat membahayakan dari segi konstruksi, maka Konsultan Manajemen Konstruksi dapat memerintahkan untuk membongkar pekerjaan beton yang sudah dilaksanakan dan mengharuskan kontraktor untuk memperkuat perancah tersebut sehingga dianggap cukup kuat. Biaya sehubungan
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 34
dengan itu sepenuhnya menjadi tanggungan kontraktor. Gambar rancangan perancah dan sistem pondasinya atau sistem lainnya secara detail (termasuk perhitungannya) harus diserahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk disetujui dan pekerjaan pengecoran beton tidak boleh dilakukan sebelum gambar tersebut disetujui. Perancah harus diperiksa secara rutin sementara pengecoran beton berlangsung untuk melihat bahwa tidak ada perubahan elevasi, kemiringan ataupun ruang/rongga. Bila selama pelaksanaan didapati perlemahan yang berkembang dan pekerjaan perancah memperlihatkan penurunan atau perubahan bentuk, pekerjaan harus dihentikan, diberlakukan pembongkaran bila kerusakan permanen, dan perancah diperkuat seperlunya untuk mengurangi penurunan atau perubahan bentuk yang lebih jauh. Pada saat pengecoran, pelaksana dan surveyor harus memantau terus menerus agar bisa dicegah penyimpangan-penyimpangan yang mungkin ada. Rancangan perancah dan cetakan sedemikian untuk kemudahan pembongkaran untuk mengeliminasi kerusakan pada beton apabila cetakan & perancah dibongkar. Aturlah cetakan untuk dapat membongkar tanpa memindahkan penunjang utama dimana diperlukan untuk disisakan pada waktu pengecoran. B. Pemasangan Perancah dan cetakan harus sesuai dengan dimensi, kelurusan dan kemiringan dari beton seperti yang ditunjukkan pada gambar; dilengkapi untuk bukaan (openings), celah-celah, pengunduran (recesses), chamfers dan proyeksi-proyeksi seperti diperlukan. Cetakan-cetakan harus dibuat dari bahan dengan kelembaban rendah, kedap air dan dikencangkan secukupnya dan diperkuat untuk mempertahankan posisi dan kemiringan serta mencegah tekuk dan lendutan antara penunjang-penunjang cetakan. Pekerjaan denah harus tepat sesuai dengan gambar dan kontraktor bertanggung jawab untuk lokasi yang benar. Garis bantu yang diperlukan untuk menentukan lokasi yang tepat dari cetakan, haruslah jelas, sehingga memudahkan untuk pemeriksaan. Semua sambungan/pertemuan beton ekspose harus selaras dan segaris baik pada arah mendatar maupun tegak, termasuk sambungan-sambungan konstruksi kecuali seperti diperlihatkan lain pada gambar. Toleransi untuk beton secara umum harus sesuai PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 2847 : 2013) atau ACI 347-78.3.3.1, Tolerances for Reinforced Concrete Building. Cetakan harus menghasilkan jaringan permukaan yang seragam pada permukaan beton yang diekspose. Pembuatan cetakan haruslah sedemikian rupa sehingga pada waktu pembongkaran tidak mengalami kerusakan pada permukaan. Kolom-kolom sudah boleh dipasang cetakannya dan dicor (hanya sampai tepi bawah dari balok diatasnya) segera setelah penunjang dari pelat lantai RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 35
mencapai kekuatannya sendiri. Bagaimanapun, jangan ada pelat atau balok yang dicetak atau dicor sebelum balok lantai dibawahnya bekerja penuh. Pada waktu pemasangan rangka konstruksi beton bertulang, Kontraktor harus benar-benar yakin bahwa tidak ada bagian dari batang tegak yang mempunyai "plumbness"/kemiringan lebih atau kurang dari 10 mm, yang dibuktikan dengan data dari surveyor yang diserahkan sebelum pengecoran. C. Pengikat Cetakan Pengikat cetakan harus dipasang pada jarak tertentu untuk ketepatannya memegang/menahan cetakan selama pengecoran beton dan untuk menahan berat serta tekanan dari beton basah. D. Jalur Kayu, Blocking dan Pencetakan Bentuk-bentuk Khusus (Moulding) Pasanglah di dalam cetakan jalur kayu, blocking, moulding, paku-paku dan sebagainya seperti diperlukan untuk menghasilkan penyelesaian yang berbentuk khusus/berprofil dan permukaan seperti diperlihatkan pada gambar dan bentuk melengkapi pemasangan paku untuk batang-batang kayu dari ciri-ciri lain yang dibutuhkan untuk ditempelkan pada permukaan beton dengan suatu cara tertentu. Lapislah jalur kayu, blocking dan pencetakan bentuk khusus dengan bahan untuk melepaskan. E. Chamfers Garis/lajur chamfers haruslah hanya dimana ditunjukkan pada gambargambar arsitek saja. F. Bahan untuk Melepas Beton (Release Agent) Lapisilah cetakan dengan bahan untuk pelepas beton sebelum besi tulangan dipasang. Buanglah kelebihan dari bahan pelepas sehingga cukup membuat permukaan dari cetakan sekedar berminyak bila beton maupun pada pertemuan beton yang diperkeras dimana beton basah akan dicor/dituangkan. Jangan memakai bahan pelepas dimana permukaan beton dijadwalkan untuk menerima penyelesaian khusus dan/atau pakailah penutup dimana dimungkinkan. G. Pekerjaan Sambungan Untuk mencegah kebocoran oleh celah-celah dan lubang-lubang pada cetakan beton ekspose, perlu dilengkapi dengan gasket, plug, ataupun caulk joints. Cetakan sambungan-sambungan hanya diijinkan dimana terlihat pada gambar kerja. Dimana memungkinkan, tempatkan sambungan ditempat yang tersembunyi. Laksanakan perawatan sambungan dalam 24 jam setelah jadwal pengecoran. H. Pembersihan Untuk beton pada umumnya (termasuk cetakan untuk permukaan terlindung dari beton yang dicat). Lengkapi dengan lubang-lubang untuk pembersihan secukupnya pada bagian bawah dari cetakan-cetakan dinding dan pada titiktitik lain dimana diperlukan untuk fasilitas pembersihan dan pemeriksaan dari bagian dalam dari cetakan utama untuk pengecoran beton. Lokasi/tempat dari bukaan pembersihan berdasar kepada persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi. Untuk beton ekspose sama dengan beton pada umumnya, kecuali bahwa pembersihan pada lubang-lubang tidak diijinkan pada cetakan beton ekspose RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 36
untuk permukaan Konstruksi.
ekspose
tanpa
persetujuan
Konsultan
Manajemen
Dimana cetakan-cetakan mengelilingi suatu potongan beton ekspose dengan permukaan ekspose pada dua sisinya, harus disiapkan cetakan yang bagianbagiannya dapat dilepas sepenuhnya seperti disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Memasang jendela, bila pemasangan jendela pada cetakan untuk beton ekspose, lokasi harus disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Perancah; batang-batang perkuatan penyangga cetakan harus memadai sesuai dengan metoda perancah. Pemeriksaan perancah secara sering harus dilakukan selama operasi pengecoran sampai dengan pembongkaran. Naikkan bila penurunan terjadi, perkuat/kencangkan bila pergerakan terlihat nyata. Pasanglah penunjang-penunjang berturut-turut, segera, untuk hal-hal tersebut diatas. Hentikan perkerjaan bila suatu perlemahan berkembang dan cetakan memperlihatkan pergerakan terus menerus melampaui yang dimungkinkan dari peraturan. Pembersihan dan pelapisan dari cetakan; sebelum penempatan dari tulangan-tulangan, bersihkan semua cetakan pada muka bidang kontak dan lapisi secara seragam/merata dengan release agent untuk cetakan yang spesifik sesuai dengan instruksi pabrik yang tercantum. Buanglah kelebihan dan tidak diijinkan pelapisan pada tempat dimana beton ekspose akan dicor. Pemeriksaan cetakan; Beritahukan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi setidaknya 24 jam sebelumnya dalam pengajuan jadwal pengecoran beton. I.
Penyisipan dan Perlengkapan Buatlah persediaan/perlengkapan untuk keperluan pemasangan atau perlengkapan-perlengkapan, baut-baut, penggantung, pengunci angkur dan sisipan di dalam beton. Buatlah pola atau instruksi untum pemasangan dari macam-macam benda. Tempatkan expansion joint fillers seperti dimana didetailkan.
J. Dinding-dinding Buatlah dinding-dinding beton mencapai ketinggian, ketebalan dan profil seperti diperlihatkan pada gambar-gambar. Lengkapi bukaan/lubang-lubang sementara pada bagian bawah dari semua cetakan-cetakan untuk kemudahan pembersihan dan pemeriksaan. Tutuplah bukaan/lubang-lubang tersebut setepatnya, segera sebelum pengecoran beton ke dalam cetakancetakan dari dinding. Lengkapi dengan keperluan pengunci di dalam dinding untuk menerima tepian dari lantai-lantai beton. K. Waterstops Untuk setiap sambungan pengecoran yang mempunyai selisih waktu pengecoran lebih dari 4 (empat) jam dan sambungan tersebut berhubungan langsung dengan tanah atau air di bawah lapisan tanah dan dimana diperlihatkan pada gambar-gambar, harus dilengkapi dengan waterstop. Letak/posisi waterstop harus akurat dan ditunjang terhadap penurunan. Penampang sambungan kedap air sesuai dengan rekomendasi dari perusahaan. Untuk tipe waterstop dapat digunakan ” Expandable Water Stop “ berbahan dasar “ Bentonite Clay “ ex. Fosroc atau yang setara. RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 37
L. Cetakan untuk Kolom Cetakan-cetakan untuk kolom haruslah dengan ukuran dan bentuk seperti terlihat pada gambar-gambar. Siapkan bukaan-bukaan sementara pada bagian bawah dari semua cetakan-cetakan kolom untuk kemudahan pembersihan dan pemeriksaan, dan tutup kembali dengan cermat sebelum pengecoran beton. M. Cetakan untuk Pelat dan Balok-balok Buatlah semua lubang-lubang pada cetakan lantai beton seperti diperlukan untuk lintasan tegak dari duct, pipa-pipa, conduit dan sebagainya. Puncak dari chamber (penunjang) harus sesuai dengan gambar. Lengkapi dengan dongkrak-dongkrak yang sesuai, baji-baji atau perlengkapan lainnya untuk mendongkrak dan untuk mengambil alih penurunan pada cetakan, baik sebelum ataupun pada waktu pengecoran dari beton. N. Pembongkaran Cetakan dan Pengencangan Kembali Perancah (Reshoring) Pembongkaran cetakan harus sesuai dengan PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 2847 : 2013). Secara hati-hati lepaslah seluruh bagian dari cetakan yang sudah dapat dibongkar tanpa menambah tegangan atau tekanan terhadap sudut-sudut, offsets ataupun bukaan-bukaan (reveals). Hati-hati lepaskan dari pengikat. Pengikatan terhadap segi arsitek atau permukaan beton ekspose dengan menggunakan peralatan ataupun description ataupun tidak diijinkan. Lindungi semua ujung-ujung dari beton yang tajam dan secara umum pertahankan keutuhan dari desain. Bersihkan cetakan-cetakan beton ekspose secepatnya pembongkaran untuk mencegah kerusakan pada bidang kontak.
setelah
Pemasangan kembali perancah segera setelah pembongkaran cetakan, topang/tunjang kembali sepenuhnya semua pelat dan balok sampai dengan sedikitnya tiga lantai dibawahnya. Pemasangan perancah kambali harus tetap tinggal ditempatnya sampai beton mencapai kriteria umur kekuatan tekan 28 hari. Periksa dengan teliti kekuatan beton dengan test silinder dengan biaya kontraktor. Penunjang-penunjang sementara, sebelum pengecoran beton; tulangan menerus balok-balok dengan bentang panjang (12 m) haruslah ditunjang dengan penopang-penopang sementara sedemikian untuk me"minimum"kan lendutan akibat beban dari beton basah. Penunjang-penunjang sementara harus diatur sedemikian selama pengecoran beton dan selama perlu untuk mencegah penurunan dari penunjang karena tingkatan kerja. Perancah harus tidak boleh dipindahkan sampai beton mencapai kekuatan yang mencukupi ( > 80 % f ‟c). O. Pemakaian Ulang Cetakan Cetakan-cetakan boleh dipakai ulang hanya bila betul-betul dipertahankan dengan baik dan dalam kondisi yang memuaskan bagi Konsultan Manajemen Konstruksi. Cetakan-cetakan yang tidak dapat benar-benar dikencangkan dan dibuat kedap air, tidak boleh dipakai ulang. Bila pemakaian ulang dari cetakan disetujui oleh Konsultan Manajemen RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 38
Konstruksi, bagian pembersihan cetakan, dan memperbaiki kerusakan permukaan dengan memindahkan lembaran-lembaran yang rusak. Plywood sebelum pemakaian ulang dari cetakan plywood, bersihkan secara menyeluruh, dan lapis ulang dengan lapisan untuk cetakan. Janganlah memakai ulang plywood yang mempunyai tambalan, ujung yang usang, cacat/kerusakan akibat lapisan damar pada permukaan atau kerusakan lain yang akan mempengaruhi tekstur dari penyelesaian permukaan. Cetakan-cetakan lain dari kayu, persiapkan untuk pemakaian ulang dengan membersihkan secara menyeluruh dan melapis ulang dengan lapisan untuk cetakan. Perbaiki kerusakan pada cetakan dan bongkar/buanglah papanpapan yang lepas atau rusak. Agar supaya cetakan yang dipakai ulang tidak akan ada tambalannya yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan, cetakan untuk beton ekspose pada bagian yang terlihat hanya boleh dipakai ulang hanya pada potoganpotongan yang identik. Cetakan tidak boleh dipakai ulang bila nantinya mempengaruhi mutu dan hasil pada bagian permukaan yang tampak dari beton ekspose akibat cetakan akan ada bekas jalur akibat dari plywood yang robek atau lepas seratnya. Sehubungan dengan beban pelaksanaan, maka beban pelaksanaan harus didukung oleh struktur-struktur penunjangnya dan untuk itu kontraktor harus melampirkan perhitungan yang berkaitan dengan rancangan pembongkaran perancah. P. Cetakan untuk Beton Prestress Cetakan haruslah dari konstruksi sedemikian sehingga tidak akan membatasi regangan-regangan di dalam beton sementara tarikan mulai dilakukan, dan kekuatannnya harus ditentukan sehubungan dengan pertimbangan dari perubahan-perubahan dalam distribusi tegangan bila penarikan dimulai. Q. Pembongkaran dari Cetakan untuk Pekerjaan Prestress Cetakan harus dibongkar secara hati-hati tanpa menimbulkan getaran, dan hanya boleh dilakukan dibawah pengawasan Konsultan Manajemen Konstruksi. Beton harus diperiksa sebelum pembongkaran dari cetakan. Cetakan dapat dibongkar hanya bila beton telah mencapai kekuatan yang mencukupi untuk memikul berat sendiri dan beban-beban pelaksanaan lainnya. Bila diperkirakan ada beban lain yang merupakan tambahan beban terhadap beban yang direncanakan, perancah-perancah harus disediakan dalam jumlah yang diperlukan, segera setelah pembongkaran cetakan. Untuk perancah yang menyangga balok prategang, perancah balok prategang boleh dibongkar setelah balok prategang 2 (dua) lantai di atasnya selesai ditarik. R. Hal Lain-lain Buatlah cetakan untuk semua bagian pekerjaan beton yang diperlukan dalam hubungan dengan kelengkapan pekerjaan proyek, meskipun setiap bagian diperlihatkan secara terperinci atau dialihkan ke "Referred to" ataupun tidak.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 39
Dilarang menanamkan pipa di dalam kolom atau balok kecuali pipa-pipa tersebut diperlihatkan pada gambar-gambar struktur atau pada gambar kerja. X. PEKERJAAN KHUSUS STRUKTUR ATAS
1.
Ketentuan Umum a. Persyaratan-persyaratan Konstruksi beton, istilah teknik dan atau syaratsyarat pelaksanaan pekerjaan beton secara umum menjadi satu kesatuan dalam persyaratan teknis ini. Di dalam segala hal yang menyangkut pekerjaan beton dan struktur beton harus sesuai dengan standard-standard yang berlaku, yaitu: a).Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung (SNI 2847 : 2013) b).Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI, 1982), c). Standard Industri Indonesia (SII), d).Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, 1983. e).Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan non gedung : SNI-1726 - 2012 f). American Society of Testing Material (ASTM). b Pelaksana wajib melaksanakan pekerjaan ini dengan ketepatan dan presisi tinggi, sebagaimana tercantum di dalam persyaratan teknis ini, gambargambar rencana, dan atau instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. c. Semua material yang digunakan di dalam pekerjaan ini harus merupakan material yang kualitasnya teruji dan atau dapat dibuktikan memenuhi ketentuan yang disyaratkan. d. Kontraktor wajib melakukan pengujian beton yang akan digunakan di dalam pekerjaan ini. e. Seluruh material yang oleh Manajemen Konstruksi dinyatakan tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lokasi proyek dan tidak diperkenankan menggunakan kembali.
2.
Lingkup Pekerjaan Lingkup pekerjaan yang diatur di dalam persyaratan teknis ini meliputi seluruh pekerjaan beton/struktur beton yang sesuai dengan gambar rencana : a. Pekerjaan beton/struktur beton yang sesuai dengan gambar rencana, termasuk di dalamnya pengadaan bahan, upah, pengujian dan peralatanbantu yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut. b. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan (reinforcement) dan bagian-bagian dari pekerjaan lain yang tertanam di dalam beton. c. Perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran acuan beton, penyelesaian dan perawatan beton, dan semua jenis pekerjaan lain yang menunjang pekerjaan beton.
3.
Bahan-bahan a. S e m e n i. Untuk pekerjaan struktur bawah, termasuk diantaranya plat basement, plat ground floor, dinding penahan tanah dan semua struktur beton yang berhubungan langsung dengan tanah, semen yang digunakan adalah Semen Portland Tipe IV, atau tipe lainnya yang tahan terhadap sulfat dengan disertai hasil pengujian laboratorium. Semen harus disimpan sedemikian rupa untuk mencegah terjanyi kerusakan. ii. Untuk pekerjaan struktur atas, yaitu struktur yang tidak berhubungan secara langsung dengan tanah semen yang digunakan adalah Semen
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 40
Portland Tipe I dan merupakan hasil produksi dalam negeri satu merk. Semen harus disimpan sedemikian rupa hengga mencegah terjadinya kerusakan bahan atau pengotoran oleh bahan lain. Penyimpanan semen harus dilakukan di dalam gudang tertutup, sedemikian rupa sehingga semen terhindar dari basah atau kemungkinan lembab, terjamin tidak tercampur dengan bahan lain. Urutan penggunaan semen harus sesuai dengan urutan kedatangan semen tersebut di lokasi pekerjan. b. Agregat Kasar Agregat untuk beton harus memenuhi seluruh ketentuan berikut ini : i. Agregat beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari SII 005280 tentang "Mutu dan Cara Uji Agregat Beton". Bila tidak tercakup di dalam SII 0052-80, maka agregat tersebut harus memenuhi ketentuan ASTM C23 "Specification for Concrete Aggregates". ii. Atas persetujuan Manajemen Konstruksi, agregat yang tidak memenuhi persyaratan butir a., dapat digunakan asal disertai bukti bahwa berdasarkan pengujian khusus dan atau pemakaian nyata, agregat tersebut dapat menghasilkan beton yang kekuatan, keawetan, dan ketahanannya memenuhi syarat. iii. Di dalam segala hal, ukuran besar butir nominal maksimum agregat kasar harus tidak melebihi syarat - syarat berikut : - seperlima jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan beton. - sepertiga dari tebal pelat. - 3/4 jarak bersih minimum antar batang tulangan, atau berkas batang tulangan. Penyimpangan dari batasan-batasan ini diijinkan jika menurut penilaian Tenaga Ahli, kemudahan pekerjaan, dan metoda konsolidasi beton adalah sedemikian hingga dijamin tidak akan terjadi sarang kerikil atau rongga. c. A i r Air yang digunakan untuk campuran beton harus memenuhi ketentuanketentuan berikut ini: i. Jika mutunya meragukan harus dianalisis secara kimia dan dievaluasi mutunya menurut tujuan pemakaiannya. ii. Harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya, yang dapat dilihat secara visual. iii. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/liter. iv. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton (asam-asam, zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter. Kandungan clorida (Cl) tidak lebih dari 500 ppm dan senyawa sulfat (sebagai SO3) tidak lebih dari 100 ppm. v. Jika dibandingkan dengan kuat tekan adukan yang menggunakan air suling, maka penurunan kekuatan adukan beton dengan air yang digunakan tidak lebih dari 10 %. d. Baja Tulangan Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi ketentuan- ketentuan berikut ini. i. Tidak boleh mengandung serpih-serpih, lipatan-lipatan, retak-retak, gelombang-gelombang, cerna-cerna yang dalam, atau berlapis-lapis. ii. Hanya diperkenankan berkarat ringan pada permukaan saja . iii. Untuk tulangan utama (tarik/tekan lentur) harus digunakan baja tulangan deform (BJTD 40), dengan jarak antara dua sirip melintang tidak boleh RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 41
lebih dari 70 % diameter nominalnya, dan tinggi siripnya tidak boleh kurang dari 5 % diameter nominalnya. iv. Tulangan dengan Ø <13 mm dipakai BJTP 24 (polos), dan untuk tulangan dengan Ø > 13 mm memakai BJTD 40 (deform) bentuk ulir. v. Kualitas dan diameter nominal dari baja tulangan yang digunakan harus dibuktikan dengan sertifikat pengujian laboratorium, yang pada prinsipnya menyatakan nilai kuat - leleh dan berat per meter panjang dari baja tulangan dimaksud. vi. Diameter nominal baja tulangan (baik deform/BJTD) yang digunakan harus ditentukan dari sertifikat pengujian tersebut dan harus ditentukan dari rumus : d = 4.029 B ,
atau
d = 12.47 G
dimana : d = diameter nominal dalam mm, B = berat baja tulangan (N/mm) G = berat baja tulangan (kg/m) e. Toleransi berat batang contoh yang diijinkan di dalam pasal ini sebagai berikut : DIAMETER TULANGAN BAJA TULANGAN < 10 mm 10 mm < <16 mm 16 mm < < 28 mm > 28 mm
TOLERANSI BERAT YANG DI IJINKAN ±7% ±6% ±5% ±4%
f. Persyaratan material baja tulangan Spesifikasi Baja tulangan menurut SNI 2847 – 2002 diatur sebagai berikut: 1. ASTM A 615M ( Specification for Deformed and Plain Billet-Steel Bars for Concrete Reinforcement )
f u/f y
> 1,25 (actual measurement ).
2. ASTM A 706M ( Specification for Low_alloy Steel Deformed and Plain Bars for Concrete Reinforcement )
ductile
elongation ) ≥ 14 %; f u/f y < 1,35
(actual measurement ). Tabel. Persyaratan Baja Tulangan (ASTM A 615M dan ASTM A 706M) Persyaratan
ASTM A 706M Grade 60 550 *) 420 540
Kuat tarik minimum, MPa Kuat leleh minimum, MPa Kuat leleh maksimum, MPa Perpanjangan minimum dalam 200mm, % Diameter, mm 10 14 15,20 14 25 12 30 12 35 12 45,55 10 Catatan: *) kuat tarik aktual tidak kurang dari 1,25 kuat leleh actual RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 42
g. Pembesian 1. Percobaan dan Pemeriksaan (Test and Inspections) Setiap pengiriman harus berasal dari pemilihan yang disetujui dan harus disertai surat keterangan Percobaan dari pabrik. Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja-tulangam harus diadakan pengujian periodik minimal 4 contoh yang terdiri dari 3 benda uji untuk uji tarik, dan 1 benda uji untuk uji lengkung untuk setiap diameter batang baja tulangan. Pengambilan contoh baja tulangan akan ditentukan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Semua pengujian tersehatan di atas meliputi uji tarik dan lengkung, harus dilakukan di laboratorium lembaga Uji Konstruksi atau laboratorium lainya direkomendasi oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan minimal sesuai dengan SII-0136-84 salah satu standard uji yang dapat dipakai adalah ASTM A-615. Semua biaya pengetesan tersebut ditanggung oleh Kontraktor. Segala macam kotoran, karat, cat, minyak atau bahan-bahan lain yang merugikan terhadap kekuatan rekatan harus dibersihkan. Tulangan harus ditempatkan dan dipasang cermat dan tepat dan diikat dengan kawat.dari baja. lunak. Sambungan mekanis harus ditest. dengan percobaan tarik. Sebelum pengecoran beton, lakukan pemeriksaan dan persetujuan dari pembesian, termasuk jumlah, ukuran, jarak, selimut, lokasi dari sambungan dan panjang penjangkaran dari penulangan baja oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Sertifikat : Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan, maka pada saat pemesanan baja tulangan kontraktor harus menyerahkan sertifikat resmi dari Laboratorium. Khusus ditujukan untuk keperluan proyek ini. 2. Bahan-bahan / Produk a. Tulangan Tulangan yang digunakan berulir mutu BJTD-39 (400 Mpa), sesuai dengan SII 0136-84 dan tulangan polos mutu BJTP-24, sesuai dengan SII 0136-84 seperti dinyatakan pada gambar-gambar struktur.Tulangan polos dengan diameter lebih kecil 13 mm harus baja lunak dengan tegangan leleh 2400 kg/cm2.Tulangan ulir dengan diameter lebih besar atau sama dengan 13 mm harus baja tegangan tarik tinggi, batang berulir dengan tegangan leleh fy = 400 Mpa b. Tulangan Anyaman (Wire mesh) Tulangan anyaman, mutu U-50, mengikuti SII 0784-83. c. Penunjang/Dudukan Tulangan (Bar Support) Dudukan tulangan haruslah tahu beton yang dilengkapi dengan kawat pengikat yang ditanan atau batang kursi tinggi sendiri (Individual High Chairs).
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 43
d. Bolstern, kursi spacers, dan perlengkapan-perlengkapan lain untuk mengatur jarak. i. Gunakan besi dudukan tulangan menurut rekomendasi CRSI, kecuali diperlihatkan lain pada gambar ii. Jangan memakai kayu, bata atau bahan-bahan lain yang ridak direkomendasi. iii. Untuk pelat di atas tanah, pakai penunjang dengan lapisan pasir atau horizontal rumers dimana bahan dasar tidak akan langsung menunjang batang kursi (chairs legs). Atau pakai lantai kerja yang rata. iv. Untuk beton ekspose, dimana batang-batang penunjang langsung berhubungan/mengenai cetakan, sediakan penunjang dengan jenis hot-dip-galvanized atau penunjang yang dilindungi plastik. v. Kawat PengikatDibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng. 3. Jaminan Mutu Bahan-bahan harus dari produk yang sama seperti yang telah disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.Seritikat dari percobaan (percobaan giling atau lainnya) harus diperlihatkan untuk semua tulangan yang dipakai: Percobaan-percobaan ini harus memperlihatkan hasil-hasil dan semua komposisi kimia dan sifat-sifat fisik. 4. Persiapan Pekerjaan/Peralatan Tulangan Pembengkokan dan pembentukan. Pemasangan tulangan dan pembengkokan harus sedemikian rupa sehingga posisi dari tulangan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun tempat selama pengecoran berlangsung. Pembuatan dan pemasangan tulangan sesuai dengan peratuaran yang disyaratkan. Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan persyaratan SNI-2847-2013 atau A.C.I. 315. 5. Pengiriman, Penyimpanan dan Penanganannya Pengiriman tulangan ke lapangan dalam kelompok ikatan ditandai dengan etiket/label yang mencantumkan ukuran batang, panjang dan tanda pengenal. kering, daerah yang bagus saluran-salurannya, dan terlindung dari lum Pemindahan tulangan harus hati-hati untuk mengindari kerusakan. Gudang di alas tanah harus pur, kotoran, karat dsb. 6. Pelaksanaan Pemasangan Tulangan, Pembengkokan, dan Pemotongan Persiapan a. Pembersihan Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulit giling (mill steel) dan karat lepas, serta bahan-bahan lain yang mengurangi daya lekat. Bersihkan sekali lagi tonjolan pada tulangan atau pada sambungan konstruksi untuk menjamin rekatannya. b. Pemilihan/seleksi Tulangan yang berkarat harus ditolak dari lapangan. Pemasangan Tulangan a. Umum Sesuai dengan yang tercantum pada gambar dan Kaordinasi dengan bagian lain dan kelancaran pengadaan bahan serta tenaga perlu RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 44
diadakan untuk mengindari keterlambatan. Adakan/berikan tambahan tulangan pada lubang-lubang (openings) / bukaan. b.
Pemasangan Tulangan harus dipasang sedemikian rupa diikat dengan kawat baja, hingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempatnya. 1. Tulangan pada dinding dan kolom-kolom beton harus dipasang pada posisi yang benar dan untuk menjaga jarak bersih digunakan spacers/penahan jarak. 2.
Tulangan pada balok-balok footing dan pelat harus ditunjang untuk memperoleh lokasi yang tepat selama pengecoran beton dengan penjaga jarak, kursi penunjang dan penunjang lain yang diperlukan.
3.
Tulangan-tulangan yang langsung di atas tanah dan di atas agregai (seperti pasir, kerikil) dan pada lapisan kedap air harus dipasang/ditunjang hanya dengan tahu beton yang mutunya paling sedikit sama dengan beton yang akan dieor.
4.
Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton. Untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor, Penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang sebanyak minimum 4 buah setiap m^2 cetakan atau lantai kerja. Penahanpenahan jarak ini harus tersebar merata.
5.
Pada pelat-pelat dengan tulangan rangkap, tulangan atas harus ditunjang pada tulangan bawah oleh batang-batang penunjang atau ditunjang langsung pada cetakan bawah atau lantai kerja oleh blokblok beton yang tinggi. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan letak dari tulangan-tulangan pelat yang dibengkok yang harus melintasi tulangan balok yang berbatasan.
c.
Toleransi pada Pemasangan Tulangan 1. Terhadap selimut beton (selimut beton) : ± 6 mm 2. Jarak terkecil pemisah antara batang : ± 6 mm 3. Tulangan atas pada pelat dan balok : balok dengan tinggi sama atau lebih kecil dari 200 mm : ± 6 mm balok dengan tinggi lebih dari 200 mm tapi kurang dari 600 mm: ± 12 mm balok dengan tinggi lebih dari 600 mm : ± 12 mm panjang batang : ± 50 mm 4. Toleransi pada pemasangan lainnya sesuai SNI 2002
d.
Pembengkokan Tulangan, Sesuai Dengan SNI 2002. 1. Batang tulangan tidak boleh dibengkok atau diluruskan dengan caracara yang merusak tulangan itu. 2. Batang tulangan yang diprofilkan, setelah dibengkok dan diluruskan kembali tidak boleh dibengkok lagi dalam jarak 60 cm dari bengkokan sebelumnya. 3. Batang tulangan yang tertanam sebagian di dalam beton tidak boleh dibengkokkan atau diluruskan di lapangan, kecuali apabila ditentukan di dalam gambar-gambar rencana atau disetujui oleh perencana.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 45
4.
5.
6.
7. 8. 9.
Membengkok dan meluruskan batang tulangan harus dilakukan dalam keadaan dingin, kecuali apabila petnanasan dilajutkan oleh perencana. Apabila pemanasan diijinkan, batang tulangan dari baja lunak (polos atau diprofilkan) dapat dipanaskan sampai kelihatan merah padam tetapi tidak boleh mencapai suhu lebih dari 850 oC. Apabila batang tulangan dari baja lunak yang mengalami pengerjaan dingin dalam pelaksanaan ternyata mengalami pemanasan di atas 100 0 C yang bukan pada waktu las, maka dalam perhitunganperhitungan sebagai kekuatan baja hams diambil kekuatan baja tersebut yang tidak mengalami pengerjaan dingin. Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan, kecuali diijinkan oleh perencana. Batang tulangan yang dibengkok dengan pemanasan tidak boleh didinginkan dengan jalan disiram dengan air. Menyepuh batang tulangan dengan seng tidak boleh dilakukan dalam jarak 8 kali diameter (diameter pengenal) batang dari setiap bagian dari bengkokan.
e.
Toleransi pada Pemotongan dan Pembengkokan Tulangan. 1. Batang tulangan harus dipotong dan dibengkok sesuai dengan yang ditunjukkan dalang gambar-gambar rencana dengan toleransitoleransi yang disyaratkan oleh perencana. Apabila tidak ditetapkan oleh perencana, pada pemotongan dan pembengkokan tulangan ditetapkan toleransi-toleransi seperii tercantum dalam ayat-ayat berikut. 2. Terhadap panjang total batang lurus yang dipotong menurun ukuran dan terhadap panjang total dan ukuran intern dari batang yang dibengkok ditetapkan toleransi sebesar ± 25 mm, kecuali mengenai yang ditetapkan dalam ayat (3) dan (4). Terhadap panjang total batang yang diserahkan menurut sesuatu ukuran ditetapkan toleransi sebesar + 50 mm dan - 25 mm. 3. Terhadap jarak turun total dari batang yang dibengkok ditetapkan toleransi sebesar ± 6 mm untuk jarak 60 cm atau kurang dan sebesar ±12 mm untuk jarak lebih dari 60 cm. 4. Terhadap ukuran luar dari sengkang, lilitan dan ikatan-ikatan ditetapkan toleransi sebesar ± 6 mm.
f.
Panjang Penjangkaran dan panjang penyaluran. 1. Baja tulangan mutu U-24 (BJTP-24) Panjang penjangkaran = 30 diameter dengan kait Panjang penyaluran = 30 diameter dengan kait 2.
Baja tulangan mutu U-40 (BJTD-40) Panjang penjangkaran = 40 diameter tanpa kait Panjang penyaluran = 40 diameter tanpa kait
3.
Penyambungan tidak boleh diadakan pada titik dimana terjadi tegangan terbesar. Sambungan untuk tulangan atas pada balok dan pelat beton harus diadakan di tengah bentang, dan tulangan bawah pada tumpuan. Sambungan harus ditunjang dimana memungkinkan.
4.
Ketidak-lurusan rangkaian tulangan kolom tidak boleh melampaui perbandingan 1 terhadap 10.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 46
5.
7.
Standard Pembengkokan Semua standar pembengkokan harus sesuai dengan Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung (SNI 2847 : 2013), kecuali ditentukan lain.
g.
Pemasangan Wire Mesh Pemasangan pada kepanjangan terpanjang yang memungkinkan Jangan melakukan penghentian / pengakhiran lembar wire mesh antara tumpuan balok atau tepat diatas balok dari struktur menerus. Keseimbangan pengakhiran dari lewatan dalam arah lebar yang berdampingan untuk mencegah lewatan yang menerus. Wire mesh harus ditahan pada posisi yang benar selama pengecoran.
h.
Las Bila diperlukan atau disetujui, pengelasan tulangan beton harus sesuai dengan Reinforcement Steel Welding Code (AWS D 12.1). Pengelasan tidak boleh dilakukan pada pembengkakan di suatu batang, pengelasan pada persilangan (las titik) harus diijinkan kecuali seperti di anjurkan atau disahkan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. ASTM specification harus dilengkapi dengan keperluan jaminan kehandalan kemampuan las dengan cara ini.
i.
Sambungan Mekanik Bila jumlah luas tulangan kolom melampaui 3% dari luas penampang kolom dengan menggunakan diameter 32 mm, sambungan mekanik untuk tulangan (pada kolom) harus disediakan dan dipakai.
Beton dan Adukan Beton Struktur a. Sebelum memulai pekerjaan beton struktur, Kontraktor harus membuat trial mix design dengan tujuan untuk mendapatkan proporsi campuran yang menghasilkan kuat tekan target beton seperti yang disyaratkan. b. Kuat tekan target beton yang disyaratkan di dalam pekerjaan ini (f ‟c) tidak boleh kurang dari 30 Mpa. Kuat tekan ini harus dibuktikan dengan sertifikat pengujian dari Laboratorium Bahan Bangunan yang telah disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi. c. Beton harus dirancang proporsi campurannya agar menghasilkan kuat tekan rata-rata (f'cr) minimal sebesar : f'cr = f'c + 1,64 Sr, dengan Sr adalah standar deviasi rencana dari benda uji yang nilainya setara dengan nilai standar deviasi statistik dikalikan dengan faktor berikut: JUMLAH BENDA UJI < 15 15 20 25 > 30 d.
FAKTOR PENGALI Dikonsultasikan Manajemen Konstruksi 1.16 1.08 1.03 1
dengan
Benda uji yang dimaksud adalah silinder beton dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, yang untuk setiap 10 m3 produksi adukan beton harus diwakili minimal dua buah benda uji. Tata cara pembuatan benda uji tersebut harus mengikuti ketentuan yang terdapat di dalam standar
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 47
e.
f.
g.
h.
Metoda Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium (SK SNI M-62-1990-03). Jika hasil uji kuat tekan beton menunjukkan bahwa kuat tekan target beton yang dihasilkan tidak memenuhi syarat, maka proporsi campuran adukan beton tersebut tidak dapat digunakan, dan Kontraktor (dengan persetujuan Manajemen Konstruksi) harus membuat proporsi campuran yang baru, sedemikian hingga kuat tekan target beton yang disyaratkan dapat dicapai. Setiap ada perubahan jenis bahan yang digunakan, Pelaksana wajib melakukan trial mix design dengan bahan-bahan tersebut, dan melakukan pengujian laboratorium untuk memastikan bahwa kuat tekan beton yang di hasilkan memenuhi kuat tekan yang disyaratkan. Untuk kekentalan adukan, setiap 5 m3 adukan beton harus dibuat pengujian slump, dengan ketentuan sebagai berikut: Bagian Konstruksi Nilai Slump (mm) a. Pelat Fondasi/Poer 50 - 125 b. Kolom Struktur 75 – 150 c. Balok-balok 75 – 150 d. Pelat Lantai 75 – 150 Apabila ada hal-hal yang belum tercakup di dalam persyaratan teknis ini, Pelaksana harus mengacu pada seluruh ketentuan yang tercakup di dalam Bab 5, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SK SNI T-15-1990-03).
8.
Pengadukan dan Alat-aduk a. Pelaksana wajib menyediakan peralatan dan perlengkapan yang memiliki ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah takaran masing-masing bahan beton. Seluruh peralatan, perlengkapan dan tata cara pengadukan harus mendapatkan persetujuan Manajemen Konstruksi b. Pengaturan pengangkutan dan cara penakaran yang dilakukan, harus mendapatkan persetujuan Manajemen Konstruksi Seluruh operasi harus dikontrol/diawasi secara kontinyu oleh Manajemen Konstruksi c. Pengadukan harus dilakukan dengan mesin aduk beton ( batch mixer atau portable continous mixer ). Sebelum digunakan, mesin aduk ini harus benar-benar kosong, dan harus dicuci terlebih dahulu bila tidak digunakan lebih dari 30 menit. d. Selain ketentuan tersebut di dalam butir 5.c. di atas, maka pengadukan beton di lapangan harus mengikuti ketentuan berikut ini : Harus dilakukan di dalam suatu mesin-aduk dari tipe yang telah disetujui Manajemen Konstruksi Mesin-aduk harus berputar pada suatu kecepatan yang direkomendasikan oleh pabrik pembuat mesin-aduk tersebut. Pengadukan harus diteruskan sedikitnya 1,5 menit setelah semua material dimasukkan ke dalam drum aduk, kecuali jika dapat dibuktikan/ditunjukkan bahwa dengan waktu pengadukan yang menyimpang dari ketentuan ini masih dapat dihasilkan beton yang memenuhi syarat.
9.
Pengangkutan Adukan a. Pengangkutan beton dari tempat pengadukan ke tempat penyimpanan akhir (sebelum di tuang), harus sedemikian hingga tercegah terjadinya pemisahan (segregasi) atau kehilangan material.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 48
b. Alat angkut yang digunakan harus mampu menyediakan beton di tempat penyimpanan akhir dengan lancar, tanpa mengakibatkan pemisahan bahan yang telah dicampur dan tanpa hambatan yang dapat mengakibatkan hilangnya plastisitas beton antara pengangkutan yang berurutan. 10.
Penempatan beton yang akan dituang a. Beton yang akan dituang harus ditempatkan sedekat mungkin ke cetakan akhir untuk mencegah terjadinya segregasi karena penanganan kembali atau pengaliran adukan. b. Pelaksanaan penuangan beton harus dilaksanakan dengan suatu kecepatan penuangan sedemikian hingga beton selalu dalam keadaan plastis dan dapat mengalir dengan mudah ke dalam rongga di antara tulangan. c. Beton yang telah mengeras sebagian dan/atau telah dikotori oleh material asing, tidak boleh dituang ke dalam cetakan. d. Beton setengah mengeras yang ditambah air atau beton yang diaduk kembali setelah mengalami pengerasan tidak boleh dipergunakan kembali. e. Beton yang dituang harus dipadatkan dengan alat yang tepat secara sempurna dan harus diusahakan secara maksimal agar dapat mengisi sepenuhnya daerah sekitar tulangan dan barang yang tertanam dan ke daerah pojok acuan.
11.
Perawatan Beton a. Jika digunakan dengan kekuatan awal yang tinggi, maka beton tersebut harus dipertahankan di dalam kondisi lembab paling sedikit 72 jam, kecuali jika dilakukan perawatan yang dipercepat. b. Jika tidak digunakan semen dengan kekuatan awal yang tinggi, maka beton harus dipertahankan dalam kondisi lembab paling sedikit 168 jam setelah penuangan, kecuali jika dilakukan perawatan dipercepat sebagaimana disebutkan di dalam pasal 5., Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SK SNI T-15-1990-03).
12.
Cetakan Beton Persyaratan Umum Kecuali ditentukan lain pada gambar atau seperti terperinci disini, Cetakan dan Perancah untuk pekerjaan beton harus memenuhi persyaratan dalam SNI-2847-2013, NI-2, ACI 347, ACI 301, ACI 318. Kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan perhitungan-perhitungan serta gambar-gambar rancangan cetakan dan perancah untuk mendapatkan persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan. Dalam gambar-gambar tersebut harus secara jetas terlihat konstruksi cetakan/acuan, sambungan-sambungan serta kedudukan serta sistem rangkanya, pemindahan dari cetakan serta perlengkapan untuk struktur yang aman. a. Di dalam segala hal, cetakan beton (termasuk penyangganya) harus direncanakan sedemikian rupa hingga dapat dibuktikan bahwa penyangga dan cetakan tersebut mampu menerima gaya-gaya yang diakibatkan oleh penuangan dan pemadatan adukan beton. b. Cetakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran dan batas-batas bidang dari hasil beton yang direncanakan, serta tidak bocor dan harus cukup kaku untuk mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 49
c.
d. e. f.
g.
h.
i.
Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan, lubang-lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan lurus dan rata dalam arah horisontal maupun vertikal; terutama untuk permukaan beton yang tidak difinish (expossed concrete). Kecuali beton fondasi, cetakan dibuat dari multipleks dengan ketebalan minimal 12 mm. Kontraktor harus melakukan upaya-upaya sedemikian hingga penyerapan air adukan oleh cetakan dapat dicegah. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian rupa agar dapat memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya "overstress" atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban-beban yang ada di atasnya selama pelaksanaan. Sebelum penulangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran letaknya, kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan pada saat beton dituang, permukaan cetakan harus bersih terhadap segala kotoran, dan diberi form oil unuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. Untuk menghindari lekatnya form oil pada bajatulangan, maka pemberian form oil pada cetakan harus dilakukan sebelum tulangan terpasang. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Manajemen Konstruksi, atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut : · Bagian sisi balok 48 jam (setara dengan 35 % f ‟c) · Balok tanpa beban konstruksi 7 hari (setara dengan 70 % f ‟c) · Balok dengan beban konstruksi 21 hari (setara dengan 95 % f ‟c) · Pelat lantai/atap/tangga 21 hari (setara dengan 95 % f ‟c) Pada bagian konstruksi yang terletak di dalam tanah, cetakan harus dicabut sebelum pengurugan dilakukan. Lingkup Pekerjaan 1. Pekerjaan-pekerjaan yang termasuk Bab ini termasuk perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran dari semua cetakan beton serta penunjang untuk semua beton cor seperti diperlukan dan diperinci berikut ini. 2. Pekerjaan yang berhubungan Pekerjaan Pembesian Pekerjaan Beton Referensi-Referensi Pekerjaan yang terdapat pada bab ini, kecuali ditentukan lain pada gambar atau diperinci berikut, harus mengikuti peraturan-peraturan, standard-standard atau spesifikasi terakhir sebagai berikut : 1. SNI-2847-2013 :Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung 2. SII :Standard Industri Indonesia 4. ACI-318 Building Code Requirement for Reinforced Concrete 5. ACI-347 Recommended Practice for Concrete Formwork
13.
Pengangkutan dan Pencoran a. Perletakan pengadukan dan pencoran harus diatur sedemikian rupa hingga memudahkan dalam pelaksanaan pencoran .
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 50
b. Waktu antara pengadukan dan pencoran tidak boleh lebih dari 1 jam. Pencoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya pemisahan material dan perubahan letak tulangan. c. Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1,5 m, cara penuangan dengan alat-alat bantu seperti talang, pipa, chute, dan sebagainya harus mendapat persetujuan Manajemen Konstruksi d. Pelaksana harus memberitahukan Manajemen Konstruksi selambatlambatnya 2 hari sebelum pencoran beton dilaksanakan. 14.
Pemadatan Beton a. Pemadatan beton harus dilakukan dengan penggetar mekanis/ mechanical vibrator dan tidak diperkenankan melakukan penggetaran dengan maksud untuk mengalirkan beton. b. Pemadatan ini harus dilakukan sedemikian rupa hingga beton yang dihasilkan merupakan massa yang utuh, bebas dari lubang-lubang, segregasi atau keropos . c. Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat penggetar yang mempunyai frekuensi tinggi untuk menjamin pengisian beton dan pemadatan yang baik. d. Alat penggetar tidak boleh disentuhkan pada tulangan terutama pada tulangan yang telah masuk pada beton yang telah mulai mengeras.
15.
Beton Siap Pakai (Ready Mix Concrete) Untuk pekerjaan struktur utama, yang termasuk diantaranya Kolom, Balok, Plat Lantai, Dinding geser, Fondasi dan Pile Cap serta sruktur lainnya yang diperlukan, Pemborong diwajibkan menggunakan beton siap pakai ( ready mix concrete) dengan ketentuan sebagai berikut: a. Volume penggunaan ready mix concrete harus disetujui oleh Manajemen Konstruksi dengan senantiasa berpedoman pada ketentuan teknis yang diberlakukan bagi pekerjaan beton. b. Apabila di dalam ready mix concrete tersebut diberikan zat tambah (additive ) maka selain harus mengikuti ketentuan di dalam Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton SK SNI S-18-1990-03, pabrik pembuatnya harus menyertakan sertifikat/surat keterangan yang menyatakan jenis dan konsentrasi bahan tambah tersebut per m 3 adukan beton. Selain itu, di dalam hal penggunaan bahan tambah ini, harus disebutkan pula di dalam sertifikat tersebut batas waktu toleransi beton tersebut masih dapat digunakan, dan ketentuan ini mengikat bagi Kontraktor dan Manajemen Konstruksi, khususnya di dalam penentuan boleh atau tidaknya ready mix concrete tersebut digunakan. c. Kecuali jika disebutkan secara khusus didalam RKS ini, maka terhadap ready mix concrete harus selalu diadakan pengujian kualitas, yaitu: c.1 Pengujian kekentalan adukan ( slump), yang dilakukan 3 kali setiap 5 m3 adukan, yaitu: di awal kedatangan, di tengah-tengah, dan di akhir penuangan. Nilai slump yang digunakan untuk evaluasi adalah nilai slump rata-ratanya. Jika nilai slump yang diperoleh tidak sesuai dengan ketentuan yang terdapat di dalam butir 4.e., maka adukan yang digunakan dianggap tidak memenuhi syarat, dan tidak boleh digunakan. c.2 Pengujian kuat tekan beton, yang dilakukan secara acak dengan ketentuan sebagai berikut: c.2.1 Untuk setiap 10 m 3 adukan beton, minimal harus dibuat 2 buah benda uji berupa silinder beton dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, seperti ketentuan yang tercantum di dalam butir 4.d.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 51
d.
16.
Di dalam segala hal, pembuatan benda uji ini harus dilakukan dengan sepengetahuan Manajemen Konstruksi c.2.2 Terhadap kedua benda uji tersebut harus dilakukan pengujian kuat tekan. Jadi, untuk setiap 10 m 3 adukan beton harus diwakili oleh satu nilai kuat tekan beton yang diperoleh dari kuat tekan rata-rata kedua benda uji tersebut di dalam butir c.2.1., setelah dikonversikan kekuatannya ke kuat tekan beton umur 28 hari. c.2.3 Manajemen Konstruksi harus selalu melakukan evaluasi statistik secara periodik terhadap kuat tekan beton ini, berdasarkan ketentuan yang berlaku di dalam Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SK SNI T-15-1990-03). c.2.4 Jika hasil evaluasi statistik tersebut di dalam pasal c.2.3. memperlihatkan kuat tekan beton yang lebih rendah dari yang disyaratkan, maka Manajemen Konstruksi harus menghentikan pekerjaan beton yang sedang dilaksanakan. Di dalam hal ini Manajemen Konstruksi harus segera melakukan koordinasi dengan pihak yang terkait Ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi site mix concrete seperti: tata cara evaluasi kuat tekan beton, pengangkutan adukan, perawatan beton, cetakan beton, pencoran, pemadatan beton, dan sambungan konstruksi, tetap berlaku untuk penggunaan ready mix concrete .
PEMASANGAN PIPA DAN LAIN-LAIN DALAM BETON a. Penempatan saluran / pemipaan harus sedemikian rupa sehingga tidak mengurangi kekuatan struktur dengan memperhatikan Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung (SNI 2847 : 2013). b. Tidak diperkenankan untuk menanam pipa dan lain-lain dalam bagian struktur beton bila tidak ditunjukkan secara detail dalam gambar. Dalam beton perlu dipasang selongsong pada tempat-tempat yang dilewati pipa. c. Bila tidak ditentukan secara detail atau ditunjukkan dalam gambar, tidak dibenarkan untuk menanam saluran listrik dalam struktur beton. d. Apabila dalam pemasangan pipa-pipa, saluran listrik, bagian-bagian yang tertanam dalam beton dan lain-lain terhalang oleh adanya baja tulangan yang terpasang, maka Pemborong harus mengkonsultasikan hal ini dengan Menajemen Konstruksi e. Tidak dibenarkan untuk membengkokkan atau menggeser atau memindahkan baja tulangan tersebut dari posisinya untuk memudahkan dalam melewatkan pipa-pipa saluran tersebut tanpa ijin tertulis dari Manajemen Konstruksi f. Semua bagian atau peralatan yang ditanam dalam beton seperti angkurangkur, kait dan pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan pekerjaan beton, harus sudah dipasang sebelum pencoran dilaksanakan. g. Bagian-bagian atau peralatan tersebut harus dipasang dengan tepat pada posisinya dan diusahakan agar tidak bergeser selama pencoran beton dilakukan. h. Pemborong utama harus memberitahukan serta memberi kesempatan kepada pihak lain untuk memasang bagian / peralatan tersebut sebelum pencoran beton dilaksanakan. i. Rongga-rongga kosong atau bagian-bagian yang harus tetap kosong pada benda atau peralatan yang akan ditanam dalam beton, yang mana rongga tersebut harus tidak terisi beton, harus ditutupi dengan bahan lain yang mudah dilepas nantinya setelah pelaksanaan pencoran beton.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 52
17.
CACAT-CACAT PEKERJAAN a. Bila penyelesaian pekerjaan, bahan yang digunakan atau keahlian dalam pengerjaan setiap bagian pekerjaan tidak memenuhi persyaratanpersyaratan yang tercantum dalam persyaratan teknis, maka bagian pekerjaan tersebut harus digolongkan sebagai cacat pekerjaan. b. Semua pekerjaan yang digolongkan demikian harus dibongkar dan diganti sesuai dengan yang dikehendaki oleh Manajemen Konstruksi c. Seluruh pembongkaran dan pemulihan pekerjaan yang digolongkan cacat tersebut serta semua biaya yang timbul akibat hal itu seluruhnya menjadi beban Pemborong.
XI.PEKERJAAN KEDAP AIR / WATERPROOFING
1. LINGKUP PEKERJAAN Meliputi penyediaan bahan dan pemasangan waterproofing pada permukaan plat beton , tempat daerah basah (toilet) dan tanki penampungan air atau sesuai dengan gambar kerja. 2. BAHAN a. Standar Mutu Bahan Berdasarkan : ASTM 828, ASTME, TAPP 1803 DAN 407. b. Untuk pelat atap dan daerah basah lainnya seperti toilet dan sebagainya menggunakan lembaran dari Produk Awazseal, Sintaproof, Isobond, Bituthene 2000 atau sejenisnya yang setara. c. Jenis bahan membrane yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: i. Tebal bahan minimum 1,50 mm, karakteristik fisik, kimiawi dan kepadatan yang merata dan konstan. ii. Kedap air dan uap, termasuk bagian-bagian yang akan disusun overlapping nanti. iii. Memiliki ketahanan yang baik terhadap gesekan dan tekanan. iv. Susunan polimer tidak berubah akibat perubahan cuaca. d. Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan tertutup (belum dibuka) dan masih tersegel dan berlabel sesuai pabriknya. e. Bahan harus disimpan di tempat yang terlindung, tertutup, tidak lembab, kering dan bersih. f. Kontraktor bertanggungjawab atas kerusakan bahan-bahan yang disimpannya baik sebelum atau selama pelaksanaan. g. Bahan yang digunakan adalah DELTATROCH 3000 atau Setara yang di Produksi dalam negeri. h. Pengujian i. Bila diperlukan Kontraktor wajib mengadakan test bahan sebelum dipasang, pada laboratorium yang ditunjuk Manajemen Konstruksi. Dan sebelum dimulai pemasangannya Kontraktor harus menunjukkan sertifikat keaslian barang dan supplier disertai data-data teknis komposisi unsur material pembentuknya. ii. Sewaktu penyerahan hasil pekerjaan, kontraktor wajib memberikan jaminan atas produk yang digunakan terhadap kemungkinan bocor, pecah dan cacat lainnya, selama 10 (sepuluh) tahun termasuk mengganti dan memperbaiki segala jenis kerusakan yang terjadi. Jaminan yang diminta adalah jaminan dari pihak pabrik untuk mutu material, serta jaminan dari pihak pemasang (applicator) untuk mutu pelaksanaan pemasangannya. iii. Kontraktor diwajibkan melakukan percobaan/pengujian dengan melakukan penyemprotan langsung dengan air serta menggenanginya di atas permukaan yang diberi lapisan/additive kedap air. RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 53
XII.
GAMBAR DETAIL PELAKSANAAN / SHOP-DRAWING
1. Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan) berdasarkan gambar dokumen kontrak dan keadaan lapangan, untuk memperjelas detai-detail khusus yang diperlukan pada saat pelaksanaan di lapangan. 2. Shop drawing harus mencantumkan semua data termasuk tipe bahan keterangan produk, cara pemasangan atau persyaratan khusus. 3. Shop drawing belum dapat dilaksanakan sebelum mendapatkan persetujuan dari Manajemen Konstruksi. CONTOH 1. Kontrakrtor wajib mengajukan contoh dari semua bahan, disertai brosur lengkap dan jaminan keaslian material dari pabrik. 2. Contoh bahan harus diserahkan minimal sebanyak 2 (dua) buah yang setara mutunya. Keputusan bahan jenis, warna, tekstur dan merk akan diberitahukan oleh Manajemen Konstruksi dalam jangka waktu tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender terhitung sejak penyerahan contoh-contoh bahan tersebut. 3. Manajemen Konstruksi menpunyai hak untuk meminta kontraktor mengadakan mock-up guna memperjelas usulan material yang diajukannya. PELAKSANAAN a. Persiapan permukaan yang dilapis waterproofing lantai beton harus bebas dari kotoran yang melekat seperti bitumen, oli, bercak-bercak cat, lemak dan lain-lain, b. Lapisan dasar primer untuk meratakan penmukaan lantai beton dan membuat kemiringan dengan screeding beton campuran 1 : 2 ditambahkan 0,5 kg/m2 dengan semen slurry bonding agent lain yang setara. Kemiringan screeding beton sekurang-kurangnya 2%, selanjutnya Kontraktor melapor Manajemen Konstruksi Lapangan untuk mendapat persetujuan. c. Seluruh lapisan waterproofing, jika tidak ditentukan lain harus pula menutupi kakikaki bidang-bidang tegak sampai ketinggian permukaan air (minimal 30 cm). Pertemua.bidang horizontal dan vertikal harus dipasang polyster mesh. Disekeliling pipa-pipa pembuang harus dibobok untuk kemudian diisi dengan semen non shrink. d. Aplikasi pemasangan oleh tenaga ahli dan persyaratan dari produsen : Campuran waterproofing adalah semen slurry 3 kg/m2 dicampur dengan bonding agent (additive) sehingga mencapai ketebalan minimum 3 mm. e. Waterproofing membrane dilaksanakan pada pekerjaan beton daerah terbuka yang besinggungan dengan air seperti atap dak beton. f. Pada pekerjaan beton yang bersinggungan dengan air dan digunakan untuk lalu lintas manusia, water proofing yang digunakan harus memiliki campuran butiran berbatu keras. g. Untuk semua waterproofing yang terpasang harus diadakan uji coba terhadap kebocoran selama 24 jam atau hingga dapat dipastikan tidak terdapat bukti adanya kebocoran. h. Pekerjaan waterproofing harus mendapat sertifikat pemeliharaan cuma-cuma selama 2 (dua) tahun. i. Pelaksanaan pemasangan harus dikerjakan oleh ahli yang berpengalaman dan sesuai dengan "metode pelaksanaan" berdasarkan spesifikasi pabrik. j. Khusus untuk bahan water proofing yang dipasang di tempat yang berhubungan langsung dengan matahari tetapi tidak mempunyai lapis pelindung terhadap ultra violet maka di atasnya harus diberi lapisan pelindung sesuai gambar
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 54
pelaksanaan, atau petunjuk Manajemen Konstruksi, dimana lapisan ini dapat berupa screed maupun material finishing lainnya. XIII. PENYELESAIAN DARI BETON PELAT (CONCRETE SLAB FINISHES)
1. Semua penyelesaian dari lantai harus diselesaikan sampai kemiringan yang benar sesuai dengan kemiringan untuk pengaliran. 2. Beton yang ditandai untuk mempunyai penyelesaian akhir dengan memakai merek lain, harus bebas dari segala minyak, karet ataupun lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya lekatan pada penyelesaian. 3. Pemeliharaan dari penyelesaian beton harus dimulai sedini mungkin setelah selesai pengerjaan. a. Penyelesaian Menyatu (Monolith Finish) Penyelesaian yang monolit harus diadakan untuk lantai beton expose, dimana permukaan agregat dikehendaki. Penyelesaian lantai beton yang monolit harus mencapai level dan kemiringan yang tepat yang dapat dilakukan dengan atau tanpa screed dengan power floating yang dilakukan secara merata. Permukaan harus dapat bertahan sampai semua air permukaan menghilang dan beton telah mengeras serta bekerja. Permukaan yang diperbolehkan harus ditrowel dengan besi untuk mencapai permukaan yang halus. Apabila permukaan menjadi keras, harus ditrowel dengan besi untuk kedua kalinya untuk mendapatkan kekerasan, kehalusan tapi tidak berlapis, padat, bebas dari segala tanda-tanda/bekas trowel dan kerusakan-kerusakan lain. Perkerasan Beton (Concrete Hardener) Untuk keperluan pelat lantai beton expose dengan beban berat, perkerasan beton harus diadakan dengan kepadatan sebagai berikut : Lantai parkir/sirkulasi lalu lintas normal, kepadatan sedang 5 kg/m2. Ruang M/E : kepadatan normal 3 kg/m2. Loading dock/sirkulasi lalu lintas berat, kepadatan berat 7 kg/m2. XIV. PEKERJAAN STRUKTUR RANGKA ATAP A. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan ini adalah pemasangan dan perakitan rangka atap dengan baja ringan yang meliputi perhitungan struktur, Spesifikasi Teknis dan desain oleh pabrikan yang ditunjuk, berikut pengadaan aplikator yang direkomendasi oleh pabrik penghasil : Sistem rangka atap Reng Ikatan angin Dan aksesori pelengkap lainnya untuk melengkapi pemasangan. B. STANDAR / RUJUKAN
a. Australian Standard : AS 1163 – Structural Steel Hollow Sections AS 1170 – Loading Code, Part 1 : Dead and Live Loads and Load Combinations Part 2 : Wind Loads RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 55
AS 1538 – Cold Formed Structures Code AS 1554 – Structural Steel Welding Code AS 4100 – Steel Structures Code AS 1397 – Steel Sheet and Strip – Hot Dipped Zinc Coated and Aluminium / Zinc Coated AS 3566 – Self Drilling Screws for The Building and Construction Industries AS 1650 – Hot Dipped Galvanized Coatings on Ferrous Articles. AS 4600 – Cold Formed Code for Structural Steel.
b. Japanese Industrial Standard (JIS): JIS G 3302 – Hot Dipped Zinc Coated Steel Sheets and Coils. c. American Welding Society (AWS) : AWS D1.1 – Structural Welding Code Steel. C. PROSEDUR UMUM a. Desain Desain sistem rangka atap yang terdiri dari rangka, sambungan, ikatan angin harus dilaksanakan oleh perusahaan/Aplikator terdaftar dan direkomendasi pabrik penghasil yang berpengalaman dalam perancangan sistem rangka baja ringan. Desain, fabrikasi dan pemasangan rangka harus dilakukan sedemikian rupa agar rangka baja ringan mampu menerima beban rencana yang telah ditentukan oleh Konsultan Perencana. Desain sistem rangka untuk rangka atap dan balok atap harus mampu menahan beban mati rencana tanpa lendutan yang lebih besar dari 1/300 bentangan untuk lendutan vertikal. Desain sistem rangka atap harus dibuat sedemikian rupa agar dapat mengakomodasi gerakan bagian rangka tanpa kerusakan atau tekanan berlebih, kegagalan pelapis, kegagalan sambungan, ketegangan yang tak semestinya pada alat pengencang dan angkur, atau akibat lainnya yang merusak ketika mengalami perubahan temperatur sekitar yang maksimal sekitar 200 C. Sistem rangka atap harus didesain untuk mengakomodasi pengiriman dan penanganan, untuk memudahkan dan mempercepat perakitan.
b. Penyerahan Kontraktor harus menyerahkan data – data berikut : Data produk untuk setiap tipe rangka baja ringan dan aksesori. Data analisa struktur yang tertutup dan ditanda tangani enjinir profesional yang dipilih yang bertanggung jawab untuk mempersiapkannya. Sertifikat pabrik yang ditanda tangani oleh pabrik pembuat rangka baja ringan yang menyatakan bahwa produk mereka memenuhi persyaratan, termasuk ketebalan baja tanpa lapisan, tegangan leleh, tegangan tarik, elongasi total dan ketebalan lapisan pelapis metal. Sebagai pengganti sertifikat pabrik, serahkan laporan pengujian dari agensi pengujian yang terdaftar yang membuktikan kesesuaiannya dengan persyaratan – persyaratan. Sertifikat tukang las yang ditanda tangani Kontraktor yang menyatakan bahwa tukang las memenuhi persyaratan – persyaratan yang ditetapkan dalam butir Jaminan Mutu.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 56
c. Jaminan Mutu Pekerjakan fabrikator dan pemasang yang telah berpengalaman dengan bahan, desain rangka baja ringan yang sejenis, dan dengan catatan pengalaman proyek yang berhasil. Standar pengelasan harus memenuhi ketentuan AWS D1.1 atau AS 1554 edisi terakhir. d. Pengiriman, Penyimpanan dan Penanganan Rangka baja ringan harus dilindungi terhadap karat, deformasi, dan kerusakan lainnya selama pengiriman, penyimpanan dan penanganan. Rangka baja ringan harus disimpan di ruang yang memiliki ventilasi cukup untuk mencegah kondensasi dan dilindungi dengan penutup tahan air. D. BAHAN – BAHAN
a. Lembaran Metal. o Lembaran metal lapis seng / galvanized harus memenuhi ketentuan SNI 07-0132-1987 dengan tebal lapisan seng minimal 220 g/m2 sesuai JIS G 3302-1994, seperti Lokfom, Sarana atau yang setara yang disetujui. o Lembaran metal lapis campuran seng dan alumunium harus memenuhi ketentuan AS 1397, dengan mutu baja 5500 kg/cm2. b. Profil Rangka. Profil rangka yang akan digunakan harus sesuai dengan standar profil rangka yang dibuat oleh pabrik pembuatan sistem rangka baja ringan. Spesifikasi Material. 1. Kuda-kuda (Supra Frame) Profil C Chanel Main Truss (C75,100) & Web (C75,75) Coating Zinc Aluminium G550 High Tensile Steel Thickness Main Truss (1,0 mm TCT) & Web (o.80 mm TCT) 2. Reng (Roof Batten) Profil Top Span 40 Coating Zinc Aluminium G550 High Tensile Steel Thickness 0,6 mm TCT c. Manufaktur / Fabrikator. Sesuai dengan ketentuan – ketentuan, manufaktur / fabrikator sistem rangka baja ringan yang dapat memenuhi standar d. Aksesori Rangka. Aksesori rangka baja ringan harus dibuat dari bahan dan penyelesaian yang sama dengan yang digunakan untuk bagian – bagian rangka baja ringan dan sesuai dengan persyaratan engineer dari pabrik pembuat rangka baja ringan, termasuk : 1. Angkur, Klip dan Alat Pengecang Baja profil dan klip harus dilapisi seng dengan proses celup panas Baut angkur pasang di tempat dan tiang harus dari baut kepala segi enam dan tiang berbahan baja karbon, mur berbahan baja karbon, dan cincin pelat. Semuanya harus berlapis seng dengan proses celup panas. Angkur ekspansi harus difabrikasi dari bahan tahan karat, yang memiliki kemampuan menumpu, tanpa kegagalan, sebuah beban yang besarnya 5 kali lipat beban rencana. RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 57
Angkur tipe powder actuated harus merupakan sistem alat pengencang yang sesuai untuk aplikasi yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja, difabrikasi dari bahan anti karat, dengan kemampuan menumpu, tanpa kegagalan, sebuah beban yang besarnya 10 kali lipat beban rencana. Alat pengencang mekanikal harus berupa sekrup tipe self drilling, self threading steel drill yang memiliki lapisan anti karat. Kawat las harus memenuhi ketentuan AWS A5.1-E70xx atau AS 1554. 2. Bahan – bahan lainnya o Cat untuk perbaikan lapisan seng harus memenuhi ketentuan SSPCpaint20 atau DOD-P-21035. o Adukan encer harus memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis yang direkomendasi oleh pabrik penghasil cat.
E. PELAKSANAAN PEKERJAAN a. Fabrikasi. 1. Maksimalkan fabrikasi di pabrik pembuat dan penyusunan / perakitan bagian sistem rangka baja ringan. Fabrikasi rangka baja ringan dan aksesori agar vertikal, tegak lurus empat sisi, sesuai dengan garis yang telah ditentukan, dan dengan sambungan yang aman dan kuat dan seperti diuraikan berikut : Fabrikasi rangka rakitan dalam cetakan / pola. Potong bagian rangka dengan gergaji atau gunting besar, bukan dengan api. Kencangkan bagian rangka baja ringan dengan baut, rivet atau sekrup sesuai rekomendasi enjinir dari pabrik pembuat. Tidak diijinkan melakukan pengencangan dengan kawat.
2. Beri penulangan, pengaku dan ikatan angin untuk menahan penanganan, pengiriman dan tekanan pada saat pemasangan. 3. Fabrikasi setiap rakitan rangka metal dengan toleransi kesikuan maksimal 3 mm. b. Pemasangan. 1. Umum. Harus memenuhi persyaratan fabrikasi seperti disebutkan di atas. Lengkapi dengan ikatan angin, balok di atas bidang bukaan dinding, siku – siku penulangan, pengaku, aksesori dan alat pengencang yang sesuai dengan persyaratan engineer pabrik pembuat. Pasang rangka baja ringan dan aksesori agar vertikal, tegak lurus empat sisi, sesuai dengan garis yang telah ditentukan, dan dengan sambungan yang kencang. Pasang bagian rangka dalam satu bagian panjang utuh bila memungkinkan. Lengkapi dengan ikatan angin sementara yang dibiarkan pada tempatnya sampai rangka baja ringan menjadi stabil secara permanen. Sambungan muai harus dibuat terpisah dari rangka baja ringan dengan cara sesuai persyaratan. Do not bridge building expansion and control joints with cold-formed metal framing. Independently frame both sides of joints.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 58
Pasang rangka baja ringan dalam batas variasi toleransi maksimal yang diijinkan dari vertikal, elevasi, dan garis yang telah ditentukan, 3 mm dalam 300 cmm (1 : 1000). Bagian rangka baja individual harus ditempatkan maksimal 3 mm dari lokasi rencana. Kesalahan kumulatif tidak boleh dari persyaratan pengencangan minimal pelapis, penutup atau bahan penyelesaian lainnya.
2. Pemasangan Panel Dinding Prefab. Bila ada penggunaan panel dinding prefab, panel dinding tersebut harus diangkur dan ditumpu dengan kuat dan aman. c. Perbaikan Perlindungan. Persiapkan dan perbaiki lapisan seng yang rusak pada rangka baja ringan yang telah difabrikasi dan dipasang dengan cat perbaikan lapisan seng yang sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat. XV. LINGKUP PEKERJAAN STRUKTUR BAJA RANGKA ATAP BAJA IWF
Menyediakan material baja struktur, tenaga kerja dan peralatan seperti yang tercantum atau yang dijelaskan dalam gambar pelaksanan dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini, atau hal-hal lain yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan sesuai dengan yang direncanakan. Penyelesaian, fabrikasi, erection, pengujian dan inspeksi dari baja struktur. Persediaan di bengkel dan pengecatan dasar dari bagian-bagian baja struktur Konstruksi baja sementara. Pengecatan di lapangan, sentuhan akhir, pemakaian cat pelindung dasar kedua untuk semua bagian baja dan persiapan pengecatan akhir termasuk dalam bagian pengecatan. Proses pengerjaan ada didalam gedung yang sudah beroperasi, sehingga harus dengan cover tertutup dan dengan exhouse fan (sirkulasi udara ke luar harus lancar). Pekerjaan yang menumbulkan panas, seperti Mesin Las tidak disarankan, jadi dengan system sambungan baut. Referensi 1)
PPBBI (Peraturan Perencanaan bangunan Baja Indonesia)
2)
PUBI-1982
3)
SII
4)
JASS
5)
JIS-Japanese Indsutrial Standards
6)
AISC Code of standard Practice for Steel Building and Bridges, Latest edition.
7)
AISC Specification for the design, Fabrication, and Erection of Structural Steel for Building, including the Supplements Thereto as issued.
8) AISC Specification of Structural Joints using ASTM A325 or A490 Bolt approved by the Research Council in Structural Connections. 9)
AW S D1.1 Structural W elding Code.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 59
10) AW S A5.1 Specification for Mild Steel Covered Arc-welding Electrodes. 11) AWS A5 17 Spe cification for bare Carbon Steel Electrodes and Fluxes for Submerged Arc-welding. 12) AW S A5.2 Spesification for Mild Steel Electrodes for Fluxcored ARC-welding. 13) AW S A5.5 Specification for low alloy Steel Covered Arc W elding Electrodes. 14) SSPC Steel Structures Painting Manual. 15) ASTM A36-Standard Specification for Structural Steel. 16) ASTM A307-Standard Specification for Carbon Steel Externally and Internally Threaded Standard Fasteners. 17) ASTM A307-Standard Specification for High-Strengh Bolts for Structural Steel Bolts joints, including Suitable Nuts and plain Hardened W ashers. 18) ASTM A490-Standrd Specification for Quenched and Temered Alloy Steel Bolt For Structural Steel Joints. 19) ASTM A500-Standard Specification for Cold-Formed Welded and Seamless Carbon Steel Tubing in Rounds and Shapes. 20) ASTM A501-Standard Specification Seamless Carbon Steel StructuralTubing.
for
Hot-Formed
W elded
and
21) ASTM A563-Standard Specification for Carbon and Alloy Steel Nuts. 22) ASTM A572-Standard Specification for High-Strength Columbium- vanadium Steels of Structural Quality. 23) ASTM F436-Standard Washers.
Specification
for
Hardened
Low
Alloy
Steel
XVI. PERSYARATAN PRODUK DAN MUTU MATERIAL 16.1. Besi Batangan, Besi Profil dan Pelat Rolled Steel
Besi Batangan, Besi Profil dan Pelat Rolled Steel dari jenis yang sama kualitasnya. Mutu baja beserta tegangan leleh baja yang disyaratkan adalah ST-37 dengan tegangan leleh baja sebesar 2400 kg/cm 2 sesuai SII. 16.2. Besi Tube berbentuk bulat
Besi Tube berbentuk bulat sesuai dengan ASTM A501 (tegangan leleh minimum 2500 kg/cm 2). 16.3. Besi Tube berbentuk kotak
Besi Tube berbentuk kotak sesuai dengan ASTM A500, Grade B (tegangan leleh minimum 3150 kg/cm 2)
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 60
16.4. Baut dan Angkur
Baut-baut
dan angkur yang dipakai sesuai dengan ASTM 307 , grade A (kekuatan tarik minimum harus 4200 kg/cm 2) atau batang besi yang diulir sesuai ASTM A-36 dengan heavy hexagonal nut dilaskan pada dasar dari ulir batang tersebut. Termasuk dua hexagonal nut dan dua plain washers di setiap bautnya. Sediakan washer dengan ukuran yang sesuai di atas base plate dengan ukuran lubang yang lebih besar. 16.5. Baut yang tidak difinish, Washers dan Nut
Baut yang tidak difinish harus baut mutu tinggi A-325, sesuai dengan ASTM A325 Grade A dengan nut segi enam, sediakan nut segi enam yang sesuai dengan plain washernya. 16.6. Pengencang Kekuatan Tinggi (High-Strenght Fasteners) 1) Baut-baut harus berdiameter sesuai dengan gambar kerja dan sesuai dengan JIS B1186 (tipe 2B) dan atau ASTM A325 atau ASTM A490 sebagaimana dicantumkan pada gambar.
2) Baut yang dapat dikontrol tegangan tariknya seperti spline type, dengan mur dan ring yang sesuai dapat diterima sebagai alternatif dari sambungan dengan baut. 3)
Tidak boleh mempergunakan ring yang rusak.
16.7. Elektroda Las
1) Elektroda las dari seri E70, elektroda hidrogen rendah sesuai dengan JIS 23212 dan AWS 5.1, A5.5, A5.17, atau A5.20. sesuai gambar kerja. 2) Sediakan sarana penyimpanannya yang memadai agar elektrodaelektroda tersebut terjaga kualitas fluksnya. 16.8. Cat
1) Cat yang digunakan adalah oksida primer kecuali diindikasikan lain sesuai spesifikasi AISC dan Code of Standard Practice dan SSPC Steel Structure Painting manual. 2) Koordinasikan agar cat primer sesuai dengan cat finishnya.
XVII. PENYERAHAN GAMBAR KERJA (SHOP DRAWING) DAN PROSEDUR PELAKSANAAN
Kontraktor harus menyerahkan gambar kerja dan prosedur pelaksanan kepada MK sebagai berikut : Gambar kerja harus diajukan sesuai dengan persyaratan pada bagian penyerahan. Gambar perencanaan/kontrak tidak boleh direproduksi menjadi gambar kerja. Dibutuhkan waktu yang cukup untuk mereview gambar kerja. Gambar kerja harus dengan jelas mengidentifikasikan profil, ukuran, jarak dan lokasi dari seluruh elemen baja, termasuk sambungan, tambahan (attachment),
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 61
pengangkuran, bukaan pada frame, ukuran dan tipe fasteners, metoda pengencangan fasteners, cambers, jumlah dan tipe serta jarak headed shear connector. Lampirkan perhitungan struktural yang dilakukan oleh Engineer untuk setiap pekerjaan yang diusulkan, dimana itu merupakan varian dari pekerjaan yang ada gambarnya, maupun yang dispesifikasikan. Lampirkan secara tertulis prosedur pengelasan untuk setiap tipe sambungan las seperti yang tercantum dalam Appendix E dari AWS Structural Welding Code. Lampirkan Sertifikat Mill yang mengindikasikan bahwa baja yang disuplai sesuai dengan atau memenuhi spesifikasi. Sertifikat juga harus mencakup ladle analysis untuk seluruh baja dan laporan uji tarik serta uji banding untuk berbagai bentuk. Lampirkan sertifikat yang menunjukkan bahwa baut mutu tinggi yang dipakai sesuai dengan spesifikasi. Lampirkan urutan dan prosedur erection yang digunakan oleh erector baja. Lampirkan daftar material yang lengkap untuk semua item yang dibutuhkan, termasuk produk, katalog manufactur dan data teknis, spesifikasi dan instruksi pemasangan.
XVIII. KONTROL KUALITAS DI LAPANGAN
Kontraktor harus mengkoordinasikan dengan Badan Pengujian dan MK untuk mengendalikan mutu dari item-item sebagai berikut. : 18.1. L a s
Inspeksi dari baja struktur selama erection harus termasuk inspeksi visual dan inspeksi ultrasonik dari sambungan las, las untuk shear struds, dan las untuk metal decking. Inspeksi harus dilakukan oleh Inspektor las yang bersertifikat AW S. Pengujian harus sesuai dengan AW S Structural Welding Code. Inspeksi visual dari sambungan las termasuk pengecekan dari penyetelan dan prosedur pengelasan. Pengawasan ini harus mencakup semua sambungan penetrasi. 18.2. B a u t
Inspeksi sambungan baut selama pelaksanaan akan mencakup visual dan uji fisik, sebelum melakukan inspeksi visual, uji tarik dengan menggunakan alat yang terkalibrasi harus mengindikasikan kuat tarik minimum 5% melampaui dari minimum persyaratan AISC. Pengujian harus sesuai dengan AISC spesification for structural joints Using ASTM A325 atau A490 High Strength Bolts.
XIX. KONTROL KUALITAS FABRIKATOR
A.
Fabrikator harus mempunyai prosedur fabrikasi dan baja hasil fabrikasi ini diuji dan diawasi oleh badan pengujian yang independen sesuai yang ditunjuk oleh MK. Biaya dari seluruh pengujian dan pengawasn tersebut ditanggung oleh Kontraktor.
B.
Pengujian dan inspeksi harus dilakukan oleh orang yang mempunyai Sertifikat Welding. Lampirkan laporan hasil inspeksi kepada MK.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 62
C.
Maksud dari dilakukannya inspeksi tersebut adalah agar badan pengujian dapat memverifikasikan bahwa secara umum baja fabrikasi ini memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Pengawasan yang direkomendasikan harus dilakukan minimum seminggu sekali. Pengawasan pertama harus dijadwalkan pada tahap awal. Kontraktor harus memberitahukan MK untuk inspeksi awal. Pengujian dan inspeksi harus mencakup antara lain: 1) 2)
3)
4) 5) 6) 7)
Mempelajari laporan dari mill uji dan verifikasikan bahwa material yang digunakan sama dengan material yang diajukan/dilaporkan. Mereview prosedur pengelasan dari fabrikator, verifikasikan bahwa prosedur pengelasan telah dipatuhi. Pastikan bahwa tukang las mempunyai sertifikat resmi dan Kontraktor harus mendemonstrasikan cara/teknik pelaksanaan para tukang las. Mempelajari prosedur pembautan mutu tinggi. Verifikasikan bahwa pada pemasangan baut mutu tinggi di bengkel sudah sesuai dengan spesifikasi AISC. Mengecek persiapan joint untuk menghasilkan sambungan penetrasi yang sempurna. Pengelasan penetrasi harus diuji ultrasonik. Mengecek las sudut untuk ukuran, profil, tebal las, porosity dan pembalikan ujung. Mengecek elemen baja untuk lamination. Periksa di tempat (spot cek) dimensi dan ukuran lubang. Mengecek tepian lubang baut terhadap kurang sempurnanya pelubangan.
XX. PENGECEKAN DAN PENYIMPANAN MATERIAL
1. Kontraktor harus mengecek secara keseluruhan material yang tiba ditempat fabrikasi. Hasil pengecekan dan laporan dari hasil uji material harus dapat ditunjukan kepada MK. Material yang tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan tidak boleh digunakan. 2. Material yang disimpan diatas tanah, tidak boleh bersinggungan dengan tanah agar memudahkan pemeriksaan dan investigasi. Penyimpanan baja dan barang-barang yang masih dipacking harus dengan suatu cara sehingga terjadi perlindungan terhadap kontak dengan bahan-bahan yang bisa merusak. Material harus ditandai dengan jelas sesuai dengan klasifikasinya untuk mengetahui lokasi dan jumlahnya. XXI. KOORDINASI PELAKSANAAN
Kontraktor harus mengkoordinasikan pengangkutan dan erection dari baja struktur dan bahan-bahan yang terkait dalam suatu jadwal waktu sehingga proyek ini dapat diselesaikan dengan baik.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 63
XXII. KETENTUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN I. Ketentuan Umum
1)
Kontraktor harus menyiapkan gambar kerja untuk fabrikasi dengan skala yang cukup dari berbagai komponen berdasarkan pada gambar dan dokumen
perencanaan
serta
harus
disampaikan
kepada
MK
untuk
memperoleh persetujuan. Bila ada gambar yang merupakan bagian dari gambar perencanaan/kontrak yang dipakai untuk gambar fabrikasi, harus mendapat ijin dari MK. 2)
Pelaksanaan
fabrikasi
harus
dimulai
setelah
gambar
kerja
untuk
fabrikasi memperoleh persetujuan dari MK. 3)
Gambar-gambar ini akan digunakan untuk fabrikasi baja struktur dan materialnya dan nantinya akan digunakan juga di lapangan. Oleh sebab itu diperlukan juga sejumlah salinan dari gambar tersebut di lapangan.
4)
Camber dengan 1/1000 dari bentang harus disediakan bila ada balok dengan bentang melebihi 8 m (bila tidak dispesifikasikan).
5)
Kontraktor harus menyediakan seluruh peralatan yang diperlukan untuk keperluan pekerjaan erection/pemasangan.
6)
Seluruh pekerjaan konstruksi baja harus sesuai dengan gambar perencanaan dan mengikuti ketentuan-ketentuan dalam Rencana Kerja dan SyaratSyarat (RKS) ini.
22.1.1.Pita Pengukur Baja Standar
1)
Kontraktor harus memeriksa apakah ada ketidaksesuaian antara pita pengukur baja standar yang digunakan pada fabrikasi dan yang digunakan di lapangan dan harus memperoleh persetujuan dari MK.
2)
Pita pengukur baja standar harus memenuhi JIB7512 atau yang sebanding. Batasan yang jelas harus dibuat antara pita pengukur baja standar dan pita pengukur untuk keperluan umum, yang digunakan pada bengkel di lapangan. Pita pengukur untuk penggunaan secara umum pada pabrik dan lokasi konstruksi harus dibandingkan dengan pita pengukur standar yang disebutkan di atas sebelum
dimulainya
pekerjaan
dengan
maksud
memeriksa
kesalahan-
kesalahannya dan hanya pita pengukur yang tidak menunjukkan penyimpangan yang dapat dipergunakan.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 64
22.1.2.Pemotong
1)
2) 3)
4)
Permukaan bidang potongan dari setiap material harus tegak lurus terhadap sumbu absis, dengan perkecualian bagian tersebut dispesifikasikan dalam gambar. Permukaan bidang potongan harus bersih dari ketidakrataan, takikan (notches) tumpukan bekas slag, dan lain-lain. Pemotongan dengan gas harus dilakukan dengna alat potong gas yang otomatis. Bila pemotongan dengan gas secara manual tidak dapat dihindari, hal tersebut hanya dapat dilaksanakan dengan persetujuan MK. Pekerjaan pemotongan harus dilakukan dengan mempertimbangkan adanya kontraksi/deformasi akibat fabrikasi dan persyaratan yang diperlukan untuk finishing.
XXIII.22.1.3.Perbaikan Akibat Deformasi
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Semua deformsi material dan deformasi yang diakibatkan oleh pekerjaan fabrikasinya harus diperbaiki dengan hati-hati untuk menghindari terjadinya kerusakan pada material. Perbaikan akibat deformasi pada high tension steel dan heat treated steel pada prinsipnya harus dilakukan dengan koreksi dingin (cold Correction). Koreksi panas (hot correction) hanya boleh digunakan untuk tipe baja yang lain. Deformasi pada material harus segera diperbaiki setelah material diterima, harus diperhatikan juga ketelitian dan produk akhir dan fabrikasinya. Ketentuan pada butir ini tidak berlaku bilamana material diproses menjadi produk akhir dengan memotong menjadi potongan-potongan kecil. Bagian yang lebih kecil seperti pelat buhul dan pelat sambungan dengan 4 sisi yang dipotong dengan menggunakan gas atau dipotong secara geser (shears) harus diperiksa kerataannya setelah pemotongan, dan setiap deformasi harus diperbaiki dengan peralatan pengepres atau peralatan lain. Deformasi pada sayap dari profil I pada prinsipnya diperbaiki dengan koreksi dingin seperti press roller dan sebagainya, tetapi koreksi panas seperti pemanasan linier dapat juga digunakan untuk perbaikan lokal. ketidaksempurnaan bidang tegak lurus dari sayap harus diperbaiki dengan peralatan pengepres yang dilengkapi dengan cetakan khusus atau harus dilakukan secara koreksi panas dengan linier healing. Pada kasus baja struktur lengkung dari profil H sebaiknya dilakukan proses penyesuaian di daerah joint. Metode pekerjaan dan prosedurnya harus dipelajari dengan teliti dengan tujuan untuk meminimalisasi terjadinya deformasi.
22.1.4.Koreksi Dingin
1)
2) 3)
Untuk meratakan permukaan baja struktur, harus dihindari hal-hal yang dapat mengakibatkan cacat pada permukaan material seperti pemakaian pukulan palu dan sebagainya. Peralatan khusus yang cocok dengan bentuk baja struktur harus disiapkan bila harus memperbaiki deformasi baja struktur dengan pengepresan. Perbaikan dari deformasi sayap baja struktur bentuk I harus dilaksanakan dengan menggunakan peralatan exclusive roller connection atau pengepres khusus. Pada kasus lain, perhatian khusus harus diberikan dengan maksud untuk menghindari terjadinya suatu deformasi pada badan. Deformasi harus diperbaiki secara koreksi dingin, kecuali dengan ijin khusus dari MK dengan maksud untuk menjaga ketepatan dimensi final pada produk akhir.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 65
22.1.5.Koreksi Panas
1) Deformasi sudut setempat dapat diperbaiki secara koreksi panas dengan pemanasan linier. 2) Perbaikan pada kerataan panel dan sebagainya, k arena kekenduran yang diakibatkan pengelasan pada 4 sisi harus diperbaiki dengan pengontraksian yang dibuat melalui pemanasan titik. 3) Temperatur pemanasan pada koreksi panas harus dibatasi pada suatu nilai sehingga tidak akan mengakibatkan perubahan pada karakteristik material. Temperatur pemanasan pada baja lunak harus melebihi 900 0C. Bila high tension steel memerlukan pemanasan, harus segera didinginkan dengan udara sampai dengan suhu kurang dari 650 0C, diikuti dengan pendinginan memakai air. 4) Jika perbaikan deformasi dengan pemanasan ternyata dibarengi dengan deformasi kontraksi, maka harus dilakukan pemotongan elemen dengan memperhitungkan margin kontraksi yang diperkirakan cukup agar sesuai dengan keadaannya. Temperatur pemanasan dan area pemanasan harus dikontrol berdasarkan pada rencana yang dibuat dengan hati-hati. 22.1.6.Pembengkokan 1) Pembengkokan dingin (cold bending) harus dilakukan dengan memakai press roller. Pembengkokan yang dilakukan dengan panas harus dilakukan dengan menggunakan metode pemanasan linier, atau cetakan mekanik dengan peralatan mekanik seperti pengepress dan sebagainya setelah pemanasan total. 2) Pembengkokan panas yang dilakukan dengan memanaskan material tersebut melapaui temperatur 900 0C, tidak boleh ada gaya luar yang
diberikan
pada material tersebut sampai suhunya menurun kembali pada temperatur 200 - 4000C. 3)
4)
5)
6) 7) 8)
9) 10)
Heat treated steel pada prinsipnya harus dilakukan dengan pembengkokan dingin. Apabila ternyata pelaksanaan pembengkokan panas tidak dapat dihindari, akan diperlukan tindakan perbaikan tambahan misalnya dengan perawatan panas yang baru, sebagaimana disyaratkan. Radius lengkung minimum pada sisi dalam dari baja struktur yang dilakukan dengan pembengkokan dingin harus 1,5 kali tebal pelat. Pembengkokan panas harus dilakukan bila radius pelengkungan lebih kecil dari pada persyaratan yang disebutkan diatas. Pada kasus pembengkokan pipa baja dan profil baja untuk bentuk lengkungan, bending roller khusus untuk tujuan tersebut harus digunakan dengan maksud untuk menghindari terjadinya penyimpangan pada bagian penampangnya. Pada kasus baja yang dibengkokan dengan sudut besar, persiapan seperti memotong sayap, badan dan sebagainya harus dilaksanakan. Pada kasus pelat yang dibengkokan dengan kurva yang besar, sisi luar dari material harus dibuat dengan menggunakan gerinda atau alat lainnya. Pemberian tanda untuk pemboran lubang baut dan bagian dudukan dari elemen lain pada sekitar bagian yang dibengkokan harus dilakukan setelah pembengkokan dilakukan. Pembetulan panjang dari bagian baja dikarenakan pembengkokan harus dilakukan pada panjang sumbu garis netral. Ketepatan pembengkokan harus diperiksa dengan menggunakan skala kurva, tetapi pada kasus baja struktur yang panjang, pemeriksaaan harus dilakukan
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 66
berdasarkan nilai simpangan dari lintasan garis lurus antara batas-batas ekstrim dari struktur tersebut. 22.1.7.Permukaan Yang Menerima Gaya Tekan Pada tempat seperti bagian kontak antara kolom dan pelat bagian bawah, sambungan dari kolom dengan bagian yang tertekan dari pengaku sebagaimana yang dispesifikasikan dalam gambar, harus diselesaikan dengan mesin. hal ini dimaksudkan agar memungkinkan pencapaian kontak yang sempurna. 22.1.8.Pengukuran Pada Lokasi Konstruksi
Pada tempat-tempat yang sukar untuk menjaga ketepatan dimensinya yang disebabkan oleh suatu kondisi pada lokasi konstruksi serta metode konstruksi dan sebagainya, tindakan ketelitian seperti pengukuran dimensi yang sesungguhnya dilaksanakan dilapangan agar dapat mengatasi masalah-masalah pada pekerjaan konstruksi, harus dilaksanakan dengan persetujuan MK. 22.1.9.Pengukuran Pada Lokasi Konstruksi
Dimensi aktual dari baja struktur harus diperiksa oleh MK di pabrik dimana baja tersebut dibuat. Semua biaya yang diperlukan dalam pemeriksaan ini harus dibayar oleh Kontraktor terkecuali biaya perjalanan MK. 22.1.10.Pengecatan di pabrik (Untuk Struktur Non-Komposit)
Bagian-bagian baja yang diproses dan dirangkai di pabrik harus diperiksa oleh MK sebelum dikirim, Kontraktor harus memberikan perawatan anti karat pada baja tersebut setelah memperoleh persetujuan dari MK. 1) Bila Kontraktor tidak dapat melakukan pengecatan seperti yang ditentukan di pabrik karena alasan metode konstruksi atau hal lain atau bila diperlukan untuk melakukan pengecatan sebelum pemeriksaan dari pelaksanaan penggabungan/rangkaian elemen-elemen baja, Kontraktor harus memperoleh persetujuan dari MK. 2) Bila Kontraktor tidak dapat melakukan pengecatan seperti yang ditentukan di pabrik karena alasan metode konstruksi atau hal lain atau bila diperlukan untuk melakukan pengecatan sebelum pemeriksaan dari pelaksanaan penggabungan/rangkaian elemen-elemen baja, Kontraktor harus memperoleh persetujuan dari MK. 22.1.11.Rencana Pengecatan
1) Kontraktor harus menyusun rencana pengecatan dengan memperhatikan kondisi geografis dari lokasi pengecatan, kondisi cuaca, selang waktu pengecatan, kesukaran atau kemudahan dari pekerjaan pengecatan dan faktor lingkungan yang dengan mudah dapat mengakibatkan korosi setelah pekerjaan pengecatan. 2) MK dan Kontraktor harus melakukan tujuan menyusun rencana pengecatan.
konsultasi
bersama
dengan
3) Pekerjaan pengecatan di pabrik harus dilasanakan sesuai dengan aturanaturan pada Bagian ini dan JASS18 painting Work. Bahan cat, jumlah lapis, metode pengecatan dan lingkup dari pengecatan harus sesuai dengan RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 67
spesifikasi. 22.1.12.Pemeriksaan Produk Akhir
1) Pemeriksaan produk akhir harus terdiri dari pemeriksaan internal, dimana pabrik manufaktur yang relevan harus menjamin kualitas produk dan pengujian untuk menyetujui produk yang didesain oleh MK dan ditentukan pada gambar perencanaan. 2) Pada kasus pengujian intern, yang dilakukan dalam perusahaan tersebut, bagian- bagian yang diuji haruslah yang dijelaskan dalam instruksi fabrikasi. Setelah menyelesaikan pengujian tersebut, Kontraktor harus menyimpan laporan pengujian dan memberikan salinannya kepada MK. 3) Dokumen yang disimpan harus diklasifikasikan untuk kolom, balok, rangka batang dan perawatannya. Dokumen yang disimpan, secara umum meliputi beberapa item sebagai berikut : a) Dimensi standar yang berguna untuk menggambarkan ukuran struktur keseluruhan, dimensi dari satu joint ke joint yang lain dan tinggi tiap lantai. b) Dimensi utama yang mencakup dimensi baja termasuk lebar kolom dan dimensi tinggi balok dan panjang bracket. c) Torsi kolom. d) Posisi dan dimensi sleeves, lubang baut yang digunakan untuk menyakinkan bahwa penyambungan rangka baja sudah berjalan dengan benar. Selain dari sleeves, hanya bagian yang mewakili struktur yang perlu diuraikan, tergantung pada situasinya. e) Pemeriksaan terhadap pengelasan. f) Setiap joint pada pekerjaan di lapangan. g) Ukuran tebal pengelasan dari hasil las. h) Kondisi permukaan terhadap friksi dan posisi serta diameter lubang baut, dan sebagainya. 3) Setelah selesai melakukan inspeksi, MK harus mengawasi hasil produk, Kontraktor harus menempatkan produk, secara baris per baris untuk memudahkan dalam pengujian. 5) Alat-alat yang dipakai harus dari tipe yang baik dan harus bisa digunakan untuk pengukuran sesuai dengan setiap item yang akan diuji. 6) MK harus menentukan hal-hal yang diperlukan sebagai persyaratan diterimanya suatu produk dan mengujinya berdasarkan hasil-hasil dari pengujian internal. Hasil-hasil tersebut kemudian harus dilaporkan dalam “Pernyataan Hasil Uji yang diterima. “dan ditunjukkan kepada MK untuk disetujui. 7) Pengujian suatu produk pada prinsipnya dilakukan sebelum pengecatan. 8) Jika ditemukan suatu bagian yang cacat, pengukuran harus dilakukan segera untuk memperbaikinya dan bagian tersebut harus diuji kembali. 9) Jika ada item-item khusus di dalam gambar perencanaan yang berkenaan dengan pengujian dari produk-produk percobaan/fabrikasi sementrara, ketentuan dari bagian ini harus dipenuhi. 22.1.13.Hal-hal tentang Pengujian
1) Pengujian yang dilakukan pada prinsipnya ditujukan terhadap beberapa hal dibawah ini. Pemilihan ditentukan berdasarkan jenis dari pekerjaan dan tingkat kepentingan dan setiap item pekerjaan. a) Uji dimensi b) Ujipenyambungan RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 68
c) d) e)
Uji tampilan Uji pengelasan stud Uji non-destruktif bagian pengelasan
2) Hasil dari pengujian, jika ada hal-hal yang dianggap cacat, maka bagian tersebut harus segera diperbaiki dengan cara yang disebutkan dibawah ini dan Kontraktor harus melakukan pengujian kembali pada bagian tersebut. a) Jika panjang elemen baja, tinggi permukaan balok baja dan panjang penyambungan melebihi kondisi yang diijinkan/dibutuhkan, Kontraktor harus memberitahukan dampak tersebut kepada MK, dan melakukan pengukuran yang tepat untuk memperbaiki camber dan sweep, torsi, lengkungan pada sayap profil, rolling dan sudut penyambungan. b) Ketelitian lubang dan pengencangan baut mutu tinggi penahan geser, jika ditemukan kesalahan/cacat, Kontraktor harus memberitahukannya kepada MK dan melakukan tindakan perbaikan yang tepat. 22.1.14.Pengujian Mutu Pekerjaan
1) Sebelum dimulainya pelaksanaan pabrikasi/pemasangan, Kontraktor diharuskan memberikan kepada MK “Certificate Test” dari bahan baja profil, baut-baut, kawat las dan cat dari produsen/pabrik. 2) Pengujian atas baja profil, baut, kawat las di laboratorium harus dilaksanakan oleh Penguji yang mempunyai “Certificate Test”. 3)
Pengujian Benda Uji a) Pengujian contoh harus disiapkan untuk tiap type dari pengelasan dan tiap type dari bahan yang akan dilas. Pengujian contoh harus diadakan sesuai dengan persyaratan ASTM A370. b) Jumlah dan jenis uji yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Untuk uji ultrasonic diambil 5% (lima persen) dari keseluruhan pengelasan, kecuali ditentukan lain oleh MK. untuk uji Radiographic diambil 1% (satu persen) dari keseluruhan pengelasan kecuali ditentukan lain oleh MK. Jumlah uji yang dijelaskan di atas adalah untuk hasil uj yang lulus, sedangkan hasil uji yang tidak lulus tidak ikut diperhitungkan. 4) Sambungan las dari bagian-bagian konstruksi baja harus diuji sesuai dengan kualitas las standar AW S D.10 a) Pengujian secara “Radiographic” harus sesuai dengan AW S D.10 pengelas dan operator pengelas harus memberi tanda pengenal pada baja yang seperti ditentukan, dengan tanda-tanda yang lengkap dan sempurna dan operasi pengelasan dapat diketahui. b) Kontraktor harus menyediakan fasilitas untuk pelaksanaan pengujian secara “Radiographic ” dan “Ultrasoni c” termasuk sumber tenaga dan utilitas lainnya tanpa adanya tambahan biaya pada Pemberi Tugas. c) Daerah las yang diketahui rusak melebihi standard yang ditentukan pada “ AW S D.10”, yang dinyatakan dari “Radiographi c” 100% dari pekerjaan pengelasan adalah atas biaya Kontraktor. d) Pemeriksaan dengan “Ultrasonic ” untuk las dan teknik serta standard yang dipakai harus sesuai dengan AWS atau harus sesuai dengan persyaratan ASTM.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 69
22.1.15. Tanda Pemasangan
1) Kontraktor harus mempersiapkan gambar-gambar yang menunjukan tandatanda yang dapat membantu pada tahap pemasangan. Tanda-tanda ini harus jelas terlihat untuk menjamin pemasangan secara mudah oleh para pekerja. 2) Setiap bagian harus diperjelas dengan tanda pengenal yang sesuai dengan tanda masing-masing gambar. Tanda-tanda lainnya (atas, bawah, kanan, kiri dan tanda- tanda untuk permukaan yang disambung) juga diperlihatkan. 3) Bobot berat dari elemen baja yang berat harus diperlihatkan. Demikian juga perhatian untuk titik berat dan trusses serta elemen-elemen baja lainnya, bila tandanya sulit untuk ditempatkan, titik pusatnya harus ditandai dengan cat pada bagian yang tidak akan berpengaruh pada pekerjaan konstruksi. 4) Kontraktor harus mempersiapkan daftar elemen-elemen baja, memeriksa tanda- tanda pemasangan serta mengecek kualitas/mutu dari elemen-elemen konstruksi baja yang direncanakan sudah sejalan dengan pelaksanaannya. II.
Sambungan Las
22.2.1. Bagian ini melingkupi arc manual welding dan non-gas shielded arc semiautomatic welding (pengelasan manual), gas shielded arc semi-automatic welding (Pengelasan semi otomatis) dan submerged arc automatic welding (Pengelasan otomatis). 1) Pada cara pengelasan manual/semi otomatis, diperlukan bukti dokumen yang memperlihatkan pengalaman kerja dalam bidang mengelas dan hasil yang didapat, sistem kontrol pekerjaan pengelasan, mesin-mesin dan peralatan yang dipergunakan, peraturan-peraturan intern dalam pelaksanaan pekerjaan serta tugas inspeksi, harus ditunjukkan kepada MK untuk disetujui sebagai syarat administrasi kemampuan pekerja sebelum pekerjaan dimulai. 2) Pada cara pengelasan otomatis, pernyataan seperti tersebut pada butir 1) diatas juga ditunjukan kepada MK. Pengujian mengenai pekerjaan tersebut akan dilaksanakan apabila dianggap perlu oleh MK dan persetujuannya harus didapat sebelum pekerjaan dimulai. 3) Khusus pada pengelasan stud, mesin automatic stud welding harus digunakan. 4) Tukang las yang terlibat dalam pekerjaan pengelasan harus disetujui terlebih dulu oleh MK dengan persyaratan sebagai berikut : a) Tukang las harus memiliki kemampuan yang kompeten dalam pekerjaan pengelasan dan menunjukkan sertifikat kualifikasi (yang dikeluarkan oleh organisasi yang berwenang dalam hal ini) termasuk juga menunjukkan data- data lain yang diperlukan. b) Apabila ada keraguan terhadap kemampuan dari tukang las, MK akan melaksanakan uji kemampuan atas beban Kontraktor dan menentukan apakah tukang las tersebut kompeten. c) Pekerjaan pengelasan harus dilakukan di bawah pengawasan teknisi khusus yang mempunyai keahlian yang cukup dan memiliki pengetahuan tentang pekerjaan tersebut. Teknisi-teknisi ini harus berada di tempat pelaksanaan konstruksi pada saat pengerjaan di lapangan.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 70
22.2.2. Ketentuan material yang akan dilas dan material las 1) Bentuk dari tepi profil baja boleh langsung disempurnakan berdasarkan pengalaman dibengkel kerja, sekalipun demikian sebelumnya diperlukan persetujuan MK. 2) Tepi-tepi dipotong dengan gas otomatis atau dengan proses mesin. Untuk bidang tepi dimana presisinya kurang baik atau apabila tepi-tepi itu mempunyai permukaan yang tidak halus, harus diperbaiki. 3) Bidang tepi harus dibuat sesuai dengan yang terdapat pada gambar rencana dan spesifikasi dalam instruksi fabrikasi yang telah disetujui MK, dan harus sesuai dengan metode pengelasannya. Pada cara dengan menggunakan manual gas cutting, diperlukan ijin dari MK. 4) Material yang digunakan dalam proses pengelasan harus disimpan dalam tempat yang kering sehingga material tidak kotor dan terkorosi. Kualitas arus dari elektroda-elektroda harus terjamin. 5) Material untuk pengelasan harus ditangani secara hati-hati. Apabila ada bagian elektroda las yang terkelupas atau sangat kotor atau kualitasnya berubah karena lembab atau berkarat, maka material untuk pengelasan tidak boleh digunakan. Elektroda-elektroda yang menyelimuti tidak boleh menjadi lembab. Batang las yang lembab sebaiknya tidak digunakan. 22.2.3. Perakitan Material 1) semua komponen harus dirakit secara akurat, contohnya dengan menggunakan jig yang tepat. Las sudut harus dilas dengan kedekatan jarak yang benar. Bentuk bagian tepi pada bagian butt welding harus sesuai dengan spesifikasi dalam gambar dan dilas dengan baik agar tidak menyimpang dari spesifikasi terutama sudut, root gap, dan potongannya. 2) Backing strip harus dekat dan dilas secara hati-hati dengan base metalnya. Kesalahan pada perakitan harus diperbaiki sesuai dengan ketentuan fabrikasi dan jika ditemui kesulitan, tindakan langsung harus diambil atas instruksi MK. 3) Pada perakitan yang terdiri dari potongan-potongan material, suatu percobaan harus dilakukan untuk mengurangi hambatan sebanyak mungkin bila digabungkan dengan strukturnya. Pengukuran yang diperlukan harus dilaksanakan dan harus disesuaikan dengan pola pengelasan dengan mempertimbangkan regangan dan kekangan yang mungkin terjadi agar bentuk tetap terjaga sampai pada akhir pengelasan. 4) Perakitan elemen-elemen baja harus dilaksanakan sesuai ketentuanketentuan sebagai berikut : a) Saat perakitan, posisi yang benar dan sudut dari setiap potongan harus tetap terjaga ketepatannya. Hal ini dapat dilakukan secara benar dengan menggunakan pelat dasar dan beberapa jig yang tersedia untuk pekerjaan. Apabila tidak dapat dihindari pengelasan jig ke elemen metal, kecermatan harus dijaga agar tidak berpengaruh kepada metal dasarnya, akibat panas. Setelah pengelasan selesai, jig secara hati-hati harus dilepas dan permukaan kembali dihaluskan. b) Jika diperlukan penggunaan lubang baut sementara, metoda yang dipakai harus ditentukan sebelumnya dan disetujui oleh Manajer Kontruksi. RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 71
c) Untuk mengurangi besarnya deformasi akibat pengelasan, regangan balik yang cukup dan memadai atau kekangan harus diperbaiki untuk mengantisipasi banyaknya kontraksi akibat pekerjaan pengelasan. d) Untuk las tumpul, root gap harus dijamin agar tidak mengakibatkan berkurangnya kemampuan penyatuan (fusion) yang dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan las. Demikian juga permukaan di bagian backing strip dan metal dasar harus sebaik permukaan elemen metal pada las sudut dan harus dilas dengan kedekatan jarak yang sesuai. e) Untuk las tumpul atau las penetrasi parsial, pada pengelasan yang baik, kedua ujung dari elemen metal yang disambung harus menggunakan end- tabs, bentuknya sama dengan sambungan joint. f) End-tabs adalah pelat kecil baja dengan bagian bawahnya dilas pada ujung metal dasar pengelasan. Demikian pula untuk las sudut, end-tabs harus digunakan seperti untuk las tumpul, atau harus dilakukan dengan proses pengelasan cantum. 22.2.4. Tack W elding 1) Penggunaan tack welding harus dihindari, terutama bila bagian tack welding akan dilewati pekerjaan pengelasan yang tidak boleh ada cacat. Apabila terpaksa harus melakukan pengelasan bagian tack welded dan dapat menyebabkan retak pada pengelasan akhir, bagian yang retak harus dibuang sampai mencapai las bagian dasarnya. Pengelasan akhir dilaksanakan setelah bagian yang retak selesai diperbaiki. 2) Jika tack welding dibuat dengan proses arc manual welding, proses gas shielded arc semi-automatic welding atau proses submerged arc automatic welding, panjang dari tack welding harus sesuai dengan Tabel 1 sebagai berikut : Tabel 1 Besaran Standar Panjang Standar Tack Welding (mm) Tebal Las (mm)
Arc manual welding/carbonic acid gas shielded arc semi-automatic welding/non- gas shield arc semi-
Submerged arc automatic
T < 32
30 dan
40 dan lebih
3.2 < t < 25
40 dan
50 dan lebih
25 < t
50 dan
70 dan lebih
3) Bila material las mempunyai tegangan tarik lebih dari 5000 kg/cm 2 atau ketebalan lebih dari 25 mm, harus menggunakan elektroda las jenis low hydrogen. Juga hal ini harus diterapkan pada material yang mempunyai ketebalan lebih dari 12 mm pada proses pengelasan dengan submerged arc automatic. 4) Tack welding tidak dapat dibuat pada bagian seperti tepi sambungan, titik sudut (corner), titik awal atau titik akhir (terminal) pada akhir pengelasan, karena pada bagian tersebut akan mudah timbul masalah RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 72
dengan kekuatan produk dan keakhlian serta ketelitian pengerjaan. 5) Jika baut penahan geser mutu tinggi dikombinasikan dengan las, maka baut tersebut harus dikencangkan dahulu. 22.2.5. Mesin Las Mesin las harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kualitas dan dimensi dari elemen baja dari suatu struktur dan bentuk sambungan. Mesin-mesin ini harus dapat berfungsi dengan baik untuk menjamin pengerjaan las yang stabil. 22.2.6. Pembersihan Sebelum pengelasan dimulai, permukaan baja harus dibersihkan dari debu atau gumpalan-gumpalan logam kasar, air, minyak, cat, dan bahanbahan lain yang dapat mempengaruhi proses pengelasan. 22.2.7. Pelaksanaan Pengelasan 1) Pekerjaan pengelasan harus dilaksanakan dengan arus listrik yang cukup dan voltase yang sesuai dengan kecepatan pengelasan yang dibutuhkan serta kondisi posisi pengelasan. Jika mesin las digunakan pada arus DC maka polaritas yang diambil harus disesuaikan dengan material yang ada dan kondisi-kondisi lain. 2) Pada pekerjaan pengelasan yang dilakukan di Bengkel, harus memasang jig yang cukup termasuk memasang beberapa rotary jig dan penentu posisi serta pekerjaan pengelasan harus dilakukan sedapat mungkin pada kondisi yang rata. 3) Pemanasan yang cukup harus dilakukan apabila diperlukan dengan memperhatikan tipe dari material baja dan ketebalan pelat baja. Secara umum dalam kondisi apapun, apabila temperatur di lapangan 0o C sampai 15oC, pemanasan harus dilakukan untuk menjaga permukaan material sejarak 100 mm dari bagian/titik pengelasan harus berada pada suhu 50 o atau lebih. 4) Harus dibuat dan ditentukan proses dan urutan pekerjaan pengelasan untuk memperkecil regangan dan tegangan sisa. Jika baut penahan geser mutu tinggi atau baut biasa digunakan bersamaan, metode atau urutan dari pekerjaan pengelasan harus ditentukan berdasarkan instruksi dari MK. Jika bagian tack welding ditemukan retak sebelum pengelasan final (final welding) dilakukan atau terjadi pada masa pengelasan tersebut, seperti cacat tack-welded end-tabs yang tampak, maka bagian tersebut harus dibuang, dan pemotongan pada bagian ini harus diselesaikan dengan baik agar tidak membahayakan penampang dari profil tersebut. 5) Bagian yang sudah dilas harus mempunyai permukaan yang halus dan bentuk permukaan bergelombang yang seragam serta ukuran las dan panjangnya tidak boleh kurang dari dimensi yang direncanakan. Ukuran dan panjang las boleh sedikit lebih besar dari pada dimensi yang direncanakan. Kelebihan pengisian atau bentuk permukaan yang tidak teratur tidak diperbolehkan. Bagian las harus bersih dari cacat seperti retak, penyatuan yang kurang, penetrasi yang salah, inklusi, undercur, overlap, atau bentuk kaki yang tidak teratur. 6) Ketelitian harus dilakukan agar tidak terjadi penetrasi yang tidak sempurna dan tidak terjadi inklusi pada titik awal dari pengelasan. Proses pengelasan harus dilakukan sepanjang metal dasarnya atau imbuhan metal dari titik ujung las atau ujung rangkaian penyambungan. RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 73
Ketelitian harus dijaga agar tidak timbul retak pada ujung titik las atau akhir dari rangkaian las. 7) End-tab harus di-tack-welded pada kedua ujung akhir las tumpul atau las sudut, bentuknya sama dengan sambungan. Pengelasan dimulai dari end-tab tack- welded dan berakhir pada end-tabs bagian lainnya. Setelah pengelasan selesai, apabila perlu end-tabs dapat dilepas. 8) Pada kasus las tumpul atau las sudut dengan penetrasi parsial, endtabs harus di-tack-welded pada kedua ujung lasnya dengan panjang yang cukup. Tanpa seijin MK tidak ada end-tabs yang boleh digunakan apabila hal tersebut mudah ditangani sehingga dari segi kekuatan dan R (jarak bukaan) memungkinkan untuk menghindari bagian las menjadi rusak akibat las cantum atau proses-proses lain. 9) End-tabs yang nantinya tidak kelihatan dan akan dibuang, harus disisakan 3 mm sampai 5 mm. 10) End-tabs yang kelihatan akan dibuang, dan pemotongan pada bagian ini diselesaikan dengan tidak membahayakan penampangnya. 22.2.8. Pembersihan dan perbaikan 1) Setelah pekerjaan pengelasan selesai, gumpalan benda padat dan serpihan- serpihan harus dibuang. Kontraktor harus menguji pekerjaan ini, melaporkan kepada MK, menjelaskan hasil uji yang didapat dan memperoleh persetujuan dari MK. 2) Jika ada bagian las yang mengalami gangguan cacat/ seperti penyatuan yang tidak lengkap, tidak sempurna penetrasinya, inklusi, pit dan blow hole, bagian- bagian tersebut harus dibuang dan dilas kembali. 3) Jika bagian las mengalami retak, seluruh panjang dari endapan las harus dibuang dan dilas kembali serta bagian ini harus dicatat. Sekalipun jika batas dari retak tersebut sudah jelas dengan melalui pengujian yang tepat, bagian tersebut harus tetap dibuang sampai 50 mm dari akhir batas retakan dan dilakukan pengelasan kembali. 4) Jika metal dasar retak akibat pengelasan maka metal dasar itu harus diganti. 5) Elektroda yang berdiameter kurang dari 4 mm harus digunakan untuk memperbaiki bagian las yang jelek. 22.2.9. Perlindungan Terhadap Cuaca 1) Pekerjaan pengelasan tidak boleh dilakukan pada saat angin bertiup kencang atau jika metal dasar (base metal) basah karena hujan atau salju. Apabila tindakan pencegahan yang diambil sudah cukup tepat tetapi timbul faktor-faktor yang tidak diharapkan, pekerjaan pengelasan boleh dilaksanakan, dengan ketentuan harus mendapat persetujuan dan MK. 2) Jika kelembaban di lapangan cenderung tinggi, dan metal dasar menjadi basah, pekerjaan pengelasan tidak boleh dilakukan. Akan tetapi jika perawatan yang dilakukan cukup untuk menjamin tidak timbulnya efek pada pengelasan, Kontraktor boleh melaksanakan pengelasan, dengan ketentuan harus mendapat persetujuan dari MK. 3) Jika bangunan adalah struktur komposit, baja struktur tidak boleh dilapisi cat. 4) Pengecatan yang dilakukan di Bengkel harus mempertimbangkan RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 74
bagian-bagian yang akan dilas di lapangan. 5) Bagian yang pengelasannya akan dilakukan di lapangan, tidak boleh dicat. Batas area pengecatan hanya boleh dilakukan sekitar kurang lebih 200 mm dari bagian yang akan di las di lapangan karena akan mengganggu pengujian ultrasonic flaw- detecting. Kontraktor tidak boleh melakukan pengecatan pada bagian tersebut walaupun menggunakan cat yang tidak berpengaruh terhadap pengujian tersebut. 6) Jika bagian-bagian yang direncanakan untuk dilas di lapangan dikhawatirkan akan timbul karat maka harus dilakukan tindakan yang tepat untuk mencegah hal tersebut. 22.2.10. Tindakan pencegahan terhadap kecelakaan Peralatan las harus aman terhadap resiko seperti bunga api listrik atau arus pendek dan harus dilengkapi dengan peralatan pencegah kebakaran untuk melindungi alat- alat tersebut dari api akibat lelehan metal dan percikan bunga api. Misalnya pada saat Kontraktor melakukan pengelasan pada area yang sempit atau ruangan yang ventilasinya kurang memadai maka harus menyediakan peralatan untuk mencegah arus pendek dan penyejuk ruangan (kipas angin). III.
Sambungan Dengan Baut
22.3.1.
Mutu Baut dan Ketentuan Sambungan
1)
Mutu baut yang digunakan pada sambungan baut konstruksi baja untuk tempat- tempat penting sebagai kekuatan struktur, harus sesuai dengan klasifikasi / Middle Class 3 tipe 4T dari JIS B 1180 “baut heksagonal ” atau sesuai dengan ASTM A307. Mutu dari Mur harus sesuai dengan JIS B1181 “mur heksagonal” atau setara.
2)
Diameter lubang baut dibuat 0,5 mm lebih besar dari diemeter baut, kecuali dalam kasus-kasus khusus. Lubang baut harus diatur dengan jarak yang tepat sepanjang garis bantu dan dibuat dengan bentuk silinder. Arah dari lubang harus tegak lurus dengan permukaan material dan ketika potongan-potongan material tersebut disambung. Lubang baut harus sedapat mungkin membentuk suatu garis lurus. Yang dimaksud dengan panjang baut adalah panjang nominal seperti pada tabel terlampir menurut JIS B 1180 untuk baut heksagonal dan dipilih berdasarkan panjang pengencangan yang kuat. Ring harus digunakan pada baut sebagai penerima gaya geser dan panjang pegangan pada beberapa baut harus diseleksi agar penampang ulir tidak menahan gaya geser. Baut-baut harus dikencangkan dengan kuat menggunakan alat bantu pengencang (hand Wrenches, impact wrenches, dan lain-lain) agar tidak kendor. Baut yang digunakan sebagai alat penyambung, baut angkur dan baut-baut lainnya yang khusus disebutkan dalam gambar harus dikunci dengan pengunci yang baik seperti mur dobel, mur pengunci dan ring per untuk mencegah kendornya mur, kecuali baut-baut yang tertanam dalam beton
3)
4)
5)
6)
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 75
22.3.2. Inspeksi Setelah Pekerjaan Pengencangan 1)
Setelah pengencangan baut-baut selesai, minimum 10%-nya harus diinspeksi untuk menjamin bahwa baut-baut itu bebas dari hal-hal berikut : a) Baut-baut yang tidak sesuai dengan kualitas yang direncanakan. b) Baut-baut yang tidak sesuai dengan dimensi yang telah ditentukan. c)
2)
Baut-baut yang kendor atau kurang kencang.
Hasil insperksi harus disimpulkan oleh Kontraktor dalam suatu laporan dan ditunjukan kepada MK. Semua ketidaksesuaian/cacat harus diperbaiki sesuai dengan instruksi dari MK.
22.3.3. Penanganan baut yang cacat Baut-baut yang cacat harus diganti dengan baut-baut yang memenuhi ketentuan yang telah disyaratkan baik dalam gambar perencanaan maupun dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini dan harus dikencangkan dengan benar. Hasil dari pengencangan harus dilaporkan. Baut-baut yang tidak kencang/longgar harus dikencangkan dengan benar. Setelah koreksi pengencangan, maka MK akan melakukan inspeksi. 22.3.4. Sambungan dengan baut friksi mutu tinggi (High Strength Friction Grip) 1)
Kualitas baut mutu tinggi yang terdiri dari baut heksagonal mutu tinggi, mur heksagonal dan pelat ring untuk sambungan geser harus sesuai dengan JIS B1186 Set atau sesuai dengan ASTM A325 atau A490. Tabel 2 Tipe dan Kelas Baut Mutu Tinggi Tipe dari berbagai Set
Klasifikasi berdasarkan sifat mekanis dari komponen mekanis yang dipakai
Klasif ikasi berdasarkan sifat mekanis
Klasif ikasi berdasarkan nilai koef isien
Baut
Mur
Pelat Ring
Tipe 2
Tipe B
F10T
F10
F35
Catatan : setiap Set terdiri dari baut, 1 mur, dan 2 pelat ring. 2) Setelah penerimaan di Lapangan untuk baut mutu tinggi dan baut khusus mutu tinggi yang sesuai dengan JIS (Japanese Industrial Standard) atau ASTM A325 atau A490, beberapa uji harus dilakukan untuk mengecek nilai dari koefisien torsi. Untuk kasus-kasus yang mudah dan sederhana, pengujian ini dapat dipermudah dengan persetujuan dari MK. 3) Panjang baut mutu tinggi adalah panjang yang dihitung mulai dari bawah leher. Panjang tersebut adalah panjang yang dihasilkan dengan menambahkan panjang yang disebutkan pada tabel 3 di bawah ini dengan panjang pengencangan. Penggolongan dari panjang yang digunakan dapat dikurangi sepanjang RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 76
dijamin tidak akan menimbulkan masalah. Tabel 3 Panjang yang ditambahkan pada Panjang Pengencangan Diameter baut nominal
Panjang yang ditambahkan pada panjang pengencangan (mm)
M16
30 atau
M20
35 atau
M22
40 atau
M24
45 atau
4) Panjang untuk baut khusus mutu tinggi harus disesuaikan terhadap panjang pengencangan dan penggolongan dari penambahan panjang dapat dikurangi, sepanjang dijamin tidak akan menimbulkan masalah. 5) Nilai-nilai dari gaya tarik baut standar diperlihatkan pada Tabel 4 di bawah ini. Tabel 4 Gaya Tarik pada Baut Standar Diameter Nominal pada baut Tipe dari set (Tipe baut- baut) Tipe-2 (F10T)
M16
M20
M22
M24
11.7
118.2
22.6
26.2
6) Diameter dari lubang baut didapat dengan menambahkan nilai dari Tabel 5 dengan nilai diameter baut. Tabel 5 Ukuran yang ditambahkan pada Diameter Baut (mm) Diameter Baut
ukuran yang ditambahkan pada diameter baut
20 atau kurang
1.0
Lebih dari
1.5
7) Lubang dudukan baut harus dibor dibengkel. 22.3.5. Penanganan Baut 1) Produk yang sudah siap harus disimpan dengan hati-hati dan dijaga agar terhindar dari timbulnya kerusakan pada bagian berulir, karat, adhesi dengan material lain, kontaminasi, dan lain sebagainya. 2) Produk yang sudah siap harus dibawa k e lapangan dalam kotak penyimpanan dan baru boleh dibuka segera sebelum digunakan. RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 77
3) Baut yang digunakan pada pengujian dan penyetelan/pengencangan tidak boleh digunakan kembali, baik pada pengujian maupun untuk konstruksi sambungan. 22.3.6. Perawatan dari Permukaan Friksi 1) Mill scale pada permukaan friksi harus dieliminasi dengan blasting atau dengan menggunakan alat gurinda (flat grinder) dan permukaan seluruhnya harus bersih dari karat. Permukaan ini harus bersih dari cacat, deformasi atau cekungan yang diakibatkan oleh pemakaian alat gurinda. 2) Pelat pengisi (filler plate) harus dikerjakan seperti dijelaskan dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini. Terutama ketika pelat pengisi dipasang pada elemen dengan las, hal ini sangat diperlukan untuk memastikan terjadinya oksidasi. 3) Jika ada ledakan (burst), deformasi dan sebagainya ditemukan pada bagian dari baja struktur yang berhubungan dengan baut dan pelat ring, permukaan harus diratakan dengan alat gurinda atau lainnya. 22.3.7. Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum dan sesudah erection 1) Perhatian khusus harus diberikan untuk perlindungan pada permukaan friksi. Pada kasus munculnya pengelupasan karat, minyak cat, debu, dan lainlain yang akan mengurangi friksi, maka hal-hal tersebut harus dibuang terlebih dulu sebelum proses erection. 2) Jika ada perbedaan 1 mm atau lebih pada ketebalan material disambungan, kompensasi harus dilakukan dengan menggunakan pelat pengisi. 3) Jika inklinasi 1/20 atau lebih pada permukaan dari sambungan yang berhubungan dengan kepala baut atau mur, maka ring miring (tapered washer) harus digunakan. 4) Jika bagian lubang baut tidak lurus setelah erection sementara, hal ini harus dikoreksi dengan menggunakan reamer. Pada kasus ini, cek kembali untuk memindahkan reaming chips dari sambungan. Kontraktor jangan menggunakan drift pins untuk memperbaiki letak dari tengah lubang, karena hal ini akan menyebabkan deformasi dari lubang sehingga menimbulkan ketidakcocokan baja struktur. 22.3.8. Peralatan untuk pengencangan dan inspeksi 1) Peralatan yang digunakan untuk mengencangkan dan inspeksi harus sesuai dengan baut-baut yang direncanakan, dan harus diserahkan pada saat inspeksi. 2) Peralatan seperti alat pengatur torsi (torque control impact wrenches), yang mudah mengukur fluktuasi torsi, harus distel gaya pengencangannya setiap pagi dan sore hari sebelum memulai pekerjaan. Pengaturan harus dilakukan untuk membatasi kesalahan torsi sebesar kurang lebih 7% dari nilai yang ada dan catatan pengukuran harus ditunjukkan kepada MK untuk disetujui.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 78
22.3.9. Pengencangan 1) Sebelum penyambungan yang sebenarnya, baut-baut harus dikencangkan sementara untuk menjamin hubungan yang baik dengan pelat. Khususnya bagi baut-baut khusus mutu tinggi, pengencangan harus dilakukan dengan hati-hati. Banyaknya baut-baut sementara harus 1/3 dari jumlah total baut, dengan jumlah minimum 2 buah baut. 2) Sebelum pekerjaan pengencangan, karakteristik dari baut-baut seperti panjang, material, ukuran nominal, dan lain-lain harus diperiksa untuk menyakinkan bahwa baut-baut tersebut sudah sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. 3) Pengencangan dari kumpulan baut harus dimulai dari pusat kumpulan dan diakhiri pada bagian tepi kumpulan baut. 22.3.10. Inspeksi Pengencangan 1) Inspeksi harus diadakan setelah pengencangan sambungan yang sebenarnya selesai dikerjakan.
baut
dari
2) Inspeksi pengencangan harus dilakukan dengan mengencangkan mur-murnya dengan kunci torsi. Torsi yang ada harus diukur saat murnya mulai berputar. 3) Setiap kumpulan baut minimal 10% dari jumlah total baut, dengan minimum 1 baut harus diajukan untuk dilakukan inspeksi pengencangan. Jika inspeksi ini hasilnya memuaskan, banyaknya baut yang diuji pada inspeksi berikut boleh dikurangi dengan persetujuan dari MK. 4) Nilai torsi, T dianggap memuaskan apabila hasil yang didapat dalam inspeksi sesuai dengan hubungan berikut : 0.9 T o < 1.1 T o , dimana : To = (k x dl No ) 1 1000 T = Nilai torsi yang diukur selama inspeksi (kg.m) To = Nilai torsi standar (kg.m) K = Nilai dari koefisien torsi Dl = Dimensi standar dari diameter terpotong dari bagian ulir baut (mm) No = Gaya tarik baut standar yang didapat dari Tabel 4 (kg) Catatan : Hasil dari inspeksi pengencangan harus diserahkan kepada MK untuk mendapatkan persetujuan. 22.3.11. Pelaksanaan sambungan dengan baut 1) Pelaksanaan dari pekerjaan meliputi semua pekerjaan yang termasuk dalam kelengkapan rangka baja, termasuk klasifikasi dari elemen yang dibawa ke lapangan, framing, sambungan pada elemenelemen dan pekerjaan lain untuk instalasi fasilitas sementara. 2) Chief Engineer dari Kontraktor harus menunjuk Engineer khusus yang akan bertanggung jawab pada pekerjaan struktur rangka baja, sebanyak yang dibutuhkan serta harus menjelaskan tentang tugas-tugas dan tanggung jawabnya. Engineer ini harus dapat mengkoordinasikan pekerjaan struktur rangka baja dan pekerjaan-pekerjaan lain yang RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 79
terkait, memeriksa elemen-elemen baja tentang kualitas dan efisiensi yang berhubungan dengan spesifikasi standar dan gambar- gambar yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan struktur rangka baja. 3) Engineer yang bertugas, harus membuat jadwal pekerjaan berdasarkan pada “Rencana Pelaksanaan Pekerjaan ”. XXIII. PROSEDUR PELAKSANAAN PEKERJAAN 23.1. Rencana Pelaksanaan Pekerjaan
1) Dalam membuat jadwal pelaksanaan, waktu yang diperlukan untuk melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan baja struktur harus ditentukan dengan mempertimbangkan waktu yang diperlukan untuk pengadaan material, pembuatan di pabrik dan konstruksi di lapangan bersama-sama dengan tugas administrasi yang diperlukan untuk menjamin mutu dan efisiensi dari elemen- elemen struktur tersebut dengan mempertimbangkan segi keamanannya. 2) Erection baja struktur seperti yang dinyatakan dalam butir ini diartikan pengangkatan dan atau pemasangan dari rangkaian elemen-elemen baja, pengujian sambungan dan instalasi ulang atau penyesuaian dari erection. 3) Dalam menentukan rencana erection, dimensi dari berbagai elemen baja seperti dinyatakan pada Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini “Ketepatan pada Erection” harus dipertimbangkan kecuali jika disebutkan pada dokumen lainnya. 4) Elemen-elemen harus dibuat dengan ukuran tertentu dan disusun dengan cara tertentu seperti dinyatakan pada butir-butir diatas dengan menjamin keamanan pelaksanaan selama perioda pelaksanaan yang ditentukan. 23.2. Rencana Erection 1) Sebelum dimulainya pekerjaan erection, harus ditentukan terlebih dahulu rencana erection yaitu suatu rencana yang disusun untuk dapat menentukan urutan kerja yang paling efektif sebagai kerangka pekerjaan.
2) Pemahaman yang cukup harus dikuasai untuk menghindari hal-hal yang dapat mengakibatkan kecelakaan pada saat erection yang diakibatkan oleh rangka baja yang tidak stabil pada saat awal. Pengukuran yang tepat harus dilakukan untuk menghindari kesalahan penggunaan mesin dan untuk melindungi pekerja dan orang-orang yang ada disekitar lokasi dari kecelakaan atau bahaya lainnya. 3)
Hal-hal berikut ini harus ditentukan pada rencan erection: a) Jadwal pelaksanaan yang meliputi : Waktu memulai pembuatan perencanaan. Waktu pembuatan dan penyatuan elemen-elemen baja Waktu penyelesaian pekerjaan. b) Langkah-langkah fabrikasi/pembuatan rangkaian konstruksi baja. c) Daftar elemen-elemen yang memperlihatkan berat (berat elemen juga diperlihatkan pada gambar). d) Tipe dan efisiensi dari mesin-mesin yang dipakai selama konstruksi meliputi:
Lingkup pekerjaan Kapasitas daya angkat
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 80
Tempat instalasi Hal-hal yang harus diperhatikan untuk keamanan.
e) Metoda untuk mengadakan pengukuran atau membuat penyesuaian pada saat pekerjaan erection. f) Metoda untuk mengadakan pengukuran atau membuat penyesuaian setelah selesainya pekerjaan erection. g) Tempat dan cara penyimpanan material/elemen baja. h) Metoda untuk melindungi baja struktur pada saat konstruksi terhadap angin kencang (klarifikasi dari jumlah baut sementara yang digunakan). i) Tata cara kontrol keselamatan. 23.3. Pengiriman dan Penyimpanan 1) Produk-produk harus dibawa ke lapangan sesuai dengan urutan pemasangannya perlindungan yang diperlukan harus dilakukan setiap saat.
2) Jumlah produk harus saat penerimaan.
diperiksa
terhadap
invoice
dari
pabrik
pada
3) Tempat penyimpanan material yang bersih dan terjaga harus disiapkan sebelum penerimaan pengiriman produk. Apabila produk dapat langsung dipasang, tempat penyimpanan tidak lagi diperlukan. 4) Elemen baja yang diterima harus dipisah-pisahkan atau digolong-golongkan dan disimpan sesuai dengan urutan pemasangannya nanti. 5) Pada saat pengangkutan atau penyimpanan produk, pengganjal dan alatalat bantu harus digunakan untuk menghindari kerusakan pada elemen baja. Elemen baja tidak boleh langsung diletakkan pada tanah untuk menghindari kontak langsung dengan tanah. 6) Ketika elemen baja didapati dalam keadaan melengkung atau melintir, perbaikan harus dilakukan terlebih dahulu sebelum erection. 7)
Apabila elemen baja rusak ketika pengangkutan atau penyimpanan, elemen- elemen tersebut harus diperbaiki sebelum erection, karena tidak mungkin untuk melakukan perbaikan setelah erection. Perbaikan harus disesuaikan terhadap besar kecilnya kerusakan, elemen baja yang patah harus dikembalikan ke pabrik untuk diperbaiki. 8) Ketika pengangkutan atau penyimpanan elemen baja, harus mendapat perhatian khusus untuk masalah keamanan. Akumulasi dari pekerjaan yang tidak baik pada elemen baja struktur dapat menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan kecelakaan. 23.4. Pemasangan Baut Angkur 1) Angkur harus dipasang dengan menggunakan rangka dudukan untuk menjamin stabilitas ketika pengecoran beton dilakukan.
2) Posisi angkur setelah pengecoran beton harus sesuai dengan gambar perencanaan serta Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini. 3) Bagian ulir angkur harus dilindungi untuk mencegah karat atau kerusakan selama periode pemasangan angkur sampai erection baja. 4) Setelah baja diberdirikan, mur harus dikencangkan sehingga gaya tarik dari tiap angkur menjadi seragam. Paling tidak, 1/3 dari bagian ulir angkur harus terlihat setelah pengencangan mur.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 81
23.5. Pengukuran Dimensi Dasar 1) Sebelum pelaksanaan erection, pengukuran terhadap ukuran-ukuran dasar dari bentang, sambungan-sambungan internal kolom, bagian-bagian yang bersudut dan level horisontal dari beberapa elemen baja harus dilakukan untuk rekonfirmasi.
2)
Angkur yang tidak terpasang gambar perencanaan.
dengan
baik
harus
diperbaiki
sesuai
23.6. Erection 1) Pada saat melaksanakan perakitan di Lapangan sebelum erection, alat-alat yang tepat guna dan efektif harus digunakan untuk menjamin ketepatan dan kebenaran dimensinya. Perakitan tersebut harus dilaksanakan sesuai standar 2) Alat yang paling cocok harus diseleksi dengan mempertimbangkan beban maksimum, ruang lingkup, skala dan bentuk bangunan. Rencana pemakaian crane harus ditetapkan sesuai dengan karakteristik khusus crane itu sendiri dan pencegahan dengan derajat keamanan yang cukup harus diambil terhadap kejutan-kejutan yang tidak diharapkan. 3) Erection rangka baja harus dilaksanakan sesuai rencana. Diagonal bracing dan lain-lain, harus dipasang sesuai keperluan pada saat pekerjaan erection. Khususnya pada saat pemasangan elemen perkuatan, perhatian khusus harus diberikan sesuai dengan perencanaannya.
4) Penyangga sementara harus dipasang untuk menyangga rangka baja apabila diperlukan. Tiang-tiang penyangga sementara tersebut harus dipertahankan sampai elemen-elemen rangka tersambung seluruhnya dan kedudukannya sudah stabil. 5) Kondisi elemen-elemen baja dari rangka baja harus dicek dari waktu ke waktu sesuai keperluan pada saat pekerjaan erection. Pekerjaan harus tetap berlangsung walau ada bagian-bagian yang perlu diperbaiki/dikoreksi. 6)
Pengencangan baut pasang sebelum posisi final. Elemen-elemen baja harus secara prinsip dihubungkan dengan baut biasa, dimana diameternya serupa dengan baut mutu tinggi yang sebenarnya sehingga menjamin keamanan dari rangka baja yang sedang dikerjakan. Pengencangan sementara harus dilaksanakan pada 1/3 dari dari jumlah baut biasa yang diperlukan, tetapi tidak boleh kurang dari 2 buah baut. Dalam hal apapun pada saat erection, seluruh sambungan elemen baja atau elemenelemen yang berhubungan harus ditempelkan dengan baut pasang.
23.7. Menentukan Posisi Akhir 1) Apabila diperlukan guna menambah kekuatan untuk mencapai posisi final, prosedur perlindungan yang diperlukan harus dilaksanakan sehingga elemen baja pada rangka tidak ada yang rusak.
2) Meskipun rangka baja tersebut mempunyai bracing dengan turn buckles, bracing tidak boleh digunakan untuk mengoreksi regangan. 3) Penentuan posisi akhir harus dilakukan dengan cara tertentu sehingga memenuhi syarat-syarat yang termuat “Ketepatan Pada Erection”. 23.8. Rangka Baja yang sudah selesai harus diuji 1) Sebelum pengencangan, regangan harus dikoreksi. Untuk rangka baja yang sudah selesai dikerjakan harus dilakukan pengujian dan laporan hasil pengujiannya tersebut harus diserahkan kepada MK. MK harus menguji pekerjaan tersebut dan memberikan persetujuan. RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 82
2) Pengelasan akhir harus dilaksanakan setelah regangan dikoreksi pada erection pertama 23.9. Ketepatan pada Erection
Pita pengukur besi yang digunakan di lapangan harus sesuai dengan “Pita Pengukur Baja Standa r”. Dalam mengukur ketepatan erection, pengaruh panas matahari harus dipertimbangkan. 23.10. Ketepatan dari Erection 1) Prosedur perlindungan harus dilakukan pada saat erection.
2) Rangka baja yang sedang dikerjakan harus diberi penguat dan pengaku dengan bracing/pengaku sementara dan penyangga lainnya terhadap angin dan beban lainnya. 3) Pada saat pengangkatan rangka baja dan elemen baja lainnya, gunakanlah potongan baja atau kayu apabila diperlukan sebagai elemen penguat. 4)
Apabila Kontraktor meminta untuk memasang sementara elemen-elemen baja pada rangka yang sedang dikerjakan, Kontraktor harus mendapatkan persetujuan dari MK sebelumnya dan baru memperkuat rangka baja bila diperlukan.
23.11. Penyambungan di lapangan
Sambungan dengan baut friksi mutu tinggi. Pekerjaan ini harus dilaksanakan seperti dinyatakan pada butir 3.25.4. “Sambungan Dengan Baut Friksi Mutu Tinggi” 23.12. Pengelasan di Lapangan Engineer/Akhli dari Kontraktor yang bertugas harus menerangkan dengan jelas tentang metode dan cara-cara pengelasan serta kondisi check list dari pengelasan dilapangan, kepada administrasi pelaksanaan pekerjaan. 23.13. Sistem Administrasi Pembagian tugas dan tanggung jawab dari orang-orang yang bertugas harus ditentukan dan dijelaskan sebelumnya serta harus melaksanakan metode administrasi proyek yang sistematis. 23.14. Metode Untuk dan Cara Pengelasan Secara prinsip pengelasan di Lapangan dilakukan secara manual atau pengelasan semi otomatis. Menyangkut cara pengelasan di lapangan tersebut, harus ditentukan dengan mempertimbangkan regangan yang terjadi sebagai hasil dari pengelasan pada ketepatan saat erection yang memungkinkan dapat melebihi batas yang diijinkan. Perhatian khusus juga harus diberikan agar tidak menghasilkan tegangan yang melebihi batas. Kondisi suhu harus diperhatikan sebelum memulai pengelasan. 23.15. Kondisi Pengelasan Mesin las dan material-material harus diseleksi degan mempertimbangkan fakta bahwa peralatan dan material adalah bagian dari metode pengelasan yang tidak terpisahkan serta tukang las harus mengerti benar aturan-aturan penggunaan mesin. Untuk hal tersebut, syarat dalam butir 3.24.9. “Perlindungan Terhadap Cuaca” harus digunakan dengan tepat.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 83
23.16. Tukang Las Tukang las yang bertugas melaksanakan pengelasan di lapangan harus mempunyai kualifikasi yang tercantum dalam butir 3.24.1. Beberapa tukang las yang mempunyai kualifikasi tersebut apabila diperlukan dapat diminta untuk menempuh beberapa ujian tambahan terhadap kondisi yang sama dengan yang ada di lapangan. 23.17. Inspeksi dan Koreksi Inspeksi dan koreksi yang dilaksanakan di lapangan harus sesuai dengan butir 3.25.8 dan 3.25.10. 23.18. Pekerjaan Sambungan Baut Pekerjaan sambungan harus “Sambungan Dengan Baut ”
dilaksanakan
sesuai
dengan
butir
3.25.
23.19. Sambungan Dengan Baut dan Las Apabila dalam satu sambungan digunakan baut geser mutu tinggi dan las secara bersama, maka baut geser tersebut harus dipasang dan dikencangkan terlebih dahulu, setelah itu baru dilaksanakan pengelasan. Kecuali apabila ditentukan lain di dalam gambar perencanaan. 23.20. Bracing Dengan Turnbuckles Apabila bracing dengan turnbuckles digunakan, hentakan awal harus terdistribusi pada segala bagian dari barcing. XXIV. PEKERJAAN PENGECATAN 24.1. Pengecatan di Lapangan (Untuk Struktur Non-Komposit)
1) Pekerjaan Pengecatan di lapangan harus dilaksanakan sesuai dengan syarat dari JASS 18 „Pekerjaan Pengecatan ‟. Material untuk pengecatan, jumlah lapisan pengecatan, metode pengecatan dan lingkup pengecatan harus ditentukan. Lapisan finishing harus terdiri dari 2 lapisan. Lapisan utama dan lapisan finishing harus berbeda warna. Kontraktor harus menunjukkan contoh cat termasuk warna yang akan dipakai kepada MK untuk disetujui. 2)
Pengecatan pada bagian yang belum dicat atau bagian yang terkelupas (rusak) di lapangan.
3) Persiapan untuk dapat melakukan penyesuaian pada permukaan dari bagian- bagian yang menggunakan baut geser mutu tinggi, sambungan dengan baut ataupun dengan las harus dilaksanakan sesuai dengan JASS 18 dan cat tahan karat harus dilaksanakan pada permukaannya seperti yang seharusnya dilakukan di bengkel. 4) Bagian yang rusak atau catnya terkelupas harus dibersihkan, sedangkan bagian cat aktifnya harus tetap menempel pada permukaan baja. Bagian yang mulai berkarat harus dibersihkan dulu dengan sikat kawat dan baru dicat tahan karat setelah cat lamanya dibuang. 24.2. Pengecatan Anti Korosi Untuk Baja
1) Pengecatan anti korosi harus disesuaikan dengan kebutuhan terhadap material- material konstruksi yang akan dicat sebagai berikut : a) Cat anti korosi dan cat finishing untuk semua baja struktur pekerjaan sipil dan pekerjaan konstruksi bangunan. RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 84
b) Cat anti korosi dan cat finishing untuk fitting baja. c) Pengecatan untuk pekerjaan metal yang lain dan cat finishing untuk interior/eksterior dari bangunan. 2) Kontraktor harus memberikan katalog kepada MK, contoh-contoh warna dan sertifikat kualitas yang mengindikasikan dengan jelas kualitas karakteristik dari semua cat yang digunakan, untuk memperoleh persetujuan. 3) Lebih jauh, Kontraktor harus memberikan kepada MK rencana warna yang akan dipakai, dengan tujuan untuk diseleksi dan disetujui. 24.3. Pengecatan Proteksi Kebakaran Untuk Baja
1) Pengecatan Proteksi Kebakaran pada baja struktur harus disesuaikan dengan ketentuan sebagai berikut: a) Semua baja struktur yang tak terlindung (exposed) pada area lalu lalang orang, akses tangga darurat, dan area lainnya yang perlu diproteksi dengan persetujuan MK. b) Memiliki ketahanan terhadap kebakaran minimal 2 jam. 2) Kontraktor harus memberikan katalog kepada MK, contoh-contoh warna dan sertifikat kualitas yang mengindikasikan dengan jelas kualitas karakteristik dari semua cat yang digunakan, untuk memperoleh persetujuan. 24.4. Persiapan Permukaan Untuk Baja
1) Seluruh permukaan profil baja yang akan dicat harus dibersihkan dari kulit giling (kerak / mill scale), karat, minyak, !emak, debu dan kotoran lain secara teliti dan menyeluruh sehingga permukaan yang dimaksud menampilkan tampak metal yang halus dan merata dengan menggunakan sikat baja atau metode sandblasting dengan SSPC-SP-10 SA - 2 ½ ( Near white blast cleanning). 2) Semua permukaan baja harus dibersihkan dengan menggunakan sikat mekanik sebelum melakukan pengecatan anti korosi di pabrik dan sebelum melakukan pengecatan anti korosi di lokasi untuk bagian-bagian yang perlu di cat ulang. 3) Setelah dibersihkan dengan alat pembersih sikat mekanik, debu pada permukaan harus ditiup dengan sebuah alat penyembur udara (air blower) 4) Untuk struktur yang terlindung dari Udara Luar : Setelah dibersihkan sebelum profil-profil baja disambung di workshop seluruh permukaannya harus cepat-cepat di cat dengan primer (epoxy) yang tebalnya 50 micron, dan harus merata untuk seluruh permukaan profil. Kemudian setelah di cat dengan primer (epoxy) seluruh permukaannya di cat lagi dengan lapisan intermediate (epoxy) yang tebalnya 50 micron. 5) Untuk struktur yang tidak terlindung dari Udara Luar : Setelah dibersihkan sebelum profil-profil baja disambung di workshop seluruh permukaannya harus cepat-cepat di cat dengan primer (epoxy) yang tebalnya 75 micron. Cat dasar ini betul-betul merata untuk seluruh permukaan profil. Kemudian setelah merata seluruh permukaan profil di cat lagi dengan lapisan Top coat (Polyurathane) yang tebalnya 50 micron. Lapisan top coat ini sudah merupakan lapisan finishing yang warnanya ditentukan oleh direksi. 6) Cat dasar yang tidak baik harus dibuang/dibersihkan sama sekali.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 85
24.5. Material cat
Jenis cat yang harus digunakan dalam pekerjaan pengecatan adalah sebagaimana disebutkan dalam tabel dibawah ini. Pemakaian produk ICI atau produk lainnya yang setipe dengan yang disebutkan disini harus memperoleh persetujuan dari MK. No.
Penjelasan Secara Umum Alkyd based red lead/zinc chromate primer
1 2
Long oil alkyd resin varnish Zinc chromate primer
24.6. Rencana Pengecatan Anti Korosi
1) Semua spesifikasi disini berdasarkan pada butir 3.27.2. “Pengecatan Anti Korosi untuk Baja” baik nomor dari metoda dry film yang dipakai maupun jumlah lapis ketebalan yang dipakai (untuk coat). 2)
Spesifikasi 1 a) Permukaan eksterior dan interior baja At shop No. 1 2 35 BR b) Setelah diantar ke lokasi, semua permukaan harus dicuci dengan air guna membersihkan kotoran, partikel-partikel garam, dan lain-lain yang menempel selama transportasi. c) Permukaan yang rusak harus dibersihkan dengan power tool pada SIS St-3 Nomor dari metoda dry film yang dipakai. Jumlah lapis ketebalan yang dipakai (untuk coat) No. 1 : (Touch-up primer) 2 35 BR No. 2 : (finish coat) 1 25 BR/AS
3)
Spesifikasi 2 a) Pekerjaan baja termasuk rangka dan sebagainya, pengecatan primer harus dilakukan di pabrik. At shop No. 1 15 BR/AS At shop b) Setelah pengiriman sampai di lokasi, semua permukaan harus dicuci dengan air untuk membersihkan kotoran, partikel, garam, dan lain sebagainya yang timbul dari pengaruh sewaktu pengangkutan dan terjadinya kerusakan dari cat primer yang sudah dilakukan di pabrik, harus dibersihkan dengan power tool pada SIS SS-3.0 No. 1 1 35 BR (touch-up primer) No. 2 2 25 BR (finish coat) Keterangan : BR = Brush AS = Airless spray RL = Roller brush
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 86
STA = Spatula 24.7. Rencana Pengecatan Proteksi Kebakaran
Spesifikasi Pengecatan Proteksi Kebakaran untuk Baja mengikuti Spesifikasi Data Teknis Pabrikan, baik nomor dari metoda dry film yang dipakai maupun jumlah lapis ketebalan yang dipakai (untuk coat). 1)
Lapisan Pengecatan a) Lapisan Primer : lapisan pertama, umumnya untuk melindungi baja terhadap korosi dan mempersiapkan permukaan untuk aplikasi lapisan basecoat/intermediate.
b) Lapisan Basecoat / Intermediate : lapisan tengah untuk proteksi kebakaran dengan ketebalan yang direncanakan. c) Lapisan Top Coat : untuk menutup lapisan Basecoat dan memberikan penampilan yang berkualitas tinggi dan menarik. 2)
Metoda Pengecatan a) Spray : Gunakan airless spray b) Brush : Digunakan pada area yang sulit dijangkau ( stripe coating ) dan pada area yang kecil, pastikan ketebalan kering tercapai sesuai dengan ketebalan yang telah ditentukan. c) Roller : Digunakan untuk aplikasi khusus. Ketika menggunakan roller perlu diperhatikan agar menggunakan material secukupnya untuk mendapatkan ketebalan kering yang ditentukan
3)
Persiapan Permukaan a) Seluruh minyak, oli, debu, dan korotan lainnya harus dibersihkan menggunakan detergent (jika diperlukan), dibilas menggunakan air bersih dengan tekanan nozzle 250 bar. b) Seluruh permukaan harus melalui dry abrasive blasting dengan tingkat kebersihan yang mengacu pada standard sebagai berikut: Comparati Standard
Swedish Standard Sa 2½
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
Japanese Standard JA SH2
SSPC Standard SSPC-SP 10
B - 87
c)
Tingkat kebersihan permukaan harus mencapai Sa 2 ½ dengan tingkat kekasaran medium. Profil permukaan hasil blasting harus mencapai 30-85 micron yang diukur menggunakan Keane Tator Surface Profile Comparator atau Press O-testex film and profile gauge . d) Material abrasive yang digunakan untuk proses blasting harus dalam keadaan kering dan terbebas dari debu, oli/minyak, dengan ukuran dan tingkat kekerasan yang disesuaikan untuk dapat mencapai tingkat kebersihan dan kekasaran profil yang telah ditentukan. e) Setelah proses blasting, sisa-sisa debu dan material yang masih menempel dipermukaan harus segera dibersihkan menggunakan high pressure air blow (angin yang ditiupkan harus bebas dari air, minyak dan kontaminan lainnya). 4)
Ketentuan Aplikasi Pengecatan a) Untuk hasil yang maksimal, seluruh cat harus diaplikasi menggunakan airless spray kecuali saat proses stripe coat. b) Mesin pengaduk cat harus digunakan untuk menghasilkan proses pencampuran yang baik. Tidak diizinkan mengaduk cat menggunakan kayu, besi, atau media lainnya. c) Aduk cat komponen A sebelum dilakukan pencampuran dengan komponen. Jika diperlukan, dapat dilakukan penambahan thinner (maksimal 10%) dari total volume. d) Tekanan angin dan alat pengecatan setidaknya harus memiliki kapasitas 5.5 kg/cm2 dan 1.4 m3 (80 Psi and 50 Cfm). e) Alat Airless spray harus dalam keadaan berfungsi dengan baik untuk mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan aplikasi pengecatan sesuai dengan Technical Data Sheet produk yang digunakan. f) Disarankan menggunaan airless spray dengan pump ratios 45:1 atau lebih. g)
Ukuran Tip nozzle harus sesuai dengan ketentuan pada spesifikasi teknis produk (Technical Data Sheet – TDS). Tip nozzle harus berada dalam keadaan baik dan layak pakai. h) Aplikasi pengecatan harus dilakukan dengan mengacu pada ketentuan temperatur dan tingkat kelembaban. Proses pengecatan dapat dilakukan jika suhu permukaan berada dalam kisaran 10 C. – Tingkat kelembaban harus <85%, dan suhu permukaan harus berada dalam tahap 3 iatas titik embun. i) Hanya jenis Thinner dan jumlah yang direkomendasikan dalam spesifikasi teknis produk (Technical Data Sheet – TDS) yang dapat digunakan saat pencampuran cat dan pembersihan alat. j) Pengecatan lanjutan harus selalu mengacu pada spesifikasi teknis produk (Technical Data Sheet – TDS). Jika waktu pengecatan lanjutan melebihi yang disarankan dalam TDS, diperlukan perlakuan khusus sebelum aplikasi pengecatan. 5)
Proses Pemeriksaan Teknis a) Ketebalan Kering Cat (Dry film thickness): Pemeriksaan ketebalan cat yang telah diaplikasikan harus dilakukan saat permukaan cat tersebut
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 88
mengering / kering. Jika hasil ketebalan yang diperoleh berada di bawah ketentuan / spesifikasi, penambahan tebal cat (pengecatan ulang) harus segera dilakukan untuk mencapai spesifikasi yang telah ditentukan dan disepakati. b) Jika permukaan yang telah di cat terkontaminasi oleh kotoran (oli, minyak, debu, dan kontaminan lainnya), diperlukan proses pembersihan menggunakan detergent dan air bersih sebelum dilakukan pengecatan lapis berikutnya. (interval coating) telah terlewati, c) Jika batas waktu maksimal proses pengkasaran permukaan harus dilakukan menggunakan amplas dan/atau light abrasive sweeping sebelum dilakukan pengecatan lapis berikutnya. d) Setiap nomor Batch produk cat dan thinner harus selalu dicatat dalam laporan harian pengecatan. 6)
Penyimpanan Seluruh material (cat dan thinner) harus selalu dalam keadaan tertutup, utuh, dan tersimpan dalam ruang penyimpanan yang terhindar dari sinar matahari secara langsung agar suhu ruang penyimpanan berada di bawah 25 C. Tidak disarankan menggunakan produk cat dan thinner yang telah melewati batas maksimal pemakaian (expired).
Cat Proteksi Kebakaran pada struktur baja dapat menggunakan produk ex JOTUN atau setara. 24.8. Aturan Umum
1) Cat yang tahan api harus disimpan pada tempat tersendiri, terisolasi dan berventilasi dengan baik serta terlindung dari cahaya matahari secara langsung. 2) Lokasi pengecatan harus dipastikan mempunyai ventilasi yang baik untuk menghindari agar para pekerja tidak keracunan karena larutan dan juga untuk mencegah kebakaran. 3) Perhatian khusus harus diberikan untuk mencegah bahaya kebakaran. Api harus dijauhkan/dihindarkan dari lokasi pengecatan. Penyimpanan cat harus sedemikian rupa sehingga dapat terhindar dari terjadinya ledakan, kebakaran api, dan sebagainya. Kain atau karung yang digunakan untuk membersihkan atau yang terendam cat dapat membahayakan apabila terkena hawa panas yang tibatiba, karena itu bahan-bahan tersebut harus segera dibuang. 4) Pekerjaan pengecatan harus ditunda pada kondisi sebagai berikut : a) Temperatur atmosfir dibawah 5 oC dan kelembaban relatif lebih dari 80%. b) Selama hujan, angin kencang dan hari-hari dimana cuaca tersebut akan terjadi. c) Kondisi kerja yang jelek, dimana tidak mungkin pekerjaan yang baik dapat dihasilkan. d) Permukaan yang dicat atau rusak atau terganggu oleh pekerjaan yang lain. e) Ventilasi yang tidak mencukupi sehingga pengeringan yang diharapkan tidak dapat terpenuhi. 5) Metode aplikasi yang sesuai harus diterapkan agar dapat diperoleh pengecatan yang baik, dan pengecatan harus dilakukan dengan baik sehingga tidak meninggalkkan noda-noda, kotoran-kotoran, gelembung-gelembung, dan RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 89
sebagainya. 6) Cat harus dikirim ke lapangan dalam keadaan di segel. 7) Secara umum, cat harus digunakan sebagaimana mestinya, bagaimanapun tergantung pada kekerasan/kehalusan dari permukaan, derajat penyerapan, temperatur atmosfir dan sebagainya. 8) Sudut atau bagian dimana dua warna yang berbeda bertemu harus dilakukan penanganan khusus dan garis batas harus dibuat secara jelas. 9) Permukaan yang telah dicat harus dilindungi dengan baik dari kontaminasi dan kerusakan sampai permukaan tersebut seluruhnya menjadi kering dan lantai dari permukaan lain pada lokasi yang akan dicat harus ditutup atau dilindungi dari noda sebelum pekerjaan pengecatan dimulai. 10) Setelah dilakukan pembersihan pada permukaan baja, cat primer harus dikerjakan secepat mungkin dengan maksud untuk menghindari terjadinya karat.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
B - 90
C. PEKERJAAN ARSITEKTUR I.
PEKERJAAN PASANGAN DINDING BATA DAN DINDING PARTISI 1.1. KETERANGAN Pekerjaan ini mencakup seluruh pekerjaan dinding yang terbuat dari batu bata disusun ½ bata dan satu bata, meliputi penyediaan bahan, tenaga dan peralatan untuk pekerjaan ini. 1.2. BAHAN a. Batu bata (bata merah) Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam negeri eks daerah setempat dari kualitas yang baik dengan ukuran 5 x 10,5 x 22 cm yang dibakar dengan baik, warna merah merata, keras dan tidak mudah patah, bersudut runcing dan rata, tanpa cacat atau mengandung kotoran. Meskipun ukuran bata yang bisa diperoleh di suatu daerah mungkin tidak sama dengan ukuran tersebut diatas, harus diusahakan supaya ukuran bata yang akan dipakai tidak terlalu menyimpang. Kualitas bata harus sesuai dengan pasal 81 dari A.V. 1941 Kontraktor harus menunjukkan contoh terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas. Konsultan Pengawas berhak menolak bata dan menyuruh bongkar pasangan bata yang tidak memenuhi syarat. Bahan-bahan yang ditolak harus segera diangkut keluar dari tempat pekerjaan.
b. Bata Ringan Batu bata ringan yang dipakai adalah produksi setara Hebel,Citicon atau Masa Block ukuran 20 x 60 tebal 10 cm, atau 8,3 buah per m2. Kontraktor harus menunjukkan contoh terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas. Konsultan Pengawas berhak menolak bata ringan yang tidak memenuhi syarat. Bahan-bahan yang ditolak harus segera diangkut keluar dari tempat pekerjaan. c. Mortar Plester & Spasi Adukan terdiri dari bahan Dry-Mix dan air dipakai untuk pemasangan dinding batu bata ringan. Komposisi adukan sesuai dengan yang disyaratkan oleh Fabrikan. Untuk plester dan acian dinding bata ringan menggunakan type Render setara MM-400 produk Masa Mortar dimana bahan dry mix ini dipakai untuk plester sekaligus acian. Ketebalan plesteran dan acian pada dinding bata merah ini adalah 5-8mm. Perekat dinding bata ringan yang direkomendasikan adalah menggunakan jenis pasta setara type MIZU 505. Bahan Dry-Mix yang dipakai adalah produk MU, Cipta Mortar, MIZU atau setara. d. Adukan Adukan terdiri dari semen, pasir dan air dipakai untuk pemasangan dinding batu bata. Komposisi adukan adalah 1 pc : 5 pasir untuk dinding biasa, 1 Pc : 3 pasir untuk tasram RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C-1
Semen PC yang dipakai adalah produk dalam negeri yang terbaik (Holcim, Nusantara, Gresik, Tiga Roda atau produk daerah setempat yang mempunyai kualitas standar konstruksi). Adukan harus dibuat dalam alat tempat mencampur, diatas permukaan yang keras, bukan langsung diatas tanah. Bekas adukan yang sudah mulai mengeras tidak boleh digunakan kembali. e. Beton Non Struktural Beton Non Struktural dibuat untuk rangka penguat dinding bata, yaitu : sloof, kolom praktis dan ringbalk atau balok latai. Komposisi bahan beton rangka penguat dinding (sloof, kolom praktis, ringbalk) adalah 1 pc : 2 pasir : 3 kerikil. Semen PC yang dipakai adalah produk dalam negeri yang terbaik (satu merek untuk seluruh pekerjaan). Pasir beton harus bersih, bebas dari tanah/lumpur dan zat-zat organik lainnya. Kerikil/split dari pecahan batu keras dengan ukuran 1 - 2 cm, bebas dari kotoran. Baja tulangan menurut ketentuan PBI 1971. 1.3. PELAKSANAAN Dinding harus dipasang (uitzet dengan peralatan yang memadai) dan didirikan menurut masing-masing ukuran ketebalan dan ketinggian yang disyaratkan seperti yang ditunjukkan dalam gambar. a. Sloof, kolom praktis dan ringbalk Ukuran rangka penguat dinding bata (non struktural) : sloof 15 x 20 cm, kolom praktis 12 x 12 cm atau 10 x 10 untuk bata ringan, ringbalk 15 x 12 dan balok latai 10 x 15cm. Kolom praktis dan ringbalk diplester sekaligus dengan dinding bata sehingga mencapai tebal 15 cm dan 11 cm untuk bata ringan. Bekisting terbuat dari kayu terentang/kayu hutan lainnya dengan tebal minimum 2 cm yang rata dan berkualitas papan baik. Pemasangan bekisting harus rapi dan cukup kuat. Celah-celah papan harus rapat sehingga tidak ada air adukan yang keluar. Bekisting baru boleh dibongkar setelah beton mengalami proses pengerasan. Kecuali ditentukan lain pemasangan balok latai dipasang tepat diatas kusen pintu maupun jendela.
b.
Pasangan dinding bata Bata yang akan dipasang harus direndam dalam air terlebih dahulu sampai jenuh. Tidak diperkenankan memasang batu bata : 1. Air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti minum, mandi/buang air dan kebutuhan lain para pekerja. Kualitas air yang disediakan untuk keperluan tersebut harus cukup terjamin. 2. Yang ukurannya kurang dari setengahnya 3. Lebih dari 1 (satu) meter tingginya setiap hari di satu bagian pemasangan 4. Pada waktu hujan di tempat yang tidak terlindung atap 5. Setiap luas pasangan dinding bata mencapai 12 m2 harus dipasang beton praktis (kolom, dan ring balk)
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C-2
6. 7. 8.
Bata dipasang tegak lurus dan berada pada garis-garis yang seharusnya dengan bentang benang yang sipat datar. Kayu penolong harus cukup kuat dan benar-benar dipasang tegak lurus. Dinding yang menempel pada kolom beton harus diberi angker besi setiap jarak 40 cm. Permukaan beton harus dibuat kasar. Pemasangan bata diatas kusen harus dibuat balok lantai 12/12 atau dilengkapi dengan pasangan rollaag. Pemasangan harus dijaga kerapihannya, baik dalam arah vertikal maupun horizontal. Sela-sela disekitar kusen-kusen harus diisi dengan aduk. Semua Pasangan Batu bata dipasang rata sampai dengan ring balk strukturnya sebagai penumpu rangka atap diplester dan diaci 1 : 5. Dinding yang berada diatas plafon dan harus diplester 1 : 5 tanpa acian. Kecuali ditentukan lain, bukaan dinding yang tidak terpasang kusen tinggi bukaan dinding adalah 2,15 m dari elevasi 0,00.
c.
Pasangan Bata Ringan Bata ringan yang akan dipasang harus direndam dalam air terlebih dahulu sampai jenuh. Tidak diperkenankan memasang batu bata ringan: 1. Yang ukurannya kurang dari setengahnya 2. Pada waktu hujan di tempat yang tidak terlindung atap 3. Setiap luas pasangan dinding bata ringan mencapai 12 m2 harus dipasang beton praktis (kolom, dan ring balk) Bata ringan dipasang tegak lurus dan berada pada garis-garis yang seharusnya dengan bentang benang yang sipat datar. Kayu penolong harus cukup kuat dan benar-benar dipasang tegak lurus. Dinding yang menempel pada kolom beton harus diberi angker besi setiap jarak 40 cm. Permukaan beton harus dibuat kasar. Pemasangan bata ringan diatas kusen harus dibuat balok latei 10/12. Pemasangan harus dijaga kerapihannya, baik dalam arah vertikal maupun horizontal. Sela-sela disekitar kusen-kusen harus diisi dengan adukan.
d.
Pekerjaan Opening Pintu Dan Jendela Pada dinding harus dikerjakan tahap ini dengan ukuran mengacu pada rencana pintu dan jendela.
1.4. DINDING PARTISI Pekerjaan dinding partisi harus dikerjakan oleh tenaga aplikator yang berpengalaman dan direkomendasi oleh principal dari material yang akan dipakai. Pelaksanaan dinding partisi ini harus dengan full system dari pabrik penghasilnya. Pihak principal harus menyediakan tenaga teknis yang berpengalaman sebagai tenaga superfisi teknis pada masa pelaksanaannya yang minimal datang ke lapangan dalam dua minggu sekali dan ketika dibutuhkan pendapat teknis karena suatu permasalahan atau kondisi tidak normal di lapangan. a. Bahan yang dipakai untuk dinding partisi adalah panel Gypsum standar tebal 12 mm jenis standar serta Calcium Silicate Board tebal 9 mm untuk
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C-3
b.
c.
d.
e.
f. g. h.
i. j.
k.
l.
II.
dinding lapis timbal dengan partisi satu sisi panel board. Jenis papan Gypsum/Kalsiboard yang digunakan mempunyai bagian tepi melandai. Rangka dinding partisi yang digunakan adalah „Metal Stud System‟ sesuai rekomendasi produsen Gypsum/Kalsiboard yang dipakai. Rangka terbuat dari bahan metal galvalume tebal 0,55 BMT dan lebar 76 (CS) produk Boral , Knauff, gyproc atau yang setara. Untuk rangka partisi penutup dinding lapis timbal dari bahan besi hollow ukuran 4x4x0,1. Rangka vertikal terpasang dengan jarak maksimal 60 cm (AS)atau sesuai dengan rekomendasi pabrikannya. Dirangkai sedemikian rupa sehingga membentuk suatu rangkaian yang kokoh dan kuat dengan sambungan pada posisi yang tepat serta kelurusan permukaan benar-benar lurus. Rangka vertikal terpasang dengan jarak maksimal 60 cm (AS)atau sesuai dengan rekomendasi pabrikannya untuk partisi penutup dinding lapis timbal di ruang mayor operating theater. Dirangkai sedemikian rupa sehingga membentuk suatu rangkaian yang kokoh dan kuat dengan sambungan pada posisi yang tepat serta kelurusan permukaan benar-benar lurus. Pemasangan Gypsum pada rangka dilaksanakan dengan menggunakan paku skrup stainless steel setiap jarak 20 cm untuk bagian tepi Gypsum dan 30 cm untuk pemasangan bagian tengah lembar Gypsum yang dipasang secara tegak lurus bidang muka Gypsum dan rangkanya. Pemasangan paku skrup harus diberi jarak minimal 10 cm dari tepi Gypsum untuk setiap sambungan. Pelaksana pemasangan pemasangan harus dapat menunjukkan sertifikat/surat sertifikat /surat rekomendasi pemasangan dari produsen Gypsum yang dipakai. Apabila diperlukan maka untuk produk Gypsum yang digunakan setidaknya produsen produk yang bersangkutan harus dapat memberikan supervisi terhadap pelaksanaan pemasangan produknya. Setiap pertemuan sudut partisi harus dapat menghasilkan hasil akhir yang lurus dan siku (runcing). Sambungan antar panel Gypsum harus ditutup dengan pita perekat dan ditutup dengan compound serta dihaluskan/diratakan hingga membentuk permukaan yang rata. Sebelum pemasangan panel Gypsum, pekerjaan-pekerjaan pekerjaan-pekerj aan yang lain yang tertanam didalamnya harus sudah selesai dikerjakan dan diuji sehingga tidak menimbulkan adanya pembongkaran dan pemasangan papan Gypsum kembali. Belokan/lekukan Belokan/ lekukan pada dinding harus dipasang lipatan sudut yang sesuai pada bidang sisi papan Gypsum sehingga didapat hasil belokan/lekukan yang benar-benar lurus dan siku.
PEKERJAAN PLESTERAN PLESTER AN 2.1. KETERANGAN Kecuali disebutkan lain, bahan penyelesaian atau penutup permukaan dinding/tembok bata dan adalah plesteran. Pekerjaan plesteran mencakup pembuatan dan pemasangan plesteran pada dinding-dinding tembok bata dan bidang-bidang beton, meliputi penyediaan bahan, tenaga kerja dan
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT TEKNIS
C-4
peralatannya. Semua permukaan plesteran dicat dengan cat tembok, kecuali disebutkan lain. 2.2. BAHAN Komposisi bahan adukan sesuai dengan persyaratan, yaitu : a. 1 pc : 3 pasir untuk permukaan beton, dinding trasram atau daerah basah dan dinding luar yang tidak tertutup atap. b. 1 pc : 2 pasir dan sudut dinding c. 1 pc : 5 pasir untuk dinding bata bagian dalam gedung Semen PC yang dipakai adalah produk lokal yang terbaik (satu merek untuk seluruh pekerjaan). d. Plesteran untuk penutup dinding bata ringan menggunakan Dry-Mortar Dry-Mortar : 3 2 kg/m , ketebalan 2 mm. Ketebalan dapat diatur sesuai dengan grade : kasar, sedang, halus. Produk setara : MU, Plester Mutiara, atau Cipta Mortar. 2.3. PELAKSANAAN a. Plesteran dinding bata Sebelum diplester, permukaan dinding bata harus dibersihkan dan dibasahi dengan air, siarnya dikorek sedalam 1 cm. Tebal plesteran minimum 1,5 cm dan maksimum 2,5 cm. Plesteran diselesaikan dengan papan plesteran dan kayu perata atau sekop baja. Sudut-sudut dibuat serapi-rapinya dan menyiku. Sambungan dari plesteran-plesteran harus mulus dan lurus. Dalam mendirikan dinding yang tidak berada dibawah atap, selama waktu hujan harus diberi perlindungan dengan menutup bagian atas dari tembok dengan bahan pelindung yang cukup sesuai. Selama proses pengeringan, plesteran harus disiram dengan air selama 7 (tujuh) hari terus menerus.
b.
Plesteran Beton Seluruh permukaan beton yang tampak harus menghasilkan permukaan yang halus dan rata. Bila pelaksanaan pekerjaan beton tidak dapat menghasilkan permukaan yang halus dan rata, maka permukaan tersebut harus diplester hingga menghasilkan permukaan seperti yang dimaksud di dalam gambar rancangan pelaksanaan. Permukaan beton yang akan diplester harus disiapkan dulu dengan pekerjaan pendahuluan dengan urutan sebagai berikut : - Permukaan dibuat kasar dengan betel/pahat beton - Dibasahi dengan air - Disapu air semen (Pc) atau bonding egent Mortar untuk plesteran adalah campuran 1 Pc : 2 Ps yang diaduk secara benar-benar homogen. Ketebalan plesteran adalah rata-rata 15 mm – 25 mm Plesteran harus diakhiri dengan acian halus dari adukan air semen (Pc) Untuk beton bertemu dengan dinding, plesteran harus dilapisi kawat wiremesh minimal 30 cm sepanjang pertemuan, khususnya apabila permukaan dinding rata dengan permukaan beton.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT TEKNIS
C-5
c.
Plesteran Dry Mortar Adukan terdiri dari bahan Dry-Mix dan air dipakai untuk pemasan pemasangan gan dinding batu bata ringan. Komposisi adukan sesuai dengan yang disyaratkan oleh Fabrikan. Untuk plester dan acian dinding bata ringan menggunakan type Render setara MM-400 produk Masa Mortar dimana bahan dry mix ini dipakai untuk plester sekaligus acian. Ketebalan plesteran dan acian pada dinding bata merah ini adalah 5-8mm. Perekat dinding bata ringan yang direkomendasikan adalah menggunakan jenis pasta setara type MIZU 505. Bahan Dry-Mix yang dipakai adalah produk MU, Cipta Mortar, MIZU atau setara. Semua pasangan dinding bata harus diplester dan diaci kecuali pasangan dinding bata yang tertanam didalam tanah atau dibawah lantai dasar serta didalam shaf cukup diplester saja.
III. PEKERJAAN PEKERJAAN KUSEN, PINTU, JENDELA ALUMINIUM 3.1. LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan ini mencakup seluruh pekerjaan pembuatan dan pemasangan kusen, daun pintu dan jendela dengan bahan-bahan dari Aluminium, Jalusi / Sun screen aluminium, baja termasuk menyediakan bahan, tenaga dan peralatan untuk pekerjaan ini. 3.2. STANDAR / RUJUKAN a. Standar Nasional Indonesia (SNI) - SNI 07-0603-1989 – Produk Alumunium Ekstrusi untuk Arsitektur.
b.
c.
d. e.
f.
British Standard (BS) - BS 5368 (Part 1) – Air Inflitration - BS 5368 (Part 2) – Water Inflitration - BS 5368 (Part 3) – Structural Performance American Society for Testing and Materials (ASTM). ASTM B221M-91 – Specification for Alumunium-Alloy Extruded Bars, Rods, Wire Shapes and Tubes. ASTM E-283 – Metode Pengujian Kebocoran Udara untuk Jendela dan Curtain Wall ASTM E-330 – Metode Pengujian Struktural untuk Jendela dan Curtain Wall ASTM E-331 – Metode Pengujian Kebocoran Air untuk Jendela dan Curtain Wall American Architectural Architectura l Manufactures Association (AAMA). - AAMA – 101 – Spesifikasi untuk Jendela dan Pintu Alumunium Japanese Industrial Standard (JIS) - JIS H – 4100 – Spesifikasi Komposisi Alumunium Extrusi - JIS H – 8602 – Spesifikasi Pelapisan Anodise untuk Alumunium Spesifikasi Teknis : 4” x 1 ¾”2 dan 3” Dimensi
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT TEKNIS
C-6
Tebal profil : 1.25 mm 28.000 pci Ultimate strength : strengt h : 22.000 pci Yield strength : 17.000 pci Shear strength Anodizing ketebalan lapisan di seluruh permukaan permukaan alumunium alumunium adalah Anodizing dengan powder coatingwarna putih tulang.
3.3. DESKRIPSI SISTEM a. Kriteria Perencanaan 1. Faktor Pengaman Kecuali disebutkan lain, bagian – bagian alumunium termasuk ketahanan kaca, memenuhi faktor keamanan tidak kurang dari 1,5 x maksimum tekanan angin yang disyaratkan. 2. Modifikasi Dapat dimungkinkan tanpa merubah profil atau merubah penampilan, kekuatan atau ketahanan dari material dan harus tetap memenuhi kriteria perencanaan. 3. Pergerakan Karena Temperatur Akibat pemuaian dari material yang berhubungan berhubungan tidak boleh menimbulkan suara maupun terjadi patahan atau sambungan yang terbuka, kaca pecah, sealant yang tidak merekat dan hal – hal lain. Sambungan kedap air harus mampu menampung pergerakan ini. 4. Persyaratan Struktur Defleksi : AAMA = Defleksi yang diijinkan maksimum L / 175 atau 2 m. Beban Hidup : Pada bagian – bagian yang menerima hidup terutama pada waktu perawatan, seperti : meja (stool) dan cladding diharuskan disediakan penguat dan angkur dengan kemampuan menahan beban terpusat sebesar 62 kg tanpa terjadi kerusakan. 5. Kebocoran Udara ASTM E – 283 – Kebocoran udara tidak melebihi 2,06 m3/hari pada setiap m‟ unit panjang penampang bidang bukaan pada tekanan 75 Pa. 6. Kebocoran Air ASTM E – 331 – Tidak terlihat kebocoran air masuk ke dalam interior bangunan sampai tekanan 137 Pa dalam jangka waktu 15 menit, dengan jumlah air minimum 3,4 L/m2/minimal. 3.4. PROSEDUR UMUM a. Contoh Bahan dan Data Teknis 1. Contoh profil dan penyelesaian permukaan yang harus meliputi tipe alumunium ekstrusi, pelapisan, warna dan penyelesaian, harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui sebelum pengadaan bahan kelokasi pekerjaan. 2. Contoh bahan produk alumunium harus diuji di laburatorium yang ditunjuk Konsultan Pengawas atau harus dilengkapi dengan data-data pengujian. Data-data ini harus meliputi pengujian untuk : Ketebalan lapisan, RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT TEKNIS
C-7
Keseragaman warna, Berat, Karat, Ketahanan terhadap air dan angin minimal 100kg/m2 untuk masing-masing tipe. Ketahanan terhadap udara minimal 15m3/jam, Ketahanan terhadap tekanan air minimal 15kg/m2. 3. Biaya pengadaan contoh bahan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
b.
Gambar Detail Pelaksanaan. 1. Gambar detail pelaksanaan yang harus meliputi detail-detail, pemasangan rangka dan bingkai, pengencangan dan sistem pengukuran seluruh pekerjaan, harus disiapkan oleh Kontraktor dan diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui sebelum pelaksanaan pekerjaan. 2. Semua dimensi harus diukur dilokasi pekerjaan dan di tunjukkan dalam dalam Gambar Detail Pelaksanaan. 3. Kontraktor Kontrakt or bertanggung jawab atas setiap perbedaan perbedaan dimensi dan akhir penyetelan semua pekerjaan lain yang diperlukan untuk menyempurnakan pekerjaan yang tercakup dalam Spesifikasi Teknis ini, sehingga sesuai dengan ketentuan Gambar Kerja.
c.
Pengiriman dan Penyimpanan 1) Pekerjaan alumunium dan kelengkapan harus diadakan sesuai ketentuan Gambar Kerja, bebas dari bentuk puntiran, lekukan dan cacat. 2) Segera seteklah didatangkan, pekerjaan alumunium dan kelengkapan harus ditumpuk dengan baik ditempat yang bersih dan kering dan dilindungi terhadap kerusakan dan gesekan, sebelum dan setelah pemasangan. Semua bagian harus dijaga tetap bersih dan bebas dari ceceran adukan, plesteran, cat dan lainnya.
d.
Garansi Kontraktor harus memberikan kepada Pemilik Proyek, garansi tertulis yang meliputi kesempurnaan pemasangan, pengoperasian dan kondisi semua pintu, jendela dan lainnya seperti ditunjukkan dalam spesifikasi ini untuk periode selama 1 tahun setelah pekerjaan yang rusak dengan biaya Kontraktor.
3.5. BAHAN - BAHAN a. Alumunium 1. Alumunium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun pintu/jendela adalah dari jenis alumunium alloy yang memenuhi ketentuan SNI 070603-1989 dan ATSM B221 M, dalam bentuk profil jadi yang dikerjakan di pabrik, dengan lapisan clear anodized minimal 18 mikron yang diberi lapisan warna akhir polish snolok di pabrik dalam warna sesuai Skema warna yang ditentukan kemudian.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT TEKNIS
C-8
Tebal profil minimal 1,25 mm, setara produk YKK dengan ukuran dan bentuk sesuai Gambar Kerja. Dimensi profil dapat berubah tergantung jenis profil yang nanti disetujui. disetujui. 2. kecuali ditentukan dite ntukan lain, semua semu a pintu dan jendela harus dilengkapi dengan perlengkapan standar dari pabrik pembuatan. 3. Semua kusen pintu, kusen jendela, daun pintu, daun jendela maupun profil curtain wall adalah dengan finishing powder coating 200 micron warna putih tulang. b. Alat Pengencang dan Aksesori. 1. Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA seri 300 dengan pemasangan kepala tertanam untuk mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dsan komponen yang dikencangkan. 2. Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal 2mm. 3. Penahan udara dari bahan vinyl. 4. Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat c.
Gasket Nomor Produk : 9K-20216, 9K-20219 Bahan : EPDM Sifat Material : Tahan terhadap perubahan cuaca
d.
Sealant Dinding (Tembok) Bahan : Single komponen Type : Silicone Sealant
e.
Screw Nomor Produk : K-6612A, CP-4008, dan lain – lain Bahan : Stainless Steel (SUS)
f.
Joint Sealer Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi sealer yang berserat guna menutup celah sambungan profile tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan suara. Nomor Produk : 9K-20284, 9K-20212 Bahan : Butyl Rubber
3.6. PELAKSANAAN PEKERJAAN 1. Fabrikasi Pekerjaan febrikasi atau pemasangan tidak boleh dilaksanakan sebelum Gambar Detail Pelaksanaan yang diserahkan Kontraktor dan disetujui Konsultan Pengawas. 2. Semua komponen harus difebrikasi difebrikas i dan dirakit dirakit secara tepat sesuai bentuk dan ukuran aktual dilokasi serta dipasang pada lokasi yang telah ditentukan.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT TEKNIS
C-9
3.
4.
5. 6. 7. 8.
9.
10. 11. 12.
13.
14. 15.
16. 17. 18. 19. 20.
21. 22.
Pemasangan Bagian pertama yang terpasang harus disetujui Konsultan Pengawas sebagai acuan dan contoh untuk pemasangan berikutnya. Kontraktor bertanggung jawab atas kualitas konstruksi komponenkomponen. Bila suatu sambungan tidak digambarkan dalam Gambar Kerja, swambungan-sambungan tersebut harus ditempatkan dan dibuat sedemikian rupa sehingga sambungan-sambungan tersebut dappat meneruskan beban dan menahan tekanan yang harus diterimanya. Semua komponen harus sesuai dengan pola yang ditentukan. Bila di pasang langsung ke dinding atau beton, kusen atau bingkai harus dilengkapi dengan angkur pada jarak setiap 500mm. Semua bagian alumunium yang berhubungan dengan dengan semen atau adukan adukan harus dilindungi dengan cat transparan atau lembaran plastik Lacquer film. Semua bagian alumunium yang yang berhubungan dengan elemen baja harus dilapisi dengan cat khusus yang direkomendasikan pabrik pembuat, untuk mencegah kerusakan komposisi alumunium. Berbagai perlengkapan bukan alumunium yang akan dipasang pada bagian alumunium harus trdiri dari bahan yang tidak menimbulkan reaksi elektronik, seperti baja anti karat, nilon, neoprene dan lainnya. Semua pengencangan harus tidak terlihat, kecuali ditentukan ditentuka n lain. Semua sambungan harus rata pemotongan dan pengeboran yang dikerjakan sebelum pelaksanaan anokdisasi. Semua pekerjaan pekerjaan pembuatan dan pemasangan kusen, pintu dan jendela Aluminium Aluminium harus dilakukan oleh pabrik pabrik penghas penghasilil dari bahan yang dipergunakan dengan memperoleh persetujuan konsultan Pengawas. Semua bahan kusen, daun pintu dan jendela aluminium, boleh dibawa kelapangan/ halaman pekerjaan jikalau pekerjaan konstruksi benar-benar mencapai tahap pemasangan kusen, pintu dan jendela. Pemasangan sambungan harus tepat tanpa celah sedikitpun. Semua detail pertemuan daun pintu dan jendela harus runcing (adu manis) halus dan rata, serta bersih dari goresan-goresan serta cacat-cacat yang mempengaruhi permukaan. Detail Pertemuan Kusen Pintu dan Jendela harus lurus dan rata serta bersih dari goresan-goresan serta cacat yang mempengaruhi permukaan. Pemasangan harus sesuai dengan gambar rancangan pelaksanaan dan brosur serta persyaratan teknis yang benar. Setiap sambungan atau pertemuan dengan dinding atau benda yang berlainan sifatnya harus diberi “sealent ”. Pertemuan pengisi rangka daun pintu aluminium baik dengan dengan kaca atau panel MDF harus disealent poliuretant dengan rapi dan rapat. Penyekrupan harus tidak terlihat dari luar dengan skrup kepala tanam galvanized sedemikian rupa sehingga hair line dari tiap sambungan harus kedap air. Semua alumunium yang akan dikerjakan dikerjakan maupun selama pengerjaan pengerjaan harus tetap dilindungi dengan “Lacquer Film”. Ketika pelaksanaan pekerjaan pekerjaan plesteran, pengecatan pengecatan dinding dan bila bila kosen; alumunium telah terpasang maka kosen tersebut harus tetap
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 10
23.
terlindungi oleh Lacquer Film atau plastic tape agar kosen tetap terjamin kebersihannya. Kecuali disebutkan atau ditunjukkan dalam gambar detail, pemasangan kusen aluminium dipasang pada posisi tengah/center terhadap tebal dinding.
3.7. PEKERJAAN PINTU BAJA a. Lingkup Pekerjaan Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, tenaga, peralatan, pembuatan dan pemasangan pintu-pintu baja berikut kusen dan perlengkapan lainnya yang sesuai standar untuk pekerjaan ini. Pekerjaan ini dilaksanakan pada ruang-ruang dengan kode pintu (PKB, PCM, SHF,AT & AT‟, P2BM) seperti pintu untuk ruang tangga darurat, ruang M/E / R. Panel, Shaf dan ruang lainnya seperti yang dinyatakan/ditunjukkan dalam gambar rencana kusen yang meliputi : Fire door dan Steel Door serta pintu besi biasa lengkap terpasang dengan Hardware dan accesorise terpasang. b. Referensi 1) National Fire Protection Association (NFPA) 1. 80-86 Fire Doors and Windows 2. 252-95 Fire Test of Door Assemblies 2) American Society for Testing and Materials (ASTM) 1. UL 10 B Fire Tests of door assemblies 3) American National Standard Institute (ANSI) 1. ANSI A250.4 Tests of door assemblies 4) Deutsches Institut für Normung (DIN) 1. 18082 TEIL 1 -1985 : Steel doors T30-1 Construction Type A 5) British Standard (BS) 1. BS 476. Part 22 - 1972 : Test method & criteria for the fire resistance of elements of building construction 6) Japan Industrial Standard (JIS) 1. JIS A 4702 – General 2. JIS G 3302 – Hot dipped Zinc Coated Steel Sheets and Coils 3. JIS G 313 & G 3142 – Internal 4. JIS A 1515 – Wind Resistance 5. JIS A 1516 – Air Resistance 6. JIS A 1517 – Water Tightness 7. JIS A 1519 – Closing & Opening Forces 8. JIS A 1520 – Sound Insulation 9. JIS A 4710 – Thermal Resistance 10. JIS A.1311 - Methods of fire protecting test of fire door for buildings c. Persyaratan Bahan Material kusen dan daun pintu baja juga harus memenuhi persyaratanpersyaratan khusus sebagai berikut: 1) Kusen pintu terbuat dari lembaran pelat baja (cold rolled steel sheet). a) Ketebalan plat untuk kusen 3 mm untuk Fire Door (pintu tahan api) dan yang telah melalui pengujian dan dinyatakan memenuhi RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 11
2)
3)
persyaratan sebagai pintu tahan api oleh lembaga-lembaga pengujian dengan standar internasional antara lain Underwriters Laboratories (UL) dengan standar Amerika (ASTM), yaitu UL 10B. Dan ketebalan plat 2 mm untuk kusen pintu baja lainnya. b) Selain Fire Door, pada sekeliling kusen / threshold pada sisi bukaan pintu ditanam Magnetic Gasket Seal, yang berfungsi untuk meredam suara dan termal yang mengalir melalui celah pintu. c) Angkur baja 15 mm sebagai pengikat kusen ke kolom. d) Dilengkapi kotak pengaman baja untuk lidah lockcase dan stang flushbolt dari kotoran mortar. Daun pintu terbuat dari lembaran pelat baja (cold rolled steel sheet). 1. Ketebalan plat 1.5 mm untuk Fire door. Berbentuk Rebated Door dilengkapi dengan bibir pintu selebar 24 mm di sekeliling daun pintu yang merupakan satu kesatuan plat dengan plat permukaan pintu, sehingga permukaan pintu menjadi rata. Ketebalan daun pintu untuk seluruh tingkatan fire rating 1, 2 atau 3 jam adalah 55 mm. Bagian dalam daun pintu disi Rock Wool dengan density 110 kg/m3 sebagai isolator panas (sesuai DIN 4102 : Part 1), agar pada saat terjadi kebakaran, kenaikan suhu permukaan plat pintu pada sisi yang tidak terbakar tidak melebihi 450 oF (232oC) pada 30 menit pertama yang telah melalui pengujian dan dinyatakan memenuhi persyaratan sebagai pintu tahan api oleh lembagalembaga pengujian dengan standar internasional antara lain Underwriters Laboratories (UL) dengan standar Amerika (ASTM), yaitu UL 10B. Semua pintu fire door harus dilengkapi anti panic door system. 2. Ketebalan plat 0.8 mm untuk Steel door Doralux series dibuat dengan sistem penangkupan tanpa las sehingga permukaan pintu sangat rata dan kaku tanpa ada bekas las. Ketebalan daun pintu adalah 40 mm. Bagian dalam daun pintu disi Injection Polyurethane dengan kepadatan 33-35 kg/m 3 sebagai isolator suara dan panas 3. Angkur baja 15 mm sebagai pengikat kusen ke kolom. 4. Semua pintu metal harus di finishing dengan powder coating minimal 200 micron. Warna akan ditentukan kemudian. Perlengkapan pintu seperti engsel, flushbolt, handle dan lockset yang digunakan pada telah melalui pengujian dan dinyatakan memenuhi persyaratan tahan api oleh lembaga-lembaga pengujian dengan standar internasional antara lain Underwriters Laboratories (UL) dengan standar Amerika (ASTM), yaitu UL 10B.sebagai berikut : 1. Engsel BQ-H04 merek SIMONSWERK tipe KO 5-F/13, terbuat dari bahan baja digalbani dengan hardened steel axial ball bearing , dengan diameter knuckle 22 mm dan diameter security pin 14 mm, sistem pemasangan yaitu dilas pada sisi kusen maupun daun pintu. Sesuai dengan DIN 18082. Untuk Doralux menggunakan engsel tipe V 8087 N terbuat dari bahan baja digalvanized dengan hardened steel axial ball bearing ,
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 12
d.
dengan diameter knuckle 15 mm dan diameter pin 10 mm, sistem pemasangan yaitu dilas pada sisi kusen dan di-skrup pada sisi daun pintu. 2. Flushbolt merek GRIMM tipe P/N 5259, dipasang di daun pintu non-aktif pada pintu ganda dengan satu penguncian untuk menggerakkan stang ke atas dan bawah pintu. Flushbolt panic device untuk fire door menggunakan merk Corbin tipe PFS 200. 3. Handleset Fire Door menggunakan type Panic Bar Handle Corbin menggunakan setara Griff 7201.10-F1. Handleset Doralux menggunakan setara merk Griff 1205/2012-F1. 4. Lockcase Fire door menggunakan system anti panic dengan setara merk Griff 2202.X4R. 5. Cylinder menggunakan jenis yang dapat dibuat system masterkey untuk menjamin keamanan dan kepraktisan sesuai bagan organisasi. 4) Pabrikan Pabrik yeng membuat pintu-pintu diatas harus memiliki ISO minimal ISO 2001-2000. Pintu yang digunakan adalah yang setara dengan produk Bostinco, Atlantic, Jalena atau yang setara. Syarat-syarat Pelaksanaan 1. Pemasangan harus dilaksanakan oleh kontraktor yang mempunyai pengalaman khusus untuk pekerjaan ini dan mempunyai tenaga ahli yang berpengalaman. 2. Kontraktor harus mempunyai workshop lengkap dengan peralatan atau mesin-mesin khusus untuk pekerjaan ini. 3. Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor diwajibkan meneliti gambar-gambar yang ada dan kondisi di lapangan (ukuran dan lubang-lubang), detail-detail sesuai gambar sebelum difabrikasi. 4. Kontraktor wajib membuat shopdrawing (gambar detail pelaksanaan) berdasarkan gambar dokumen kontrak yang telah disesuaikan di lapangan. Di dalam shopdrawing harus memuat dan memperhatikan detail-detail pemasangan serta discripsi bahan dan accesorise yang dipakai dan semua data yang diperlukan termasuk keterangan produk, cara pemasangan atau detail-detail khusus yang tercakup secara lengkap sesuai dengan standar spesifikasi pabriknya. Gambar shop drawing harus dibuat dengan skala yang besar untuk mempermudah pemeriksaan. 5. Shopdrawing harus mendapat persetujuan dahulu oleh Direksi Lapangan/Pemberi Tugas/Perencana sebelum dilaksanakan. 6. Sebelum pemasangan, penimbunan bahan di tempat pekerjaan harus ditempatkan pada ruang/tempat yang terlindung dari cuaca dan bebas dari karat dan goresan. 7. Pemasangan di site dilakukan dengan menggunakan angkur pada kolom praktis yan dilas pada kusen dan dilakukan penyetelan mekanisme pintu langsung pada tempatnya. 8. Komponen pintu harus dipasang dalam struktur yang kaku sesuai dengan petunjuk pemasangan dari pabriknya.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 13
9.
Finishing pintu baja dan kusen dengan cat duco, warna akan ditentukan oleh Pemberi Tugas.
3.8. PEKERJAAN PINTU WOOD PANEL ENGINEERING a. LINGKUP PEKERJAAN Lingkup pekerjaan ini meliputi pengadaan daun pintu panel kayu dengan sisyem fabrikasi pabrik (Engineering Wood Panel) dengan finishing cat duco polyurethan. Semua pekerjaan daun pintu ini harus menggunakan ukur an sesuai dengan kondisi dilapangan. Semua lobang dan ukuran accesorise pintu sudah di sediakan dari pabrik.
1.
PERSIAPAN BAHAN & MATERIAL a. Material Kayu harus melewati proses Insect dan Vermin FREE (jamur dan kutu) b. Semua kayu harus di kiln dry (pengeringan) dengan kadar air / MC 6-8%.
2.
SPESIFIKASI PINTU a. Solid Engineering : Lumber Veneer Laminated (LVL), Particle Board dan dilapisi Medium Density Fiberboard (MDF) isi kayu Pinus b. Solid Engineering : Lumber Veneer Laminated (LVL), Particle Board dan dilapisi Medium Density Fiberboard (MDF) isi Honey Comb c. Solid Engineering : Lumber Veneer Laminated (LVL), Particle Board dan dilapisi Medium Density Fiberboard (MDF) type-1, isi Honey Comb untuk area basah, toilet, janitor dll d. Material Louvre, Grill/ Jalusi menggunakan kayu solid e. Semua pelobangan aksesories/ Ironmongeries (Engsel, Mortise Lock/handle) harus difabrikasi oleh mesin dipabrik (Numeric Controll) f. Pintu dan kusen harus difinishing dipabrik sebelum dikirim kelokasi proyek g. Model sesuai dengan gambar
3.
ADHESIVES/ LEM a. Menggunakan material yang ramah lingkungan, tidak mengandung formaldehyde (formalin) dan bahan lain yang membahayakan manusia
4.
FINISHING/ PEWARNAAN a. Cat tidak boleh mengandung xylene & toluene merupakan bahan carsiogenic yang membahayakan manusia/ lingkungan b. Warna pintu Putih dengan menggunakan DUCO Poly Urethane (PU) c. Pada area basah dan Area khusus pada posisi bawah harus diberikan perlakuan khusus dengan memberikan perlindungan terhadap air sekurangkurangnya 200mm dan tertutup cat.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 14
5.
STANDAR & DOKUMEN LEGAL a. Pintu kayu Fire Retardant (WDFR) harus ada sertifikasi (dilampirkan hasil ujinya) dengan kondisi minimal 30 menit SNI 1741 b. Pintu dan kusen kayu harus berdokumen dan legal SVLK dari pihak yang berwenang c. Menyertakan dokumen pendukung cat dan lem, Material Safety Data Sheet (MSDS) d. Menyertakan Japan Agricurture Standar (JAS)
6.
UJI KUALITAS PRODUK a. Bending Strenght / kekuatan hasil perekatan lem, sesuai standar JAS dengan metode Test JAS Type Two dan Cold Water Soak Test b. Tes Kembang Susut, bengkok dan Pecah. Menggunakan 2 metode test : 1. Test Hot & Cold Room 2. Test Hot Room
IV. PEKERJAAN KACA 4.1. KETERANGAN Pekerjaan kaca meliputi pengisian bidang-bidang kusen (kaca mati), daun pintu dan jendela, jendela bovenlicht. Contoh kaca yang akan dipakai harus diperlihatkan kepada Pengawas paling lambat 2 (dua) minggu sebelum dipasang. 4.2. BAHAN a. Kaca Polos& Warna. Kaca polos& Kaca Warna/ panasap harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI 15-0130 – 1987, seperti tipe Panasap, Indoflot buatan Asahimas atau yang setara. Ukuran dan ketebalan kaca sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.
b.
Kaca Tahan Panas/Tempered Glass. Kaca tahan panas harus terdiri dari float glass yang diperkeras dengan cara dipanaskan sampai temperatur sekitar 700ºC dan kemudian didinginkan secara mendadak dengan seprotan udar secar merata pada kedua permukaannya, seperti tipe Temperlite dari Asahimas atau yang setar. Ukuran dan ketebalan kaca sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.
c.
Kaca Es. Kaca es harus merupakan kaca jenis figured glass polos yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan Sii, seperti buatan Asahimas atau yang setar.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 15
Ukuran dan ketbalan kaca sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja. d.
Cermin. Cermin harus merupakan jenis clear mirror dengan ketebalan 5mm merata, tanpa cacat dan dari kualitas baik seperti Miralux dari adari Asahimas atau yang setara. Ukuran dan ketebalan cermin sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.
e.
Neoprene/Gasket. Neoprene/Gasket atau bahan sintetis lainnya yang setar untuk perlengkapan pemasangan kaca pada rangka alumunium. Dimennsi Neoprene/Gasket yang dibutuhkan disesuaikan dengan ketebalan kaca dan jenis profil alumunium yang digunakan.
4.3. PELAKSANAAN a. Umum. 1. Ukuran-ukuran kaca dan cermin yang tertera dalam Gambar Kerja adalah ukuran yang mendekati sesungguhnya. Ukuran kaca yang sebenarnya dan besarnya toleransi harus diukur ditempat oleh Kontraktor berdasarkan ukuran di tempat kaca atau cermin tersebut akan dipasang, atau menurut petunjuk dari Konsultan Pengawas, bila dikehendaki lain. 2. Setiap kaca harus tetap ditempeli merek pabrik yang menyatakan tipe kaca, ketebalan kaca dan kualitas kaca. Merek-merek tersebut baru boleh dilepas setelah mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas. 3. Semua bahan harus dipasang dengan rekomendasi dari pabrik. Pemasangan harus dilakukan oleh tukang-tukang yang ahli dalam bidang pekerjaannya.
b.
Pemasangan Kaca. 1. Sela dan Toleransi Pemotongan. Sela dan toleransi pemotongan sesuai ketentuan berikut : Sela bagian muka antara kaca dan rangka nominal 3mm. Sela bagian tepi antara kaca dan rangka nominal 6mm. Kedalaman celah minimal 16mm. Toleransi pemotongan maksimal untuk seluruh kaca adalah +3mm atau -1,5mm. Sela untuk Gasket harus ditambahkan sesuai dengan jenis gasket yang digunakan.
c.
Persiapan Permukaan. Sebelum kaca-kaca dipasang, daun pintu, daun jendela, bingkai partisi dan bagian-bagian lain yang akan diberikan kaca harus diperiksa bahwa mereka dapat bergerak dengan baik. Daun pintu dan daun jendela harus diamankan atau dalam keadaan terkunci atau tertutup sampai pekerjaan pemolesan dan pemasangan kaca selesai.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 16
Permukaan semua celah harus bersih dan kering dan dikerjakan sesuai petunjuk pabrik. Sebelum pelaksanaan, permukaan kaca harus bebas dari debu, lembab dan lapisan bahan kimia yang berasal dari pabrik.
d.
Neoprene/Gasket dan Seal. Setiap pemasangan kaca pada daun pintu dan jendela harus dilengkapi dengan Neoprene/Gasket yang sesuai. Neoprene/Gasket dipasang pada bilang antar kusen dengan daun pintu dan jendela, kusen dengan dinding yang berfungsi sebagai seal pada ruang yang dikondisikan.
e.
Pemasangan Cermin. Cermin harus dipasang lengkap dengan sekrup-sekrup kaca yang memiliki dop penutup stainless steel. Penempatan sekrup-sekrup harus sedemikian rupa sehingga cermin terpasang rata dan kokoh pada tempatnya seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
f.
Penggantian dan Pembersihan. Pada waktu penyerahan pekerjaan, semua kaca harus sudah dalam keadaan bersih, tidak ada lagi merek perusahaan, kotoran-kotoran dalam bentuk apapun. Semua kaca yang retak, pecah atau kurang baik harus diganti oleh Kontraktor tanpa tambahan biaya dari Pemilik Proyek.
V. PEKERJAAN SUN LOUVER SYSTEM 5.1. UMUM a. Reputasi Perusahaan Supplier Perusahaan yang melakukan supply material atau yang melakukan supply kepada dealer kepada haruslah perusahaan yang telah mempunyai reputasi baik khususnya pada material produk Arsitektural, dan telah eksis di Indonesia sekurang-kurang nya 10 tahun pada saat proyek ini dilaksanakan. 5.2. Dokumen Pendukung a. Sertifikat keaslian produk Produk yang disuplai harus dilengkapi dengan Surat Keterangan Keaslian Produk yang dikeluarkan oleh perusahaan pemegang merek (brand) untuk menjamin kualitas dan konsistensi material.
b.
Simulasi Perhitungan Bayangan (Shading) Penggunaan material sun louver ditujukan untuk menghasilkan bayangan (shading) pada sisi interior bangunan untuk menjamin kenyamanan penghuni. Pabrikan harus bisa memberikan simulasi perhitungan bayangan (shading) sesuai dengan arah orientasi bangunan yaitu Timur, Barat, Utara, dan Selatan yang telah disesuaikan dengan posisi atau letak lokasi bangunan berada.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 17
c.
d.
Wind Load chart Produk harus memiliki analisa kekuatan terhadap beban angin sebagai beban yang akan diterima/ditahan oleh sun louver, dibuktikan dengan adanya Grafik Beban Angin (Wind Load Chart). Surat Dukungan Pabrikan (Principle) Supplier atau dealer harus memberikan Surat Dukungan dari pihak pabrikan atau principle.
5.3. Lingkup Pekerjaan Meliputi penyediaan Sun Louverbeserta systemnya, persiapan tempat serta pemasangan Sun Louvre dan pemasangan panel Sun Louver sesuai dengan posisi dan sudut panel yang telah ditentukan. 5.4. Aturan Pemeliharaan Pabrikan harus mempunyai petunjuk pemeliharaan yaitu maintenance dan cleaning standard instructions untuk produk sun louver. 5.5. KUALIFIKASI PRODUK dan BAHAN a. Kualifikasi pabrikan 1) Kepemilikan Pabrik Pabrikan asal haruslah dipunyai/dimiliki oleh perusahaan yang sama dengan pemegang merek/brand/principle. Produk yang diproduksi oleh pabrikan berbeda kepemilikan dengan principle atau OEM (Original Equipment manufacturer) tidak diperkenankan.
2) Reputasi Pabrik Pabrikan haruslah pabrik yang mempunyai reputasi baik khususnya pada produk Arsitektural Sun Louver. 3) Sertifikat ISO Pabrikan asal (original principle factory) dimana material ini diproduksi haruslah memiliki system control mutu dan management yang baik, dengan dibuktikan mempunyai sertifikat ISO 9001 dan ISO 14001. b.
Material Louver Material Louver adalah material yang berbentuk khusus yaitu melengkung pada satu sisi, dapat dipasang dengan sudut tertentu untuk mendapatkan shading/bayangan optimal di interior bangunan.
c.
Spesifikasi Panel Louver: - lebar material adalah 308 mm (arch length) - tinggi panel termasuk frame louver adalah 57 mm - ukuran lebar modul adalah 300 mm. - panjang panel louver adalah 3000 mm - mampu menahan wind load 1000 N/m2 - panel louver dipasang dengan sudut tertentu terhadap tegak lurus bidang façade bangunan, sehingga menghasilkan shading optimal pada interior bangunan.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 18
d.
Material exterior skin finishes Material exterior skin finishes adalah material kulit (skin) panel louver yang terlihat pada sisi luar panel, yang dapat diberi warna (painted), dan harus memiliki spesifikasi sebagai berikut: - Material Aluminium sheet AA 3005 AL dengan ketebalan 1.0 mm. - Material terpotong rapi dan bagus langsung dari pabrikan.
e.
Spesifikasi painting Material exterior skin panel louver, harus di-painting jenis LUXACOTE ® dengan spesifikasi teknis sebagai berikut:
Characteristic Coating thickness Gloss Gloss variation within 1 delivery Color difference compared to standard Color variation within 1 delivery Flexibility
Adhesion
Pencil hardness Durability Corrosion resistance Salt acetic acid spray test Salt spray test
Standard EN 13523-1,ISO 2360 EN 13523-2,ISO 2813 EN 13523-2,ISO 2813
Specification 24-32 microns 28±5 units ±3 units
EN 13523-3,ISO 7724
△
E<2 units
EN 13523-3,ISO 7724
△
E<0.7
EN 13523-7,ISO 1519
Depends on chosen aluminum and required profile Cross-cut test:Class 0
EN 13523-5 ,ISO 6272 EN 13523-7 ,ISO 1519 ISO 2409 EN 13523-4 ASTM D 3363 EN 1396,EN 13523-19 EN 1396,EN 13523-19 EN 13523-9,ISO 4628/2 ISO 7253
≥HB Highest category Highest category 11000 hours. Undercreep and blistering max. S2 or S3 Test too mild for aluminum
- Sample warna wajib diberikan sebagai material approval, disertai dengan sertifikat pengujian yang memenuhi spesifikasi teknis di atas. a.
Material extrusion frame sebagai penyokong utama panel louver. - Aluminium extrusion frame harus memiliki ketebalan minimal 1.8 mm. - Aluminium extrusion frame haruslah dalam bentuk utuh memanjang sesuai yang disyaratkan tanpa cacat ataupun sambungan.
b.
Material Aksesoris - Axle , terbuat dari stainless steel diameter 16mm atau 5/8 inch panjang 80-100mm salah satu ujungnya ada lubang drat sedalam minimal 30mm untuk lubang baut M10 - Axle lock dan bearing block terbuat dari bahan Nylon (PA6.6). - End cap dengan tebal minimal 2mm dan driving endcap dengan tebal minimal 3mm terbuat dari bahan aluminum
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 19
- Endacap Connector, terbuat dari stainless steel diameter 16mm atau 5/8 inch panjang 40mm, dibagian tengah ada lubang diameter 12mm atau ½ inch dan disalah satu ujungnya diperkecil 10mm ada lubang drat baut M8 - Rod, terbuat dari stainless steel diameter 12mm atau ½ inch - fixation screw, songket screw, mur dan baut (bolt and nut) terbuat dari bahan stainless steel.
c.
Material Aksesoris penggerak - Manual Gearbox yang mempunyai cover dari Aluminum, untuk menggerakan Fin diperlukan control langsung oleh user dengan cara memutar tuas - Remote Terdapat empat komponen utama yakni actuator, control box, receiver dan remote Pada pekerjaan sun screen di pekerjaan ini adalah menggunakan type manual.
5.6. PELAKSANAAN PEKERJAAN
a.
Persiapan Pekerjaan 1) Kontraktor/Supplier harus menyerahkan Gambar Rencana Pembuatan / Shop drawing kepada pengawas untuk persetujuannya sebelum memulai pekerjaan pemasangan sun louver Panel. 2) Kontraktor/Supplier harus menyerahkan contoh material dan contoh warna sesuai spesifikasi tipe painting kepada Pengawas untuk persetujuannya. 3) Kontraktor/Supplier harus memberikan data pendukung seperti wind load chart, dan simulasi perhitungan shading. 4) Kontraktor/Supplier harus memberikan metode kerja pemasangan panel sun louver standar sesuai rekomendasi pabrikan.
b)
Pengiriman dan Penyimpanan dan Penanganan Material 1) Pengiriman material harus dilakukan dengan memastikan kondisi panel dapat tiba di lokasi proyek dengan kondisi baik. 2) Penyimpanan bahan sun louver, rangka dan material lain ditempat pekerjaan harus diletakkan pada ruang/ tempat dengan sirkulasi udara yang baik, kering dan tidak lembab serta tidak terkena cuaca langsung. 3) Dalam penyimpanan, material harus diberikan pelindung dari kemungkinan goncangan, tumbukan, kontak dengan material lain yang dapat menyebabkan cacat. 4) Material tidak boleh terkena dengan tanah, lantai yang basah, tergenang air, ataupun lembab, yang dapat menyebabkan proses oksidasi.
c)
Pemasangan 1) Kondisi kulit/façade bangunan sebelum pemasangan harus benar-benar kering dan bebas dari semua bahan / alat bantu pengecoran (plastik, kain, dsb). 2) Struktur rangka harus telah dihitung oleh ahli struktur untuk mendapatkan dimensi profile, ukuran, dan pengkaku yang sesuai.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 20
3) Pemasangan struktur rangka disesuaikan perhitungan terhadap kondisi beban angin (wind load), beban sendiri panel, serta beban sementara lainnya selama pekerjaan berlangsung dan juga ukuran modul panel yang diinginkan. 4) Pemasangan rangka dilakukan dengan benar dan kuat pada struktur bangunan beton dengan menggunakan anchor system, tanpa mengurangi kekuatan struktur bangunan itu sendiri. 5) Pemasangan struktur rangka dikerjakan secara bertahap, harus terpasang rata, lurus waterpass dan tidak bergelombang. 6) Pemasangan sun louver panel dimulai ketika pekerjaan struktur rangka telah selesai untuk menghindari terjadinya tumbukan kepada panel louver yang dapat menyebabkan cacat. 7) Setelah pemasangan struktur rangka selesai, untuk pemasangan sun louver panel dikerjakan secara bertahap, dengan jarak antar panel sun louvre mengikuti gambar perencanaan, harus terpasang rata, lurus waterpass dan tidak bergelombang.Dimana harus center to center as-nya dan tidak miring. 8) Pemasangan sun louver panel harus benar dan kokoh dengan menggunakan sistem yang sudah ditentukan, untuk mencegah terjadinya getaran. 9) Laminasi pelindung panel, dilepas setelah dipastikan bahwa tidak ada lagi pekerjaan yang dilakukan terhadap area tersebut. 10) Jika ditemukan kotoran, debu, yang melekat pada panel, maka panel harus dibersihkan dengan cairan pembersih tipe non-solvent, nonabrasive dan pH netral.
VI. PEKERJAAN ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI 6.1.
KETERANGAN Semua daun pintu dan jendela dipasangi alat penggantung dan kunci yang sesuai. Pekerjaan alat penggantung dan pengunci ini mencakup semua kegiatan pemasangan kunci dan alat-alat penggantung pada daun pintu dan jendela, meliputi pengadaan bahan, tenaga dan peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan ini. PROSEDUR UMUM : a. Contoh Contoh bahan beserta data teknis/brosur bahan alat penggantung dan pengunci yang akan dipakai harus diserahkan kepada Konsultan Pengawasuntuk disetujui, sebelum dibawa kelokasi proyek.
b.
Pengiriman dan Penyimpanan Alat penggantung dan pengunci harus dikirim kepada Konsultan Pengawasan ke lokasi proyek dalam kemasan asli dari pabrik pembuatannya, tiap alat harus dibungkus rapi dan masing-masing dikemas dalam kotak yang masih utuh lengkap dengan nama pabrik dan mereknya. Semua alat harus disimpan dalam tempat yang kering dan terlindung dari kerusakan.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 21
c.
Ketidaksesuaian. Konsultan Pengawasberhak menolak bahan maupun pekerjaan yang tidak memenuhi persyaratan dan Kontraktor harus menggantinya dengan yang sesuai. Segala hal yang diakibatkan karena hal di atas menjadi tanggung jawab Kontraktor.
6.2. BAHAN a. Umum Semua bahan/alat yang tertulis dibawah ini harus seluruhnya baru, kualitas baik, buatan pabrik yang dikenal dan disetujui. Semua bahan harus anti karat untuk semua tempat yang memiliki nilai kelembapan lebih dari 70%. Kecuali ditentukan lain, semua alat penggantung dan pengunci yang didatangkan harus sesuai dengan tipe-tipe tersebut dibawah.
b.
Alat Penggantung dan Pengunci. Rangka Bagian Dalam. 1. Umum. Kunci untuk semua pintu luar dan dalam harus sama atau setara dengan merek Kend, Dekkson atau solid. 2. Semua kunci harus terdiri dari : - Kunci tipe silinder dengan dua kali putar yang terbuat dari bahan kuningan atau Nikel stainless steel SUS 304, dengan 3 (tiga) buah anak kunci. - Handle/pegangan bentuk gagang atau kenop diatas plat yang terbuat dari bahan Nikel stainless steel dan finishing stainless steel hair line SUS 304. - Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang terbuat dari bahan baja lapis seng stainless steel hair line dengan jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau alumunium), yang dilengkapi dengan lidah siang (latch bolt), lidah malam (dead bolt), lubang silinder, face plate, lubang untuk pegangan pintu dan dilengkapi strike plate. 3. Engsel. - Kecuali ditentukan lain, engsel untuk daun pintu kayu dan alumunium tipe ayun dengan bukaan satu arah, harus dari tipe kupu-kupu berukuran 102mm x 76mm x 3mm dengan ball bearings setara produk dari Kend, Dekkson SUS 304, Solid - Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel kupu-kupu, engsel untuk semua jendela harus dari tipe friction stay 20 ” dari ukuran yang sesuai dengan ukuran dan berat jendela. - Engsel tipe kupu-kupu untuk jendela harus berukuran 76mm x 64mm x 2mm. - Ketentuan Bahan dan finishing engsel adalah dari bahan Nikel Stainless steel dengan finish stainless steel hair line. 4. Hak Angin. Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu produkKent,Dekkson atau yang setara yang disetujui.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 22
5. Pengunci Jendela. Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel atau tipe friction stay menggunakan jenis rambuncis. 6. Grendel Tanam/Flush bolt. Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam atas bawah yang sesuai atau setara dengan produk Kent, Dekkson atau IHS. 7. Penahan Pintu ( Door Stop). Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu dengan dinding produkKent, Dekson atau IHS, pemasangan dilantai seperti atau setara. 8. Pull Handle Pegangan pintu yang memakai floor hing atau semi frame less menggunakan handle buka model hollow panjang 900 mm bahan Nikel Stainless steel SUS 304 dengan finish stainless steel hair line, setara produk Kent, Dekkson atau IHS 9. Lever Handle Pegangan kunci pintu yang memakai engsel kupu-kupu menggunakan handle setara produk Kent, Deksonatau IHS. Untuk pintu toilet dan KM menggunakan handle pada sisi luarnya saja sedangkan bagian dalam menggunakan pull dan kunci putarsaja. Untuk Kunci pintu type SHF menggunakan type bulat/lingkaran 10. Warna/Lapisan. Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna stainless steel hair line, kecuali bila ditentukan lain. 6.3.
PELAKSANAAN PEKERJAAN a. Umum. Pemasangan semua alat penggantung dan pengunci harus sesuai dengan persyaratan serta sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuatnya. Semua peralatan tersebut harus terpasang dengan kokoh dan rapih pada tempatnya, untuk menjamin kekuatan serta kesempurnaan fungsinya. Setiap daun jendela dipasangkan ke kusen dengan menggunakan 2 (dua) buah engsel type friction stay dan harus dilengkapi dengan 1 (satu) buah alat pengunci/window lock yang memiliki pegangan. Semua pintu dipasangkan ke kusen dengan menggunakan 3 (tiga) buah engsel, Untuk pemasangan engsel ke kusen Alumunium harus diberi closer dari kayu tebal min 3 cm x panjang kusen yang kuat dan dari kayu bermutu baik (Kamper atau Jati) yang dipasang di balik atau di dalam kusen Alumunium. Semua pintu memakai kunci pintu lengkap dengan badan kunci, silinder, handle /pelat. Engsel bagian atas untuk pintu kaca menggunakan pin yang bersatu dengan bingkai bawah pemegang pintu kaca.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 23
Lubang untuk pemasangan kunci dan engsel harus dibuat persis dan tidak boleh longgar. Semua alat kunci harus dipasang dengan sekrup secara lengkap
b. Pemasangan Pintu. Kunci pintu dipasang pada ketinggalan 1000mm dari lantai. Pemasangan engsel atas berjarak maksimal 120mm dari tepi atas daun pintu dan engsel bawah berjarak maksimal 250mm dari tepi bawah daun pintu, sedang engsel tengah dipasang diantar kedua engsel tersebut. Semua pintu memakai kunci tanam lengkap dengan pegangan (handle), pelat penutup muka dan pelat kunci. Pada pintu yang terdiri dari dua daun pintu, salah satunya harus dipasang slot tanam sebagaimana mestinya, kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar Kerja. c.
Pemasangan Jendela. Daun jendela dengan engsel tipe kupu-kupu dipasangkan ke kusen dengan menggunakan engsel dan dilengkapi hak angin, dengan cara pemasangan sesuai petunjuk dari pabrik pembuatnya dalam Gambar Kerja. Daun jendela tidak berengsel dipasangkan ke kusen dengan menggunakan friction stay yang merangkap sebagai hak angin, dengan cara pemasangan sesuai petunjuk dari pabrik pembuatnya. Penempatan engsel harus sesuai dengan arah buakaan jendela yang diinginkan seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja, dan setiap jendela harus dilengkapi dengan sebuah pengunci.
d.
Perlengkapan lain 1. Door closer : eks Solid, Dekson atau Kent 2. Floor Hing : eks Dorma, Dekson, Kent atau GEZE (BTS 84) 3. Gasket Ketentuan pemasangan gasket pada pintu adalah sebagai berikut : Airtight Fireproof Smokeproof Soundproof Weatherproof 4. Dust Strike Tipe Dust Strike yang digunakan adalah : Glynn Johnson DP2 Type lantai/threshold Modrtz Untuk lantai marmer
Semua perlengkapan yang akan dipakai harus diberikan contohnya terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui bersama dengan Konsultan Perencana.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 24
VII. PEKERJAAN BESI / BAJA a.
KETERANGAN Pekerjaan ini mencakup semua pembuatan dan pemasangan pipa besi dan baja, seperti yang tercantum dalam gambar dan RKS, meliputi pengadaan bahan, tenaga kerja dan peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan ini. Pekerjaan ini mencakup antara lain : a. Railing : Tangga Darurat, Tangga Utama, Parapet Ramp Dan Area Dengan Jendela Curtain Wall dan Balkon serta Roof Garden. Standar / Rujukan: American Society for Testing and Materials (ASTM) o American Welding Society (AWS) o American Institute of Steel Construction (AISC) o American National Standard Institute (ANSI) o o Standar Nasional Indonesia (SNI) : SNI 03-1729-2002 – Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung.
b.
BAHAN a. Mutu pipa yang digunakan adalah mild steel yang memenuhi persyaratan ASTM A-36 Bahan-bahan pelengkap harus dari jenis yang sama dengan barang yang dipasangkan dan yang paling cocok untuk maksud yang bersangkutan. b. Railing tangga utama, menggunakan pipa stainles steel 3” dan pipa hollow steinless 20 x 50 mm dan 30 x 50 mm produk Bakri atau yang setara. Railing tangga darurat menggunakan pipa BSP 2,5” produk Bakri atau yang setara finish cat duco. c. Railing Balkon dan Roof Garden menggunakan pipa Hollow ukuran 50 mmdan 20 mm x 40mmtebal 1.2 mm finish cat duco.
Semua kelengkapan yang perlu demi kesempurnaan pemasangan harus diadakan, walaupun tidak secara khusus diperlihatkan dalam gambar atau RKS ini. c.
PELAKSANAAN a. Contoh bahan-bahan yang akan dipakai harus diperlihatkan kepada Pengawas untuk disetujui. Contoh itu harus memperlihatkan kualitas pengelasan dan penghalusan untuk standar dalam pekerjaan ini. b. Pengerjaan harus yang sebaik-baiknya. Semua pengerjaan harus diselesaikan bebas dari puntiran, tekukan dan hubungan terbuka. c. Pengerjaan di bengkel ataupun di lapangan harus mendapat persetujuan Pengawas. Semua pengelasan, kecuali ditunjukkan lain, harus memakai las listrik. Tenaga kerja yang melakukan hal ini harus benar-benar ahli dan berpengalaman. d. Semua bagian yang dilas harus diratakan dan difinish sehingga sama dengan permukaan sekitarnya. Bila memakai pengikat-pengikat lain seperti clipkeling dan lain-lain yang tampak harus sama dalam finish dan warna dengan bahan yang diikatnya.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 25
e. Penyambungan dengan baut harus dilakukan dengan cara terbaik yang sesuai dengan maksudnya termasuk perlengkapannya. Lubang-lubang untuk baut harus dibor dan di- punch. f. Pemasangan (penyambungan dan pemasangan accesorise) harus dilakukan oleh tukang yang ahli dan berpengalaman. Semua railling tangga utama harus terbungkus crome/stainles steel kecuali disebutkan lain. g. Semua untuk pekerjaan ini harus mengacu pada gambar rencana, kecuali ditentukan lain.
VIII. PEKERJAAN LANGIT-LANGIT 8.1. KETERANGAN Pekerjaan ini mencakup pembuatan dan pemasangan langit-langit dengan berbagai bahan penutup langit-langit (gypsum panel, gypsum tile dan calsiboard) sesuai dengan gambar dan RKS, meliputi penyediaan alat, bahan dan tenaga untuk keperluan pekerjaan ini. Pekerjaan langit-langit / plafon disini adalah dengan full system dalam arti seluruh rangka dan panel penutupnya adalah satu pabrikan dan satu system desainnya. Dalam pelaksanaannya dari produk yang dipakai harus bersedia menyediakan tenaga supervise teknis dari principal. 8.2. BAHAN a. Bahan yang dipakai pada pekerjaan ini adalah panel gypsum standart 9mm sesuai pada gambar perencanaan, produk Jaya Board, Knauff, atau setara. Papan gipsum harus dari tipe standar yang memenuhi ketentuan AS 2588, BS 1230 atau ASTM C 36. b. Calsium Cilicat 6mm untuk plafon ruang, teritisan atap bagian luar dan daerah basah atau sesuai dengan finishing schedule. Bahan terpasang harus dalam keadaan utuh, kuat, permukaan rata dan tanpa cacat lainnya. c. Rangka plafond menggunakan sistem metal furing chanel terbuat dari bahan galvalume tebal 0,55 mm, full system sesuai gambar rancangan pelaksanaan produk Boral, Knauff atau setara. d. Gypsumboard9mm untuk plafon ruangandengan finishing sesuai scedule yang telah ditentukan. Bahan terpasang harus dalam keadaan utuh, kuat, permukaan rata dan tanpa cacat lainnya. 8.3. PELAKSANAAN a. Rangka penggantung dipasang berjarak maksimum 120 cm sesuai gambar rancangan sedangkan untuk rangka pembagi berjarak 40 cm untuk papan gypsum 9 mm dan 60 cm untuk papan gypsum 12mm sesuai persyaratan teknis dari pabrik dan gambar rancangan pelaksanaan b. Pemasangan paku atau sekrup harus diberi jarak 10 mm (minimal) dan maksimal 16 mm dari pinggir bahan penutup. Jarak antara paku sekrup pada bagian tepi gypsum berjarak 20 cm sedangkan pada bagian tengah penutup langit-langit jarak antara paku sekrup adalah 30 cm.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 26
c.
d.
e. f. g.
h. i.
Sambungan pada pemasangan penutup langit-langit antara satu dengan lainnya adalah serapat mungkin tanpa jarak yang pemasangannya dilakukan zig zag. Untuk mendapatkan hasil permukaan yang benar-benar rata pada setiap sambungan harus dilapisi dengan base bond dan paper tape dari produk yang sama dengan papan penutup langit-langit dengan lubang dan garis tengah pelaksanaan sesuai brosur petunjuk. Untuk pekerjaan plafond dengan menggunakan gypsum datar tanpa nat, tebal minimal 9 mm produksi Jaya Board atau setara. Pemasangan penutup langit-langit harus ditimbang rata air agar mendapatkan permukaan yang benar rata. List langit-langit dipasang pada setiap permukaan antara dinding dan plafond dengan cara pemasangan menggunakan paku atau sekrup sedemikian rupa sehingga pangkal paku atau sekrup dapat masuk ke dalam bahan penutup langit-langit. Lubang bekas paku atau sekrup harus ditutup dengan plamir/compound dari bahan gypsum sampai tak terlihat bekas lubang. Langit-langit tanpa penutup/exposed beton di ruang-ruang yang tidak tertutup harus dirapikan. Pemasangan Calsiboard Langit – langit Calsiboard dipaku atau disekrup pada rangka plafond dengan hati – hati, menggunakan paku baut eternit yang cukup jumlahnya. Letak paku – paku tersebut harus diatur dan beraturan jaraknya. Permukaan seluruh bidang langit – langit Calsiboard harus datar air / waterpass tanpa nat. Pertemuan langit – langit dengan dinding tidak bercelah. Langit – langit Calsiboard dicat emultion dengan warna yang ditetapkan oleh Konsultan Perencana. Pekerjaan ini mencakup pembuatan dan pemasangan langit-langit dengan berbagai bahan penutup langit-langit sesuai dengan gambar dan RKS, meliputi penyediaan alat, bahan dan tenaga untuk keperluan pekerjaan ini.
IX.
PEKERJAAN PELAPISAN DINDING 9.1. KETERANGAN Pekerjaan ini mencakup pemasangan pelapis dinding ruangan-ruangan dalam bangunan sesuai dengan gambar pelaksanaan dan RKS ini, meliputi penyediaan alat, bahan dan tenaga untuk keperluan pekerjaan ini. Ruangan yang dilapisi keramik sesuai dengan gambar dan schedule finishing. 9.2. BAHAN a. Keramik Keramik untuk Lantai area basah dan outdoor menggunakan jenis yang tidak licin (unpolish atau rocktile) dan Pelapis dinding untuk kamar mandi / area basah menggunankan polish dan untuk dinding area luar menggunakan unpolish dengan motif alam dan semua ukuran disesuaikan dalam gambar perencanaan. Product yang dipakai buatan dalam negeri
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 27
produksi Roman, Platinum atau Asia Tile, Bahan yang didatangkan harus dalam keadaan baik, utuh kuat, tanpa cacat. Keramik yang didatangkan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. b.
Homogenous Tile Homogenous Tile untuk lapisan dinding garda lift, dinding Facade dan toilet tertentu disesuai gambar yang telah ditentukan adalah dari bahan keramik solid / homegenous dari kualitas baik / KW I produk dari Venus, Niro Granite , Monalisa atau setara. Ukuran 60 x 60 cm, 30x60 cm atau sesuai gambar. Bahan yang didatangkan harus dalam keadaan baik, utuh kuat, tanpa cacat. Keramik yang didatangkan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
c.
Hospital Plin Hospital Plin adalah plin yang bersudut lengkung minimal R. 5cm terbuat dari material Homogenous atau syntetis/marbelproduk granito atau aldas dengan ukuran ± 8 x 20 atau 8 x 40 cm. Pelaksanaan pemasangan harus sesuai dengan gambar perencanaan dan dipasang pada ruang-ruang sesuai dengan yang tertuang dalam finishing schedule.
9.3. PELAKSANAAN a. Pemasangan keramik Pemasangan keramik dinding sebaiknya pada tahap akhir, untuk menghindari kerusakan akibat pekerjaan yang belum selesai. Permukaan dinding yang akan dipasang keramik harus bersih, cukup kering dan rata air. Tentukan tulangan dengan mempertimbangkan tata letak ruangan dinding yang ada. Pemasangan keramik dinding dimulai dari tulangan ini. Sebelum dipasang, keramik dinding agar direndam dalam air terlebih dahulu. Setiap jalur pemasangan sebaiknya ditarik benang dan rata air. Adukan semen untuk pemasangan keramik harus penuh, baik permukaan dasar maupun di badan belakang keramik dinding yang terpasang. Perbandingan adukan dan ketebalan rata – rata yang dianjurkan adalah Semen : Pasir = 1 : 4, dengan ketebalan rata – rata 2,0 cm. Lebar nat yang dianjurkan untuk dinding adalah 2 mm, dengan campuran pengisi nat (Grout) bahan khusus AM 50. Bagi area yang luas dianjurkan untuk diberi expansion joint. Khusus untuk dinding luar, harap diberi tali air per jarak tertentu dengan mempertimbangkan desainnya, agar tidak menerima beban terlalu berat. Bersihkan segera bekas adukan dari permukaan keramik, dapat digunakan bahan pembersih yang ada di pasar dengan kadar asam tidak lebih dari 5 %, setelah itu segera bersihkan dengan air bersih. Karena sifat alamiah dari produk keramik, yang disebabkan proses pembakaran pada temperatur tinggi, dapat terjadi perbedaan warna dan ukuran, untuk ini periksa dan pastikan keramik dinding yang akan dipasang mempunyai seri dan golongan ukuran yang sama.
Plesteran dinding untuk pasangan keramik harus benar-benar rata dan cukup kering. Keramik dipasang secara teliti dan rapi. Pemotongan ubin keramik harus menggunakan alat pemotong khusus. Lebar dan kedalaman RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 28
siar-siar harus sama (maksimal 3 mm untuk dinding keramik dan 1 mm untuk dinding granit) dan siar harus membentuk garis-garis lurus. Siar-siar itu diisi dengan bahan pengisi warna (grout semen berwarna), sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas. Dinding keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda/kotoran yang melekat sehingga benar-benar bersih, warnanya tidak kusam. Semua pemasangan dinding keramik dipasang rata dengan plesteran dinding yang tidak dilapis keramik. b.
Hospital Plin Pemasangan hospital plit dipasang rata dengan dinding dan lantai dengan lokasi pemasangan sesuai dengan finishing schedule yang telah ditentukan. Pemasangan dan penyambungan nat pada pemasangan hospital plin harus searah dan mengikuti nat lantai dan atau dinding keramik. Sebelum dipasang, hospital plin agar direndam dalam air terlebih dahulu. Setiap jalur pemasangan sebaiknya ditarik benang dan rata air. Adukan semen untuk pemasangan harus penuh, baik permukaan dasar maupun di badan belakang hospital plinterhadap dinding yang terpasang. Perbandingan adukan dan ketebalan rata – rata yang dianjurkan adalah Semen : Pasir = 1 : 4, dengan ketebalan rata – rata 2,0 cm. Lebar nat yang dianjurkan untuk dinding adalah max 2 mm, dengan campuran pengisi nat (Grout) bahan khusus AM 50. Bersihkan segera bekas adukan dari permukaan, dapat digunakan bahan pembersih yang ada di pasar dengan kadar asam tidak lebih dari 5 %, setelah itu segera bersihkan dengan air bersih. Karena sifat alamiah dari produk keramik, yang disebabkan proses pembakaran pada temperatur tinggi, dapat terjadi perbedaan warna dan ukuran, untuk ini periksa dan pastikan keramik dinding yang akan dipasang mempunyai seri dan golongan ukuran yang sama. Hospital plin dipasang secara teliti dan rapi. Pemotongan harus menggunakan alat pemotong khusus. Semua pemasangan pelapis dinding dipasang rata dengan plesteran dinding yang tidak dilapis keramik.
c.
Pemasangan border keramik Bahan yang terpasang harus dalam keadaan baik, utuh dan rapi. Untuk border keramik dipasang sesuai lebar keramik atau tepat di atas keramik dinding terpasang. Nat/siar harus lurus vertikal atau horisontal dengan keramik ukuran 20 x 25 atau 20 x 20. atau sesuai dengan gambar rencana. Warna dan motif border keramik akan ditentukan kemudian setelah mendapat persetujuan dari konsultan perencana dan Pemberi Tugas. Setelah terpasang segera dibersihkan dari segala kotoran atau noda yang menempel.
X. PEKERJAAN PENUTUP LANTAI 10.1.
KETERANGAN Bagian ini mencakup semua pekerjaan penutup lantai dalam bangunan dan teras-teras termasuk plin dan tangga, seperti yang tercantum dalam gambar
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 29
dan RKS, meliputi penyediaan bahan, tenaga dan peralatan untuk pekerjaan ini. Pengiriman ubin ke lokasi proyek harus terbungkus dalam kemasan pabrik yang belum dibuka dan dilindungi dengan label/merek dagang yang utuh dan jelas. Kontraktor wajib menyediakan cadangan secukupnya dari keseluruhan bahan terpasang untuk diserahkan kepada Pemilik Proyek. 10.2.
BAHAN a. Ubin penutup lantai yang dipakai ukuran 60 x 60, dari jenis Homogeneous Tile yang mempunyai specifikasi minimal sbb :
No 1
b. c.
d.
10.3.
Ukuran Tile 60 x 60
Uraian Tebal ± 9 mm Panjang x Lebar Kuat Tekan Kuat Gesekan Daya Serap Air Ketahanan Zat Kimia
Toleransi ±5% ±0,5 % Min K-500 ≤175 mm3 ≤0,5 % Kimia Sedang
Ubin penutup lantai yang dipakai adalah jenis keramic ukuran 40 x 40 dan 20 x 20 Semua bahan Homogenous Tile dan Keramic Tile diutamakan buatan dalam negeri setara produk Venus, Niro Granite, Monalisa Roman, Centro, Platinum atau Asia Tile. Corak dan warna Homogenous & Keramic Tile akan ditetapkan kemudian oleh owner dan Konsultan Perencana. Sebelum homogeneus tile dan keramic dibawa ke tempat pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan contoh dan katalog/persyaratan specifikasi teknis dari pabrik pembuat kepada Pengawas untuk memperoleh persetujuan. Semua keramik dan Homogeneous Tile/Granit Tile yang akan diipakai harus berada dalam kotak aslinya. Ubin-ubin yang akan dipasang harus mulus, bagian tepi tidak cacat, presisi, rata dan bebas cacat apapun.
PELAKSANAAN a. Pemasangan lantai keramik dan homogeneus tile Pemasangan keramik lantai sebaiknya pada tahap akhir, untuk menghindari kerusakan akibat pekerjaan yang belum selesai. Permukaan lantai yang akan dipasang keramik maupun Homogeneous Tile/Granit Tile harus bersih, cukup kering dan rata air. Tentukan tulangan/kepalaan dengan mempertimbangkan tata letak ruangan / lantai yang ada. Pemasangan keramik lantai dimulai dari tulangan ini. Sebelum dipasang, keramik lantai agar direndam dalam air terlebih dahulu. Setiap jalur pemasangan sebaiknya ditarik benang dan rata air. Adukan semen untuk
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 30
pemasangan keramik harus penuh, baik permukaan dasar maupun di badan belakang keramik lantai yang terpasang. Perbandingan adukan dan ketebalan rata – rata yang dianjurkan adalah Semen : Pasir = 1 : 4, dengan ketebalan rata – rata 2 - 4 cm. Lebar nat yang dianjurkan untuk lantai adalah 2 - 3 mm kecuali untuk keramik type cuting dan homogeneustile lebar nat maximum adalah 2mm, dengan campuran pengisi nat (Grout ) bahan khusus AM 50 dengan warna sama dengan penutup lantaiyang dipasang. Bagi area yang luas dianjurkan untuk diberi expansionjoint . Bersihkan segera bekas adukan dari permukaan keramik, dapat digunakan bahan pembersih yang ada di pasar dengan kadar asam tidak lebih dari 5 %, setelah itu segera bersihkan dengan air bersih. Karena sifat alamiah dari produk keramik, yang disebabkan proses pembakaran pada temperatur tinggi, dapat terjadi perbedaan warna dan ukuran, untuk ini periksa dan pastikan keramik lantai yang akan dipasang mempunyai seri dan golongan ukuran yang sama. b.
XI.
Pemasangan Pekerjaan ini harus dilakukan dengan serapi-rapinya oleh tukang yang benar-benar ahli dan berpengalaman, sesuai dengan petunjuk pabrik bahan yang bersangkutan.
PEKERJAAN PENGECATAN 11.1.
KETERANGAN Pekerjaan ini mencakup semua pekerjaan yang berhubungan dan seharusnya dilaksanakan dalam pengecatan dengan bahan-bahan cat emulsi, cat enamel, milamin sending sealer, cat dasar, pendempulan, baik yang dilaksanakan sebagai pekerjaan permulaan, ditengah-tengah dan cat akhir. Yang dicat adalah semua permukaan baja/besi, kayu, plesteran tembok dan beton, dan permukaan-permukaan lain yang disebut dalam gambar dan RKS. Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, tenaga dan semua peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan ini. STANDAR / RUJUKAN PUBB 1973 NI-3. Steel Structures Painting Council (SSPC). Swedish Standard Institution (SIS). British Standard (BS). Petunjuk pelaksanaan dari pabrik pembuat.
11.2.
BAHAN a. Umum. 1. Cat harus dalam kaleng/kemasan yang masih tertutup patri/segel, dan masih jelas menunjukkan nama/merek dagang, nomor formula atau Spesifikasi cat, nomor takaran pabrik, warna, tanggal pembuatan pabrikpetunjuk dari pabrik dan nama pabrik pembuat, yang semuanya harus masih absah pada saat pemakaiannya. Semua bahan harus sesuai dengan Spesifikasi yang disyaratkan pada daftar cat.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 31
Pemakaian bahan-bahan pengering atau bahan-bahan lainnya tanpa persetujuan Pengawas tidak diperbolehkan. Selambat-lambatnya sebulan sebelum pekerjaan pengecatan dimulai, Kontraktor harus mengajukan daftar tertulis dari semua bahan yang akan dipakai untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas. Konsultan Pengawasberhak menguji contoh-contoh sebelum memberikan persetujuan. Untuk menetapkan suatu standar kualitas, disyaratkan bahwa semua cat yang dipakai harus berdasarkan/mengambil acuan pada cat-cat hasil produksi Mowilex, Dulux, Propan, Jotun Paint. b. Cat Dasar. Cat dasar yang digunakan harus sesuai dengan daftar berikut atau setara : - Water-based sealer untuk permukaan pelesteran, beton, papan gipsum dan panel kalsium silikat. - Masonry sealer untuk permukaan pelesteran yang akan menerima cat akhir berbahan dasar minyak. - Wood primer sealer untuk permukaan kayu yang akan menerima cat akhir berbahan dasar minyak. - Solvent-based anti-corrosive zinc cho mate untuk permukaan besi/baja. c. Undercoat. Undercoat digunakan untuk permukaan bidang baru yang belum pernah dicat sebelumnya. d. Cat Akhir. Cat akhir yang digunakan harus sesuai dengan daftar berikut, atau yang setar : - Emulsion untuk permukaan interior pelesteran, beton, papan gipsum dan panel kalsium silikat. - Emulsion khusus untuk permukaan eksterior pelesteran, beton, papan gipsum dan panel kalsium silikat. - High quality solvet-based high quality gloss finish untuk permukaan interior pelesteran dengan cat dasar masonry sealer , kayu dan besi/baja. - Khusus untuk bagian luar yang tidak terlindung atap dipakai jenis Weathershield. 11.3.
PELAKSANAAN a. Pelaksanaan Pekerjaan Pembersihan, Persiapan dan Perawatan Awal Permukaan.
1.
Umum. - Semua peralatan gantung dan kunci serta perlengkapan lainnya, permukaan polesan mesin, pelat, instalasi lampu dan bendabenda sejenisnya yang berhubungan langsung dengan permukaan yang akan dicat, harus dilepas, ditutupi atau dilindungi, sebelum persiapan permukaan dan pengecatan dimulai.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 32
- Pekerjaan harus dilakukan oleh orang-orang yang memang ahli dalam bidang tersebut. - Permukaan yang akan dicat harus bersih sebelum dilakukan persiapan permukaan atau pelaksanaan pengecatan. Minyak dan lemak harus dihilangkan dengan memakai kain bersih dan zat pelarut/pembersih yang berkadar racun rendah dan mempunyai titik nyala diatas 38 oC. - Pekerjaan pembersihan dan pengecatan harus diatur sedemikian rupa sehingga debu dan pecemar lain yang berasal dari proses pembersihan tersebut tidak jauh diatas permukaan cat yang baru dan basah. 2.
Permukaan Pelesteran dan Beton. Permukaan pelesteran umumnya hanya boleh dicat sesudah sedikitnya selang waktu 4 (empat) minggu untuk mengering di udara terbuka. Semua pekerjaan pelesteran atau semen yang cacat harus dipotong dengan tepi-tepinya dan ditambal dengan pelesteran baru hingga tepi-tepinya bersambung menjadi rata dengan pelesteran sekelilingnya. Permukaan pelesteran yang akan dicat harus dipersiapkan dengan menghilangkan bunga garam kering, bubuk besi, kapur, debu, lumpur, lemak, minyak, aspal, adukan yang berlebihan dan tetesantetesan adukan. Sesaat sebelum pelapisan cat dasar dilakukan, permukaan pelesteran dibasahi secara menyeluruh dan seragam dengan tidak meninggalkan genangan air. Hal ini dapat dicapai dengan menyemprotkan air dalam bentuk kabut dengan memberikan selang waktu dari saat penyemprotan hingga air dapat diserap.
3.
Permukaan Gypsum. Permukaan gipsum harus kering, bebas dari debu, oli atau gemuk dan permukaan yang cacat telah diperbaiki sebelum pengecatan dimulai. Kemudian permukaan gipsum tersebut harus dilapisi dengan cat dasar khusus untuk gipsum, untuk menutup permukaan yang berpori. Setelah cat dasar ini mengering dilanjutkan dengan pengecatan sesuai ketentuan Spesifikasi ini.
4.
Permukaan Kayu. Permukaan kayu harus bersih dari minyak, lemak dan serbuk kayu gergajian, sisa pengamplasan serta kotoran lainnya, sebelum pelapisan cat dimulai.
5.
Permukaan Barang Besi /Baja. Besi/Baja Baru. Permukaan besi/baja yang terkena karat lepas dan benda-benda asing lainnya harus dibersihkan secara mekanis dengan sikat
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 33
kawat atau penyemprtan pasir/ sand blasting sesuai standar Sa21/2. Semua debu, kotoran, minyak, gemuk dan sebagainya harus dibersihkan dengan zat pelarut yang sesuai dan kemudian dilap dengan kain bersih. Sesudah pembersihan selesai, pelapisan cat dasar pada semua permukaan barang besi/baja dapat dilakukan sampai mencapai ketebalan yang disyaratkan.
Besi/Baja Dilapis Dasar di Pabrik/Bengkel. Bahan dasar yang diaplikasikan di pabrik/bengkel harus dari merek yang sama dengan cat akhir yang akan diaplikasikan dilokasi proyek dan memenuhi ketentuan dalam butir 4.2. dari Spesifikasi Teknis ini. Barang besi/baja yang telah dilapis dasar di pabrik/bengkel harus dilindungi terhadap karat, baik sebelum atau sesudah pemasangan dengan cara segera merawat permukaan karat yang terdeteksi. Permukaan harus dibersihkan dengan zat pelarut untuk menghilangkan debu, kotoran, minyak, gemuk. Bagian-bagian yang tergores atau berkarat harus dibersihkan dengan sikat kawat sampai bersih, sesuai standar St 2/SP-2, dan kemudian dicat kembali ( touch-up) dengan bahan cat yang sama dengan yang telah disetujui, sampai mencapai ketebalan yang disyaratkan.
Besi/Baja Lapis Seng/Galvanized. Permukaan besi/baja berlapis seng/galvanized yang akan dilapisi cat warna harus dikasarkan terlebih dahulu dengan bahan kimia khsus yang diproduksi untuk maksud tersebut, atau disikat dengan sikat kawat. Bersihkan permukaan dari kotoran-kotoran, debu dan sisa-sisa pengasaran, sebelum pengaplikasian cat dasar.
b. Selang Waktu Antara Persiapan Permukaan dan Pengecatan. Permukaan yang sudah dibersihkan, dirawat dan/atau disiapkan untuk dicat harus mendapatkan lapisan pertama atau cat dasar seperti yang disayaratkan, secepat mungkin setelah persiapan-persiapan di atas selesai. Harus diperhatikan bahwa hal ini harus dilakukan sebelum terjadi kerusakan pada permukaan yang sudah disiapkan di atas. c. Pelaksanaan Pengecatan. Umum. - Permukaan yang sudah dirapikan harus bebas dari aliran punggung cat, tetesan cat, penonjolan, pelombang, bekas olesan kuas, perbedaan warna dan tekstur.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 34
- Usaha untuk menutupi semua kekurangan tersebut harus sudah sempurna dan semua lapisan harus diusahakan membentuk lapisan dengan ketebalan yang sama. - Perhatian khusus harus diberikan pada keseluruhan permukaan, termasuk bagian tepi, sudut dan ceruk/lekukan, agar bisa memperoleh ketebalan lapisan yang sama dengan permukaan-permukaan di sekitarnya. - Permukaan besi/baja atau kayu yang terletak bersebelahan dengan permukaan yang akan menerima cat dengan bahan dasar air, harus telah diberi lapisan cat dasar terlebih dahulu. Proses Pengecatan. - Harus diberi selang waktu yang cukup di antara pengecatan berikutnya untuk memberikan kesempatan pengeringan yang sempurna, disesuaikan dengan kedaan cuaca dan ketentuan dari pabrik pembuat cat dimaksud. Penecatan harus dilakukan dengan ketebalan minimal (dalam keadaan cat kering), sesuai ketentuan berikut. a. Permukaan Interior Pelesteran, Beton, Gipsum. Cat Dasar : 1 (satu) lapis water-based sealer . Cat Akhir : 2 (dua) lapisan emulsion. b. Permukaan Eksterior Pelesteran, Beton. Cat Dasar : 1 (satu) lapis water-based sealer . Cat Akhir : 2 (dua) lapisan emulsion khusus eksterior /Weathersield. c. Permukaan Interior dan Eksterior Pelesteran dengan Cat Akhir Berbahan Dasar Minyak. Cat Dasar : 1 (satu) lapis masonry sealer . Cat Akhir : 2 (dua) lapisan high quality solvent-based high quality gloss finish . d. Permukaan Kayu Cat Dasar : 1 (satu) lapis wood primer sealer . Cat Dasar : 1 (satu) lapis wood stein dan sending sealer . Cat Akhir : 2 (dua) lapisan high quality solvent-based high quality semi gloss finish . e. Permukaan Besi/Baja. Cat Dasar : 1 (satu) lapis solvent-based anti-corrosive zinc chromate primer . Undercoat : 1 (satu) lapis undercoat . Cat Akhir : 2 (dua) lapisan high quality solvent-based high quality gloss finish . Penyimpanan, Pencampuran dan Pengenceran. - Pada saat pengerjaan, cat tidak boleh menunjukkan tanda-tanda mengeras, membentuk selaput yang berlebihan dan tanda-tanda kerusakan lainnya. - Cat harus diaduk, disaring secara menyeluruh dan juga agar seragam konsistensinya selama pengecatan. RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 35
- Bila disyaratkan oleh kedaan permukaan, suhu, cuaca dan metoda pengecatan, maka cat boleh diencerkan sesaat sebelum dilakukan pengecatan dengan mentaati petunjuk yang diberikan pembuat cat dan tidak melebihi jumlah 0,5 liter zat pengencer yang baik untuk 4 liter cat. - Pemakaian zat pengencer tidak berarti lepasnya tanggung jawab kontraktor untuk memperoleh daya tahan cat yang tinggi (mampu menutup warna lapis di bawahnya). Metode Pengecatan. - Cat dasar untuk permuakaan beton, plesteran, gypsum board diberikan dengan kuas dan lapisan berikutnya boleh dengan kuas atau rol. - Cat dasar untuk permukaan papan gipsum deberikan dengan kuas dan dan lapisan berikutnya boleh dengan kuas atau rol. - Cat dasar untuk permukaan kayu harus diaplikasikan dengan kuas dan lapisan berikutnya boleh dengan kuas, rol atau semprotan. - Cat dasar untuk permukaan besi/baja diberikan dengan kuas atau disemprotkan dan lapisan berikutnya boleh menggunakan semprotan. d. Pemasangan Kembali Barang-barang yang dilepas. Sesudah selesainya pekerjaan pengecatan, maka barang-barang yang dilepas harus dipasang kembali oleh pekerja yang ahli dalam bidangnya. e. Pengerjaan melamin Permukaan kayu yang dipertahankan corak naturalnya seperti yang dijelaskan dalam gambar atau keterangan lainnya (daun pintu, Clading Teakwood, Nurse station, wall panel, dll sesuai gambar rencana) dimelamin dengan bahan dari produk yang baik. Pekerjaan harus dilakukan oleh tukang yang ahli dan berpengalaman. Bagian yang akan dimelamin harus benar-benar bersih dan kering. Bagian yang retak harus ditutup dulu dengan dempul yang khusus untuk melamin. Sebelum pengecatan dimulai kayu harus digosok dulu dengan batu kambang sampai rata kemudian dihaluskan dengan ampelas. Pengecatan dilakukan setelah permukaan kayu benar-benar telah bersih dan kering. Tingkat lapisan melamin yang dikehendaki adalah dof. f.
Pekerjaan Epoxy untuk Pengecatan Dinding Sebelum dilakukan pekerjaan finishing dinding dengan cat Epoxy prosedur dan persiapan yang harus dilakukan adalah permukaan dinding. Untuk mendapatkan permukaan yang benar-benar rata permukaan dinding harus dempul yang khusus untuk epoxy. Pekerjaan ini harus dilakukan berulangkali untuk mendapatkan permukaan yang benar-benar rata dan mendapatkan persetujuan konsultan pengawas. Setelah permukaan benar-benar rata dan kering barulah pekerjaan pelapisan
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 36
dengan Epoxy bisa dimulai setelah mendapatkan persetujuan pengawas. Pengecatan dilakukan sesuai prosedur produk yang dipakai sampai memperoleh ketebalan 200 mikron. Pertemuan plafon dengan dinding harus melengkung dengan R. Minimal 10 cm dan permukaan tidak boleh ada celah atau pemutusan permukaan. Pelaksanaan pekerjaan ini harus dilakukan oleh tukang yang berpengalaman dan yang telah direkomendasi oleh pabrik.
XII. PEKERJAAN ALAT-ALAT SANITAIR 12.1.
KETERANGAN Bagian ini mencakup semua pekerjaan sanitair dan yang berhubungan seperti ditunjukkan dalam gambar, meliputi penyediaan bahan, tenaga dan alat yang diperlukan.
12.2.
BAHAN a. Water Closet dan Wastafel Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut : 1. Water Closet Duduk Bahan porselen, produk dalam negeri (setara TOTO type CW 702J/SW784JP), lengkap dengan stop kran dan peralatan lain (warna standard).
2. Wastafel Wastafel Meja Bahan porselen, produk dalam negeri (setara TOTO tipe LW 523NJ,atau American Standart), lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya (warna standard). Westafel pedestal setara Toto type LW 236J. 3. Sink dapur (TOTO atau Royal) Semua zink adalah dari bahan plat stainles steel 304 dengan kedalaman minimal 20 cm dengan ketebalan plat minimal 0,75 mm sudah lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya yang diperlukan. b.
Keran, Floor Drain, Dll (ex. Toto atau SanEi) 1. Keran air (TOTO type T-23B13V7NB dan T30ARQ13N untuk Pantry atau yang setara) 2. Floor Drain (TOTO type square flange TX 1BV1N atau setara) 3. Towel Ring (TOTO Tipe AW362J atau setara) 4. Towel Bar (TOTO Tipe TS 113W atau setara) 5. Paper Holder (TOTO type AW360J atau setara) 6. Shower Spray (TOTO type TB 19 CS MCR atau yang setara) 8. Shop Holder (TOTO type S156N atau yang setara) 9. Fixed Shower TX438SEM-TX 405SDN 10. Spoel Hoek SK33 c/w fauchet
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 37
c.
12.3.
Barang-barang yang akan dipasang harus benar-benar mulus dan tidak cacat sedikitpun. Kontraktor harus mengajukan contoh-contoh untuk disetujui oleh Pengawas bersama dengan Konsultan Perencana.
PELAKSANAAN Pemasangan semua peralatan/perlengkapan saniter harus dilakukan oleh ahli pemasangan barang sanitair yang berpengalaman. Pengerjaan harus dilakukan dengan hati-hati dan sangat rapi. a. Semua sambungan harus kedap air dan udara. Bahan penutup sambungan tidak diijinkan. Cat, vernis, dempul dan lainnya tidak diijinkan dipasang pada bidangbidang pertemuan sambungan sampai semua sambungan dipasang kuat dan diuji. Semua saluran ekspos ke perlengkapan sanitasi harus diselesaikan sedemikian rupa sehingga tampak bersih dan rapih dan sesuai ketentuan Gambar Kerja dan petunjuk pemasangan dari pabrik pembuat. b. Pemipaan dari perlengkapan sanitasi ke pipa distribusi utama harus dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis. c. Bak cuci tangan tipe dinding ahrus dipasang sedemikian rupa sehingga puncak bagian luar alat-alat tersebut berada 800mm di atas lantai, kecuali bila ditunjukkan lain dalam Gambar Kerja. Bak cuci tangan tipe pemasangan di meja harus dipasang pada ketinggian sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja. d. Bak cuci dari bahan stainless steel harus dipasang sedemikian rupa pada meja/kabinter seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja. e. Urinoir harus dipasang sedemikian rupa sehingga puncak tepi bagian depan alat ini berada 530mm diatas lantai untuk orang dewasa dan 330mm untuk anak-anak, atau sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja. f. Sistem penumpu dan penopang harus sesuai dengan rekomendasi dari pabrik pembuat perlengkaan sanitasi atau sesuai persetujuan Pengawasan Lapangan. g. Pemanas air dengan tenaga listrik harus dipasang sesuai petunjuk pemasangan dari pabrik pembuatnya, pada tempat-empat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja, dan pekerjaan elektrikal harus dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis. h. Pemasangan alat-alat sanitair lain Kaca cermin dan tempat alat-alat pada wastafel harus dipasang sipat datar dan diskrupkan pada dinding. Barang-barang yang akan dipakai harus tidak bercacat sedikitpun. Floor drain harus dipasang dengan saringannya, dan dipasang rapih. Semua sela-sela antara floor drain dengan lantai, harus diisi dengan adukan 1 Pc : 2 Ps. Pasangan harus sedemikian sehingga bidang atas floor drain rata dan sebidang dengan bidang lantai. Paper holder hanya dipasang pada toilet yang closetnya duduk. Tempat sabun hanya dipasang pada toilet yang ada bak airnya saja. Tinggi pemasangan pada dinding 100 cm di atas lantai.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 38
XIII. PEKERJAAN FACADE 13.1. LINGKUP PEKERJAAN Lingkup pekerjaan fasade pada pembangunan Pembangunan Gedung Manajemen, Poliklinik dan Rawat Inap Rumah Sakit Umum SK Lerik Kupang ini antara lain berupa bagian fasade bangunan gedung dan beberapa fasilitas penunjang bagian didalam gedung, antara lain : a. Pekerjaan Garda Pintu Utama b. Pekerjaan Pintu frameless c. Pekerjaan Curtain Wall d. Pekerjaan Alumunium Compousit Panel e. Pekerjaan Pasang GranitSlab Pintu Lift f. Pekerjaan Pasang Keramik motif Batu Alam Adapun syarat teknis dari masing-masing pekerjaan diatas dapat diuraikan sebagai berikut : 13.2.
SYARAT TEKNIS PEKERJAAN PEMASANGAN GARDA PINTU Pasal 1 Umum Syarat teknis pekerjaan pemasangan Garda Pintu Utama adalah ketentuan yang harus dilakukan oleh pelaksana pekerjaan (Kontraktor). Dalam hal ini pihak kontraktor merencanakan penempatan material yang akan digunakan supaya berdekatan dengan lokasi yang akan dipasang Dan menyiapkan tenaga kerja serta peralatan yang diperlukan. Selain dari itu dipertimbangkan juga agar penempatan material tidak mengganggu pekerjaan lain. Pekerjaan pemasangan garda pintu memiliki dimensi tinggi 2.30 meter dengan lebar garda 40 cm dan tebal garda 30 cm. Pasal 2 Pekerjaan Garda Pintu Syarat teknis Struktur Garda Pintu yang direncanakan terdiri dari beberapa tahapan pekerjaan antara lain : a. Pasangan batu bata berfungsi sebagai pembentuk garda pintu, adapun dimensi batu bata yang terpasang adalah 22 cm X 44 cm dengan tinggi 2,1 meter. Tiang batu bata yang terpasang terdapat dua buah dengan jarak sisi dalam 1.86 m. b. Setelah kedua tiang berdiri dipasang bekisting beton dengan ketebalan 10 cm diatas tiang batu bata tersebut. Dimensi bekisting yang dipasang adalah 10X44X230 cm. c. Selanjutnya bekisting diberi stuutwerk sebagai penahan dan perata lapisan bawah beton. d. Selanjutnya dipasang pembesian dengan jarak 20 cm dan besi yang dipasang berdiameter 10 mm. e. Kemudian dicor dengan beton K250. f. Setelah beton betul-betul kering dipasang diatasnya pasangan batu bata setinggi 20 cm. g. Selanjutnya Garda tersebut di plaster memakai adukan.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 39
h.
13.3.
Setelah selesai dipasang granit slab dengan bantuan semen cair pada seluruh permukaan garda tersebut.
SYARAT TEKNIS PEKERJAAN PINTU SEMI FRAMELESS Pasal 1 Umum Pekerjaan pintu semi frameless dilakukan setelah pekerjaan garda pintu selesai. Pintu frameless merupakan pintu kaca dengan rangka stainless dua sisi atas bawah, sehingga disyaratkan pintu tersebut kuat dan kokoh, aman dan mudah mentenancenya. Pintu semi frameless yang direncanakan dari bahan kaca tempered dengan ketebalan 12 mm.
Pasal 2 Pasangan Pintu Semi Frameless Syarat teknis pemasangan pintu frameless melalui beberapa tahapan pekerjaan antara lain : a. Mengukur dimensi garda yang akan dipasang pintu frameless. Lebar masing-masing pintu semi frameless memiliki dimensi 90 cm X 210 cm. b. Selanjutnya memasang engsel tanam yang terpasang pada lantai dan ambalan bawah garda pintu. c. Kemudian pintu dipasang pada engsel, lalu dipasang handle dan kunci . d. Kunci dipasang pada bagian lantai ( sama seperti pada pemasangan engsel). 13.4.
SYARAT TEKNIS PEKERJAAN PEMASANGAN CURTAIN WALL Pasal 1 Umum Pemasangan Curtain Wall pada Pembangunan Gedung Manajemen, Poliklinik dan Rawat Inap Rumah Sakit Umum SK Lerik Kupangada dua jenis curtain wall yang dipasang yaitu : a. Curtain wall dengan kaca tempered 12 mm dan structure glass. b. Curtain wall dengan kaca 8 mm dan kusen alumunium. Curtain wall yaitu dinding kaca yang dipasang vertikal tanpa rangka kusen massif, hanya berupa frame kaca dan alumunium. Dengan demikian dipakai kaca dengan ketebalan 12mm dan 8 mm.
Pasal 2 Pemasangan Curtain Wall Structure glass Pekerjaan Pemasangan Curtain wall dengan metoda structure glass melalui beberapa tahapan antara lain adalah : a. Bersihkan bidang atau bagian yang akan dipasang dengan kaca. b. Lubangi bidang yang akan dipasang dengan pemotong beton / Cutter marble dengan lebar pelubangan sesuai dengan kaca tempered yang akan dipasang ( sekitar 14 mm). RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 40
c. d. e. f. g.
h. i. j.
Selanjutnya dibersihkan dari debu dan kotoran agar kaca yang terpasang betul-betul rata dan melekat pada bidang yang dilubangi. Siapkan potongan kaca tempered dengan lebar 7 cm tebal 12 mm sebagai struktur pengikat. Selanjutnya masukkan kaca tempered slab dengan dimensi disesuaikan dengan gambar pada posisi lubang pada median yang akan dipasang. Dalam pemasangan kaca tempered perlu diperhatikan penahan kaca agar kaca tidak jatuh. Setelah kaca terpasang pada tempat yang direncanakan selanjutnya memasang kaca tempered untuk posisi sebelahnya seperti tahapan tadi, dan selanjutnya gunakan kaca tempered penahan sebagai sturktur dan dipasangkan tegak lurus pada sambungan kaca tempered yang sudanh dipasang dengan bantuan bahan perekat. Demikian dan selanjutnya mengikuti aturan tersebut dengan cara pemasangan dari arah bawah ke atas. Setelah semua terpasang sambungan antar kaca dilapisi dengan sealant transparent agar bila terkena air tidak masuk ke dalam. Bersihkan kaca dari lapisan sealant dengan menggunakan kain yang bersih. Pasal 3 Pemasangan Curtain Wall dengan frame alumunium
Pekerjaan pemasangan Curtain wall dilakukan melalui beberapa tahapan antara lain : a. Pertama pasang alumunium dengan ukuran 10cm X 5 cm di bagian atas, bawah dan samping kanan dan kiri dengan bantuan benang agar kaca lurus. b. Selanjutnya Kaca 8 mm dengan modul lebar 60 cm dan panjang 120 cm dipasang dari arah bawah terlebih dahulu selanjutnya dihubungkan dengan alumunium 10 cm X 5 cm berbentuk H pada kedua sisinya. c. Kaca yang sudah terpasang alumunium H tadi disambungkan dengan kaca lainnya dan disambung dengan alumunium H. d. Setelah bagian bawah terpasang dilanjutkan pada bagian atasnya dengan cara yang sama pada point b dan c begitu selanjutnya hingga paling atas. e. Setelah posisi kaca terpasang pekerjaan selanjutnya yaitu memberikan lapisan sealent pada sambungan antar kaca dan alumunium serta hubungan alumunium dengan beton atau bahan lain agar tidak bocor diwaktu hujan. Setelah agak kering gunakan lap bersih untuk membersihkan sealent yang menempel.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 41
13.5.
SYARAT TEKNIS PEKERJAAN PEMASANGAN ALUMUNIUM COMPOUSIT PANEL Pasal 1 Umum
Alumunium Compousit Panel adalah bahan penutup fisihing fasade yang mudah perawatan dan memberikan tampilan yang mewah dan elegance . Alumunium Compousit panel yang dipasang memiliki modul 120 cm X 120 cm. Rujukan untuk produk allumunium composite Panel antara lain adalah Seven, Acebond, Larson atau yang sekualitas. Pekerjaan pengadaan dan pemasangan Penutup / covering dinding lengkap dengan rangka hollow aluminium dan accessoriesnya. Pasal 2 Persyaratan Bahan
Bahan / material utama yang digunakan adalah allumunium composite panel, merupakan produk Seven, Acebond, Larson atau yang sekualitas Material pendukung pekerjaan ini adalah Rangka hollow aluminium ukuran 4 x 4 cm, berbagai baut pengikat rangka hollow ke dinding dan baut-baut pengikat allumunium composite panel terhadap rangka hollow. Warna dominant yang dipilih adalah silver gold metallic dan beberapa pilihan warna kombinasi sesuai gambar dengan pilihan detail ditetapkan di lapangan Bahan tahan terhadap perubahan warna, cuaca, tahan benturan,tidak retak dan kusam. Spesifikasi Bahan Material Allumunium Composite Panel memenuhi beberapa criteria berikut ini : i. Tebal Material : 4,00 mm ii. Jenis Karet / core : P.E.Low Density iii. Tebal Allumunium : 0.40 mm iv. Great Aluminium aloy : klas minimal 5005 v. Coating / Lapisan Luar : NANO Series PVdf vi. Partikel Coating : lebih rapat 10.000 micron vii. Ukuran produk : 1220 x 2440mm dan 1220 x 4880mm viii. Tahan terhadap : cuaca udara kering atau lembab ix. Lain-lain : debu/kotoran sulit menempel, mudah dibersihkan Bahan harus bergaransi minimal 10 tahun, meliputi penggantian bahan material yang tidak sesuai perjanjian garansi termasuk pemasangannya selama jangka waktu masa garansi
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 42
Pasal 3 Persyaratan Umum Pelaksanaan
Sebelum memulai pelaksanaan , Pelaksana wajib membuat Shop Drawing Pelaksanaan harus dilaksanakan oleh tenaga ahli yang berpengalaman dalam pemasangan penutup Alumunium Sebelelum pelaksanaan pekerjaan terlebih dahulu melakukan pengukuran dan penentuan titik mula dan lintasan-lintasan pelaksanaan. Pelaksana terlebih dahulu mempersiapkan peralatan Bantu pemasangan allumunium composite panel berikut rangkanya berupa schafolding, crane dan sebagainya secara memadai dan aman. Pemasangan rangka Hollow menggunakan dimensi yang sesuai aturan dengan pola rangka sesuai dengan pola pada gambar. Pemasangan penutup atap harus memperhatikan jarak tumpang tindih (Overlap) yang dipersyaratkan oleh pabrik pembuat Pemotongan dan pelipatan/penekukan material allumunium composite panel harus menggunakan peralatan potong / penekuk dan prosedur pelaksanaan yang direkomendasikan oleh pabrik pembuat. Setelah rangka hollow telah terpasang secara kuat dan aman serta sesuai dengan polanya, maka pelaksana dapat melakukan pemasangan allumunium composite panel. Pemasangannya harus mengikuti prosedur yang telah ditentukan oleh pabrik pembuat. Saat proses pemasangan, lapisan pelindung allumunium composite panel dilarang dibuka/dilepas. Hal ini berguna melindungi permukaan luar material agar terhindar dari goresan atau hal lain yang berakibat merusak warna dan permukaan material tersebut. Setelah proses pemasangan material tersebut selesai, lapisan pelindung tersebut boleh dibuka dan selanjutnya dilakukan proses pemeliharaan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Pasal 4 Pemasangan Alumunium Compousit Panel Beberapa tahapan yang dilakukan dalam pemasangan Alumunium Compousit Panel adalah sebagai berikut : a. Dinding pasangan batu bata yang telah diplester rata dipasang rangka besi plat dengan tebal 10 mm untuk dudukan dan gantungan rangka lain yang ditempel alumunium compousit panel. Besi plat dudukan rangka ini di dinabolt ke dinding untuk menempelkannya. b. Selanjutnya besi hollow 4/4 dirangkai dengan modul 120 cm X 120 cm membentuk kotak. c. Selanjutnya Alumunium Compousit digelar di rangka tersebut dengan dipisher di bagian sisinya dan pada bagian bawah rangka, alumuium compousit ditekuk kedalam dan dipisher dibagian dalam ke rangka hollow. d. Kemudian rangka hollow yang sudah terpasang alumunium compousit tadi di pasang pada besi plat dan dipisher sebagai penguatnya.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 43
e.
f. g.
13.6.
Bagian sambungan antar panel digunakan sealent sebagai penutup, dengan membentuk nat yang berdimensi 1 cm. Serta bersihkan permukaan panel dari sealent dengan menggunakan lap bersih agar sealent tdk menempel di panel. Pada bagian panel yang menonjol digunakan hollow yang agak panjang. Sedangkan untuk kolom yang terpasang panel system kerjanya sama seperti pada dinding tetapi mengeliling sesuai dengan bentuk kolom yang ditutupi.
SYARAT TEKNIS PEKERJAAN PEMASANGAN HOMOGENEUS/ GRANIT SLAB Pasal 1 Umum Homogeneus granit slab dipasang pada fasade bangunan bertujuan untuk memberikan kesan hygienis, mewah dan elegance pada bangunan. Dengan demikian meminimalisir mentenance. Granit slab yang dimaksud adalah produk itali atau india Pasal 2 Pemasangan Granit Slab
Beberapa tahapan dalam pemasangan Granit Marmer slab antara lain : a. Dinding atau kolom yang sudah diplaster dan diratakan dibersihkan dari kotoran dan debu b. Selanjutnya Homogeneus Slab diberi lapisan semen cair atau perekat keramik / Lemkra dan ditempelkan ke dinding atau kolom yang akan dipasang dengan bantuan benang dan water pass. c. Arah pemasangan Homogeneus Marmer slab dilakukan dari bawah ke atas. d. Sambungan antara homogeneus marmer slab diisi cairan semen warna yang sesuai dengan warna marmer yang digunakan. e. Setelah agak cukup kering bersihkan permukaan Homogeneus marmer slab dengan lap bersih.
XIV. PEKERJAAN PERABOT TETAP 14.1.
KETERANGAN Bagian ini mencakup semua pekerjaan fixed seperti furniture ditunjukkan dalam gambar, meja counter nurse station, lemari bawah meja beton, dll sesuai gambar rencana. Pekerjaan ini, meliputi penyediaan alat, bahan dan tenaga untuk keperluan.
14.2.
STANDAR / RUJUKAN a. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (NI-5, 1961) a. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982) b. Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (SK SNI S-04-1989-F) c. Standar Konstruksi Bangunan Indonesia (SKBI)
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 44
SKBI-4.3.53.1987 – Spesifikasi Kayu Awet untuk Perumbahan dan Gedung. d. Standar Nasional Indonesia (SNI) SNI 03-3233-1998 – Tata Cara Pengawetan Kayu untuk Bangunan Rumah dan Gedung. SNI 01-2704-1999 – Kayu Lapis Penggunaan Umum, Mutu.
14.3.
PROSEDUR UMUM Contoh Bahan. 1. Contoh bahan harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui terlebih dahulu sebelum pengadaan dan pelaksanaan pekerjaan. 2. Semua kayu dan kayu lapis dan papan harus berasal dari pemasok yang dikenal yang dapat menjamin kualitas dan kadar air yang diminta.
14.4.
BAHAN a. Kayu. 1. Mutu dan Jenis Kayu. Mutu kayu dan jenis kayu yang ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini harus dari kualitas terbaik dan kelas awet II dan kelas kuat II, memenuhi ketentukan PKKI (NI-5,1961) dan untuk semua jenis pekerjaan kayu halus seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja, dan terdiri dari kayu Meranti Merah untuk lis langit – langit dan dinding. Kayu harus bebas dari susu, getah, celah, mata kayu besar yang lepas atau mati, retakan melingkar dan kantung kulit kayu. Bahan – bahan yang mengandung mata kayu / buhul mati yang besar dan lepas, dan yang membusuk atau diserang serangga tidak boleh digunakan. Kayu yang akan menerima lapisan transparan harus bersih dan berkualitas terbai. Kayu yang akan diberi cat bukan transparan harus memiliki permukaan yang sesuai untuk penyelesaian cat berkualitas.
2.
Kadar Air. Kecuali ditentukan lain dalam Spesifikasi Teknis ini, semua kayu untuk pekerjaan kayu halus harus dalam keadaan kering, di-oven di pabrik, dan ketika didatangkan ke lokasi kadar air dalam batas – batas 6 – 11%. Harus diperhatikan agar kadar air dimaksud tidak berubah selama pengangkutan, penyimpangan, pemasangan.
b. Kayu Lapis. 1. Semua kayu lapis interior untuk penyelesaian transparan harus mempunyai warna dan serat kayu yang seragam, bebas dari goresan, retakan dan noda – noda dan kedua permukaannya teramplas rata. 2. Kayu lapis yang telah diawetkan di pabrik, harus memiliki kekuatan rekat yang tahan terhadap air dan cuaca. Mutu keawetan kayu lapis tidak boleh kurang dari yang telah ditetapkan. Kayu lapis harus memiliki venir muka dan belakang berkualitas sama, dari mutu IBB
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 45
3. 4.
5.
atau IAA standar SNI 01-2704-1999, dan berasal dari merek dagang yang dikenal baik serta terdiri dari jenis berikut : - Kayu lapis biasa - Kayu lapis dari jati ( teakwood ) Kayu lapis yang terdiri dari pecahan – pecahan atau bahan – bahan sisa pada bagian tengahnya tidak boleh digunakan. Jumlah minimal lapisan untuk kayu lapis harus terdiri 3 lapis untuk tebal 4 sampai dengan 6 mm, 4 lapis untuk tebal 9 sampai dengan 15 mm dan 7 lapis untuk tebal 18 sampai dengan 25 mm, sesuai ketentuan SNI 01-2704-1999. Kayu lapis yang akan digunakan harus memiliki ketebalan sesuai petunjuk Gambar Kerja dan digunakan pada tempat – tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
c. Alat Pengencang. Semua alat pengencang yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini, seperti paku, sekrup, baut, angkur dan lainnya harus dari baja lapis galban / seng dalam ukuran sesuai petunjuk Gambar Kerja atau sesuai kebutuhan standar yang berlaku. d. Laminasi. Laminasi dengan tebal minimum 0.8 mm dengan proses HPL ( High Pressure Laminated ) harus tahap terhadap panas dan memiliki warna serta corak yang akan ditentukan kemudian, seperti buatan Formica, Resopal, Decoform, Supreme Decoluxe atau yang setara. e. Perekat. Semua lem dan perekat yang digunakan harus dari jenis kedap air, seperti produk neoprene based / synthetic resin based seperti Aica Aibon atau yang setara. 14.5.
PELAKSANAAN a. Ukuran dan Pola. Kayu harus diselesaikan / diratakan pada empat sisinya. Ukuran kayu harus sesuai persyaratan PKKI (NI-5, 1996). Kayu harus dikerjakan sesuai dengan pola / desain yang ditentukan dalam Gambar Kerja. b. Pengawetan. Semua jenis kayu dan kayu lapis yang dipasang tetap dalam bangunan atau struktur harus sudah diberi bahan pengawet. Bila kayu yang telah diawetkan dipotong, maka bagian permukaan yang dipotong tersebut harus diulas dengan bahan pengawet yang sama. c. Pengerjaan. Pekerjaan kayu yang telah selesai harus diamplas, bebas dari bekas mesin dan alat, kikisan, serta kayu yang timbul atau cacat lain di permukaan yang terlihat. Sambungan harus rapat sedemikian rupa untuk mencegah penyusutan. Sambungan pasak harus disetel dengan lem dan diberi baji dan untuk pekerjaan interior harus disemat.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 46
d. Lapisan Pelindung. Penyelesaian untuk semua permukaan kayu harus menggunakan cat duko atau melamic sesuai ketentuan gambar perencanaan. Lapisan pelindung untuk meja (top Table/ counter top) menggunakan pelapisan dengan HPL (High Pressure Laminated ) e. Perbaikan Pekerjaan yang Tidak Sempurna. Bila diketahui pekerjaan – pekerjaan kayu tersebut menjadi mengkerut atau bengkok, atau kelihatan ada cacat – cacat lainnya pada pekerjaan kayu halus sebelum masa pemeliharaan berakhir maka pekerjaan yang cacat tersebut harus dibongkar dan diganti hingga Konsultan Pengawas merasa puas dan pekerjaan – pekerjaan lainnya yang terganggung akibat pembongkaran tersebut harus dibetulkan atas biaya Kontraktor. f. Susut (Mengkerut). Persiapan, penyambungan dan pemasangan semua pekerjaan kayu halus sedemikian rupa, hingga susut di bagian mana saja dan ke arah manapun tidak akan mengurangi / mempengaruhi kekuatan dan bentuk dari pekerjaan kayu yang sudah jadi. Juga tidak menyebabkan rusaknya bahan – bahan yang bersentuhan. g. Pembersihan. Semua tatal, puntung kayu dan kayu bekas harus dibersihkan secara teratur dan pada waktu penyelesaian pekerjaan. Semua bekas yang sudah tidak dapat digunakan lagi dan sampah – sampah harus disingkirkan dan dimusnahkan. 14.6.
PEKERJAAN HANDRAIL & WALLGUARD a. KETERANGAN Pekerjaan ini mencakup pemasangan material pelindung dinding dalam ruangan khususnya koridor sesuai dengan tabel / skejul finishing dan RKS ini, meliputi penyediaan alat, bahan dan tenaga untuk keperluan pekerjaan ini. Handrail & Wallguard dipasang pada dinding di setiap koridor pada semua ruangan yang ditetapkan dalam gambar. b. BAHAN 1. Umum a. Material harus dari kualitas yang baik, tahan lama, tahan terhadap efek benturan dan mampu menyerap benturan tersebut agar tidak merusak dinding (shock absorbance), tahan gores, mempunyai rating yang baik dalam penyebaran api dan tidak menimbulkan asap. Material harus higienis, tidak menyimpan kotoran / bakteri dan mudah dibersihkan. b. Pelindung dinding harus terdiri dari material pendukung aluminum dengan pelapis luar berbahan dasar vinyl dengan sistem snap on termasuk bracket penggantung yang diberi jarak sesuai spesifikasi pabrik dan penutup di setiap pengakhiran (end caps) dari pelindung dinding (strecther guard).
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 47
2. Material harus lulus uji ASTM D-256-93A: IZOD Impact test atau test benturan yang berisi kriteria test terhadap efek benturan 3. Bahan cover vinyl harus sesuai dengan ASTM E84: kriteria penyebaran api / asap yang ditimbulkan, dengan kriteria penyebaran api 5 dan penyebaran asap 185. 4. Cover vinyl harus lulus uji G21/G22: kriteria test penyebaran bakteri. 5. Handrail Guard mempunyai spesifikasi ukuran dan bahan antara lain : Ukuran Pelindung minimal 14cm ~ 16cm Vinyl PVC High Impact dengan tekstur mudah digenggam tangan dan dapat dipergunakan sebagai alat latih berjalan pasien sekaligus tahan benturan dan mudah disterilisasikan. Alumununium retainer sebagai dasar pelindung maill finish 2 mm thick Impact absorbing strip Return / Endcap Section berikut Mounting bracket Referensi merk: Wallguard.com (USA) Wallguard /bumper fabrikasi pabrik yang terbuat dari bahan vinyl PVC High Impact dengan spesifkasi ukuran standar internasional sebagai berikut: Ukuran Cover pelindung minimal 14cm s/d 16cm Berbahan dasar Vinyl PVC High Impact dengan tekstur penahan benturan yang didesain secara standar pabrik dengan mengacu kepada aturan baku internasional. Rangka Wallguard Protection tersebut dapat dari Aluminum retainer atau setara yang dapat dipertanggungjawabkan kekuatan dan karakter tahan benturan. Referensi merk: W allguard.com (USA) 6. Merk yang digunakan sekualitas merk Pawling Impact Protection System BR-500, ex USA c. PELAKSANAAN a. Pemasangan baru boleh dilaksanakan setelah pengecatan dinding pada bagian yang akan diberi rail guard selesai dikerjakan b. Konstruksi pemasangan pada dinding menggunakan dyna – bolt / fischer seperti tertera dalam gambar detail pelaksanaan c. Untuk setiap akhir ujung crash rail harus diakhiri dengan penutup ujung (end cap) dari produk yang sama d. Semua kerusakan yang timbul pada pemasangan rail guard menjadi tanggung jawab Kontraktor untuk memperbaikinya dan sudah termasuk dalam biaya penawaran. e. Pelindung dinding ini diadakan untuk menahan benturan langsung pada permukaan dinding ruangan perawatan dan memiliki diameter minimal untuk pegangan antara 32 mm sampai 38 mm. Ikatan railing kepada dinding harus menempel pada bidang yang kuat.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 48
XV. PENUTUP ATAP 15.1.
LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan ini meliputi pengangkutan, pengadaan tenaga kerja, alat – alat dan bahan berikut pemasangan penutup atap genteng metal ( square ribbed steel roof ) dan perlengkapannya, seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
15.2.
STANDAR / RUJUKAN v. Standar Nasional Indonesia (SNI) SNI 03-1588-1989 vi.Australian Standard AS 1397 – G550 – AZ 150, AS 3566
15.3.
PROSEDUR UMUM a. Contoh Bahan. Contoh dan brosur bahan – bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan ini harus diserahkan lebih dahulu kepada Pengawas Lapangan untuk diperiksa dan disetujui, sebelum pengadaan bahan – bahan ke lokasi proyek. b. Gambar Detail Pelaksanaan. Sebelum memulai pelaksanaan, Kontraktor harus membuat dan menyerahkan kepada Pengawas Lapangan, Gambar Detail Pelaksanaan yang mencakup ukuran – ukuran, cara pemasangan dan detail lain yang diperlukan, untuk diperiksa dan disetujui.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 49
c.
15.4.
Pengiriman dan Penyimpanan. Bahan – bahan harus dikirimkan ke lokasi proyek dalam keadaan utuh, baru dan tidak rusak serta dilengkapi tanda pengenal yang jelas. Bahan – bahan harus disimpan dalam tempat yang kering dan terlindung dari segala kerusakan.
BAHAN – BAHAN a. Umum. Semua bahan – bahan yang tercantum dalam Spesifikasi Teknis ini harus seluruhnya dalam keadaan baru berkualitas baik secara telah disetujui Pengawas Lapangan.
b. Genteng Metal 1. Genteng yang dipakai jenis Metal buatan dalam negeri berikut bubungannya dan flasingnya sekualitas Multi Roof, Sakura Roof atau setara. 2. Pemasangan genteng Metal disesuaikan dengan standar yang disaratkan oleh pabrik sesuai dengan jenis yang dipilih, warna harus diajukan ke pihak Owner. 3. Sekrup galvanized dengan ring logam dan karet atau standar pemasangan dari pabrik. 15.5.
PELAKSANAAN PEKERJAAN a. Umum. Sebelum pemasangan penutup atap dimulai, semua rangka baja, seperti kuda – kuda, reng, harus sudah terpasang dengan baik . Penutup atap metal sebelum dibawa ke lapangan, harus terlebih dulu disesuaikan bentuk serta ukurannya sesuai dengan yang tertera dalam gambar kerja. Jarak antar penutup atap genteng harus sesuai dengan rekomendasi dari pabrik pembuat genteng metal yang digunakan.
b. Pemasangan. 1. Pemasangan penutup atap metal dan kelengkapannya harus dilaksanakan sesuai petunjuk pemasangan dari pabrik pembuatnya dengan tetap memperhatikan ketentuan dalam Gambar Kerja. 2. Penutup atap genteng metal berikut talang – talang (bila ditunjukkan dalam Gambar Kerja) harus dipasang dengan baik, dimulai dari bagian tepi bawah menuju ke atas sesuai kemiringan atap yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
XVI. VINYL SHEET 1. LINGKUP PEKERJAAN a) Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan-bahan, tenaga kerja, peralatan dan alat-alat bantu lainnya untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan yang bermutu baik. b) Pemasangan vinyl meliputi pekerjaan perataan lantai (leveling), pemotongan bahan sesuai gambar, pengeleman, pemasangan aksesoris dan pengelasan (welding) RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 50
c) Pemasangan vinyl pada ruangan sesuai yang ditunjuk dalam gambar. Pemasangan Vinyl sheet dilaksanakan pada ruang seperti tertera dalam skedule finishing material terdiri dari beberapa type dengan specifikasi adalah sbb: 1) Type Homogenues anti bakteri, anti static, anti chemical, tahan noda, tahan Betadine, anti slip dan heavy duty 2) Type Heterogenues ( Khusus area Ramp / miring ), elastic, anti slip R11, anti static dan Heavy duty 2. PERSYARATAN BAHAN 2.1. Material harus mempunyai kualitas yang terbaik ( Garansi bahan minimal 10 tahun ), tahan lama terhadap Goresan, Anti Static, Hygienis, Low VOC,
Bebas DOP, Bebas Phthalates, Logam Berat, Formaldehyde dan Benzena, mampu mencegah pertumbuhan jamur dan bakteri , mudah
2.2.
2.3. 2.4. 2.5.
2.6.
2.7.
2.8. 2.9.
2.10.
dibersihkan dan mudah dalam perawatan disertai GARANSI KEASLIAN dari pabrik. Bahan vinyl terbuat dari PVC bentuk "Chip", satu layer (Homogeneus chip), wear layer terbuat dari PVC yang sudah dilengkapi dengan proteksi Micro Diamond Coating yang dilakukan dalam proses produksinya di pabrik, dengan ketebalan minimum 2,0 mm, lebar minimal 2 m, tidak menyusut, mempunyai ketahanan tinggi terhadap Noda, Betadine, bekas sol sepatu, roda karet dan bahan-bahan kimia rumah sakit, Anti Bacteri , Anti Slip, Anti Static . Bahan harus termasuk dalam kategori klasifikasi UPEC kelas U4P3E2/3 C2 atau EN 685 class 34-43 (commercial very heavy duty) . Bahan harus tahan gores, dengan resistensi abrasi yang paling tinggi (groupT). Bahan harus higienis, yang mampu mencegah pertumbuhan bakteri ( ISO 846 Part C ), kuman dan jamur . Bahan harus mempunyai ketahanan yang tinggi (baik) terhadap bahan kimia. Bahan tidak mengandung material berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan seperti Phthalates, DEHP atau DNOP, Sulphur ; juga bersertifikat bebas dari 173 bahan kimia berbahaya bagi kesehatan ( SVHC ) sebagaimana tercantum dalam peraturan REACH. Bahan harus memenuhi standard keamanan dan kenyamanan; antislip, dengan tingkat slip resistance minimal R9, dan acoustic dengan tingkat penyerapan suara minimal 3 dB. Bahan harus tidak merambatkan api ( Fire resistant B1Cfls1 ) Static indentation harus sangat baik, yaitu maksimal 0.03 mm (4 kali lebih baik dari standard EN 433) , dimension stability (EN 434) 0.1%, flexibility/curling (EN 435) o20mm, thermal resistance, dan chemical resistance. Bahan harus difabrikasi sesuai dengan standard “Ramah Lingkungan”, dengan sertifikasi ISO 14001, ISO 14040 dan ISO 14042; ramah lingkungan, hemat energi, mengurangi efek rumah kaca, tidak mengandung emisi VOC (volatile organic compound) di atas standard (EN 15052), dan bersertifikat GREEN.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 51
2.11. Sambungan antar vinyl di las (diwelding) dengan pemanasan dengan menggunakan bahan PVC yang sama yang di sebut welding rod. Lebar sambungan antara 2,5 s/d 3 mm dan harus rata. 2.12. Skirting / Plint sebagai aksesoris tambahan dapat berupa perpanjangan atau kelanjutan vinyl dari lantai kemudian naik ke dinding setinggi 10cm. Pada sudut antara lantai dan dinding dipasang “cove former ” yaitu bahan yang membentuk sudut landai (R) agar sudut tersebut tidak siku. Sementara pada ujung vinyl yang naik ke dinding, ditutup dengan “Wall capping ”. Cove former dan Wall capping juga harus terbuat dari bahan vinyl PVC. 2.13. Pertemuan antar vinyl, 2 vinyl sheet dengan ketebalan yang berbeda atau vinyl dengan keramik, dapat ditambahkan “L” strip atau “T” strip dari bahan aluminum 2.14. Warna dan corak ditentukan kemudian oleh kontraktor dan harus disetujui oleh perencana / pengawas. 2.15. Merk fabrikasi bahan yang direkomendasi : Armstrong, Forbo, Mohawk. 3. Pelaksanaan pemasangan penutup Vinylsheet harus memenuhi kriteria sbb : 3.1. Screeding harus benar-benar kuat, tidak retak-retak, yang dapat dicapai dengan membuat adukan dengan komposisi 1 semen : 3 pasir. Atau K-225. Permukaan screed harus kering, dengan tingkat pengeringan sempurna, tidak lembab, bebas debu, bebas lemak dan minyak. Dan perlu diperhatikan apabila terjadi retakan, maka kontraktor wajib mengadakan perbaikan sebelumnya. Tidak boleh ada urugan pasir di bawah screed, yang menyebabkan lantai bergerak / lentur.
3.2. Sebelum melakukan tahapan pemasangan vinyl, periksa dulu apakah lapisan screed telah mengering dengan sempurna. Untuk lantai yang berhubungan langsung dengan tanah dan kelembaban tinggi, sebelum pekerjaan leveling atau perataan, harus di coating dengan water proofing lebih dahulu. Pastikan kelembaban / moisture tidak boleh melebihi 75% bila di test dengan menggunakan hyrometer. Jika finishing lantai mempunyai ketebalan 5070mm, hygrometer harus ditempatkan selama 24 jam agar dapat mencapai keseimbangan dalam pembacaannya. Jika pembacaan di bawah 75% RH, vinyl tidak dapat dipasang. 3.3. Pemasangan vinyl harus berdasarkan referensi yang dipersyaratkan dari pabrik yang bersangkutan sehingga dapat diperoleh hasil pekerjaan bermutu baik dan dapat tahan lama. 3.4. Lantai vinyl dipasang setelah semua pekerjaan finishing telah selesai, baik itu pekerjaan pengecatan, plafond, partisi, pintu dan kusen, mekanikal ataupun elektrikal. 3.5
Pertemuan antara dua vinyl sheet dengan tipe berbeda maka apabila dalam pelaksanaan didapatkan pertemuan tersebut harus ditambahkan “feature strip” stainless steel pada daerah bukaan pintu/threshold
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 52
4. PONDISI PENYIMPANAN Tempat penyimpanan barang harus terhindar dari genangan air, tidak lembab, terhindar dari cuaca (panas matahari / air hujan ) dan selalu bersih. Vinyl harus disimpan dalam posisi tegak lurus terhadap lantai (vertikal), dan temperatur minimal 10o Celsius. 5. TAHAP PENGERJAAN VINYL 5.1. Umum Tampilan akhir dan daya tahan penutup lantai dari VINYL, tergantung pada lantai dasarnya (subfloor) tempat bahan itu menempel.Untuk alasan ini, kontraktor harus tahu tentang konstruksi subfloor dan masalah yang terkait dengan berbagai jenis subfloor yang dapat ditemui. Faktor kunci untuk mendapatkan hasil yang sempurna dari pemasangan vinyl adalah dengan memperhatikan beberapa persyaratan teknis yang harus dipenuhi suatu lantai (subfloor) sebelum dilakukan pemasangan vinyl, sebagaimana yang dapat diimplikasikan berikut ini: Bersih.Jika dasar lantai terkontaminasi dengan zat yang akan mencegah perekat untuk menempel ke dasar lantai, maka kontaminan harus dibersihkan. Permukaan harus benar benar bersih dari debu-debu halus, lemak, minyak, dan kotoran lainnya. Halus.Lantai harus halus, tidak ada sisa-sisa beton, kepala mortar, paku ataupun sekrup. Semua celah, pori-pori, keretakan dan lubang harus diisi, sehingga lantai menjadi halus. Rata. Selain halus,dasar lantai harus rata, tidak bergelombang. Rigid.Dasar lantai harus rigid / kaku, tidak lentur / bergerak, tidak gembur, tidak retak-retak. Kering. Sebelum pemasangan vinyl, dipastikan lantai harus kering sempurna, dalam arti tingkat pengeringan screed telah tercapai sempurna, tanpa peluang adanya uap air yang tersisa, yang menyebabkan lantai menjadi lembab.
5.2.
Screeding Setelah selesai pekerjaan screeding dan pekerjaan lainnya sesuai dengan persyaratan pada pasal 3, tahapan pemasangan vinyl dapat dilakukan.
5.3.
Leveling Leveling atau Perataan lantai sebaiknya menggunakan cement khusus leveling yang dikenal dengan sebutan "Self Leveling Cement / Compound". Self Leveling Cement/Compound yang direkomendasikan untuk digunakan adalah Uzin , MU , Ardex atau setara. Proses pengeringan maksimal dalam kondisi normal 24 Jam untuk satu kali tahap leveling dengan ketebalan +/- 3 mm. Leveling screed / Lantai juga dapat menggunakan polimer dicampur dengan cement biasa / portland cement. Bila menggunakan Polimer dicampur dengan cement portland waktu pekerjaan dan pengeringan untuk 1 lapisan
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 53
memerlukan waktu pengeringan 1 hari ( 24 Jam ) bahkan lebih bila waktu musim hujan. Pekerjaan leveling Polimer dicampur dengan cement porland memerlukan 4 lapisan untuk ketebalan +/- 3mm, dengan waktu pengerjaaan kurang lebih 5-7 hari 5.4.
Pengamplasan Pengamplasan dilakukan setelah lapisan leveling terakhir kering, kemudian di bersihkan dari debu, pasir dan komponen debu bangunan.
5.5. Pemasangan Vinyl Vinyl dipasang dengan menggunakan bahan lem yang di rekomendasikan oleh pabrik. 5.6. Sambungan (welding) Untuk menjaga higienitas setiap ada celah/ sambungan vinyl harus dilas dengan bahan dari PVC yang sama. Sambungan harus dilaksanakan paling tidak 24 jam setelah pemasangan vinyl. Proses pengelasan dilakukan dengan cara: memotong pinggiran pada kedua sisi vinyl yang akan disambung dengan pisau khusus (berbentuk lingkaran atau hasil irisan pisaunya berbentuk setengah lingkaran) dengan kedalaman 2/3 dari tebal wearlayer. Setelah itu, tali welding (welding rod) dipanaskan dengan mesin welding dan setelah mencapai tingkat kepanasan tertentu, welding rod dipasangkan pada alur vinyl yang sudah diiris sehingga dengan sendirinya welding rod akan merekat dan merekatkan kedua sisi vinyl. Setelah welding rod merekat, kemudian biarkan welding rod kembali dingin (sampai suhu kamar), lalu tonjolan welding rod dipotong dengan spatula (pisau khusus) sampai permukaanya sama (rata ) dengan vinyl 5.7.
Pemolesan: Proses Pemolesan atau Coating manual setelah pemasangan tidak butuhkan , bila vinyl flooring telah dibuat dengan teknologi terbaru, yaitu coating yang telah dilakukan dalam proses produksinya di pabrik. Coating jenis ini bertahan lama sehingga mengurangi biaya perawatan rutin. Coating manual atau Polish ulang, hanya dilakukan untuk perawatan berkala minimal 2 kali dalam setahun Bahan poles adalah yang telah direkomendasikan oleh Pabrik. Bersihkan lantai vinyl yang sudah dipasang dengan di pel menggunakan netral detergent, lalu keringkan. Biarkan lantai vinyl +/- 24 jam sebelum digunakan.
5.8
Training dan Alih Tehnologi Principal atau produsen Vynil yang dipasang wajib memberikan training dan alih tehnologi kepada user tentang tata cara perawatan dan perbaikan, cara pembersihan, material yang digunakan untuk pembersihan dan perawatan, cara perbaikan fisik, dll yang perlu selain yang ditanggung oleh garansi dari principal/produsen. Training dan alih tehnologi kepada user ini tidak menggugurkan jaminan atau garansi vynil oleh principal atau produsennya.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 54
XVII. PEKERJAAN MODULAR OPERATING THEATER (MOT) 17.1.
LINGKUP PEKERJAAN 1. Pekerjaan ini meliputi installasi sandwich panel , pengadaan bahan sandwich panel , peralatan serta alat-alat bantu lain yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan, hingga tercapai hasil pekerjaan yang berkualitas, baik secara bahan dan hasil pekerjaan installasi yang sempurna
2. Pekerjaan dinding dan plafond menggunakan sandwich panel dilakukan pada seluruh area dinding dan plafond yang disebutkan dan atau ditunjukkan dalam detail gambar, termasuk pola-polanya jika ada. 17.2.
PERSYARATAN BAHAN 1. Material yang digunakan untuk dinding dan plafond mengunakan polyurethane (PU) sebagai core sandwich panel. Sandwich panel terdiri atas plate zincalume 0.45mm polyester coated pada substrate yang direkatkan di dua sisi dengan bagian tengahnya berupa core insullasi Expanded Polystririne dengan density 12-15 kg/m2 dengan tebal 50 mm.
17.3.
SYARAT PELAKSANAAN 1. Material yang digunakan sebelum dipasang terlebih dahulu diserahkan contoh potongan sandwich panel kepada Direksi / Konsultan Pengawas. 2. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor diwajibkan membuat shop drawing dari sandwich panel yang disetujui Direksi / Konsultan Pengawas. 3. Pekerjaan sandwich panel dimulai dengan mendatangkan material , installer dan alat pendukung pekerjaan setelah berkoordinasi dan mendapatka persetujuan dari Direksi / Konsultan Pengawas. 4. Installasi sandwich panel dilaksanakan setelah seluruh struktur utama da bagian lainya termasuk pekerjaan lantai telah selesai di epoxy ( -1 ) 5. Langkah awal pada installasi sandwich panel dimulai dengan marking diata epoxy ( -1 ) sebagai guide line installasi. 6. Installasi sandwich panel akan meng-install bagian bagian sandwich pane terdiri atas : dinding dan plafond. Bertujuan agar struktur sandwich pane menjadi kaku / rigid. 7. Dilanjutkan pembobokan sandwich panel baik di dinding atau plafond untu penempatan fungsi fungsi lain. Contoh : pintu, jendela dan fungsi lainnya 8. Pekerjaan finishing dan cleaning menjadi akhir dari proses pekerjaan installas sandwich panel. 9. Sandwich panel yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak cacat da tidak bernoda. 10. Setelah proses pemeriksaan dengan seluruh steak holder dan hasil pekerjaa dapat diterima, maka proses sebuah installasi sandwich panel dinyataka selesai dengan ditandatanganinya berita acara dan atau handing over.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 55
RENCANA KERJ A DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 56
RENCANA KERJ A DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 57
RENCANA KERJ A DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 58
RENCANA KERJ A DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 59
RENCANA KERJ A DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
C - 60
D. RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT TEKNIS MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL Pasal 1 Pendahuluan 1.1.
Syarat Umum 3. Pekerjaan yang dimaksud disini adalah pekerjaan Pengadaan, Pemasangan (Instalasi) dan Pengujian Sistem secara keseluruhan sesuai dengan gambar dan Rencana Kerja dan Syarat – syarat sehingga dapat bekerja dan berfungsi dengan baik.Pekerjaan tersebut antara lain : a. Penyediaan bahan b. Pengangkutan sampai site c. Pemasangan d. Pengujian – Supervisi e. Pemeliharaan f. Pemberian jaminan g. Perizinan 2. Syarat-syarat Umum merupakan bagian dari Persyaratan Teknis. Apabila ada beberapa klausul dari Syarat-syarat Umum yang dituliskan dalam Persyaratan Teknis, berarti menuntut perhatian khusus pada klausul-klausul tersebut dan bukan berarti menghilangkan klausul-klausul lainnya dari Syarat-syarat Umum. Klausul-klausul dari Syarat- syarat Umum hanya dianggap tidak berlaku bila dinyatakan secara tegas dalam Persyaratan Teknis. 3. Persyaratan Teknis dimaksudkan untuk menjelaskan dan menegaskan segala pekerjaan, bahan-bahan dan peralatan-peralatan yang diperlukan untuk pemasangan, pengujian dan penyetelan (adjusting) dari seluruh sistem, agar lengkap dan dapat bekerja dengan baik. 4. Persyaratan Teknis merupakan satu kesatuan dengan Gambar-Gambar Teknis yang menyertainya. Bila ada suatu bagian pekerjaan yang hanya disebutkan di dalam salah satu dari kedua dokumen tersebut, maka Pemborong wajib melaksanakannya dengan baik dan lengkap. 5. Yang menjadi dasar utama sehingga suatu pekerjaan berhasil dalam mencapai target, mutu, waktu dan biaya, maka seorang pelaksana lapangan harus menguasai Sistem pekjaan secara menyeluruh. Gambar kerja yang akan dilaksanakan. Spesifikasi teknis yang telah ditentukan. Standard dan peraturan yang berlaku. Petunjuk dan ketentuan pemasangan yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat, baik untuk peralatan maupun material. Koordinasi dengan pekerjaan terkait lainnya seperti struktur, arsitektur mekanikal dan elektrikal sendiri.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D-1
6.
Pemborong harus menggunakan tenaga-tenaga yang yang ahli dalam bidangnya, agar dapat memberikan jaminan hasil kerja yang baik dan rapi, yang memenuhi kriteria sebagai berikut : Mengerti dan menguasai lingkup pekerjaan yang akan dikerjakan. Mempunyai Me mpunyai alat kerja yang memadai. Mudah diberi pengarahan. Dapat melakukan koordinasi dengan tenaga kerja lain. Terampil. Mempunyai sertifikat untuk tenaga kerja spesialis penyambungan kabel tegangan menengah m enengah.. 7. Pemborong bertanggung jawab dalam pengawasan yang ketat terhadap jadwal atau urutan pekerjaan, sehingga tidak mengganggu penyelesaian proyek secara keseluruhan pada waktu yang telah ditetapkan. 8. Pemborong harus menyatakan secara tertulis bahwa bahwa bahan-bahan dan peralatan-peralatan yang diserahkan oleh Pemborong harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan, dan pelaksanaan pekerjaan dilakukan dengan cara yang wajar dan terbaik. Dan bahwa instalasi yang dilakukan adalah lengkap dan dapat bekerja dengan baik dalam kondisi yang terjelek sekalipun, tanpa mengurangi atau menghilangkan bahan-bahan / peralatan-peralatan yang seharusnya disediakan, walaupun tidak disebutkan secara nyata dalam Persyaratan Teknis ataupun tidak dinyatakan secara tegas dalam GambarGambar Teknis. 9. Pemborong harus dapat menunjukkan menunjuk kan surat pernyataan dari pihak pemasok barang / komponen yang akan terpasang kepada Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas, bahwa barang tersebut merupakan barang “original” dan bukan barang produksi tiruan dengan menggunakan merek yang sama. 10. Semua peralatan dan bahan-bahan yang digunakan dan diserahkan dise rahkan untuk penyelesaian pekerjaan harus dalam keadaan baru dan dari kualitas terbaik. 11. Pemborong harus mempelajari dan memahami kondisi tempat yang ada, agar dapat mengetahui hal-hal yang akan mengganggu / mempengaruhi pekerjaan. Apabila Apabila timbul persoalan, persoalan, Pemborong Pemborong wajib wajib mengajukan saran penyelesaian penyelesaian kepada Konsultan Pengawas, paling lambat satu minggu sebelum bagian pekerjaan ini seharusnya dilaksanakan. 12. Pemborong harus memeriksa dengan teliti ruangan-ruangan dan syarat-syarat yang diperlukan dengan Pemborong lainnya, sehingga peralatan-peralatan Mekanikal & Elektrikal dapat dipasang pada tempat dan ruang yang telah disediakan. 13. Sebelum memulai pekerjaan : a. Pemborong harus memeriksa dan memahami pekerjaan pelaksanaan dari pihak lain yang ikut menyelesaikan proyek ini, apabila pekerjaan pelaksanaan dari pihak lain tersebut dapat mempengaruhi kualitas pengerjaan Pemborong itu sendiri. b. Pemborong harus membuat Rencana Kerja dengan jadwal yang disesuaikan dengan Pemborong yang lain. Apabila terjadi sesuatu perubahan, Pemborong wajib memberitahukan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas dan mengajukan saran-saran perubahan / perbaikan. RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT TEKNIS
D-2
14.
15.
16.
17.
1.2.
Pada waktu waktu akan memulai pelaksanaan, Pemborong wajib menyerahkan Gambar-Gambar Kerja (Shop Drawing) terlebih dahulu untuk memperoleh persetujuan dari Pemberi Tugas. Gambar-gambar tersebut harus diserahkan kepada Pemberi Tugas minimal dalam waktu 2 (dua) minggu sebelum instalasi dilaksanakan. Pemasangan peralatan harus dilakukan sesuai dengan rekomendasi rekom endasi dari pabrik pembuat peralatan tersebut. Untuk itu, Pemborong harus membuat dan menyerahkan gambar-gambar rencana instalasi secara rinci sebelum melaksanakan pekerjaan. Apabila terjadi sesuatu keadaan dimana Pemborong tidak mungkin menghasilkan kualitas pengerjaan yang terbaik, maka Pemborong wajib memberitahukan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas dan mengajukan saran-saran perubahan / perbaikan. Apabila hal ini tidak dilakukan, Pemborong tetap bertanggung jawab atas kerugian-kerugian yang mungkin ditimbulkannya. Selama pelaksanaan instalasi berlangsung, Pemborong harus memberi tandatanda (misalnya dengan pensil atau tinta merah) pada dua set gambar pelaksanaan, atas segala perubahan pada rancangan instalasi semula.
Standardisasi dan Aturan Yang Harus Diikuti Seluruh pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor yang harus mengikuti segala aturan dan standard yang berlaku dan dilengkapi dengan segala peralatan untuk kesempurnaan operasi, kemudahan pengaturan dan perawatan, keamanan operasi sistem sesuai dengan salah satu atau lebih dari peraturan – peraturan yang tertulis dibawah ini. 1. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2. Standard Nasional Indonesia ( SNI ) - SNI 03 -6481-2000 PERATURAN PLUMBING INDONESIA - SNI 04-0225-2000 PERATURAN UMUM INSTALASI LISTRIK - SNI 03-6481-2000 atau edisi terakhir tentang Sistem Plambing - SNI-03-1745-2000 tentang Pipa tegak dan Slang. - SNI-03-3989-2000 tentang Sprinkler Otomatik. 3. Standard Konnstruksi / Normalisasi PLN 4. PPI, Pedoman Plambing Indonesia 5. Peraturan-peraturan Peraturan-per aturan PLN/Jawatan Keselamatan Kerja Setempat. 6. ANSI, American Nastional Standard Organization 7. ASME, American Society of Mechanical Engineering 8. ASTM, American Society of Testing of Material 9. BS, Britis Standard Institution Institut ion 10. ISO, International Internat ional Standardization Organization 11. JIS, Japanes Industrial Standard 12. JEC, Japanis Electroteknical Commette 13. JEM, Japanes Electric Machine Industry Industr y Association. 14. NEC, National Electric Codes 15. NEMA, National Electric Manufactures Associaton 16. NFPA, National Fire Protection Association : - NFPA-10, Standard for Portable Fire Extinguisher
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT TEKNIS
D-3
NFPA-13, Standard for The Installation Sprinkler Systems NFPA-14, Standard for The Installation Standpipe and Hose Systems NFPA-20, Standard for The Installation Centrifugal Fire Pumps NFPA 70, Electric Code NFPA 72, National Fire Alarm Code NFPA 2001, Clean Agent Fire Suppression System NPC, National Plumbing Codes SII, Standard Industri Indonesia SKBI, Standard Kontruksi Bangunan Indonesia SMACNA, Sheet Metal and Air Conditioning Contractor National Assosociation PPI Pedoman Plambing Indonesia Underwriter ‟s Laboratories Listed (U.L) - USA Factory Mutual (FM) Approved – USA Peraturan PDAM tentang Instalasi Air Minum Peraturan Depnaker tentang Keselamatan tenaga kerja Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Peraturan dari Pemerintah Daerah Semua Peralatan Jaringan Distribusi Tegangan Rendah disesuaikan untuk tegangan kerja 220 / 380 Volt, 50 Hz Semua peralatan jaringan Distribusi Tegangan Menengah disesuaikan untuk Tegangan kerja 20 KV, 50 Hz. Data teknis dari produk dibidang Peralatan Tata Suara, Telepon dan Fire Alarm yang dibuat oleh pabrik –pabrik di berbagai Negara. Seluruh pekerjaan instalasi telepon harus dilaksanakan mengikuti standar dan peraturan dari ITU-T atau PT. TELKOM.
-
17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
Kontraktor diwajibkan mentaati dan mengikuti tata cara pelaksanaan sesuai dengan yang tertulis pada peraturan- peraturan tersebut dan disesuaikan dengan bahan, unit mesin atau peralatan yang dipasangnya. Bila terjadi kesimpang-siuran dalam hal standard yang harus diikuti, kontraktor harus melapor pada Konsultan Pengawas untuk mendapat kejelasan tentang hal tersebut. Bila konsultan Pengawas tidak dapat memutuskan hal tersebut maka pengambil keputusan akan diserahkan kepada Instansi / Badan yang berwenang (local Authority Having Jurisdiction). Jurisdiction). Penentuan standard yang setara : a. Dalam penentuan dan persetujuan untuk standard yang diikuti atau standard yang disebut oleh material, peralatan, unit mesin dan lainya, kontraktor harus dapat menunjukkan dan menyerahkan copy dari standard yang dianut / disebut oleh material, peralatan, unit mesin dan lainnya untuk diperiksa dan diteliti oleh konsultan pengawas sebelum dikeluarkan persetujuan. b. Apabila standard yang diikuti ternyata memberikan memberik an persyaratan persyarat an yang lebih ringan atau lebih rendah maka standard tersebut dinyatakan sebagai standard yang tidak setaraf dengan standard yang ditentukan oleh persyaratan teknis ini. c. Segala sesuatu yang diperlukan untuk pembuktian dan pemeriksaan ini menjadi tanggung jawab kontraktor yang bersangkutan. RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT TEKNIS
D-4
d. Apabila perlu pengujian oleh lembaga lain diluar proyek, kontraktor harus menyelesaikan segala sesuatu yang diperlukan untuk mendapatkan hasil dari lembaga penguji tersebut dalam waktu secepatnya sehingga tidak menghambat jadwal jadwal pelaksanaan pelaksanaan proyek. proyek. 1.3.
Gambar - Gambar –gambar desain dan persyaratan – persyaratan ini merupakan suatu 1. Gambar kesatuan yang melengkapi dan sama mengikatnya. –gambar system ini menunjukan secara umum tata letak dari 2. Gambar peralatannya, sedangkan instalasinya harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari bangunan yang ada dan mempertimbangkan juga kemudahan dalam perawatan dan maintance jika peralatan tersebut sudah dioperasikan. 3. Gambar instalasi menunjukan secara teknis pekerjaan instalasi yang harus dilaksanakan dimana dicantumkan ukuran dan bahan serta keterangan lain yang diperlukan. 4. Detail-detail kecil yang diperlukan tidak semuanya digambar atau ditulis dalamspesifikasi teknis.Bila hal itu perlu untuk kelengkapan dan kesempurnaan sistem pemasangan atau kerjaatau lazim terdapat dalam praktek agar sistim dapat berjalan sebagaimana mestinya,maka hal itu menjadi kewajiban Kontraktor untuk melengkapinya. –gambar Arsitektur dan Struktur Sipil, harus dipakai Referensi untuk 5. Gambar pelaksanaan maupun detail finishing dari instalasi. 6. Setiap pekerjaan yang disebutkan dalam spesifikasi ini, tetapi tidak ditunjukan dalam gambar atau sebaliknya harus dipasang atas beban kontraktor, seperti halnya pekerjaan lain yang disebut oleh spesifikasi dan ditunjukan dalam gambar. 7. Ukuran panjang, lebar, tinggi dan elevasi elevasi dari mesin atau peralatan lainnya yangtercantum dalam gambar, adalah ukuran yang didapat dari data-data lain sepertigambar arsitektur, struktur atau brosur-brosur, Kontraktor wajib menyesuaikan denganstandar pabrik yang dimiliki. 8. Adanya Penggunaan bahasa asing pada sebagian spesifikasi disebabkan belumadanya padanan kata yang tepat, dan juga untuk menghindari penyimpangan maksuddan tujuan, serta menghindari persepsi yang berbeda. 9. Pada saat pengajuan penawaran, kontraktor wajib melam melampirkan pirkan konfirmasi konfirma si designterhadap semua system dan peralatan. Konfirmasi berupa pernyataankesanggupan/kesesuaian system atau peralatan yang ditawarkan terhadap systematau peralatan yang dipersyaratkan dalam dokumen perencanaan, termasuk dalamkonfirmasi design adalah daftar penyimpangan (deviation list) jika ada. Konfirmasidesign harus mendapat dukungan dari agen tunggal peralatan. Kontraktor dapatmengajukan surat dukungan lebih dari satu merek peralatan. 10. Pada saat pengajuan penawaran, pena waran, kontraktor wajib melampirkan melam pirkan surat sur at rekomendasidari agen tunggal di Indonesia untuk “komponen panel utama” . 11. Kontraktor pelaksana diwajibkan memeriksa gambar terhadap kemungkinan adanya kesalahan atau ketidakcocokan dalam hal yang berhubungan dengan fabrikasi maupun pelaksanaan pemasangan. Hal tersebut harus dibuat List
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT TEKNIS
D-5
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
1.4.
Daftar Kesalahan / Ketidakcocokan dan diajukan sebelum pemasukan penawaran. Apabila hal tersebut tidak dilaksanakan, maka kontraktor dianggap sudah memahami system secara keseluruhan. Bila dikemudian hari diadakan penyesuaian oleh Pemberi Tugas yang mengakibatkan perubahan dalam pelaksanaan, maka menjadi kewajiban untuk melaksanakannya tanpa adanya biaya tambahan. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor Pelaksana harus mengajukan gambar kerja dan detail kepada Pemilik / Pengawas untuk dapat diperiksa dan disetujui terlebih dahulu. Gambar kerja harus termasuk catalog catalog / literature data dari Pabrikan, data ukuran dimensi, data pembuatan dan nama serta alamat dari perusahaan yang memberi pelayanan pemeliharaan dan mempunyai suku cadang yang ready stock. Kontraktor Pelaksana harus membuat gambar – gambar instalasi terpasang dengan disertai dengan buku cara pengoperasian dan instruksi perawatan, serta harus diserahkan kepada Pemilik / Pengawas. Untuk pekerjaan Sistem Distribusi Listrik dan pekerjaan lainnya yang sifatnya memelukan persetujuan dari instansi terkait, Kontraktor wajib menyiapkan gambar system dan instalasi yang diperlukan untuk diperiksa dan disahkan oleh Instansi terkait sesuai dengan peraturan yang berlaku. Data dari setiap system harus menunjukan pemasangan yang lengkap dari seluruh koordinasi komponen untuk peninjauan keseluruhan system yang sebenarnya, penyerahan yang sebagian-sebagian tidak akan diperhatikan. Gambar Shop Drawing harus dibuat sebanyak 3 ( tiga ) set. Hal-hal yang menyangkut perubahan gambar pelaksanaan di lapangan baik ukuran / konstruksi kontraktor wajib mengajukan pertanyaan dan alternative penyelesaian atau Shop Drawing yang dikehendaki untuk mendapat persetujuan dari Pemilik / Pengawas dan dilakukan setidaknya 2 ( dua ) minggu sebelum pelaksanaan sehingga tidak berakibat pada kesalahan dalam pelaksanaan. Kontraktor wajib wajib membuat gambar instalasi terpasang ( As Built Drawing Drawing ) pelaksanaan.engawas pelaksanaan.enga was dan dilakukan setidaknya 2 ( dan kelengkapan yang harus disertai kepada Pemberi Tugas pada saat penyerahan pertama dalam bentu Soft Copy ( CD / Cad Drawing ) dan Hard Copy masing-masing rangkap 3 ( tiga ) dijilid dan dilengkapi dengan daftar isi dan data notasi.
Persyaratan Persyaratan Bahan 1. Kontraktor diwajibkan menyerahkan contoh bahan / barang yang disebut dalam lingkup pekerjaan kepada Direksi / Pengawas lapangan untuk mendapat persetujuan sebelum dipasang. Apabila hal tersebut tidak memungkinkan, minimal brosur spesifikasi teknis harus ditunjukkan dan disetujui oleh Direksi / Pengawas lapangan. 2. Perubahan Perubahan terhadap spesifikasi material harus mendapat persetujuan persetujuan konsultan perencana. Pengajuan perubahan material maksimum 4 (empat) minggu sebelum jadwal persetujuan atau 4 (empat) minggu sebelum jadwal pengajuan gambar kerja/shop drawing.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT TEKNIS
D-6
3. Keterlambatan pengajuan material/shop drawing/schematic diagram sesuai dengan yang telah ditentukan dalam spesifikasi/RKS ini adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor, dan kontraktor tidak berhak untuk mendapatkan penambahan/pengunduran jadwal. 4. Penolakan lebih dari satu kali atas material/shop mater ial/shop drawing/schematic diagram yang tidak memenuhi persyaratan dalam spesifikasi/RKS ini adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor, dan kontraktor tidak berhak untuk mendapatkan penambahan/pengunduran jadwal. 5. Kontraktor harus membuat tempat penyimpanan bahan / material serta peralatan kerja (gudang) agar rapi aman dan memudahkan pemeriksaan. 6. Jika bahan / material dan peralatan kerja tersebut harus melewati jalanan umum, Kontraktor harus menjaga ketertiban dan kelancaran serta mengganggu lalu lintas. 7. Pengawas / Direksi berhak menam menambah bah peralatan yang dipergunakan atau menolak peralatan yang tidak memenuhi syarat. 8. Bila pelaksanaan pekerjaan telah selesai, maka kontraktor harus segera mengeluarkan atau memindahkan peralatan tersebut, kerusakan akibat penggunaan peralatan kerja tersebut harus diperbaiki kembali atas beban biaya Kontraktor. 9. Bahan / meterial meter ial / peralatan yang digunakan dan dipasang pada pekerjaan harus dalam keadaan baru dan tanpa cacat. 10. Semua bahan yang dipergunakan diusahakan produksi dalam negeri, negeri, sejauh mana masih memenuhi persyaratan teknis dan standard yang ditentukan. 11. Kelambatan pekerjaan dan segala akibatnya, yang terjadi akibat keterlambata keterlam bata pengajuan maupun pengajuan ulang menjadi tanggung jawab dan beban kontraktor. 12. Kesalahan pemilihan ukuran dan kapasitas equipment menjadi tanggung jawab kontraktor. 1.5.
Jaminan dan Garansi 1. Jaminan atas material / bahan peralatan dan dan unit mesin. Material yang diserahkan oleh kontraktor harus bebas dari kerusakan baik atas kesalahan pabrik, kerusakan akibat kesalahan bahan, kerusakan akibat kesalahan dalam pengiriman mapun kerusakan selama jangka waktu 1 ( satu ) tahun kalender terhitung sejak material tersebut dibeli. 2. Jaminan atas hasil pekerjaan dan masa pemeliharaan. Kontraktor harus menjamin atas hasil pekerjaan dengan membuat surat jaminan secara tertulis dengan uraian sebagai berikut : a. Cara pelaksanaan dan pekerjaan dilakukan sesuai prosedur dan manual dari QMS (Quality Management System) b. Instalasi yang diserahkan dapat bekerja dengan baik tanpa mengurai atau menghilangkan bahan – bahan atau peralatan – peralatan yang seharusnya disediakan walaupun tidak disesuaikan secara nyata dalam buku ini atau –gambar yang menyertai buku tidak dinyatakan secara tegas dalam gambar ini. c. Jaminan Instalasi & Material Instalasi menjadi Tanggung Jawab Kontraktor.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT TEKNIS
D-7
d. Masa Pemeliharaan untuk seluruh pekerjaan instalasi ditetapkan selama 6
(enam) bulan setelah barang diserahkan kepada Pemilik / Pengawas, ytang meliputi : Performance system secara keseluruhan. Pelatihan secara Cuma – Cuma terhadap Pemilik Gedung (Tenaga Teknik) terkait Cara Pengoperasian Peralatan dan Maintenance Praktis sehingga menjadi operator yang terampil. e. Dalam masa pemeliharaan apabila ditemukan instalasi yang rusak atau berfungsi kurang baik maka Pemborong harus segera memperbaiki atau mengganti peralatan tersebut sampai dapat berfungsi dengan baik. f. Selama masa pemeliharaan ini, Kontraktor diwajibkan mengatasi segala kerusakan yang akan terjadi tanpa adanya biaya tambahan biaya. g. Selama masa pemeliharaan ini, seluruh instalasi yang telah dilaksanakan masih merupakan tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya. h. Apabila Apabila selama masa pemeliharaan pemeliharaan Kontraktor tidak melaksanakan melaksanakan teguran dari Pemilik / Pengawas atas perbaikan / penggantian / penyetelan yang diperlukan, maka pihak Pemilik / Pengawas berhak menyerahkan perihal tersebut kepada pihak lain atas biaya Kontraktor pelaksana. 3. Klaim atau tuntutan. a. Untuk segala macam pengadaan barang dan cara pemasangannya, PEMBERI TUGAS harus bebas dari segala tuntutan / klaim atas hak – hak khusus seperti hak patent, lisensi dan sebagainya. b. Bila ada hal – hal seperti tersebut diatas, kontraktor wajib mengurus dalam arti menyelesaikan segala sesuatu perijinan / biaya / lisensi yang berhubungan dengan hal tersebut diatas beban biaya ditanggung kontraktor. 4. Untuk pekerjaan / pengadaan barang Kontraktor harus dapat menunjukkan : a. Sertifikat Sertif ikat Keaslian Barang ( Original ) b. Sertifikat Sertif ikat Mutu dan Kualitas Barang ( Quality ) c. Sertifikat Keamana Keamanan n ( Safety Inspector ) d. Sertifikat Welding Inspector e. Garansi material, Service dan Sparepart serta Surat Dukungan dari Agen Tunggal di Indonesia ( Bermeterai cukup ) 5. Hal – hal yang berkaitan tersebut diatas harus disertakan bukti data ( 1 kopi dilampiri Data Asli ) 1.6.
Kelengkapan Yang Harus Diserahkan Harus diserahkan sebelum dimulai pekerjaan, sebagai berikut : 1. Selambat – lambatnya 2 ( dua ) minggu sebelum dimulai pelaksanaan dalam arti pemesanan barang atau pembuatan barang / instalasi atau pemasangan, kontraktor harus menyerahkan barang-barang yang diuraikan, antara lain : a. Katalog, Data teknis dan test Report untuk persetujuan material. b. Instalasi Instruction Instruct ion (Buku ( Buku Petunjuk Pet unjuk manual m anual Pengoperasian) Pengoper asian) untuk persetujuan terhadap cara - cara pemasangan. c. Shop drawing untuk persetujuan terhadap rencana instalasi dan cara-cara cara -cara pemasangan yang akan dilakukan/ dikerjakan / dilaksanakan.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT TEKNIS
D-8
2.
d. Contoh – contoh bahan dan barang - barang untuk persetujuan terhadap bahan dan barang-barang yang diperoleh / didapat secara lokal seperti misalnya armature lampu, tabung lampu, starter, saklar, kabel, pipa, pompa dan lain sebagainya sesuai dengan ketentuan dari Konsultan Pengawas. e. Yang selanjutnya kepada Pemilik / Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan. Apabila tidak diperoleh persetujuan oleh suatu dan lain hal, maka kontraktor harus segera mengganti barang-barang tersebut dan diserahkan kepada Pemilik / Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan.
1.7.
Sistem Koordinasi 1. Kontraktor harus mengkoordinasikan pekerjaannya dengan pekerjaan Kontraktor lain (Struktur & Arsitektur) untuk menghindari pekerjaan pembongkaran / pekerjaan ulang dan gangguan yang dapat memperlambat jalannya pekerjaan. 2. Untuk memudahkan komunikasi teknis, kontraktor harus menempatkan seorang atau lebih pemimpin lapangan perpengalaman, dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, serta mewakili kontraktor, menerima perintah dan petunjuk Pemberi Tugas / Pengawas lapangan dan segera melaksanakannya bila diperlukan. 3. Kontraktor diwajibkan membuat laporan berkala ( harian / mingguan ) yang memberikan gambaran tentang kegiatan proyek. Misalnya : a. Jadwal waktu pelaksanaan b. Kegiatan pelaksanaan c. Prestasi kegiatan fisik d. Catatan perintah / petunjuk Pemberi Tugas / pengawas lapangan yang disampaikan secara lisan maupun tertulis. e. Dan kegiatan pekerjaan yang dianggap perlu. 4. Kontraktor juga harus membuat dokumentasi pekerjaan yang berupa foto-foto pelaksanaan pekerjaan, dibuat berwarna, minimal ukuran postcard dan disusun dalam album. Foto-foto yang menggambarkan kemajuan pelaksanaan pekerjaan hendaknya dibuat berdasarkan petunjuk dari Pemberi Tugas dan minimal dilakukan sebanyak 4 (empat) kali setiap peristiwa selama berlangsungnya pelaksanaan pekerjaan. 5. Kontraktor harus menempatkan seorang Penanggung jawab Pelaksanaan (Mekanikal & Elektrikal) yang ahli dan berpengalaman dan yang bertanggung jawab penuh dalam menerima segala instruksi yang akan diberikan serta harus selalu berada di Site Proyek. 6. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan ini menghalangi pekerjaan lain, maka sesuai akibatnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
1.8.
Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran 1. Pembobokan tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang dilakukan dalam rangka pemasangan Instalasi ini maupun pengembaliannya seperti keadaaan semula adalah termasuk tanggung jawab pekerjaan Pemborong Instalasi ini.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D-9
2.
Pembobokan hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat ijin tertulis dari Pemberi Tugas / Pengawas. 3. Pengelasan, Pengeboran dan sebagainya pada Konstruksi Bangunan hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh ijin / persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas / Pengawas. 1.9.
Pencapaian Peralatan Untuk Service 1. Semua peralatan utama ataupun bantu dalam prinsip pemasangannya harus mudah untuk bisa diamati, termasuk juga accessories pipa dan duct seperti valve, clean out, damper, filter, venting dll. 2. Untuk itu Kontraktor dalam pemasangannya wajib memperhatikan posisi yang terbaik dari peralatan dan accessories yang berada dalam shaft atau ceiling yang memerlukannya, beserta ukuran dan lokasi yang tepat. 3. Disamping itu kontraktor harus mengusulkan kepada Pihak Owner (bila ditunjukkan pada gambar) pintu-pintu service (access panel) untuk setiap peralatan dan asessories yang berada dalam shaft atau ceiling yang memerlukannya, beserta ukuran dan lokasi yang tepat. 4. Bila dalam gambar rencana sudah ditunjukkan ada access panel yang diperlukan, maka penggeseran untuk posisi yang tepat dari access panel tersebut sehubungan dengan letak peralatan / accessories dan kaitannya dengan arsitek interior, perlu dibicarakan dengan pihak Owner untuk disetujui.
1.10.
Proteksi 1. Semua bahan dan peralatan sebelum dan sesudah pemasangan harus dilakukan proteksi yang baik terhadap cuaca dan harus diusahakan agar selalu dalam keadaan bersih. 2. Semua ujung-ujung pipa konduit dan bagian-bagian peralatan yang tidak dihubungkan harus diberi pelindung, disumbat, atau ditutup dengan baik untuk mencegah masuknya kotoran. 3. Menjadi tanggung jawab dan keharusan bagi kontraktor untuk melindungi peralatan-peralatan, bahan-bahan baik yang sudah, maupun belum terpasang bila diperkirakan bisa rusak atau cacat karena tidak dilakukan perlindungan yang benar adalah merupakan bagian instalasi yang tidak bisa diterima (serah terima belum 100%). 4. Sebelum penyerahan, instalasi dibersihkan atau ditest dan di adjust kembali untuk membuktikan bahwa peralatan dan bahan beroperasi dengan baik. Peralatan dan bahan yang rusak atau cacat karena tidak dilakukan perlindungan yang benar adalah merupakan bagian instalasi yang tidak bisa diterima (serah terima belum 100%).
1.11.
Pengecatan 1. Semua peralatan dan bahan yang dicat, yang menjadi lecet karena pengangkutan / pengapalan atau pemasangan harus segera diperbaiki dan dicat dengan warna aslinya sehingga nampak seperti baru kembali. 2. Semua bagian-bagian pekerjaan yng menyangkut carbon steel atau seng yang di galvanis harus dicat dasar dan cat finish.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 10
3. Sebelum pengecatan dilakukan, bagian-bagian harus bebas dari grease, minyak dan segala kotoran yang melekat. 4. Urut-urutan pengecatan adalah cat dasar anti karat (zincromate) dan cat finish terdiri atas 2 lapis cat copolymer. 5. Untuk peralatan-peralatan yang cat pabriknya rusak/cacat dalam pengangkutan, penyimpanan dan lain sebagainya harus dicat kembali sesuai aslinya atau sesuai dengan warna yang ditentukan Pihak Owner. 6. Untuk jalur-jalur pipa, code warna disesuaikan dengan standart. 1.12.
Sleeve, Peralatan Yang Tertanam di Dinding 1. Peralatan Bantu, Sleeve dan lain-lain yang diperlukan tertanam atau menembus concrete atau tembok harus dipasang dan dilengkapi sesuai petunjuk dagang. Untuk itu ukuran, posisi yang disiapkan untuk keperluan tersebut harus dikonsultasikan dengan Manajer Proyek /MK dan disertai gambar detail. 2. Semua ducting atau pipa tembus dinding harus menggunakan sleeve dengan clearance 20 mm (3/4”) jika duct atau pipa berisolasi, clearance tetap dibutuhkan 20 nn (3/4”) antara isolasi dan sleeve. Sleeve yang menembus atap lantai. 3. Setelah pemasangan pipa atau duct clearance harus diisi dengan sealang tahan api.
1.13.
Penomoran, Nama Peralatan / Assesories Semua peralatan terpasang dan asesoriesnya harus diberi kode nama peralatan dan nomor, sesuai seperti yang dicantumkan pada daftar peralatan atau data sheet atau sebagai tercantum pada gambar rencana. Bila ada peralatan atau asesories yang belum mempunyai kode nama dan nomer, kontraktor wajib mengusulkan kepada manajer proyek / MK dan ini semua sudah harus tercantum dalam as-built drawing.
1.14
Penjagaan 1. Kontraktor wajib mengadakan penjagaan dengan baik serta terus menerus selama berlangsungnya pekerjaan atas bahan peralatan, mesin dan alat-alat kerja yang disimpan di tempat kerja (gudang lapangan). 2. Kehilangan yang diakibatkan oleh kelalaian penjagaan atas barang-barang tersebut diatas, menjadi tanggung jawab pemborong.
1.15.
Kebersihan, Ketertiban dan Keamanan 1. Pemborong harus selalu menjaga keadaan ruang kerja mereka dalam keadaan bersih dan baik selama tahap konstruksi. 2. Semua sampah dan bahan yang tidak berguna lagi harus diangkut ke luar site. 3. Pada saat penyelesaian pekerjaan, Pemborong harus memeriksa seluruh pekerjaan, meninggalkannya dalam keadaan rapih, bersih dan siap pakai. 4. Selama Pelaksanaan Pekerjaan berlangsung, Kantor, Gudang, los kerja dan tempat pekerjaan sekitar bangunan, harus selalu dalam keadaan bersih.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 11
5.
Penimbunan / penyimpanan barang, bahan dan peralatan baik dalam gudang maupun di luar (halaman), harus diatur sedemikian rupa agar memudahkan jalannya pemeriksaan dan tidak mengganggu pekerjaan dari bagian lain. 6. Peraturan-peraturan yang lain tentang ketertiban akan dikeluarkan oleh Pemberi Tugas pada waktu pelaksanaan. 7. Guna semua keamanan pekerjaan, peralatan dan bahan / material di proyek, Kontraktor harus menempatkan petugas keamanan secukupnya disekitar proyek. 8. Penjagaan keamanan termasuk juga penanggulangan terhadap bahaya kebakaran yang mungkin terjadi. 9. Kontraktor harus memperhatikan hubungan dengan lingkungan proyek, antara lain tidak akan menyebabkan gangguan lalu lintas umum, tidak akan mengganggu ketenangan penduduk / masyarakat disekitarnya dan tidak akan mengganggu pekerjaan dari Rekanan lain. 10. Selama peralatan dan material disimpan di lapangan, kontraktor harus: a. Bertanggung jawab sepenuhnya terhadap semua peralatan dan material yang ada di site. b. Memisahkan material yang mudah terbakar dengan material yang tidak mudah terbakar. c. Menyediakan alat pemadam api ringan minimal 2 x 10 kg pada Pemberi Tugas Kit dan Gudang Penyimpanan. 1.16.
Perbaikan dan Pembersihan Kontraktor harus melakukan dan menyediakan tenaga kerja untuk pekerjaan perbaikan dan pemberisihan, antara lain : 1. Perbaikan kembali akibat adanya pembobokan. 2. Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali. 3. Melaksanakan pembersihan lapangan dan lain-lainya serta tempat pembuangannya akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
1.17.
Asuransi Kontraktor harus mengasuransikan secara total semua peralatan dan material mulai dari pabrik pembuatnya, pengiriman ke lapangan, selama di gudang penyimpanan, sampai peralatan tersebut terpasang. Kontraktor juga harus mengasuransikan seluruh tenaga yang melaksanakan pekerjaan di lapangan.
1.18.
Penyimpangan di Lapangan 1. Pelaksanaan pekerjaan yang menyimpang dari rencana yang disesuaikan dengan kondisi lapangan, harus mendapat persetujuan tertulis dahulu dari pihak Pemberi Tugas / Pengawas. 2. Kontraktor harus menyerahkan gambar setiap perubahan yang ada kepada pihak Konsultan Pengawas. 3. Perubahan material dan lainnya harus diajukan kontraktor kepada Pemberi Tugas / Pengawas secara tertulis dan akibat tersebut ( pekerjaan tambah/kurang ) harus disetujui oleh Pemberi Tugas / Pengawas secara tertulis.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 12
1.19.
Pengujian di Pabrik Semua peralatan harus melalui pengujian di pabrik sebelum dikirim serta kontraktor harus menyerahkan sertifikat pengujiannya kepada Pemberi Tugas/ Konsultan Pengawas sebanyak 3 (tiga) rangkap.
1.20.
Kecelakaan dan Peti PPPK 1. Jika terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini, maka Kontraktor diwajibkan segera mengambil segala tindakan guna kepentingan si korban atau para korban, serta melaporkan kejadian tersebut kepada Instansi dan Departemen yang bersangkutan / berwenang (dalam hal ini Polisi dan Departemen Tenaga Kerja) dan mempertanggung jawabkan sesuai dengan peraturan yang berlaku. 2. Peti PPPK dengan isinya yang selalu lengkap, guna keperluan pertolongan pertama harus selalu ada di tempat pekerjaan.
1.21.
Testing & Comissioning 1. Petunjuk Umum a. Prosedur Pengujian Kontraktor harus mengajukan rencana dan prosedur pengujian kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan. Metode pengetesan dan pengujian harus mengikuti standar teknis yang berlaku Sebelum Testing & Comissioning dilaksanakan, Kontraktor wajib mengajukan terlebih dahulu Program ( Jadwal ) Testing & Comissioning. Kontraktor harus menentukan jadwal dan cara pengujian yang akan dilakukan 2 (dua) minggu sebelum pelaksanaan pengujian, Pemborong menyerahkan jadwal dan cara pengujian tersebut kepada Pengawas untuk disetujui. b. Pencatatan Kontraktor harus melakukan pencatatan yang baik terhadap pengetesan dan pengujian. Kontraktor harus menyerahkan hasil pengetesan dan pengujian kepada Konsultan Pengawas. Kontraktor harus melakukan semua pengujian dan pengukuran yang dianggap perlu dan / atau yang dimintai oleh pihak Pemilik / Pengawas untuk mengetahui apakah keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan baik dan dapat memenuhi semua persyaratan yang diminta. c. Saksi dan Tenaga Ahli Semua pengetesan dan pengujian yang dilakukan oleh kontraktor harus disaksikan oleh Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas Jika diperlukan Testing & Comissioning harus dilakukan oleh Tenaga Ahli yang ditunjuk oleh Pabrikan perangkat tersebut atau oleh tenaga ahli yang pernah mendapat pendidikan dan sertifikat khusus untuk maksud tersebut maka pihak Pemilik / Pengawas berhak
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 13
2. 3. 4.
5.
1.22.
menyerahkan perihal tersebut merupakan tanggung jawab Kontraktor Pelaksana. d. Peralatan, material dan Alat pengujian Kontraktor harus menyediakan semua alat ukur yang diperlukan untuk pengetesan dan pengujian. Alat-alat tersebut harus sudah dikalibrasi oleh institusi yang berwenang. Peralatan, material dan cara bekerjanya peralatan yang mengalami kerusakan / cacat / salah harus diganti / diperbaiki dan testing comissioning diulangi untuk operasi sesungguhnya secara tepat dari seluruh sistem. Semua bahan, perlengkapan dan instalasi lain yang diperlukan untuk mengadakan Testing dan Commissioning tersebut merupakan tanggung jawab Kontraktor Pelaksana. Semua bahan yang kurang baik atau pemasangan yang kurang sempurna yang diketahui pada saat Pemeriksaan / Pengujian harus segera diganti dengan yang baru / disempurnakan sampai dapat berfungsi dengan baik dan sesuai Standard Uji yang ada. e. Biaya Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap semua biaya dan fasilitas yang diperlukan untuk pengetesan dan pengujian. f. Pengujian Ulang Apabila terjadi kegagalan dalam pengujian, kontraktor harus memperbaiki bagian-bagian yang rusak dan kekurangan-kekurangan yang ada, kemudian melakukan pengujian berhasil dengan baik. Pemborong harus menyerahkan laporan pengujian / sertifikat test untuk peralatan sistem kepada Pengawas. Pekerjaan akan dinyatakan selesai bila seluruh pengujian berhasil dengan baik dan dapat diterima oleh Direksi / Pengawas Lapangan. Untuk mengetahui bahwa semua pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat berfungsi baik dan telah sesuai dengan persyaratan teknis yang dimana, maka Kontraktor diwajibkan menguji seluruh pekerjaannya dengan standrad uji masing-masing yang telah ditetapkan dalam peraturan / Spesifikasi Peralatan. Pengujian ini dilaksanakan dibawah Pengawasan Direksi / Pengawas Lapangan yang ditunjuk Jadwal Pelaksanan Pengujian dapat diatur seminggu sebelumnya atau atas persetujuan bersama.
Masa Pemeliharaan 1. Semua pekerjaan elektrikal termasuk bahan dan peralatan harus dipelihara Kontraktor Pelaksana selama masa pemeliharaan, sejak penyerahan pertama dari pekerjaan. 2. Selama masa pemeliharaan tersebut semua peralatan dan pekerjaan yang tidak baik harus secepatnya diganti atau diperbaiki oleh Kontraktor Pelaksana atas biaya sendiri. 3. Selama masa pemeliharaan ini kontraktor pelaksana pekerjaan instalasi ini diwajibkan untuk mengatasi segala kerusakan – kerusakan dari pada instalasi yang dipasangnya tanpa ada tambahan biaya.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 14
4. Selama masa pemeliharaan tersebut kontraktor pekerjaan instalasi ini masih harus menyediakan tenaga – tenaga yang diperlukan . Dalam masa pemeliharaan kontraktor masih bertanggung jawab penuh terhadap seluruh instalasi yang dilaksanakan. 5. Pekerjaan baru dapat diterima setelah dilengkapi dengan bukti – bukti hasil pemeriksaan baik (goed keuring) yang ditanda tangani bersama oleh instalatir yang melaksanakan pekerjaan tersebut juga Konsultan Pengawas serta perlu disyaratkan juga oleh jawatan keselamatan kerja. 6. Jika dalam masa pemeliharaan tersebut, kontraktor pekerjaan instalasi ini tidak melaksanakan teguran –teguran atau perbaikan –perbaikan terhadap kekurangan selama masa pemeliharaan, maka konsultan Konsultan Pengawas berhak menyerahkan pekerjaan perbaikan / kekurangan tersebut kepada pihak lain atas biaya kontraktor pekerjaan instalasi tersebut. 7. Selama masa pemeliharaan pekerjaan, kontraktor harus medidik / melatih karyawan / petugas dari pemilik sehingga mengenai sisten instalsi dan dapat menjalankan serta melaksanakan pemeliharaannya. 8. Pemeriksaan rutin selama masa pemeliharaan ini, dilaksanakan tidak kurang dari 2 (Dua) minggu sekali. 1.23.
Petunjuk Pengoperasian dan Perawatan & As Build Drawing 1. Sebelum melakukan serah terima pekerjaan instalasi, kontraktor harus membuat dan menyerahkan dokumen secara detail dan lengkap. Petunjuk Pengoperasian dan Perawatan (Operation & Manual / „OM‟) dalam format bahasa Indonesia dan gambar terlaksana (As Build Drawing), terdiri dari 1 (satu) set asli dan 3 (tiga) set copy dokumen tersebut harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas sebelum tanggal serah terima pekerjaan instalasi. 2. Operation & Manual setidaknya harus berisi sebagai berikut : a. Tulisan pada cover : Judul dokumen Nama Proyek Nama Paket Pekerjaan Nama dan alamat kontraktor. b. Pada lembar pertama halaman dalam harus tertulis sama dengan tulisan pada cover tetapi ditambahkan Nama „contact person‟ dan nomor telepon yang mudah dihubungi pada saat emergency. c. Daftar Isi d. Penjelasan ringkas instalasi e. Daftar peralatan lengkap peralatan instalasi yang dipasang f. Petunjuk pemakaian secara detail g. Petunjuk perawatan dan pelacakan kerusakan secara detail untuk seluruh instalasi, termasuk rekomendasi skedul periode perawatan h. Hasil Test and Commissioning i. Daftar peralatan lengkap dengan alamat, nomor telepon dan contact person supliernya.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 15
j.
Data data teknis peralatan dalam ukuran maksimum A-3 misalnya, gambar dan wiring diagram, kurva karakteristik / performance dari peralatan dll. k. Daftar gambar „as build drawing‟. 3. Operation & Manual harus dibuat pada format kertas A-4 kecuali jika berupa gambar bisa ukuran lain, mudah dibaca, susunan halaman dukumen harus konsisten terhadap urutan daftar isi. Operation & Manual yang telah disetujui harus dijilid dengan „hard cover ‟ dengan kualitas warna, tulisan dan tinta copy yang baik untuk disimpan dalam jangka panjang. 4. Untuk gambar terlaksana harus termasuk gambar gambar diagram. Gambar yang berukuran diatas A-3 harus diserahkan dalam bentuk 3 (tiga) copy ukuran A-3 dan 1 (satu) set asli sesuai ukuran. Untuk ukuran besar harus digulung didalam tabung gambar dan dilengkapi dengan label gambar. 5. Digital file sebanyak 2 copy pada Compact Disk, dokumen yang berupa foto lengkap dengan negative film / digital file nya harus termasuk yang harus disertakan pada Operation & Manual. 1.24.
Penyerahan, Pemeliharaan, Pelatihan dan Jaminan Penyerahan, Pemeliharaan, Jaminan dan Pelatihan harus dilakukan sebagian dari rangkaian penyelesaian pekerjaan. 1. Petunjuk Operasi, Pemeliharaan dan Pendidikan. a. Pada saat penyerahan pekerjaan, Kontraktor harus: Menyerahkan gambar-gambar jadi (as build drawing), dalam bentuk gambar cetak sebanyak 3 (tiga) set dan dalam bentuk soft copy (dalam media Compack Disk / Cad Drawing) sebanyak 1 (satu) set kepada Pemberi Tugas dan kepada Konsultan Pengawas 2 (dua) set gambar jadi, bila gambar dan data-data tersebut belum lengkap diserahkan maka pekerjaan Kontraktor belum bisa diprestasikan 100 %. b. Training Kontraktor harus memberikan training (teori dan praktek) mengenai cara pengoperasian dan perawatan peralatan kepada minimal 3 orang petugas teknik yang ditunjuk oleh pemilik sampai cakap menjalankan tugasnya. Kontraktor harus mengajukan rencana training tersebut terlebih dahulu kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas dan mengajukan rencana pendidikan / training ini kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum waktu pelaksanaan. Kontraktor harus bertanggung jawab atas segala biaya yang diperlukan untuk training tersebut. b. Gambar Terpasang, Petunjuk Operasi dan Pemeliharaan serta Katalog Suku Cadang Kontraktor harus menyerahkan gambar terpasang kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas sbg berikut : 1 (satu) set Kertas Kalkir dan 5 (lima) set Cetak Biru, ukuran A1 1 (satu) set soft copy
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 16
Kontraktor harus menyerahkan 2 (dua) set buku petunjuk operasi dan perawatan peralatan yang dibuat dalam bahasa Indonesia kepada Pemberi Tugas dan Pengawas. Kontraktor harus pula memberikan 2 (dua) set buku petunjuk operasi dan perawatan peralatan yang terpasang yang dibuat dalam bahasa Indonesia kepada Pemilik, dan sebuah singkatan dari buku petunjuk harus dipasang dalam suatu kaca berbingkai dan ditempatkan pada dinding dalam ruangmesin utama atau tempatlain yang ditunjuk Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas. Gambar Terpasang, Petunjuk Operasi dan Pemeliharaan serta Katalog Suku Cadang Kontraktor harus menyerahkan gambar terpasang kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas sbg berikut : 1 (satu) set Kertas Kalkir dan 5 (lima) set Cetak Biru, ukuran A1 1 (satu) set soft copy Kontraktor harus menyerahkan 2 (dua) set buku petunjuk operasi dan perawatan peralatan yang dibuat dalam bahasa Indonesia kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas. Kontraktor harus menyerahkan 2 (dua) set buku catalog suku cadang dari peralatan yang dipasang kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas. Pemeliharaan dan Garansi: Kontraktor harus menggaransi semua peralatan dan instalasi yang dipasang selama 1 (satu) tahun setelah serah terima pertama. Kontraktor harus bertanggung jawab atas seluruh peralatan yang rusak selama masa garansi, termasuk penyediaan suku cadang. Segala biaya penggantian perawatan selama masa garansi merupakan tanggung jawab Kontraktor. Memberikan garansi terhadap seluruh peralatan yang disupply dan juga terhadap sistem, minimal selama 1 (satu) tahun sejak serah terima kedua. Pemilik dibebaskan dari segala bentuk pembayaran atas segala kerusakan untuk selama 1 (satu) tahun sesudah serah terima. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk tetap dapat melakukan garansi dengan memperhitungkan kedalam harga satuan sebagai resiko keterlambatan dalam menyelesaikan pembangunan. Kontraktor wajib mengganti atas biaya sendiri setiap kelompok barangbarang atau sistem yang tidak sesuai dengan persyaratan spesifikasi, akibat kesalahan pabrik atau pengerjaan yang salah selama jangka waktu 180 (seratus delepan puluh) hari setelah proyek ini diserahkan terimakan. Kontraktor wajib menempatkan 2 (dua) orang pada setiap hari kerja selama masa perawatan untuk mengoperasikan / merawat peralatan dan mendatangkan 1 (satu) orang supervisor sekali seminggu untuk melakukan pemeriksaaan selama masa pemeliharaan. Apabila terjadi gangguan dan atau kerusakan selama masa garansi,
c.
d.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 17
maka selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam Pemborong harus dapat mendatangkan tenaga ahlinya untuk mengatasi gangguan tersebut setelah mendapatkan laporan / konfirmasi dari pemilik proyek. 2.
Perijinan. a. Semua ijin-ijin dan persyaratan-persyaratan yang mungkin diperlukan untuk melaksanakan instalasi ini harus dilakukan oleh Kontraktor atas tanggungan dan biaya Kontraktor. b. Kontraktor harus bertanggung jawab atas penggunaan alat-alat yang dipatenkan serta kemungkinan tututan ganti rugi dan biaya-biaya yang diperlukan untuk ini. Untuk hal ini Kontraktor wajib menyerahkan Surat Pernyataan mengenai hal tersebut diatas. c. Kontraktor harus menyerahkan semua perijinan atau keterangan resmi yang diperoleh mengenai instalasi proyek ini kepada Pemberi Tugas /Konsultan Manajemen Konstruksi atau pihak ditunjuk, sebelum penyerahan dilakukan. d. Kontraktor harus memperoleh ijin terlebih dahulu dari Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas setiap akan memulai suatu tahapan pekerjaan, demikian pula bila akan melaksanakan pekerjaan di luar jam kerja (kerja lembur). e. Kontraktor harus mendapatkan ijin-ijin yang berhubungan dengan pajak, pemerintahan setempat, badan yang berwenang terhadap instalasi yang dikerjakan. Dalam hal ini, semua biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan permintaan ijin tersebut.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 18
Pasal 2 Instalasi Penerangan dan Tenaga 2.1
Lingkup Pekerjaan Pekerjaan instalasi listrik adalah pemasangan dan pengadaan termasuk testing dan comissioning peralatan dan bahan, bahan-bahan utama, bahan-bahan pembantu dan lain-lainnya seperti yang diterangkan dalam Bab terdahulu, sehingga diperoleh instalasi listrik yang lengkap dan baik serta diuji dengan seksama siap untuk digunakan, baik instalasi tenaga maupun instalasi penerangan pengadaan dan pemasangan yang terdiri dari : 1. Panel a. Panel Tegangan Utama Menengah ( PTUM ) b. Panel Tegangan Utama Tegangan Rendah ( PTUR ) c. Panel Utama Gedung ( MDP ) d. Sub. Distribusi Panel ( SDP ) e. Panel Pembagi ( PP-Panel Pembagi ) 2. Kabel a. Pemasangan kabel daya utama dari Panel Tegangan Utama Tegangan Menengah ( PTUM ) ke Panel Utama Tegangan Rendah ( PTUR ) Gedung dan Transformator Daya serta harus termasuk seluruh peralatan-peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem instalasi listrik. b. Pemasangan kabel daya dari Panel Utama Tegangan Rendah ( PTUR ) Gedung ke Transformator daya serta kelengkapan-kelengkapan lain yang dibutuhkan sesuai persyaratan teknis, gambar perencanaan dan persyaratan keamanan lain yang diperlukan untuk kesempurnaan sistem. c. Pemasangan kabel daya dari Panel Utama Tegangan Rendah ( PTUR ) Gedung ke Panel Utama Gedung (MDP) termasuk seluruh peralatan peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem instalasi. d. Kabel daya dari Genset ke Panel Utama Tegangan Rendah ( PTUR ) Gedung kemudian kabel-kabel yang digunakan untuk menghubungkan panel satu dengan panel lainnya serta harus termasuk seluruh peralatan - peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem instalasi listrik. e. Kabel daya dari Panel Utama Gedung (MDP) ke seluruh Sub Panel Distribusi (SDP) termasuk seluruh peralatan - peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem instalasi listrik. f. Kabel daya dari Sub. Distribusi Panel (SDP) ke seluruh Panel Pembagi termasuk seluruh peralatan - peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem instalasi listrik. g. Kabel pembagi dari Panel Pembagi Lantai ke masing - masing jaringan instalasi termasuk seluruh peralatan - peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem instalasi listrik. h. Pemasangan kabel instalasi penerangan dan tenaga. 3. Pemasangan Kabel Rak ( Kabel Tray ). 4. Instalasi kabel & konduit dari sub panel ke titik-titik beban yang dilayaninya atau dari panel penerangan titik lampu atau dan outlet – outlet penerangan (saklar) dan tenaga (stop kontak) seperti yang tercantum pada gambar perencanaan.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 19
5.
Pemasangan titik lampu atau armature lampu ( Lighting Fixtures ) termasuk yang dilengkapi emergency baterai dan outlet – outlet penerangan (saklar) serta tenaga (stop kontak) seperti yang tercantum pada gambar perencanaan. Untuk memastikan kemampuan distribusi cahaya, semua supplier produk harus menyertakan perhitungan pencahayaan dengan sampling area untuk menunjukkan kontur isoline dari penyebaran distribusi cahaya, kurva fotometrik termasuk Light Output Ratio – LOR, DLOR, ULOR & TLOR, supplier juga harus menyertakan jaminan keaslian produk dan garansi untuk semua tipe armature. 6. Perawatan dan peralatan dari panel kepemakaian . 7. Pengadaan dan pemasangan instalasi grounding instalasi listrik yang termasuk di dalam pekerjaan sistem pengebumian meliputi batang elektroda pengebumian dan bare copper conductor atau kabel yang menghubungkan peralatan yang harus dikebumikan dengan elektroda pembumian termasuk seluruh peralatan-peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem ini. 8. Pemasangan instalasi lain / peralatan bantu / pendukung lainnya yang diperlukan untuk kesempurnaan kerja sistem, meskipun peralatan tersebut tidak disebutkan secara jelas atau terinci di dalam Gambar Perencanaan dan Persyaratan Teknis. 2.2.
Ijin Kerja Instalatir / Kontraktor Instalatir / sub Kontraktor yang akan mengerjakan Pekerjaan ini diharuskan : 1. Mempunyai surat ijin kerja Instalatir Listrik (SIKA) tahun kerja yang berlaku dengan Pas. Instalatir Kelas C. dari Instansi terkait atau bekerja sama dengan SIKA-PLN. 2. Mempunyai Tanda Lulus Prakualifikasi (Tanda Daftar Rekanan) untuk tahun kerja yang berlaku, sesuai dengan KEPPRES No.80 Tahun 2003. 3. Sudah berpengalaman dan dapat menunjukkan Surat Kemampuan Pengalaman Kerja dalam mengerjakan pekerjaan yang sejenis.
2.3.
Gambar –Gambar Instalasi 1. Gambar-gambar dan spesifikasi adalah merupakan bagian yang saling melengkapi dan sesuatu yang tercantum dalam gambar dan spesifikasi bersifat mengikat. 2. Gambar- gambar instalasi menunjukkan secara teknis pekerjaan instalasi yang harus dilaksanakan dimana dicantumkan ukuran bahan-bahan instalasi serta keterangan lain yang diperlukan. 3. Pelaksanaan dilapangan selain yang tertera pada gambar disesuaikan dengan kondisi lapangan atas petunjuk direksi / pengawas lapangan secara tertulis / lisan. 4. Bila kontraktor menganggap perlu adanya perubahan ukuran / konstruksi dalam pelaksanaan, kontraktor diwajibkan mengajukan alternatif atau Shop drawing yang dikehendaki dan mendapat persetujuan dari Pengawas / Pemilik Proyek. 5. Segala perubahan yang disengaja dilakukan kontraktor tanpa ijin Direksi / Pengawas lapangan adalah resiko Kontraktor.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 20
6. 7.
Bila nantinya tidak disetujui oleh Direksi / Pengawas lapangan maka terpaksa harus dibongkar. Kontraktor hal ini tidak diperkenankan menuntut ganti rugi. Seluruh pola pemasangan armatur / fixture dan soket & outlet disesuaikan dengan gambar desain arsitektur atau sesuai petunjuk direksi / Pengawas lapangan.
2.4.
Pelaksanaan Pekerjaan 1. Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan baik oleh tenaga ahli yang sudah berpengalaman. 2. Pelaksana yang dianggap tidak cukup ahli / perpengalaman oleh Direksi / Pengawas Lapangan, harus segera diganti dengan orang lain setelah mendapat persetujuan Direksi / Pengawas lapangan. 3. Kontraktor harus menempatkan seorang Supervisor yang ahli, berpengalaman dan profesional untuk masing-masing bidang yang bertanggung jawab untuk menjadi supervisi, management proyek. 4. Tenaga kerja harus berpengalaman dan ahli di bidangnya, bila tidak berpengalaman & ahli harus diganti. Bila tidak dihiraukan pengawas akan mengambil tindakan untuk mengatasi permasalahan yang ada. 5. Segala sesuatu yang diperlukan guna kesempurnaan pekerjaan harus, dilengkapi sesuai permintaan pengawas dengan biaya dibebankan kepada Kontraktor.
2.5.
Persyaratan Bahan Semua material yang terbuat dari besi (Armatur) dan pipa yang dipergunakan untuk konstruksi, penyangga, penggantung dan lain-lain harus diproses sebagai berikut : a) Disikat dengan sikat kawat / dibersihkan hingga mengkilat dan bebas dari karat. b) Dicat dasar / meni anti karat (Zincromate) kualitas baik 2 kali. c) Dicat akhir dengan cat berkualitas baik 2 kali dengan warna yang akan ditentukan kemudian / sesuai dengan penggunaan. d) Kecuali material yang terbuat dari plastik, Satinless stell dan alumunium tidak perlu dicat, cukup dibersihkan saja.
2.6.
Konstruksi Panel Listrik 1. Panel harus terbuat dari plat baja, dengan rangka yang terbuat dari besi siku atau besi plat yang dibentuk dan diberi cat dasar dengan meni tahan karat serta difinish dengan cat bakar powder coating warna abu-abu. 2. Ketebalan plat baja harus mengikuti ketentuan dibawah ini : Panel Panel Utama Sub. Distribusi Panel Panel Pembagi & Sub. Panel
3.
Dinding 2.0 mm 2.0 mm 1.6 mm
Pintu 3.0 mm 3.0 mm 3.0 mm
Panel harus dilengkapi dengan master key.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 21
4. 5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Setiap panel harus dilengkapi dengan label, yang memberi nama pada setiap panel, misalnya LVMDP (Panel Utama Tegangan Rendah dan sebagainya. Untuk Panel Distribusi harus dilengkapi dengan peralatan ukur dan meter ukur Type “Moving Iron Type” dengan ukuran yang proporsional dan peralatan lain misalnya lampu Indikator dan Minifuse. Pada dinding panel bagian sisi kiri dan kanan, harus disediakan lubang ventilasi dengan dibagian dalamnya diberi plat / lapisan pelindung, sehingga dapat dicegah kemungkinan terjadinya tusukan secara langsung terhadap bagian-bagian dalam panel yang bertegangan. Konstruksi dalam panel-panel serta tata letak komponen harus diatur sedemikian sehingga, apabila perlu dilaksanakan perbaikan perbaikan, penyambungan kabel ke terminal CB dapat dilakukan dengan mudah tanpa mengganggu komponen yang lain. Pengaturan komponen panel, posisi dan ukuran ventilasi harus tidak menyebabkan temperatur didalam panel 5 derajat lebih tinggi dari urara diluar panel. Untuk pemasangan kabel incoming dan outgoing harus disediakan terminal penyambung yang disusun rapi dan ditempatkan pada lokasi yang tepat dalam arti kata pada bagian panel dimana kabel incoming itu datang dan kabel outgoing itu meninggalkan panel. Panel jenis Free Standing dipasang pada lantai kerja dengan lokasi seperti pada gambar perencanaan. Pemasangan panel harus menggunakan dudukan konstruksi baja dan harus diperkuat dengan mur baut atai dinabolt sehingga tidak akan berubah posisi oleh gangguan mekanis. Panel jenis wall mounting dipasang flush mouting pada dinding tembok dengan lokasi sesuai Gambar perencanaan. Pemasangan panel pada dinding harus diperkuat dengan baut tanah (anchor bolt) sehingga tidak tidak akan rusak oleh gangguan mekanis. Box panel dan semua material yang bersifat konduktif yang berada disekitar panel harus dihubungkan ke sistem pengaman pentanahan gambar skema rangkaian listrik panel harus dilengkapi dengan gambar-gambar skema rangkai listrik, lengkap dengan keterangan mengenai bagian - bagian intalasi yang diatur oleh panel tersebut. Gambar skema rangkai listrik dibuat dengan baik dan dilaminasi plastik. Ditempatkan pada panel bagian dalam. Panel mempunyai tutup bagian dalam dan pintu luar yang dilengkapi dengan kunci dan handle pintu. Handle itu dipasang baik untuk tutup bagian dalamnya panel maupun tutup bagian luar (pintu) panel. Pada bagian diatas panel (dari ambang atas sampai dengan 12 cm dibawah ambang atas panel) harus disediakan tempat untuk pemasangan lampu, indikator, fuse dan alat-alat ukur. Bagian tersebut merupakan bagan terpisah dari pintu panel dan kedudukannya menetap (fixed). Ukuran panel tidak mengikat dan dapat disesuaikan dengan ukuran komponen yang dipilih dan standard pabrik pembuat. Pada bagian dalam pintu panel harus digambarkan diagram sistim instalasi panel tersebut secara lengkap dan baik serta harus dilaminasi.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 22
16. 17.
18.
19.
20.
2.7.
Ukuran panel disesuaikan dengan kebutuhan sirkit atau disesuaikan dengan lapangan. Perletakan komponen didalam panel harus mudah dilihat, mudah dilepas dan dipasang pada saat penggantian komponen. Setiap kabel harus dipasang tanda warna phasa (marking colour end cup). Pembuat panel harus memperhitungkan kemampuan panel menahan arus hubung singkat berdasarkan level arus hubung singkat yang mungkin terjadi ( short circuit prospective ). Setiap pintu panel harus disediakan tempat untuk menyimpan gambar / diagram panel. Gambar diagram panel harus dibundel rapi dalam sampul plastik atau dilaminating. Persyaratan Pemasangan : a. Konstruksi, penempatan peralatan dan kabel harus rapi, kuat terpasang, aman dan mudah diperbaiki. b. Tiap –tiap panel harus ditanahkan dengan kawat BC / NYA dengan ukuran sesuai dengan gambar perencanaan. c. Panel-panel listrik baru adalah jenis In-door / outdoor type, terbuat dari plat baja. d. Untuk type out-door ditambahkan konstruksi yang dibentuk sedemikian rupa sehingga air hujan tidak dapat masuk. e. Panel dipasang pada dinding dengan menggunakan Dynabolt 8 mm, konstruksi ini disesuaikan dengan perlatan/komponen yang terpasang. f. Semua bagian perlatan yang bertegangan harus mempunyai jarak yang cukup dengan bagian peralatan yang lain. Apabila perlu harus diberi tambahan Isolator untuk menghindari adanya hubung singkat. g. Panel di cat dengan cat dasar (meni) tahan karat 2 kali cat akhir dari jenis cat bakar 2 kali yang tahan gores. Sebelum di cat, panel termasuk rangkanya harus dibersihkan dari karat, bila perlu digunakan bahan kimia penghilang karat (RUST REMOVER). h. Panel harus dilengkapi mur-baut untuk terminal pentanahan, baut terminal harus dilas penuh pada rangka panel. Ukuran mur-baut 3/8”. i. Pintu Panel harus dihubungkan dengan rangka panel menggunakan kawat tembaga Flexible (NYMHY 1 x 6 mm²) untuk pentanahan pintu panel. j. Untuk masuk dan keluarnya kabel ke dan dari panel menggunakan wartel mur sesuai ukuran kabel.
Bus-Bar / Rel Tembaga 1. Dalam box panel harus disediakan sarana pendukung kabel yang diketanahkan (grounding) dan busbar pengetanahan, yang berfungsi untuk dudukan ujung kabel pertanahan. 2. Busbar dan terminal penyambung panel harus sesuai untuk sistim 3 phase, 4 kawat dan mempunyai 5 busbar dimana busbar pentanahan terpisah yang terdiri dari 3 busbar untuk phase R-S-T, 1 busbar untuk Neutral, dan 1 busbar unbtuk grounding. Kapasitas busbar harus mampu mengalirkan arus minimal sebesar 2 kali dari rating pengaman utama. Setiap busbar harus diselubungi bahan isolatif dengan warna standar untuk identifiksi phasa.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 23
3.
4.
5.
6. 7.
8.
9.
2.8.
Busbar dari bahan tembaga yang digalvanisasi dengan perak. Galvanisasi ini, termasuk pula bagian yang menempel pada busbar, seperti sepatu kabel dan lain-lain. Pemasangan kabel pada busbar dan terminal penyambung harus disusun dan dipegang oleh isolator dengan baik, sehingga mampu menahan elektron mekanikal force akibat arus hubungan singkat terbesar yang mungkin terjadi. Penyusunan busbar diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam perawatan, penambahan breaker dan kegiatan lainnya dimasa yang akan datang. Busbar harus memiliki kemurnian tembaga diatas 95%, dan harus tidak menyebabkan keretakan permukaan jika ditekuk 90°. Bus-bar terbuat dari tembaga dengan kemurnian tinggi dengan kemampuan arus minimum 1,5 kali kapasitas / kemampuan pengaman utamanya, kecuali Bus-bar PE yang ukurannya lebih kecil dan disesuaikan kawat tanahnya. Dimensi dan kemampuan rel dapat dilihat pada gambar. Semua Bus-bar harus ditopang kokoh pada rangka Konstruksi dengan menggunakan penyangga atai dijepit partinax pada beberapa tempat sehingga Konstruksi Bus-bar cukup kuat dan tidak lentur / bergetar. Tahanan isolasi terhadap Body / rangka minimum 50 M Ohm. Bus-bar untuk pertanahan/penghantar pembumian / di klem dengan baik ke rangka panel, cat pada bagian rangka yang menempel Bus-bar pentanahan harus dihilangkan.
Circuit Breaker 1. Peralatan pengaman / Circuit Breaker (MCCB / MCB) yang dipasang pada Base Plate atau plat dasar yang terpasang kuat pada rangka panel. 2. Untuk memudahkan pengenalan distribusi beban pada setiap MCCB / MCB dan peralatan penting yang lain harus diberi nama / nomor saluran yang dapat dibaca dengan jelas / mudah. 3. Circuit breaker yang digunakan dari type MCCB dan MCB yang dilengkapi dengan thermal overcurrent release dan electromaghnetic overcurrent release yang rating ampere trip dapat disetel ( adjustable ) untuk jenis MCCB. 4. Circuit breaker harus mampu mengamankan beban apabila terjadi arus lebih, hubung singkat, tegangan sangat rendah, tegangan sangat tinggi, hilang salah satu fasa. Circuit breaker harus dilengkapi dengan kendali motor (motorized) seperti pada gambar peleksanaan. 5. Setiap circuit breaker harus dilengkapi dengan proteksi arus lebih dan proteksi arus hubung singkat. 6. Pada circuit breaker dan terminal penyambung harus diberi indikasi / label / sign plates mengenai nama beban atau kelompok beban yang dicatat daya listriknya. Label itu harus harus dibuat dari plat aluminium atau standar DIN 4070. 7. Sekering/Fuse (jika ada) harus tipe HRC/HHC dan mampu menahan arus hubung singkat diatas 100 kA. Fuse harus dilengkapi dengan dudukan dan rumah sekering (Safety Fuse Holder).
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 24
8. 9. 10. 11. 12. 13.
14.
15. 16.
2.9.
Magnetik Kontaktor harus memiliki kemampuan sesuai dengan daya beban dan tidak kurang dari yang tercantum pada gambar perencanaan. Magnetik kontaktor harus mampu menahan arus gangguan sebelum peralatan pengaman gangguan bekerja. Outgoing circuit breaker dari Main Distribution Switch Board harus dilengkapi dengan proteksi kehilangan arus satu phase. Cirkuit Breaker untuk proteksi motor – motor listrik harus menggunakan Cirkuit Breaker yang dirancang khusus untuk pengamanan. Breaking Capacity dan rating Cicuit Breaker yang digunakan harus sebesar yang tercantum dalam gambar Perencanaan. Semua Circuit Breker harus diidentifikasi dengan jelas. Identifikasi ini meliputi Breaking Capacity-nya, Voltage Rating dan Ampera Trip-nya sesuai dengan dinyatakan dalam gambar perencanaan. Pemasangan MCB harus menggunakan omega rail sedangkan MCCB dan komponen-komponen lain seperti relay contractor, time switch lain harus menggunakan dudukan plat. Pemasangan komponen-komponen tersebut harus rapi dan kokoh sehingga tidak akan lepas oleh gangguan mekanis dan thermis. Jika dalam gambar perencanaan dinyatakan ada spare tersebut harus terpasang secara lengkap. Semua CB harus diberi label / sign plate yang terbuat dari bahan yang sudah disetujui oleh Pengawas / Direksi.
Alat Ukur / Indikator 1. Panel dilengkapi dengan alat – alat ukur ( Sesuai spesifikasi gambar) antara lain : a. Volt meter b. Ampere meter c. Frekuensi Meter d. KW meter e. Cos Phi Meter f. RPR Meter g. Selector switch h. Trafo arus i. Indicator lamp. & Fuse 2. Tidak semua panel dilengkapi peralatan diatas melainkan harus disesuaikan dengan gambar perencanaan. Voltmeter dilengkapi dengan selector switch yang mempunyai mode 7 posisi. a. 3 Kali phase terhadap netral b. 3 Kali phase terhadap phase c. Posisi Off 3. Alat ukur / metering yang digunakan adalah jenis „semi flush mounting‟ didalam kotak tahan getaran ukuran 96x96mm dengan ketelitian skala 1% dan bebas dari pengaruh induksi serta memiliki sertifikat tera dari LMK / PLN (minimum satu buah untuk setiap jenis alat ukur). 4. Ukuran peralatan ukur adalah 9 cm, surface mounted dilengkapi dengan pengaman arus lebih dan arus hubung singkat.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 25
5. 6.
Ampere meter yang digunakan mempunyai range pengukur sesuai dengan ranting incoming CBnya. Lampu indikator yang digunakan adalah : a. Warna merah untuk phase R b. Warna Kuning untuk phase S c. Warna hijau untuk phase T d. Lampu –lampu indikator harus diproteksi dengan menggunakan fuse jenis diazed.
2.10. Sistem Pentanahan 1. Penghantar Pengaman yang biasa digunakan adalah : kawat tembaga telanjang atau BC (Bare Conductor). 2. Pembumian biasanya dilakukan pada : Titik netral sistem listrik pada generator atau transformator. Bagian konduktif terbuka perlengkapan (peralatan listrik) dan isolasi listrik. 3. Sistem pentanahan panel listrik yang digunakan pada Instalasi ini adalah sistem PNP (Pentanahan Netral Pengaman), sesuai aturan yang digunakan pada PUIL 1987. 4. Elektroda pentanahan menggunakan “Elektroda Pipa” dengan ground rod 5/8” dan kawat BC yang ditanam sedalam minimal 6 (enam) meter hingga dicapai tahanan pentanahan minimal 1 Ohm. Apabila tidak tercapai keadaan 1 Ohm, maka harus diusahakan dengan memparalelkan beberapa ground rod hingga tercapai keadaan yang diinginkan. 5. Bila perlu elektroda pentanahan untuk badan peralatan dan panel harus dipisahkan penanamannya sejauh minimum 3 meter satu dengan yang lain. 6. Saluran pentanahan dari elektroda pentanahan sampai kebadan harus dilindungi dengan pipa PVC High Impact (HI) 20 mm. 7. Saluran ini tidak boleh ada sambungan hanya diperbolehkan pada terminal yang disediakan dengan menggunakan sambungan mur baut dan sepatu kabel yang sesuai. 8. Penampang kawat pentanahan dari masing-masing panel dapat dilihat pada gambar masing-masing panel. 9. Titik pentanahan panel ini harus dipisahkan dengan sistem pentanahan penangkal petir dan peralatan lain (peralatan kontrol, MCFA, PABX, dll) minimal sejauh 10 meter. 10. Penyambungan dipanel harus pada rek pentanahan atau mur baut yang telah di las ke badan panel. 2.11.
Cubicle ( Sisi Pelanggan ) 1. Panel - panel tersebut harus dibuat dari plat baja yang digalvanisasi (galvanized sheet steel) dengan tebal minimum 2 mm dan dilengkapi dengan double cover yang ketebalan plat sama yaitu 2 mm dengan rangka besi serta dilengkapi dengan mimik diagram dan dicat Powder coating, texture type, warna panel harus mendapat persetujuan dari pihak Pemberi Tugas. Tipe free standing, serta harus dapat dilayani dari depan dan pintu-pintu harus dilengkapi dengan handle yang dapat dikunci. 2. Panel TM harus sesuai dengan spesifikasi minimum sebagai berikut : a. Tegangan kerja : 20 kV
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 26
b. Nominal Insulation Voltage : 24 kV c. Rated Insulation Level for 1 min : 50 kV d. Impulse with stand voltage : 125 kV e. Frequency : 50 Hz f. Busbar normal current rating : 630 A g. Short time circuit rating 1 second : 14,5 KA h. System fault level : 500 MVA 3. Panel – panel tersebut terdiri dari satu atau beberapa unit yang masing- masing mempunyai satu ukuran standard yang sama serta mudah untuk dapat disatukan dengan lainnya. Ukuran maximum dari masing-masing unit adalah : tinggi, lebar, kedalaman sesuai dengan standard suatu produk yang dipakai. 4. Panel-panel tersebut harus dilengkapi dengan sertifikat pengetesan dari pabrik pembuat serta harus diserahkan kepada Pemberi Tugas sebelum dipasang. 5. Unit – unit cubicle terdiri dari unit-unit : Panel Incoming Tegangan Menengah Type SM6 dengan karakteristik dan perlengkapan sebagai berikut : a. Rating tegangan lebih dari 24 KV. b. Tegangan kerja 20 KV. c. Kapasitas pemutusan 14,5 KA d. Rating Arus LBS & Bus bar 400 A. e. Kabel inlet dari bawah. f. SF6 Functional LBS & Earthing Switch. g. Manual operating mechanism. h. Shunt Trip coil - 220 VAC. i. Heater 50 watt - 220 VAC. j. Tiga phase Bus bar 500 mm - 1 set k. 3 set Current transformer 50/5 A. (khusus IMC) l. LV compartment & auxialary (220 V). (khusus IMC) m. Over load relay & meter. (khusus IMC)
Panel Outgoing Tegangan Menengah Type SM6 dengan karakteristik dan perlengkapan sebagai berikut : a. Rating tegangan lebih dari 24 KV. b. Tegangan kerja 20 KV. c. Kapasitas pemutusan 14,5 KA d. Rating Arus LBS & Bus bar 400 A. e. Kabel inlet dari bawah. f. SF6 Functional LBS & Earthing Switch. g. Striker Fuses, Solefuse 31,5 A - 1 set h. Manual operating mechanism. i. Shut Trip coil - 220 VAC. j. 1 set Current transformer 25/5 A. k. Mechanical Indikator untuk Blown Fuses l. Heater 50 watt - 220 VAC. m. Tiga phase Bus bar 500 mm - 1 set n. LV compartment & auxialary (220 V). o. Over load relay & meter.
2.12. Capasitor Bank 1. Capacitor Bank yang dipergunakan adalah type dioperasikan secara manual maupun otomatis.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
H-Range yang dapat
D - 27
2.
Sebagai pemutus dipergunakan peralatan yang direkomendasi oleh pabrik untuk capacitor, sedangkan contactor sebagai switching mempunyai rating 1,42 x arus nominal capacitor.
2.13. Automatic Closed-Transition Transfer Switch (ACTS) 1. Spesifikasi Teknis pekerjaan Automatic Closed –Transition Transfer Switch : Penjelasan Umum : a. Menyediakan dan memasang Automatic Closed-Transition Transfer Switch (CTTS) dengan keterangan jumlah Pole, Kapasitas Arus, Tegangan, Withstand and Close-On Ratings sesuai dengan design awal. Setiap CTTS harus memiliki system mekanisme Single Pole Double Throw design and Controller mikro prosessor untuk pengendalian secara automatis dan semua CTTS dantroller harus merupakan produk dari pabrikan yang sama b. CTTS ahrus dapat mentransfer beban tanpa interupsi, dengan cara menghubungkan sesaat antara kedua sumber tegangan hanya ketika kedua sumber itu ada dan siap. Waktu maksimum untuk interkoneksi tidak lebih dari 100ms. CTTS harus beroperasi jadi sebuah ATS konvensional dengan system break before make, ketika sumber gagal mensuplay tegangan. Spesifikasi teknis yang ditawarkan minimal meliputi, antara lain; Type : Close Switch Tegangan Operasional : 20KV Kapasitas : Sesuai gambar perencanaa Class Of Equipment : Class PC Utilization Categories : AC-33A Controler : Microprocessor System with LCD Operator Transfer Swicth : Selenoid Aperation : Automatis dan Manual Waktu Paralel : < 100 ms Standarisasi : UL 1008 & IEC 60947-6-1
2. Standard dan Referansi : ACTS dan Controller harus memenuhi persyaratan dalam standarisasi, antara lain ; a. UL 1008 – Standard untuk Automatic Transfer Switch (ATS) b. IEC 947-6-1 – Switchgear and Control gear Tegangan Rendah, Peralatan multi fungsi, Peralatan ATS, c. NFPA 70 – National Electrical Code, d. NFPA 99 – Essential Electical System untuk Fasilitas Perawatan e. NFPA 110 – Stanby dan Emergency Power System f. IEE 446 – Standard untuk Industry dan Komersial Aplikasi g. NEMA ICS10-1993 – AC Automatic Transfer Switch, UL 508 – Peralatan Control Industri.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 28
3. Spesifikasi untuk Closed Transition (Make Before Break) Automatic Transfer Switch- ACTS
Komponen Utama
Tipe Tipe Transfer
Aturan dan Standar
Sertifikasi Operator
Kontroller Fitur Kontroller
Kecepatan Transfer Temperatur Operasi
Monitoring In Phase Pemeliharaan
Exercise mesin
: ACTS harus memiliki design transfer switch “Single Pole Double Throw” (SPDT) dan sebuah modul control yang terinterkoneksi untuk memberikan operasi otomatis yang lengkap : Operasi Otomatis dan/ atau Manual : Closed Transition (make-before-make) untuk memindahkan load tanpa gangguan ketika kedua sumber tersedia : ACTS harus memenuhi UL 1008 atau IEC 60947.6.1 – Standar yang digunakan untuk Automatic Transfer Switch : ACTS harus memiliki sertifikasi independent dari pihak ke 3, seperti: KEMA, DEMCO dan lainnya : Transfer Switch dioperasikan secara elektrikal dan bekerja secara mekanikal. Operator elektrikalnya adalah mekanikal solenoid, yang bekerja dengan cepat : Sistem Mikroprosesor, terintegrasi dengan transfer switch : - Monitoring 3 phase Under dan Over Voltage (Normal dan Emergency) - Monitoring Frekuensi, Under dan Over - Monitoring ketidakseimbangan Voltase - Jeda waktu transfer ke Emergency - Jeda waktu transfer kembali ke Normal - Pendinginan Mesin - Pemanasan Mesin (exercise Mesin) - Waktu Tunda kehilangan PLN sementara - Monitoring rotasi phase : < 100 ms : - 20 sampai 60 0 Centigrade
ACTS harus mampu mentransfer tanpa interupsi antara dua sumber yang hidup. Jika terdapat sebuah kondisi yang membuat tidak mungkin terjadi transfer “make before brake”, Maka ACTS harus mampu melakukan transfer “brake before make” secara otomatis : Mikroprosesor ATS harus memiliki fungsi “monitoring in-phase” untuk memonitor beban motor : Pemeriksaan terhadap semua kontak sangat mungkin dari bagian depan tanpa harus melepas jaringan ATS dan tanpa memutuskan konduktor power : ATS harus memiliki engine exercise terintegrasi
2.14. Sistem Instalasi 1. Persyaratan teknis ini berlaku untuk : a. Kabel daya - Yang dimaksud dengan kabel daya adalah kabel yang menghubungkan antara panel satu dengan panel yang lainnya termasuk peralatan bantu dibutuhkannya.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 29
-
b.
c.
2.
Setiap kabel daya ujungnya harus diberi end cup marking colour, untuk mengidentifikasi warna phasa. Warna tanda harus tidak boleh berubah atau pudar karena temperatur kabel. Setiap tarikan kabel / sirkit harus tidak diperbolehkan adanya sambungan kecuali untuk kabel instalasi penerangan. Kabel Tegangan Rendah 1) Kabel Tegangan Rendah ( 0,6 / 1 KV ) mulai digunakan dari trafo ke Panel Tegangan Utama Tegangan Rendah ( PUTR ) dan seterusnya hingga kesetiap titik beban. 2) Kabel Tegangan Rendah (0,6 / 1 KV ) digunakan pada instalasi yang langsung berhubungan dengan tanah. 3) Untuk kabel jenis NYFGBY, metal armournya harus digunakan sebagai grounding body. 4) Kabel tahan api digunakan khusus untuk melayani beban beban seperti : Lift, Pemadam Kebakaran, Motor Pressurize Fan. Instalasi penerangan Yang dimaksud dengan instalasi penerangan adalah kabel –kabel menghubungkan antara panel –panel penerangan dengan fixture penerangan. Dalam instalasi penerangan ini harus termasuk juga peralatan –peralatan bantu instalasi seperti conduit, sparing, doos penyambung, doos pemasangan dan lain –lain yang dibutuhkan untuk kesempurnaan instalasi penerangan. Instalasi tenaga Yang dimaksud dengan instalasi tenaga adalah kabel yang menghubungkan panel –panel daya dengan beban –beban stop kontak, peralatan tata udara (exhaust fan, air conditioning) pompa – pompa listrik (pompa air bersih, pompa kebakaran, pompa hydrant, pompa jockey, pompa bahan bakar) lift, dan lain –lainnya sesuai dengan gambar perencanaan. Dalam instalasi daya ini harus sudah termasuk outlet daya, condut, sparing, doos penyambung, doos pemasang, dan peralatan –peralatan bantu lainnya yang dibutuhkan untuk kesempurnaan instalasi daya. Untuk pengabelan instalasi tenaga (Kabel Utama) : a. Pemasangan kabel harus memenuhi persyaratan dari pabrik kabel dan persyaratan umum yang berlaku. b. Semua penarikan kabel harus menggunakan sistem roll untuk memudahkan pekerjaan dan kabel tidak rusak karena tekukan dan puntiran. c. Sebelum penarikan kabel dimulai, pemborong harus menunjukkan kepada konsultan Pengawas alat roll tersebut serta alat – alat lainnya.
Kabel –kabel listrik yang digunakan harus sesuai dengan standard yang berlaku yang diakui di negara Republik Indonesia. Ukuran kabel untuk instalasi
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 30
listrik yang digunakan minimal harus sesuai dengan gambar Perencanaan dan sudah direkomendasi oleh LMK. a. Inti Tembaga b. Ukuran minimum 2.5 mm2 kecuali untuk kabel control c. Kabel harus dalam keadaaan baru, tanpa cacat dan bila perlu harus ada surat keterangan dari distributor / pabrik. d. Semua kabel di kedua ujungnya harus diberi tanda dengan cable mark yang jelas dan tidak mudah hilang untuk mengidentifikasi arah beban. e. Ketentuan pemberian tanda harus mengacu pada SNI 04-0225-2000 pasal 7.2. f. Penyambungan : Penyambungan kabel ke terminal panel / peralatan di semua bangunan adalah tanggung jawab kontraktor. Sambungan harus dilaksanakan dengan baik, cukup kuat / erat sesuai dengan model terminal peralatan yang terpasang. Penyambungan kabel kotak kontak atau kabel penerangan harus dilakukan didalam kotak sambung. Kotak sambung harus terbuat dari bahan yang sama dengan conduit dipasang tutup dengan skrup. Tutup kotak dengan cara clip tidak diijinkan. Setiap sambungan harus memakai alat penyambung berupa las dop. Tidak diperkenankan melakukan penyambungan di dalam tanah ditengah perjalanan kecuali apabila panjang kabel / saluran melebihi standard panjang yang telah ditentukan oleh pabrik, kecuali memang ada pekerjaan penyambungan kabel. Apabila terpaksa dilakukan pernyambungan karena saluran lebih panjang dari standar pangjang pabrik maka sistem/cara penyambungan harus dibicarakan dengan pengawas untuk mendapatkan persetujuan. Semua penyambungan kabel pada kotak sambung menggunakan sambungan puntir dengan lasdop tidak boleh menggunakan isolasi. g. Pada setiap jarak maksimum 25 meter dan setiap belokan sepanjang jalur penanaman kabel harus di pasang patok beton dengan tulisan „TR/TM‟. h. Semua kabel yang dipasang menembus dinding harus dipasang sleeve pipa galvanized minimum 2,5 kali penampang kabel.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 31
3.
Pemipaan ( Konduit )
a.
Konduit digunakan untuk melindungi kabel yang ada didalamnya, yang umum digunakan pada bangunan tinggi adalah “Isolasi PVC High Impact (HI)” yang khusus digunakan untuk instalasi penerangan saja.
b.
Pipa PVC HI yang dipergunakan produksi yang sudah direkomendasi oleh LMK, bila diperlukan kontraktor harus dapat menunjukkan bukti rekomendasi tersebut. Berhubung untuk instalasi penerangan hanya terdapat 1 (satu) kabel untuk 1 (satu) konduit, maka sesuai Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL 1987) berlaku faktor pengisian maksimum = 50 %.
c.
Luas penampang luar kabel Faktor pengisian : --------------------------------------- x 100% Luas penampang dalam konduit
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 32
d. e.
f.
Pasangan kabel dalam pipa PVC HI pada jarak maksimum 100 cm harus diberi klem. Klem dibuat dari bahan plat logam digalvanis atau allumunium, pemasangan pada tembok harus menggunakan vicher dan sekrup, pemasangan dengan menggunakan paku tidak dibenarkan.Untuk kabel berpenampang 16 mm2 atau lebih harus dilengkapi dengan sepatu kabel untuk terminasinya. Pemasangan sepatu kabel untuk kabel berukuran 70 mm2 atau lebih harus menggunakan hydraulic press kemudian di solder dengan timah pateri. TEE
PVC
VARIABLE
FLOOR
DISTANCE
TEE DOOS
FLOOR
PVC FLEXIBLE
COVER HANGER VAR A I BLE CABLE NYA
IN
STEEL TUBE LAMP HANGER
CEILING L AM AM
4 . 4.
Tahanan Isolasi a. Tahanan isolasi kabel yang dipersyaratkan sesuai pasal 213 sub pasal 213.B.2 PUIL 1987 adalah minimum 1000OHM per satu volt tegangan nominal. b. Tahanan isolasi kabel yang digunakan harus sedemikian rupa sehingga arus bocor yang terjadi tidak melebihi 1 mA untuk setiap 100 m panjang kabel. Kecuali untuk instalasi yang harus beroperasi pada keadaan darurat.
5.
Kabel –kabel yang digunakan adalah kabel yang sesuai dengan fungsi dan lokasi pemasangannya seperti table dibawah ini / sesuai dengan gambar Perencanaan : Pemakaian Instalasi penerangan didalam bangunan Instalasi penerangan diluar bangunan Instalasi kabel tenaga didalam bangunan Instalasi kabel daya didalam bangunan Instalasi kabel daya diluar bangunan
6.
Jenis Kabel NYM NYM, NYY, NYFGbY NYM, NYY NYY NYFGbY
Sebagai pengenal untuk inti kabel atau rel digunakan warna, lambang atau huruf seperti yang terdapat dalam tabel Tabel : 701 - 1, PUIL 1987.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 33
Pengganti Inti Atau Rel
A.
B.
C.
1 Instalasi arus bolak-balik : Fase Satu Fase Dua Fase Tiga Netral Instalasi perlengkapan listrik : Fase satu Fase dua Fase tiga Instalasi arus searah : Positif Negatif Kawat tengah
D. Penghantar Pembumian
Dengan huruf
2
Pengenal Denga Dengan n warna lamban g 3 4
L 1/R L 2/S L 3/T N
Merah Kuning Hitam Biru
U/X V/Y W/Z
Merah Kuning Hitam
L+ LM
+ -
HB
Tidak ditetapkan Tidak ditetapkan Biru Loreng hijau kuning
Tabel Peng enal inti kabel atau r el Warna kabel yang mengikat (harus ada) adalah biru (untuk netral) dan kuning / hijau (untuk ground). Bila warna tersebut tidak ada maka pada ujung-ujung kabel harus diberi isolasi dengan warna yang bersesuaian seperti butir di atas. 7.
Pelaksanaan penanaman galian pada kondisi khusus dimana penanaman kabel tidak dapat dilaksanakan dengan kedalaman * 1,20 meter, maka pelaksanaannya sebagai berikut : a. Minimum 0,80 meter di bawah permukaan tanah, pada jalan-jalan yang dilewati kendaraan . b. Minimum 0,60 meter di bawah permukaan tanah, pada jalan-jalan yang tidak dilewati kendaraan (pedestrian) dan diberi pelindung pipa galvanized dengan penampang minimum 2,5 kali penampang kabel. c. Pada kondisi dimana terdapat kabel PLN tegangan menengah/tinggi dan kabel telekomunikasi maka kabel tanah harus ditempatkan di atas kabel PLN dengan jarak minimum 50 cm. d. Pada persilangan antara kabel tanah dan kabel lainnya harus diambil salah satu tindakan pengamanan, kecuali jika salah satu kabel tanah yang
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 34
e.
f.
bersilangan itu terletak di dalam saluran pasangan batu, beton atau semacam itu yang mempunyai tebal dinding sekurang-kurangnya 6 cm. Di atas kabel tanah yang terletak di bawah, harus dipasang tutup pelindung dari lempengan beton (concrete tile) atau pipa beton atau sekurang-kurangnya dari bahan tahan lama atau yang sederajat. Di atas kabel yang terletak di atas, dipasang pelindung beton, pipa beton belah atau dari bahan lain yang cukup kuat tanah lama dan tahan api. Pipa belah ini harus dipasang menjorok keluar sekurangkurangnya 0,5 meter dari kabel yang terletak di bawah diukur kabel sisi luar. Pada tempat persilangan dengan kabel tanah telekomunikasi, kabel tanah harus dilindungi pada bagian atasnya dengan pipa belah, plat atau pipa dari bahan bangunan yang tidak dapat terbakar. Jika kabel tanah menyilang di atas kabel tanah telekomunikasi dengan jarak lebih kecil dari 0,3 meter maka pada bagian yang menghadap ke kabel tanah telekomunikasi dipasang alat / pipa dari bahan bangunan yang tidak dapat terbakar. Perlindungan ini harus menjorok keluar paling sedikit 0,5 meter dari kedua sisi persilangan. Pelindung kabel tanah tersebut baik pada kabel tanah tersebut maupun pada kabel tanah telekomunikasi harus menjorok keluar paling sedikit 0,5 meter dari kedua ujung tempat persilangan dan pendekatan itu. Kabel tanah telekomunikasi yang diletakkan di dalam jalur kabel dianggap telah terlindung. Kontraktor wajib mengembalikan galian tanah dalam keadaan semula dengan seluruh biaya menjadi kewajiban kontraktor.
8.
Rak Kabel a. Rak kabel digunakan untuk menunjang kabel-kabel utama (feeder cable), atau kabel lainnya yang berada dalam jumlah yang cukup banyak. b. Rak kabel umumnya buatan pabrik yang telah digalvanized dan dalam pemasangannya harus dibumikan. c. Dimensi rak kabel harus mencukupi kebutuhan kabel yang akan dilayaninya. Seluruh kabel yang ada diatas rak kabel harus diikat dengan pengikat kabel (cable ties). d. Penyusunan kabel didalam rak harus secara rapi dan tidak saling menyilang.
9.
Seluruh bahan metal tidak bertegangan (rak kabel, panel dll) harus ditanahkan secara sempurna, pada sambungan rak kabel dimana sambungan tersebut tidak menggunakan las maka kedua bagian rak harus „jumper‟ dengan konduktor tembaga minimal berpenampang 2,5mm2.
10.
Untuk galian kabel yang melalui jalur kabel existing/lama harus dikerjakan dengan extra hati-hati. Bila terjadi kerusakan pada kabel existing karena
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 35
terkena peralatan gali (pacul, ganco, dsb), kontraktor harus mengganti kabel tersebut tanpa adanya tambahan biaya, termasuk biaya perawatan pekerja yang mengalamai kecelakaan hingga sembuh benar. 11.
Apabila diperlukan suatu peralatan tambahan yang berbeda merek tapi merupakan bagian dari sistem secara keseluruhan, maka kontraktor harus mengajukan surat dukungan dari pabrik peralatan utama yang menyatakan bahwa merek peralatan tambahan tersebut akan “compatible” dengan peralatan utama yang diproduksinya.
12.
Pengurusan Ijin Instalasi Listrik kepada Instansi yang berwenang (PLN) merupakan Pekerjaan dan Tanggung Jawab dari Kontraktor.
13.
Motor a. Motor dengan kapasitas sama atau lebih kecil 5,5 Kw yang distart secara langsung atau Direct On Line (DOL) starters. b. Motor dengan kapasitas lebih besar 5.5 KW distart secara star delta (Y-) starters.
2.15. Armatur Lampu 1. Persyaratan Umum : a. Lampu dan armaturnya harus sesuai dengan yang dimaksudkan, seperti yang dilukiskan dalam gambar-gambar detail Elektrikal. b. Untuk memastikan kemampuan distribusi cahaya, semua produk yang ditawarkan harus menyertakan perhitungan pencahayaan dengan sampling area untuk menunjukkan kontur isoline dari penyebaran distribusi cahaya, kurva fotometrik termasuk Light Output Ratio – LOR, DLOR, ULOR & TLOR, supplier juga harus menyertakan jaminan keaslian produk dan garansi untuk semua tipe armature. c. Semua armature lampu harus dibuat oleh satu pabrikan dengan kualitas yang sesuai dengan Standar IEC. d. Semua rumah lampu khususnya untuk kebutuhan penerangan general harus produksi di pabrik yang berada di dalam negeri serta mempunyai jaringan distribusi penjualan atau kantor cabang resmi yang berada disetiap wilayah kota di Indonesia. e. Pabrikan rumah lampu bersedia memberi jaminan atas tersedianya barang dalam jangka waktu minimal 5 tahun kedepan sehingga apabila ada beberapa produk membutuhkan sperpat pengganti maka barang tersebut masih tersedia dan terjamin kontinuitasnya. f. Pabrikan rumah lampu yang diguanakan adalah pabrikan yang dapat memberikan garansi atas produk yang dikeluarkanya minimal 1 tahun sejak barang terpasang di proyek. g. Semua armatur lampu yang terbuat dari metal harus mempunyai terminal pentanahan (grounding).
2. Klasifikasi Lampu Penerangan : a. Lampu Penerangan Dalam. Lampu penerangan dalam yang dimaksud adalah lampu penerangan di dalam gedung dikategorikan sebagai berikut :
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 36
-
Lampu penerangan normal (normal lighting) yaitu lampu penerangan buatan dengan intensitas penerangan yang sesuai persyaratan untuk menjamin kelancaran kegiatan dalam gedung.
b. Armature Lampu Recessed Mounted - Louvre Aluminium - Armatur lampu harus terbuat dari plat baja tebal 0,6 mm (termasuk finishing)
-
-
-
dengan penyelesaian cat Powder Coating dengan kapasitas lampu sesuai ketentuan dalam Gambar Kerja. Housing dan plates, socket bridges, reflector, saluran kabel dan penutup ballast: terbuat dari baja cold rolled (tebal 0.5 mm). Housing juga harus sesuai dengan klasifikasi proteksi (IP 20) dan mengacu kepada standar Internasional IEC 598. Cover depan harus berbentuk Louvre dengan reflektor bahan Alanol ( Mirror ) berstruktur khusus sehingga menghasilkan intensitas cahaya yang optimal untuk mencapai illuminasi yang tinggi. Armature dibuat sedemikian rupa hingga ballast dapat diperbaiki atau diganti tanpa melepas housing armature tersebut.
c. Cover Prismatic - Armature lampu yang dilengkapi cover Acrilik warna susu atau Acrilik jenis
-
Prismatik memiliki tebal minimal 3 mm yang dipasang pada rumah lampu yang semestinya harus dilenggkapi cover dengan tujuan untuk melindungi bola lampu yang terpasang ataun berguna untuk menutupi komponen listrik seperti keberadaan Battast atau Battery Emergensi yang terletak didalamnya serta berfungsi peredam cahaya bola lampu yang dianggap menyilaukan. Bentuk Armature lampu yang dilengkapi Cover Acrilik mengikuti standart pabrik pembuat Armatur dan standart indec protection minimal IP 20 atau dapat mengacu pada gambar kerja yang dibuat oleh desain perencana proyek.
d. Lighting fixtures TLD jenis LED - Armatur lampu harus terbuat dari plat baja tebal 0,6mm (termasuk finishing)
-
-
-
-
dengan penyelesaian cat Powder Coating , dengan kapasitas lampu sesuai ketentuan dalam Gambar Kerja. Housing dan plates, socket bridges, reflector, saluran kabel dan penutup ballast: terbuat dari baja cold rolled (tebal 0.5 mm). Housing juga harus sesuai dengan klasifikasi proteksi (IP 20) dan mengacu kepada standar Internasional IEC 598. Cover depan harus berbentuk Louvre dengan reflektor optik berstruktur khusus sehingga menghasilkan intensitas cahaya yang optimal untuk mencapai illuminasi yang tinggi. Sumber cahaya menggunakan TL-LED Master lifetime 40.000 jam Konstruksi armatur pada umumnya harus memberikan effisiensi penerangan yang maksimal, rapih kuat serta sedemikian rupa sehingga pekerjaanpekerjaan seperti penggantian lampu, pembersihan, pemeriksaan dan pekerjaan pemeliharaan dengan mudah dapat dilaksanakan. Ballast / Powersuplay yang dipasang harus mengikuti standart teknis dari pabrikan komponen bola lampu. Pada semua armatur harus dibuat mur dan baut sebagai tempat terminal pentanahan (grounding). Pegangan lampu: Terbuat dari plastik tahan panas hingga suhu 105ºC, berwarna biru transparant
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 37
e. Armature Lampu Downlight - Rangka armatur lampu Down light terbuat dari bahan plat baja dengan
f.
finising menggunakan cat Powder Coating lengkap dengan reflector dan Cover Glass serta aluminium heatshing sebagai pendingin bola lampu Led. Bola lampu Led untuk Down light berbentuk kotak memiliki varian lumen dan dipasang pada area tertentu sesuai gambar kerja Memiliki per kawat yeng terbuat dari baja sebagai penjepit rumah lampu pada plafon dan mudah dibuka untuk instalasi pada ceiling board.
Armature Lampu Baret - Armature lampu baret terbuat dari plat baja dengan finis cat Powder coating
warna - Putih cover acrilic satin warna milk yang bentuknya dapat disesuaikan mengikuti design dari pabrikan pembuat rumah lampu. g. Armature Lampu Dust Proof - Armature lampu Dust Proof IP 65. Housing terbuat dari bahan ABS memiliki klip pembuka cover berbahan dari stanlist. - Cover terbuat dari bahan Poicarbonat warna clear bergaris tipis - Bracket terbuat dari stainless steel dan harus mudah dipasang pada plafond, lampu dipasang di permukaan plafond (surface mounting). Housing harus dilengkapi dengan sealer pada sambungan covernya sehingga menjamin debu, kotoran, dan air tidak masuk ke dalam kompartment armature tersebut. - Fitting yang digunakan terpasang pada bracet yang ada didalam Armatur lampu dan penggunaan bola lampu jenis TL Led Master dan memilik lifetime 40.000 jam.
3. Klasifikasi Lampu Penerangan darurat. a. Lampu penerangan darurat (emergency lighting) yaitu lampu penerangan buatan sebagai pengganti bila lampu penerangan normal terganggu (mati) lampu ini akan menyala baik pada kondisi normal maupun darurat. Lampu penerangan darurat yang dimaksud terdiri dari : Escape Lighting dan Emergency Exit. b. Pada setiap ruangan kecuali tangga, disediakan saklar-saklar setempat untuk menyalakan atau mematikan lampu. c. Pemasangan lampu yang besifat General yang terpasang pada area tertentu untuk kebutuhan sarana evakuwasi wajib dilengkapi Komponen Emergency. d. Sistem penyalaan lampu penerangan luar dilakukan secara otomatis oleh kombinasi kerja antara magnetic contactor dengan saklar Timer sehingga penyalaan lampu penerangan luar tergantung pada terang gelapnya cuaca. e. Timer harus mempunyai spesifikasi sebagai berikut : : 15 menit/unit, - Minimum setting unit : 15 menit/unit, - Minimum setting interval : NICd battery, - Back up failure : 48 Jam (2 hari), - Back up time : 220 Volt, 1 phasa, - Rating tegangan : ON - Auto - Off. - Manual On-Off Switch 4. Escape lighting Escape lighting yang dimaksud adalah lampu penerangan darurat untuk menjamin kelancaran dan keamanan evakuasi pada saat terjadi darurat kebakaran.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 38
5. Emergency Exit Emergency Exit yang dimaksud adalah lampu penerangan darurat untuk penunjuk jalan keluar yang aman pada saat terjadi darurat kebakaran.
6. Pemasangan Out-Bouw / Surface / Permukaan menempel plafond. a. Armature terbuat dari plat baja putih dengan ketebalan minimal 0,6 mm atau ketebalan total setelah finis sekitar +- 0,7 mm, pembuatan harus dengan mesin peralatan lampu Built-in dan dengan proses melalui sistem Pre Treatment dengan penyempurnaan finishing cat powder coating. b. Konstruksi armature harus kuat dan kokoh serta dibuat sedemikian rupa agar dapat dibuka / dilepas untuk perbaikan / penggantian komponen yang berada di dalamnya. Armature dan reflektor harus dilengkapi dengan sekrup, agar dapat dilepas pada waktu memerlukan perbaikan. Seluruh armature harus lengkap dengan rangka dudukan / gantungan. 7. Persyaratan teknis dan pemasangan armature lampu beserta peralatannya : a. Umum - Pemasangan lampu penerangan harus disesuaikan dengan rencana plafon
-
-
-
-
-
-
-
-
dari arsitek dan disetujui oleh MK / direksi. Seluruh instalasi pekerjaan lampu dan peralatan pada dasarnya dilaksanakan dengan menggunakan kabel jenis NYM, dengan luas penampang penghantar sekurang-kurangnya 2.5 mm2 dan pipa conduit PVC HI dengan diameter sekurang-kurangnya 20 mm². Kontraktor diwajibkan mengkoordinasikan rencana kerjanya dengan disiplin lainnya, sehingga kemungkinan timbulnya persilangan lintasan antar instalasi yang berlebihan dapat dihindarkan. Lampu tidak diperkenankan memberikan beban kepada rangka plafond yang terbuat dari bahan aluminium dan harus mempunyai dudukan / gantungan tersendiri. Jarak pemasangan klem-klem pengikat pipa conduit tidak diperkenankan melebihi 100 cm. Pekerjaan pencabangan, splicing dan lain sebagainya harus dilaksanakan dalam junction boxes (Tdoos, Xdoos, dsb), yang terbuat dari bahan yang sejenis dengan pipa conduit yang dipakai, dengan menggunakan sambungan puntir dengan lasdop, yang ukuran-ukuranya sesuai dengan ukuran dan jumlah kabel yang ada. Penggunaan insulation tape sama sekali tidak diperbolehkan. Kabel penghantar yang menghubungkan fixtures lampu dengan instalasi yang ada, harus dilindungi dengan menggunakan flexibel conduit yang terbuat dari bahan ( dan memiliki ukuran ) yang sama dengan pipa conduit yang dipakai. Untuk membedakan instalasi lampu dan peralatan dengan instalasi yang lain, pipa conduit yang terpasang harus diberi tanda ( label ) berwarna pada setiap jarak 2 meter. Warna tanda/label yang dipakai harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan pengawas. Tiang lampu penerangan untuk diluar bangunan harus dipasang tegak lurus. Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak-kotak harus di dalam kotak terminal yang terbuat dari bahan yang sama dengan bahan konduitnya dan dilengkapi dengan skrup untuk tutupnya dimanan tebal kotal terminal tadi minimum 4 cm. Semua pekerjaan perbaikan bekas bobokan dilaksanakan oleh Kontraktor Bangunan yang beban biayanya menkadi tanggung jawab dari Kontraktor Listrik.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 39
b. Armature lampu - Armatur-armatur lampu harus memenuhi persyaratan teknis, bentuk dan penampilan sesuai dengan Gambar Perencanaan. - Armatur-armatur lampu merupakan produk pabrikan ( Complite Set ) dengan standard kualitas yang baik. - Armatur-armatur lampu yang terbuat dari plat baja harus mempunyai ketebalan plat minimal 0,6 mm termasuk finish, penggunaan cat Powder Coating warna putih atau sesuai petunjuk Perencana Interior. - Pemasangan armatur harus dipasang dengan baik dan kokoh sehingga tidak mudah terlepas oleh gangguan-gangguan mekanis. Cara pemasangan lampu harus sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat. c. Lampu Penerangan Buatan - Jenis-jenis lampu harus sesuai dengan gambar Gambar Perencanaan. - Lampu-lampu yang digunakan harus mempunyai kualitas terbaik. - Lampu LED harus dipilih dari jenis lampu yang mempunyai efisiensi. - Semua lampu yang digunakan harus mempunyai spesifikasi sebagai berikut : : 220 Volt - 240 Volt Tegangan kerja : sesuai dengan gambar perencanaan Konsumsi daya : 50 Hertz Frekuensi d. Emergency Lamp - Komponen lampu Emergency yang dilengkapi Battery charger harus dipasang pada rumah lampu jenis TL dan PLC yang diletakan pada daerah yang membutukan penerangan atau area evakuasi bila terjadi lampu mati atau kebakaran dan berfungsi sebagai penerangan darurat sesrta berfungsi sebagai penunjuk jalan pada saat terjadi pemadaman listrik. - Lampu Emergency harus berfungsi menyala minimal 2 jam saat terjadi pemadaman listrik. - Tegangan input pada komponen Emergency adalah 220 V, 50 Hz, dilengkapi dengan indicator LED dan peralatan push to Check battery. - Lampu Emergency ini harus menyala disaat terjadi pemadaman listrik atau terjadi insiden kebakaran. - Sistem penyalaan Lampu Exit harus dilengkapi dengan Magnetic Contactor. - Gelombang Electromagnetic yang ditimbulkan tidak boleh lebih besar dari 50 Oersted. - Lampu Exit dilengkapi dengan : High Temperature Rechargeable Nickle Cadmium Battery yang mampu bekerja selama 3 jam operasi. Change Over Switch Converter – Inverter e. Escape Lamp - Dalam kondisi normal, lampu menyala melalui sumber listrik utama/genset dan recharger, battery bekerja. - Dalam kondisi darurat, battery NICd bekeja memback-up sumber daya selama 2 jam operasi. - Bila terhadap 3 lampu dalam 1 armature maka salah satu lampu harus dilengkapi dengan battery. f. Exit Lamp - Lampu Exit ini harus menyala biasa dalam keadaan normal pada saat terjadi indikasi kebakaran. - Sistem penyalaan Lampu Exit harus dilengkapi dengan Magnetic Contactor. - Gelombang Electromagnetic yang ditimbulkan tidak boleh lebih besar dari 50 Oersted. - Lampu Exit dilengkapi dengan : RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 40
High Temperature Rechargeable Nickle Cadmium Battery yang mampu bekerja selama 3 jam operasi. Change Over Switch Converter - Inverter
2.16. Soket & Outlet 1. Saklar dan kotak-kotak. a. Socket Outlet Outlet daya dan plug yang digunakan harus memenuhi standard SII dan PLN atau standart lain yang berlaku dan diakui di Indonesia. b. Outlet daya dan plug harus mempunyai spesifikasi minimal sebagai berikut : Rated Voltage : 250 volt Rated Cutled : 10 A, 13A, 16A c. Switches / Saklar Saklar yang digunakan sesuai dengan standard PLN atau SII atau standard lain yang berlaku dan diakui di Indonesia. Saklar harus mempunyai spesifikasi : Rated Voltage : 250 volt Rated Current : minimal 10 / 16 A 2. Persyaratan pemasangan saklar dan stop kontak : a. Saklar dipasang setinggi 150 cm dari lantai dengan pasangan terpendam (In-Bow) rata dengan permukaan plesteran dinding atau didalam partisi dengan konstruksi tersendiri / khusus.
PV C
dinding CO ND
kabel
150 cm
instalasi
UI T
FLOOR SLAB
b.
Kotak kontak yang dipergunakan adalah jenis in-bow / rata dengan permukaan plesteran dinding atau didalam partisi dengan konstruksi tersendiri / khusus dengan menggunakan In-Bow doos yang terbuat dari bahan yang sama dengan kotak kontaknya. Pemasangan kotak kontak pada doosnya menggunakan sekrup.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 41
c.
d.
e.
f. g.
h. i.
Kotak kontak 1 phase dipasang setinggi 30 cm dari lantai / sesuai permintaan user (disesuaikan dengan alat) dengan pasangan terpendam (In-Bouw) rata dengan permukaan plester dinding atau didalam partisi dengan konstruksi khusus sesuai petunjuk dari Pengawas. Kotak kontak 1 phase Khusus untuk Televisi Posisi Atas dipasang setinggi 210 cm dari lantai / sesuai permintaan user (disesuaikan dengan alat) dengan pasangan terpendam (In-Bouw) rata degnan permukaan plester dinding atau didalam partisi dengan konstruksi khusus sesuai petunjuk dari Pengawas. Kotak kontak 3 phase dipasang setinggi 40 cm dari lantai atai disesuaikan dengan kondisi ruang dan perlatan terpasang dengan pasangan menempel dinding ( out-bouw ) dan harus terpasang kuat, tidak boleh goyang/miring sesuai petunjuk pengawas. Kotak kontak 3 phase harus mempunyai terminal pentanahan (3 P + N + PE) tegangan 250 V. Semua pemasangan out-bouw doos dan kotak kontak 3 phase pada dinding harus menggunakan vischer dan sekrup, pemasangan pada kayu/meja harus menggunakan sekrup. Penggunaan paku pada pekerjaan ini sangat dilarang. Untuk kotak kontak yang dipasang untuk daerah basah harus memakai type tertutup (Water Proof Type). Kotak kontak 1 phase harus mempunyai terminal pentanahan (P + N + PE) tegangan 250 V.
2.17. Testing & Comissioning 1. Macam pemeriksaan dan pengujian : a. Pemeriksaan Visual. Jalur pipa konduit dan kabel tekukan kabel tidak boleh patah. Jalur kabel diatas rak kabel harus rapi dan diusahakan posisi rak kabel diatas instalasi pipa atau duct VAC untuk menghindari adanya tetesan air. Kelengkapan komponen panel. Setiap bagian instalasi yang akan tertutup harus diuji sebelum dan sesudah bagiantersebut tertutup. Apabila terjadi kerusakan fisik atau tidak berfungsinya sistem harus diperbaiki oleh pemborong sampai berfungsi sebagai mana mestinya. Seluruh biaya perbaikan menjadi tanggunan kontraktor dan tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan tambah atau biaya tambah. b. Pemeriksaan Sambungan Listrik Maupun Mekanis. Sambungan dan terminasi kabel pada panel atau beban harus rapi dan tersambung dengan kuat. Kabel serabut atau berurat banyak (multicore) harus dilengkapi dengan sepatu kabel (cable shoe). Kabel didalam panel ditata dengan rapi dan disediakan cadangan panjang kabel (spare) untuk mengantisipasi bila terjadi kesalahan terminasi, kabel masih cukup panjang untuk disambung pada terminal yang lain. RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 42
-
c.
Seluruh Sistem dan Pekerjaan Instalasi harus diperiksa, diteliti dan diuji dengan baik sebelum diserahkan dan pelaksanaannya harus menyertakan Konsultan Pengawas dan bila perlu dengan petugas dari Instansi terkait yang berwenang. Pengukuran Tahanan Isolasi dan Tahanan Pentahanan. Sistem listrik yang sudah dipasang harus diuji dengan seksama sebelum siap untuk dipergunakan. Pesawat uji yang dipakai untuk pengujian sebelum digunakan harus dikalibrasi terlebih dahulu. Pengujian dilakukan bersama dengan pihak yang berwenang (Pemberi Tugas atau Direksi Pengawas). Hasil pengujian direkam pada format daftar simak dan didokumentasikan. Setiap saluran kabel harus ditest Tahanan Isolasinya dengan menggunakan alat MEGGER 10.000 volt untuk kabel Tegangan Menengah dan MEGGER 1.000 volt untuk kabel Tegangan Rendah. Pengujian dengan Meger Test harus tetap dilaksanakan dengan nilai tahanan isolasi minimum seperti pada tabel dibawah. Tegangan Nominal V
Tegangan ekstra rendah (SELV,PELV dan FELV) yang memenuhi persyaratan 3.3.1 dan 3.3.2 Sampai dengan 500 V, dengan pengecualian hal tersebut diatas Diatas 500 V
Tegangan Uji Arus Searah V 250
Resistans Isolasi MOhm
500
0,25
0,25
1,00 Table 3.20-1 PUIL 2000 : Nilai Resistans Isolasi Minimum
1.000
-
d.
e. f.
Pengetesan juga dilakukan pada Grounding Existing untuk mengetahui apakah tahanan pentanahan grounding tersebut masih baik/memenuhi syarat atau tidak. Pengukuran tegangan listrik dengan multitester yaitu : Tegangan phase ke phase (V L-L) Tegangan phase ke neutral (V L-N) Teggangan phase ke tanah (V L-G) Pengukuran arus beban dengan tang ampere untuk phase R, S, T. Pengujian Dalam Keadaan Berbeban 3 x 24 jam. Tes penyalaan dimana seluruh instalasi yang baru dipasang difungsikan untuk mengecek nyala lampu. Pada pengetesan nyala ini sekaligus akan diperiksa mutu instalasi yaitu mengecek berfungsinya komponen-komponen, susut tegangan yang terjadi ( maksimal 5% ), kemungkinan hubung singkat pada tiang atau panel dll. Pengujian nyala lampu dan battery Ni-cad pada lampu emergency
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 43
-
2.
3. 4.
5. 6.
7.
8.
Bila dalam Pengujian berbeban ternyatan tidak disediakan Sumber Daya Listrik,maka Kontraktor harus menyediakan Sumber Daya Listrik sendiri berupa Genset 3 phase dengan Kapasitas yang memadai. Setelah semua instalasi selesai dipasang dan aliran listrik telah dimasukan, maka jaringan instalasi harus dites terhadap group – group yang dipasang apakah telah sesuai dengan gambar. Setelah jaringan dibebani dengan beban penuh, maka perlu diadakan balancing beban terhadap masing – masing fase. Fungsi komponen-komponen panel antara lain : a. Volt meter b. Ampere meter c. Frekwensi meter d. Lampu indikator e. Saklar pilih (selector switch) f. Circuit breaker, contactor, relay, dll. Semua bahan – bahan peralatan dan perbaikan, atas kerusakan yang timbul sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemborong. Bilamana diangap perlu maka Konsultan Pengawas atau Perencana berhak meminta supaya bahan-bahaninstalasi atau peralatan dapat diuji ke laboratorium atas tanggungan biayaKontraktor. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 ( tiga ) mengenai hal – hal sebagai berikut : a. Hasil pengetesan kabel – kabel. b. Hasil pengetesan peralatan – peralatan. c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain - lain Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan Pengawas dan Pemilik.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 44
Pasal 3 Diesel Generator Set 3.1.
Pendahuluan Uraian dan syarat-syarat ini menjelaskan tentang detail spesifikasi, bahan dan cara pemasangan Diesel Generatorset dan perlengkapannya meliputi pekerjaan secara lengkap dan sempurna mulai dari penyediaan bahan sampai disite, upah pemasangan, penyimpanan, transportasi, pengujian, supervisi, pemeliharaan dan memberi jaminan.
3.2.
Lingkup Pekerjaan Diesel Gen-Set kapasitas sesuai dengan spesifikasi gambar lengkap dengan: 1. Battery Accu 2. Automatic battery charger 3. Silincer 4. Radiator 5. Base plate 6. Toolkit dan Spare-part. 7. Pengetesan. 8. Melaksanakan supervisi dan pemeliharaan. 9. Menyerahkan brosur, buku operation dan main-tenance manual dalam bahasa Indonesia. 10. Membuat gambar kerja dan menyerahkan gambar revisi. 11. Memberi masa jaminan kepada pemilik bangunan. 12. Melatih tenaga operator dan maintenance pemilik bangunan selama 12 hari kerja pada jam kantor. 13. Menyediakan dan memasang, sehingga seluruh sistem bekerja dengan sempurna.
3.3.
Motor Penggerak Diesel Generator Set 1. Mesin diesel harus mempunyai kapasitas cukup untuk daya generator untuk penggunaan darurat, apabila PLN padam. 2. Mesin diesel yang digunakan adalah jenis injeksi langsung minimal 8 langkah dengan putaran 1500 rpm dan berpedingin air radiator. 3. Mesin diesel dilengkapi dengan peredam suara ( heavy duty silencer ) yang memadai dan semua pipa gas ini diisolasi terhadap panas serta ditempatkan peredam getaran pada penggantung silencer keatap beton. 4. Tangki bahan bakar utama 10.000 liter, ditanam didalam tanah. Tangki bahan bakar harian harus disediakan sebesar 1000 liter, lengkap dengan penyangga, gelas penduga, pompa electric dan perlengkapan yang diperlukan. 5. Mesin diesel dilengkapi dengan 12/24 volt DC motor stater, dinamo pengisian battery, serta accumualator 12/24 volt AH. 6. Sistem pengaman dan peringatan ( protection & warning ) pada mesin diesel untuk mendeteksi : a. Bahan bakar kurang / habis, trip & alarm. b. Tekanan minyak pelumas rendah, trip & alarm c. Suhu air pendingin panas, trp & alarm
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 45
d. Top selenoid 12/24 volt DC e. Star failure ( kesalahan starting ) trip & alarm Guna keperluan keadaan darurat, maka pada mesin diesel dilengkapi dengan pemanas automatis ( water heater elemen ) sedemikian rupa sehingga diesel selalu dalam keadaan siap pakai dan padat dibebani langsung dalam waktu singkat. Dipasang juga sebuah pompa listrik dan pompa tangan yang berfungsi sebagai pompa pengisi bahan bakar. Pompa listrik dapat bekerja secara automatis apabila level indikator pada tingki harian berada pada posisi minimum dan berhenti apabila posisi level indikator maximum. Tangki harian 1000 liter dipasang pada penyangga konstruksi besi siku 50.50.5 tinggi 2 meter. Dari lantai power house dan diberi gelas penduga (sight glass). Pengisian bahan bakar ke lantai harian 1000 liter, dikontrol dengan level kontrol, yang menutup sendiri apabila tangki sudah penuh. Bahan bakar yang digunakan untuk pengujian masin berikut alat kontrolnya berfungsi dengan baik sesuai spesifikasi teknik, salurannya menjadi tanggung jawab pemborong.
7.
8.
9. 10. 11.
3.4.
Generator 1. Generator yang digunakan adalah jenis brushless (tanpa sikat arang) dan telah dilapisi dengan automatis viltage regulator untuk maximum devisiasi pada beban penuh dan tanpa beban. 2. Kapasistas generator sesuai dengan spesifikasi gambar dan harus mampu dibebani 10 % diatas nominal selama 1 ( satu ) jam. 3. Tegangan generator 220 / 380 volt dengan belitan star hubungan bintang dengan titik netral ditanamkan, pentanahan ini harus terpisah dari pentanahan badan generator / panel. 4. Belitan generator dilengkapi pemanas (space heater) guna mencegah kelembaban dalam belitan generator. 5. Diesel dan generator harus dikopel langsung serta didudukan pada base frame (landasan) dengan bantalan karet guna meredan getaran.
3.5.
Kemampuan Operasi Control Panel Genset (CPGS) Mengacu pada gambar perencanaan, pada sisi sumber genset dilengkapi dengan kontrol interlock antara sumber genset dengan sumber private power station. Kontraktor harus melengkapi seluruh peralatan bantu untuk menjadikan kontrol interlock tersebut bekerja dengan logika operasi sebagai berikut: 1. CP-GS harus mampu beroperasi dengan 2 (dua) mode yaitu Mode auto dan
Mode Manual, dengan dilengkapi Automatic Main Failure (AMF). 2.
Automatic Main Failure (AMF) modul setidaknya dilengkapi dengan (tidak terbatas pada) item sebagai berikut : Circuit Breaker open/close (indikator LED) Gagal start engine 3 kali (indicator LED dan Buzzer) Battery Charger Fault (indicator LED dan Buzzer) Kapasitas Battery dibawah normal (indicator LED dan Buzzer) Under Load (LED dan Buzzer) Auto/Manual selector switch
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 46
Reset switch Emergency Switch Tombol On/OFF Indikator kesalahan operasi yang lain. 3. AMF harus mampu mengoperasikan diesel generator set sesuai kebutuhan beban secara otomatis tanpa tunda waktu setelah dilakukan start awal secara manual.
3.6.
Sistem Starting Genset 1. Sistem starting mesin dilakukan oleh DC motor yang dihubungkan ke batere (eksisting) secara Automatis dan atau Manual melalui perintah start dari CP-GS. 2. Sistem start mesin harus dilengkapi dengan time delay relay yang memberikan waktu tenggang 3 - 5 detik (adjustable) sebelum usaha start berikutnya dilakukan. 3. Setiap usaha start berlangsung selama 5 - 10 detik (adjustable) dan juga dilengkapi dengan time delay relay yang memberikan waktu tunda 10 - 120 detik (adjustable) sebelum sistem lock-out akibat kegagalan start pada usaha start ke tiga. Pada kondisi ini alarm/common Sirene dan indicator lamp harus aktif. 4. Sistem pengisian batere menggunakan dua cara, yaitu: a. Pengisian individu oleh alternator mesin bila genset dalam keadaan beroperasi. b. Pengisian dengan automatic battery charger harus mengerti dengan daya listrik dari busbar CP-GS bila masih ada satu atau lebih genset beroperasi. c. Pengisian dari daya listrik PLN bila seluruh genset tidak ada yang beroperasi, daya PLN disediakan dari panel LV-MDP. 5. Pengisian otomatis oleh battery charger pada saat tegangan battery turun sampai 95% dari tegangan nominal, apabila tegangan terus turun lebih dari 95% maka common sirene/alarm dan indicator lamp harus aktif.
3.7.
Instalasi 1. Pemborong harus meneliti semua demensi-demensi secepatnya sesudah mendapat SPK. 2. Ajukan usul-usul kepada Direksi Lapangan, apa yang perlu atau diatur agar supaya semua instalasi dan peralatan dalam sistem dapat ditempatkan dan bekerja sebaik-baiknya. 3. Pemborong diwajibkan membuat gambar kerja yang memuat denah, potongan dan detail serta dengan ukuran yang jelas dan harus mendapat persetujuan Direksi Lapangan. 4. Kemudian Pemborong melakukan pengukuran dan memberi tanda pada tempattempat yang akan dipasang sesuai dengan ukuran sebenarnya dengan mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan. 5. Pemborong harus berkoordinasi dengan Pemborong lainnya, sebelum memulai pekerjaan pasangan kabel, pipa rak kabel, peralatan dan sebagainya. 6. Panel harus dipasang sesuai dengan petunjuk dari pembuatnya dan harus datar (horisontal). 7. Setiap kabel yang masuk/keluar dari panel harus dilengkapi dengan cable gland dari karet atau penutup (cable srout) yang rapat tanpa adanya permukaan yang tajam.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 47
8. 9.
10.
Jenis Kabel NYY, berinti satu dan banyak untuk power dan kontrol serta kabel khusus berinti banyak untuk battery. Semua bagian metal yang tidak bertegangan harus ditanahkan dengan kawat tembaga yang dihubungkan dengan batang tembaga dan ditanah sedalam 6 meter atau sampai diperoleh tahanan pentanahan maksimum 2 Ohm. Pemipaan : a. Untuk bahan bakar minyak digunakan pipa hitam atau black steel lengkap dengan fitting dan gate valve ukuran sesuai gambar rencana. b. Untuk silincer pipa hitam yang dibungkus asbes, sambungan antara Gen-set dan pipa hitam adalah pipa flexible.
3.8.
Pengujian di Pabrik 1. Semua peralatan baru harus melalui factory test sebelum dikirim serta harus menyerahkan sertifikat factory test lengkap dengan merk/produk yang digunakan dan diserahkan kepada Pemberi Tugas melalui Manajemen Konstruksi sebanyak 3 (tiga) rangkap/copy. 2. Pengetesan di pabrik (factory test) harus disaksikan oleh orang yang ditunjuk Pemilik (Pemberi Tugas) sebanyak 3 (tiga) orang. Segala biaya yang diperlukan (transport, akomodasi, exit permit dll) menjadi tanggung jawab Kontraktor. Sistem pengujian dan skedulnya harus disampaikan secara tertulis selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah menerima Surat Perintah Kerja.
3.9.
Testing & Comissioning 1. Macam pemeriksaan dan pengujian : a. Pemeriksaan Visual. - Disamping pemeriksaan Visual seperti dalam pembahasan bab Pekerjaan Instalasi Penerangan dan Tenaga juga terhadap kelengkapan peralatan, apabila terjadi kerusakan fisik atau tidak berfungsinya sistem harus diperbaiki oleh pemborong sampai berfungsi sebagai mana mestinya. Seluruh biaya perbaikan menjadi tanggunan kontraktor dan tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan tambah atau biaya tambah.. - Pemeriksaan alat-alat interlocking dan fungsi kerja handel-hendel. - Pemeriksaan kekuatan mekanis, seluruh Sistem harus diperiksa, diteliti dan diuji dengan baik sebelum diserahkan dan pelaksanaannya harus menyertakan Konsultan Pengawas dan bila perlu dengan petugas dari Instansi terkait yang berwenang. b. Pemeriksaan Sambungan Listrik Maupun Mekanis Pemeriksaan kekuatan mekanis, seluruh Sistem harus diperiksa, diteliti dan diuji dengan baik sebelum diserahkan dan pelaksanaannya harus menyertakan Konsultan Pengawas dan bila perlu dengan petugas dari Instansi terkait yang berwenang. c. Pengukuran Tahanan Isolasi dan Tahanan Pentahanan. d. Pengukuran tahanan isolasi belitan generator. e. Pengukuran tegangan battery dan pastikan hubungan battery sudah benar. f. Pengujian motor dan pompa bahan bakar. b. Pengukuran tegangan generator dengan multitester yaitu : Tegangan phase ke phase (V L-L) -
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 48
-
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
12.
Tegangan phase ke neutral (V L-N) Tegangan phase ke tanah (V L-G) c. Pengujian beban 25%, 50%, 75%, 100%, 110%. d. Fungsi panel kontrol generator (AMF = Automatic Main Failure) dan interlock dengan sumber daya PLN. e. Pengujian over speed, emergency stop, low oil pressure, high water temperatur. f. Frekwensi generator. Setiap bagian instalasi pemipaan harus diuji sehingga tak ada yang bocor dengan pengujian tekanan sebesar 6 atm selama 12 jam. Panel listrik harus diuji dalam keadaan baik dengan pengujian tegangan dan tanahan isolasi serta bekerjanya sistem yang akan ditentukan. Daily tank harus diperiksa tidak bocor. Pelampung gelas penduga air release valve harus bekerja dengan baik. Pompa bahan bakar harus diuji bekerja dengan baik. Battery Accu dan automatic battery changer harus diperiksa cocok dengan ketentuan RKS dan brosur. Polaritas penyambung kabel harus benar dan terpasang dengan kencang. Tahanan tanah harus cocok dengan ketentuan yang diminta. Tekanan dalam pipa silincer diatur sehingga cocok dengan ketentuan pabrik dan dapat menghasilkan daya listrik sesuai dengan kapasitas Diesel Generatorset. Dalam pengetesan Diesel Gen-set harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut: Frequency harus 50 Hz. Tegangan fasa - fasa 380 Voltfasa - netral 220 Volt Power factor = 0,8 Pengetasan dilakukan sebagai berikut: Pengetesan kemantapan dengan beban penuh, tanpa beban darii gedung. Pengetesan beban 25 %; 50 %; 100 %; dan 110 % dari net out-put yang diminta. Keseluruhan pengetesan selama 10 jam. Selain beban yang harus diteliti adalah temperature. System kerja AMF : a. Bila catu daya PLN tidak ada atau salah satu arus PLN (RST) jatuh, maka diesel harus dapat menyala secara otomatis dengan waktu tunggu sesaat maksimal 10 detik atau Rpm diesel stabil dan normal breaker pindah secara otomatis dari daya yang disuplay PLN diambil alih oleh diesel-genset 10-12 detik kemudian. b. Diesel akan jalan normal bila tidak ada signal sensor yang memberi tanda : Tekanan oli Tekanan bahan bakar Over temperature Level bahan bakar low Catuan power tidak tersuplay ke beban c. Bila power atau catuan daya dari PLN telah nyala maka diesel genset dalam 10 menit kemudian dengan sistem AMF memindahkan daya/beban dari genset ke PLN dan selanjutnya diesel genset mati atau dalam posisi syandby d. Volt frequency dan beban ampere mengatur secara otomatis
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 49
13. 14.
15.
Semua bahan – bahan peralatan dan perbaikan, atas kerusakan yang timbul sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemborong. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 ( tiga ) mengenai hal – hal sebagai berikut : a. Hasil pengetesan kabel – kabel. b. Hasil pengetesan peralatan – peralatan. c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain - lain Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan Pengawas dan Pemilik.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 50
Pasal 4 Instalasi Telepon 4.1.
Lingkup Pekerjaan Pekerjaan instalasi telepon adalah pemasangan dan pengadaan termasuk testing dan comissioning peralatan dan bahan, bahan-bahan utama, bahan-bahan pembantu dan lain-lainnya seperti yang diterangkan dalam pasal terdahulu, sehingga diperoleh instalasi telepon yang lengkap dan baik serta diuji dengan seksama siap untuk digunakan, yang terdiri dari : 1. Pemasangan trunk line (co line). 2. Pemasangan Peralatan Utama (PABX atau Key Telephone), termasuk komponen utama dan material bantu, sistem yang dipasang harus mencakup : a) Sistem PABX (baik hardware maupun software) dengan semua frtur seperti yang tercantum pada spesifikasi tanpa dikenakan biaya tambahan apapun pada kapasitas terpasang yang diminta. b) Operator console lengkap dengan handset din pilihan headset tanibahan yang ada. c) Features telephone set. d) Biaya pemasangan PABX dan semua peralatan tambahan harus mencakup pula biaya penyambungan dari PABX ke MDF. e) Sistem proteksi terhadap petir dan tegangan surja. f) Backup battery. 3. Pengadaan dan pemasangan Kerangka Distribusi Utama/saluran (MDF) 500 pairs, Kerangka Distribusi Lanjutan (IDF) dan kotak terminal.. 4. Pemasangan instalasi kabel telepon dari Terminal Box (TB) ke outlet-outlet telepon seperti yang tercantum pada gambar perencanaan. 5. Instalasi kabel dari MDF kesetiap Terminal Box (TB) yang ada disetiap lantai. 6. Pemasangan outlet – outlet telepon seperti yang tercantum pada gambar perencanaan. 7. Perawatan dan peralatan dari panel kepemakaian . 8. Pemasangan dan pengadaan soket & outlet serta kelengkapannya. 9. Pengadaan dan pemasangan instalasi grounding instalasi telepon. 10. Melakukan pengurusan izin-izin / sertifikat dengan pihak PT. Telkom setempat sehubungan dengan pekerjaan ini. 11. Pemasangan instalasi lain yang belum tercantum didalam spesifikasi ini tetapi ada di gambar perencanaan.
4.2.
Syarat Umum 1. Keseluruhan peralatan utama yang membangun sound system ini harus dari merk yang sama. 2. Kontraktor harus merupakan dealer produk atau perusahaan yang mendapatkan Surat Dukungan dari Dealer. Yang dimaksud Dealer adalah Perusahaan yang mendapatkan Surat Penunjukan dari Distributor serta mendapatkan Surat Dukungan dari Principal (Agen Tunggal Pemegang Merk) di Indonesia.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 51
4.3.
Gambar –Gambar Instalasi 1. Gambar-gambar dan spesifikasi adalah merupakan bagian yang saling melengkapi dan sesuatu yang tercantum dalam gambar dan spesifikasi bersifat mengikat. 2. Gambar- gambar instalasi menunjukkan secara teknis pekerjaan instalasi yang harus dilaksanakan dimana dicantumkan ukuran bahan-bahan instalasi serta keterangan lain yang diperlukan. 3. Pelaksanaan dilapangan selain yang tertera pada gambar disesuaikan dengan kondisi lapangan atas petunjuk direksi / pengawas lapangan secara tertulis / lisan. 4. Bila kontraktor menganggap perlu adanya perubahan ukuran / konstruksi dalam pelaksanaan, kontraktor diwajibkan mengajukan alternatif atau Shop drawing yang dikehendaki dan mendapat persetujuan dari Pengawas / Pemilik Proyek. 5. Segala perubahan yang disengaja dilakukan kontraktor tanpa ijin Direksi / Pengawas lapangan adalah resiko Kontraktor. 6. Bila nantinya tidak disetujui oleh Direksi / Pengawas lapangan maka terpaksa harus dibongkar. Kontraktor hal ini tidak diperkenankan menuntut ganti rugi.
4.4.
Pelaksanaan Pekerjaan 1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, pelaksana harus memeriksa kondisi lahan untuk memastikan pekerjaan instalasi dapat dikerjakan, misalnya : a. Pekerjaan instalasi kabel dan konduit : area yang akan dipasang harus sudah bersih dari puing-puing, kayu-kayu bekisting bekas pengecoran, scaffolding, atau material lain yang dapat menghalangi pekerjaan. b. Pekerjaan pemasangan panel MDF dan PABX, pekerjaan finishing dan M/E lainya didalam ruang kontrol untuk posisi panel-panel diatas sudah selesai dan pintu ruangan sudah dipasang kunci. Hal ini untuk mengantisipasi rusak atau hilangnya peralatan yang telah dipasang karena masih ada pekerjaan lain dan beberapa tenaga kerja yang bekerja diruangan tersebut. 2. Menyiapkan tenaga kerja yang memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Mengerti dan menguasai lingkup pekerjaan instalasi telepon yang akan dikerjakan dengan baik oleh tenaga ahli yang sudah berpengalaman. b. Pelaksana yang dianggap tidak cukup ahli / perpengalaman oleh Direksi / Pengawas Lapangan, harus segera diganti dengan orang lain setelah mendapat persetujuan Direksi / Pengawas lapangan. c. Kontraktor harus menempatkan seorang Supervisor yang ahli, berpengalaman dan profesional untuk masing-masing bidang yang bertanggung jawab untuk menjadi supervisi, management proyek. d. Tenaga kerja harus berpengalaman dan ahli di bidangnya, bila tidak berpengalaman & ahli harus diganti. Bila tidak dihiraukan pengawas akan mengambil tindakan untuk mengatasi permasalahan yang ada. e. Segala sesuatu yang diperlukan guna kesempurnaan pekerjaan harus, dilengkapi sesuai permintaan pengawas dengan biaya dibebankan kepada Kontraktor. f. Mempunyai alat kerja yang memadai. g. Mudah diberi pengarahan. h. Dapat melakukan koordinasi dengan tenaga kerja lain. i. Terampil.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 52
4.5.
Persyaratan Bahan 1. Bahan yang dibutuhkan kwantitasnya dihitung (estimasi) sesuai jalur instalasi pada gambar kerja. Bahan-bahan yang sudah dikirim kelapangan (on site) agar diperiksa kondisinya apakah ada kerusakan pada saat pengangkatan, pengangkutan, atau kerusakan dari pabrik pembuat. Bahan-bahan yang kondisinya baik dapat dipasang, sedangkan yang rusak atau cacat agar tidak dipasang dan dikembalikan kepada pemasok / supplier. 2. Kontraktor diwajibkan menyerahkan contoh bahan / barang yang disebut dalam lingkup pekerjaan kepada Direksi / Pengawas lapangan untuk mendapat persetujuan sebelum dipasang. Apabila hal tersebut tidak memungkinkan, minimal brosur spesifikasi teknis harus ditunjukkan dan disetujui oleh Direksi / Pengawas lapangan. 3. Kontraktor harus membuat tempat penyimpanan bahan / material serta peralatan kerja (gudang) agar rapi aman dan memudahkan pemeriksaan. 4. Jika bahan / material dan peralatan kerja tersebut harus melewati jalanan umum, Kontraktor harus menjaga ketertiban dan kelancaran serta mengganggu lalu lintas. 5. Pengawas / Direksi berhak menambah peralatan yang dipergunakan atau menolak peralatan yang tidak memenuhi syarat. 6. Bila pelaksanaan pekerjaan telah selesai, maka kontraktor harus segera mengeluarkan atau memindahkan peralatan tersebut, kerusakan akibat penggunaan peralatan kerja tersebut harus diperbaiki kembali atas beban biaya Kontraktor.
4.6.
Instalasi 1. Kabel Instalasi a. Kabel intalasi telepon yang digunakan harus sesuai dengan standard Indoor Telephone Cable (ITC) (STEEL-K-011) yang berlaku yang diakui di negara Republik Indonesia. b. Ukuran kabel untuk instalasi telepon yang digunakan harus sesuai dengan gambar Perencanaan. Kabel telepon yang digunakan harus sudah direkomendasi oleh TELKOM. c. Kabel harus dalam keadaaan baru, tanpa cacat dan bila perlu harus ada surat keterangan dari distributor / pabrik. d. Sistem penyambungan didalam main distribution frame dan junction box harus mempergunakan sistem slip (solderless) dengan alat connection / disconnection. e. Penyambungan kabel didalam junction box harus mempergunakan sistem slip solderless, sesuai dengan persyaratan PT. Telkom. (Reference: Krone) f. Kabel yang masuk keluar ke/dari MDF, junction box harus memakai kabel gland dan tanda untuk mengindentifikasikan route kabel dan nomor pesawat dengan memakai "cable marking" merk 3 M atau setara. g. Semua kabel yang dipasang menembus dinding harus dipasang sleeve pipa galvanized minimum 2,5 kali penampang kabel. h. Penyambungan kabel ke terminal panel / peralatan di semua bangunan adalah tanggung jawab kontraktor. i. Sambungan harus dilaksanakan dengan baik, cukup kuat / erat sesuai dengan model terminal peralatan yang terpasang.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 53
j.
Kabel yang dipergunakn untuk dari Terminal Box (TB) menuju MDF ( Feeder ) menggunakn kabel dengan jenis ITC Cable Multi pairs antara 10 pairs sampai dengan 40 pairs atau sesuai dengan gambar perencanaan. k. Kabel yang dipergunakan untuk instalasi dari Terminal Box (TB) menuju ke Outlet Telepon menggunakan kabel dengan jenis ITC Cable 2 pairs ( 2 x 2 x 0.6 mm² ) di dalam pipa conduit. l. Kabel feeder yang digunakan adalah jenis indoor telephone cable, dengan kapasitas sesuai gambar rencana. m. Kabel distribusi dari junction box tiap-tiap outlet memakai indoor telephone cable sebanyak 2 pair diameter core 0,6 mm ( 1 pair dipakai untuk cadangar/spare), dan dimasukkan dalam konduit. n. Semua kabel yang dipasang diatas langit-langit harus diletakkan pada suatu trunking kabel/Tray. o. Semua kabel yang dipasang di shaft secara vertikal harus dipasang pada tangga kabel. p. Semua kabel yang dipasang diatas trunking kabel harus didalam conduit. q. Semua outlet kabel yang penempatan instalasinya hanya sampai diceiling saja, hanis memiiiki spare panjang minimum 10m dari titik instalasi outlet pada gambar rencana. r. Isolasi antara urat-urat kabel, dan isolasi antara urat kabel terhadap ground minimum 20 M ohm. s. Pemasangan kabel dalam Semua kabel dalam akan dipasang dengan menggunakan saluran PVC High Impact Conduit BS 6099 Fire Retardant dengan diameter dalam min 1.5 kali diameter kabel dan minimum diameter dalam 19 mm. Untuk keperluan maintenance, wama PVC High Impact conduit yang dipasang untuk instalasi telepon hanus berbeda dengan PVC High Impact yang dipasang untuk instalasi listrik (wama putih atau hitam ). t. Pemasangan kabel luar. Secara umum pemasangan kabel luar hana sesuai dengan standard yang dapat digunakan clan disetujui oleh engineer. Secara langsung kabel dikubur harus dilindungi dengan batu bata yang didesain khusus untuk pemasangan kabel telepon bawah tanah. Batu bata diatas, wama merah plastik dengan ketebalan dan lebar yang sesuai harus dipasang dengan tanda peringatan yang diperlihatkan pada pemasangan kabel telepon di bawah. Tanda kabel harus juga dipasang sepanjang rute kabel, sebaiknya pada setiap perubahan arah. 2. Pipa Konduit a. Konduit yang digunakan biasanya dari type high impact conduit. Selain “high impact” dari konduit ini harus memenuhi ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut : 1) Tidak mudah terbakar. 2) Tidak merambatkan api. Bila terbakar tidak mengeluarkan gas beracun, dan api dapat padam dengan sendirinya. Kabel yang biasa dilindungi oleh konduit ini adalah kabel dari Terminal Box (TB) ke outlet telepon. RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 54
Ukuran diameter dalam konduit adalah : DP ≥ √DK2 / 0,5 Dimana : DP = diameter dalam konduit (mm). DK = Diameter luar kabel (mm) b.
c. d.
4.7.
Konduit yang dipakai adalah conduit PVC High Impact dengan diameter dalam minimum 1 1/2 kali diameter kabel, dipergunakan produksi yang sudah direkomendasi oleh LMK, bila diperlukan kontraktor harus dapat menunjukkan bukti rekomendasi tersebut. Pasangan kabel dalam pipa PVC HI pada jarak maksimum 100 cm harus diberi klem. Klem dibuat dari bahan plat logam digalvanis atau allumunium, pemasangan pada tembok harus menggunakan vicher dan sekrup, pemasangan dengan menggunakan paku tidak dibenarkan.
Gambaran Umum PABX 1. Rancangan PABX harus bersifat modular dengan semua komponen tersusun pada printed circuit boards (PCBs) yang dapat dengan mudah dimasukkan dan dipindahkan dari masing-masing posisi / slot (plug in). Slot – slot yang ada harus bersifat „ universa l‟, yaitu tidak ada batasan bahwa card interface tertentu harus dipasang pada slot tertentu, kecuali pada base unit. 2. Card-card yang terpasang pada PABX harus dapat dipergunakan kembali untuk keperluan ekspansi PABX sehingga lebih ekonomis. 3. PABX memiliki embedded applications yang ditujukan untuk aplikasi pada industri health-care dan hospital, yang meliputi fitur dan layanan khusus telephone untuk hospitality industries, fungsi manajemen (check in/out) serta interface dengan Front Office System. 4. PABX harus menggunakan teknologi IP Communication Server serta mampu dihubungkan dengan berbagai macam perangkat : Telephone Sets TDM Telephone Sets Digital e-reflexes MultiMedia PC SIP Phone H.323,XML,LDAP Terminal Devices 5. PABX dilengkapi dengan Media GateWay sehingga memungkinkan konfigurasi dengan kombinasi dengan teknologi TDM (Time Division Multiplexing) serta koneksi dengan berbagai macam interface sebagai berikut : a. Koneksi ke external network (public atau private): T0 ISDN E1-CCS ISDN (T2) E1-CAS T1 CCS (PRI) T1 CAS DDI / DID or NDDI / non-DID analog networks
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 55
b. c.
6. 7. 8.
9. 10.
11.
Koneksi ke digital Reflexes phones, attendant operator positions (UA interfaces) Koneksi ke analog devices seperti telephone analog, modem, mesin facsimile (z-analog interfaces) d. Koneksi DECT/PWT base stations e. IP connectivity (Voice Over IP) f. Voice compression channels: G.711, G.723, G.729 g. DSP resources for media services seperti voice guides, conferencing. PABX harus mempunyai kemampuan switching dengan non blocking system. Cabinet PABX berukuran standard rack 19inch. Untuk mengakomodasikan ISDN maka PABX harus dapat digunakan pada jaringan ISDN melalui PCM link 64 Kbps, basic rate access 144 Kbps (2B + D) dan primary rate access 2 MBps (30B + D) dengan hanya menggantikan dan atau menambah card yang berhubungan dengan jaringan ISDN tersebut. PABX harus memiliki kemampuan cordless DECT untuk mendukung mobilitas pengguna. PABX harus dapat digunakan lebih dari satu kelompok pemakai ataupun departemen-departemen dalam suatu organisasi besar sehingga lebih ekonomis. Console-console operator harus dapat digunakan secara bersama atau dialokasikan kepada masing-masing kelompok pemakai. PABX harus dapat dirangkaikan dengan paging module, untuk keperluan paging Public Address melalui ekstension PABX
4.8.
Kapasitas System 1. PABX yang dipasang harus bersifat modular dan memiliki kemampuan untuk dikembangkan dengan penambahan module peripheral saja, tanpa penambahan modul kontrol hingga mencapai kapasitas maksimumnya. 2. PABX harus memiliki kapasitas yang mampu diperluas untuk memenuhi kebutuhan sampai dengan 5,000 users pada satu node. 3. PABX yang dipasang harus dapat diperbaharui atau dikembangkan ke model PABX mutakhir guna peningkatan kapasitas sistem. 4. PABX yang dipasang harus termasuk : a. Maintenance Terminal untuk mendiagnosa kesalahan PABX dan melakukan reprogramming. b. Voice Mail untuk minimal 500 users. c. Remote Maintenance Access. d. Baterai untuk pasokan daya cadangan bagi sistem selama minimal 4 jam. e. Alat penangkal petir untuk semua saluran induk. 5. Card-card yang digunakan harus memiliki sirkuit yang cukup besar (Min. 16 sirkuit untuk ekstension card dan 8 sirkuit untuk trunk card) agar PABX memiliki kapasitas yang cukup.
4.9.
Fitur System 1) PABX yang dipasang harus dilengkapi dengan fitur-fitur untuk Kemudahan panggilan keluar / masuk sebagai berikut : - Customized Organizational Greetings, automatic day / night / break / holiday greetings dengan built-in Real Time Clock. Kemampuan transfer dengan SuperVised sistem. - Customized Music on Hold, 2 systems language.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 56
2)
- Multi Tenant, memungkinkan adanya operator/ automatic attendant greetings tersendiri untuk masing-masing grup trunk number dalam satu sentral PABX. - Integrated Voice Mail 2port, 60minutes storage untuk kondisi Busy, No Answer, Do Not Disturb (DND). - Automatic Route Selection (ARS) sistem secara otomatis akan mencari rute panggilan yang paling ekonomis. - Personal Assistant dengan lima pilihan transfer pada kondisi No Answer : Voice Mail, GSM, External Number (telepon rumah, etc), Internal Number (secretary) atau ke Operator. - Dial by Name dengan entry initial, kemampuan sampai dengan 3000 centralized directory internal/external. - Direct Inward System Access Transit, memungkinkan transit atas incoming call ke nomor external. . PABX yang dipasang harus dilengkapi dengan fitur-fitur hospitality sebagai berikut: a) Automatic Wake-Up Calls Fitur ini memungkinkan operator tamu atau tamu bersangkutan mampu menset “wake up call ” (panggilan untuk membangunkan) secara otomatis pada waktu yang telah ditentukan. Bila panggilan tersebut tidak dijawab setelah selang waktu tertentu, makasystem akan mengulangi panggilan tersebut untuk beberapa kali. Bila panggilan masih tidak dijawab, maka operator akan diberitahu dan setelah itu system akan membatalkan setting panggilan tersebut. b) Call Restriction Operator dapat membatasi jenis panggilan keluar yang diperbolehkan bagi kamar tamu tertentu. Batasan untuk panggilan keluar tersebut adalah : • Internal • Local • SLJJ • SLI c) Check-In / Check-Out Fitur ini memungkinkan pelaksanaan prosedur check-in / check out tamu yang cepat dan sederhana dengan hanya menekan satu tombol pada operator console atau front desk terminal, maka : • Kondisi kamar bersangkutan berubah dari „vacant‟ ke „occupied ‟ dan sebaliknya. • Status kamar yang bersangkutan diset ke „clean‟ atau sebaliknya. • Nama tamu bersangkutan dimassukkan atau sebaliknya • Telepon bersangkutan diset menjadi „barring ‟ / „unbarring ‟ d) Do Not Disturb Fitur ini memungkinkan operator atau tamu bersangkutan untuk memblokir semua panggilan masuk yang ditujukan padanya. e) Hot Station Fitur ini memungkinkan tamu untuk menghubungi nomor ekstension tertentu dengan hanya mengangkat handset tanpa perlu menekan tombol apapun.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 57
f)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Centrallized Name Number Display System harus memiliki database terpusat berisi nama pemakai, nomor sambungan, nama departemen, dan lokasi dari semua ekstension pada system. g) Message waiting System harus mampu memberi indikasi adanya pesan melalui lampu “message waiting ” pada pesawat telepon bagi tamu yang bersangkutan. h) PMS Interface System harus memiliki fasilitas untuk berhubungan dengan system Property Management System (PMS) untuk mengintegrasikan fungsi-fungsi PABX dan PMS i) Room Status System PABX harus mampu memberikan melalui layar monitor / LCD console atau front desk terminal informasi mengenai status dan kondisi kamar, nama tamu bersangkutan, kebangsaan, dan kelas pelayanan dari nomor sambungannya. Informasi kamar yang telah ada dapat diubah atau ditambah oleh operator atau front desk officer dengan informasi baru. Voice Mail a) Voice Mail untuk minimal 500 users yang terintegrasi dengan system. b) Kotak pesan dapat di akses secara mudah oleh user dan dapat di aksed dengan satu tombol saja melalui pesawat jenis e-reflexes. Alarm Display Alarm, baik major maupun minor harus dapat ditampilkan pada cabinet system PABX dan operator console Authorization Code System akan dilengkapi dengan authorization code yang memungkinkan seorang pemakai tertentu membatalkan untuk sementara waktu batasan-batasan fasilitas yang diterapkan pada ekstension manapun. Bridging System PABX harus memiliki kemampuan ringing up sampai minimal 4 pesawat telepon analog standar yang terhubung parallel. Calling Name Number Display a) PABX harus dapat menampilkan nama si pemanggil beserta nomor. b) Nama yang terlihat pada layar saat pesawat telepon berbunyi memudahkan penyampaian salam yang tepat. Nama pemanggil harus ditampilkan kembali bila pembicaraan yang di hold berlanjut lagi. Call Accounting (Metering) PABX harus mampu melakukan pengukuran traffic pada kelompok saluran induk (trunk group), operator console, dan ekstension tertentu. PABX juga harus mampu melakukan pencatatan selektif untuk panggilan masuk dan keluar melalui saluran induk (trunk) maupun panggilan antar ekstension. Data-data tersebut harus dapat dipindahkan ke printer untuk hard copy atau alat perekam lainnya untuk diproses lebih lanjut. Pencatatan meliputi tetapi tidak terbatas detil sebagai berikut : a) Tanggal dan waktu panggilan terjadi b) Nomor yang dipanggil c) Nomor saluran cabang yang memanggil d) Lama pembicaraan e) Tarif pembicaraan
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 58
f)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
Dapat melakukan semua pembicaraan local, nasional, ataupun international yang dilakukan melalui : Operator Console • Ekstension dalam PABX • • Panggilan-panggilan yang dibantu operator g) Rekaman harus proposional dengan lamanya pembicaraan pada setiap pesawat cabang ketika terjadi transfer panggilan. h) System memiliki kemampuan untuk mendeteksi pulsa 16 KHz dari Telkom. Class of Service (COS) Jumlah kelas pelayanan (COS) yang tersedia dalam PABX minimal sebanyak 20. Dengan demikian dapat dirancang aneka kelas pelayanan, masing-masing dengan fasilitas pelayanan berbeda sesuai yang dibutuhkan kelompok pemakai. Tiap-tiap ekstension, saluran induk atau console dapat diberikan COS tertentu yang akan menentukan fasilitas apa saja yang berlaku baginya. Customer Data Backup / Restore a) System harus memungkinkan data langganan yang disimpan dalam RAM untuk di back-up dalam suatu alat simpan (disket). Data ini akan dipakai kemudian untuk memulihkan kerja system secara cepat bila terjadi data pada pada memori RAM hilang atau rusak. b) System mampu memback-up semua perubahan pada konfigurasinya secara otomatis pada hari yang sama kecuali telah dilakukan secara manual. CTI (Computer Telephony Integration) System yang akan dipasang memiliki kemampuan untuk memadukan pekerjaan piranti komputer dan layanan telepon dengan berbagai macam protocol CSTA, TAPI, TSAPI, XML/SOAP. Contoh aplikasi yang menggunakan protocol TAPI seperti : SAP, SideKick, Goldmine, Act, Outlook, Schedule+, Access, Lotus Notes, Word, Excel, Herold, TwixTel. System harus menyediakan InfoCenter yang mampu menyimpan status tiap user pada waktu melakukan perjalanan dinas dan menampilkan pada layar console pada tiap-tiap kondisi sebagai berikut : Sedang Dinas Luar, Waktu Kembali serta tujuan bepergian. Direct Line Panggilan masuk dari jaringan STO harus mampu memanggil ekstension yang dapat dikehendaki secara langsung tanpa melalui operator. PABX harus mampu menangani fitur tersebut. Emergency Power Failure Transfer Circuits System PABX harus dapat menghubungkan saluran-saluran induk yang ada ke ekstension yang telah ditentukan sebelumnya bilamana terjadi keadaan darurat, misalnya kegagalan pada system pasokan daya atau modul CPU. Hubungan langsung antara saluran induk dengan saluran cabang ini dapat terbentuk secara otomatis atau secara manual. Flexible Numbering Plan System harus mempunyai rancangan penomoran yang flexible, sebagai contoh : Kontraktor harus menjamin bahwa system yang dipasang mampu membedakan nomor ekstension yang konflik, seperti „52345‟ dan „5234‟. Ini berarti bahwa ekstension dapat diprogram dengan nomor panggil yang terdiri dari 1, 2, 3, 4, atau 5 digit dengan digit-digit pertama sama. System PABX akan memilih nomor
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 59
ekstension yang lebih singkat jika digit selanjutnya tidak diterima dalam waktu tertentu. 15) Hunting System harus mampu meneruskan panggilan masuk yang ditujukan kepada kelompok ekstension (Hunt group) ke salah satu ekstension dalam “hunt group” yang tidak sibuk. Ada dua jenis hunting : a. Circular hunting Hunting dimulai pada ekstension yang berada pada urutan berikut dari ekstension terakhir pada grup itu yang berhasil dipanggil dan berlanjut pada ekstension berikutnya dalam urutan yang sudah terprogram. b. Terminal hunting Hunting dimulai pada ekstension pertama yang berada pada urutan pertama dalam grup dan berhenti pada ekstension pertama yang tidak sibuk. 16) Integrated Service Digital Network (ISDN) System PABX yang dipasang harus mendukung ISDN PRI (30B + D) dan ISDN BRI (2B + D) tanpa adanya perubahan dalam arsitekturnya. Implementasi ISDN harus dapat dicapai melalui pengembangan-pengembangan dari perangkat keras dan perangkat lunak. Kontraktor harus menyatakan semua pengembangan system yang diperlukan untuk memungkinkan system PABX yang dipasang bekerja dengan Primary Rate Access (PRA) dan Basic Rate access (BRA) 17) Remote Maintenance Access (RMA) Berikut adalah fitur yang harus dilengkapi : a) Kemampuan untuk menjalankan tes keamanan dengan verifikasi sebelum dilakukan remote access meliputi user login dan password. b) Kemampuan untuk membuat perubahan ke database customer yang sudah ada pada system tanpa mengganggu fungsi pemrosesan panggilan. 18) Music on Hold a) Kontraktor harus memasang perangkat musik on Hold yang berfungsi : • Ketika operator meng-hold panggilan internal maupun eksternal. • Ketika ekstension meng-hold paggilan internal maupun eksternal pada saat mengakses fitur atau saat memindahkan panggilan. • Ketika telepon masuk terlambat dijawab oleh operator dan sesudah menerima pemberitahuan dari mesin perekam, jika diperlukan. Ketika panggilan masuk dihubungkan dengan ekstension yang sibuk. • • Sebagai background music pada pesawat telepon digital. b) Kontraktor memasang dari perlatan sumber musik serta persyaratan yang diperlukan untuk menyambung peralatan tersebut ke PABX 19) Networking a) PABX yang dipasang harus memungkinkan sambungan langsung ke tipe PABX yang sama melalui media Leased-Line, Switched Line, IP Network untuk membentuk jaringan ABC-F2, maupun ke perangkat PABX merk lain dengan protocol QSIG. b) Konfigurasi jaringan seperti tersebut diatas memungkinkan semua ekstension pada jaringan itu untuk memanggil ekstension lain dalam jaringan itu sendiri secara langsung tanpa kode tambahan.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 60
c) Juga harus dimungkinkan untuk memusatkan semua attendant console pada suatu tempat atau pada tempat yang berbeda untuk membantu menjawab panggilan-panggilan masuk dari mana pun juga asalnya pada jaringan tersebut. d) Fitur jaringan yang diharapkan adalah sebagai berikut : • Kontraktor harus mencantumkan system yang dapat dioperasikan tanpa attendant console dan bagaimana system bekerja untuk menggantikan aktivitas attendant console. • Automatic Networking Dialing Fitur ini memungkinkan keseragaman rancangan nomor panggilan terdiri dari 3 atau 4 digit untuk dipakai pada jaringan tersebut sehingga jika pemakai ekstension disalah satu PABX ingin menghubungi ekstension lain di PABX lainnya maka si pemakai cukup memutar nomor sambungan si pemakai saluran cabang yang dituju. System harus mampu menerjemahkan dan menghubungkan si pemakai secara otomatis. • Automatic Redial Memanggil kembali nomor terakhir yang telah dipanggil harus dapat dilakukan oleh pesawat telepon pada kedua sisi PABX • Call Transfer Pemindahan pembicaraan (baik berasal dari jaringan atau dari saluran induk) dari satu ekstension pada satu PABX ke ekstension lain pada PABX lainnya dapat dilakukan. • Call Forward System juga harus mendukung fitur call forwarding dari salah satu ekstension pada satu PABX ke ekstension lain pada PABX lainnya. • Camp On System juga harus dapat mendukung fitur “camp on” dari satu ekstension pada satu PABX ke ekstension lain pada PABX lainnya. • Hot Station System juga harus dapat mendukung fitur “hot station” dari satu ekstension pada satu PABX ke ekstension lain pada PABX lainnya. 20) Night Service a) Panggilan masuk melalui beberapa atau semua saluran induk harus dapat dialihkan ke ekstension-ekstension yang ada dengan basis hubungan satusatu. b) Panggilan masuk melalui semua atau beberapa saluran induk dapat dialihkan ke hanya datu cabang saja. c) Fitur Night Service diatas harus dapat berubah-ubah sesuai dengan waktu secara otomatis sehingga panggilan masuk dapat dialihkan ke ekstension yang sesuai pada waktunya. 21) Restriction Semua pesawat ekstension harus dapat diklarifikasikan dalam salah satu kategori berikut : a) Terbatas secara keseluruhan Tidak dapat melakukan panggilan keluar maupun menerima panggilan dari luar. b) Setengah terbatas Tidak dapat memanggil ke luar tetapi dapat menerima panggilan dari luar melalui operator
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 61
c) Lokal Dapat melakukan maupun menerima panggilan local. d) Interlokal Dapat melakukan dan menerima panggilan SLJJ. e) International Dapat melakukan dan menerima panggilan International. 22) Traffic Measurement System harus mampu mengukur tingkat kesibukkan (traffic) yang dialami system.
4.10.
Fitur Ekstention 1) Alternate Attendant Setiap ekstension harus dapat dijadikan sebagai console alternative. 2) Broken Dial Tone System harus mampu memberikan nada pilih lain dengan nada pilih biasa bila telepon diangkat pemakai sebagai petunjuk untuk pemakai bahwa kondisi forward untuk pesawatnya masih aktif atau ada pesan menunggu. 3) Call Back System harus memungkinkan pemakai yang menemukan kondisi sibuk atau tak ada jawaban pada ekstension atau saluran induk yang dituju, meminta system untuk memonitor saluran tersebut dan membentuk hubungan yang diinginkan bila saluran tersebut selesai melakukan pembicaraan. 4) Call Forward / Remote Call Forward a) Fasilitas ini memungkinkan semua panggilan masuk (internal / eksternal) ke ekstension untuk dialihkan (forward) ke ekstension lain yang telah ditentukan terlebih dahulu, jika panggilan masuk itu tidak dijawab dalam periode tertentu atau ketika saluran bersangkutan sedang sibuk. b) Fasilitas ini memungkinkan semua panggilan masuk (internal / eksternal) ke saluran cabang untuk dialihkan (forward) ke nomor sambungan diluar system PABX bersangkutan, jika panggilan masuk itu tidak dijawab dalam periode tertentu atau ketika saluran bersangkutan sedang sibuk. c) Fasilitas harus memungkinkan semua panggilan masuk untuk dialihkan ke ekstension lain sesuai dengan jenis panggilan (internal / eksternal). 5) Call Hold Fitur ini memungkinkan pemakai setiap ekstension untuk menempatkan lawan bicaranya dalam posisi „hold‟. Sambungan yang di-hold dapat diambil kembali di ekstension tersebut dan atau di ekstension lainnya. 6) Call Pick Up Fitur ini memungkinkan pemakai ekstension untuk menjawab panggilan masuk yang ditujukan pada ekstension lainnya yang termasuk maupun tidak termasuk kelompoknya. 7) Camp-On System PABX harus memungkinkan pemakai ekstension yang sedang terlibat pembicaraan untuk mengetahui, melalui nada peringatan, bahwa ada panggilan lain menunggu untuk dihubungkan dengannya. Pemakai saluran telepon boleh melakukan hold pada pembicaraan pertama dan menjawab panggilan masuk tersebut. Bila tidak, maka saat on-hook, pesawat akan berdering secara otomatis.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 62
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
15)
16)
17)
18)
Conference System harus mampu menghubungkan secara bersamaan 3 pembicara (baik internal maupun eksternal) yang menggunakan pesawat manapun juga pada system. Consultation Hold Ekstension yang sedang terlibat pembicaraan, dapat berkonsultasi dengan pihak ketiga, lalu kemudian melanjutkan kembali pembicaraan. Selama konsultasi, pihak kedua tidak dapat mendengar pembicaraan pihak pertama dan ketiga. Dial Access to Operator Semua ekstension dalam system harus dapat dihubungkan ke operator dengan memutar satu atau dua digit saja. Executive Busy Override (Ekstension) System PABX harus memungkinkan sebuah ekstension dengan fasilitas ini untuk masuk ke dalam pembicaraan yang sedang berlangsung. Sebelum masuk, system akan memberikan nada peringatan pada pihak-pihak yang sedang terlibat pembicaraan bahwa ada pihak lain yang akan masuk dalam pembicaraan. Integrated Password Dialling. Fitur ini memungkinkan seorang pengguna menggunakan pesawat telepon ekstension lain untuk melakukan panggilan dengan fasilitas Class of Service yang sama seperti ekstension miliknya, dengan memasukkan nomor ekstensionnya beserta passwordnya. Biaya percakapan tetap dibebankan pada ekstension asal miliknya, bukan pada ekstension yang digunakan. Follow Me Fasilitas ini memungkinkan satu ekstension mengaktifkan fitur Call Forward untuk dirinya dari pesawat ekstension lain. Hot Station Fasilitas ini memungkinkan satu ekstension untuk secara otomatis terhubung dengan ekstension lain segera setelah handset diangkat atau setelah suatu delay tertentu. Keypad Lock Fitur ini memungkinkan pesawat telepon suatu ekstension dikunci tombol-tombol keypadnya sehingga tidak dapat digunakan oleh orang lain yang tidak berhak. Last Number Redial System harus dapat „menging at‟ nomor sambungan terakhir yang diputar oleh pemakai dan akan memutar kembali bila si pemakai mengaktifkan kode untuk fasilitas redial. Paging Access Ekstension harus dapat mengakses system eksternal voice paging yang terhubung ke PABX. Private Password Setiap pesawat ekstension harus dapat menciptakan dan memasukkan sendiri nomor passwordnya secara langsung dari pesawat telepon di ekstension mereka tanpa harus melalui orang lain (administrator) yang memasukkannya kedalam system PABX.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 63
19) Silent Monitor Fasilitas ini memungkinkan suatu ekstension memasuki pembicaraan lain yang sedang berlangsung dan berbicara dengan salah satu pihak tanpa diketahui oleh pihak lain. 20) Station Override Security System harus mampu memberikan fasilitas security pada ekstension sehingga mampu mencegah masuknya pemakai lain yang memiliki „executive busy overrid e‟. 21) Saved Number Repeat Nomor yang dipanggil dapat disimpan dan dihubungi kembali. 22) Station Class of Service Changeover Ekstension harus dapat memilih class of service yang dikehendaki dengan memanggil suatu kode tertentu dan memasukkan password.
4.11.
Fitur Khusus IP Terminal Pada terminal IP harus terdapat fitur sebagai berikut : 1)
2)
3)
4)
5)
4.12.
PFTP (Trivial File Transport Protocol) Sistem secara otomatis melakukan download software files ke IP terminal, termasuk bilamana terdapat update software version serta perubahannya. DHCP Server (Dynamic Host Control Protocol) System harus mampu melakukan pengaturan serta memberikan alamat IP secara otomatis pada tiap-tiap IP terminal, tanpa memerlukan keterlibatan system administrator. AVA (Automatic VLAN Assignment) System harus memungkinkan pengenalan pesawat IP serta membentuk konfigurasi terhadap pesawat IP tersebut secara otomatis pada waktu dipindahkan pada jaringan yang berbeda. Sifat “Plug and Play” ini memudahkan pada waktu terdapat migrasi user. SoftPhone Fitur ini memungkinkan pemakai setiap computer menambahkan layanan telepon yang terintegrasi, baik pada waktu di kantor maupun waktu mobile (web softphone). PoE (Power over Ethernet) Fitur ini memungkinkan suplai catu daya untuk pesawat IP melalui Ethernet.
Fitur Operator Sistem PABX harus mencakup operator console dengan fitur seperti disebutkan dibawah ini. Operator console harus dirancang dengan memperhatikan segi-segi ergonomic dan efisiensi operasi. Disamping itu console harus memiliki control dan layar peraga untuk mengawasi dan mengkoordinasi fungsi-fungsinya yang beraneka ragam. 1) Operator Console Traffic Handling Capability a) Prinsip operasi console dalam meangani panggilan-panggilan masuk dan meng-hold panggilan pada console. b) Jumlah maksimum pembicaraan yang dapat di-hold pada tiap console pada satu waktu.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 64
c)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9) 10)
11)
Hubungan operator dengan panggilan masuk terputus : • Ketika panggilan masuk tersebut dialihkan ke ekstension yang sibuk. • Ketika panggilan masuk tersebut dialihkan ke ekstension yang bebas. d) Penyaluran panggilan-panggilan yang masuk ke console yang berbeda (dengan menggunakan prinsip panggilan yang telah menunggu paling lama ke operator pertama yang bebas, dsb) Display Operator console harus dilengkapi dengan layar 2x40 character untuk menampilkan karakter-karakter alphanumeric sehingga oprator dapat mengetahui jenis panggilan (internal/eksternal) yang masuk, nama pemakai/department/perusahaan (multi-tenant) internal serta external dengan ISDN, dan nomor sambungan sumber panggilan masuk internal. Alternate Answering Fitur ini memungkinkan sebuah pesawat telepon alternatif berfungsi sebagai back-up operator. Panggilan masuk yang ditujukan untuk operator dan tidak dijawab dalam jangka waktu tertentu akan dialihkan ke pesawat telepon tersebut. Attendant Bussy Override Operator harus memiliki fasilitas untuk masuk ke dalam pembicaraan yang sedang berlangsung. Sebelum operator masuk, semua pihak yang terlibat pembicaraan yang sedang berlangsung akan mendengar nada peringatan. Queue Length System PABX harus mampu menempatkan panggilan-panggilan yang masuk (internal/eksternal) ke dalam antrian dan memperagakan informasi tentang jumlah panggilan dalam antrian ini pada layar console. Busy Lamp Field Operator console harus memiliki kemampuan untuk mengetahui ekstensionekstension yang sedang sibuk. Attendant Jacks Operator console harus dapat dilengkapi dengan jack untuk peralatan headset pada sebelah kiri atau kanan console. Ini memungkinkan operator untuk bekerja dengan lebih efisien. Attendant Time Display Operator console harus dilengkapi dengan jam digital yang menampilkan informasi waktu dalam jam maupun menit secara terus menerus. Waktu boleh ditampilkan dalam mode 12 jam atau 24 jam dan dapat diubah melalui console. Attendant Headsets Semua oprator console harus dapat dilengkapi dengan lightweight headset Attendant Individual Trunk Access PABX harus mempunyai fasilitas untuk memungkinkan operator mengakses setiap saluran induk atau tie-line pada system PABX untuk melakukan uji nada pilih untuk melakukan panggilan keluar. Call Park Operator harus mampu menempatkan untuk sementara waktu panggilan yang masuk dalam kondisi „hold‟ dengan menekan satu tombol saja dan berhubungan kembali dengan menekan tombol yang sama.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 65
12)
13)
14)
15) 16) 17)
18)
19) 20)
21)
22)
23) 24)
4.13.
Camp-On Busy Fitur ini memungkinkan operator console untuk melakukan „camp‟ terhadap panggilan yang masuk ke suatu ekstension yang sibuk secara otomatis. Control of Overflow Operator console harus dapat mengalihkan panggilan tertentu ke ekstension tertentu pula dengan menekan sebuah tombol atau ketika panggilan masuk tidak dijawab operator setelah selang waktu yang ditentukan sebelumnya. Control of Station Features Fitur-fitur ekstension tertentu dapat dapat dikontrol dari/oleh operator console. Fitur-fitur ini termasuk call forwading dari ekstension, tujuan saluran induk, ringdown, station blocking, dan station restriction. Control of Trunk Access Operator console harus dapat memblock akses ke suatu saluran induk. Control of Trunk Group Access Operator console harus dapat memblock akses ke suatu grup saluran induk. Controlled Outgoing Restrictions Operator console harus dapat memblock satu ekstension tertentu untuk melakukan panggilan ke luar. Dual Night Answer Mode System harus dapat beroperasi dalam salah satu dual mode night answer (N1 atau N2). Transfer menuju kedua mode ini dapat diperintahkan oleh operator console atau diaktifkan secara otomatis dengan system waktu. Multiple Console Operation System PABX yang dipasang harus dapat menangani lebih dari satu console. Night Answering Destinations Operator console harus dapat mengubah ekstension tujuan dari panggilan night answer. Automatic Call Back on Busy or No Reply Panggilan yang jatuh ke extension yang sibuk atau tidak dijawab oleh ekstension yang bersangkutan harus daopat dikembalikan lagi kepada operator untuk ditangani lebih lanjut. Split Function Operator console harus dapat menginterupt suatu pembicaraan yang sedang berlangsung dan berbicara dengan kedua belah pihak namun kedua belah pihak tersebut tidak dapat berbicara satu sama lain. Station Blocking Console harus dapat memblok fasilitas-fasilitas pesawat ekstension. Station Flexibility Operator console harus dapat berfungsi sebagai ekstension biasa selama tidak berfungsi sebagai operator console.
Pesawat Telepon 1) Pesawat Cabang Analog minimum memiliki kelengkapan : Message Waiting Indicator, Data Port, Tombol-tombol Recall, Mute, Pause, Last Number Redial, selectable ringing volume 3 level, selectable ringing melodi 4 macam, programmable flashing duration, tone/pulse dialling, model desk-top namun dapat dipakai wall-mounting.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 66
2)
Pesawat Cabang Digital minimum memiliki semua kelengkapan yang terdapat pada pesawat cabang analog ditambah 1x20 character display, Handsfree, Loudspeaker, 2-direction navigation key, Direct Access to Mail-Box, 6 programmbale shortcut keys.
4.14.
Power Supply 1) PABX harus dapat dioperasikan pada AC power 230 V (+10% , -15%), 50Hz dan / atau DC power 42-60 Volt 2) PABX harus memiliki backup battery (minimal 4 jam) agar tetap dapat beroperasi walaupun listrik padam
4.15.
Surge Protection 1) PABX yang dipasang mempunyai solid state dan peralatan lain yang akan terganggu tegangan surja, untuk melindunginya diperlukan alat. Harga alat tersebut harus sudah termasuk dalam harga peralatan. 2) MDF PABX tersebut harus dipasang dengan lightning protector arrester pada tiap line circuit, tidak dibedakan apakah itu hubungan internal atau eksternal. 3) Tipe arrester yang digunakan adalah 3 pole Gas Tube Arresteor, 230V, 10kA/10A dilengkapi dengan eksternal fail safe. 4) Peralatan power supply hanus terpadu dengan semua peralatan lainnya untuk melindungi semua item pada peralatan tersebut dan sistem PABX, untuk menghadapi adanya tegangan surja yang dikarenakan oleh kilat, switching, transient, atau sebab-sebab lainnya.
4.16.
Environment 1) Peralatan PABX dan attendant console harus berfungsi secara mernuaskan sesuai dengan kemampuannya atau kemampuan maksimum pada temperatur hingga 45 oC dan kelembaban relatif (non condensing) antara 10% sampai 85%. Peralatan tersebut harus berfungsi normal tanpa adanya kerusakan apapun atau penurunan performance di kemudian hari. 2) Alat tersebut harus tahan debu. Semua permukaan harus tertutup rapat, labellabel atau terminal-terminal sedapat mungkin tersusun secara vertical 3) Semua metal work harus dilindungi untuk menghindari korosi dan karatan. 4) Panas yang dihasilkan oleh peralatan tersebut harus dapat dihilangkan secara efisien.
4.17.
Testing & Commissioning 1. Pemeriksaan Pemeriksaan dilakukan setelah instalasi kabel dan pemasangan peralatan utama telah dilaksanakan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat dan memastikan bahwa pekerjaan instalasi telepon telah dikerjakan sesuai spesifikasi dan peraturan yang berlaku. Hasil pemeriksaan direkam pada format daftar simak (check list). Beberapa hal yang harus dilakukan pemeriksaan meliputi : a. Pemasangan unit PABX dan terminasi kabelnya. b. Pemasangan MDF dan terminal box. c. Instalasi kabel telepon dan konduit. d. Instalasi rak kabel. e. Pemasangan outlet-outlet telepon pada dinding atau lantai.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 67
2.
3.
4.
f. Pemasangan pesawat telepon. Pengujian a. Setelah semua telah selesai terpasang, dengan persetujuan dan disaksikan oleh Direksi Lapangan dilakukan pengujian dengan cara mencoba sistem yang telah diprogram pada PABX atau Key Telephone sampai kesetiap pesawat telepon yang dipakai. b. Pengujian yang berhasil dan dapat diterima oleh Direksi Lapangan yang bertindak mewakili pemberi tugas (Owner), harus dilengkapi dengan berita acara yang telah ditanda tangani oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Setelah ini dilanjutkan dengan pemberian buku petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan serta melaksanakan training kepada pengelola gedung. Sesudah semua ini dilaksanakan maka dapat diadakan serah terima pertama dari kontraktor ke Pemberi Tugas. c. Pengujian sistem harus dilakukan sekurang kurangnya sebagai berikut: Pengujian simulasi telepon system. Pengujian harus dilakukan oleh spesialis vendor sebagai authorized dealer penjualan peralatan tersebut dan harus menyiapkan sertifikat pemasangan yang baik dari instansi yang berwenang. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 ( tiga ) mengenai hal – hal sebagai berikut : a. Hasil pengetesan kabel – kabel. b. Hasil pengetesan peralatan – peralatan. c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain - lain e. Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan Pengawas. Pelatihan a. Satu set dokumen jaminan garansi dari dealer yang ditunjuk resmi oleh distributor serta mendapatkan surat dukungan dari Principal (ATPM) di Indonesia harus diberikan dan diserahkan ke pihak owner. b. Sernua drawing, ranoangan peralatan drawing tersebut, diagam, dan infomiasi yang tercetak harus dilengkapi. Dokumen harus berisi penjelasan umum sistem itu. Penjelasan umum ini harus memperkenalkan sistem dan harus termasuk konfigurasi sistem, kemampuan sistem lainnya, seperti numbering scheme, fasilitas operasi, layout operator console, dan spesifikasi teknis. c. Kontraktor harus menunjukkan jumlah hari yang diperiukan untuk training - Operator telepon - Pemakai ekstension - Pemakai ekstension features phone - Semua pelatihan diatas harus dilakukan tanpa dipungut biaya.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 68
Pasal 5 Instalasi Komunikasi Data / LAN 5.1.
Spesifikasi Umum 1. Kontraktor menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang sudah dijelaskan dalam spesifikasi dan Gambar Rencana, dengan bahan-bahan, peralatan dan pengerjaan yang sesuai dengan yang tertera dalam spesifikasi ini. Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang dipasang dengan spesifikasi yang disyaratkan dalam pasal ini, maka Kontraktor wajib untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut sesuai ketentuan dengan tanpa adanya tambahan biaya. 2. Secara umum pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pemasangan infrastruktur jaringan untuk kabel data ( komputer), voice dan CCTV serta penyediaan dan pemasangan perangkat active sesuai spesifikasi. Sistem infrastruktur merupakan konsep structure cabling, dimana jaringan dapat digunakan untuk data, voice, MATV dan CCTV dengan memindahkan patch cord pada koneksi patch panel pada masing-masing lantai. 3. Komunikasi data menggunakan server yang terletak di lantai 1 (ruang server) dan komunikasi voice menggunakan PABX yang terpasang di lantai 1 (ruang PABX). 4. Perencanaan dan pemasangan untuk structured cabling ini harus dilakukan oleh kontraktor spesialis yang mempunyai tenaga ahli bersertifikasi Network Design and Installer dari pemegang merk (principle), copy sertifikat harus dilampirkan pada saat penawaran tender dengan membawa aslinya untuk ditunjukkan
5.2.
Lingkup Pekerjaan 1. Kontraktor wajib memberikan alternatif sistem yang simple dalam hal maitenance dan mempunyai : a. Performance minimal 100 Mbps untuk jalur data horizontal. b. Performance mencapai 1000 Mbps untuk jalur data riser backbone. 2. Sebagaimana yang tertera pada Gambar Rencana, Kontraktor pekerjaan Jaringan Komputer harus melakukan pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem secara keseluruhan. Garis besar lingkup pekerjaan Jaringan Komputer yang dimaksud adalah sebagai berikut : 3. Pengadaan, pemasangan dan pengujian perangkat Jaringan Komputer (network devices) yang meliputi: Gigabit Ethernet Switch, Fast Ethernet Switch, Media transmisi, konektor dan aksesoris tambahan lainnya. 4. Pengadaan, pemasangan dan pengujian jaringan kabel distribusi antar perangkat jaringan atau perangkat jaringan ke konektor komputer di ruang-ruang yang ditentukan dengan menggunakan Alat uji untuk UTP Cable Channel Link Category 6 (Microtest Omniscanner dengan firmware minimal versi 6.10). 5. Pengesetan atau pemrograman perangkat Jaringan Komputer inti (Gigabit Ethernet Switch, Fast Ethernet Switch) sesuai dengan feature-feature yang ditentukan. 6. Pemberian paket training kepada sekelompok Engineer / Teknisi pemilik dengan materi: pengesetan, pemrograman serta trouble shooting sederhana dari Jaringan Komputer yang dipasang.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 69
5.3.
Sistem Jaringan Komputer Sistem Jaringan Komputer yang akan dipasang dapat dilihat pada Gambar. Beberapa poin penting yang perlu diperhatikan adalah: 1. Sistem jaringan minimal harus mampu mensupport aplikasi-aplikasi berbasis Novell Netware ( IPX ), Windows Network (NETBEUI), dan TCP/IP (INTERNET). 2. Menggunakan sistem jaringan backbone berkecepatan 2 x 1GBPS dengan media trnasmisi UTP cable Category-6, untuk menghubungkan simpul interkoneksi antar lantai . 3. Pusat Jaringan Komputer terletak di lantai 1. Melalui media Gigabit Ethernet Switch, dihubungkan ke beberapa Fast Ethernet Switch untuk distribusi horizontal cablenya. 4. Distribusi pada jaringan local per lantai menggunakan UTP kabel Category-5e, sehingga memungkinkan berjalan pada kecepatan minimal 100 MBPS. 5. Seluruh perangkat jaringan ( Gigabit Switch, Fast Ethernet Switch ) menggunakan Network Management System sehingga dapat dimonitor dan diconfigure secara remote melalui sebuah Network Management Console yang terletak pada jaringan. 6. Instalasi network termination ( konektor jaringan ) menggunakan sistem inbow.
5.4.
Bahan dan Peralatan Bahan dan peralatan yang akan dipakai harus memenuhi atau mendekati persyaratan teknis sebagai berikut: 1. Semua peralatan dan instalasi yang dipasang haruslah baru sama sekali dan tidak terdapat cacat sedikitpun. Terhadap ketidak-sempurnaan/kekuranganbaikan barang / peralatan yang dikirim, Pengawas / Direksi berhak untuk menolak dan Kontraktor harus mengganti dengan yang baru sesuai persyaratan. 2. Untuk alasan kompatibilitas dan keseragaman dalam pengesetan, seluruh perangkat jaringan inti (Gigabit Ethernet Core Switch dan Fast Ethernet Edge Switch) harus memiliki standarisasi yang sama. 3. Perangkat jaringan inti beserta dengan pengkabelan, konektor dan asesoris lainnya yang dibutuhkan haruslah kompatibel satu sama lainnya, sehingga dapat menghasilkan unjuk kerja yang maksimum. 4. Kabel-kabel distribusi horizontaln Jaringan Komputer di dalam gedung menggunakan jenis UTP Category-5e yang dijamin bekerja pada kecepatan sampai 100 MBPS. Kabel ditempatkan dalam conduit dan diterminasi pada konektor Modular Jack yang dipasang secara inbow dan patch-panel dalam rack 19”. Konektor Modular Jack yang digunakan harus memenuhi spesifikasi Category -5e. 5. Konduit: Jenis konduit yang dipakai adalah PVC conduit dengan diameter dalam minimum 20mm high impact. Pipa, elbow, socket, junction box dan accessories lainnya haruslah sesuai satu dengan lainnya. 6. Peralatan Active yaitu Active Switch dengan 12/24/48 port 10/100Base-TX dan 2 port 10/100/100 Base-T. 7. Perlengkapan lain yang belum disebutkan disini, namun merupakan kebutuhan pokok agar sistem tersebut bisa beroperasi secara sempurna, harus dilengkapi oleh Kontraktor dan diinformasikan kepada Pengawas / Direksi.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 70
5.5.
Spesifikasi Teknis 1. Spesifikasi peralatan yang dipilih harus memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. 2. Pemipaan ( Konduit ) a. Konduit digunakan untuk melindungi kabel yang ada didalamnya, yang umum digunakan pada bangunan tinggi adalah “Isolasi PVC High Impact (HI)” yang khusus digunakan untuk instalasi penerangan saja. b. Pipa PVC HI yang dipergunakan produksi dapat menunjukkan bukti rekomendasi tersebut. c. Berhubung untuk instalasi penerangan hanya terdapat 1 (satu) kabel untuk 1 (satu) konduit, maka sesuai Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL 1987) berlaku faktor pengisian maksimum = 50 %. Luas penampang luar kabel Faktor pengisian : --------------------------------------- x 100% Luas penampang dalam konduit d. e.
Pasangan kabel dalam pipa PVC HI pada jarak maksimum 100 cm harus diberi klem. Klem dibuat dari bahan plat logam digalvanis atau allumunium, pemasangan pada tembok harus menggunakan vicher dan sekrup, pemasangan dengan menggunakan paku tidak dibenarkan.Untuk kabel berpenampang 16 mm2 atau lebih harus dilengkapi dengan sepatu kabel untuk terminasinya.
5.6.
Pemasangan dan Pengetesan 1. Semua kabel yang dipergunakan harus ditempatkan dalam konduit PVC high impact dan dipasang tertanam. Konduit harus diklem pada struktur bangunan dengan sadle klem. Bila diperlukan (mis. pada lintasan melingkar) konduit PVC bisa dikombinasikan dengan pipa fleksibel. Untuk setiap 3 titik menggunakan 1 pipa conduit ¾” Clipsal atau yang setara, dilengkapi dengan klem untuk pipa lurus setiap 1 meter. Untuk sambungan sudut diberi pipa flexibel Clipsal atau yang setara. 2. Semua peralatan Jaringan Komputer harus dipasang pada tempat-tempat yang sesuai seperti ditunjukkan dalam Gambar Rencana, dimana koordinat yang tepat dapat dilihat lebih jelas dalam Gambar rencana titik komputer. Bagi penempatan perangkat jaringan yang belum jelas atau pada penempatannya mengakibatkan masalah dengan armature penerangan atau peralatan yang terdapat di plafon lainnya, agar dibicarakan dengan Pengawas / Direksi. 3. Pemasangan Fast Ethernet Edge Switch yang tersebar harus berdekatan dengan supply listrik (koordinasi dengan pemasang jaringan listrik).
5.7.
Testing & Commissioning 1. Pemeriksaan Pemeriksaan dilakukan setelah instalasi kabel dan pemasangan peralatan utama telah dilaksanakan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat dan memastikan bahwa pekerjaan instalasi telepon telah dikerjakan sesuai spesifikasi dan peraturan yang berlaku. Hasil pemeriksaan direkam pada format daftar simak (check list). Beberapa hal yang harus dilakukan pemeriksaan meliputi :
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 71
2.
3.
a. Pemasangan unit Server dan terminasi kabelnya. b. Pemasangan Patch Panel. c. Instalasi kabel data / LAN dan konduit. d. Instalasi rak kabel. e. Pemasangan outlet-outlet data / LAN pada dinding atau lantai. Pengujian a. Setelah semua telah selesai terpasang, dengan persetujuan dan disaksikan oleh Direksi Lapangan dilakukan pengujian dengan cara mencoba sistem yang telah diprogram pada Server sampai ke setiap unit komputer yang dipakai. b. Pengujian yang berhasil dan dapat diterima oleh Direksi Lapangan yang bertindak mewakili pemberi tugas (Owner), harus dilengkapi dengan berita acara yang telah ditanda tangani oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Setelah ini dilanjutkan dengan pemberian buku petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan serta melaksanakan training kepada pengelola gedung. Sesudah semua ini dilaksanakan maka dapat diadakan serah terima pertama dari kontraktor ke Pemberi Tugas. c. Pengujian sistem harus dilakukan sekurang kurangnya sebagai berikut: Pengujian simulasi komunikasi data system. Integrasi jaringan komputer dengan sistem yang ada (existing network). Uji pengesetan feature-feature perangkat jaringan sesuai spesifikasi yang ditentukan, misalkan: VLAN, dll. Uji koneksi pada tiap-tiap titik komputer : untuk cable UTP menggunakan Microtest Omniscanner dengan Module Channel Link Category 6 dan minimum firmware versi 6.10. Uji aplikasi berbasis Netware, Windows Network, dan Internet. Uji Network Management system untuk seluruh perangkat jaringan: (configuring, monitoring dan traffic analysis). Pengujian harus dilakukan oleh spesialis vendor sebagai authorized dealer penjualan peralatan tersebut dan harus menyiapkan sertifikat pemasangan yang baik dari instansi yang berwenang. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 ( tiga ) mengenai hal – hal sebagai berikut : a. Hasil pengetesan kabel – kabel. b. Hasil pengetesan peralatan – peralatan. c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi. d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain – lain. e. Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan Pengawas.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 72
Pasal 6 Instalasi Tata Suara (Sound Sistem) 6.1.
Umum 1. Keseluruhan peralatan utama yang membangun sound system ini harus dari merk yang sama. 2. Kontraktor harus merupakan dealer produk atau perusahaan yang mendapatkan Surat Dukungan dari Dealer. Yang dimaksud Dealer adalah Perusahaan yang mendapatkan Surat Penunjukan dari Distributor serta mendapatkan Surat Dukungan dari Principal (Agen Tunggal Pemegang Merk) di Indonesia. 3. Sistem tata suara harus memenuhi standard keselamatan evakuasi sebagaimana dipersyaratkan pada IEC 60849 standard.
6.2.
Lingkup Pekerjaan 1. Sebagaimana yang tertera dalam gambar rencana, Kontraktor pekerjaan Sistem Tata Suara ini harus mengadakan dan memasang, serta nantinya menyerahkan seluruh hasil pekerjaan dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan.
2.
Garis besar lingkup pekerjaan instalasi sistem tata suara yang dimaksud adalah sebagai berikut : a. Pengadaan, pemasangan, dan pengujian peralatan sentral sistem tata suara meliputi unit penguat sinyal suara (booster amplifier) lengkap dengan unit kontrol dan monitor serta pemasangan sistem dalam rak untuk peralatan sentral tata suara. b. Pengadaan, pemasangan, dan pengujian MDF dan kotak hubung bagi (TB) di setiap lantai. c. Pengadaan, pemasangan, dan pengujian kabel-kabel distribusi sistem tata suara antara peralatan sentral dan sistem rak dengan kotak hubung bagi di setiap lantai. d. Pengadaan, pemasangan, dan pengujian alat pengeras suara (loud speaker) sesuai dengan gambar rencana. e. Pengadaan, pemasangan, dan pengujian kabel-kabel pemakaian antara kotak hubung bagi dengan alat-alat pengeras suara dan volume control di tempat yang ditunjuk. f. Melaksanakan matching dan balancing atas semua speaker dan sistem secara keseluruhan, sedemikian rupa hingga menghasilkan kualitas suara yang prima dan tingkat tekanan bunyi yang merata di seluruh bagian lantai bangunan. Ruang lingkup pekerjaan sound system meliputi pengadaan peralatan berikut pemasangannya. Pengadaan dan pemasangan peralatan sound system ini secara keseluruhan terbagi menjadi 2 (dua) bagian utama yaitu : a. Sound System untuk Back Ground Music, Paging dan Evacuation, meliputi area selasar dan public area. b. Sound system untuk keperluan Evacuation, meliputi semua area yang telah dicover oleh item diatas tersebut di atas ditambah area-area yang memerlukan ketenangan seperti Ruang Patient.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 73
3.
4.
Pekerjaan ini dimaksudkan untuk memperkuat dan meningkatkan Kualitas suara secara merata ke seluruh area rumah sakit. Kualitas suara tidak hanya diperkuat tetapi harus mempunyai derajat pengertian atau kejelasan suara (intelegibility) yang tinggi, bebas dari gangguan listrik tegangan tinggi dan sinyal pemancar pemancar baik yang ada didalam gedung itu sendiri maupun diluar gedung seperti ORARI, KRAP dan sejenisnya. Pengadaan dan pemasangan peralatan sebagai berikut : Peralatan Utama : a. Plena Voice Alarm Controller b. Plena Voice Alarm Router c. Plena Voice Alarm Call Station d. Plena Voice Alarm Keypad e. Booster Amplifier 240 Watt f. Booster Amplifier 480 Watt g. Telephone PA Coupler h. DVD MP3 Player & Integrated Tuner FM-AM i. Ceiling Speaker 6 Watt, metal grill j. Ceiling Speaker 6 Watt, metal grill c/w Firedome (EVAC) k. Volume Control 36 Watt Peralatan Penunjang : a. Rack 19” c /w Roof Fan, Blank Panel, accessories b. Terminal Box Sound System c. Change Over switch
6.3.
Kemampuan Peralatan Sound system yang ditawarkan, haruslah memiliki kemampuan minimal sebagai berikut: 1. Sound system berbasis microprocessor (microprocessor based). Perubahan setting dan konfigurasi dapat dilakukan secara cepat dan mudah tanpa perlu merubah perkabelan. Selain itu system mampu melakukan supervisi dan kontrol sebagai berikut : Full system supervision. Loudspeaker line supervision. Emergency microphone supervision. Message manager supervision. 2. Bilamana pada supervisi diketemukan adanya kerusakan pada system amplifier, secara otomatis system dapat melakukan penggantian ke spare amplifier (amplifier cadangan). 3. Sistem dilengkapi dengan had-held emergency microphone yang terintegrasi pada front panel. 4. Digital pre-recorded messages sampai dengan 255 messages dan system pengaturan dengan Digital message management. 5. Tingkat Kekerasan dan Kualitas Suara harus dapat diatur secara group dan terpusat dari sentral untuk menyesuaikan dengan keadaan ruang sehingga menghasilkan kualitas suara sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. 6. Sound system yang dipasang harus dapat berfungsi dengan baik untuk distribusi suara secara merata pada area (zone) yang dipilih dan tidak mengganggu zone
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 74
7.
8.
9.
10.
6.4.
lainnya.Misalnya dilakukan pilihan untuk zone 1 dan 2, maka zone 3 dan 4 tidak boleh ikut berbunyi. Pemilihan zone dilakukan melalui selector yang terintegrasi pada microphone call station. Sistem tata suara yang akan dipasang memiliki sistem prioritas otomatis untuk layanan dengan urutan prioritas terendah sampai tertinggi sebagai berikut : a. Back Ground Music ke semua ruangan / lantai yang dilengkapi speaker. b. Paging dengan Attention Chime untuk penyampaian berita, dengan sistem 18 zones. c. Emergency Call dengan Pre-Recorded Announcement, yang dapat ditrigger dari Emergency Push-button ataupun Master Control Fire Alarm. Emergency Call merupakan prioritas tertinggi, merupakan All Call (ke semua speaker) dan dilakukan by-pass terhadap volume control. System priority yang dapat diprogram sampai dengan 16 level, dimana microphone dengan priority lebih tinggi dapat melakukan over-ride ke microphone dengan priority lebih rendah (namun tidak sebaliknya), dengan pengaturan urutan prioritas sebagai berikut : a. Emergency Microphone. b. Microphone General PA. c. Call Station untuk car call. Selain untuk keperluan back ground music, announcement / paging dan mengumandangkan adzan, peralatan harus dilengkapi dengan system evakuasi untuk hal-hal yang bersifat darurat. Sinyal dari MCFA secara otomatis dapat mengaktifkan digital programmable pre-recorded message module. Paging maupun Evacuation dapat dilakukan melalui extension PABX dengan sarana Telephone Coupler.
Instalasi Dalam pelaksanaan pekerjaan Public Address (Sound System) yang perlu diperhatikan antara lain : 1. Kabel Speaker a. Instalasi perkabelan ke semua speaker yang tersebar diseluruh gedung terdiri dari : Kabel jenis NYMHY 3 x 1,5 mm² digunakan dari sub-sentral sampai dengan Volume Control. Kabel jenis NYMHY 2 x 1.5 mm² digunakan dari Volume Control sampai dengan ceiling speaker dan dari Mixing Amplifier ke ceiling speaker. b. Penarikan kabel dari sentral ke seluruh volume control dan ceiling speaker harus dibuat secara group tiap-tiap lantai (1 lantai dibuat 1 group), kecuali dari sentral ke coloumn speaker, penarikan kabel dibuat secara langsung dari Mixing Amplifier ke beberapa coloumn speaker secara parallel ( dalam 1 group tersendiri ) dan menggunakan kebal NYMHY 2 x 2.5 mm². 2. Kabel Microphone Instalasi kabel microphone terdiri dari: a. Kabel Microphone Stereo ( 3 core kabel ) dengan kualitas terbaik dan kabel telephone ITC 2x10x0.6 mm² (10 pairs) ditarik dari front office sampai dengan sentral.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 75
3.
6.5.
Kabel Microphone Stereo ( 3 core kabel ) dengan kualitas terbaik dan kabel telephone ITC 2x2x0.6mm² ( 4 pairs ) ditarik dari front office tiap-tiap lantai sampai dengan sub sentral.
Spesifikasi Teknis 1. System Pre-Amplifier a). Electrical Mains voltage 230 Vac/115 Vac, ±15%, 50/60 Hz Max mains power consumption 50 VA Battery voltage 24 Vdc, +20%/-10% Max battery current 1 A Max mains inrush current 1.5 A @ 230 Vac / 3 A @ 115 Vac b). Performance Frequency response 50 Hz – 20 kHz (+1/-3 dB) Distortion < 0.5% Call channel Bass control: -6/+6 dB @ 160 Hz Treble control: 0/+12 dB @ 5 kHz BGM channel Bass control: 0/+20 dB @ 100 Hz Treble control: 0/+18 dB @ 15 kHz Channel separation >65 dB @ 1 kHz Priority mute >50 dB c). Inputs Call station inputs(8-pin DIN, balanced, for LBB 1941/00 and/or LBB 1946/00) Sensitivity 1 V Data RS485, 1200, N, 8, 1, 0 Mic/Line input (3-pin XLR/5-pin DIN, balanced) Sensitivity 1 mV (microphone), 200 mV (line) Impedance >1 kOhm (microphone),>5 kOhm (line) S/N (flat at max volume) >63 dB (microphone), >70 dB (line) S/N (flat at min volume/muted) >75 dB CMRR >40 dB (50 Hz – 20 kHz) Headroom >25 dB Speech filter -3 dB @ 315 Hz, high-pass, 6 dB/oct Phantom power supply 16 V via 1.2 kOhm, in microphone mode only BGM input (Cinch, unbalanced, stereo converted to mono) Sensitivity 500 mV (CD), 200 mV (aux, tape) Impedance 22 kOhm S/N (flat at max volume) >70 dB S/N (flat at min volume/muted) >80 dB Headroom >25 Db PC input (Cinch, unbalanced, stereo converted to mono) Sensitivity 1 V Impedance 22 kOhm S/N >70 dB Emergency/telephone (Screw, balanced) Sensitivity 100 mV – 1 V adjustable
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 76
d).
e).
f).
g).
2.
Impedance >10 kOhm VOX threshold 50 mV S/N >65 dB Outputs Master output (3-pin XLR, balanced) Nominal level 1 V – Impedance <100 Ohm Tape output (Cinch, 2 x mono) – Nominal level 350 mV – Impedance 3.3 kOhm Headphone output (6.3mm jack stereo, signal mono) – Nominal level 3 V – Impedance <100 Ohm Control RS232 (9-pin D-sub) Baudrate 19k2, N, 8, 1, 0 Trigger inputs (Screw) contact closure Activation Relays 5. Zone output relay contacts 100 V, 2 A 6. Zone override relay contacts 100 V audio for 3-wire override, 24 Vdc for 4wire override 7. Call Active relay contacts 100 V, 2 A 8. DC supply output voltage 24 V, 250 mA max Enviromental Conditions Operating temperature range -10 to +550C -40 to +700C Storage temperature range Relative humidity <95%
Call Station w/ 6 Zones Selector ( LBB 1946 ) a). Electrical Power supply Voltage range 18 – 24 V – Current consumption <30 mA b). Performance Nominal sensitivity 85 dB SPL (gain preset 0 dB) Nominal output level 700 mV Maximum input sound level 110 dB SPL Gain preset +6/0/-15 dB Limiter treshold 2 V Compression ratio limiter 1:20 Distortion <0.6% (maximum input) Equivalent input noise level 25 dB SPLA Frequency response 100 Hz – 16 kHz Speech filter -3 dB @ 315 Hz, high-pass, 6 dB/oct Output impedance 200 Ohm Selections – Chimes 18 different combinations
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 77
–
Priorities 2 different priorities c). Environmental Conditions Operating temperature range -10 to +550C -40 to +700C Storage temperature range Relative humidity <95% 3.
Booster Amplifier 120 Watt a). Electrical Mains voltage – 230 Vac/240 Vac, ±10%, 50/60 Hz 110 Vac, ±10%, 50/60 Hz – Max mains power consumption 400 VA Battery voltage 24 Vdc, +20%/-10% Max battery current 6 A b). Performance Frequency response 50 Hz – 20 kHz (+1/-3 dB, @ -10 dB ref. rated output) Distortion <1% @ rated output power, 1 kHz S/N (flat at max volume)>80 Db c). Inputs Line input (3-pin XLR, 6.3mm phone jack, balanced) – Sensitivity 1 V – Impedance 20 kOhm – CMRR >25 dB (50 Hz-20 kHz) 100V input (Screw, unbalanced) – Sensitivity 100 V – Impedance 330 kOhm d). Outputs Line loopthrough output (3-pin XLR, 6.3mm phone jack, balanced) – Nominal level 1 V – Impedance direct connection to line input Max/rated output power – 70/100V output 180 W/120 W – 8Ohm output 31 V (120 W) – Output power @ 24 V – battery operation -1 dB ref. rated power e). Enviromental Conditions Operating temperature range -10 to +550C Storage temperature range -40 to +700C Relative humidity <95%
4.
Booster Amplifier 240 Watt a). Electrical Mains voltage – 230 Vac/240 Vac, ±10%, 50/60 Hz – 110 Vac, ±10%, 50/60 Hz Max mains power consumption 800 VA Battery voltage 24 Vdc, +20%/-10%
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 78
Max battery current 11 A Performance Frequency response 50 Hz – 20 kHz (+1/-3 dB, @ -10 dB ref. rated output) Distortion <1% @ rated output power, 1 kHz S/N (flat at max volume)>85 dB Inputs Line input (3-pin XLR, 6.3mm phone jack, balanced) – Sensitivity 1 V – Impedance 20 kOhm – CMRR>25 dB (50 Hz-20 kHz) 100V input (Screw, unbalanced) – Sensitivity 100 V – Impedance 330 kOhm Outputs Line loopthrough output (3-pin XLR, 6.3mm phone jack, balanced) – Nominal level 1 V – Impedance direct connection to line input Loudspeaker outputs (Screw, floating) – Max/rated output power – 70/100V output 360 W/240 W – 8Ohm output 44 V (240 W) Output power @24 V Battery operation -1 dB ref. rated power Enviromental Conditions Operating temperature range -10 to +550C Storage temperature range -40 to +700C Relative humidity <95%
b).
c).
d).
e).
5.
Booster Amplifier 480 Watt a). Electrical Mains voltage 230 Vac, ±10%, 50/60 Hz Max mains power consumption 1600 VA Max mains inrush current 19 A Battery voltage 24 Vdc, +20%/-10% Max battery current 30 A b). Performance Frequency response 50 Hz – 20 kHz (+1/-3 dB, @ -10 dB ref. rated output) Distortion <1% @ rated output power, 1 kHz S/N (flat at max volume)>90 dB c). Inputs Line input 1, 2 (3-pin XLR, balanced) – Sensitivity 1 V – Impedance 20 kOhm – CMRR >25 dB (50 Hz-20 kHz)
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 79
100V input (Screw, unbalanced) – Sensitivity 100 V – Impedance 330 kOhm d). Outputs Line loopthrough output (3-pin XLR, 6.3mm phone jack, balanced) – Nominal level 1 V – Impedance direct connection to line input Line loopthrough output 1,2 (3-pin XLR, balanced) – Nominal level 1 V – Impedance direct connection to line input Loudspeaker outputs (Screw, floating) – Max/rated output power * 70/100V output 720 W/480 W * 8 Ohm output 62 V (480 W) – Output power @ 24 V – battery operation -1 dB ref. rated power e). Environmental Conditions Operating temperature range -10 to +550C Storage temperature range -40 to +700C Relative humidity <95%
6.
Telephone – PA Coupler a). Environmental conditions, category: T2 b). IP code: 42 c). Approval: CE d). Supply voltage : 36 V d.c. At the station, idle <10 V d.c. 0 V d.c. At the station, in operation 18 - 36 V d.c. 15 V d.c. e). Current consumption 24-36 V d.c./18-30 V a.c. 24-36 V d.c./18-30 V a.c. At the station, idle <0.3 mA 0 V 0 V At the station, in operation 27 mA 6-10 mA 6-10 mA f). Output power (continuous/peak): 6 W in g). Cabling: Extension line 2-wire Power line 2-wire
7.
CD-MP3 Player & integrate Tuner FM-AM a). Electrical Mains voltage 230/115 VAC, ±15%, 50/60 Hz. Max mains power consumption 25 VA. Max mains inrush current 1.5 A @ 230 Vac / 3 A @ 115 Vac. b). Tuner Tuning range – FM : 87.5 - 108 MHz (EUROPE, 50 kHz) 87.5 - 108 MHz (ASIA/AMERICA, 100 kHz) 531 - 1602 kHz (EUROPE, 9 kHz) – AM : 530 - 1610 kHz (ASIA/AMERICA, 10 kHz)
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 80
Sensivity 2 µV (26 dB S/N) – FM : 30 µV (20 dB S/N) – AM : Performance – Frequency response 30 Hz - 15 kHz (+1/-3 dB, FM). – Distortion <1% – S/N >63 dB (1 m V, FM) c). CD/Player Audio CD – Frequency response 20 Hz - 20 kHz (+1/-3 dB) – Distortion <0.1% – S/N >80 dB d). MP3 CD/CD-R Supported bit rates CBR 32 kbps - 320 kbps and VBR, mono and stereo e). Outputs – Tuner output (Cinch, 2x mono) Nominal level 200 mV – CD-player output (Cinch, 2x mono) Nominal level 500 mV – Mixed output (Cinch, 2x mono) Nominal level 200 mV f). Enviromental Conditions – Operating temperature range +5 to +55°C – Storage temperature range -25 to +55°C – Relative humidity <95%
8.
Cardioid Column Speakers 36 Watt Max. power 36 W Rated power (PHC) 24 W (24 - 12 - 6 W) Sound pressure level at 24 W/1 W (at 1 kHz, 1 m) 114 dB/100 dB (SPL) Effective frequency range (-10 dB) 250 Hz to 12 kHz Opening angle (hor./vert.) (at 1 kHz, -6 dB) 170°/20° Rated voltage 100 V Rated impedance 417 W Ambient temperature range -25 to +55 °C Safety acc. to IEC 65 Connection 100 V connector (incl. power tapping)
9.
Ceiling Speaker 6 Watt, metal grill for PA,BGM,EVAC Max. power 9 W Rated power (PHC) 6 W (6 - 3 - 1.5 W) Sound pressure level at 6 W/1 W (at 1 kHz, 1 m) 99 dB/91 dB (SPL) Effective frequency range (-10 dB) 70 Hz to 18 kHz Opening angle (at 1 kHz/4 kHz, -6 dB) 160°/55° Rated voltage 100 V Rated impedance 1667 W Speaker size 6" Magnet weight 5.3 oz
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 81
6.6.
Ambient temperature range -15 to +50 °C (5 to 122 °F) Safety acc. to EN 60065 Ball-proof acc. to DIN 18032-3 Connection 2-pole push connector
10.
Ceiling Speaker 6 Watt, metal grill for EVAC ONLY Max. power 9 W Rated power (PHC) 6 W (6 - 3 - 1.5 W) Sound pressure level at 6 W/1 W (at 1 kHz, 1 m) 99 dB/91 dB (SPL) Effective frequency range (-10 dB) 70 Hz to 18 kHz Opening angle (at 1 kHz/4 kHz, -6 dB) 160°/55° Rated voltage 100 V Rated impedance 1667 W Speaker size 6" Magnet weight 5.3 oz Ambient temperature range -15 to +50 °C (5 to 122 °F) Safety acc. to EN 60065 Ball-proof acc. to DIN 18032-3 Connection 2-pole push connector
11.
Horn Loudspeaker 15 Watt Max Power 22.5W Rated power (PHC)15W ( 15/7.5/3.75 Watt } Sound pressure level at rated power/ I W (at 1kHz, 1m):103dB (at 1 kHz, 1w, 1m). Effective Frequency range (-10dB): 500 Hz to 5kHz Opening angle (at 1kHz,-6dB) Hor/ Ver (130°/50°) / (130°/50°) Rated voltage: 100V Rated impedance: 667 Ambient temperature range: -25° to +55°C Water.and dust protected: acc to IEC 602591P65 Safety: acc to IEC 60065 Connection: 4 wire cable, 50cm long
12.
Volume Control 100 Watt Rated power 100 W Input voltage 100 V Attenuation steps 10 x 2 dB + off Frequency response (-1 dB) 50 Hz to 20 kHz THD < 0.5% Current consumption 10 mA at 24 V DC Connection screw terminals
Persyaratan Teknis Pelaksanaan 1) Semua kabel yang keluar dari rak peralatan ini harus melalui kabel gland dan memakai flexible conduit. 2) Kotak hubung bagi ditempatkan di tempat yang sesuai dengan gambar rencana di setiap lantai pada ketinggian 150 cm di atas muka lantai dan diklem ke dinding
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 82
3)
4)
5)
6.7.
dengan dynabolt 1/2" x 2" sebanyak 4 buah. Semua kabel yang masuk/keluar kotak hubung ini harus melalui kabel gland. Semua kabel yang digunakan harus ditempatkan dalam Conduit high impact, sedangkan semua kabel distribusi harus diklem pada tangga kabel yang dipasang di shaft dengan memakai dynabolt 1/2" x 2" sebanyak 4 buah pada setiap jarak 75 cm. Conduit harus diklem pada struktur bangunan dengan saddle klem. Semua alat pengeras suara (loudspeaker) harus dipasang pada tempat-tempat yang sesuai seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana, di mana koordinat yang tepat akan dapat ditentukan lebih lanjut dalam shop drawing oleh Kontraktor sesudah dipadukan dengan perlengkapan lain yang ada. Bagi penempatan speaker yang belum jelas akan ditentukan kemudian di lapangan. Untuk semua pekerjaan yang bersifat elektrikal, Kontraktor terikat pada persyaratan dan ketentuan sesuai dengan peraturan yang berlaku, yakni PUIL 2000
Testing & Commissioning 1. Pemeriksaan Pemeriksaan dilakukan setelah instalasi kabel dan pemasangan peralatan utama telah dilaksanakan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat dan memastikan bahwa pekerjaan instalasi sound sistem telah dikerjakan sesuai spesifikasi dan peraturan yang berlaku. 2. Pengujian a. Pengujian yang berhasil dan dapat diterima oleh Direksi Lapangan yang bertindak mewakili pemberi tugas (Owner), harus dilengkapi dengan berita acara yang telah ditanda tangani oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Setelah ini dilanjutkan dengan pemberian buku petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan serta melaksanakan training kepada pengelola gedung. Sesudah semua ini dilaksanakan maka dapat diadakan serah terima pertama dari kontraktor ke Pemberi Tugas. b. Pengujian sistem harus dilakukan sekurang kurangnya sebagai berikut: Semua peralatan dalam sistem tata suara ini harus diuji oleh perusahaan pemegang keagenan peralatan tersebut dengan disaksikan oleh MK / Direksi. Sebelum melakukan pengujian, Kontraktor wajib memberitahu MK / Direksi terlebih dahulu. Setiap pengujian yang dilakukan tanpa disaksikan oleh MK / Direksi akan dinyatakan tidak sah dan harus diulang kembali. Pengujian dapat dilakukan per bagian pekerjaan, namun akhirnya tetap dilakukan pengujian sekaligus secara keseluruhan. Semua biaya yang diperlukan untuk dapat dilakukannya pengujian, baik untuk daya listrik dan peralatan bantu serta peralatan ukur, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor. terdapat ketidaksempurnaan ataupun kegagalan dalam Apabila pengujian, maka Kontraktor wajib memperbaikinya dengan biaya yang sepenuhnya menjadi tanggungan Kontraktor. Apabila karena perbaikan yang dilakukan menyebabkan kerusakan pada bagian paket pekerjaan Kontraktor lain, maka biaya perbaikannya tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor sistem tata suara.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 83
Pengujian harus dilakukan oleh spesialis vendor sebagai authorized dealer penjualan peralatan tersebut dan harus menyiapkan sertifikat pemasangan yang baik dari instansi yang berwenang. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 ( tiga ) mengenai hal – hal sebagai berikut : a. Hasil pengetesan kabel – kabel. b. Hasil pengetesan peralatan – peralatan. c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain - lain e. Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan Pengawas.
3.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 84
Pasal 7 Instalasi MATV 7.1.
Lingkup Pekerjaan Lingkup pekerjaan MATV system ini meliputi pekerjaan pengadaan peralatan berikut pemasangan dan instalasi kabel.
7.2.
Penjelasan Sistem 1. MATV dimaksudkan untuk menerima siaran televise local maupun internasional viia satelit dan direct line untuk kemudian didistribusikan ke seluruh pesawat televisi di dalam gedung. 2. Program yang didistribusikan oleh MATV adalah siaran Televisi local dan internasional via satelit. Peralatan yang membangun system MATV ini harus mempunyai standard kualitas yang mendapat sertifikasi ISO 9001.
7.3.
Spesifikasi Teknis Antenna “ YAGI” 23 element : 1. a. Fungsi : menerima siaran televise UHF b. Element : 23 c. Frequency : 47 – 862 MHz 2.
3.
7.4.
SPILITTER a. Frequency range : 5 – 862 MHZ b. F Connector 2 way Specifictions 3 Way Insertion Loss (dB) 3.6 5.6 TAP OFF Tap Loss (dB) Tap 1 & 2 Tap Loss (dB) Tap 3 & 4 Insertion Loss (dB)
4 Way 7.5
12
16
20
13
17
21
4.5
2.5
2.5
Testing & Commissioning 1. Pemeriksaan Pemeriksaan dilakukan setelah instalasi kabel dan pemasangan peralatan utama telah dilaksanakan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat dan memastikan bahwa pekerjaan instalasi sound sistem telah dikerjakan sesuai spesifikasi dan peraturan yang berlaku. 2. Pengujian a. Pengujian yang berhasil dan dapat diterima oleh Direksi Lapangan yang bertindak mewakili pemberi tugas (Owner), harus dilengkapi dengan berita acara yang telah ditanda tangani oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Setelah ini dilanjutkan dengan pemberian buku petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan serta melaksanakan training kepada pengelola gedung.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 85
Sesudah semua ini dilaksanakan maka dapat diadakan serah terima pertama dari kontraktor ke Pemberi Tugas. b.
3.
Pengujian sistem harus dilakukan sekurang kurangnya sebagai berikut: Pengujian simulasi MATV terhadap system. Semua peralatan dalam sistem tata suara ini harus diuji oleh perusahaan pemegang keagenan peralatan tersebut dengan disaksikan oleh MK / Direksi. Sebelum melakukan pengujian, Kontraktor wajib memberitahu MK / Direksi terlebih dahulu. Setiap pengujian yang dilakukan tanpa disaksikan oleh MK / Direksi akan dinyatakan tidak sah dan harus diulang kembali. Pengujian dapat dilakukan per bagian pekerjaan, namun akhirnya tetap dilakukan pengujian sekaligus secara keseluruhan. Semua biaya yang diperlukan untuk dapat dilakukannya pengujian, baik untuk daya listrik dan peralatan bantu serta peralatan ukur, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor. Apabila terdapat ketidaksempurnaan ataupun kegagalan dalam pengujian, maka Kontraktor wajib memperbaikinya dengan biaya yang sepenuhnya menjadi tanggungan Kontraktor. Apabila karena perbaikan yang dilakukan menyebabkan kerusakan pada bagian paket pekerjaan Kontraktor lain, maka biaya perbaikannya tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor sistem tata suara. Pengujian harus dilakukan oleh spesialis vendor sebagai authorized dealer penjualan peralatan tersebut dan harus menyiapkan sertifikat pemasangan yang baik dari instansi yang berwenang. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 (tiga) mengenai hal – hal sebagai berikut : a. Hasil pengetesan kabel – kabel. b. Hasil pengetesan peralatan – peralatan. c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain - lain e. Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan Pengawas.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 86
Pasal 8 Instalasi CCTV 8.1.
Umum 1. Kontraktor harus mendapatkan surat dukungan dari Principal dan dealer wilayah setempat untuk menjamin peralatan dapat disuplai tepat waktu serta digunakan secara optimal. 2. Surat Jaminan Garansi dari Dealer wilayah setempat harus diserahkan pada waktu serah-terima pekerjaan untuk menjamin kelangsungan layanan purna-jual. 3. Pengalaman minimum 10 [sepuluh] tahun dalam manufacture dan design Video Surveillance Devices. 4. Minimum of [5] years pengalaman instalasi Video Surveillance System
8.2.
Lingkup Pekerjaan Lingkup pekerjaan perlengkapan System CCTV ini meliputi pekerjaan pengadaan peralatan berikut pemasangan dan instalasi kabel.
8.3.
Penjelasan Sistem 1. System CCTV yang dimaksudkan adalah untuk membentuk sekaligus meningkatkan system keamanan seluruh gedung selama 24 jam secara terus menerus. 2. System CCTV yang terpasang harus sudah sesuai dengan system CCTV yang terbaru yaitu apabila diinginkan dapat diatur dengan system komputerisasi ( IT ) sehingga dapat diinterkoneksi dengan system LAN ( Local Area Network ) yang ada, sehingga apabila diinginkan beberapa computer dapat akses ke system CCTV tersebut. 3. System CCTV yang terpasang apabila diinginkan harus dapat dioperasionalkan secara remote sehingga apabila diinginkan management dapat mengoperasikan system CCTV tersebut dari luar gedung yang posisinya dari mana saja baik dari dalam kota maupun luar kota dapat akses ke System CCTV yang terpasang melalui jaringan telekomunikasi. 4. Seluruh peralatan yang membangun system CCTV ini harus memenuhi standard industri Indonesia, dari satu merk atau lebih dan disaat serah terima harus dilampirkan surat garansi 1 ( satu ) tahun dari Authorized Dealer ( agen tunggal ) di Indonesia ( bermaterai ). 5. Standard manufaktur memenuhi I.S. /ISO 9001/EN 29001, QUALITY SYSTEM. 6. Garansi pabrikan 3 tahun tahun untuk replacement dan repair defective equipment, terkecuali battery yang bergaransi 1 tahun.
8.4.
Instalasi Sistem cabling tiap – tiap kamera CCTV menggunakan system topologi star, artinya seluruh kabel coaxial kamera CCTV dari tiap – tiap titik ditarik menuju masing – masing sentral CCTV. Demikian juga untuk penarikan kabel power tiap – tiap kamera CCTV menuju ke UPS yang berada di Sentral. Masing – masing kabel power dan kabel coaxial yang ditarik dimasukkan dalam pipa conduit PVC High Impact, yang harus diperhatikan disini adalah antara kabel power dan kabel coaxial tidak diperbolehkan
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 87
ditarik dalam satu pipa conduit dan bersilangan dengan kabel power listrik lainnya. Hal ini untuk menghindari induksi power listrik terhadap signal video.
8.5.
Spesifikasi teknis 1. Video Management System Sistem yang dikehendaki adalah Video Management System (VMS) a) enterprise-class dengan basis client/server yang menyediakan pengaturan secara digital untuk video, audio dan data pada jaringan IP. Video management system terdiri atas module-module : central server, recording services, configuration client, dan operator clients. Beberapa workstation dapat melalukan live-viewing Video dari site yang berbeda secara simultan. Cameras, recorders dan viewing stations dapat diletakkan secara bebas sepanjang tersedia jaringan IP. b) VMS haruslah mendukung layanan sebagai berikut : VMS Network Video Recorder Local Recording (Recording at the edge) Virtual Recording Manager Videos NVRs c) Komponen software VMS dapat dijalankan baik pada PC tunggal untuk aplikasi sederhana ataupun pada PC/server yang berbeda untuk aplikasi yang lebih kompleks. d) Central server, the BVMS NVR serta BVRM di-operasikan dengan platform Windows 2003 Server dan Windows XP. e) Configuration Client software di-operasikan dengan platform Windows 2003 Server dan Windows XP. f) Operator Client software di-operasikan dengan platform Windows XP. g) VMS harus dibangun dengan arsitektur client/server yang mudah untuk dikembangkan, di-manage secara terpusat, serta memungkinkan full virtual matrix switching dan control systems. h) VMS di-desain untuk dapat dijalankan pada existing infrastruktur IT infrastructure. VMS mempunyai built-in command script editor yang memungkinkan i) customized command scripts untuk mengontrol keseluruhan fungsi system secara virtual. Command scripts dapat diaktifkan oleh system operator atau bilamana terjadi kondisi alarm. j) VMS harus kompatibel dengan MPEG-4 encoders, decoders, IP cameras, IP AutoDomes, Vidos NVRs, Allegiant, DiBos, POS/ATM bridge, dab DiBos ATM bridge. k) VMS mempunyai sedikitnya dua type client yaitu “NVR Operator Client ” dan “VRM Operator Client ”. Perekaman pada DiBos atau NVRs hanya dapat di-akses oleh “NVR Operator Client ”. Sedangkan Local recording devices, serta perekaman pada Vidos NVRs hanya dapat diakses oleh “VRM Operator client ”. l) VMS mempunyai pilihan bahasa sebagai berikut : English, German, Dutch, Italian, Portuguese, French, Spanish, Simplified Chinese, Traditional Chinese, Russian, Hungarian, Czech, Danish, Finnish, Greek,
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 88
m)
n) o)
p) q) r)
s) t)
u)
v)
2.
Kemampuan Auto-discover IP devices dan unique IP addresses.
auto-assignment of
Komponen Video Management System a) Central Server software melakukan management, monitoring, data stream
b) c) d)
3.
Norwegian, Polish, Swedish, Thai, Turkish dan Korean. VMS memungkinkan pemilihan bahasa per user group. VMS menyediakan sedikitnya 10(sepuluh) programmable recording schedules. Schedules dapat di-program untuk melakukan pengaturan record frames rates pada kondisi day, night, weekend periods serta holidays dan exception days. VMS memungkinkan pengaturan hak akses user groups terhadap specific cameras, pan/tilt/zoom control, exporting video, akses ke event log files. VMS menyediakan interface ke Intelligent Video Analytics (IVA) untuk keperluan advanced motion detection yang mampu melakukan analisa ukuran, arah dan kecepatan obyek serta keluar/masuk obyek pada suatu area. Konfigurasi parameter IVA dapat dilakukan melalui Configuration Client. Events yang di-triger oleh IVA atau IP cameras, dapat dikirimkan ke VMS. Workstations VMS dapat dihubungkan sampai dengan 4(empat) monitors, dimana tiap-tiap monitor dapat di-konfigurasi untuk display live streaming video, playback video, site maps, atau alarms. VMS support Lightweight Directory Access Protocol (LDAP) untuk keperluan integrasi dengan Microsoft Active Directory. Export video and audio data dalam ASF format ke media CD/DVD drive, network drive, atau USB drive. Playback dapat dilakukan dengan standard software seperti Windows Media Player. The VMS shall auto-discover encoder, decoder, NVR, and VRM devices. Device detection shall support devices in different subnets.
management, alarm management, priority management, central logbook dan user management. Update Operator Client dan Configuration Client dapat dilakukan melalui Central Server. Configuration Client software menyediakan interface untuk system configuration dan management. Operator Client software menyediakan user interface untuk system monitoring dan operation.
VMS NVR ( Network Video Recorder ) Failover VMS mempunyai kemampuan failover dimana a) b)
satu
NVR
dapat
difungsikan sebagai backup untuk NVR lainnya. “hot switch” function, pada waktu terjadi failure pada NVR, cameras secara otomatis melakukan pemindahan media perekaman ke back up NVR.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 89
4.
VMS NVR ( Network Video Recorder ) Redundancy Redundant VMS NVR melakukan perekeman dengan video streaming a) b)
5.
Analog Monitor Support VMS shall support analog monitors yang dikoneksikan melalui IP a) b)
6.
yang sama pada primary NVR. Operator Client dapat melakukan akses ke data pada Redundant NVR.
decoders. Analog monitors dapat dikonfigurasi mode full screen mode atau quad mode.
Digital Video Recorder (DVR) Connection Video management system dapat di-interface dengan DiBos family DVRs revision 8.
7.
CCTV Keyboard Control Kontrol kamera dapat dilakukan via IntuiKey family keyboards, termasuk KBDDIGITAL dan KBD-UNIVERSAL.
8.
DIGITAL VIDEO STORAGE a)
b)
c)
d)
Digital Video Storage Array haruslah berkapasitas besar, berkecepatan tinggi dan memiliki performance tinggi untuk aplikasiplayback. Storage array mempunyai fitur RAID-5 dengan 12 (dua belas) bays, mampu menyediakan kapasitas sampai dengan 5.5 terabytes, dan kemampuan koneksi sampai dengan 31 (tiga puluh satu) video servers via iSCSI protocol. for extended storage. Desain modular untuk memudahkan pemeliharaan serta memperkecil waktu down-time. Semua komponen kritikal digital video storage array, termasuk disk drives, power supply module, cooling module, dan battery backup unit (BBU) haruslah hot-swappable. Digital video storage array memiliki konektor sebagai berikut : (dua) RJ45 connector untuk koneksi RAID controller ke external network devices atau Ethernet ports. 1 (satu) COM port untuk akses controller-embedded configuration utility melalui serial cable. Specifications : Peak Current : 6A @ 115VAC or 3A @ 230VAC. Operating Power : 350 watts (maximum operating conditions) Voltage Range : 120/240VAC, 50/60 Hz Power : IEC male Host Ports : Two (2) RJ-45 Gigabit Ethernet Host Channels, 10/100 BaseT compatible RS-232 Serial Port : 3.5 mm jack (includes a cable with 3.5 mm to DB-9 connectors and an adapter) Operating Temperature :
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 90
9.
Humidity
:
5% to 95% non-condensing
AUTODOME IP CAMERA Modular camera system terdiri atas 5(lima) tipe interchangeable modules: 1). CPU, camera, housing, communications dan power supply. a) CPU Module menentukan fixed atau kemampuan PTZ (pan/tilt/zoom) dan advance intelligence functions seperti : privacy masking, motion detection dan tracking. b) Camera Module meliputi fixed atau PTZ, color atau Day/Night dan zoom range options. c) Housing Module tersedia indoor dan outdoor applications. d) Communications Module merupakan pilihan transmisi video dan data ke matrix switch, DVR atau IP video system. e) Power supply module option tergantung kebutuhan instalasi (indoor atau outdoor) serta proteksi terhadap tegangan surja. f) Hotswap capability (penggantian modules tanpa harus power down system).
8.6.
Testing & Commissioning 1. Pemeriksaan Pemeriksaan dilakukan setelah instalasi kabel dan pemasangan peralatan utama telah dilaksanakan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat dan memastikan bahwa pekerjaan instalasi sound sistem telah dikerjakan sesuai spesifikasi dan peraturan yang berlaku. 2. Pengujian a. Pengujian yang berhasil dan dapat diterima oleh Direksi Lapangan yang bertindak mewakili pemberi tugas (Owner), harus dilengkapi dengan berita acara yang telah ditanda tangani oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Setelah ini dilanjutkan dengan pemberian buku petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan serta melaksanakan training kepada pengelola gedung. Sesudah semua ini dilaksanakan maka dapat diadakan serah terima pertama dari kontraktor ke Pemberi Tugas. b. Pengujian sistem harus dilakukan sekurang kurangnya sebagai berikut: Pengujian simulasi CCTV terhadap system. Semua peralatan dalam sistem tata suara ini harus diuji oleh perusahaan pemegang keagenan peralatan tersebut dengan disaksikan oleh MK / Direksi. Sebelum melakukan pengujian, Kontraktor wajib memberitahu MK / Direksi terlebih dahulu. Setiap pengujian yang dilakukan tanpa disaksikan oleh MK / Direksi akan dinyatakan tidak sah dan harus diulang kembali. Pengujian dapat dilakukan per bagian pekerjaan, namun akhirnya tetap dilakukan pengujian sekaligus secara keseluruhan. Semua biaya yang diperlukan untuk dapat dilakukannya pengujian, baik untuk daya listrik dan peralatan bantu serta peralatan ukur, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 91
Apabila terdapat ketidaksempurnaan ataupun kegagalan dalam pengujian, maka Kontraktor wajib memperbaikinya dengan biaya yang sepenuhnya menjadi tanggungan Kontraktor. Apabila karena perbaikan yang dilakukan menyebabkan kerusakan pada bagian paket pekerjaan Kontraktor lain, maka biaya perbaikannya tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor sistem tata suara. Pengujian harus dilakukan oleh spesialis vendor sebagai authorized dealer penjualan peralatan tersebut dan harus menyiapkan sertifikat pemasangan yang baik dari instansi yang berwenang. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 (tiga) mengenai hal – hal sebagai berikut : a. Hasil pengetesan kabel – kabel. b. Hasil pengetesan peralatan – peralatan. c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain - lain e. Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan Pengawas.
3.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 92
Pasal 9 Instalasi Fire Alarm 9.1.
Umum Pekerjaan ini mencakup penyediaan, pemasangan sistem system fire alarm, pengujian dan pemeliharaan peralatan sistem deteksi dan alarm kebakaran yaitu seluruh detector, Junction Box Fire Alarm, Bell, Break Glass / Manual Call Point, Indicator Lamp dll.
9.2.
Ketentuan Umum 1. Uraian persyaratan ini menjelaskan tentang detail spesifikasi bahan dan cara pemasangan Instalasi Detector dan Central Fire Alarm, meliputi pekerjaan secara lengkap dan sempurna, mulai dari penyediaan bahan sampai di site, upah pemasangan, penyimpanan, transportasi, pengujian, pemeliharaan dan jaminan. 2. Dalam melaksanakan instalasi ini Kontraktor harus mengikuti semua peraturan dan standar. Perencanaan instalasi Fire Alarm system dan pemilihan serta penempatan jenis detector didasarkan pada : a) UU No. 20 / 2003, tentang Bangunan Gedung berhubungan dengan PP No. 38 / 2005. b) KEPMEN PU No. 441 / 1998, tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung. c) KEPMENEG PU No. 10/KPTS/2000, tentang Persyaratan Teknis Pengamanan Kebakaran pada Bangunan Gedung. d) KEPMENEG PU No. 11/KPTS/2000, tentang Teknis Management Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan. e) SNI 03-6571-2001, tentang Sistem Manajemen Asap di Dalam Mall, Atrium dan Ruangan Bervolume Besar. f) SK Depnaker No. 17 tahun 1980 dan No. Per-02/DP/1983, tentang Instalasi Alarm Kebakaran Otomatik. g) Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000. h) SNI 03-3985-2000, tentang Tata Cara Perencanaan, Pemasangan dan Pengujian Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran pada Bangunan Gedung. i) Data teknis dari produk dibidang peralatan fire alarm system yang dibuat oleh pabrik-pabrik dari berbagai Negara. 3. Sumber daya listrik bersumber dari Perusahaan Umum Listrik Negara, Diesel Generator Set dan Battery bilamana daya dari PLN dan Genset mengalami gangguan. 4. Semua panel Fire Alarm harus diberi pentanahan dengan kawat NYA 4 mm dan MDF dengan kabel NYA 25 mm². 5. Semua produk harus satu merk dan dilengkapi surat garansi yang di keluarkan oleh Principal pemegang merk resmi. 6. Yang diinginkan dalam instalasi alarm kebakaran adalah sistim / rangkaian alarm kebakaran yang menggunakan detector panas ( Rate of Rise and Fixed Temperature Heat Detector ), detector asap ( Smoke Detector ) dan titik panggil secara manual (Break Glass) dan Alarm Bell serta perlengkapan lainnya yang dipasang secara baik dan aman dan bekerja secara otomatis mendeteksi pada saat awal kebakaraan dan lokasi kebakaran dapat langsung diketahui dari Control Panel Fire Alarm. 7. Sistem yang dapat digunakan harus dapat diperluas misalnya secara otomatis dapat memonitor pompa kebakaran , mematikan AC termasuk instalasi dry contact di panel listrik / AC (Tripping System AC), mematikan supply fan. 8. Sistim yang ditawarkan harus modular dapat mengarah ke Zone expantion (pengembangan) dan dengan Sistem Semi Addressable.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 93
9.3.
Lingkup Pekerjaan 1. Lingkup pekerjaan ini termasuk pengadaan semua material, peralatan dan lainlain, pengiriman ke site pemasangan, pengujian (comissioning) dan pemeliharaan seluruh Pekerjaan Fire Alarm seperti disyaratkan sampai berfungsi dengan baik. 2. Menyediakan dan melaksanakan pemasangan unit pengontrol (Master Control Fire Alarm/MCFA) dilengkapi dengan system telepon darurat (fire fighting telepon) serta battery nicad. 3. Pengadaan serta pemasangan unit pemberitahuan (annunciator unit). 4. Pengadaan dan pemasangan unit deteksi (detection unit), termasuk manual station yang dipasang di hydrant box tiap lantai dan dekat pintu darurat. 5. Pengadaan serta pemasangan kabel terminal box. 6. Pengkabelan system Fire Alarm dari sentral Fire Alarm sampai unit deteksi. 7. Mengadakan pengujian menyeluruh sehingga system tersebut dapat berfungsi dengan baik dan benar. 8. Menyerahkan dokumen yang diperlukan dalam proyek ini antara lain :
a) Sistem Description dan Prinsip Operasi Sistem Fire Alarm. b) Instalasi dan Instruction Fire Alarm c) Connection Diagram Fire Alarm d) Surat Garansi dari Principal yang memegang merk 9. Melaksanakan pemeliharaan selama 3 (tiga) bulan dan memberikan jaminan peralatan selama 1 (satu) tahun sejak seluruh system yang terpasang didalam bangunan berfungsi dengan baik. 10. Memasang nama-nama zone pada modul-modul dan jumlah zone pada panel, berupa tulisan yang jelas dari bahan yang tahan lama 9.4.
Kemampuan Operasi 1. Jenis fire alarm yang digunakan adalah presignal alarm yang diberikan hanya pada lantai tersebut. Dengan system 4 (empat) kawat yang berguna untuk menambah keandalan kerja dari alarm ini seandainya ada bagian yang terputus (Class A) 2. Kemampuan dari fire detector mempunyai daerah diteksi kurang lebih 36 m² sehingga untuk bagian-bagian ruangan yang luas hanya dibutuhkan beberapa fire ditector. 3. Master control dilengkapi dengan charger dan stand-by battery yang mampu digunakan minimal 20 jam pada keadaan listrik PLN terputus. 4. Semua system instalasi, detector, annunciator, master control, dan lain-lain pada pekerjaan fire alarm ini, harus ter-supervisi dengan system instalasi Class A. 5. Kerja sistem a. Keadaan Normal Kalau tidak terjadi gangguan atau trobel atau alarm, maka system dalam keadaan normal dan ditandai dengan lampau hijau (AC pilot lamp) yang hidup. System mendapat supply dari PLN, Diesel serta battery. b. Keadaan Darurat. Apabila PLN mati maka digunakan generator, dan seandainya generator juga mati maka dipergunakan battery, keadaan ini akan disupply oleh battery dengan kemampuan minimal 20 jam. Hal-hal yang terjadi pada control panel, lampu kuning akan menyala (trobel lamp) disertai tanda-tanda yang dapat didengar.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 94
c.
d.
Keadaan Alarm. Keadaan alarm akan terjadi apabila ditector mendeteksi asap/panas/api atau manual station diaktifkan. Dalam keadaan tersebut alarm bell harus dapat bekerja otomatis pada control panel lampu merah (lampu alarm) dan lampu kuning akan menyala menunjukkan zone mana yang yang ada alarm, dengan demikian daerah/ruangan yang dalam keadaan bahaya yang akan segera dapat diketahui. Keadaan Gangguan (Trouble) Bila terjadi gangguan pada system (pada detector Circuit atau pada panel control dan annunciator) maka : • Lampu tanda yang terdapat pada control panel harus dapat menyala dengan diiringi suara yang biasa dengan jelas. • Lampu tanda yang terdapat pada annunciator harus dapat menyala yang berarti zone mana yang ada gangguan.
9.5.
Mutu Peralatan dan Bahan 1. Peralatan dan bahan yang diajukan haarus bermutu tinggi. 2. Peralatan dan bahan yang diajukan harus dalam keadaan baru 100%. 3. Barang – barang yang diajukan harus disertai dengan data teknis.
9.6.
Daftar Bahan & Contoh 1. Sebelum pekerjaan ini dimulai kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas daftar bahan –bahan yang dipakai dalam rangkap 4 (empat). 2. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas, contoh bahan – bahan yang akan dipakai dan semua biaya berkenaan dengan penyerahan dan pengembalian contoh-contoh ini adalah tanggungan kontraktor. 3. Kontraktor diwajibkan untuk mengadakan pemeriksaan kembali (recheck) atas segala ukuran –ukuran / kapaistas peralatan (equipment) yang akan dipasang. Dalam hal terjadi keraguan –keraguan harus menghubungi Konsultan Pengawas. 4. Pengambilan ukuran atau pemilihan kapasitas equipment yang keliru akan menjadi tanggung jawab kontraktor. Untuk itu pemilihan equipment dan material harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
9.7.
Penjelasan & Persyaratan Sistem 1. Umum a. Fire Alarm Sistem ini berfungsi untuk mengetahui adanya kebakaran pada tahap awal serta menerima isyarat kebakaran b. yang diberikan, baik secara otomatis yaitu melalui detector maupun secara manual yaitu push button (break glass). c. Jaringan sistem fire alarm ini direncanakan dengan menampung seluruh jaringan detector dan manual push button, melalui TBFA kemudian diteruskan ke Control Panel. Control Panel tersebut menerima isyarat otomatis maupun manual dan memberikan isyarat yang dapat dilihat (visible) dan juaga isyarat yang dapat didengar (audible). d. Pekerjaan instalasi Fire Alarm Sistem ini pada dasarnya harus memenuhi peraturan –peraturan. Pekerjaan Instalasi Fire Alarm sistem ini harus dipasang oleh perusahaan yang biasa mengerjakan pemasangan system ini. Suatu daftar referensi pemasangan harus diajukan kepada Kosultan Pengawas.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 95
e.
2.
Untuk gedung ini diperlukan satu system dengan zone dan line. Detector yang dipergunakan adalah type heat detector kombinasi rate of rise dan fixed temperatur dan smoke detector. Pada tiap zone dipasang sebuah atau lebih alarm bell dan manual pull station. Jika salah satu zone memberikan sinyal kebakaran, maka alarm bell pada zone tersebut harus berbunyi, demikian pula alarm bell pada tempat control station. Sistim ini dilengkapi dengan fasilitas tambahan untuk mengerjakan beberapa fungsi seperti memberikan indikasi kebakaran main control panel fire alarm serta bekerja secara interkoneksi dan otomatis dengan Fire Suppression Sistem Gedung. f. Seluruh ruangan menggunakan fire detector sesuai dengan fungsi dan kebutuhan masing-masing ruangan menurut peraturan dan standar yang berlaku. Diantaranya jenis heat detector 135O Fahrenheit, smoke detector tipe foto electric. g. Menggunakan Vibrating Bell kekuatan 90 db pada tiap zone. h. Manual station dipasang pada setiap hydrant box yang dilengkapi dengan sebuah lampu yang menyala terus. Komponen-komponen Seluruh ruangan menggunakan fire detector sesuai dengan fungsi dan kebutuhan masing-masing ruangan menurut peraturan dan standar yang berlaku sesuai dengan gambar perencanaan. Komponen-komponen yang termasuk dalam deteksi unit adalah manual station serta fire deteksi. a. Jenis fire deteksinya adalah Fixed Heat Detector Smoke Detector ROR ( Rate Of Rise ) Heat Detector Ketiga jenis ini mempunyai berbagai tipe yang dirancang sesuai dengan keperluan. Dipilih detector yang sesuai untuk masing-masing ruangan tersebut yaitu untuk bagian perkantoran digunakan heat detector dan untuk ruangan computer digunakan detector yang lebih peka, misalnya smoke detector tipe photo electric. b.
Unit Annuncitor Annunciator panel. Lampu indicator harus dapat bekerja agar petugas dapat mengetahui dari mana dan dimana ada alarm atau adanya gangguna pada fire alarm. Jadi disini ada pasangan-pasangan lampu merah dan lampu kuning, sesuai dengan keterangan diatas maka system annunciator juga mengikuti system instalasi Class A.
c.
Power Supply Sistem fire alarm menggunakan 24 volt DC dan dapat dikombinasikan dengan alat-alat dengan arus AC misalnya AC bell, dan harus mempunyai double power supply yaitu. Primer supply 220 volt Ac Sekunder supply 24 volt Ac Untuk keadaan darurat harus stand-by minimum 20 jam dan terletak disuatu tempat dengan control panel dan rechargeable.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 96
d.
Panel Cabang
Panel cabang ini harus dibuat dari plat besi setebal min. 1,2 mm dan max 2 mm warna merah panel cabang ini harus di lengkapi dengan kabel gland sebanyak jumlah kabel keluar/masuk. e. Sistem Tata Suara Memberikan signal contact ke sistem tata suara. Dimana sistem tata suara tersebut berisi petunjuk evakuasi (message) berupa rekaman suara manusia dalam bahasa Indonesia dan Inggris diaktifkan saat general alarm terjadi. f.
Sistem Tata Udara Memberikan indikasi bila terjadi alarm, untuk digunakan mematikan unit AC dilantai yang bersangkutan atau semua unit AC, menghidupkan Pressurized Fan dan mematikan Supply Fan.
g.
Instalasi Pemasangan fire alarm harus dilakukan oleh tenaga yang berpengalaman dibidang pekerjaan ini dan pengerjaannya harus teratur. Tidak diperkenankan adanya sambungan-sambungan pada tahanan, sambungan hanya terdapat pada box terminalnya, pengawatan harus menggunakan conduit PVC hight impact dengan ukuran sesuai dengan gambar perencanaan. Dari hasil pengerjaannya harus diserahkan diagram pengawatan lengkap dengan petunjuk-petunjuk lainnya. Untuk masing-masing iring diberi tanda untuk daerah mana kawat tersebur, supaya memudahkan dalam perbaikannya apabila ada kerusakan. Didalam pengejaan Kontraktor juga harus memperhatikan kemungkinan pemasangan fire alarm dibagian lain. Kontraktor harus dapat bekerja sama atau dapat dikoordinasikan dengan pekerjaan lain sehingga apabila ada pekerjaan tambahan karena kurang koordinasi maka menjadi tanggung jawab kontraktor. Gambar-gambar secara umum menunjukkan tata letak peralatan dan instalasinya. Penyesuaian harus dilakukan di lapangan, karena keadaan sebenarnya dari lokasi, jarak dan ketinggian ditentukan oleh kondisi lapangan. Pemborong harus melakukan pemasangan instalasi sistem deteksi dan alarm kebakaran dengan seksama, sehingga penyambungan / integrasi dengan sistem eksisiting harus dilakukan dengan tidak menyebabkan tergangunya operasional sistem eksisting. Pemborong harus membuat catatan-catatan yang cermat dari pelaksanaan dan penyesuaian di lapangan. Catatan tersebut harus dituangkan dalam satu set gambar lengkap (pada kertas kalkir) sebagai gambar-gambar sesuai pelaksanaan (as built drawings). Untuk instalasi dipakai kabel produksi dalam negeri yang sudah mendapatkan sertikat LMK / SPLN . Pemasangan instalasi dalam pipa pelindung 20 mm ex Clipsal, EGA atau setara. Sambungan kabel diatas langit –langit hanya boleh dilakukan pada unit – unit detector .
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 97
9.8.
Spesifikasi Teknis 1. Sistem Fire Alarm yang digunakan adalah Semi Addressable Alarm System 2. Perencanaan pemasangan detector sudah berdasarkan : a) Tinggi Ruang Tinggi Max (m)
Heat
0-7,5 7,5 – 10 10 - 20
Cocok Tidak Cocok Tidak Cocok
Photo Electrik Detector Sangat Cocok Sangat Cocok Cocok
Smoke
b) Area Pencakupan Detector (m)
Area (m2) pada tinggi 3 m
Heat Smoke Detector
25 – 46 50 - 92
c) Pemilihan Jenis Detector Jenis Ruangan
Detector
R. Kantor, AHU Coffee Shop, Lobby, Koridor M & E Room Pantry / Kitchen R. Genset Ruang Kontrol Kamar Pasien R. Praktek Dokter
Photoelectric Smoke Detector Rate of Rise Heat Detector Photoelectric Smoke Detector Fixed Temp Heat Detector& Gas Detector Fixed Temp. Heat Detector Photoelectric Smoke Detector Photoelectric Smoke Detector Photoelectric Smoke Detector
3. Type detector yang dapat dipilih berdasarkan kecanggihan system yang ada pada detector tersebut : a) Konvensional Detector Panas Tipe Kombinasi (ROR / FT) Sesuai untuk ruangan dengan ketinggian ruang tidak melebihi 6 meter. Sesuai dipakai pada ruang yang temperature sekelilingnya relative konstan. Luas daerah yang dapat dideteksi sebesar 25 – 46 m2. Jarak pemasangan antara detector tidak melebihi 8 meter atau sesuai dengan gambar perencanaan. Jarak antara detector dan dinding tidak melebihi 4 meter atau sesuai dengan gambar perencanaan. Kepekaan : untuk fixed temperature, temperature kerja (57,2ºC) dan memiliki response kecepatan kenaikan temperature (8,3ºC/min). Rate of Rise Detector akan bekerja apabila ada temperatur ruangan naik dengan 5 F per 20 detik Combination rate of rise dn fixed temperature yaitu dengan sifat-sifat yang merupakan kombinasi dari keduanya. Yang digunakan dalam bangunan ini adalah combination tipe untuk heat detector. Dilengkapi dengan temperature tetap yang bisa di program. b) Fixed Heat Detector Harus dapat bekerja apabila ada temperatur ruangan naik sampai 135 Fahrenheit. RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 98
Combination rate of rise dan fixed temperature atau rate of rise temperature saja. Dimana untuk fixed temperature akan memberikan sinyal-sinyal apabila temperature disekitarnya mencapai 136 Fahrenheit.
c) Konvensional Detector Asap Photoelectric (Photoelectric Smoke Detector) Ditektor ini harus dapat bekerja dengan adanya asap ataupun gas diruangan yang didetecsi. Harus dapat bekerja apabila ada temperatur naik sampai 135º Fahrenheit. Cocok digunakan pada ruangan dengan ketinggian lebih dari 6 meter … Sesuai dipakai pada ruangan yang berisi material yang akan mengeluarkan asap jika terbakar. Jarak pemasangan antara detector tidak melebihi 10 meter atau sesuai dengan gambar perencanaan. Jarak antara detector dan dinding tidak melebihi 5 meter atau sesuai dengan gambar perencanaan. Kepekaan : 1,23% – 3,20% per ft smoke obscuration. Detector asap photoelectric dilengkapi dengan penunjuk indicator keadaan normal (Flashing sekali setiap 4 - 6 detik) dan keadaan gangguan atau kotor (Flashing 2 kali setiap 4 – 6 detik). d) Addressable Beam Detector Cocok digunakan pada ruangan dengan ketinggian diatas 9 meter. Luas daerah yang dapat dilindungi sebesar 1500 m2 pada ketinggian plafond 15 m. Sesuai dipakai pada ruangan yang berisi material yang akan mengeluarkan asap jika terbakar. Jarak pemasangan antara detector maksimum 14 meter atau sesuai dengan gambar perencanaan. Jarak detector dengan dinding tidak melebihi 7 meter atau sesuai dengan gambar perencanaan. Jarak detector transmitter dan receiver 5 – 100 m atau sesuai dengan gambar perencanaan. 4. Titik Panggil Manual a) Konvensional Type b) Kriteria Penggunaan Sesuai untuk ruangan yang terbuka dan sering dilalui orang. Ditempatkan didekat setiap jalan keluar dan pada Hydrant Box Jarak maximum antara titik panggil manual ± 60 m. 5. Bel Tanda Bahaya / Alarm Bell a) Konvensional Type b) Kriteria Penggunaan Jarak maksimum antara titik panggil manual ± 60 m atau sesuai dengan gambar perencanaan. Ditempatkan secara tersebar pada setiap lantai sehingga dapat menimbulkan kuat suara tidak kurang 90 dB pada jarak 1 meter / 10 ft per zone disetiap tempat dilantai yang bersangkutan. Alarm Bell harus type Vibrating, seluruh bell harus bekerja pada 24 V dc polarized dengan 6 gong. Kecuali disebut lain dalam gambar. Pada saat 1 smoke detector bekerja maka bunyi multi tone terputus pendek tapi bila 2 detector yang bekerja maka multitone berubah menjadi terputus panjang.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 99
6. Fire Intercom a) Konvensional Type b) Kriteria Penggunaan Sesuai dipakai pada waktu terjadi kebakaran apabila HT sudah tidak dapat digunakan Cocok digunakan pada waktu keadaan darurat 7. Sounder & Strobe a) Suatu alat yang dipakai untuk memberikan indikasi alarm secara sound & visual pada saat diberi satu daya oleh sentral (MCPFA) b) Konvensional Type c) Kriteria Penggunaan Jarak maksimum antara titik sounder & Strobe ± 60 m m atau sesuai dengan gambar perencanaan. Ditempatkan secara tersebar pada setiap lantai sehingga dapat terdengar suara & terlihat berkedip (flasher) pada jarak tertentu, sehingga dapat meningatkan atau member peringatan kepada semua orang termasuk penyandang cacat (tuna rungu) untuk tetap waspada dan menanyakn apa yang sedang terjadi. 8. Remote Indicating Lamp a) Diletakkan diatas pintu (harus kelihatan dari koridor) m atau sesuai dengan gambar perencanaan. b) LED, 24VDC Connected to smoke detector atau detector lainnya 9. Interface Modul / Zone Adaptor Modul (ZAM) Zone adaptor module digunakan untuk memonitor flow swith, gas detector, conventional detector dan untuk mengontrol panel listrik AC serta pressureize fan a) Sebuah addressable interface module disediakan untuk menginterfaceman normally open direct device ke sebuah addressable iniating circuit b) Zam – zam dipasang pada box panel (junction box) dan memakai daya 24 VDC dari dua pasang kawat c) Ada beberapa jenis Zam antara lain : Addressable zone monitor unit (AZMU) Addressable Input Module (AIM) Addressable Sounder circuit module (ASCM) Addressable VA Zone Control Module (AVZCM) Intelligent Single Input / Output Module (IS I/O M) Loop Isolator (LI) 10. Master Control Panel Fire Alarm (MCPFA) a) Sistem yang digunakan pada Master Control Fire Alarm adalah Tipe Addressable dengan kapasitas sesuai dengan gambar perencanaan. b) MCFA harus memiliki fasalitas dan harus dilengkapi dengan visual LCD Display apabila komunukasi data antara MCFA dan line detector terputus, secara serentak visual display akan memberikan signal berupa tone alert. c) Kriteria Penggunaan Panel Full Addressable cocok digunakan pada gedung yang ingin diketahui kejadiannya sampai ke area / ruangan terkecil.
Inteligent Fire Alarm Panel 1. Operating Voltage 2. Power Supply 3. Temperature
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
: 24 V DC : 230 V AC : 0 °C to 40 °C
D - 100
4. Relative : 95% 5. Approval : UL/ CE/ LPCB 6. Max Loop capacity (Include addressable detector & addressable module : 235intelligent device 7. Signal Line : 24 VDC 8. Power Consumptions stand by : 180-250VA 9. Alarm Conditions : 368 – 770VA 10. Signal Line : 2 wire transmissions max 2 km 11. Display : LCD Panel 12. Type :Wall Mounting/standing 13. Built In RS485 Repeater Output : maks. 10 repeaters 11. Manual Station a) Memberikan sinyal secara otomatis jika tuas ditekan dan ditarik kebawah. b) Untuk mereset harus digunakam kunci. c) Bahan digunakan terbuat dari metal yang tahan api dan tahan karat. d) Dipasang dekat pintu masuk pada daerah yang dilindungi dan bersebelahan dengan abort switch setinggi 150 cm dari lantai agar mudah terlihat dan dicapai. e) Manual Station dari type break glass dengan semi flush mounting, system kerja pull down dan tetap berada dalam posisi on sebelum diriset kembali. f) General alarm switch hanya dapat dioperasikan oleh orang yang berhak dengan menggunakan kunci khusus. g) Untuk tujuan testing, alarm dapat dibunyikan tanpa harus memecahkan glass. h) Semua panel station harus dilengkapi dengan glass rod cadangan. Untuk menjamin operasi yang lama, alarm contact harus terbuat dari “gold plated” 12. Multi Alert & Signal Strobe (Horn Strobe) a) Sebagai indikasi alarm tahap kedua berfungsi sebagai indikasi evakuasi karena gas FIRE SUPPRESSION segera discharge b) Multitone strobe dipasang didalam ruangan yang diproteksi, untuk memperingati orang yang didalam ruangan. 13. Alarm Horn Alarm horn harus cocok untuk dipakai di dalam gedung maupun diluar gedung. Semua alarm horn bekerja pada 24 V dc polarized, level suara minimum adalah 95 db pada jarak 10 ft type pemasangan adalah semi flush mounted. 14. Warning Light a) Saat gas discharge, pressure switch pada system pipa distribusi akan bekerja dan mengaktifkan DNE Light yang merupakan tanda larangan memasuki ruangan, karena gas FIRE SUPPRESSION memenuhi ruangan / sedang bekerja. b) Harus berwarna merah dan bertuliskan “ Evacuate Area Immediately ” untuk yang dipasang didalam ruangan yang diproteksi FIRE SUPPRESSION dan “ Do Not Enter, Gas Discharg e” untuk yang dipasang diluar ruangan yang diproteksi. c) Bekerja dengan 24VDC 15. Abort Switch a) Abort switch terpisah dari Manual Pull Station. b) Pada saat abort switch ditekan maka akan menahan delay time pada saat gas FIRE SUPPRESSION akan disemburkan.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 101
c)
Tombol harus berwarna kuning untuk memudahkan penglihatan dan dilengkapi tulisan yang cukup jelas. d) Dipasang dekat pintu masuk pada daerah yang dilindungi dan bersebelahan dengan abort switch setinggi 150 cm dari lantai agar mudah terlihat dan dicapai. 16. Unit Control a) Unit ini terdiri dari panel control serta power supply dimana pad apanel control mudah dilihat pada masing-masing daerah proteksi bagian mana yang mengalami gangguan atau yang mendeteksi adanya kebakaran. b) Unit control dilengkapi dengan fasilitas telepon darurat yang dapat dihubungkan dengan outlet telepon pada box hydrant. System ini hanya digunakan untuk hubungan intern dalam gedung pada saat terjadi kebakaran, dan system ini terlepas dari system telepon normal (PABX) c) Terdapat 3 macam warna lampu dengan kode. Hijau adalah AC pilot lamp (lampu power supply) yang menandakan power supply ada, baik itu dari battery atau generator. Kuning adalah lampu gangguan, misalnya ada bagian dari system fire alarm ini yang mengalami gangguan kabel putus dan sebagainya. Merah adalah lampou alarm (lampu kebakaran) yang menandakan terjadinya kebakaran disuatu daerah perlindungannya (zone protection) d) Komponen-komponen harus dari semi konduktor (solid state) : Zone untuk detektor dan pressure switch Signal circuit untuk alarm bell Indikasi untuk kebakaran pada panel control alarm Tanda tiap zone detector ditampilkan di LCD display Tanda alarm bell setiap lantai ditampilkan di LCD display Indikasi untuk pada panel control alarm : Tanda untuk tiap zone dan tiap jenis gangguan ditampilkan di LCD display serta tanda trouble bel / buzzer ditampilkan di LCD display 17. Panel Kontrol a) Terdapat 3 buah tombol yang masing-masing adalah : Tombol riset. Switch norma trouble atau silence. Tombol set. b) Pada panel Kontrol ini harus terdapat fasilitas : Penyambungan ke Dinas Pemadam Kebakaran setempat. Kontak starter pompa kebakaran, smoke fan pressurized fan, dll Terminal untuk pengambilan datastatus setiap zone untuk remote monitor (untuk building automation / sound system) 18. Kabel dan Pipa lnstalasi: a) Kabel yang dipakai untuk instalasi dari modul ke modul harus dari jenis FRC Twisted Shielded AWG 18, 1 pair atau sesuai dengan gambar perencanaan. b) Kabel yang dipakai untuk instalasi masing-masing detector adalah jenis NYM dengan ukuran 2x 1,5 mm² atau sesuai dengan gambar perencanaan c) Kabel untuk outlet Fire intercom menggunakan ITC 2 x 2 x 0,6 mm² atau sesuai dengan gambar perencanaan. d) Kabel power untuk masing-masing modul menggunakan kabel NYM dengan ukuran 3 x 2,5 mm² atau sesuai dengan gambar perencanaan. e) Kabel yang dipakai untuk instalasi manual push button, Alarm bell, Sounder & Strobe, Flow Switch, Tamper Switch, Pressurize Fan, Panel AC dan control lainnya menggunakan kabel NYM 2 x 1,5 mm² atau sesuai dengan gambar perencanaan.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 102
f) Kabel yang dipakai untuk instalasi grounding ke setiap terminal box yang ada disetiap lantai menggunakan kabel NYA 4 mm² atau sesuai dengan gambar perencanaan. g) Kabel yang dipakai untuk instalasi Annunciator menggunakan AWG 18 & kabel NYM 3 x 1,5 mm² atau sesuai dengan gambar perencanaan. h) Kabel yang dipakai untuk ke sentral Tata Suara adalah NYM 2 x 1,5 mm atau sesuai dengan gambar perencanaan. i) Kabel harus cocok dan sama dengan instalasi deteksi dan alarm kebakaran lainnya (eksisting) di proyek ini. Jenis dan tipe kabel seperti tertera pada gambar elektrikal. j) Pipa instalasi pelindung kabel harus Flame Retardant PVC conduits dengan ukuran sesuai dengan gambar perencanaan. k) Pipa, elbow, socket, junction box dan accessories lainnya harus sesuai yang satu dengan yang lainnya, yaitu tidak kurang dari 3/4" diameter. l) Flame retardant flexible conduits harus dipasang untuk melindungi kabel antara junction box dan detektor. 9.9.
Testing & comissioning 1. Pemborong harus menentukan jadwal dan cara pengujian yang ak.n dilakukan 2 (dua) minggu sebelum pelaksanaan pengujian, Pemborong menyerahkan jadwal dan cara pengujian tersebut kepada Pengawas untuk disetujui. Seluruh biaya pengujian ditanggung oleh Pemborong. 2. Pemborong harus menyerahkan laporan pengujian / sertifikat test untuk peralatan sistem kepada Pengawas. 3. Pekerjaan akan dinyatakan selesai bila seluruh pengujian berhasil baik dan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas dan Pemilik. 4. Pengujian sistem harus dilakukan sekurang kurangnya sebagai berikut: a. Pemeriksaan Struktural. Pada testing ini kondisi yang menyangkut bahan, konstruksi, finishing, dan kontrak harus diperiksa dan disesuaikan dengan spesifikasi, (semua data harus sesuai dengan spesifikasi). b. Test Ketahanan Isolasi Tahan isolasi antar kutub dan bagian yang hidup dan yang mati, harus dites dengan tegangan tester bertegangan 500 volt DC, hasilnya harus menunjukkan 500 mega ohm atau lebih. c. Test Ketahanan Tegangan Pada testing tahanan isolasi diatas harus dimasukkan sampai dengan 3000 volt. d. Pengujian simulasi deteksi dan alarm kebakaran asap untuk Photoelectric smoke detector e. Pengujian simulasi deteksi dan alarm kebakaran panas untuk Rate of rise heat detector f. Pengujian simulasi Manual Call Point g. Pengujian integrasi dengan sistem deteksi dan alarm kebakaran eksisting h. Pengujian harus dilakukan oleh spesialis vendor sebagai authorized dealer penjualan peralatan tersebut (menunjukkan Surat Penunjukan dari Principal) dan harus menyiapkan sertifikat pemasangan yang baik dari instansi yang berwenang. i. Seluruh pengujian kabel instalasi harus mengacu pada ketentuan pada PUIL terbitan terakhir. 5. Semua testing, kalibrasi dan penyetelan peralatan-peralatan dan control yang tergabung dalam system ini serta penyediaan semua instrument dan tenaga kerja harus dilaksanakan oleh kontraktor. 6. Kontraktor harus menempatkan seorang ahli yang berkompeten dan berpengalaman untuk melaksanakan pengetesan sesuai dengan keahliannya.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 103
7. Harga-harga pengetesan harus dicatat dan harus dibuatkan berita acara pengetesan yang hasilnya harus sesuai dengan standart-standard yang telah diuraikan diatas. 8. Kontraktor yang melakukan pekerjaan instalasi Fire alarm harus melakukan semua testing dan pengukuran – pengukuran yang dianggap perlu untuk memeriksa / mengetahui apakah seluruh instalasi telah dapat berfungsi / bekerja dengan baik dan memenuhi persyaratan. 9. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk testing tersebut merupakan tanggung jawab kontraktor. Termasuk peralatan khusus yang dibutuhkan untuk melakukan testing dari seluruh sistem ini, seperti dianjurkan oleh pabrik, harus disediakan kontraktor. 10. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 ( tiga ) mengenai hal – hal sebagai berikut : a. Hasil pengetesan kabel – kabel. b. Hasil pengetesan peralatan – peralatan. c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain - lain 11. Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan Pengawas.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 104
Pasal 10 Instalasi Nurse Call Systems Sistem Pemanggilan Perawat atau yang lebih dikenal dengan istilah Nurse Call Systems adalah suatu rangkaian sistem komunikasi yang terpadu, independen namun dapat berkolaborasi dengan jalur komunikasi suara dan jaringan data lain tanpa menimbulkan ketergantungan pada sistem dan jalur komunikasi pada masing-masing jaringan itu sendiri. Sistem Komunikasi Rumah Sakit yang sangat komplit yang dapat menjadi saluran kebutuhan komunikasi terhadap pelayanan pasien mulai dari staf bagian klinik, staf bagian teknik, dan bagian administrasi menejemen yang menyalurkan sebuah sistem yang mana; • Berdiri secara independen dan tidak bergantung kepada jaringan telpon (PABX) • Mengoptimalkan interaksi dan perawatan secara efektif • Menyediakan informasi menejemen yang terpadu • Kemampuan peningkatan sistem dimasa depan dan ekspansi jaringan • Kokoh dan mempunyai daya tahan operasional yang sangat baik 10.1.
Lingkup Pekerjaan a. Pekerjaan Nurse Call Systems meliputi pengadaan, pemasangan, pemograman hingga pelatihan pengoperasian sistem secara keseluruhan. b. Sistem Komunikasi Rumah Sakit meliputi komunikasi dalam keperawatan maupun tindakan medis lainnya, yakni pada daerah unit rawat inap (IRNA), unit gawat darurat (UGD), perawatan secara intensif (ICU/ICCU, HDU), Kebidanan, Ruang Tindakan, termasuk dalam jaringan komunikasi Kamar Operasi (OK/ Operating Rooms). c. Perencanaan desain operasional pada masing-masing instansi unit keperawatan, pengadaan & pemasangan seluruh instalasi mulai dari pipa, kabel, dan peralatan sentral dan peralatan pada jaringan titik panggilan. d. Pelatihan pengoperasian dan pemeliharaan sistem jaringan komunikasi Nurse Call e. Standar dan kode yang digunakan dalam perencanaan ini adalah sertifikat kualitas ISO 9001:2000 untuk manufaktur, penjualan, pelayanan dan pemeliharaan dan memenuhi Australia Standar AS3811. f. Standar elektronika modul harus memenuhi persyaratan CISPR22 (EN55022) untuk kelas B elektromagnetik kepatuhan.
10.2.
Peralatan Utama a. Master Control Nurse Call Sistem Induk Pusat Kontrol Nurse Call dapat menyediakan segala keperluan jaringan komunikasi secara independen dengan tidak bergantung kepada salah satu jaringan komunikasi lain yang ada, yang termaksud antara lain seperti; • Microbase Processor • Visual Room Controller Board • Speech Room Controller Board • Data Video Display & Data POCSAG • Jaringan Server & Printer untuk Data Logging • Power Supply Unit VDC berikut Catu Daya Cadangan
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 105
b.
Nurse Intercom Handset Interkom Master Audio Handset dapat menyediakan fasilitas panggilan Hands free sekaligus layanan komunikasi dengan privasi antara pusat perawat dengan titik sumber panggilan atau call stations. • Mempunyai layar atau Display yang dapat menampilkan sedikitnya 4 baris karakter yang menunjukkan panggilan yang aktif • Secara otomatis dapat memprioritaskan panggilan-panggilan yang masuk untuk ditampilan dalam layar • Tombol Cepat yang secara singkat dapat menghubungkan komunikasi antara Nurse Station dengan prioritas tertinggi pada titik panggilan pada kamar pasien • Ketersediaan tombol Mute dan Penunjuk Waktu sehingga setiap panggilan yang masuk tidak terlewatkan tanpa pelayanan • Dapat mengatur berbagai variasi fungsi sistem dan komunikasi dengan intercom lainnya
c.
Digital Colour & Tone Display Penampang Elektronik yang dapat menampilkan pesan dan status panggilan yang mempunyai visibilitas yang sangat baik dengan jarak tertentu dan dapat ditempatkan pada dinding atau koridor keperawatan secara satu sisi maupun konfigurasi saling membelakangi (Double Sided) • Dapat menampilan sedikitnya 3 warna yang berbeda sebagai signal prioritas status panggilan yang masuk • Memiliki nada panggil dengan decibel yang berbeda sebagai pendukung fasilitas prioritas pelayanan • Dapat menampung semua panggilan yang masuk dalam antrian dari segala prioritas panggilan, dari panggilan normal hingga paling gawat termasuk antrian panggilan-panggilan yang masuk
d.
Call Stations Adalah sumber titik panggilan yang diletakan pada daerah keperawatan dengan fungsi dan karakteristik sedemikian rupa sehingga dapat membantu antara pasien dengan perawat, maupun perawat terhadap para petugas medis dalam memberikan pelayanan secara efektif dan optimal • Memiliki tombol yang dapat digunakan oleh pasien dengan keterbatasan tertentu, seperti tuna netra dengan bantuan huruf braielle, tombol dengan tekanan udara yang dapat diaktifkan tanpa menggunakan bantuan tangan sekalipun • Memiliki ketahanan terhadap daerah dengan kelembaban tertentu, sesuai dengan standar IP 66 / IP 67, yakni ketahanan terhadap air, debu, dan dapat disterilisasikan • Mengandung bahan antibacterial serta silicon yang memberikan kemudahan sekaligus ketahanan dalam benturan. • Kemudahan dalam pengoperasian fungsi lain dalam ruang rawat inap seperti tombol lampu dan tombol peralatan elektronika lainnya
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 106
e.
Jenis Signal & Piranti Panggil Peralatan yang terpasang pada area perawatan yang mempunyai fitur dan fungsi sedemikian rupa yang dapat dikategorikan sebagai berikut; • Lampu Indikator (Dome Indicator Lamp) yang memiliki sedikitnya 3 warna yang berbeda agar dapat memberikan signal prioritas panggilan yang masuk • Tombol Kehadiran Perawat (Nurse Presence Monitor) yang dapat memberikan signal kehadiran perawat dalam ruangan dari sumber panggilan yang masuk • Tombol Reset pada setiap titik sumber panggilan sebagai kontrol atas kehadiran perawat dalam kamar pasien • Tombol Pertolongan bantuan secara fisik (Staff Assist) terhadap sesama perawat dalam pelayanan terhadap pasien • Tombol Keadaan Darurat (Emergency Call) yang dapat diaktifkan dengan cepat dan singkat • Tombol pada daerah basah seperti kamar mandi atau toilet pasien (Wet Area Call) • Memiliki tanda suara / nada (Buzzer Tone) pada setiap pengaktifan pada setiap / masing-masing tombol panggil tersebut agar memberikan rasa aman kepada pasien bahwa panggilan mereka telah terlaksana • Memiliki kemampuan untuk menyatakan status darurat tertinggi pada rumah sakit status kode biru (CODE BLUE)
10.3.
Peralatan Pendukung a. Sistem Informasi Menejemen Komunikasi • Tampilan berupa monitor display untuk peta lokasi keperawatan, status ruang, dan informasi lalu lintas panggilan b. Sistem Radio Panggil Nirkabel dan Data Logging • Dapat terhubung dengan tombol jaringan nirkabel serta dapat menampilkan informasi waktu panggilan masuk, lama respon yang diperlukan serta data statistik waktu tempuh yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu permintaan panggilan c. Multi platform dengan jaringan antar muka (interface) terhadap jaringan tersedia lainnya dalam gedung yang meliputi: • Jaringan Komunikasi berbasis LAN serta WLAN. • Jaringan Telekomunikasi melalui PBX atau PABX • Sistem Informasi Menejemen Gedung • Sistem Keamanan dalam wilayah Rumah Sakit • Sistem Penanggulangan Bahaya Kebakaran • Sistem Jaringan GSM, Email, serta piranti berbasis DECT, VoIP, maupun interaksi terhadap jaringan berbasis tehnologi CISCO
10.4.
Pekerjaan Instalasi a. Tahap Persiapan Tata cara pelaksanaan yang tercantum dalam peraturan pembangunan yang sah berlaku di Republik Indonesia ini harus ditaati, kecuali bila dibatalkan oleh Rencana Kerja dan Syarat-syarat yang diberlakukan.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 107
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Gambar Kerja / Shop Drawing Kontraktor harus membuat gambar detail untuk pelaksanaan pekerjaan termasuk detail support/penyangga/dudukan berikut perhitungannya yang telah disetujui oleh Konsultan MK / Pemberi Tugas. Sarana Kerja Kontraktor diharuskan mengirim; • Contoh bahan yang akan digunakan untuk disepakati konsultan MK / Pemberi Tugas. • Menyerahkan daftar peralatan kerja yang digunakan sebelum dilakukan pemesanan. • Menyediakan peralatan kerja yang baik untuk pelaksanaan yang memenuhi persyaratan keselamatan kerja yang berlaku. Pemeriksaan Bahan dan Material Apabila Konsultan MK / Pemberi Tugas meragukan kualitas bahan atau alat tertentu, maka bahan tersebut akan dikirim ke laboratorium penyelidikan bahan atas biaya kontraktor. Ponalakan dan Penyingkiran Bahan yang dinyatakan tidak baik oleh konsultan MK/Pemberi Tugas, harus segera disingkirkan dari lokasi proyek oleh kontraktor dalam waktu 1 x 24 jam. Tahap Pelaksanaan Kontraktor harus mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan kerja. Perlengkapan keselamatan kerja yang dibutuhkan harus disediakan. Cara-cara kerja yang kurang aman atau tidak selamat harus dihindarkan. Kontraktor harus juga memperhatikan keselamatan kerja termasuk kesehatan para pekerja dan kebersihan lingkungan. Perhatian diharapkan pula terhadap lokasi pemondokan pekerja di job-site, agar tidak terlalu mengganggu waktu kerja. Seleksi tenaga kerja Kontraktor harus berusaha untuk mengadakan seleksi tenaga kerja, baik mengenai keahlian ataupun kesehatannya, bagi tukang-tukang las pipa, serta kejuruan-kejuruan lain yang dianggap perlu, harus lulus dari ujian penilaian dari MK/Pemberi Tugas. Bilamana di kemudian hari dalam proyek ini didapati tenagatenaga yang ternyata tidak cukup ahli, MK/Pemberi Tugas berhak untuk minta tenaga kerja tersebut diganti. Prosedur dan Cara Kerja Kontraktor wajib melaksanakan prosedur dan cara kerja yang baik (tepat, cepat, dan selamat). Kontraktor wajib mengkonsultasikan kedua hal tersebut kepada MK/Pemberi Tugas, untuk dimintakan persetujuannya guna pelaksanaan. Hasil kerja harus menunjukan “workmanshi p” yang baik dalam bentuk kerapian. Pipa conduit high impact yang dapat menampung kabel tanpa mengurangi tingkat fleksibilitas kabel bersangkutan bilamana terjadi penggantian yang diperlukan. Tipe kabel dan teknik pemasangannya tersusun dengan topologi yang diperlukan menggunakan CAT5e atau CAT 6 serta Kabel ITC berbagai tipe dan ukuran yang berlaku secara standar nasional. Uji coba Nurse Call Systems Uji coba dilakukan pada saat semua peralatan dan pemograman sistem jaringan telah terpasang dan mendapat aliran catu daya dari sumber listrik yang terdapat pada lokasi
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 108
10.5.
Tahap Penyelesaian a. Pemeriksaan / Commissioning Pada awal dari tahap penyelesaian perlu diadakan pemeriksaan / commissioning. Obyek Commisioning adalah membuktikan bahwa setiap peralatan sudah berfungsi, dengan kuantitas dan kualitas yang diminta. Semua peralatan seperti outlet dan lampu signal suara sudah berfungsi dan bekerja dengan bagus. b. Semua kegagalan / kekurang berhasilan harus dicari penyebabnya dan diupayakan cara-cara mengatasi. Pemeriksaan / Commissioning dilakukan oleh kontraktor, MK dan User atau Pemberi Tugas. Perlu dibuatkan Berita Acara atas hasil-hasil pemeriksaan / Commissioning yang telah dilakukan bersama. c. Serah Terima Akan dilaksanakan serah terima hasil pekerjaan dari Kontraktor kepada MK/Pemberi Tugas, apabila operasional penggunaan sistem sentral gas medis tanpa hambatan dan terukur sesuai standar produk. d. As Built Drawing Kontraktor harus membuat As Built Drawing, yaitu gambar instalasi dan sistem yang terpasang yang sebenarnya. As Built Drawing ini harus secepatnya diserahkan kepada MK/Pemberi Tugas untuk mendapatkan komentar/koreksi. Kontraktor wajib mengadakan revisi terhadap as built drawing, dengan petunjuk MK/Pemberi Tugas. As Built Drawing ini akan menjadi dokumen bagi proyek. e. Jaminan Pemeliharaan dan garansi produk Jaminan Pemeliharaan diberikan selama kurun waktu 90 hari kalender terhitung sejak berita acara serah terima pekerjaan ditandatangani oleh pihak bersangkutan, serta garansi ketersediaan barang dan suku cadang diberikan secara Cuma-Cuma dalam kurun waktu 1 (satu) tahun termasuk jasa perbaikan yang dilakukan.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 109
Pasal 11 Instalasi Plambing 11.1.
Instalasi Air Bersih 1. Umum Spesifikasi ini merupakan spesifikasi teknis mengenai uraian pekerjaan instalasi air bersih. 2.
Lingkup pekerjaan
Pemasangan pipa distribusi dari PDAM ( Tandon Eksisting ) ke alat-alat penerimaan (kran –kran) dalam bangunan lengkap dengan sambungansambungan dan perlengkapan yang diperlukan sesuai dengan dengan gambar dan spesifikasi teknis yang telah ditentukan. 3.
Uraian Pekerjaan a. Tugas yang harus dikerjakan oleh Kontraktor, meliputi pengadaan,
b.
c. d.
pemasangan dan pengujian secara sempurna dan terpadu sehingga merupakan sistem supply air bersih yang berfungsi dengan baik. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan air bersih beserta perlengkapannya harus sesuai dengan gambar dan spesifikasi teknis yang telah ditentukan.. Prosedur pekerjaan pemasangan pipa instalasi air bersih harus seijin / disaksikan oleh Direksi / Pengawas. Persyaratan pemipaan air bersih, meliputi : Bahan pipa yang dipakai untuk instalasi air bersih adalah pipa Polypropelene Random Copolymer ( PPR), Type: 3 DIN 16928, ONORM B.5174, Temp: 95 - 100° L-PN.10, disamping itu semua fitting, elbow harus terbuat dari bahan yang sama dengan pipa air bersih. Pipa dipasang lurus, dan untuk pipa tegak lurus benar-benar vertikal. Jalur pipa sesuai dengan gambar rencana. Pelaksanaan pemasangan nya harus menyesuaikan kondisi lapangan dan kontraktor harus membuat shop drawing dengan persetujuan Direksi Lapangan. Perubahan arah pipa harus dilaksanakan dengan fitting pembantu (elbow), begitu pula dengan percabangan harus dengan tee atau cross-tee sesuai kebutuhan, pembengkokan pipa tidak diperkenankan. Pemasangan instalasi pipa tidak diijinkan menembus kolom, balok atau struktur utama tanpa ada persetujuan dari Direksi / Pengawas. Untuk pipa-pipa yang menembus atap, kontraktor diwajibkan menyediakan Flashing yang terbuat dari timbel (lead) dengan ukuran dan ketebalan yang memadai. Selama pemasangan instalasi pipa berjalan kontraktor harus menutup ujung pipa yang terbuka guna mencegah masuknya kotoran.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 110
4.
Sistem Instalasi Air Bersih a. Instalasi pemipaan lengkap dengan perlengkapannya harus mampu
b.
5.
menyalurkan air bersih dengan laju aliran yang cukup dengan kecepatan aliran tidak lebih dari 2 m/s. Tekanan pelayanan minimum pada masing-masing titik adalah minimum 0,8 bar dan maksimum 3,5 bar.
Penyangga Pipa
Semua pipa harus ditumpu pada setiap jarak 2,5 m kecuali untuk hal-hal khusus. Penyangga pipa dibuat dari besi siku dengan ukuran yang sesuai dengan berat beban yang harus dipikul dan jumlah deret pipa yang ada serta digalvanis. Ukuran – ukuran bolt yang dipakai disesuaikan dengan ukuran pipa dan digalvanis. 6.
Sambungan pipa
Semua sambungan menggunakan Electric Welding, Polypropelene Random Copolymer, Type : 3 DIN 16928, ONORM B.5174, PN : PN.10. Untuk air bersih harus menggunakan seal tape dari bahan yang tidak membahayakan kesehatan. Fleus dan fitting yang digunakan dari class 10 kg. 7.
Material / Bahan Yang Dipakai a. Kontraktor diwajibkan menyerahkan contoh bahan / barang yang disebut
b. c.
d. e.
f. g.
h.
dalam lingkup pekerjaan kepada Direksi / Pengawas lapangan untuk mendapat persetujuan sebelum dipasang. Apabila hal tersebut tidak memungkinkan, minimal brosur spesifikasi teknis harus ditunjukkan dan disetujui oleh Direksi / Pengawas lapangan. Kontraktor harus membuat tempat penyimpanan bahan / material serta peralatan kerja (gudang) agar rapi aman dan memudahkan pemeriksaan. Jika bahan / material dan peralatan kerja tersebut harus melewati jalanan umum, Kontraktor harus menjaga ketertiban dan kelancaran serta mengganggu lalu lintas. Pengawas / Direksi berhak menambah peralatan yang dipergunakan atau menolak peralatan yang tidak memenuhi syarat. Bila pelaksanaan pekerjaan telah selesai, maka kontraktor harus segera mengeluarkan atau memindahkan peralatan tersebut, kerusakan akibat penggunaan peralatan kerja tersebut harus diperbaiki kembali atas beban biaya Kontraktor. Material yang dipakai harus mendapat persetujuan Direksi Lapangan. Valve/ katub harus mempunyai spesifikasi : Dia 40 mm kebawah, bronze atau strainer A- metal body class 150 lb dengan sambungan ulir,BS 21/ ANSI B 2.1. Dia 50 mm keatas,cast iron body class 150 lb dengan sambungan flanges. Fleksibel Joint Operating Pressure : 16 kg/cm² Burst Pressure : 60 kg/cm²
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 111
8.
: 650 mm/Hg
Spesifikasi Pompa Air Bersih a. Pompa Transfer ( dari Tandon bawah ke Tandon Atas )
-
b.
11.2.
Vacuum Rating
Horizontal centrifugal multi-stage pump. Multi-stage centrifugal pump with axial suction port and radial discharge port close-coupled with a three-phase motor. Pump and motor are mounted on a common baseplate. The pump has a mechanical shaft seal. Impellers, intermediate chambers and shaft are made of stainless steel. Suction and discharge chambers are made of Cast iron.
Pompa Booster ( dari Tandon Atas ke distribusi lantai ) Vertical, non-self-priming, multistage, in-line, centrifugal pump for installation in pipe systems and mounting on a foundation. Impellers and intermediate chambers are made of stainless steel Pump head and base are made of Cast iron. The shaft seal has assembly length according to DIN 24960. Power transmission is via cast iron split coupling. The motor is a 3-phase AC motor.
Instalasi Air Buangan ( Bekas, Kotoran & Penghawaan ) 1. Umum Spesifikasi ini merupakan spesifiksasi teknis mengenai pekerjaan instalasi air bekas, kotoran dan penghawaan. 2.
Lingkup Pekerjaan a. Saluran pembuangan dari bak cuci kamar mandi dan dapur ke sumur resapan. b. Saluran pembuangan dari wastafel ke sumur resapan. c. Saluran pembuangan dari kloset ke septic tank (Bio Filter Tank). d. Saluran penghawaan instalasi pembuangan seperti dalam gambar perencanaan.
3.
Uraian Pekerjaan a. Tugas yang harus dikerjakan oleh Kontraktor, meliputi pengadaan, pemasangan dan pengujian secara sempurna dan terpadu, sehingga merupakan sistim saluran air bekas, kotoran dan penghawaan berfungsi dengan baik. b. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem saluran air bekas, kotoran dan penghawaan beserta perlengkapannya harus sesuai dengan gambar rencana. c. Prosedur pekerjaan pemasangan saluran air bekas dan kotor harus seijin / disaksikan Direksi Lapangan.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 112
4.
Material / Bahan Yang Dipakai a. Pipa PVC Class AW (Standard JISK 6742) dengan diameter sesuai gambar rencana dengan persetujuan Direksi Lapangan. b. Fitting-fitting untuk penyambungan terbuat dari bahan dan produksi yang sama.
5.
Cara Pemasangan 1). U m u m a. Kontraktor harus memasang semua peralatan dan instalasi plambing sesuai dengan gambar perencanaan dan spesifikasi teknis ini. b. Gambar perencanaan hanya menjelaskan jalur dan penempatan secara umum. Semua detail dan perletakan yang sebenarnya harus dibuat dalam bentuk gambar kerja oleh Kontraktor dan diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui. c. Pemasangan Pipa : Pipa harus dipasang dengan jarak yang cukup terhadap balok, kusen jendela, rangka langit-langit dan lainnya sehingga terdapat ruang atas yang cukup untuk pemeliharaan pipa, fitting serta peralatan lainnya. Bila tidak diperoleh ruangan yang cukup untuk pipa tersebut, Kontraktor harus segera melaporkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi, untuk mendapat penyelesaian. Ketinggian langit-langit, dimensi balok, dimensi kolom, dimensi shaft dan lain-lain dicantumkan secara jelas pada gambar arsitektur, finishing dan gambar struktur. Sistem sambungan harus dilengkapi dengan peralatan yang berfungsi untuk mengatasi gerakan-gerakan thermal dan/ atau gerakan-gerakan akibat aliran fluida pada tempat-tempat tertentu dengan sistem sambungan swing, flexible expansion loop dan lainnya. Pemipaan untuk peralatan/ mesin harus ditopang secara terpisah sehingga tidak membebani unit mesin/ peralatan tersebut, dan jika diperlukan harus disertai peredam getaran. 2). Pemasangan dan Penyambungan Pipa Dalam Bangunan a. Pipa Tegak Pipa tegak harus disangga dengan besi kanal dan diikat dengan klem-U yang dilengkapi dengan landasan kayu dan mur-baut. Jarak antara penyangga maksimum 3 meter. Pipa tegak dalam tembok yang menuju alat plambing harus dipasang baik. Kontraktor harus membuat jalur pipa dan lubanglubang yang diperlukan pada tembok sesuai dengan kebutuhannya. Setelah pipa dipasang dan diuji terhadap kebocoran, maka alur dan lubang harus ditutup kembali dengan rapi. Untuk menghindari kebocoran, disetiap lubang dimana menembus lantai beton atau dinding harus diberi bahan Waterprofing untuk
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 113
b.
c.
d.
semua ujung pipa harus diberi “Cap” yang tidak memungkinkan adanya kebocoran. Untuk memudahkan pemeliharaan dikemudian hari, semua fitting TY yang dilengkapi dengan Clean Out (seperti pada gambar rencana), pada dasarnya harus ditarik ke atas, sampai permukaan lantai (finishing floor level), diakhiri dengan mempergunakan Clean Out. Jika terdapat kesulitan dalam pelaksanaannya, karena kondisi lapangan, kontraktor bisa mengajukan alternatif lain denan persetujuan Direksi Lapangan. Pipa Mendatar Untuk yang berada di atas langit-langit dan di bawah lantai, pipa harus dipasang dengan menggunkan penggantung. Sedangkan yang berada di atas lantai pipa diberi penyangga yang dilengkapi dengan klem-U. Persyaratan penyangga dan penggantung pipa harus sesuai dengan table di atas. Jarak antara penggantung pipa terhadap dinding bias disesuaikan dengan keadaan lapangan. Pipa mendatar harus digantung menggunakan gantungan pipa yang dilengkapi dengan pelindung (sadel) untuk pelindung terhadap tekanan dasar penggantung. Persyaratan penggantung harus sesuai dengan table di pasal selanjutnya. Pipa mendatar harus dipasang dengan kemiringan/ slope sekitar 1% - 2%. Setiap cabang harus menggunakan fitting yang mempunyai sudutsudut 45 derajat. Penyambungan Pipa Pipa PVC dengan diameter 3” ke atas harus disambung dengan rubbering joint. Pipa PVC kurang dari dia. 2 ½” disambung dengan solvent cement. Setiap cabang harus menggunakan fitting yang mempunyai sudutsudut 45 derajat. Setiap sambungan pipa PVC harus dibersihkan dulu pipa PVC nya, sebelum dilaksanakan penyambungan. Khusus untuk perpipaan air kotor, sambungan pipa ke soil stack dan septic tank diberi kemiringan ¼ inchi/feet. Sambungan selain ke WC dilengkapi dengan siphon yang mempunyai ketinggian seal trap antara 2 – 4 inchi . Pipa Dalam Tanah Pipa distribusi yang dipasang di bawah tanah, jalan atau pelataran parkir, harus ditanam dengan kedalaman kurang lebih 80 cm yang diukur dari bagian atas pipa sampai permukaan tanah atau lantai pada peil yang terendah. Sebelum pipa ditanam, dasar galian harus dipadatkan dan diratakan terlebih dahulu kemudian diurug dengan pasir padat setebal 10 cm, setelah pipa diletakkan di sekeliling dan di atas
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 114
pipa diurug kembali dengan pasir setebal 15 cm, kemudian diurug dengan tanah urug sampai padat. Apabila dalam galian tidak memenuhi syarat (80 cm) karena sesuatu hal, maka pipa pada bagian pengurugan teratas harus dilindungi dengan plat beton bertulang minimal setebal 10 cm yang dipasang sedemikian rupa sehingga plat beton tidak sampai bertumpu pada pipa, untuk selanjutnya diurug sampai padat. Disekitar fitting pipa harus dipasang blok penguat dari beton agar fitting-fitting tersebut tidak bergerak jika terjadi penekanan oleh beban di atasnya. Konstruksi permukaan tanah atau jalan bekas galian harus dikembalikan seperti semula. e. Penyangga dan penggantung pipa. Gantungan pipa harus dipasang sesuai dengan ketentuan di atas. Setiap penyangga lurus dibuat untuk menjamin bahwa panjang pipa disangga dengan baik dan jarak antara pipa yang lain tidak kurang dari 100 mm . Selama pemasangan ujung pipa yang terbuka harus ditutup. f. Lain – lain. Tata letak yang ditunjukkan pada gambar merupakan perkiraan, tetapi cukup memberi petunjuk jalur pipa yang dimaksud. Semua pekerjaan perpipaan harus dibuat sedemikian rupa sehingga bebas dari penyusutan dan pemuaian yang akan mengakibatkan kerusakan pada pekerjaan / bagian lain. Harus diprbaiki bahwa perpipaan disusun sedemikian rupa sehingga kelihatan rapi dan lurus. 3). Sambungan Ulir a. Pipa harus dipotong secara tegak lurus terhadap sumbu pipa dengan menggunakan alat potong pipa seperti hack saw atau alat lainnya, sehingga tidak menyebabkan perubahan diameter pipa. b. Ulir pipa harus mengikuti segala ketentuan pada standard Taper Pipe Treads BS. 21. atau ANSI B2.I dan dibuat dengan alat khusus pembuat ulir dengan menggunakan pelumas red load dan linceed oil atau minyak jenis lain yang tidak beracun. c. Panjang ujung ulir untuk setiap pipa harus mengikuti ketentuan berikut : Nominal (mm)
Diameter (inch)
15 20 25 32 50 65 80 100
½ ¾ 1 1½ 2 2½ 3 4
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
Panjang Efektif Ujung Berulir (mm) 15 17 19 22 26 30 34 40 D - 115
125 150
5 6
44 48
Sambungan ulir harus menggunakan Teflon Sealing Tape atau yang sejenis. e. Bila pekerjaan hendak ditunda, ujung pipa harus ditutup agar tidak kemasukan kotoran atau sejenisnya. Sambungan Flens (Flange) a. Sambungan flens harus menggunakan flens lengkap dengan packing flange dan tebal minimum 3 mm dan di ikat dengan mur-baut. b. Pembersihan terhadap welding slag atau kotoran di dalam dan di bagian luar ujung pipa harus dilakukan sebelum sambungan dipasang. c. Bila pekerjaan hendak ditunda, ujung pipa harus ditutup agar tidak kemasukan kotoran atau sejenisnya. Pemasangan Alat Ukur a. Kontraktor harus memasang alat ukur pada instalasi pipa dengan menggunakan fitting alat ukur. b. Pada instalasi pemipaan harus disediakan dan dipasang fitting untuk penempatan alat ukur yang tidak akan dipasang tetap pada tempattempat yang penting. c. Semua alat ukur yang akan dipasang harus dalam keadaan baik dan harus dipasang dengan benar dan simetris. Sambungan Pipa dengan Bahan Yang Berbeda Diameter ukuran 3” atau lebih besar harus menggunakan sambungan flens, sedangkan diameter 2 ½” atau lebih kecil menggunakan sambungan ulir. Sambungan dengan peralatan Sambungan dengan peralatan harus menggunakan sambungan union atau flens. Sambungan tersebut harus dipasang pada kedua sisi peralatan. Sambungan Lentur dan Sambungan Ekspansi Pada tempat tertentu harus dilengkapi dengan sambungan lentur atau sambungan ekspansi dimana dapat terjadi gerakan antara dua bagian pemipaan atau dimana dapat terjadi expansi atau kontraksi yang melebihi batas toleransi untuk pemipaan. Pipa yang tertanam Dalam Bangunan Semua pemipaan yang dipasang diantara dua dinding atau ditanam dalam tanah atau daerah-daerah yang tidak dapat dijangkau harus diuji secara hidraulis lebih dahulu sebelum ditutup. Katub Pelepasan Udara Katub pelepas udara terjebak harus dipasang pada sistem pipa air sirkulasi. Penyangga dan Penggantung Pipa a. Semua pipa mendatar harus ditumpu dengan baik. Tidak diperbolehkan menggantungkan pipa ke pipa lainnya. b. Penyangga dan penggantung pipa harus terbuat dari besi siku atau besi kanal. d.
4).
5).
6).
7).
8).
9).
10).
11).
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 116
c.
d. e.
Pipa tegak harus disangga dengan besi kanal dan diikat dengan klemU yang dilengkapi dengan landasan kayu dan mur-baut. Jarak antar penyangga maksimum 3 meter. Penggantung dan penyangga pipa harus diikat ke konstruksi bangunan dengan memakai insert. Penyangga / penggantung harus dipasang sesuai dengan tabel berikut : HANGER ROD SPACING
Ukuran pipa < 1 1½ 2 2½ 3 4 5 6 8 10 12 14 16 18 20 nominal (inchi) Jarak antar maksimum 7 9 10 11 12 14 16 17 19 22 23 25 27 28 30 (ft) HANGER ROD SCHEDULE
Pipe size
Rod Size
Pipe Size
Up to dia. 2”
3/8” dia.
4”
2 ½ thru 3”
½” dia.
6”
Rod size
thru 5”
5/8” dia.
thru 12”
7/8” dia.
f. Semua penggantung pipa pada ruang mesin pompa harus diberi peredam getaran (Vibration Eliminator). 12). Penembusan Pipa a. Pipa yang menembus dinding beton atau tembok, harus diberi pipa selubung (sleeve) yang diameternya lebih besar daripada diameter pipa yang akan menembus dinding. b. Bahan dari pipa selubung (sleeve) dari jenis High Pressure PVC, atau Polyethlene atau Polybutane atau Tembaga. c. Cara pemasangan harus sesuai seperti yang tercantum pada gambar dokumen. 13). Pembersihan Kontraktor harus melakukan semua pekerjaan pembersihan, termasuk : a. Semua bagian dinding luar pipa harus bebas dari lemak dan kotoran. b. Semua bagian peralatan yang terlapisi Chronium atau nikel harus digosok hingga mengkilat. c. Semua bagian dalam dari pipa, katup dan alat-alat lainnya harus dibersihkan dari segala macam kotoran. d. Semua bagian bangunan atau finishing arsitektur yangkotor akibat pemasangan pekerjaan plumbing. e. Semua bagian luar dari peralatan. 14). Penandaan Pipa a. Kontraktor harus melakukan pengecatan terhadap pipa untuk penandaan sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi teknis.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 117
b. c. d.
Kontraktor harus mengecat dasar dengan bahan dasar syntetis terlebih dahulu pada masing-masing pipa, sebelum cat akhir. Pewarnaan Pipa Semua pipa harus di cat dengan cat akhir (sesuai dengan spesifikasi arsitektur). Pada setiap jarak 12 meter dan pada saat keluar dari shaft, harus diberi indikasi penamaan pipa (simbol pipa) dan penunjuk arah aliran. SKEDUL PEWARNAAN PIPA
11.3.
No
Fungsi
Warna
1
Pipa Air Bersih / RO
Biru
2
Pipa Air Kotoran
Kuning
3
Pipa Air Panas
Merah
4
Pipa Air Bekas
Hijau
5
Pipa Penghawaan
Putih
6
Gantungan & Support
Hitam
7
Panah Pengarah
Putih/Hitam
Testing & Comissioning 1. Pengujian Terhadap Kebocoran a. Setelah semua instalasi air bersih terpasang, harus diuji dengan tekanan hidrolik sebesar 10 kg/cm² selama 1 x 24 jam tanpa terjadi perubahan / penurunan tekanan. b. Instalasi air buangan (air kotor dan air bekas) yang telah terpasang harus diuji terhadap kebocoran dengan cara mengisi seluruh jaringan pipa dengan air dan di-dop pada ujungnya. Selama 1x24 jam harus tidak terjadi perubahan/ penurunan permukaan air. 2. Pengujian Desinfeksi a. Kontraktor harus melakukan pembilasan desinfeksi dari seluruh instalasi air, sebelum diserahkan kepada pemberi tugas. b. Proses desinfeksi dilakukan dengan cara memasukkan larutan Chlrorida kedalam sistem pemipaan dengan cara / metode yang disetujui oleh Direksi / Pengawas. Dosis Chlrorine tidak kurang 50 ppm ( part per million ) selama 16 jam, setelah itu seluruh sistem harus dibilas air bersih (flushing) sehingga kadar chlrorine tidak lebih dari 0,2 ppm. 3. Pengujian Sistem Pompa Kontraktor harus melakukan pengujian terhadap kapasitas aliran dan sistem operasi pompa. Pengujian laju aliran pompa dapat menggunakan alat ukur berupa flow meter yang dipasang pada jaringan perpipaan dan alat pencatat waktu (stop watch). 4. Kontraktor harus menentukan jadwal dan cara pengujian yang akan dilakukan 2 (dua) minggu sebelum pelaksanaan pengujian, Pemborong menyerahkan
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 118
5. 6. 7.
8.
9.
10.
jadwal dan cara pengujian tersebut kepada Pengawas untuk disetujui. Seluruh biaya pengujian ditanggung oleh Pemborong. Kontraktor harus menyerahkan laporan pengujian / sertifikat test untuk peralatan sistem kepada Pengawas. Pekerjaan akan dinyatakan selesai bila seluruh pengujian berhasil baik dan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas dan Pemilik. Untuk mengetahui bahwa semua pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat berfungsi baik dan telah sesuai dengan persyaratan teknis yang dimana, maka Kontraktor diwajibkan menguji seluruh pekerjaannya dengan standrad uji masing-masing yang telah ditetapkan dalam peraturan / Spesifikasi Peralatan. Pengujian ini dilaksanakan dibawah Pengawasan Direksi / Pengawas Lapangan yang ditunjuk. Jadwal Pelaksanan Pengujian dapat diatur seminggu sebelumnya atau atas persetujuan bersama. Semua bahan yang kurang baik atau pemasangan yang kurang sempurna yang diketahui pada saat Pemeriksaan / Pengujian harus segera diganti dengan yang baru / disempurnakan sampai dapat berfungsi dengan baik dan sesuai Standard Uji yang ada. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 (tiga) mengenai hal – hal sebagai berikut : a. Hasil pengetesan terhadap kebocoran ( tekanan hydrostatis ) b. Hasil pengetesan terhadap peralatan ( kinerja pompa ). c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain-lain.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 119
Pasal 12 Instalasi Hydrant dan Sprinkler 12.1.
Umum Spesifikasi ini merupakan spesifikasi teknis mengenai pekerjaan instalasi hydrant dan sprinkler berikut peralatan bantunya serta ketentuan lainnya yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan ini.
12.2.
Lingkup Pekerjaan 1. Pengadaan dan pemasangan pipa hydrant dan sprinkler dari tandon bawah ke alat-alat penerimaan ( Fire House Cabinet dan unit Sprinkler ) dalam bangunan lengkap dengan sambungan-sambungan dan perlengkapan yang diperlukan. 2. Menyelenggarakan percobaan-percobaan dan acceptance test. 3. Menyelenggarakan program pelatihan bagi petugas keamanan dan karyawan tentang pengetahuan sistem dan operasinya.
12.3.
Uraian Pekerjaan 1. Tugas yang harus dikerjakan oleh Kontraktor, meliputi pengadaan, pemasangan dan pengujian secara sempurna dan terpadu sehingga merupakan sistem yang baik dan sempurna. 2. Pekerjaan instalasi pemadam kebakaran ini harus dikerjakan oleh instalator yang telah mempunyai Surat Pengakuan (PAS) dari Instansi terkait (Dinas PMK) maupun dari Pemerintah Daerah setempat yang berlaku. 3. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan beserta perlengkapannya harus sesuai dengan gambar rencana. 4. Prosedur pekerjaan pemasangan pipa instalasi hydrant dan sprinkler harus seijin / disaksikan Direksi Lapangan. 5. Persyaratan pemipaan instalasi Hydrant dan srinkler, meliputi : a. Bahan pipa yang dipakai untuk instalasi Hydrant dan Sprinkler adalah pipa Black Steel Pipes (BS) Class Sch. 40, disamping itu semua fitting, elbow harus terbuat dari bahan yang sama dengan pipa tersebut. b. Pipa dipasang lurus, dan untuk pipa tegak lurus benar-benar vertikal. Jalur pipa sesuai dengan gambar rencana. Pelaksanaan pemasangan nya harus menyesuaikan kondisi lapangan dan kontraktor harus membuat shop drawing dengan persetujuan Direksi Lapangan. c. Perubahan arah pipa harus dilaksanakan dengan fitting pembantu (elbow), begitu pula dengan percabangan harus dengan tee atau crosstee sesuai kebutuhan, pembengkokan pipa tidak diperkenankan. d. Sambungan pipa pada umumnya dipergunakan sambungan dengan cara las. e. Untuk pipa-pipa yang menembus atap, kontraktor diwajibkan menyediakan Flashing yang terbuat dari timbel (lead) dengan ukuran dan ketebalan yang memadai.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 120
12.4.
Pengadaan dan Pemasangan Kontraktor harus mengadakan dan memasang seluruh peralatan untuk bekerjanya sistem pemadam kebakaran yang meliputi : 1. Pengadaan dan pemasangan instalasi pipa hidrant lengkap dengan asesorisnya (fitting, katub dan lain-lain) sesuai dengan gambar perencanaan dan spesifikasi teknis. 2. Pengadaan dan pemasangan kotak hidrant (termasuk selang, nozzle, hose rack, landing valve, dll), pilar hidrant dan sambungan dinas lengkap dengan asesorisnya sesuai dengan gambar perencanaan dan spesifikasi teknis. 3. Pembersihan pipa mengunakan aliran air yang bertekanan dari pompa yang disediakan oleh Kontraktor. 4. Pengujian kebocoran instalasi pemipaan hidran dengan pengujian tekanan hidrolik yang dilakukan secara bertahap (bagian perbagian), kemudian dilanjutkan secara keseluruhan setelah jaringan pemipaan terpasang semuanya, hingga sistem tersebut dapat bekerja dengan baik sesuai dengan perencanaan. 5. Semua pipa harus ditumpu pada setiap jarak 2,5 m kecuali untuk hal-hal khusus . Penyangga pipa dibuat dari besi siku dengan ukuran yang sesuai dengan berat beban yang harus dipikul dan jumlah deret pipa yang ada serta digalvanis. Ukuran – ukuran bolt yang dipakai disesuaikan dengan ukuran pipa. 6. Pemasangan pompa-pompa kebakaran harus sesuai dengan sistem yang diinginkan dan persyaratan teknis dari pabrik. 7. Pompa harus dipasang sedemikian sehingga getaran yang ditimbulkan dapat diisolir. Peredam getaran yang dipilih untuk defleksi statis yang sesuai beratnya.
12.5.
Material / Bahan Yang Dipakai 1. Seluruh katub yang dipasang di pemipaan pemadam kebakaran harus dari jenis fire fighting valves yang mempunyai tekanan kerja 300 psi dan tekanan test 700 psi (kelas 300). Khusus gate valve yang dipasang harus tipe OS&Y (Outside Screw & Yoke). Katub harus UL Listed dan FM Aprroved. Spesifikasi material gate valve harus seperti berikut ini : a. Body : cast iron b. Bonnet : cast iron c. Disc : cast iron d. Hand Wheel : cast iron e. Stem : brass f. Bolt and nut : steel g. Yoke : cast iron h. Finishing : red epoxy coating 2. Fire Sprinkler yang digunakan adalah : Bahan dan peralatan harus memenuhi spesifikasi dengan standart UL atau UL/FM listed, satu merk dan dilengkapi garansi dari Principal pemegang merk resmi. Produk bahan dan peralatan pada dasarnya adalah sebagai berikut :
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 121
Sprinkler
Head - Sprinkler head yang dipergunakan disini dari jenis glass bulb 5 mm dengan temperatur pecah 57 deg. C (atau 79/93 deg. C, tergantung area). - Dibuat dari bahan brass yang difinish dengan Chromium plate. Main Control Valve Set - Main Control Valve Set harus dipasang setiap maksimum 1000 kepala sprinkler untuk bahaya kebakaran sedang. - Main Control Valve Set harus mampu memberikan signal listrik kepada Fire Control Alarm Panel System maupun dengan mechanical alarm gong apabila terjadi suatu aliran air sebesar satu kepala sprinkler. - Main Control Valve Set antara lain harus terdiri dari peralatan sbb : a) main gate valve lockable, jenis OS&Y b) wet alarm check valve c) alarm gong set d) pressure indicator e) test valve set Branch Control Valve Set - Branch Control Valve Set harus dipasang seperti tertera dalam gambar perencanaan. - Branch Control Valve Set harus mampu memberikan signal listrik kepada Fire Alarm Control Panel System apabila terjadi aliran air sebesar satu kepala sprinkler. - Branch Control Valve Set antara lain harus terdiri dari peralatan sbb : a) Signal butterfly valve built in tamper switch lockable b) Flow Swich c) Sight glass dia. 1“ d) Test & drain valve dia. 1”
3. Kotak Hidrant, Pilar Hidrant dan Siemesse Conncetion a. Kotak Hidrant Indoor Hydrant Box - Bahan terbuat dari plat dengan ketebalan 1,2 mm (sebelum dicat), dicat
-
powder coating, pada tutup yang dapat dibuka 180º dan dilengkapi stopper. Pintu box harus kompatibel dengan pintu box yang lainnya. Box harus dilengkapi : i. Hose rack untuk selang 40 mm, chromium plated, bahan terbuat dari brass dengan jumlah 24 sisir ii. Hydrant valve, bahan terbuat dari bronze dia. 40 mm dan 65 mm dengan tekanan kerja 16 kg/cm2 termasuk machino coupling atau VDH untuk dia. 65 mm iii. Fire Hose dengan bahan cotton yam, polyester fibre & black TPE lined size 40 mm x 30 mm, tekanan kerja 10 kg/cm2 termasuk machino coupling. iv. Hydrant nozzle variable spray size 40 mm terbuat dari material Brass (untuk nozzle, warna kuning) dan aluminium untuk head spray. v. Kotak hidrant In door lengkap dengan hose / selang yang panjangnya 40 meter. vi. Box ini harus dilengkapi dengan kunci, dimana anak kuncinya diletakkan pada sebuah kotak kaca pada pintu box tersebut.
Outdoor Hydrant Box (Class III NFPA) harus terdiri dari peralatan sbb : - Bahan plat dengan ketebalan 1,2 mm (sebelum dicat), ukuran 660 mm
(L), 950 mm (T) & 200 mm (D) dicat powder coating, warna merah dengan tulisan warna putih HYDRANT pada tutup yang dapat dibuka
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 122
-
180º dan dilengkapi stopper. Pintu box harus kompetibel dengan pintu box yang lainnya. Fire hose dengan bahan cotton yam, polyester fibre & black TPE lined size 65 mm x 30 meter, tekanan kerja 10 kg/cm2 termasuk machino coupling Hydrant straight nozzle size 65 mm terbuat dari material Brass (warna kuning).
Warna Kotak Hidrant Kotak hidrant, pilar hidrant dan siamese connection harus berwarna merah gelap dengan tulisan warna putih HYDRANT yang jelas.
b. Pilar Hidrant Pillar Hydrant yang dipergunakan adalah jenis two way dengan main valve dan branch valves ukuran 100 x 65 x 65 mm, dari bahan : body cast iron, branch valve lengkap dengan as dan coupling terbuat brass. Flange standart Ansi 150 tekanan kerja 10 kg/cm2. Jenis coupling harus disesuaikan dengan model yang dipergunakan oleh mobil dinas kebakaran kota setempat.
c. Siamese Connection Siamese Connection yang dipergunakan disini adalah tipe two way untuk pemasangan free standing dengan ukuran 100 x 65 x 65 mm, terbuat dari bahan brass, tekanan kerja 10 kg/cm2 Siamese Connection dibuat dari brass lengkap dengan built in check valve dan outlet coupling yang sesuai dengan standard yang dipergunakan oleh Dinas Pemadam Kebakaran kota setempat. d. Pemadam Api Ringan (PAR/FE) PAR disediakan sebagai sarana pemadaman awal yang dapat dilakukan oleh setiap penghuni bangunan Untuk daerah umum dalam bangunan disediakan 1 buah PAR jenis bubuk kering kapasitas minimal 4 kg setiap luasan 100 m2, dengan spesifikasi tabung terbuat dari bahan mild steel, seamless dilengkapi dengan handle valve CE standart & gauge (store pressure). Untuk ruangan mesin disediakan 1 buah PAR jenis CO2 kapasitas 5 kg untuk setiap luas 100 m2 Untuk ruangan genset disediakan 1 buah PAR jenis CO2 kapasitas 23 kg dilengkapi dengan trolley Bahan dan peralatan harus memenuhi spesifikasi, satu merk dan dilengkapi garansi dari Principal pemegang merk resmi. 12.6. Cara pemasangan 1. U m u m a. Kontraktor harus memasang semua peralatan dan pemadam kebakaran sesuai dengan gambar perencanaan dan spesifikasi teknis ini. b. Gambar perencanaan hanya menjelaskan jalur dan penempatan secara umum. Semua detail dan perletakan yang sebenarnya harus dibuat dalam bentuk gambar kerja oleh Kontraktor dan diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui. c. Pemasangan Pipa : -
Pipa harus dipasang dengan jarak yang cukup terhadap balok, kusen
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 123
-
-
-
-
jendela, rangka langit-langit dan lainnya sehingga terdapat ruang atas yang cukup untuk pemeliharaan pipa, fitting serta peralatan lainnya. Bila tidak diperoleh ruangan yang cukup untuk pipa tersebut, Kontraktor harus segera melaporkan kepada Konsultan Pengawas, untuk mendapat penyelesaian. Ketinggian langit-langit, dimensi balok, dimensi kolom, dimensi shaft dan lainlain dicantumkan secara jelas pada gambar arsitektur, finishing dan gambar struktur. Sistem sambungan harus dilengkapi dengan peralatan yang berfungsi untuk mengatasi gerakan-gerakan thermal dan/ atau gerakan-gerakan akibat aliran fluida pada tempat-tempat tertentu dengan sistem sambungan swing, flexible expansion loop dan lainnya. Pemipaan untuk peralatan/ mesin harus ditopang secara terpisah sehingga tidak membebani unit mesin/ peralatan tersebut, dan jika diperlukan harus disertai peredam getaran.
2. Pemasangan dan Penyambungan Pipa Dalam Bangunan a. Pipa Tegak Pipa tegak harus disangga dengan besi kanal dan diikat dengan klem-U yang dilengkapi dengan landasan kayu dan mur-baut. Jarak antara penyangga maksimum 3 meter.
b. Pipa Mendatar -
-
Untuk yang berada di atas langit-langit dan di bawah lantai, pipa harus dipasang dengan menggunkan penggantung. Sedangkan yang berada di atas lantai pipa diberi penyangga yang dilengkapi dengan klem-U. Persyaratan penyangga dan penggantung pipa harus sesuai dengan table di atas. Jarak antara penggantung pipa terhadap dinding bias disesuaikan dengan keadaan lapangan. Pipa mendatar harus digantung menggunakan gantungan pipa yang dilengkapi dengan pelindung (sadel) untuk pelindung terhadap tekanan dasar penggantung. Persyaratan penggantung harus sesuai dengan table di atas. Pipa mendatar harus dipasang dengan kemiringan/ slope sekitar 1% - 2%.
c. Pipa Dalam Tanah -
-
-
-
-
Pipa yang dipasang di bawah tanah, jalan atau pelataran parkir, harus ditanam dengan kedalaman kurang lebih 80 cm yang diukur dari bagian atas pipa sampai permukaan tanah atau lantai pada peil yang terendah. Sebelum pipa ditanam, dasar galian harus dipadatkan dan diratakan terlebih dahulu kemudian diurug dengan pasir padat setebal 10 cm, setelah pipa diletakkan di sekeliling dan di atas pipa diurug kembali dengan pasir setebal 15 cm, kemudian diurug dengan tanah urug sampai padat. Apabila dalam galian tidak memenuhi syarat (80 cm) karena sesuatu hal, maka pipa pada bagian pengurugan teratas harus dilindungi dengan plat beton bertulang minimal setebal 10 cm yang dipasang sedemikian rupa sehingga plat beton tidak sampai bertumpu pada pipa, untuk selanjutnya diurug sampai padat. Konstruksi permukaan tanah atau jalan bekas galian harus dikembalikan seperti semula. Pipa yang akan ditanam diberi lapisan plinkut terlebih dahulu, kemudian dilapisi dengan lembaran karung goni dan kemudian dilapisi dengan plinkut kembali. Pipa yang ditanam harus diberi tanda blok beton setiap 2 (dua) meter. Sebelum pipa ditanam, dasar galian harus diurug dahulu dengan pasir padat
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 124
-
setebal 10 cm, selanjutnya setelah pipa diletakkan, diberi bata di atasnya di sekeliling dan di atasnya diurug kembali dengan pasir setebal 15 cm, untuk selanjutnya diurug tanah sampai padat. Penyambungan pipa di ruang mesin harus menggunakan Flexible Coupling, sedangkan di luar ruang mesin menggunakan flens dan baut. Pipa yang melintasi jalan kendaraan, pada ruangan pipa bagian atas harus dilindungi dengan plat beton bertulang tebal + 10 cm dan pemasangannya tidak mengganggu jalan kemudian ditimbun dengan baik sampai rata dengan
d. Penyangga dan penggantung pipa -
Gantungan pipa harus dipasang sesuai dengan ketentuan di atas. Setiap penyangga lurus dibuat untuk menjamin bahwa panjang pipa disangga dengan baik dan jarak antara pipa yang lain tidak kurang dari 100 mm . Selama pemasangan ujung pipa yang terbuka harus ditutup.
e. Lain – lain. Tata letak yang ditunjukkan pada gambar merupakan perkiraan, tetapi cukup memberi petunjuk jalur pipa yang dimaksud. Semua pekerjaan perpipaan harus dibuat sedemikian rupa sehingga bebas dari penyusutan dan pemuaian yang akan mengakibatkan kerusakan pada pekerjaan / bagian lain. Harus diprbaiki bahwa perpipaan disusun sedemikian rupa sehingga kelihatan rapi dan lurus. 3. Sambungan Ulir secara tegak lurus terhadap sumbu pipa dengan a. Pipa harus dipotong menggunakan alat potong pipa seperti hack saw atau alat lainnya, sehingga tidak menyebabkan perubahan diameter pipa. b. Ulir pipa harus mengikuti segala ketentuan pada standard Taper Pipe Treads BS. 21. atau ANSI B2.I dan dibuat dengan alat khusus pembuat ulir dengan menggunakan pelumas red load dan linceed oil atau minyak jenis lain yang tidak beracun. c. Panjang ujung ulir untuk setiap pipa harus mengikuti ketentuan berikut : Nominal (mm) 15 20 25 32 50 65 80 100 125 150
Diameter (inch) ½ ¾ 1 1½ 2 2½ 3 4 5 6
Panjang Efektif Ujung Berulir (mm) 15 17 19 22 26 30 34 40 44 48
d. Sambungan ulir harus menggunakan Teflon Sealing Tape atau yang sejenis. e. Bila pekerjaan hendak ditunda, ujung pipa harus ditutup agar tidak kemasukan kotoran atau sejenisnya.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 125
4. Sambungan Flens (Flange) a. Sambungan flens harus menggunakan flens lengkap dengan packing
flange dan tebal minimum 3 mm dan di ikat dengan mur-baut. b. Pembersihan terhadap welding slag atau kotoran di dalam dan di bagian luar ujung pipa harus dilakukan sebelum sambungan dipasang. c. Bila pekerjaan hendak ditunda, ujung pipa harus ditutup agar tidak kemasukan kotoran atau sejenisnya. 5. Penyambungan Las
Sambungan las harus menggunakan alat las listrik dengan kampuh las yang sesuai. Prosedur pengelasan harus mengikuti standar yang berlaku. Operator pengelas harus memiliki sertifikat 4G-SGAW dari instansi yang berwenang. 6. Pemasangan Alat Ukur
a. Kontraktor harus memasang alat ukur pada instalasi pipa dengan menggunakan fitting alat ukur. b. Pada instalasi pemipaan harus disediakan dan dipasang fitting untuk penempatan alat ukur yang tidak akan dipasang tetap pada tempat-tempat yang penting. c. Semua alat ukur yang akan dipasang harus dalam keadaan baik dan harus dipasang dengan benar dan simetris. 7. Sambungan dengan peralatan
Sambungan dengan peralatan harus menggunakan sambungan union atau flens. Sambungan tersebut harus dipasang pada kedua sisi peralatan. 8. Pipa yang tertanam Dalam Bangunan
Semua pemipaan yang dipasang diantara dua dinding atau ditanam dalam tanah atau daerah-daerah yang tidak dapat dijangkau harus diuji secara hidraulis lebih dahulu sebelum ditutup. 9. Penyangga dan Penggantung Pipa
a. Semua pipa men mendatar datar harus ditumpu dengan baik. Tidak diperbolehkan menggantungkan pipa ke pipa lainnya. b. Penyangga dan penggantung pipa pipa harus terbuat dari besi siku siku atau besi kanal. c. Pipa tegak harus disangga disangga dengan besi kanal dan diikat dengan dengan klem-U yang dilengkapi dengan landasan kayu dan mur-baut. Jarak antar penyangga maksimum 3 meter. d. Penggantung dan penyangga penyangga pipa harus diikat ke konstruksi konstruksi bangunan dengan memakai insert. e. Penyangga / penggantung harus dipasang sesuai dengan tabel berikut : HANGER ROD SPACING Ukuran pipa < 1 1 2 2½ 3 4 5 6 8 1 ½ 0 nominal (inchi) Jarak antar 7 9 1 11 12 1 1 1 19 2 maksimum (ft) 0 4 6 7 2
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT TEKNIS
1 14 1 1 2 2 6 8 0 2 25 2 2 3 3 7 8 0
D - 126
Pipe size Up to dia. 2” 2 ½ thru 3”
HANGER ROD SCHEDULE Rod Size Pipe Size Rod size 3/8” dia. 4” thru 5” 5/8” dia. ½” dia. 6” thru 12” 7/8” dia.
f. Semua penggantung pipa pada ruang mesin pompa harus diberi peredam getaran (Vibration Eliminator). 10. Penembusan Pipa a. Pipa yang menembus dinding beton atau tembok, harus diberi pipa
selubung (sleeve) yang diameternya lebih besar daripada diameter pipa yang akan menembus dinding. b. Bahan dari pipa selubung (sleeve) dari jenis High Pressure PVC, atau Polyethlene atau Polybutane atau Tembaga. c. Cara pemasangan harus sesuai seperti yang tercantum pada gambar dokumen. 11. Pembersihan
Kontraktor harus melakukan semua pekerjaan pembersihan, termasuk : a. Semua bagian dinding luar pipa harus bebas dari lemak dan kotoran. b. Semua bagian peralatan yang terlapisi Chronium atau nikel harus digosok hingga mengkilat. c. Semua bagian dalam dari pipa, katup dan alat-alat lainnya harus dibersihkan dari segala macam kotoran. d. Semua bagian bangunan atau finishing arsitektur yangkotor akibat pemasangan pekerjaan plumbing. e. Semua bagian luar dari peralatan. 12. Penandaan Pipa a. Kontraktor harus melakukan pengecatan terhadap pipa untuk penandaan
sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi teknis. b. Kontraktor harus mengecat dasar dengan bahan dasar syntetis terlebih dahulu pada masing-masing pipa, sebelum cat akhir. c. Semua pipa harus di cat dengan cat akhir (sesuai dengan spesifikasi arsitektur). Pada setiap jarak 12 meter dan pada saat keluar dari shaft, harus diberi indikasi penamaan pipa (simbol pipa) dan penunjuk arah aliran. SKEDUL PEWARNAAN NO SUBJECT WARNA 1 Instalasi Pemipaan Merah 2 Arah aliran putih 3 Bahan Gantungan & Hitam Support 13. Pemasangan Hose Rack Box, Fire Hose dan Fire Estinguisher
Hose Rack dipasang di dalam box dan tertanam di dinding hingga permukaan (pintu) rata dengan dinding tersebut. Jarak antara dasar hydrant box dengan lantai 40 cm. Di dalam Hydrant box harus dilengkapi dengan Fire hose, Nozzle, dan Fire Departmen Connection.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 127
Siame se Connection 14. Pemasangan Pilar Hydrant dan Siamese Pilar hidran dan siamese connection ditempatkan di luar bangunan, di atas permukaan tanah sesuai dengan gambar document. Peletakan pilar hydrant dan siamese connection di atas pondasi beton dengan ketentuan berat pondasi minimal 2 x berat pilar hydrant. 15. Pembersihan
Kontraktor harus melakukan semua pekerjaan pembersihan, termasuk : a. Semua bagian dinding luar pipa harus bebas dari lemak dan kotoran. b. Semua bagian peralatan yang terlapisi Chronium atau nikel harus digosok hingga mengkilat. c. Semua bagian dalam dari pipa, katup dan alat-alat lainnya harus dibersihkan dari segala macam kotoran. d. Semua bagian bangunan atau finishing arsitektur yangkotor akibat pemasangan pekerjaan plumbing. e. Semua bagian luar dari peralatan. 12.7. Testing & Comissioning 1. Pengujian Terhadap Kebocoran Setelah semua instalasi air bersih terpasang, harus diuji dengan tekanan hidrolik sebesar 15 kg/cm² selama 1 x 24 jam tanpa terjadi perubahan / penurunan tekanan. 2. Pengujian Sistem Pompa Pompa Kontraktor harus melakukan pengujian terhadap kapasitas aliran dan sistem operasi pompa. Pengujian laju aliran pompa dapat menggunakan alat ukur berupa flow meter yang dipasang pada jaringan perpipaan dan alat pencatat waktu (stop watch). 3. Pemborong harus menentukan jadwal dan cara pengujian yang akan dilakukan 2 (dua) minggu sebelum pelaksanaan pengujian, Pemborong menyerahkan jadwal dan cara pengujian tersebut kepada Pengawas untuk disetujui. Seluruh biaya pengujian ditanggung oleh Pemborong. 4. Pemborong harus menyerahkan laporan pengujian / sertifikat test untuk peralatan sistem kepada Pengawas. 5. Pekerjaan akan dinyatakan selesai bila seluruh pengujian berhasil baik dan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas dan Pemilik. 6. Untuk mengetahui bahwa semua pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat berfungsi berfungsi baik dan telah sesuai dengan persyaratan teknis yang dimana, maka Kontraktor diwajibkan menguji seluruh pekerjaannya dengan standrad uji masing-masing yang telah ditetapkan dalam peraturan / Spesifikasi Peralatan. 7. Pengujian ini dilaksanakan dibawah Pengawasan Direksi / Pengawas Lapangan yang ditunjuk Jadwal Pelaksanan Pengujian dapat diatur seminggu sebelumnya atau atas persetujuan bersama. 8. Semua bahan yang kurang baik atau pemasangan yang kurang sempurna yang diketahui pada saat Pemeriksaan / Pengujian harus segera diganti dengan yang baru / disempurnakan sampai dapat berfungsi dengan baik dan sesuai Standard Uji yang ada. 9. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 ( tiga ) mengenai hal – hal sebagai berikut berikut : a. Hasil pengetesan terhadap kebocoran ( tekanan hydrostatis hydrostati s ) b. Hasil pengetesan terhadap peralatan ( kinerja pompa ). c. Hasil pengetesan semua semua persyaratan operasi dan instalasi d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain - lain
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 128
Pasal 13 Instalasi Gas Medis 13.1.
Lingkup Pekerjaan Pekerjaan Pekerjaan yang dimaksud disini adalah pengadaan, pemasangan, penyetelan, finishing dan acceptance test penyiapan oksigen, suction, titik supllay/outlet lengkap dengan peralatannya dan klem/dudukan dari corridor sampai titik supplay/outletnya yang sama sekali baru. 1. Pengujian sifat mekanis dan kimia pipa tembaga. 2. Walaupun dalam gambar atau spesifikasi tidak disebutkan secara terperinci mengenai perubahannya, Pemborong wajib menyediakan/memasang peralatan-peralatan yang diperlukan agar instalasi tersebut dapat berfungsi sebagaimana sebagaimana mestinya. 3. Dalam hal adanya spesifikasi spesif ikasi yang tertera terter a hanya disalah satu gambar perencanaan ataupun spesifikasi ini Pemborong harus tetap melaksanakan persyaratan tersebut. 4. Apabila dalam klarifikasi ini ada klausal-klausal klausal-klaus al yang disebutkan kembali pada item/ayat atau gambar lain, maka hal ini bukan berarti menghilangkan klausal tersebut tetapi dengan pengertian lebih menegaskan. 5. Titik Supply/Central Oxygen adalah dari Central Oksigen ke Outlet Outlet di ruang Perawatan. 6. Titik Supply Vacuum adalah dari Central vacuum ke Outlet di ruang Perawatan.
13.2.
Pekerjaan Pekerjaan Pemeliharaan 1. Pekerjaan pemeliharaan pemeliharaan merupakan merupak an bagian dari pekerjaan ini, bersama-sama bersama -sama dengan pekerjaan pengetesan. 2. Pekerjaan pemeliharaan berlangsung 3 (tiga) bulan dari saat berita acara serah terima pekerjaan atau dari saat sistem gas medis diisolasiikan kembali setelah selesai. 3. Pekerjaan pemeliharaan meliputi defect list, pemeliharaan mingguan, pemeliharaan bulanan secara periodik sedemikian sehingga dapat menjamin berisolasiinya sistem gas medis. 4. Pemberi Tugas dapat meminta dilakukannya pekerjaan perbaikan sistem gas medis saat diperlukan dan Pemborong harus melakukan perbaikan walaupun perbaikan ini diluar waktu pemeliharaan periodik. 5. Penyediaan spare part selama masa pemeliharaan ini termasuk termas uk pekerjaan dan tanggung jawab Pemborong.
13.3.
Garansi dan Jaminan Sparepart 1. Pemborong harus memberikan garansi untuk seluruh sistem gas medis secara menyeluruh, selama minimal 1 (satu) tahun. 2. Garansi harus diberikan dalam bentuk tertulis rangkap 5 (lima), dimana aslinya diberi materai secukupnya. 3. Pemborong menyatakan secara tertulis kesediaan Pemborong atau agen peralatan khusus untuk sistem gas medis ini untuk menyediakan sparepart
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 129
salama waktu minimal 5 (lima) tahun dengan harga yang disetujui bersama pada saat diperlukan. 13.4.
Gambar-gambar 1. Dalam hal ada keraguan yang ditimbulkan ditimb ulkan akibat akibat kesalahan penggambaran penggambar an ataupun ketidaksesuaian yang lain, Pemborong harus mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan penjelasan, selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sebelum masalah tersebut terlibat dalam pelaksanaan, baik berupa pemesanan barang, pemasangan maupun pengujian. 2. Selama pelaksanaan pekerjaan Pemborong harus memberi tanda dengan warna pada dua set gambar perencanaan instalasi, atas segala perubahan, penghapusan, ataupun penambahan yang dilakukan. Satu set gambar tersebut akan diserahkan kepada Pemberi Tugas. 3. Pemborong harus menyerahkan gambar pelaksanaan (as built drawing) yang meliputi denah instalasi terpasang, detail peralatan dari seluruh instalasi sebanyak 6 (enam) set dan ditambah gambar kalkir 1 (satu) set, untuk dapat dicetak kembali (pada CPR/kalkir) kepada Pemberi Tugas, sebelum Berita Acara serah terima terima pekerjaan ditandatan ditandatangani. gani.
13.5.
Material, Peralatan dan Jaminannya. Jaminannya. 1. Pemborong harus mengajukan daftar lengkap dari pabrik-pabrik atau perusahaan yang membuat bahan-bahan dan alat-alat yang akan dipasang pada instalasi ini, untuk mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas, Perencana dan Pengawas pada waktu pemasukan lelang. 2. Setelah daftar tersebut disetujui dan sebelum pemberian atas bahan-bahan dan alat-alat, Pemborong harus menyerahkan daftar lengkap dari peralatanperalatan dan bahan-bahan yang akan digunakan/dipasang pada instalasi ini, lengkap dengan brosur-brosurnya atau gambar kerja dari pabrik/perusahaan yang membuatnya dengan spesifikasi yang mendetail. 3. Pemborong atau Manufacture Manufact ure harus memberikan garansi bahwa seluruh peralatan dan bahan yang akan di supplai bebas dari detective material, improrer meterial dan poor workmanship dan menjamin kualitas akan sesuai dengan tujuan spesifikasi ini. 4. Setiap material yang kedapatan atau sama sekali menyimpang dari spesifikasinya harus diganti dengan yang benar, dalam jangka waktu tidak boleh lebih dari satu bulan setelah Berita Acara Serah Terima. 5. Pemborong atau Manufacture harus menjamin dengan secara tertulis bahwa peralatannya akan bekerja dengan memuaskan dalam kondisi sesuai dengan spesifikasi ini. 6. Pemborong harus memberikan contoh bahan yang akan dipasang untuk disetujui pemasangannya, meliputi : a) Pipa dan fitting fitt ing b) Valve c) Zone valve d) Titik supply/outlet untuk oksigen dan suction/vacuum e) House (flexible) connector untuk outlet
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 130
f) Bahan las g) Bahan cat (dengan warna yang sudah disetujui) 7. Bahan ini akan disimpan ditempat yang yang telah disediakan Pengawas dan digunakan sebagai alat pemeriksaan atas material/bahan yang dipasang. 8. Pengawas berhak untuk menolak bahan-bahan/material/barang bahan-bahan/mat erial/barang yang tidak sesuai dengan apa-apa yang telah disetujui. 9. Biaya pengadaan contoh material menjadi tanggung jawab Pemborong. Contoh-contoh tersebut nantinya akan diserahkan ke Pemberi Tugas bersamaan dengan Berita Acara Serah Terima 13.6.
Standard dan Aturan Semua material maupun instalasi dalam pekerjaan ini harus memenuhi standard tentang pekerjaan yang ada hubungannya dengan utilitas, suction, oksigen, untuk gas medis (JIS dan atau setara yang diakui Depnaker). a. Ijin dan Patent Untuk segala macam pengadaan barang dan cara pemasangannya, pemberi tugas bebas dari segala claim atau tuntutan lainnya terhadap hak-hak khusus seperti lisensi, patent, dan sebagainya. Pemborong wajib menguruskan ijin pemakaian peralatan tersebut dari instansi yang berwenang (Depnaker) b. Perbaikan dan Tata Tertib Pelaksanaan 1. Pemborong bertanggung jawab atas kerusakan yang timbul akibat pekerjaannya terhadap dinding, lantai struktur serta bagian-bagian bangunan lainnya yang ada serta akan memperbaiki seperti keadaan semula tanpa memungut biaya tambah. 2. Mengingat daerah dimana lokasi pekerjaan adalah daerah rumah sakit maka Pemborong wajib mematuhi segala peraturan tata tertib ketenangan, keamanan, kesehatan dan kebersihan. 3. Pemborong wajib pula mematuhi tata tertib pekerjaan sesuai petunjukpetunjuk petunjuk Pengawas. 4. Pemborong wajib menyimpan menyim pan semua material yang ada di site dengan baik, sehingga bebas dari kerusakan, tertukar, kesalahan penggunaan oleh pihak lain. 5. Pemborong harus selalu merapihkan merapihk an peralatannya membersihkan member sihkan daerah kerjanya setiap hari pada akhir pekerjaan. c. Koordinasi Pemborong harus menyesuaikan schedule pekerjaannya dengan main schedule proyek keseluruhan dan melakukan koordinasi dengan kontraktor lainnya sehingga tidak akan terjadi keterlambatan. d. Persyaratan Khusus Pemborong tidak diperkenankan mematikan, merubah, mengganggu atau melakukan pekerjaan apapun lainnya terhadap instalasi/peralatan yang diketemukan berada di dalam ruang kerjanya tanpa persetujuan Pemberi Tugas.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 131
e.
f.
g.
h.
i.
13.7.
Brosur/Katalog Untuk semua material yang akan digunakan maka Pemborong harus melampirkan brosur/katalog pada waktu penawaran lelang dan hal ini adalah mengikat. Dalam brosur itu harus jelas typenya, rating dari bahan tersebut. Shop Drawing Untuk semua macam pekerjaan instalasi, Pemborong wajib memasukkan shop drawing sebelum pemasangan kepada Pengawas untuk diperiksa bersama Perencana. Shop drawing adalah merupakan penggambaran yang lebih detail dari setiap pekejaan tersebut dan disampaikan sebanyak 5 (lima) set. Operation, Manual, Dokumentasi dan Label Pemborong harus menyerahkan 6 (enam) copy dari Operation Manual, Maintenance, Repair/shop manual, part catalogue serta equipment description brochures kepada Pemberi Tugas sebelum berita acara serah terima pertama ditandatangani. Pengujian 1. Data Pengujian dari seluruh peralatan dan bekerjanya sistem dengan standard pengujian yang ditentukan harus dilampirkan dalam Dokumen Penyerahan. Bila perlu Pemberi Tugas akan ikut serta menyaksikan pengujian perincian proses pengujian serta penjadwalannya. 2. Apabila dalam proses pengujian ini harus melibatkan atau harus berkoordinasi dengan paket atau material pekerjaan lain maka pengujian dan koordinasi harus dilakukan. Untuk itu Pemborong harus sudah memaklumi pada saat sebelum penawaran diajukan, sehingga meniadakan klaim apabila terjadi kesulitan akibat paket pekerjaan lain. 3. Pemborong harus mengajukan prosedur pengujian terlebih dahulu untuk disetujui Pemberi Tugas. Penyediaan Peralatan Kerja Seluruh peralatan kerja termasuk bahan kerja harus disediakan oleh Pemborong. Peralatan dan bahan kerja ini jumlah dan kualitasnya harus memenuhi kelayakan umum, contoh bahan kerja misalnya : air, kawat las, cat dan sebagainya.
Pemipaan Medical Gas a. Lingkup pekerjaan meliputi pengadaan, pemasangan, penyempurnaan, penyetelan dan acceptance test untuk jaringan instalasi perpipaan gas oksigen dan suction/vacuum lengkap sampai titik supplai/outlet Perawatan. b. Bahan pipa yang digunakan pada seluruh instalasi ini adalah copper menurut standard JIS atau setaraf untuk gas medis. c. Fitting Valves, flens, yang ada pada instalasi gas medis sampai Ruang Perawatan termasuk pada paket pekerjaan ini. Fitting tersebut harus memenuhi persyaratan yang diminta oleh spesifikasi ini.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 132
13.8.
Sistem Sentral Gas Medis a. Lingkup pekerjaan meliputi pengadaan, pemasangan, pengetesan dan penyempurnaan sehingga sistem dapat berfungsi dengan baik dan benar. b. Sistem Sentral sesuai dengan yang diproduksi oleh pabrik bersangkutan bukan merupakan rakitan lokal tanpa sertifikasi, dengan kata lain Completely Built Up Manufacturing Standar dengan garansi resmi dari pihak produsen terkait yang terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut: 1. Sentral Oksigen Gas Manifold • Tekanan Outlet Gas adalah 0-5 kg/cm2 dengan tekanan maksimal 210. • Tipe Auto Throw Over / Standing free. • Maksimal flow 140 Nm3/hr. • Konstruksi Cover Stainless Steel 1.2t 2.
Sentral Medical Air Compressor • Model Reciprocating dengan kapasitas 2.2 duplex Kw ~ 11 duplex Kw • Tekanan kg/cm3 adalah 7 dengan free air delivery 255~1,250m3/min • Tipe Duplex, Oilless Air Comp. Sistem untuk ICU, OK, dan ER. • Adsorbent, Regulator, berikut Panel Kontrol.
3.
Sentral Vacuum Pump • Tipe duplex water sealed vacuum • Konstruksi terdiri dari vacuum pump, receiver tank, separator tank • Automatic Water Supply/draw system • Panel Kontrol dengan standar aksesoris lengkap terpasang.
4.
Sistem Alarm Sentral Gas • Tipe Master Alarm Analog/ Digital yang terdapat fasilitas indicator lampu dan tombol tekan untuk pengetesan. • Area Alarm dengan sensor yang terdiri atas tombol tes, alarm silencer, power lamp, dan Indicating Lamp. • Zone Valve yang terdiri atas Gauge Oxygen, Nitrous Oxide, Comp. Air, Vacuum & Nitrogen. • Dilengkapi dengan Emegency Breakable Acrylic Panel dengan kapasitas Valve 20kg/cm2 / ball valve.
5.
Gas Kontrol Panel & Adaptor • Tipe wall mounted untuk pipa pipa tertanam • Supply tekanan gauge 15-30kg/cm2 • Tekanan Outlet gauge 10~15kg/cm2 • Shut off Valve • Ketersediaan adapter Pin Index, Twist Active Ohmeda, British Standard, DISS, Puritan Bennett, Din, JISS, dll.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 133
13.9.
Titik Supply Oksigen, Vaccum / Suction a. Lingkup pekerjaan meliputi pengadaan, pemasangan, pengetesan, penyempurnaan dan acceptance test peralatan suplai. 1. Titik supplai oksigen terdiri dari : • Katup Outlet oksigen dengan Pin Push Index dilengkapi dengan penutup otomatis (automatic stop valve) terintegrasi (machined brass body) dan cover plate dari stainless steel ditandai dengan tulisan OXYGEN • Tipe Outlet Gas harus terdaftar dalam UL & CE dengan sistem Check & Inlet assembly yang dapat diputar 360 derajat untuk kemudahan instalasi. • Memiliki karakteristik yang membedakan dari gas outlet lain dari bagian dalam maupun luar sehingga meminimalkan terjadinya kesalahan pada proses pemasangan outlet. • Setiap outlet gas memiliki kode produksi yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya dari pabrik bersangkutan. 2. Titik Suplai Vacuum/Suction terdiri dari : • Katup outlet Vacuum dengan Pin Push Index dilengkapi dengan penutup otomatis (Automatic Stop Valve) terintegrasi dengan mesin brass body dengan logo VACUUM. • Tipe Gas Outlet harus terdaftar dalam UL & CE dengan sistem cek inlet assembly yang dapat diputar 360 derajat untuk kemudahan instalasi. • Memiliki karakterisitik yang membedakan dari gas outlet lain antara bagian dalam maupun depan sehingga meminimalkan terjadinya kesalahan pemasangan dan pengoperasiannya. • Setiap outlet memiliki kode produksi yang dapat dipertanggung jawabkan, fabrikasi dari pabrik yang bersangkutan. • Memiliki tipe universal inlet sehingga memudahkan penggantian konektor tanpa memerlukan penggantian keseluruhan outlet gas. • Penggantung botol dan setiap aksesoris adapter dan termasuk tabung. 3. Titik Suplai Comp. Air terdiri dari : • Katup outlet Compress Air dengan Pin Push Index dilengkapi dengan penutup otomatis (Automatic Stop Valve) terintegrasi dengan mesin brass body dengan logo AIR. • Tipe Gas Outlet harus terdaftar dalam UL & CE dengan sistem cek inlet assembly yang dapat diputar 360 derajat untuk kemudahan instalasi. • Memiliki karakterisitik yang membedakan dari gas outlet lain antara bagian dalam maupun depan sehingga meminimalkan terjadinya kesalahan pemasangan dan pengoperasiannya. • Memiliki tipe universal inlet sehingga memudahkan penggantian konektor tanpa memerlukan penggantian keseluruhan outlet gas.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 134
4.
Titik Suplai Nitrous terdiri dari : • Katup outlet Nitrous dengan Pin Push Index dilengkapi dengan penutup otomatis (Automatic Stop Valve) terintegrasi dengan mesin brass body dengan logo AIR. • Tipe Gas Outlet harus terdaftar dalam UL & CE dengan sistem cek inlet assembly yang dapat diputar 360 derajat untuk kemudahan instalasi. • Memiliki karakterisitik yang membedakan dari gas outlet lain antara bagian dalam maupun depan sehingga meminimalkan terjadinya kesalahan pemasangan dan pengoperasiannya. • Memiliki tipe universal inlet sehingga memudahkan penggantian konektor tanpa memerlukan penggantian keseluruhan outlet gas.
13.10. Persyaratan Konstruksi a. Material pipa, pabrikasi, inspeksi dan testing haruslah sesuai dengan standard yang sesuai dari Pressure Piping for Industrial Equipment berdasarkan standard JIS. b. Pipa adalah pipa copper (tembaga) menurut stadard ASTM atau JIS yang setara untuk gas medis dengan kandungan CU 90% untuk gas medis. c. Instalasi pipa harus memperhitungkan kemiringan untuk menjamin tidak terjadi stagnasi air condencasi. d. Jarak pengikat pipa paling jauh 2 (dua) meter. e. Valve dan accessories pipa harus memiliki standard dan spesifikasi terbaik sesuai tujuan spesifikasi ini. f. Fitting 1. Semua sambungan yang menghubungkan pipa-pipa dengan diameter yang berbeda harus menggunakan reducting fitting. 2. Sedapat mungkin belokan-belokan yang digunakan adalah jenis long radius. Belokan short radius hanya boleh digunakan jika kondisi tempat tidak mengijinkan untuk dipasang long radius. 3. Fitting atau alat-alat lain yang menimbulkan kerugian tekanan aliran yang tidak wajar tidak boleh digunakan. g. Penumpu pipa dan alat-alat. 1. Semua alat-alat harus ditumpu dan ditetapkan dengan baik, rigit dan aman. 2. Semua pipa horizontal harus ditumpu dengan baik pada penggantung/ penumpu untuk menjaga agar tidak berubah tempatnya, agar kemiringan tetap serta untuk mencegah penerusan getaran dan harus mampu menampung konstruksi ekspansi oleh perubahan temparatur. 3. Semua pipa vertikal ditumpu dan diklem yang tertumpu dikonstruksi bangunan. 4. Jarak tumpuan untuk pipa vertikal 2 (dua) meter maksimum. 5. Tidak diperbolehkan sama sekali menumpu/menggantung pipa pada pipa lainnya.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 135
13.11. Pembersihan dan Pengecatan a. Pembersihan dilaksanakan terhadap semua permukaan dari slag, spatter dari las dan lain-lainnya, baik bagian dalam maupun luar. Pemborong harus menjamin dan menjaga pula kebersihan permukaan dalam pipa. b. Pembersihan terhadap pipa-pipa harus dapat menjamin pembebasan pipa yang akan terpasang dari minyak bakar, pelumas, bahan bakar atau bahan yang dapat terbakar, karat dan kotoran lainnya. c. Untuk menjamin kebersihan pipa di atas, prosedur kerja berikut harus diikuti : 1. Pipa dan peralatan instalasi harus disimpan pada tempat yang tertutup dan dijauhkan dari sumber pengotoran. 2. Setelah diadakan pengawasan mutu dan ketepatannya, pipa harus dibersihkan dengan prosedur seperti pada prosedur coating. 3. Sesudahnya pengerjaan pipa dan peralatannya dapat dimulai untuk persiapan pemasanganya. 4. Sebelum pipa dan peralatannya dipasangkan maka harus diadakan pengecatan kembali. 5. Semua pipa dan fitting yang mengandung minyak dan kotoran lekat yang dapat terbakar harus dibersihkan dengan prosedur degreasing. 6. Kotoran lain yang tidak lekat dibersihkan dengan prosedur biasa. 7. Semua peralatan (misal : katup, manometer dan sebagainya) harus bebas dari kotoran. 8. Semua pipa dan peralatannya harus dalam keadaan tertutup lubanglubangnya dari keadaan sekeliling, baik dalam penyimpanan, pengerjaan dan setelah dipasang. Penutup ini dimaksudkan untuk mencegah masuknya kotoran. 9. Sebelum dipergunakan, instalasi harus di “purge” dan di blow-off untuk menghindarkan terjadinya oksidasi dengan gas-gas dalam pipa. d. Paint Coating Coating ini dilaksanakan untuk seluruh permukaan luar pipa, fitting, flens, katup. Pengecatan ini tidak boleh menyebabkan terganggunya fungsi dari bagian-bagian tersebut. Untuk daerah dimana terdapat proses kimia yang bersifat korosif maka harus diberi cat yang tahan terhadap bahan tersebut. Warna coating ditentukan sesuai warna pipa existing di sentral gas medis dan dilakukan minimum dua kali, primer dan top coating jenis super struktur. 1. Katup dan peralatannya sejenis harus disiapkan sedemikian sehingga dapat menjamin berhasilnya pekerjaan pngecatan. 2. Permukaan harus bebas dari karat, minyak, gamuk, slag, kotoran dan lainnya yang dapat mengganggu hubungan rekat antara bahan cat dengan bagian yang akan di cat. 3. Pengecetan harus dilakukan pada cuaca dan kondisi yang baik untuk pengecatan. Pengecatan harus dilakukan apabila permukaan yang harus dicat benar-benar kering. 4. Bagian-bagian yang terikut tidak boleh dicat kecuali atas permintaan khusus. 5. Nama plat atau tanda-tanda khusus peralatan.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 136
6.
Peralatan yang sudah difinish khusus oleh pabrik dengan tujuan pelapisan dengan warna maupun untuk proteksi.
13.12. Instalasi Panel Bedhead Service Terhitung sejak keberadaan oksigen diyakini sebagai salah satu bentuk pengobatan, maka kehadiran panel atau konsol bedhead menjadi jalur suplai dan dianggap sebagai peralatan pendukung medis. Pemasangan Panel Bedhead Service adalah salah satu persyaratan yang sangat esensial dan termasuk dalam kategori Class II B berdasarkan 93/42 CEE Peraturan Peralatan Medis. Konsol headwall atau bedhead adalah dikonstruksi dari aluminium ektrusi yang telah dianodasi untuk menyediakan suatu modul yang dipasang diatas kepala tempat tidur pasien. Keberadaan Bedhead diatas kepala tempat tidur pasien yang dipasang diatas dinding tersebut memberikan tempat terpadu untuk semua outlet medical gas, kelistrikan, dan berbagai fasilitas penunjang lainnya untuk kemudahan perawatan pasien. 13.13. Testing & Commissioning 1. Pemborong harus menyerahkan laporan pengujian / sertifikat test untuk peralatan sistem kepada Pengawas. 2. Pekerjaan akan dinyatakan selesai bila seluruh pengujian berhasil baik dan dapat diterima oleh Direksi / Konsultan Pengawas. 3. Pengujian sistem harus dilakukan sekurang kurangnya sebagai berikut: Pengetesan yang dimakud adalah pengetesan pipa distribusi gas medis untuk mengetahui kekuatan fisik pipa dan kebocoran pipa. Pengetesan ini menggunakan pneumatic test dengan tekanan test 10 atm selama 24 jam. Pemborong wajib menyediakan peralatan testing dan mengajukan usulan prosedur testing untuk mendapatkan persetujuan Pemberi Tugas/wakilnya. Setiap terjadi kebocoran atau kegagalan harus diperbaiki sesuai dengan prosedur yang disetujui Pengawas. Bagian pipa yang rusak atau gagal harus diganti dengan yang baru tanpa tambahan biaya dari Pemberi Tugas. Perbaikan atau penambahan yang bersifat sementara tidak diperkenankan. Pengujian Pipa Tembaga : a. Pengujian ini dimaksud untuk mengetahui kadar Cu minimal 90% dalam pipa dan kekuatan pipa gas medis. Dari hal ini digunakan untuk menilai kelayakan pipa gas medis yang terpasang. b. Pengujian ini harus dilakukan oleh badan Pemerintah atau Swasta yang telah mendapat ijin pemerintah untuk melakukan pengetesan ini (misal : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan, Depnaker, PT Sucofindo, dan lain-lain). Hasil pengujian ini berupa sertifikasi kelayakan pipa. 4. Kontraktor yang melakukan pekerjaan instalasi harus melakukan semua testing dan pengukuran – pengukuran yang dianggap perlu untuk memeriksa / RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 137
mengetahui apakah seluruh instalasi telah dapat berfungsi / bekerja dengan baik dan memenuhi persyaratan. 5. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk testing tersebut merupakan tanggung jawab kontraktor. Termasuk peralatan khusus yang dibutuhkan untuk melakukan testing dari seluruh sistem ini, seperti dianjurkan oleh pabrik, harus disediakan kontraktor. 6. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 ( tiga ) mengenai hal – hal sebagai berikut : a. Hasil pengetesan kabel – kabel. b. Hasil pengetesan peralatan – peralatan. c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain - lain 7. Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan Pengawas
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 138
Pasal 14 Instalasi Elevator 14.1.
Lingkup Pekerjaan 1. Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik dalam spesifikasi teknis ini ataupun yang tertera dalam gambar-gambar perencanaan, dimana bahan-bahan dan peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan pada spesifikasi teknis ini. 2. Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan dan atau pada atap yang dipasang dengan spesifikasi teknis yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban Kontraktor untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya ketentuan tambahan biaya. Lingkup pekerjaan yang dimaksud adalah sebagai berikut 3. Pangadaan dan pemasangan sistem elevator elektrik penumpang secara lengkap sehingga dapat beroperasi dengan baik sesuai dengan fungsinya. 4. Penyelesaian lubang hoist-way, termasuk perapihak sumur, pemasangan guide rail dan seluruh peralatan yang diperlukan untuk dapat mengoperasikan elevator tersebut. 5. Perapihan celah-celah antara panel-panel operasi pada dinding beton dan celah-celah antara jamb maupun transom dengan dinding beton sesuai dengan finishing arsitektur. 6. Peralatan pendukung lainnya yang diperlukan untuk kesempurnaan kerja sistem, meskipun peralatan tersebut tidak disebutkan secara jelas atau terinci di dalam Gambar Perencanaan dan Persyaratan Teknis. 7. Penyelesaian segala perijinan kepada badan yang berwenang sesuai dengan peraturan yang berlaku 8. Pengujian dan commissioning terhadap seluruh sistem oleh Ahli dari perwakilan merk tersebut di Indonesia.
14.2.
Ketentuan Umum 1. Sistem harus dari jenis yang sesuai untuk beroperasi di daerah tropis dengan kelembaban tinggi. 2. Sistem harus mengikuti standard yang dikeluarkan oleh salah satu dari berikut ini. a. BRITISH STANDARD INSTITUTION Specification for Lifts, Escalators, Passengers Conveyors and Patternosters; BS.2655 b. AMERICAN NATIONAL STANDARD INSTITUTE Safety Code for Elevators, Dumbwaiters, Escalators and Moving Walks; ANSI 17.1 c. Japan Industrial Standards d. Atau Standard lain yang dianggap setaraf dan disetujui untuk dipergunakan untuk DIREKSI PENGAWAS / MK. 3. Hal yang harus diperhatikan adalah sistem harus beroperasi tanpa menyebabkan penerusan suara ke daerah hunian sehingga menyebabkan
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 139
polusi suara di atas ambang batas yang diijinkan. Sistem juga harus tidak menyebabkan penerusan getaran melalui struktur bangunan yang lebih besar dari toleransi yang diijinkan. 4. Faktor keamanan design kereta tidak boleh kurang dari yang dituliskan dibawah ini: a. Rope Suspenssion : Breaking load : working load = 10 : 1 b. Governor tripping speed maximum / minimum. Stopping distance harus sesuai dengan ketentuan pada BS. 2655 atau ANSI A17.1. c. Brake / rem mampu menahan tidak kurang dari 125% contact load. d. Mesin lift dengan safety factor = 10. 5. Kontraktor harus memberikan surat jaminan dari pabrik pembuat bahwa mesin / sistem elevator tersebut memenuhi salah satu dari standard tersebut diatas. 14.3.
Persyaratan Teknis Elevator 1. Persyaratan Operasi a. Operasi dan Penggunaan Kereta 1) Elevator 1 dari jenis PASSANGER ELEVATORS TYPE seperti yang dijelaskan pada gambar dan lampiran yang menyertai dokumen ini. 2) Elevator 2 dari jenis PASIEN / BED ELEVATORS TYPE seperti yang dijelaskan pada gambar dan lampiran yang menyertai dokumen ini. 3) Elevator 3 dari jenis SERVICE ( DUMB WAITER ) ELEVATORS seperti yang dijelaskan pada gambar dan lampiran yang menyertai dokumen ini. b. Panel Operasi Kereta (Car Operating Panel) Harus dipasang pada sisi kanan depan dan kiri depan di dalam kereta dengan kelengkapan seperti berikut ini. 1) Push-button, dengan lampu tanda terdaftar (identification to register call), dan lampu tersebut akan padam bila kereta sampai pada lantai pendaratan tersebut. 2) Tanda asal gerak dengan tanda panah menyala (illuminated car direction indicator) 3) Tombol penghenti dan alarm bell dipasang rata (recessed alarm bell stop button) 4) Tombol permintaan mempercepat pembukaan dan penutupan pintu (door re-open and close button) 5) Intercom 2(dua) arah komunikasi dengan microphone and receiver slave unit‟, antara kereta dengan ruang mesin dan front office / jaga piket. 6) Recessed cabinet dengan kunci khusus di bagian bawah panel operasi berisi peralatan kontrol sebagai berikut. Tombol UP, DOWN dan BY-PASS With & Without-Attendant selector switch ON/OFF switch untuk penerangan kereta dan kipas ventilasi
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 140
c.
d.
Independent service switch Emergency stop dan reset switch. Panel Operasi Hall (Landing Panel) 1) Dari jenis Illuminated hall-call push button dengan tanda panah arah gerak kereta harus dipasang pada setiap lantai pendaratan sebagai berikut, 2) Tombol permintaan naik pada lantai dasar. 3) Tombol permintaan naik dan turun pada lantai lainnya. 4) Tombol-tombol tersebut harus dipasang pada „recessed box dengan steel face plate‟. 5) Penunjuk-arah gerakan kereta, dan arrival gong tanda posisi kereta harus dipasang pada setiap lantai. Sistem Operasi dan Pengarah 1) Sistem untuk operasi adalah sebagai berikut : Passengger Lift : Roomless Bad Lift : Gearless. Pada saat terjadi permintaan kereta pada suatu lantai, permintaan tersebut akan didaftar (registered call) Bila suatu permintaan akan kereta terjadi pada saat kereta, searah dengan permintaan telah melalui lantai tersebut (permintaan yang terlambat) maka permintaan tersebut menjadi permintaan yang didaftar. Permintaan yang didaftar (registered demand/hall call) dilayani sesuai dengan priority order yang ditentukan. Kereta yang sedang bertugas menjemput panggilan menuju kepada panggilan pertama yang terdaftar dan kemudian menuju ke lantai panggilan berikutnya untuk panggilan searah. Pintu Lobby Lift untuk lantai Non-Standard hanya dapat dibuka dari dalam kereta dengan menggunakan „pass card‟ atau kunci khusus. 2) Kelengkapan operasi seperti pada schedule operasi elevator terlampir dan operasi lainnya berikut ini : Attendand Operation Dengan sebuah saklar yang ditempatkan pada kotak terkunci di bawah panel operasi dalam kereta yang akan memberikan kontrol secara penuh kepada petugas untuk mengoperasikan kereta terhadap panggilan, berangkat, berhenti & arah gerak kereta. Auto/hand Operation Dengan sebuah saklar „AUTO / HAND OPERATION‟ yang berada di atap kereta, kereta dapat dioperasikan secara langsung dengan tombol-tombol berikut dan seluruh kontrol otomatis akan padam. Tekanan jari (continuous pressing) pada tombol „UP‟ atau „DOWN‟ pada panel operasi di atas atap kereta akan
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 141
membuat kereta bergerak naik atau turun dengan kecepatan rendah 0.25 m/detik atau lebih lambat, dan kereta akan segera berhenti bila tombol dilepas. Operasi ini digunakan untuk kepentingan perawatan dan pemeriksaan saja. Automatic Bypass Operation Operasi ini harus secara otomatis mengirim mereka kepada permintaan mendarat dari dalam kereta pada lantai terdekat apabila kereta telah dibebani secara penuh. Kereta akan secara otomatis mengabaikan panggilan dari lantai pendaratan bila kereta telah mendapat pembebanan penuh. Overload Protection Sebuah peralatan pengaman beban lebih (overload protection device) harus dipasang pada setiap kereta dan akan secara otomatis tetap menahan pintu landing dan pintu kereta pada posisi terbuka serta menahan kereta. Sistem tersebut akan membunyikan buzzer dan lampu kedip-kedip pertanda overload bila jumlah penumpang melebihi kapasitas beban yang ditentukan (predetermined contract load). Automatic Emergency Power Operation Pada kondisi power supply utama mengalami gangguan, kereta harus kembali ke lantai terdekat dan mengabaikan seluruh panggilan-panggilan pendaratan dan permintaan kereta, membuka pintu dan mematikan seluruh sistem operasi sampai daya listrik cadangan masuk kembali. Fire emergency return Operation Signal adanya kebakaran diambil dari sistem Fire Alarm bangunan. Dalam keadaan ini, kereta harus kembali ke lantai utama dan mengabaikan seluruh panggilan-panggilan pendaratan dan permintaan kereta, membuka pintu dan mematikan seluruh sistem operasi. Dalam keadaan ini akan dapat dioperasikan kembali dengan kunci khusus, menggunakan sumber daya emergency. Firem en‟s operation 3) Kelengkapan pengamanan Harus dilengkapi pada setiap kereta atau sistem, peralatan pengaman seperti berikut ini : Magnetic brake, Terminal slow down switch, Car & counter weight Buffer, Limit & Final Limit switch
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 142
2.
Overtravel limit switch Electromechanical door interlock, Phase reversal protection for power supply Emergency stop switch dalam kereta Emergency stop / run switch di atas atap kereta Over current protection Electronic door safety edge dan safety ray. Stop switch dalam pit. Cut-off switch untuk car top emergency exit DC battery operated alarm bell, A.R.D (Automatic Redius Device) Lain-lain sesuai dengan ketentuan pada standard yang diikuti Konstruksi Kereta dan Mesin Pengangkat a. Ketentuan Umum 1) Harus mengikuti segala ketentuan yang tercantum pada British Standard BS : 2655 dan suplemennya atau ANSI.A17.1 dan supplemennya atau standard lain yang setaraf dan telah disetujuinya. 2) Apabila konstruksi sistem pengangkat dan kereta yang ditawarkan tidak mengikuti ketentuan di atas maka kontraktor harus secara jelas dan dapat menyerahkan tembusan standard yang diikuti oleh sistem elevator tersebut kepada Direksi Pengawas / MK untuk diperiksa. 3) Tembusan standard tersebut harus dalam bahasa Inggris atau bahasa Indonesia. 4) Dengan menyerahkan tembusan standard tersebut, tidak berarti bahwa sistem standard tersebut disetujui dan dapat digunakan pada elevator bangunan ini.
b.
Pintu, Dinding dan Lantai 1) Dinding kereta. Harus dari konstruksi baja dengan dinding dalam (interior wall panel) seperti yang disyaratkan. Kereta harus dilengkapi dengan hal-hal berikut : Pencahayaan fluorescent tak langsung. Penerangan darurat dengan batere didalam kereta. Automatic charger and „rechargeable battery unit‟ untuk penerangan darurat, alarm dan intercom. Ventilasi dengan ceiling fan. Pintu darurat di langit-langit. Intercom darurat yang dihubungkan ke Rg. Mesin / Operator dan ke R. Kontrol, dengan sumber daya battery Socket outlet untuk „maintenance/hand lamp‟
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 143
2)
Pintu kereta dan pintu masuk Pintu masuk (entrance door) harus dari konstruksi pintu lapis rapat udara dengan pembukaan sesuai dengan skedul / spesifikasi kereta. Operasi pintu harus menggunakan sistem otomatis dengan listrik searah tanpa suara maupun getaran maupun kejutan pada saat bekerja dan dilengkapi dengan „retractable safety edge‟. Harus dilengkapi dengan sistem interlock sehingga hal-hal berikut dapat terpenuhi. Pintu-pintu kereta dan entrance harus tidak dapat terbuka atau dibuka sebelum kereta mencapai pemberhentiannya dengan benar. Kereta harus tidak dapat berjalan apabila ada pintu kereta maupun pintu landing yang terbuka pada lantai pemberhentian tersebut maupun pada lantai pemberhentian lainnya. Pintu landing harus tidak dapat dibuka atau dibuka pada saat kereta sedang bergerak. Setiap pintu harus dilengkapi dengan kunci khusus untuk membuka dari sisi masuk.
3)
Lantai / dasar kereta Lantai kereta harus terdiri dari 2 (dua) lapisan; lapisan terbuat dari kayu lunak dan lapisan bawah dari kayu keras dari jenis kayu yang mempunyai serat terpasang saling tegak lurus ata jenis lainnya yang disetujui DIREKSI PENGAWAS/MK, sesuai dengan standard pabrik. Pada dasar lantai kereta (bagian paling bawah) dilapis dengan lembaran baja galvanis. Tebal tidak kurang dari 20 gauge. Di atasnya harus dilapis dengan lantai karet dengan tebal tidak kurang dari 6 mm. Dasar kereta harus didudukkan pada dudukan karet yang diikatkan pada rangka baja kabin kereta. Rangka kereta harus terbuat dari profil baja yang dibentuk dengan las dan buat, sehingga tidak akan berubah bentuk / rusak pada semua kondisi beban. Bila lantai dengan finish dari vinyl, harus menggunakan vinyl dengan tebal yang tidak kurang dari 6 mm.
3. Sistem Kontrol dan Pengabelan a. Panel Kontrol 1) Harus dari jenis „free standing‟ dan merupakan kotak panel yang kokoh, dilengkapi dengan lubang-lubang ventilasi dan pintu dari jenis pintu berengsel yang dilengkapi kabel 2) Seluruh peralatan harus ditempatkan didalam panel tersebut di atas.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 144
b.
14.4.
3) Sistem kontrol harus tidak menimbulkan suatu bising dan harus di pasang dengan jarak-jarak antar peralatan secukupnya agar tidak terjadi loncatan listrik statik. 4) Sistem kontrol harus dilengkapi dengan peralatan yang akan mencegah terjadinya kegagalan operasi kereta dengan adanya kebocoran arus listrik. 5) Controller Harus dilengkapi dengan control system untuk setiap operasi, sistem pengamanan kereta dan sistem pengatur pintu. Kabinet untuk penempatan peralatan kontrol ini harus dengan konstruksi yang tidak membutuhkan peralatan-peralatan pengatur kondisi lingkungan sehingga dapat secara bebas ditempatkan di Rg. Mesin. Sistem harus dari jenis yang memudahkan pekerjaan pemeriksaan/ perbaikan dengan maksud agar down time seminimal mungkin. Sistem harus dari „Variable Voltage Variable Frequency Controlle r‟. Sistem harus dilengkapi dengan „Wall Mounted Type Supervisory Panel‟ yang diletakkan di Front Office. Pengkabelan Segala peraturan dan ketentuan dalam pengkabelan harus mengikuti British Standard BS:2566:72 dan suplemennya atau ANSI.A17.1 dan supplemennya atau standard lain yang setaraf dan telah disetujui dan standard yang belaku di Indonesia.
Testing dan Commissioning 1. Pemborong harus menyerahkan laporan pengujian / sertifikat test untuk peralatan sistem kepada Pengawas. 2. Pekerjaan akan dinyatakan selesai bila seluruh pengujian berhasil baik dan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas dan Pemilik. 3. Untuk mengetahui bahwa semua pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat berfungsi baik dan telah sesuai dengan persyaratan teknis yang dimana, maka Kontraktor diwajibkan menguji seluruh pekerjaannya dengan standrad uji masing-masing yang telah ditetapkan dalam peraturan / Spesifikasi Peralatan. 4. Pengujian ini dilaksanakan dibawah Pengawasan Direksi / Pengawas Lapangan yang ditunjuk Jadwal Pelaksanan Pengujian dapat diatur seminggu sebelumnya atau atas persetujuan bersama. 5. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 ( tiga ) mengenai hal – hal sebagai berikut : a. Pemeriksaan secara visual terhadap kelengkapan peralatan, apabila terjadi kerusakan fisik atau tidak berfungsinya sistem harus diperbaiki oleh pemborong sampai berfungsi sebagai mana mestinya. Seluruh biaya perbaikan menjadi tanggunan kontraktor dan tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan tambah atau biaya tambah..
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 145
b.
6.
Pemeriksaan kekuatan mekanis, seluruh Sistem harus diperiksa, diteliti dan diuji dengan baik sebelum diserahkan dan pelaksanaannya harus menyertakan Konsultan Pengawas dan bila perlu dengan petugas dari Instansi terkait yang berwenang. c. Pengujian tahanan isolasi d. Pengujian kontinuitas rangkaian e. Pengujian pembebanan kereta f. Pengujian kecepatan kereta g. Pengujian operasi kereta Pengujian lainnya sesuai dengan persyaratan pada standard yang diikuti dan persyaratan instansi yang berwenang setempat (Authority Having Jurisdiction).
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 146
Pasal 15 Instalasi Penangkal Petir 15.1.
Lingkup Pekerjaan Bagian ini meliputi penyediaan, pengujian dan perbaikan selama masa pemeliharaan dari system penangkal petir yang lengkap sesuai spesifikasi ini, serta pengurusan izin dari badan yang berwenang jawatan keselamatan kerja.
15.2.
Referensi Pekerjaan harus dilakukan mengikuti standart dan peraturan yang berlaku dari Jawatan Keselamatan Kerja atau standart yang dikeluarkan dari pabrik.
15.3.
Contoh, Bahan dan Material Kontraktor harus menyerahkan contoh dari bahan – bahan yang akan dipergunakan/ dipasang, yaitu minimal pengahntar dan elektroda pentanahan yang dimintakan dalam persyaratan.
15.4.
Pemeriksaan 1. Sistem penangkal petir akan diperiksa oleh Direksi untuk memastikan dipenuhinya spesifikasi ini. 2. Semua bagian dari instalasi ini harus diperiksa oleh Direksi terlebih dahulu sebelum tertutup atau tersembunyi. 3. Setiap bagian yang tidak sesuai dengan syarat – syarat spesifikasi dan gambar – gambar harus segera diganti, tanpa membedakan tambahan pada pemilik proyek.
15.5.
Surat Ijin 1. Kontraktor harus mempunyai ijin dari pasang PLN golongan C untuk pemasangan petir ini. 2. Kontraktor harus sudah berpengalaman didalam pemasangan penangkal petir ini, dibuktikan dengan memberikan daftar proyek – proyek yang sudah pernah dikerjakan
15.6.
Bahan dan Material 1. Material yang digunakan dalam sistem penangkal petir dalam keadaan baik dan sesuai dengan yang dimasudkan serta disetujui oleh Direksi. 2. Daftar material, katalog dan shop drawing harus diserahkan kepada Direksi sebelum dilakukan pasangan. Material atau alat – alat yang tidak sesuai dengan spesifikasi ini akan ditolak. Sistim penangkal petir yang dipakai adalah Sistem non radio aktif. 3. Komponen-komponen yang dipakai adalah sebagai berikut : a. Head Electroda (Spitzen) Head Electroda khusus untuk sistim non radio aktif adalah sistim Early Streamer Electrostatis.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 147
b.
c.
d.
15.7.
Penghantar Terdiri dari dua macam yaitu penghantar horizontal yang listrik antara kepala penangkal dan menghubungkan secara listrik antara kepala penangkal dan electroda pentanahan. Penangkal ini harus menjamin dapat mentrafer dengan aman energi kilat dari “air terminal” ke tanah. Untuk sistim electrostatis dipergunakan penghantar jenis kabel down conductor khusus lighting protection. Sistem Pentanahan Terdiri dari : Teminal pentanahan, terletak didalam bak kontrol ukuran seperti tercantum pada gambar detail. Bak kontrol diperlukan unutk pengujian pentanahan tanah secara berkala. Electroda pentanahan, terbuat dari Copper Rod digalvanisir dengan diameter tidak kurang dari 1” dan pnjang 6 m dan harus dimasukkan kedalam tanah secara vertikal (sesuai dengan gambar). Tahanan pentanahan maksimum 3 ohm. Daftar Material Untuk semua material yang ditawarkan, pemborong wajib mengisi dafatar meterial yang emnyebutkan merk , Type, kelas lengkap dengan brosur/ kotalog yang terlampir. Tabel daftar material ini diutamakan untuk komponen – komponen yang berupa barang – barang produksi. Apabila ada spesifikasi teknis ini atau pada gambar disebutkan beberapa merk tertentu atau kelas mutu ( quality performance ) dari material atau komponen trtentu terutama untuk material – material listrik utama, maka pemborong wajib melakukan didalam penawarannya meterial yang dalam taraf mutu/ pabrik yang disebutkan itu.
Pemasangan / Pelaksanaan Cara-cara pemasangan penangkal petir sistim ini harus sesuai dengan petunjuk – petunjuk dan spsifikasi pabrik : 1. Batang penangkal dipasang pada atap bangunan dengan memakai baut angker atau klem. Pemasangan harus cukup kuat untuk menahan gaya mekanis pada saat timbulnya sambaran petir. 2. Pemegang konduktor / klem harus terbuat dari bahan yang sama dengan konduktor untuk mencegah terjadinya elektrolisa jika terkena air. 3. Sambungan – sambungan : a. Sambungan yang diperlukan haruslah menjamin kotak yang baik dan tidak mudah terlepas. b. Sambungan sedapat mungkin mengurangi kerugian – kerugian tipis akibat adanya sambungan. 4. Pelindung mekanis : Down conduktor harus dilindungi terhadap kerusakan mekanis dengan pipa PVC type AW seperti pada gambar.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 148
15.8.
Testing & Commissioning 1. Pemborong harus menyerahkan laporan pengujian / sertifikat test untuk peralatan sistem kepada Pengawas. 2. Pekerjaan akan dinyatakan selesai bila seluruh pengujian berhasil baik dan dapat diterima oleh Direksi / Konsultan Pengawas. 3. Pengujian sistem harus dilakukan sekurang kurangnya sebagai berikut: a. Grounding resistant test ukuran tanahan dari pentanahan yang mempergunakan metode standar. b. Continuity test. c. Seluruh pengujian kabel instalasi harus mengacu pada ketentuan pada PUIL terbitan terakhir. 4. Kontraktor yang melakukan pekerjaan instalasi harus melakukan semua testing dan pengukuran – pengukuran yang dianggap perlu untuk memeriksa / mengetahui apakah seluruh instalasi telah dapat berfungsi / bekerja dengan baik dan memenuhi persyaratan. 5. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk testing tersebut merupakan tanggung jawab kontraktor. Termasuk peralatan khusus yang dibutuhkan untuk melakukan testing dari seluruh sistem ini, seperti dianjurkan oleh pabrik, harus disediakan kontraktor. 6. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 ( tiga ) mengenai hal – hal sebagai berikut : a. Hasil pengetesan kabel – kabel. b. Hasil pengetesan peralatan – peralatan. c. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi d. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain - lain 7. Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan Pengawas.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 149
Pasal 16 Instalasi Tata Udara 16.1. Umum 1. Pasal-pasal dibawah ini menjelaskan secara umum ketentuan-ketentuan yang perlu diikuti untuk semua bagian-bagian yang dalam pelaksanaannya berhubungan dengan instalasi tata udara. 2. Gambar-gambar dan spesifikasi adalah ketentuan spesifik yang saling melengkapi dan sama mengikatnya. 3. Persyaratan Teknis Pekerjaan Pengkondisian Udara dan Ventilasi ini menguraikan syarat-syarat dan ketentuan lainnya yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan ini. 4. Semua persyaratan umum maupun suplemen yang ada merupakan bagian daripada persyaratan system intalasi tata udara ini, sejauh yang berlaku dan berhubungan bagi perkerjaannya. 5. Apabila ada beberapa hal dari persyaratan umum yang dituliskan kembali dalam spesifikasi ini, berarti hanya permintaan khusus dan ini juga tidaklah berarti menghilangkan hal-hal lainnya dari persyaratan umum dan suplemen yang ada. Hanya apabila ada yang dinyatakan lain tersendiri di dalam spesifikasi ini, maka hal-hal persyaratan umum maupun suplemen tidak berlaku lagi untuk sistem instalasi ini. 16.2. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk didalam lingkup pekerjaan ini: 1. Pekerjaan instalasi ini meliputi seluruh pekerjaan, pengadaan dan pemasangan Instalasi Tata Udara (Air Conditioning) dan Ventilasi Mekanis (Mechanical Ventilation) secara lengkap termasuk semua perlengkapan dan sarana penunjangnya, sehingga diperoleh suatu instalasi yang lengkap dan baik serta diuji dengan seksama dan siap untuk dipergunakan. 2. Pekerjaan Pengadaan dan pemasangan Sistem Multi Refrigerant Inverter R410a dengan menggunakan inverter DC yang terdiri dari 1 Outdoor dan beberapa indoor unit lengkap dengan control panel lengkap dengan electronic expansion valve di indoor dan outddor unit dan peralatan standart pabrik lainnya, dimana setiap indoor unit mempunyai kemampuan untuk mendinginkan ruangan secara independen sesuai dengan temperature yang diharapkan. 3. Pengadaan dan Pemasangan Unit AC jenis Sistem Multi Refrigerant Inverter R410a dengan sistem indoor beserta seluruh peralatan bantunya (refnet joint, system control) secara lengkap, sehingga sistem berjalan dengan baik 4. Pengadaan dan pemasangan unit-unit AC split, dengan kapasitas, jumlah dan tipe indoor unit sesuai dengan schedule peralatan lengkap dengan control panel dan peralatan standar pabrik 5. Pengadaan dan pemasangan Pemipaan Refrigerant dari Indoor Unit ke Condensing Unit / Outdoor Unit menggunakan pipa jenis ASTM B280 untuk Refrigerant R410a (ramah lingkungan).lengkap dengan isolasi, lengkap peralatan pemipaan dan penggantung pipa 6. Pengadaan dan pemasangan pemipaan Kondensat dari Indoor Unit sampai ke saluran drainase yang disediakan oleh Plumbing.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 150
7. Pengadaan dan pemasangan Exhaust Fan beserta peralatan bantunya secara lengkap. 8. Pengadaan dan pemasangan Ducting, Exhaust, damper, Grille, penggantung beserta peralatan bantunya secara lengkap. 9. Instalasi Daya, Pekerjaan ini meliputi seluruh instalasi yang digunakan untuk menghubungkan panel daya dengan outlet daya dan peralatan listrik, seperti Exhaust Fan, motormotor listrik pada peralatan Sistem VAC sesuai dengan gambar Perencanaan dan Buku Spesifikasi Teknis.
10. Outdoor dan indoor harus mempunyai fleksibilitas design dan kemampuan koneksi dalam satu system. 11. Condensing unit harus dilengkapi dengan inverter, dan system bisa beroperasi pada minimum koneksi beban pendinginan 2.2 Kw dan mempunyai kemampuan untuk merubah putaran motor compressor sesuai dengan beban pendinginan. 12. System yang ditawarkan harus bisa melakukan Automatic Test Operation System, Untuk melakukan pengecekan system secara otomatis yang meliputi pengecekan : control wirings, shut off valves, sensors dan refrigerant volume. Dan system juga mempunyai kemampuan untuk Auto Charging dan Refrigerant Leakage Test secara otomatis, sehingga sistem berjalan dengan baik dan berfungsi sesuai kondisi yang dikehendaki dalam perancangan system, dengan rincian pekerjaan sebagai berikut: Pekerjaan Pengadaan dan Pemasangan Unit AC jenis jenis Sistem Multi Refrigerant Inverter R410a model Duct Type, Cassete Type dan Wall Type, beserta seluruh peralatan bantunya. Pekerjaan Pemipaan Refrigerant dari Indoor Unit ke Condensing Unit / Outdoor Unit. Pekerjaan pemipaan Kondensat dari Indoor Unit sampai ke saluran drainase yang disediakan oleh Plumbing. Pekerjaan Exhaust Fan beserta peralatan bantunya secara lengkap. Pekerjaan Ducting, Exhaust, Grille, beserta peralatan bantunya secara lengkap Instalasi Daya, Pekerjaan ini meliputi seluruh instalasi yang digunakan untuk menghubungkan panel daya dengan outlet daya dan peralatan listrik, seperti Exhaust Fan, motor-motor listrik pada peralatan Sistem VAC sesuai dengan gambar Perencanaan dan Buku Spesifikasi Teknis. Pekerjaan balancing, testing dan commisioning terhadap seluruh sistem sehingga dapat bekerja dengan baik sesuai dengan fungsinya, termasuk penyediaan peralatan uji/ukur dan segala keperluan lainnya secara lengkap. Pembuatan buku manual operasi dan jadwal perawatan rutin maupun berkala sampai dengan overhaul, operation log-sheet, spare-part number list untuk setiap peralatan / unit mesin yang dipasang dan segala keperluan operasi lainnya untuk seluruh peralatan dalam sistem ini. Pekerjaan training khusus pada AC Academy dari pihak pabrikan ( Principal ) serta pelatihan on site project utuk pengoperasian system dan cara/proses pemeliharaan beserta trouble shooting dan perbaikan. Pekerjaan pemeliharaan dan penggantian kerusakan yang terjadi selama masa pemeliharaan. RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 151
13. Sistem Ventilasi Mekanis secara lengkap termasuk alat Bantu yang menunjang pekerjaan tersebut sesuai dengan gambar perencanaan. 14. Pekerjaan Ducting lengkap dengan isolasi / tanpa isolasi berikut alat Bantu yang menunjang pekerjaan tersebut sesuai dengan gambar perencanaan. 15. Pemasangan instalasi lain yang belum tercantum didalam spesifikasi ini tetapi ada di gambar perencanaan yang bersifat menunjang sehingga sistem berfungsi dengan baik sesuai dengan yang direncanakan . 16. Pengaturan dan pengujian sehingga sistem instalasi tata udara dapat berfungsi dengan baik dan sempurna sesuai dengan yang direncanakan. 16.3. Kondisi Perencanaan
1. Kondisi Udara Luar a. Temperatur : 35° C ( 95° F ) b. Relative Humidity : 78 % 2. Kondisi dalam ruangan ( semua ruangan yang dikondisikan ) : 24° C ± 1° C a. Temperatur b. Relative Humidity : 55 % ± 5 % RH c. Koridor : 25° C ± 1° C : ASHRAE Standard 62-1981 d. Fresh air ventilation e. Noise Kriteria : 30 – 40 NC Office 30 – 40 NC Individual Room / Suite 35 – 45 NC Koridor, Area Publik 16.4.
Masa Jaminan
1.
2. 3. 4. 5. 6.
Semua Pekerjaan instalasi harus dijamin akan bekerja dengan sempurna. Semua pekerjaan yang masuk dalam lingkup pekerjaan ini harus diberi masa jaminan selama 1 (satu) tahun setelah masa penyerahan pekerjaan tersebut Garansi compressor AC adalah 36 bulan terhitung dari tanggal start up dan komisioning. Garansi spare parts AC adalah 12 bulan terhitung dari tanggal start up dan komisioning Garansi kompresor AC Non Sistem adalah 36 bulan terhitung dari tanggal start up dan komisioning khusus untuk kapasitas 0.5 – 5 PK. Garansi kompresor AC Non Sistem adalah 12 bulan terhitung dari tanggal start up dan komisioning khusus untuk kapasitas diatas 5 PK. Garansi spare parts AC Non Sistem adalah 12 bulan terhitung dari tanggal start up dan komisioning.
16.5. Kondisi Dan Operasi Sistem 1. Mesin Kompresor bekerja secara Variable menyesuaikan putaran motor dan konsumsi daya listrik dengan kebutuhan beban pendinginan yang berubah - rubah dengan menggunakan teknologi inverter dan Variable Refrigerant Volume. 2. Peralatan-peralatan yang digunakan pada sistem AC VRV inverter ini adalah, a. Indoor unit b. Outdoor unit dengan Kompresor DC Inverter RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 152
c. Refnet Join untuk pencabangan antar indoor d. Individual digital remote control e. Centralize Remote Control 3. Operasi sistem AC : Dalam pengoperasiannya, pengatur temperatur ruangan dilakukan dengan thermostat yang dapat diatur secara remote. 4. Peralatan-peralatan yang digunakan AC Sistem Multi Refrigerant Inverter R410a dengan jenis Duct type, Wall Type maupun Cassete Type, terdiri dari: a. Indoor unit - Indoor unit haruslah dari jenis dan kapasitas yang sesuai dengan yang ada didalam perencanaan sesuai dengan design condition. - Terdiri dari komponen dasar : Fan, Evaporator koil dan Electronic Expansion Valve. - Harus bisa mengontrol aliran refrigerant kedalam unit indoor sesuai dengan beban pendinginan yang dibutuhkan oleh ruangan. - Tegangan operasi Indoor unit adalah 220 – 240 volt AC , 1 phase dan 50 Hz. - Indoor type ducted haruslah mempunyai static pressure external yang sesuai dengan spesifikasi di gambar dan di BQ. - Filter udara untuk type Ducted haruslah disupply dari pabrik. - Filter udara untuk model ductless harus disupply dari pabrik. - Fasilitas Auto swing untuk tipe wall, cassette dan under ceiling haruslah standard dari pabrik. - Pipa PVC 25 mm ( 1” ) yang terinsulasi dengan minimal ketebalan 9mm haruslah dipasangkan sebagai pipa drain dari setiap indoor unit menuju ke saluran pembuangan air drain. b. Outdoor unit - System ini harus bisa terkoneksi dengan pipa refrigerant yang mempunyai kemampuan panjang instalasi 225 m, dengan total panjang pipa 1000m dan kemampuan jarak Vertikal antara Outdoor dengan indoor pada posisi Outdoor diatas ataupun di bawah dengan panjang 110m tanpa oil trap. - Baik indoor maupun outdoor harus dirakit dan ditest di pabrik. Outdoor unit harus terisi R410A dari pabrik. Casing outdoor haruslah wheatherproof terbuat dari baja anti karat dilapisi dengan Baked Enamel. - Ketentuan condensing unit : Outdoor unit harus memiliki 2 atau 3 compressor SCROLL dengan minimal 1 unit BLDC Inverter Compressor, mempunyai system Automatic Back Up Function yang memungkinkan Unit tetap bisa beroperasi jika 1 compressor rusak. Outdoor dengan ukuran 8 HP memiliki 1 kompressor Inverter SCROLL Indoor yang terkoneksi ke outdoor mempunyai kapasitas dari 0.5 HP ( 1.6 KW ) sampai 10 HP ( 28.0 KW ) Noise level outdoor tidak boleh melebihi 65 DB(A) pada saat operasi normal, terukur 1 meter secara horizontal dan 1.5 meter diatas pondasi, Outdoor harusnya model modular dan bisa dipasang secara berderet di setiap sisinya. c. Compressor Karakteristik kompressor - Mesin Kompresor bekerja secara Variable menyesuaikan putaran motor dan konsumsi daya listrik dengan kebutuhan beban pendinginan yang berubah rubah dengan menggunakan teknologi inverter dan Variable Refrigerant Volume. - Kompresor haruslah merupakan tipe Scroll (Fully Hermetic, R410A) yang mempunyai efisiensi tinggi dan dilengkapai dengan control inverter yang dapat merubah kecepatan putaran kompresor menyesuaikan dengan beban RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 153
d.
e.
f.
g.
h.
pendinginan yang dibutuhkan. Magnet tipe Neodymium harus terpasang di dalam rotor kompresor, Magnet Ferrite tidak diperbolehkan. - Kompressor haruslah type dengan effisiensi tinggi dan dilengkapi dengan inverter control yang berfungsi untuk merubah kecepatan putaran yang menyesuaikan dengan cooling load yang dibutuhkan. Magnet Neodymium harus dipakai di rotor compressor untuk menambah torsi Compressor. Kemampuan untuk efisiensi kerja dan efisiensi konsumsi listrik Inverter kompressor dengan range frequency limit minimum kecepatan putaran motor kompressor 20 Hz dan maksimum kecepatan putaran 110 Hz. - Memiliki sertifikat pengujian terhadap tingkat Total Harmonic Distortion ( THD ) dengan ketentuan: THD Limit tidak boleh melebihi 32% Dilengkapi dengan Noise Filter system - Pada konfigurasi system dengan outdoor lebih dari 1 unit, secara otomatis compressor inverter dengan jam operasi terendah yang akan start lebih dulu pada setiap kali operasi, System ini haruslah dipasang dipabrik. Heat Exchanger Heat Exchanger harus terbuat dari tube tembaga yang dipasangkan secara mekanik ke aluminium blue fin, di mana blue fin ini haruslah dilapisi dengan lapisan anti karat setebal 0.2 – 0.3 micron Wide Louver Fin alumunium untuk meningkatkan performance kondensing unit yang dilapisi lapisan anti korosi yang dan sudah dilakukan pengujian untuk ketahanan terhadap korosi. Refrigerant Circuit Terdiri atas Liquid dan Gas shut off valve dan Sub Cooling Circuit adalah Untuk memastikan liquid refrigerant tidak menguap saat menuju indoor unit dan berfungsi meningkatkan performance pendinginan dan komponen lain untuk keperluan safety secara keseluruhan baik Outdoor maupun Indoor unit. Fan Motor - Motor Fan di Outdoor unit harus memiliki kecepatan bertingkat yang dikendalikan dengan inverter DC dan mempunyai kemampuan untuk menurunkan noise level jika beroperasi di malam hari baik secara otomatis maupun manual. Eksternal Static Pressure untuk Outdoor harus mencapai pada 78.4 Pa. - Condensing unit harus mempunyai kemampuan untuk beroperasi dengan noise lebih rendah pada saat malam hari baik secara otomatis maupun dengan manual setting Safety Devices - Outdoor unit haruslah mempunyai peralatan safety sebagai berikut : high pressure switch, control circuit fuses, thermal protectors for compressor dan fan motors, over current protection for the inverter and anti-recycling timers. - Oil recovery cycle akan secara otomatis beroperasi setelah 1 jam sejak startup dan seterusnya setiap 6 jam operasi. - Setelah pekerjaan pemipaan dilakukan, sebelum disambungkan ke outdoor unit, Sebelum pembungkusan pipa dengan insulasi dan sebelum VRV system dinyalakan, Pekerjaan pemipaan harus di test tekanan dengan memakai dry nitrogen dan dicek ulang untuk mendeteksi kebocoran yang mungkin terjadi. - Jumlah tambahan refrigerant (HFC R410A) harus dihitung berdasarkan standard dari pabrik dan ditimbang dengan mempertimbangkan panjang pipa actual yang terpasang dengan merefer ke installation manual dari pabrik. - Pengisian refrigerant ini harus dilakukan dengan peralatan yang sesuai dan dibawah pengawasan dari perwakilan pabrik. - Jumlah tambahan dari refrigerant ini harus disupply oleh kontraktor pemasang dan diawasi oleh perwakilan dari pabrik Pressure test harus
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 154
dilakukan oleh kontraktor pemasang dan diawasi oleh perwakilan pabrik Proses vacuum system pemipaan harusdilakukan oleh kontraktor pemasang dan diawasi oleh perwakilan pabrik. 5. Operasi sistem AC, dalam pengoperasiannya, pengatur temperatur ruangan dilakukan dengan thermostat yang dapat diatur secara individual maupun menggunakan system pengendali operasi AC secara terpusat dari pusat kontrol. Klasifikasi system control : Sebuah Screen Touch operated atau PC system centralized controller dengan merk yang sama dengan unit AC haruslah mempunyai fungsi sebagai berikut : System control dapat meng cover operasional mulai dari 16 unit indoor sampai 256 unit indoor dan kombinasi dapat di koneksi sampai total 8.192 total indoor unit. Dapat dikoneksikan dengan BMS (Building Management System). Monitoring & Trouble shooting operasional dari system AC. Start/Stop serta locking operasional untuk semua indoor unit. Peak kontrol power operation. Kontrol setting: temperature, operation mode, fan speed dan locking dari seluruhi indoor unit. 1 tahun schedule dari operational system. Bisa menggunakan fire alarm signal untuk mematikan seluruh AC
16.6. Instalasi 1. Semua peralatan dan alat –alat bantu harus dipasang sesuai dengan cara-cara pemasangan yang secara teknis praktis, baik dan dapat dipertanggung jawabkan serta sesuai dengan petunjuk dan instruksi pada brosur atau publikasi yang dikeluarkan pabrik dari peralatan ataupun alat bantu tersebut. 2. Semua pondasi untuk peralatan dan motor, berukuran sedemikian rupa sehingga tidak ada bagian –bagian perlatan maupun motor yang berada diluar pondasi (berat peralatan diartikan berat pada saat dalam operasi). 3. Untuk semua peralatan seperti fan dan sejenisnya yang menggantung dan duduk pada suatu platform, maka harus diperkuat dengan suatu frame besi kanal (siku) yang dilas atau dibautkan, atau dikeling ke frame sehingga cukup kuat, kaku dan tidak bergetar dalam saat beroperasi. 4. Semua peralatan dalam prinsip pemasangannya harus mudah untuk bisa diamati, termasuk juga assesories pipa dan duct seperti valve, clean out, damper, filter, venting dll.
16.7. Pengadaan dan Pemasangan 1. Pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pengujian semua peralatan tata udara (Air Conditioning) seperti : Mesin AC, Pompa-Pompa, Air Handling Unit, Fan Coil Unit, Tangki Ekspansi, Fan, Thermostat, control dan lain sebagainya. 2. Pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pengujian seluruh instalasi ducting. 3. Pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pengujian seluruh instalasi refrigerant & pemipaan air pengembunan (drainage) sampai kesaluran air terdekat. 4. Pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pengujian seluruh instalasi control Fan Coil Unit, Air Handling Unit, Valve, Damper, Thermostat dan lain sebagainya. 5. Pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pengujian sumber daya listrik bagi instalasi ini seperti kabel dan panel AC.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 155
6. Pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pengujian sumber daya listrik bagi instalasi ini seperti tercantum dalam dokumen. 7. Mendidik petugas dan pemilik gedung, yang ditunjuk mengenai cara-cara menjalankan dan memelihara instalasi ini. 8. Kontraktor harus melakukan pekerjaan pengadaan dan pemasangan peralatan untuk bekerjanya sistem pengkondisian udara dan ventilasi antara lain : a. Sistem Pengkondisian Udara Air Conditioning Sistem Multi Refrigerant Inverter R410a secara lengkap dengan perlengkapannya (filter dryer, sight glass, thermostart, panel control, pipa refrigerant + thermal insulation, pipa air kondensat, gantungan, pengkabelan dan lain-lain) sesuai dengan perencanaan dan spesifikasi teknis. b. Pengujian sistem pengkondisian udara sehingga sistem tersebut dapat bekerja dengan baik sesuai dengan perencanaan. 9. Instalasi Ventilasi Udara a. Pengadaan dan pemasangan instalasi ventilasi udara dan exhaust lengkap dengan perlengakapannya (fan, shuttler, gantungan dan lain-lain) sesuai dengan perencanaan dan spesifikasi teknis. Standard konstruksi cerobong udara harus dibuat dengan konstruksi mengikuti ketentuan yang dikeluarkan oleh SMACNA (Sheet Metal and Air Conditioning National Association) dan ASHRAE (American Society of Heating Refrigerating and Air Conditioning Engineer). b. Pembersihan seluruh instalasi ventilasi udara. c. Pengujian instalasi udara, sehingga sistem dapat bekerja dengan baik sesuai dengan perencanaan. 10. Instalasi Roof Thermal Insullation Pengadaan dan pemasangan instalasi Roof Thermal Insullation dengan perlengkapannya (thermal insullation, wiremesh, alluminium foil double sided, spindle pin, dll) sesuai dengan gambar perencanaan dan spesifikasi teknis. 11. Intake dan Exhaust Louvre Pengadaan dan pemasangan louver dengan perlengkapannya sesuai dengan gambar perencanaan dan spesifikasi teknis.
16.8. Spesifikasi Teknis
1. Persyaratan Umum a. Pekerjaan instalasi ini meliputi seluruh pekerjaan, pengadaan dan pemasangan Instalasi Tata Udara (Air Conditioning) dan Ventilasi Mekanis (Mechanical Ventilation) secara lengkap termasuk semua perlengkapan dan sarana penunjangnya, sehingga diperoleh suatu instalasi yang lengkap dan baik serta diuji dengan seksama dan siap untuk dipergunakan. b. Peralatan Sistem Pengkondisian Udara Air Conditioning jenis Sistem Multi Refrigerant Inverter R410a type harus factory built, terdiri atas evaporator blower/ indoor unit, condensing unit/ outdoor unit, pemipaan refrigerant, pemipaan kondensat dan pemasangan ducting serta perlatan – peralatan penunjang lainnya. c. Ketentuan umum standard produk dan pelaksanaan yang dipakai dalam spesifikasi ini adalah yang telah memenuhi standard & merk internasional.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 156
2. Fan ventilasi a. Lingkup pekerjaan Pengadaan dan pemasangan peralatan ventilasi (fan) termasuk tenaga kerja, supervision, material, peralatan, accessories, service dan pengetesan sehingga siap dioperasikan sesuai dengan perencanaan seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana yang melengkapi dokumen ini.
b. Umum Spesifikasi teknis yang diuraikan dibawah ini adalah sebagai kebutuhan dasar yang harus diikuti. Sedangkan ketentuan-ketentuan spesifik terhadap type, kemampuan (performance) peralatan, kelengkapan dan lainnya dapat dilihat pada lembar gambar rencana “Daftar Peralatan” ataupun data sheet bila dilampirkan. Kontraktor harus memasang semua fan sesuai dengan gambar perencanaan dan spesifikasi teknis ini. Fan yang dipasang harus factory built lengkap dengan motor penggerak dan starternya. Fan harus mendapatkan sertifikat, sesuai standard yang berlaku dinegara dimana fan tersebut dibuat untuk testing dan rating (performance) seperti sebagai contoh AMCA standard 210-4 di Amerika. Dasarnya semua fan harus mempunyai noise level yang rendah dalam operasinya, dan dalam batas-batas yang normal. Bilamana ternyata noise levelnya tinggi harus diberi tambahan noise silencer tanpa adanya tambahan biaya. Pemasangan fan termasuk instalasi kabel dari panel, remote, on of switch dan pilot lamp. Bagian fan yang berhubungan dengan udara luar, didaerah outletnya harus diberi kawat nyamuk Stainless Steel yang bisa dibuka dan dibersihkan. Kontraktor mengajukan data produk : printed data dari pabrik pembuat, catalog, accustic performance, data pengetesan, performance curve, pedoman operasional dan maintenance, satu set spare part fan belt masing-masing fan setelah balancing dilakukan. c. Spesifikasi teknis Centrifugal Fan Fan harus dari type backward curve airfoil sesuai seperti yang dijelaskan dalam daftar peralatan dengan komponen-komponen sebagai berikut : - Type in line. - Volute casing dari galvanized steel. - Impeller dari multivane galvanized steel. - Shaft dari mild steel. - Pelumasan memakai grease ball atau rooler bearing dan diusahakan maintenance free. - External rotor motor berputar disekeliling internal stator. - Bila dilakukan speed control motor fan. - Motor dari jenis TEFC, IP 44, isolasi kelas B - Fan dan motor duduk pada suatu rangka dudukan (base frame), dengan posisi motor dapat diatur untuk tegangan tali kipas (bila hubungan motor dan fan bukan hubungan langsung). - Drain connection disediakan di bawah fan. - Sediakan pintu akses untuk semua fan scroll diameter lebih 900 mm. Pintu dari tipe quick opening.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 157
Axial Fan - Ketentuan Umum, 1.
Unit harus dipilih dengan laju aliran udara yang mampu mengatasi beban kerja seperti yang dicantumkan pada gambar skedul peralatan. 2. Pada saat pengajuan usulan tipe dan kapasitas Fan, Kontraktor harus sudah memperhitungkan segala kemungkinan adanya penurunan kapasitas terhadap pertambahan static pressure sebagai akibat dari static pressure loss pada diffuser atau grille atau atau filter atau damper dan/atau peralatan lain di dalam saluran udara sesuai dengan yang akan dipasang.
-
Konstruksi, 1. Harus dari jenis Adjustable Pitch Axial-Flow Fan factory adjusted dan fixed pada sudut tertentu sesuai dengan kebutuhan dengan standar produk. 2. Form of running dengan motor berada pada sisi hulu dari arah aliran udara.
-
Impeller, 1.
Harus dari bahan die-cast aluminium alloy dengan kekuatan sesuai standard ARI (S&P) 2. Harus seimbang secara dinamis maupun statis. 3. Kipas harus dari jenis AIRFOIL atau AEROFOIL. 4. Harus direct coupled dengan motor penggeraknya.
-
Casing, 1. Harus dari bahan hot dip galvanized cold-rolled steel dicat anti korosi dengan bahan chlorinated rubber paint 2. Casing dari jenis long-type casing yang menutupi impeller dan motor. 3. Dilengkapi bell-mouth inlet and fan outlets untuk sambungan dengan saluran udara.
-
Motor, 1. Dari jenis non-ventilated squirrel-cage induction type, dust-greasecorrosion-roof motor dengan insulation class F. 2. Dapat digunakan untuk menghisap udara pada temperatur yang berkisar antara 50-75 0C.
Propeller Fan (Wall atau Ceiling Fan) - Fan dari type propeller untuk dinding maupun ceiling, kecuali bila dinyatakan ceiling dari type centrifugal seperti ditunjukkan dalam gambar atau data sheet. - Untuk fan dinding yang berhubungan dengan luar lengkap dengan automatic shutter dari jenis aluminium (bila ditunjukkan dalam gambar rencana atau data sheet) - Untuk fan dinding dengan kapasitas besar dan static pressure tinggi (high pressure fan), rangka fan dari baja yang dicat anti karat dengan impeller dari aluminium die cast.
Gantungan dan Support Fan harus dipasang dengan gantungan dan support lengkap dengan peralatan penunjang lainnya. Peredam Getaran Fan harus dipasang lengkap dengan peredam getaran sesuai dengan spesifikasi teknis.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 158
3. Cerobong Udara (ducting ) a. Lingkup Pekerjaan Lingkup pekerjaan untuk butir ini adalah pengadaan dan pemasangan (termasuk fabrikasi) pekerjaan duct lengkap dengan isolasi/tanpa isolasi, damper, grilles, register, berikut alat-alat yang menunjang pekerjaan tersebut seperti ditunjukkan dalam gambar rencana yang dilengkapi dokumen ini. b. Umum
Jika tidak diterangkan secara khusus istilah ducting secara umum berarti pekerjaan duct, fitting, damper, support dan lain-lain komponen / accessories yang diperlukan untuk melengkapi instalasi ini. Jalur-jalur ducting yang terlihat pada gambar rencana adalah gambar dasar yang menunjukkan route dan ukuran ducting. Pemborong wajib menyesuaikan dengan keadaan setempat (shop drawing) dengan jalur-jalur instalasi lainnya, berikut detail atau potongan-potongan yang diperlukan dan mendapat persetujuan dari Direksi / Konsultan sebelum dilaksanakan. Ukuran seperti yang ditunjukkan pada gambar adalah ukuran bersih dan penampang haluan udara. Jika diperlukan lining untuk ukuran duct tersebut, berarti penampang harus diperbesar sesuai ketebalan lining. Bahan ducting dari Polyurethane (PU) atau Baja Lapis Seng (BJLS) yang digalvanized atau Zincalume yang merupakan baja lembaran dengan proses Continous Hot Dip, campuran lapisan Zincalume ini terdiri dari 55% Al, 43,4% Zn dan 1,6% Si. Standard mutu bahan adalah SII.0137-80. Grilles, harus memenuhi ketentuan yang sama dengan register dengan kekecualian tanpa volume damper.
c. Konstruksi Ducting
Konstruksi duct adalah untuk low velocity (low pressure duct) dengan static pressure didalam duct sampai 3 in WG (750 Pa) dengan kecepatan maksimum 1.800 – 2.500 fpm (9-12.5 m/s). Penggunaan bahan untuk saluran udara didasarkan pada kondisi kecepatan udara maximum 2500 fpm dan tekanan statik maximum 3 inch wg ( 750 Pa ), menggunakan bahan yang sesuai dengan tabel dibawah ini : Sisi terpanjang Saluran (inch) s/d 12" 13" - 18" 19" - 30" 31" - 40" 40" Ke atas
Tebal Plat (mm) 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0
Ukuran BJLS/ZINCALUME (SII Standar)
BJLS. BJLS. BJLS. BJLS. BJLS.
60-K 70-K 80-K 90-K 100-K
Seng Galvanis (g/sq.m) 305 305 305 305 305
Standart mutu bahan adalah SII.0137-80
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 159
Penyambungan Cerobong Udara (ducting ) - Segala yang tercantum pada gambar adalah gambar perancangan dan bukan merupakan gambar untuk pelaksanaan seperti definisi gambar yang dijelaskan di depan. - Kontraktor harus memperhitungkan adanya jalur-jalur instalasi lain pada daerah jalur saluran udara terutama jalur pemipaan dan fixture penerangan. - Seluruh saluran udara harus dibuat dari Polyurethane atau pelat BjLS yang baru dan bersih / bebas dari karat atau cacat-cacat lainnya dan berasal dari tempat penyimpanan yang dilindungi atap dan dinding. - Dimensi yang ditulis/disebut dalam gambar maupun buku spesifikasi adalah ukuran bersih sisi dalam saluran, dengan demikian untuk saluran dengan infill lining harus diberikan koreksi terhadap dimensi saluran baja tersebut. - Semua sambungan ducting dengan jarak maksimal 2.000 mm ( sambungan flange, slip joint dll ) harus betul – betul rapat udara dengan menggunakan sealant yang mencegah terjadinya kebocoran udara. - Sambungan slip joint harus dibuat sesuai dengan arah aliran udara sehingga tidak menyebabkan turbulensi. - Sambungan cerobong udara harus mengikuti ketentuan teknis dalam SMACNA dan ASHRAE Standard. - Pada pembuatan duct harus dipakai lock, dan lock tersebut diflincoat luar dalam sehingga tidak terjadi kebocoran pada lock tersebut. Begitu juga hubungan antara flexible joint round duct dengan diffusser ujungnya diikat/diperkuat memakai klem seng BJLS 80, dan ujung klem dibuat. Antara ujung-ujung duct flexible di flincoat agar tidak terjadi bocor serta semua sambungan (seam) duct harus diflincoat luar dalam. - Seluruh sambungan harus dibuat rata pada sebelah dalamnya dan rapi dibagian luarnya. Sambungan-sambungan tersebut harus dibuat serapat mungkin (air tigh). - Pembuatan cerobong udara harus menggunakan sambungan jenis grooved seams/ acme lock, pittsburgh lock seams dan slip joints. - Sambungan fleksibel : 1) Sambungan fleksibel dari bahan double sheet glass cloth ( canvas ) tebal 0,65 mm atau lebih, fire resistance ke duct yang masuk/keluar dari fan atau AHU. 2) Panjang tidak lebih dari 20 cm, dan tidak menimbulkan kebocoran pada sambungan. 3) Cara pemasangan harus dalam satu garis lurus sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan pengecilan luas penampang. 4) Aluminium Flexible Connection Duct terdiri dari 2 tipe lapis aluminium laminate incapsulating dengan steel spring helix dan wire spacing 2 mm jenis fire resistance. Tekanan kerja max. 5 inch WG. Flexible duct ke peralatan memakai klem khusus (quick klem) dari bahan plastic. - Semua sambungan ducting dengan jarak maks 2.000 mm (sambungan flange, slipt joint, pitsburg lock seam, dan lain-lain) harus betul-betul rapat udara dengan menggunakan sealant yang mencegah terjadinya kebocoran udara. - Sambungan connection antara saluran harus dengan sambungan flange dari bahan besi siku yang diikat dengan paku keling atau mur-baut terhadap saluran udara dan diberi sealing packing untuk menjamin kedap udara. Baja siku yang digunakan harus mengikuti ketentuan sebagai berikut :
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 160
Saluran
FLANGE PAKU KELING Ukuran (inch) Terpanjang Baja Siku Jarak Diameter Pitch (mm) (mm) (mm) (mm)
s/d 12 13 - 18 19 - 30 31 - 42 > 42
25x25x3 30x30x3 40x40x3 40x40x3 40x40x3
1,800 1,800 1,800 1,800 1,800
4.5 4.5 4.5 4.5 4.5
6.5 6.5 6.5 6.5 6.5
SAMBUNGAN
Diameter Pitch (mm) (mm) 8 8 8 8 8
100 100 100 100 100
Lubang Pengetesan - Lubang pengetesan, pada main supply dan return duct serta tempattempat lain yang dianggap perlu harus dibuat lubang pengetesan untuk mengukur temperature, kelembaban serta static dan velocity pressure. Setelah selesai ditutup kembali dengan plastic probe yang diisolasi. - Harus disediakan lubang-lubang pengujian sesuai dengan tempat – tempat yang diberi notasi pada gambar dan tempat-tempat lainnya yang dipandang perlu sesuai dengan kondisi di lapangan. - Lubang pengujian harus ditempatkan pada daerah dengan aliran turbulen yang sekecil mungkin. - Lubang pengujian dibuat dengan melubangi saluran udara pada sisi – sisinya dengan diameter 50 mm, mengelilingi saluran udara pada setiap jarak seperti yang ditentukan oleh SMACNA. - Lubang tersebut diberi tutup dari bahan karet penutup sehingga kedap udara dan dapat dibuka dengan mudah bila diperlukan. Penguatan Cerobong Udara - Semua duct yang berukuran lebih besar 500 mm permukaannya harus dibuat Cross Broken (patah silang) - Spesifikasi penguatan cerobong udara harus sesuai dengan ketentuan berikut:
Jarak flens Panjang / penguatan Duct dan gantungan Sampai 19" 20" - 40"
180 cm
41" - ke atas
90 cm
180 cm
Spesifikasi Penguatan Dipatah silangkan (cross broken). Di tengah (di antara flens) harus dipasang sabuk penguat. Tengah-tengah flens dipasang sabuk penguat
- Perkuatan arah memanjang (longitudinal Rainforcement) : Ukuran Dimensi Standing Seam (mm) Terpanjang Siku Saluran (inch) 70 - 88 40x40x5 1 buah perkuatan di tengah > 88 40x40x5 2 buah perkuatan di tengah
- Baja siku yang digunakan untuk penguatan saluran udara mengikuti ketentuan seperti pada tabel berikut : RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
harus
D - 161
Ukuran Terpanjang Saluran (inch)
STANDARD SEAM REINFORCED AIR DUCT (MM)
s/d 12 13 – 18 19 – 30 31 – 42 > 42
Tinggi Seam (mm) 25 25 30x30x3 40x40x5 40x40x5
Jarak Maksimum (mm) 1,200 900 900 900 900
- Untuk pengelingan flens besi, siku pada duct harus memakai paku keling besi, tidak boleh menggunakan paku keling aluminium, sesudah dikeling sambungan dan kelingan diflincoat luar dalam agar tidak terjadi kebocoran. - Semua besi penguat dan gantungan yang terpasang harus dicat dengan cat dasar (prime coating) dan setelah itu dicat sesuai dengan spesifikasi pengecetan.
Penggantung dan Penyangga - Konstruksi gantungan dan penyangga harus terbuat dari besi siku yang dilengkapi dengan besi beton berulir, mur, baut dan insert. - Penggantung dan penyangga harus dapat di-stel sehigga ketinggian cerobong udara bisa dibuat rata sesuai dengan kondisi lapangan. - Penggantung duct, cara penggantung duct harus sedemikian rupa sehingga praktis tidak terjadi lendutan-lendutan, getaran-getaran dan deformasi. - Direksi / Konsultan Pengawas dapat menentukan jarak-jarak yang lebih pendek bilamana pada tempat tertentu dipandang penting sehubungan dengan kekuatan, defleksi duct yang memungkinkan terjadinya kebocoran pada sambungan-sambungan dan lain-lainnya. Uk. Terpanjang Duct (mm) 250 s/d 300 325 s/d 750 775 s/d 1350 1375 s/d 2100 2100 keatas
Dia. Penggantung (mm) 6 6 8 10 12
Trapeze besi siku (mm) 30x30x3 30x30x3 40x40x3 50x50x5 50x50x5
Jarak (m) 1 1.5 1.5 1.75 1.72
Catatan : Penggantungan ducting memakai Long Screw Type
Belokan ( Elbow ) - Belokan harus merupakan bagian terpisah dan dihubungkan dengan duct (cerobong udara) dengan menggunakan sambungan flens. Elbow (belokan) harus merupakan long radius yang dilengkapi dengan guide vanes (sudut pengarah) didalamnya. - Belokan harus dibuat dengan rasio (r/d) = 1,5. Jika kondisi lapangan tidak memungkinkan, belokan boleh dibuat dengan konstruksi belokan patah dan harus dilengkapi dengan sudu pengarah dengan persetujuan Pemberi Tugas dan Konsultan Manajemen Konstruksi. - Jika terjadi perubahan arah (run) dan ukuran harus mendapat persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi/ perancang.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 162
- Elbow, dibuat sesuai gambar spesifikasi atau gambar detail. - Semua elbow harus diberi type full radius elbow, jari-jari dalam (R t) sama dengan lebar duct. Untuk keadaan dimana harus menggunakan short radius elbow (R t lebih kecil dari lebar duct) harus memakai turning vanes.
Percabangan - Percabangan (take off) harus memakai spliter damper yang dapat diatur dan dikunci pada kedudukannya sesuai dengan gambar perencanaan. - Konstruksi bagian splitter damper harus sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kebocoran ditempat penembusan engsel, Diffuser harus dilengkapi dengan damper yang dapat disetel sedemikian rupa sehingga dapat bekerja dengan baik. - Percabangan harus dibuat sesuai dengan gambar perencanaan dan dilengkapi dengan splitter damper yang dapat diatur dan dikunci. Konstruksi bagian splitter damper harus sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kebocoran ditempat penembusan engsel. Sambungan Lentur - Sambungan lentur harus dibuat sesuai dengan BS.476, tahan terhadap tarikan fan, getaran fan dan harus kedap udara. - Jarak antara 2 (dua) ujung yang disambung dengan sambungan flexible adalah 15 cm, dan tidak menimbulkan kebocoran pada sambungan. - Bahan sambungan lentur yang digunakan adalah jenis Double sheet cloth (canvas / terpal) atau Deklit tebal minimum 0,65 mm Perekat Cerobong udara harus diberi perekat dari jenis fire resistance duct sealer untuk mendapatkan saluran udara yang kedap terhadap kebocoran. Sudut Pengarah harus dari jenis double wall vanes dengan bahan dari galvanized steel atau alluminium dan dibuat secara shop fabricated. Splitter damper harus BJLS 100 dengan self locking operating assy (threaded swivel assy on threaded steel road). Sambungan batang dengan pelatnya harus dengan universal joint. Jika cerobong udara (ducting) melalui rintangan dan tidak dapat dihindari, Kontraktor wajib membuat taper, offset atau stream linier, tergantung keadaan setempat yang dibuat sesuai spesifikasi Ducting tahan api - Duct untuk pekerjaan yang berhubungan dengan control fire, smoke (stairwell pressurization, smoke duct, ducting yang melewati fire wall) harus tahan terhadap api (fire rating) selama 2 jam. - Konstruksi duct dari material baja seng (BJLS 140-tebal 1.37 mm) dengan sambungan las menerus untuk sambungan memanjang dan sambungan melintang. Duct dilapisi dengan calcium silicate board density 500kg/m3, tebal 25 mm, thermal resistance 0.24 m2 K/W dan heat transition coefficient „K‟ 2.5 W m2/K. Kontraktor diharuskan menseleksi ulang ketebalan isolasi dengan supplier. - Sambungan duct ke fan tidak dibenarkan memakai kanvas flexible joint. - Disetiap lekukan Duct keatas harus dipasang penangkap minyak (khusus untuk kitchen) dan manhole untuk pembersihan. Cerobong udara (ducting) yang tidak tertutup oleh dinding, langit-langit (diluar bangunan, di dalam koridor, di ruangan yang tanpa plafond) harus dibuat dari aluminium sheet dan diberi penguat (bracing) yang baik, dan ditumpu/ digantung pada konstruksi bangunan secara kokoh. Pembersihan Saluran Udara Pembersihan saluran udara harus dilakukan sebelum outlet terminal dipasang dan sebelum ceiling serta karpet pada pekerjaan finishing dipasang, dan sebelum fan dijalankan, saluran udara harus dibersihkan dari
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 163
segala kotoran yang melekat, debu, lemak, bekas-bekas pengerjaan dan segala jenis kotoran lainnya. Penutupan Saluran Udara Saat Pengerjaan Selama pekerjaan berlangsung, saluran yang telah selesai dikerjakan harus ditutup rapat dengan pelat baja untuk menghindari kotoran masuk kedalam saluran, dan bila ditemukan kotoran yang mengganggu maka saluran udara harus dibongkar untuk dibersihkan dan bila memungkinkan dapat dipasang kembali. Damper - Kontraktor harus memasang volume damper pada cabang-cabang utama dari sistem duct untuk membalans sistem distribusi udara. - Pemasangan Louvers Volume Dampers - Louvers volume damper dipasang pada pencabangan saluran udara utama, pencabangan pada plenum atau lainnya sesuai dengan indikasi pada gambar. Louvers damper harus Factory Fabricated. - Splitters damper dipasang pada setiap pencabangan untuk saluran udara supply/return/exhaust Splitter damper harus dari BJLS 100-k dengan self locking operating assy (threaded swivel assy on threaded steel road) dengan universsal joint untuk sambungan batang dengan plat. - Fire dampers dipasang sesuai dengan indikasi pada gambar dan sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang berlaku. Fire damper dipakai pada pipa-pipa/ ducting yang keluar dari ruang server, jika terjadi kebakaran, maka fire damper akan menutup. Instalasi harus sesuai dengan standard National Board of Fire Underwriters describes (NBFU) 90 A. Brosur lengkap dari damper-damper tersebut harus disertakan dalam penawaran. Kontraktor harus memasang fire damper yang terbuat dari steel plate tebal minimum 20 US gauge dan harus dapat bergerak bebas pada porosnya yang dipasang pada rangka khusus (besi siku), fire damper harus dilengkapi dengan fusible link yang dalam keadaan normal akan menjaga damper tersebut tetap terbuka tetapi akan menyebabkan tertutup apabila ada aliran udara panas (dari kebakaran).
Grille, register, diffuser - Kontraktor harus menyediakan dan memasang grilles sesuai dengan ukuran, spesifikasi dan gambar dokumen. - Komponen yang dipasang harus sesuai dengan gambar dan spesifikasi teknik. Sedang penempatannya yang tepat harus sesuai dengan gambar rencana. - Diffuser, grille dan register harus terbuat dari bahan aluminium anodized profile dan ex. Lokal. Pemasangan diffuser/grille ke platfond harus memakai rubber sponge tebal 6 mm. - Warna untuk diffuser, grille, dan register di anodized dengan warna akan ditentukan kemudian oleh Arsitek Direksi. - Supply register adalah horizontal bar grille yang dapat diatur laju aliran udaranya oleh volume damper. - Grill sama seperti supply register dalam konstruksinya, tanpa memakai volume damper. - Damper dari difusser adalah galvanized iron sheet BJLS 80 type : “Opposed blade damper ” finishing dicat hitam. Kontruksi harus cukup kaku dan tidak bergetar karena aliran udara, serta dapat dikunci pada kedudukan yang dikehendaki. - Tidak dibenarkan memakai baut pada permukaan dari diffuser / grille / register. - Slot diffuser terdiri dari tipe 1,2,3 atau 4 slot dengan material adalah aluminium anodized dengan warna yang akan ditentukan oleh arsitek / interior.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 164
- Slot harus mempunyai pengaruh aliran (deflector) yang baik dalam konstruksinya sehingga fungsi deflector betul-betul membentuk pola aliran yang memenuhi standartnya dan tidak berubah posisi karena aliran udara. - Bentuk dan ukuran exhaust air grille harus sesuai dengan gambar perencanaan dan spesifikasi teknis. - Exhaust air grille harus terbuat dari bahan aluminium yang dicat powder coating dan dilengkapi dengan kotak, rangka, sponge rubber gasket untuk mencegah kebocoran, jenis adjustable double deflection yang dilengkapi dengan volume damper dari jenis group operated, opposed blade adjustable type yang diatur dengan kunci melalui sisi muka. - Semua unit yang dipakai harus ditest terlebih dahulu di Pabrik Pembuatnya sesuai dengan ADC standard 1062 R Air Diffusing Equipment Test Code. Noise criteria level maksimum (NC) 40 dB. - Semua grilles harus dicat dasar (Prime Coating) serta dicat sesuai dengan spesifikasi pengecatan bahan tersebut. Warna cat finish ditentukan kemudian. Sebelum dilakukan pemasangan, contoh-contoh peralatan yang akan dipasang harus diperlihatkan kepada Pengawas / Perencana atau pihak lain yang ditunjuk untuk mendapatkan persetujuan. Hanya grilles yang sesuai dengan contoh yang akan disetujui dan diperkenankan untuk dipasang. - Semua grilles harus mempunyai rangka plesteran (plester frame) agar dapat dipasang rata dan. Untuk memperlancar pelaksanaan Kontraktor harus menyertakan brosur secara lengkap mengenai peralatan tersebut. - Semua grilles dan register harus terpasang rapat dan diberi penyekat atau gasket agar tidak terjadi kebocoran. - Semua Adjustable Volume Damper yang terpasang pada diffuser, grilles dan register harus dapat diatur. - Semua supply dan return/exhaust grilles yang terpasang pada plesteran harus mempunyai rangka plesteran (plester frames) agar dapat dipasang rata dengan plesteran. Rangka tersebut harus dibuat oleh Kontraktor, pengerjaannya harus bersamaan dengan pengerjaan plesteran.
Plenum duct - Plenum duct sesuai dengan dimensinya harus menggunakan material sesuai dengan ketentuan tersebut diatas. - Seluruh isi plenum harus diperkuat dengan besi siku 40x40x3 dan kalau perlu memakai bracing pada sisi yang paling panjang. - Diberi isolasi fibre glass density 24 kg/m3 pada bagian dalam keduanya dilapisi aluminium foil double sided atau dapat juga diisolasi dengan elastomerik rubber sheet dengan ketebalan 12,4 mm.
4.
Louvers a. Louvers harus terbuat dari bahan aluminium dan besi galvanis yang di cat anti karat dan dilengkapi dengan rangka dan birds screen. b. Efektif luas permukaan minimum harus 80 % dari total luas cerobong udara. c. Sisi-sisi ujung dari louvers yang dipasang pada dinding luar harus dilengkapi dengan penahan air hujan sehingga tidak akan terjadi percikan air hujan yang masuk / mengalir kedalam saluran udara.
5.
Isolasi a. Lingkup Pekerjaan Lingkup pekerjaan untuk isolasi ini adalah pengadaan dan pemasangan isolasi untuk pipa, ducting dan peralatan yang ditentukan, lengkap dengan material lainnya yang menunjang bagi keperluan isolasi ini.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 165
b. Material Isolasi luar (ducting)
Fibre glass tebal 25 mm atau 50 (roof), Density 32 kg / m 2, thermal cond. 0,032 w/m0K
Isolasi dalam (ducting / plenum)
Fibre glass, tebal 25 mm, Density 48 kg / m 3, thermal cond. 0,032 w/m 0K
Isolasi pipa chiller
Styrophore, density 27 kg/m 3
Pipa condensate drain
Elastometric rubber, density 40 – 53 kg/m3, thermal cond. 0,033 w/m 0K.
Isolasi peralatan & alat bantu pipa
Elastometric rubber, density 40 – 53 kg/m3, thermal cond. 0,033 w/m 0K.
Aluminium Foil Double Sided reinforced.
Adhesive tape Adhesive aluminium foil
c. Isolasi luar Ducting supply dan return yang berada dibawah roof (atap) diisolasi dengan ketebalan 50 mm Ducting supply dan return yang tidak berada dibawah roof (atap) diisolasi dengan ketebalan 25 mm Ducting yang aliran udaranya bersuhu sama dengan udara sekitarnya tidak perlu diisolasi. Ducting yang berhubungan dengan udara luar diisolasi dengan ketebalan 50 mm. Cara melekatkan isolasi dengan memakai adhesive klip dan tidak dibenarkan memakai tali plastik. Sambungan antara dengan overlap 75 mm Selanjutnya dibalut dengan aluminium foil dengan sambungan antara overlap 75 mm Semua sambungan aluminium foil menggunakan aluminium foil adhesive tape sehingga betul-betul kedap udara. d. Isolasi dalam (duct dan plenum) Isolasi dalam untuk duct plenum supply maupun return adalah dimaksudkan untuk menurunkan noise level yang ditimbulkan oleh peralatan, duct, fitting, dsb sehingga NC ruang yang dikehendaki. Ukuran ducting dan plenum yang ditunjukkan dalam gambar adalah ukuran lubang laluan udara setelah diisolasi dalam. Isolasi dalam dari ducting adalah fibre glass tebal 25 mm seperti yang ditunjukkan dalam gambar dan dari jenis yang khusus untuk isolasi dalam dimana salah satu sisi lapis dengan black neoprene compound dan dilapisi dengan glass cloth fire resistant. Isolasi dalam dari plenum sama seperti dengan isolasi dalam dari ducting. e. Isolasi pipa Pipa yang diisolasi adalah pipa chilled water supply, chilled water return, pipa refrigerant AC split dan pipa condensate. Ketebalan isolasi pipa chilled water supply / return di luar ruangan adalah : - Diameter 12 s/d 20 mm - Diameter 25 s/d 50 mm RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
: tebal 25 mm : tebal 30 mm D - 166
- Diameter 65 s/d 200 mm - Diameter 250 keatas
f.
: tebal 45 mm : tebal 60 mm
Ketebalan isolasi pipa chilled water supply/return di dalam ruangan adalah : - Diameter 12 s/d 20 mm : tebal 25 mm - Diameter 25 s/d 50 mm : tebal 40 mm - Diameter 65 s/d 200 mm : tebal 50 mm - Diameter 250 keatas : tebal 60 mm Kontraktor diwajibkan untuk men-check ketebalan isolasi pipa dengan supplier isolasi. Untuk pipa yang berhubungan dengan udara terbuka dan terkena hujan, isolasi memakai Jacketing bahan aluminium sheet tebal 0,6 mm. Cara melekatkan isolasi ke pipa memakai perekat yang dianjurkan pabrik pembuat isolasi, demikian juga dengan sambungan antara. Pada setiap gantungan pipa, harus memakai wooden block berbentuk lingkaran penuh dari kayu mahoni selebar 50 mm dan setebal sama dengan isolasi. Ukuran diameter dalam kayu tepat sama dengan diameter luar pipa. Sambungan antara kayu dan isolasi harus rapat dan memakai perekat. Selanjutnya pada sambungan tersebut dibalut dengan adhesive aluminium foil tape selebar 100 mm. Isolasi alat Bantu pipa - Isolasi Accessories Semua accessories pipa chilled water supply dan return seperti valve, strainer dan lain-lain sejenisnya diisolasi dengan elatoneric rubber. Cara pengisolasian dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak merusak isolasi bila peralatna tersebut perlu untuk diperbaiki. - Isolasi Peralatan Peralatan-peralatan yang berhubungan dengan chilled water system seperti pompa expantion tank, air eliminator diisolasi dengan elatoneric rubber. Cara pengisolasian dilakukan sedemikian rupa sehingga bila ada perbaikan dari peralatan tersebut isolasi mudah dibuka tanpa menimbulkan kerusakan pada isolasi.
Roof Thermal Insulation Bagian Roof harus dibersihkan dahulu dari segala jenis kotoran sebelum dilakukan pemasangan roof thermal insulation. Spindle pin dipasang dengan menggunakan perekat sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya. Setelah itu baru dipasang roof thermal insulation. Kemudian dipasang aluminium foil dan/ atau glass cloth serta diakhiri dengan pemasangan wire mesh. Roof thermal insulation harus dipasang di bawah plat lantai atap yang kearah dalam bangunan. Roof thermal insulation harus terdiri atas : thermal insulation, spindle pin, wire mesh stainless steel, aluminium foil, dan peralatan pendukung lainnya. Bahan Thermal Insullation Bahan isolasi ialah glass wool dengan koefisien perpindahan panas maksimum 0,23 Btu/hr pada 75 oF sesuai dengan spesifikasi ASTM 166 dan harus tahan api. Aluminium Foil Aluminium foil yang dipasang pada instalasi cerobong udara adalah sbb: - Material Alluminium foil adhesive Kraft paper Fire retardant adhesive Fibreglass reinforcement. - Type : Double sided fire retardant
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 167
- Specific Weight : 410 g/m2 - Reflectifity : 0.95
6.
Pemipaan Refrigerant & Drainase a. Persyaratan Pemipaan Refrigerant 1. Pipa refrigerant haruslah de-oxidized phosphorous seamless copper pipe with High pressure ressistance Type ASTM B280 REV A Standard Specification for Seamless Copper Tube for Air Conditioning and Refrigeration Field Service sesuai dengan standard JIS H300 - C1220T, dengan ketebalan diameter pipa sesuai dengan standard rekomendasi dari pabrik. 2. Harus mengikuti 'Safety Code for Mechanical Refrijeration ASA-B9.1-1965' dan Code for Refrigerantt Piping ASA-B3.5-1962. 3. Baik bagian suction maupun gas haruslah diinsulasi dengan insulasi yang sesuai dengan rekomendasi ketebalan insulasi dari pabrik menyesuaikan dengan tingkat kelembaban udara pada lokasi unit terpasang sehingga tidak menimbulkan terjadi kondensasi. 4. Seluruh koneksi shut off valve di dalam outdoor unit haruslah di brazed untuk mencegahkebocoran refrigerant. Peralatan kerja untuk instalasi refrigerasi system haruslah dipakai. 5. Dry Nitrogen harus dialirkan kedalam system pemipaan selama dilakukan brazing sehingga tidak terbentuk karbon didalam pipa yang nantinya dapat menimbulkan kotoran yang dapat menyebabkab buntu system dan dapat merusak compressor. 6. Insulasi pipa refrigerant yang dipakai adalah type EPDM ( Ethylene Propylene Dyene Monomer ) Closed Cell Elastromeric Class “ 1 “ , ASZTM E84 dengan fire rated Class “O” dengan ketebalan minimal 19 - 25 mm untuk Suction lines dan 10mm untuk Liquid lines( Menyesuaikan dengan ukuran diameter pipa refrigerant )
7. Suction Line Harus dibuat dengan Total Pressure Drop maksimum 3 psi (setara dengan perubahan temperatur sebanyak 2 o). Harus memiliki kecepatan aliran yang cukup untuk menghantar kan oli ke Comppresor. Harus diisolasi dengan lapisan isolasi yang khusus untuk pipa Refrigerant. Harus dilapisi dengan Vapor Barrier dari bahan Aluminium Foil, untuk pemipaan yang langsung terkena sinar matahari.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 168
Harus dibuat Suction Line Loop untuk Evaporator yang lokasinya lebih tinggi dari Compressor.
8. Liquid Line Harus dibuat dengan Total Pressure Drop antara 3 sampai 6 psi (setaraf dengan perubahan temperatur 1 - 2o). Refrigerant harus pada tingkat keadaan Sub Cooling pada saat mencapai 'Refrigerantt Control Device'. Sub-Cooling harus diperhitungkan untuk dapat mengatasi Friction Loss pada pipa dan Vertical Rise. Liquid Line yang berada di luar gedung, atau yang terkena sinar matahari langsung harus diisolasi seperti Suction Line. 9. Apabila terdapat ketidak sesuaian antara Gambar Perencanaan dengan peraturan/Rekomendasi dari Manufacturer, maka Kontraktor harus melaporkan kepada Direksi untuk mendapatkan penyelesaian.
b.
Persyaratan Pemasangan Pipa Refrigerant 1. Sambungan Harus dengan Branzed Joints with Sweat Fitting. Harus menggunakan Forged / Extruded Copper Fitting sesuai dengan standard ASA-B.16.181963. Harus dengan proses Hard Solder. Filter Material dengan 'Silver Base Alloy' Melting for 1000 0F. Sambungan ke peralatan di sesuaikan dengan outlet dari peralatan tersebut. Proses soldering/brazing harus dilakukan dengan mengalirkan gas Dry Nitrogen pada bagian dalam pipa, untuk menghindari penumpukan jelaga dan kerak pada bagian permukaan dalam pipa sambungan / fitting / elbow. Belokan-belokan harus menggunakan elbow, tidak diizinkan membengkokan pipa untuk membuat belokan. Pemasangan isolasi baru boleh dilakukan setelah pipa ditest. Pressure Test dan Leaking Test untuk semua sambungan dan Jalur pipa dilakukan dengan tekanan gas N2 (Nitrogen) selama 2 x 24 Jam dengan tekanan minimal 600Psi Setelah dilakukan Pressure dan Leaking test, dilakukan FLUSHING dengan N2 untuk membersihkan bagian dalam pipa dari berbagai material yang tidak diinginkan dalam proses aliran gas Refrigerant tipe R410a. Pipa harus benar-benar lurus dan diikat dengan klem kedudukan pipa. 2. Persyaratan Pemasangan Isolasi Pipa Refrigerant Finishing isolasi pipa refrigerant baru boleh dilakukan setelah melaluit test tekan dengan menggunakan Dry Nitrogen. Untuk proses test kebocoran harus melalui beberapa tahap/ step di bawah; - Step 1 Test Tekan pada pipa instalasi terpasang, pada tekanan 500 Psi (minimal 1x24 jam) - Step 2 Test Tekan pada pipa instalasi terpasang yang terkoneksi dengan indoor unit, pada tekanan 250 Psi (minimal 1x 24 jam). 3. Pipa harus benar-benar lurus dan diikat dengan klem kedudukan pipa dengan jarak maksimal antar dudukan suport adalah 1.5 m
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 169
c.
Persyaratan Pemasangan Isolasi Pipa Refrigerant 1. Isolasi haruslah dari jenis EPDM dan mempunyai ketebalan isolasi sesuai persyaratan standard dari pihak pabrikan
2. Isolasi harus dipasang dengan cara memasukkan pipa ke lubang yang telah tersedia tanpa merobek isolasi tersebut. 3. Apabila terjadi robekan pada isolasi, maka harus dirapatkan kembali dengan menggunakan lem karet seperti Castrol, Aica Aibon atau sejenisnya. 4. Bila robekan lebih panjang dari 40 cm, maka isolasi tersebut harus diganti. 5. Setelah isolasi terpasang, untuk pemipaan yang terkena sinar matahari langsung, harus dibungkus dengan Aluminium Foil dan di beri jacketing duct untuk mencegah isolasi rusak karena terpapar air hujan dan panas matahari. 6. Sisi-sisi Aluminium foil tersebut harus direkat dengan Foil Tape sehingga benar-benar rapat. 7. Pada bagian-bagian yang akan diklem atau ditumpu harus dilindungi dengan pelat BjLS 100 yang dilekuk sesuai dengan bentuk isolasi.
d.
Persyaratan Pemasangan Pipa Drainase 1. Pipa drainase menggunakan standards PVC 10 Kg/cm2 2. Harus dipasang dengan kemiringan minimum 1% 3. Pipa harus diisolasi dengan lapisan isolasi / thermal insulation dengan ketebalan minimum adalah 9 mm
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 170
4. Ukuran pipa minimum 1inch dari indoor unit dan instalasi dengan pipa main kondensat dengan diameter yang lebih besar sampai ke pembuangan akhir. 5. Pipa harus benar-benar lurus dan diikat dengan klem kedudukan pipa dengan jarak maksimal antar dudukan atrau support adalah 1.2 m
7.
Pembersihan Instalasi dan peralatan lainnya harus dibersihkan dari segala kotoran, debu, lemak dan lain-lain sebelum system dijalankan.
8.
Identifikasi Peralatan a. Kontraktor harus memberi identifikasi pada semua peralatan dengan menggunakan cat. b. Kontraktor harus mengajukan rencana pengidentifikasian peralatan kepada Pemberi Tugas dan Konsultan Manajemen Konstruksi untuk disetujui.
16.9. Testing & Commissioning 1. Pengujian harus disaksikan oleh DireksiI, Perencana serta wakil Pemberi Tugas. 2. Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sebelum dilakukan, Kontraktor harus mengajukan prosedur pengujian kepada Direksi 3. Start-up Unit Mesin Air Conditioning hanya boleh dilakukan oleh Akhli dari Perwakilan merk tersebut di Indonesia. 4. Pelaksanaan testing, adjusting dan balancing untuk seluruh system tata udara dan ventilasi mekanis sehingga didapatkan besaran-besaran pengukuran yang sesuai seperti terlihat dalam gambar-gambar rencana sehingga system betul-betul dapat berfungsi dengan baik dan sesuai dengan rencana. 5. Pelaksanaan TAB (Testing Adjusting dan Balancing) secara mendasar maksimal harus mengikuti standard/atau petunjuk yang berlaku secara umum seperti standard ASHRAE dan SMACNA dengan menggunakan peralatan-peralatan ukur yang memenuhi untuk pelaksanaan TAB tersebut. 6. Pemborong harus menentukan jadwal dan cara pengujian yang akan dilakukan 2 (dua) minggu sebelum pelaksanaan pengujian, Pemborong menyerahkan jadwal dan cara pengujian tersebut kepada Pengawas untuk disetujui. Seluruh biaya pengujian ditanggung oleh Pemborong. 7. Pemborong harus menyerahkan laporan pengujian / sertifikat test untuk peralatan sistem kepada Pengawas. 8. Pekerjaan akan dinyatakan selesai bila seluruh pengujian berhasil baik dan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas dan Pemilik. 9. Lingkup pengujian sistem tata udara adalah testing, adjusting dan balancing untuk seluruh sistem, dan ventilasi mekanis sehingga didapat besaran pengukuran yang sesuai seperti dalam gambar perencanaan sehingga sistem dapat berfungsi dengan baik dan sesuai dengan rencana. 10. Kontraktor yang melakukan pekerjaan instalasi tata udara harus melakukan semua testing dan pengukuran-pengukuran yang dianggap perlu untuk memriksa / mengetahui apakah seluruh instalasi telah dapat berfungsi / bekerja dengan baik dan memenuhi persyaratan. 11. Minimal peralatan ukur seperti dibawah ini harus dimiliki oleh Kontraktor yang bersangkutan antara lain : 1. Alat-alat dan segala keperluan untuk pengujian harus disediakan oleh dan atas biaya Kontraktor. 2. Alat-alat khusus untuk pengujian sistem Air Conditioning yang sedikitnya harusdisediakan Kontraktor untuk pengujian adalah : a. Anemometer Humidifier Meter b. Thermometer Gun RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 171
c. d. e. f. g. h.
12.
Sound Level Meter Thermo Hygrograph Sling Psikrometer Portable Measuring Station Portable Hotwire Anemometer Peralatan ukur lainnya yang harus dipasang pada sistem pemipaan, saluran udara dan tempat lainnya sesuai dengan rencana pengujian yang diajukan oleh Kontraktor dan telah disetujui. Adapun pengujian sistem baru dilaksanakan setelah sistem bekerja dengan baik selama 3 x 24 jam, serta minimal peralatan ukur seperti dibawah ini harus dimiliki oleh Kontraktor yang bersangkutan antara lain :yaitu antara lain :
a) Pengukuran laju aliran udara 1. Dilakukan setelah semua unit dihubungkan dengan sistem saluran udara dan seluruh komponen dalam saluran telah selesai dipasang. 2. Pekerjaan yang harus dilakukan : a. Mengatur jumlah aliran udara yang dibutuhkan oleh setiap ruangan sesuai dengan yang tertera pada gambar. b. Mengatur splitter damper dan volume damper sehingga jumlah udara yang mengalir ke setiap ruangan sesuai dengan kebutuhan ruangan tersebut. 3. Balancing dinyatakan selesai bila aliran air telah sesuai dengan kebutuhan mesin Air Conditioning dengan ketelitian pengaturan +10% atau - 5%.
b) Pengujian Kriteria Kebisingan (Noise Criteria), 1.
2. 3.
Pengukuran dilakukan terhadap Tingkat Tekanan Suara dalam satuan ukuran atau skala 'weighing' decible (dB CA) pada berbagai pita frekuensi sehingga dapat dibuat kurva Noise Criteria. Hasil pengukuran harus dilaporkan dalam bentuk hasil pengukuran dan diplot pada NC chart. Apabila NC melebihi angka-angka perancangan seperti pada pasal terdahulu, maka Kontraktor harus menambahkan beberapa peredam suara pada saluran udara, misalnya duct acoustic lining.
c) Pengukuran temperatur udara / air
Sling psychrometic Thermometer
d) Pengukuran putaran (rpm)
Tachometer atau sejenisnya.
e) Pengukuran Listrik
Voltmeter Amperemeter/ampertang
f) Pengujian dan pengukuran tekanan barometer / preasure gauge g) Pengujian dan pengukuran laju aliran ( portable field flow meter ) h) Pengujian Sistem Perpipaan
Dilakukan dengan metoda Tes Tekanan dengan Dry Nitrogen sesuai dengan ketentuan sesuai dengan ketentuan dan persyaratan teknis. Tekanan pengujian untuk pipa Refrigrent adalah 600 psi. Tekanan pengujian meneyesuaikan dengan standarisasi pengetesan dari pihak pabrikan / principal Bila selama 2X24 jam tidak terjadi penurunan tekanan, maka pengujian dinyatakan selesai. Bila terjadi penurunan, Kontraktor harus memperbaiki kerusakan tersebut dan pengujian harus diulangi dari awal.
i) Balancing Saluran Udara / Ducting
Pengatur spliter dan volume damper untuk mendapatkan jumlah aliran sesuai dengan yang dipersyaratkan. Mengukur jumlah aliran udara pada setiap lubang keluar udara.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 172
Balancing udara dinyatakan selesai bila jumlah udara telah disesuaikan dengan yang dipersyaratkan.
j) Balancing Aliran Air
Mengatur balancing valve sehingga jumlah air yang mengalir ke setiap mesin Air Conditioning sesuai dengan kebutuhan mesin tersebut. Pekerjaan dinyatakan selesai bila jumlah air yang telah disesuaikan dengan kebutuhan mesin-mesin AC/AHU/FCU.
k) Pengujian Kriteria Kebisingan (Noise Criteria) Pengukuran dilakukan terhadap Tingkat Tekanan Suara dalam satuan ukuran atau skala 'weighing' decible (dB CA) pada berbagai pita frekuensi sehingga dapat dibuat kurva Noise Criteria. Hasil pengukuran harus dilaporkan dalam bentuk hasil pengukuran dan diplot pada NC chart. Apabila NC melebihi angka-angka perancangan seperti pada pasal terdahulu, maka Kontraktor harus menambahkan beberapa peredam suara pada saluran udara, misalnya duct acoustic lining. l) Penyetelan Dan Pengujian Operasi Sistem Kontrol,
Setelah sistem dioperasikan, dengan disaksikan DIREKSI, Kontraktor harus memeriksa seluruh wiring hook-up dari seluruh peralatan kontrol dan melakukan dummy test untuk memeriksa gerakan-gerakan, response dan kehalusan kerja sistem tersebut. Hal-hal yang harus diset dan dilakukan pengaturan (set and adjustment) adalah set point dan throttling range dari setiap peralatan sehingga tidak terjadi kegagalan operasi/kerja akibat perbedaan throttling range antara setiap peralatan.
m) Pengujian Operasi Sistem, Pengujian ini dilakukan setelah seluruh peralatan atau sistem diuji dan dibersihkan, dan telah menjalani 'trial-run' selama 3x24 jam. Pengujian ini dimaksudkan untuk sekaligus menguji kemampuan sistem dengan dioperasikan secara terus menerus selama 3x24 jam. Pada saat pengujian ini Kontraktor harus melakukan bersama Direksi dan atas petunjuk Direksi, hal-hal berikut : a. Mengamati seluruh sistem pemipaan. b. Mengamati seluruh sistem saluran udara. c. Mengamati kerja sistem kontrol. d. Mengamati kerja peralatan Indoor dan Outdoor Unit dalam sistem Air Conditioning. e. Memperbaiki segala hal yang masih belum beroperasi dengan semestinya dan bila terdapat getaran atau noise yang berlebihan. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk testing tersebut merupakan tanggung jawab kontraktor. Termasuk peralatan khusus yang dibutuhkan untuk melakukan testing dari seluruh sistem ini, seperti dianjurkan oleh pabrik, harus disediakan kontraktor. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 3 ( tiga ) mengenai hal – hal sebagai berikut : a. Hasil pengetesan perpipaan b. Hasil pengetesan saluran udara. c. Hasil pengetesan balancing aliran udara. d. Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dan instalasi e. Hasil pengukuran – pengukuran dan lain - lain f. Semua pengetesan dan atau pengukuran ter sebut harus disaksikan oleh Konsultan.
13.
14.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 173
g. Menggunakan formulir-formulir yang dicantumkan dalam buku 'SMACNA, Testing
15.
and Balancing of Air Conditioning System' dan/atau buku 'NEBB', National Engineering Balancing Bureau. h. Segala kebutuhan untuk hal tersebut diatas menjadi tanggung jawab Kontraktor yang bersangkutan baik dalam segi pengadaan buku asli, hasil fotokopi formulir dan pengisiannya sehingga merupakan hasil pengujian yang baik. Laporan Pengujian a. Menggunakan formulir-formulir yang dicantumkan dalam buku 'SMACNA, Testing and Balancing of Air Conditioning System' dan/atau buku 'NEBB', National Engineering Balancing Bureau. b. Segala kebutuhan untuk hal tersebut diatas menjadi tanggung jawab Kontraktor yang bersangkutan baik dalam segi pengadaan buku asli, hasil fotokopi formulir dan pengisiannya sehingga merupakan hasil pengujian yang baik. c. Pemberian Tanda-Tanda Penyetelan (Marking), d. Setelah seluruh sistem bekerja dengan baik, lancar dan sesuai dengan fungsinya Kontraktor harus memberi tanda-tanda pada pressure gauge, thermometer, valve opening, flow meter, splitter damper, volume damper dan peralatan pengatur serta pengukur lainnya dengan cara-cara yang disetujui Direksi.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 174
Pasal 17 Lain-Lain
Segala peraturan yang tercantum dalam bestek ini dan gambar-gambar serta risalah Aanwijzing merupakan lampiran dari kontrak yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan satu kesatuan, untuk hal ini Kontraktor dianggap mengerti. 2) Tentang laporan Bill Of Quantity yang diberikan ini hanya ancar-ancar saja. Kontraktor harus tetap menghitung sendiri apabila dalam perhitungan perencanaan Bill Of Quantity dirasa kurang, maka Kontraktor pada saat pengambilan Berita Acara Rapat Penjelasan dapat mengajukan perubahan volume yang diberikan. Pemborong harus tetap menghitung sendiri apabila dalam Perhitungan Perencanaan Bill Of Quantity diperkirakan kurang, maka pemborong boleh merubah volume yang diberikan menambah atau mengurangi yang mengikat adalah gambar dan bestek. 3) Peraturan ini sebagai pedoman dari pelaksanaan pembangunan dan sebagai landasan kontrak. Dengan sendirinya hasilnya akan tergantung pada pelaksanaannya. 4) Hal - hal lain yang menyangkut pelaksanaan lapangan tetapi belum disebutkan dalam peraturan ini, akan ditentukan lebih lanjut oleh Direksi/Pengawas lapangan. 5) Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak digambarkan atau disebutkan dalam Spesifikasi ini, haru disediakan oleh Kontrator, sehingga Instalasi dapat bekerja dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan tanpa tambahan biaya. 6) Kontraktor harus memintakan Ijin-ijin yang mungkin diperlukan untuk menjalankan Instalasi yang dinyatakan dalam Spesifikasi ini atas tanggungan sendiri kepada Instansi berwenang yang terkait dengan pekerjaan ini (PLN, DEPNAKER dll). 7) Harus diperhatikan betul oleh Kontraktor segala pekerjaan angkutan bahan-bahan, puing-puing bekas pekerjaan dan pembersihan setelah bangunan selesai. 8) Bagian-bagian yang termasuk dalam pekerjaan ini, yang secara teknis tidak dapat dipisahkan / diabaikan / dihilangkan, tetapi belum disebutkan dalam bestek/gambar, tetap harus dilaksanakan Kontraktor tanpa biaya tambahan hingga sistem yang dilaksanakan tersebut berfungsi dengan baik. 9) Bila ada hal-hal yang tidak tercantum dalam gambar kerja dan RKS sehingga meragukan Kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan, maka Kontraktor harus menanyakan kepada MK / Direksi segera untuk mendapatkan penjelasan dan keputusan. 10) Kontraktor tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawab pelaksanaan apabila ada hal-hal yang oleh Kontraktor dianggap meragukan atau tidak jelas, baik dalam gambar maupun dalam RKS. 11) Apabila terdapat perbedaan spesifikasi bahan / material, maka yang dipakai adalah spesifikasi bahan / material yang tertinggi / terbaik menurut perencana. Oleh sebab itu Kontraktor diharuskan menginformasikan perbedaan ini kepada Perencana untuk dimintakan persetujuan sebelum kontrak kerja ditandatangani. Tidak ada tambahan biaya akibat perbedaan ini, apabila diketahui setelah kontrak ditandatangani. 12) Dalam pelaksanaan seluruh sistem harus berjalan dengan baik. Kelalaian Kontraktor yang mengakibatkan sistem tidak berjalan dengan baik sepenuhnya menjadi tanggungjawab Kontraktor. 1)
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 175
Pasal 18 Lampiran – Lampiran
1. Lampiran Skedul Material :
NO
1.
URAIAN PEKERJAAN Instalasi Penerangan &Tenaga : a) Transformator
SPESIFIKASI
b) Panel TM
c) Panel TR
d) Komponen Panel Automatic ClosedTransition Transfer Switch Circuit Breaker
Jenis Type Rangkaian Tegangan V Frekwensi Accessories Pemutus Break Switch) Type Insulated Teg. kerja Teg. Uji Teg. Uji Impuls Frekuensi
: Step Down : Oil ( ONAN ) : Dyn 5 : 20 KV/380-400 : 50 Hz : Fan : (Load
MERK
-
Trafindo Schneider B&D
-
Schneider Siemens LS
-
Simetri Movinco Giga Panel
: SF6-Total : 220-400 Volt : 3.000 Volt : 20 KV : 50 Hz.
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
- GE - Asco - Russel - Socomex
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
Alat Ukur & Indikator
e) Kapasitor Bank
Schneider Siemens LS Terasaki
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
H-Range
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
- Telemecanique - Omron - ABB - Schneider - Mikro D - 176
URAIAN PEKERJAAN
NO
f)
Kabel Instalasi
SPESIFIKASI
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
g) Pipa konduit
PVC High Impact ( HI )
h) Sepatu kabel
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
i)
Armatur Lampu
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
Tabung Lampu
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
Ballast
Leak proof
Starter
System rotary lock
Kapasitor
p.f. 0.95 ( kapasitas + 3.25 s/d 4.5 micro farad )
Fitting / Lamp. holder Emergency battery Soket / Outlet
j)
White plastic polycarbonate Sesuai spesifikasi teknis & gambar Sesuai spesifikasi teknis & gambar
k) Rak Kabel
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
1) UPS
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
MERK
- Alpivar - Supreme - Kabelmetal - Unitomo - Clipsal - EGA - Legrand - Wespex - GAE - 3M -
Artholite Phillips Saka Mentari Phillips Osram Phillips Osram Schwabe Phillips Osram Atco Phillips Osram Atco Cambridge Vosloh BJB Phillips Menvier ABB Legrand Panasonic Schneider Duta Listrik Interack Spectra Saka Socomec
D - 177
NO
2.
3.
4.
5.
6.
7.
URAIAN PEKERJAAN
SPESIFIKASI
MERK
-
Laplace Vektor Deutz
Sesuai spesifikasigambar
-
Carterpillar Perkins Stamford MAN
Instalasi Telepon a) PABX&telephone set
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
b) Kabel Instalasi
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
-
Panasonic NEC Siemens Supreme Belden Panduit Systemax
Instalasi Data / LAN a) Jaringan Inti
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
b) Kabel Instalasi
UTP Category 5e / 6
Instalasi Sound System a) Peralatan Utama
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
b) Kabel Instalasi
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
Instalasi MATV a) Peralatan Utama
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
b) Kabel Instalasi
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
Instalasi CCTV a) Peralatan Utama
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
Diesel Set Type
Generator
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
- Schneider - HP - Supreme - Belden - Panduit - AMP
-
Honeywell Bosch TOA Supreme Kabelmetal Unitomo
-
Ikusi Fagor DX Supreme Kabelmetal Unitomo
-
Bosch
D - 178
URAIAN PEKERJAAN
NO
SPESIFIKASI
MERK
-
8.
9.
10.
-
Gunebo Honetwell Hikvision Supreme Kabelmetal Unitomo
-
Honeywell GST Hozeki Protector Supreme Kabelmetal Unitomo
b) Kabel Instalasi
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
Instalasi Fire Alarm a) Peralatan Utama
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
b) Kabel Instalasi
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
Instalasi Nurse Call a) Peralatan Utama
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
b) Kabel Instalasi
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
Instalasi Tata Udara a) Peralatan Utama - AC
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
-
Daikin Hitachi Mc Quay Samsung
-
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
-
Onex KDK Nicotra Supreme Kabelmetal Unitomo TD/TDI Duct MG Duct Frist Duct
Fan
b) Kabel Instalasi
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
c) Ducting
Pre Insulated / Poly Uerethan
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
- Aiphone - Sedco - Tacera - Rauland - Carrecom - Supreme - Kabelmetal - Unitomo
D - 179
URAIAN PEKERJAAN
NO
11.
12.
SPESIFIKASI
MERK
BJLS
-
d) Pipa refigerant
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
e) Pipa drainage
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
f)
Sesuai spesifikasi teknis &gambar
- Kembla - Denji - Mueller - Crane - Vinilon - Wavin - Rucika - Armafalex - Thermaflex - Insulflex - AAF - ACS
Isolasi Pipa
LOKFOM
g) Filter
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
Instalasi Plambing a) Pompa
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
-
Grundfos Torishima Ebra
b) Pipa & Fitting
Pipa (PPR) Polypropylene
-
SD Wespex Vesbo
Pipa PVC Class AW
-
Vinilon Wavin Rucika
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
-
Fire Bank Morse Grundfos Torishima Clarke Engine Spindo Rajin PPI Bakrie Rise
Instalasi Hydrant & Sprinkler a) Pompa
b) Pipa
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
-
D - 180
NO
URAIAN PEKERJAAN
c) Valve
SPESIFIKASI
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
d) Kotak Hidrant, Sesuai spesifikasi teknis & gambar Pilar Hidrant dan Siemesse Conncetion 13.
14.
Instalasi Pneumatic Tube System Peralatan Utama
Instalasi Gas Medis a) Sentral Gas
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
Sesuai spesifikasi teknis & gambar : - O2 (Automatic Manifold)
MERK
- Yamataka - Kitz - Honeywell - Toyo - Vitoulic - Appron - Protector - Victaulic - Viking
- Aerocom - Airlog - Sumetzberger
- Amico - Tritech - Medimax
-
N2O (Manual Regulator)
- Amico - Harris - Tritech
-
Vacum
- Amico - Becker - Tritech
-
Compressed Air
- Amico - Hitachi - Orion - Unipro - Kembla - Denji - Gentec - Samsung - Dumed - C&U
b) Pipa & Fitting
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
c) Outlet Suction
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 181
NO
15.
16.
URAIAN PEKERJAAN
SPESIFIKASI
Instalasi Elevator a) Elevator
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
b) Kabel Instalasi
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
MERK
-
FUJI FE Kone Mitsubishi Schindler Supreme Kabelmetal Unitomo
-
Viking Kurn CPT Supreme Kabelmetal Unitomo
Instalasi Penangkal Petir
a) Head Electroda Early Streamer System (Spitzen) b) Kabel Instalasi
Sesuai spesifikasi teknis & gambar
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 182
2. Lampiran Check List Pekerjaan : a) Pekerjaan Instalasi Kabel – TM ... NAMA PERUSAHAAN ... ... KONTRAKTOR ...
CHECK LIST PEKERJAAN LISTRIK
Lokasi Nomor Jenis Pekerjaan Pek. Inst. Kabel - TM Tanggal No. Gambar Kerja Lampiran Sub Kont / Mandor Halaman NO URAIAN SIMAK KONDISI INSTRUKSI Baik
Kurang
PELAKSANA
1. Kondisi 2. Jenis / Type 3. Ukuran 4. Tahanan isolasi 5. Jalur Penempatan 6. Kerapian / Kelurusan 7. Tekukan (bending) 8. Pengikat kabel (cable ties) 9. Terminasi Dibuat oleh : Mengetahui / Menyetujui :`
/ TGL. PENYELESAIAN Rencana Aktual
Tanggal : Diperiksa bersama oleh : Pelaksana Lapangan
Pelaksana Pekerjaan Listrik
Site Manager langsung
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
/
Atasan
Site Manager langsung
/
Atasan
D - 183
b) Pekerjaan Pemasangan Panel DAFTAR SIMAK (CHECK LIST) PEKERJAAN LISTRIK
... NAMA PERUSAHAAN ... ... KONTRAKTOR ...
Lokasi Nomor Jenis Pekerjaan Pek. Pemas. Panel Tanggal No. Gambar Kerja Lampiran Sub Kont / Mandor Halaman / NO URAIAN SIMAK KONDISI INSTRUKSI TGL. PENYELESAIAN Baik Kurang PELAKSANA Rencana Aktual 1. Kondisi 2. Jenis / Type 3. Dimensi saluran kabel (cable trench) 4. Penempatan (layout) 5. Ruang yang tersedia didepan panel 6. Jenis / type komponen 7. Kapasitas komponen (rating Breaking capacity) 8. Sertifikat pengetesan 9. Sirkulasi udara 10. Keamanan dari bahaya air 11. Pembumian Panel - TM 12. Terminasi kabel pada Panel 13. Kuat penerangan didepan Panel 14. Kalibrasi alat ukur Dibuat oleh : Mengetahui / Menyetujui :` Tanggal : Diperiksa bersama oleh : Pelaksana Lapangan Pelaksana Pekerjaan Listrik
Site Manager langsung
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
/
Atasan
Site Manager / Atasan langsung
D - 184
c) Pekerjaan Pemasangan Transformator ... NAMA PERUSAHAAN ... ... KONTRAKTOR ...
DAFTAR SIMAK (CHECK LIST) PEKERJAAN LISTRIK
Lokasi Nomor Jenis Pekerjaan Pek. Pemasangan Trafo Tanggal No. Gambar Kerja Lampiran Sub Kont / Mandor Halaman / NO URAIAN SIMAK KONDISI INSTRUKSI TGL. PENYELESAIAN Baik Kurang PELAKSANA Rencana Aktual 1. Kondisi 2. Jenis / Type 3. Kapasitas 4. Kelengkapan Trafo 5. Penempatan (layout) 6. Sertifikat pengetesan 7. Sirkulasi udara ruang trafo 8. Keamanan dari bahaya air 9. Terminasi kabel TM di trafo 10. Terminasi kabel TR di trafo 11. Pembumian Trafo 12. Kuat penerangan didalam ruang trafo Dibuat oleh : Mengetahui / Menyetujui :` Tanggal : Diperiksa bersama oleh : Pelaksana Lapangan Pelaksana Pekerjaan Listrik
Site Manager / Atasan langsung
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
Site Manager / Atasan langsung
D - 185
d) Pekerjaan Instalasi Kabel ... NAMA PERUSAHAAN ... ... KONTRAKTOR ... Lokasi Jenis Pekerjaan
DAFTAR SIMAK (CHECK LIST) PEKERJAAN LISTRIK Nomor Tanggal
Pek. Inst. Kabel - TR
No. Gambar Kerja
Lampiran
Sub Kont / Mandor
Halaman
NO
URAIAN SIMAK
KONDISI Baik
1.
Kondisi
2.
Jenis / Type
3. 4. 5.
Ukuran Tahanan isolasi Jalur / Penempatan
6.
Kerapian / Kelurusan
Kurang
/ INSTRUKSI PELAKSANA
7. Pengikat kabel (cable ties) 8. Tekukan (bending) 9. Terminasi Dibuat oleh : Mengetahui / Menyetujui :`
TGL. PENYELESAIAN Rencana
Aktual
Tanggal : Diperiksa bersama oleh : Pelaksana Lapangan
Pelaksana Pekerjaan Listrik
Site Manager / Atasan langsung
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
Site Manager / Atasan langsung
D - 186
e) PekerjaanPemasangan Panel ... NAMA PERUSAHAAN ... ... KONTRAKTOR ...
DAFTAR SIMAK (CHECK LIST) PEKERJAAN LISTRIK
Lokasi Nomor Jenis Pekerjaan Pek. Pemas. Rak Kabel Tanggal No. Gambar Kerja Lampiran Sub Kont / Mandor Halaman / NO URAIAN SIMAK KONDISI INSTRUKSI TGL. PENYELESAIAN Baik Kurang PELAKSANA Rencana Aktual 1. Kondisi 2. Jenis / Type 3. Ukuran 4. Jalur / Penempatan 5. Elevasi 6. Konstruksi penyambungan 7. Diameter besi penggantung 8. Pemasangan penggantung ke beton. 9. Jarak penggantung 10. Konstruksi penyanggah 11. Kerapian / kelurusan 12. Pembumian Dibuat oleh : Mengetahui / Menyetujui :` Tanggal : Diperiksa bersama oleh : Pelaksana Lapangan Pelaksana Pekerjaan Listrik
Site Manager / Atasan langsung
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
Site Manager / Atasan langsung
D - 187
f)
Pekerjaan Pemasangan Pipa Konduit ... NAMA PERUSAHAAN ... ... KONTRAKTOR ...
DAFTAR SIMAK (CHECK LIST) PEKERJAAN LISTRIK
Lokasi
Nomor
Jenis Pekerjaan
Pek. Pemas. Konduit
No. Gambar Kerja Sub Kont / Mandor NO
Lampiran Halaman
URAIAN SIMAK
KONDISI Baik
1.
Kondisi
2. 3.
Jenis / Type Diameter dalam
4.
Jalur / Penempatan
5. 6.
Jalur / Klem Kerapian / Kelurusan
7.
Sambungan
8. 9.
Tekukan (bending) Kawat pancingan
Dibuat oleh :
Tanggal
Kurang
/ INSTRUKSI
PELAKSANA
Mengetahui / Menyetujui :`
TGL. PENYELESAIAN Rencana
Aktual
Tanggal : Diperiksa bersama oleh : Pelaksana Lapangan
Pelaksana Pekerjaan Listrik
Site Manager / Atasan langsung
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
Site Manager / Atasan langsung
D - 188
g) Pekerjaan Pemasangan Inbow Dos Untuk Soket Outlet ... NAMA PERUSAHAAN ... ... KONTRAKTOR ... Lokasi Jenis Pekerjaan
DAFTAR SIMAK (CHECK LIST) PEKERJAAN LISTRIK
Pek. Pemas. Inbow Dos Utk Saklar / kotak kontak
No. Gambar Kerja Sub Kont / Mandor NO URAIAN SIMAK
Nomor Tanggal
Lampiran Halaman KONDISI INSTRUKSI Baik Kurang PELAKSANA
Kondisi Jenis / Type Dimensi Letak / posisi termasuk ketinggian dari lantai 5. Kelurusan pemasangan Dibuat oleh : Mengetahui / Menyetujui :`
/ TGL. PENYELESAIAN Rencana Aktual
1. 2. 3. 4.
Tanggal : Diperiksa bersama oleh : Pelaksana Lapangan
Pelaksana Pekerjaan Listrik
Site Manager langsung
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
/
Atasan
Site Manager / Atasan langsung
D - 189
h) PekerjaanPemasangan Soket Outlet ... NAMA PERUSAHAAN ... ... KONTRAKTOR ... Lokasi Jenis Pekerjaan
DAFTAR SIMAK (CHECK LIST) PEKERJAAN LISTRIK
Pek. Pemas.Saklar, kotak kontak
No. Gambar Kerja Sub Kont / Mandor NO URAIAN SIMAK
Nomor Tanggal
Lampiran Halaman KONDISI INSTRUKSI Baik Kurang PELAKSANA
Kondisi Jenis / Type Dimensi Warna Letak / posisi Kelurusan pemasangan Terminasi Kontinuity test antara titik lampu dengan saklar Dibuat oleh : Mengetahui / Menyetujui :`
/ TGL. PENYELESAIAN Rencana Aktual
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pelaksana Pekerjaan Listrik
Site Manager / Atasan langsung
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
Tanggal : Diperiksa bersama oleh : Pelaksana Lapangan Site Manager / Atasan langsung
D - 190
i)
Pekerjaan Pemasangan Armatur Lampu ... NAMA PERUSAHAAN ... ... KONTRAKTOR ...
DAFTAR SIMAK (CHECK LIST) PEKERJAAN LISTRIK
Lokasi Nomor Jenis Pekerjaan Pek. Pemas. Lampu Tanggal No. Gambar Kerja Lampiran Sub Kont / Mandor Halaman / NO URAIAN SIMAK KONDISI INSTRUKSI TGL. PENYELESAIAN Baik Kurang PELAKSANA Rencana Aktual 1. Kondisi 2. Jenis / Type 3. Letak / posisi 4. Dimensi bukaan (opening) pada plafond 5. Terminasi 6. Kelurusan pemasangan Dibuat oleh : Mengetahui / Menyetujui :` Tanggal : Diperiksa bersama oleh : Pelaksana Lapangan Pelaksana Pekerjaan Listrik
Site Manager langsung
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
/
Atasan
Site Manager / Atasan langsung
D - 191
j)
Pekerjaan Pembumian / Pentanahan ( Grounding )
... NAMA PERUSAHAAN ... ... KONTRAKTOR ... Lokasi Jenis Pekerjaan
DAFTAR SIMAK (CHECK LIST) PEKERJAAN LISTRIK
Pek. Pembumian / pentanahan (grounding)
No. Gambar Kerja Sub Kont / Mandor NO URAIAN SIMAK
Nomor Tanggal
Lampiran Halaman KONDISI INSTRUKSI Baik Kurang PELAKSANA
Letak bak kontrol Dimensi bak kontrol Konstruksi bak kontrol Dimensi batang pembumian (Grounding - Rod) 5. Jenis / type pipa pembumian 6. Ukuran pipa pembumian 7. Ukuran kawat penghantar pembumian 8. Sambungan antara kawat penghantar pembumian dengan batang pembumian 9. Sambungan didalam bak kontrol 10. Kondisi tanah dalam keadaan kering 11. Hasil test tahanan pembumian (maksimum 5 ohm) Dibuat oleh : Mengetahui / Menyetujui :`
/ TGL. PENYELESAIAN Rencana Aktual
1. 2. 3. 4.
Tanggal : Diperiksa bersama oleh : Pelaksana Lapangan
Pelaksana Pekerjaan Listrik
Site Manager / Atasan langsung
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
Site Manager / Atasan langsung
D - 192
k) Pekerjaan Pengukuran Tahanan Isolasi ... NAMA PERUSAHAAN ... ... KONTRAKTOR ... Lokasi Jenis Pekerjaan
Hasil Pengetesan Tahanan Isolasi Kabel Penerangan
No. Gambar Kerja Sub Kont / Mandor NO URAIAN SIMAK R-S
S-T
R-T
R-N
Dibuat oleh :
DAFTAR SIMAK (CHECK LIST) PEKERJAAN LISTRIK Nomor Tanggal
Lampiran Halaman KONDISI INSTRUKSI
S-N
T-N
Baik
Kuran g
PELAKSAN A
Mengetahui / Menyetujui :`
/ TGL. PENYELESAIAN Rencana Aktual
Tanggal : Diperiksa bersama oleh : Pelaksana Lapangan
Pelaksana Pekerjaan Listrik
l)
Site Manager langsung
/
Atasan
/
Atasan
Pekerjaan Pengetesan Pembumian / Pentanahan ( Grounding ) ... NAMA PERUSAHAAN ... ... KONTRAKTOR ...
Lokasi Jenis Pekerjaan
DAFTAR SIMAK (CHECK LIST) PEKERJAAN LISTRIK
Hasil Pengetesan Pembumian / Pentanahan ( Grounding )
No. Gambar Kerja Sub Kont / Mandor NO
Site Manager langsung
Lampiran Halaman
URAIAN SIMAK Bak Tahanan Kontrol Pembumian (OHM)
Dibuat oleh :
Nomor Tanggal
KONDISI Baik Kurang
/ INSTRUKSI PELAKSANA
Mengetahui / Menyetujui :`
TGL. PENYELESAIAN Rencana Aktual
Tanggal : Diperiksa bersama oleh : Pelaksana Lapangan
Pelaksana Listrik
Pekerjaan
Site Manager / Atasan langsung
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
Site Manager / Atasan langsung
D - 193
m) Pekerjaan Generator Set ... NAMA PERUSAHAAN ... ... KONTRAKTOR ... Lokasi Jenis Pekerjaan
Testing Genset
Commissioning
No. Gambar Kerja Sub Kont / Mandor NO URAIAN SIMAK
Lampiran Halaman KONDISI Baik
1.
2.
DAFTAR SIMAK (CHECK LIST) PEKERJAAN LISTRIK Nomor Tanggal
Kurang
INSTRUKS I PELAKSA NA
/ TGL. PENYELESAIAN Rencan Aktual a
Ruang Genset 1.1. Ventilasi Exhaust fan tambahan jika ada beberapa kapasitasnya ....cfm. Fresh air fan jika ada beberapa kapasitas......cfm 1.2. Penerangan Lampu 1.3. Emergency ligh dengan lamanya nyala 2 jam untuk 1.4. Sumpit menampung air bekas mencuci radiator, tetesan olie dsb. 1.5. Kondisi ruangan harus kering terbebas dari genangan air. Tangki Solar 2.1. Tangki Utama Pipa venting Sight glass (gelas penduga) Low level alarm Supply fuel meter Man hole Valve-valve, kondisinya 2.1.
Tangki Harian Pipa venting
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 194
... NAMA PERUSAHAAN ... ... KONTRAKTOR ... Lokasi Jenis Pekerjaan
Testing Genset
Commissioning
No. Gambar Kerja Sub Kont / Mandor NO URAIAN SIMAK
DAFTAR SIMAK (CHECK LIST) PEKERJAAN LISTRIK Nomor Tanggal Lampiran Halaman
KONDISI Baik
Kurang
INSTRUKS I PELAKSA NA
/ TGL. PENYELESAIAN Rencan Aktual a
Sight glass (gelas penduga) Low level alarm Supply fuel meter Man hole Valve-valve, kondisinya Peralatan-peralatan genset (disesuaikan dengan spek) 3.1. Fuel dan olie filter 3.2. Air filter 3.3. Fre-filter 3.4. Turbo Charger 3.5. Governoor 3.6. Air filter indicator 3.7. Instalasi pipa solar dan olie, apakah terdapat kebocoran ? kelengkapan 3.8. Periksa panel, Apakah sudah lengkap & memenuhi spesifikasi all. MCCB kapasitas Volt meter Costmeter Frekwensi meter Ampere meter Watt meter Selector switch Over current relay Differential relay Push button sinkronisasi manual 3.9. Periksa terminasi cable
3.
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 195
... NAMA PERUSAHAAN ... ... KONTRAKTOR ... Lokasi Jenis Pekerjaan
Testing Genset
Commissioning
No. Gambar Kerja Sub Kont / Mandor NO URAIAN SIMAK
DAFTAR SIMAK (CHECK LIST) PEKERJAAN LISTRIK Nomor Tanggal Lampiran Halaman
KONDISI Baik
Kurang
INSTRUKS I PELAKSA NA
/ TGL. PENYELESAIAN Rencan Aktual a
atau busduct dari PUTR & dari alternator ke busbar panel genset, apakah terminal R.S.T.N sudah benar & terminasinya sudah cukup kuat? grounding 3.10. Periksa panel sudah ada dengan luas penampang kabel sesuai pada gambar / spesifikasi. 3.11. Apakah panel sudah diangkur / dynabolt sehingga cukup kuat duduk pada pondasinya. 3.12. Periksa pondasi genset & vibration mointing, apakah sudah dipasang dengan baik sesuai spek atau gambar. 3.13. Periksa terminasi kabel pada terminal alternator, apakah R,S,T,N sudah benar dan cukup kuat ? 3.14. Periksa kabel masuk menuju terminal alternator, apakah dilengkapi dengan gland kabel dan lubang kabel harus tertutup
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 196
... NAMA PERUSAHAAN ... ... KONTRAKTOR ... Lokasi Jenis Pekerjaan
Testing Genset
Commissioning
No. Gambar Kerja Sub Kont / Mandor NO URAIAN SIMAK
Lampiran Halaman KONDISI Baik
4.
DAFTAR SIMAK (CHECK LIST) PEKERJAAN LISTRIK Nomor Tanggal
Kurang
INSTRUKS I PELAKSA NA
/ TGL. PENYELESAIAN Rencan Aktual a
rapat. genset 3.15. Apakah dilengkapi dengan sound attenuator & telah dipasang Sesuai spesifikasi teknis & gambar perencanaan. ducting 3.16. Periksa radiator flexible, apakah sudah cukup rapat sehingga tidak ada kebocoran tetap. Running Test Genset start harus 4.1. Sebelum diberikan kelengkapan & kondisi beberapa item all : Air radiator Level pengisian olie Megger winding generator Megger kabel dari genset ke panel AMF distart dalam 4.2. Genset kondisi tanpa beban, periksa tegangan melalui volt meter R - S = 380 Volt R - T = 380 Volt S - T = 380 Volt
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 197
... NAMA PERUSAHAAN ... ... KONTRAKTOR ... Lokasi Jenis Pekerjaan
Testing Genset
Commissioning
No. Gambar Kerja Sub Kont / Mandor NO URAIAN SIMAK
DAFTAR SIMAK (CHECK LIST) PEKERJAAN LISTRIK Nomor Tanggal Lampiran Halaman
KONDISI Baik
Kurang
INSTRUKS I PELAKSA NA
/ TGL. PENYELESAIAN Rencan Aktual a
R - N = 220 Volt S - N = 220 Volt T - N = 220 Volt 110 % 4.3. Pengetesan beban apakah ada jika ada lamanya 300 detik PLN Genset. dibebani 4.4. Genset sampai dengan 70 % 80 % selama 24 jam, catat data operasi sesuai format yang sudah ada. 4.5. Testing pararel genset Manual Otomatis, catat waktu start genset ketika PLN black out 30 detik alat-alat 4.6. Test pengiriman Over speed Low oil pressure Overheating Over load Emergency Push button bahwa tidak 4.7. Pastikan ada kebocoran asap melalui flexible joint atau muffler. 4.8. Ukur tingkat kebisingan sesuaikan dengan spesifikasi catat DB-nya
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
D - 198
... NAMA PERUSAHAAN ... ... KONTRAKTOR ... Lokasi Jenis Pekerjaan
Testing Genset
DAFTAR SIMAK (CHECK LIST) PEKERJAAN LISTRIK Nomor Tanggal
Commissioning
No. Gambar Kerja Sub Kont / Mandor NO URAIAN SIMAK
Lampiran Halaman KONDISI Baik
Kurang
/
INSTRUKS I PELAKSA NA
TGL. PENYELESAIAN Rencan Aktual a
.......... Diukur satu (!) meter dari ruang genset
Dibuat oleh :
Mengetahui / Menyetujui :`
Tanggal : Diperiksa bersama oleh : Pelaksana Lapangan
Pelaksana Listrik
Pekerjaan
Site Manager langsung
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
/
Atasan
Site Manager langsung
/
Atasan
D - 199
n) Pekerjaan Pemasangan MDF & TB ( Instalasi Telepon ) ... NAMA PERUSAHAAN ... ... KONTRAKTOR ...
DAFTAR SIMAK (CHECK LIST) PEKERJAAN LISTRIK
Lokasi Nomor Jenis Pekerjaan Pek. Pemasangan MDF & TB Tanggal No. Gambar Kerja Lampiran Sub Kont / Mandor Halaman / NO URAIAN SIMAK KONDISI INSTRUKSI TGL. PENYELESAIAN Baik Kurang PELAKSANA Rencana Aktual 1. Kondisi 2. Jenis / Type terminal kabel 3. Jumlah pasang (pairs) dari Terminal kabel 4. Penempatan (layout) 5. Terminasi kabel 6. Lubang tempat kabel masuk / keluar harus ditutrup rapat Dibuat oleh : Mengetahui / Menyetujui :` Tanggal : Diperiksa bersama oleh : Pelaksana Lapangan Pelaksana Pekerjaan Listrik
Site Manager / Atasan langsung
RENCANA KER JA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
Site Manager / Atasan langsung
D - 200