Pemeliharaan Area Traffic Control System (ATCS)
SPESIFIKASI TEKNIS A. U M U M 1. TENAGA KERJA DAN PERALATAN
Tenaga kerja yang dilibatkan dalam pelaksanaan harus memakai tenaga yang sesuai dengan tingkat keahlian, pengalaman, serta tidak melanggar ketentuan-ketentuan perburuhan yang berlaku di Indonesia.
1.1.
Kontraktor harus menggunakan tenaga yang ahli dalam bidang pelaksanaan (skilled Labour), baik tenaga pelaksana, mandor maupun tukang.
1.2.
Semua tenaga kerja dipimpin oleh seorang Site Manager atau Pelaksana sebagai wakil Kontraktor di lapangan.
1.3.
Tenaga kerja pelaksana sub kontraktor harus dipilih yang sudah berpengalaman dan mampu menangani pekerjaan yang disubkontrakkan dengan aman, kuat, rapi dan memenuhi persyaratan teknis.
1.4.
Hubungan kontraktor dengan sub-kontraktor dalam menyangkut secara keseluruhan pekerjaan tetap menjadi tanggung jawab kontraktor.
1.5.
2. PERALATAN KERJA
Alat-alat untuk melaksanakan pekerjaan harus disediakan oleh kontraktor dalam keadaan baik dan siap pakai dalam jumlah cukup.
2.1.
Guna kelancaran pekerjaan, alat-alat mekanis/mesin, harap disiapkan tenaga operator yang mampu mengoperasikan dan memperbaiki bila mengalami gangguan operasional.
2.2.
3. PROSEDUR PENGADAAN BAHAN BANGUNAN
Secepatnya kontraktor melalui Site Manager/Pelaksana mengajukan contoh bahan yang akan didatangkan sesuai dengan spesifikasi dalam RKS ini, pada saat rapat lapangan pertama kali.
3.1.
Contoh bahan yang telah disetujui harus dipasang di dalam Direksikeet sebagai pedoman mutu bahan.
3.2.
Apabila tanpa mengajukan contoh atau pengajuannya bersamaan dengan datangnya bahan tersebut, maka Pengawas Lapangan/Direksi berhak menolak dan memberi perintah untuk mengeluarkan bahan tersebut dari lokasi pekerjaan.
3.3.
4. PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN
Secara umum Konsultan Pengawas/Direksi berhak memeriksa semua jenis bahan bangunan yang dipergunakan kontraktor dan
4.1.
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT TEKNIS -1
Pemeliharaan Area Traffic Control System (ATCS)
menolaknya apabila nyata-nyata tidak memenuhi persyaratan untuk itu. Bahan bangunan yang telah didatangkan oleh kontraktor di lapangan tetapi oleh Konsultan Pengawas/Direksi ditolak untuk dipergunakan, harus segera dikeluarkan dari lapangan selambatlambatnya dalam waktu 2 x 24 jam terhitung sejak jam penolakan tersebut.
4.2.
Apabila Konsultan Pengawas/Direksi merasa perlu memeriksakan bahan bangunan yang diragukan spesifikasinya, maka Konsultan Pengawas berhak mengirimkannya kepada Balai Penelitian Bahanbahan Bangunan atau Lembaga lain yang ditetapkan bersama Pengelola Kegiatan untuk diteliti.
4.3.
Semua biaya untuk hal ini menjadi tanggungan Kontraktor, apapun hasil dari penelitian tersebut. Semua bahan bangunan yang digunakan selain harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam RKS. ini, juga harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam A.V. dan Peraturan Umum Bahan Bangunan (PUBB).Konsultan Pengawas/Direksi berwenang meminta keterangan mengenai asal bahan dan Kontraktor harus memberitahukannya
4.4.
5. MUTU BAHAN BANGUNAN
Sebelum kontraktor melaksanakan pekerjaan secara massal, terlebih dahulu meminta persetujuan kepada Pengawas Lapangan/ Direksi Teknik.
5.1.
Agar tidak terjadi bongkar/pasang pekerjaan, apabila terdapat gambar yang tidak jelas, maka kontraktor diwajibkan menanyakan kepada Pengawas Lapangan/Direksi Teknik untuk menyamakan persepsi, atau apabila perlu dapat meminta Konsultan Perencana untuk mendapatkan jawaban yang pasti tentang perencanaannya.
5.2.
Bagian pekerjaan yang telah dimulai tetapi masih digunakan bahan-bahan yang ditolak oleh Konsultan Pengawas/Direksi atau tanpa ijin, harus segera dihentikan dan selanjutnya pekerjaan tersebut harus dibongkar.
5.3.
B. PERATURAN TEKNIS 6. UMUM
Pedoman pelaksanaan yang diatur oleh Peraturan Pembangunan yang sah dan berlaku di Indonesia sepanjang tidak ditetapkan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat yang harus ditaati selama pelaksanaan, yaitu : a. Keppres No. 80 tahun 2006 dan perubahannya. b. Peraturan Mentri RI no.14 dan 49 Th 2014 tentang alat pemberi isyarat lalu lintas
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT TEKNIS -2
Pemeliharaan Area Traffic Control System (ATCS)
c. Peraturan
Mentri RI no.96 Th 2015 tentang pedoman pelaksanaankegiatan manajemen dan rekayasa lalu lintas d. Peraturan Pemerintah no.32 Th 2011 Tentang manajemen dan rekayasa. Analisis Dampak serta manajemen kebutuhan lalu lintas pasal 1 e. Peraturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan Umum Dinas Keselamatan Kerja No. 3 tahun 1958 dan Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. 7. KHUSUS
Untuk melaksanakan pekerjaan seperti yang tersebut dalam Lingkup Pekerjaan ini, maka berlaku dan mengikat : a. SK. Penanggung Jawab Kegiatan tentang Penunjukan Kontraktor (Gunning). b. Surat Kesanggupan Kerja. c. Surat Perintah Kerja. d. Surat Penawaran beserta Lampiran-lampirannya. e. Gambar Bestek. f. RKS. beserta Lampiran-lampirannya. g. Kontrak Pelaksanaan dan Addendumnya (bila ada). h. Shop drawing yang diajukan oleh Kontraktor yang disetujui Konsultan Pengawas dan/atau Direksi Teknik. i. Time Schedule yang diajukan oleh Kontraktor yang disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Pengelola Kegiatan.
8. PENJELASAN GAMBAR
Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dan gambar detail, maka yang harus diikuti adalah gambar detail
8.1.
Bila terdapat skala gambar dan ukuran yang tertulis dalam gambar berbeda, maka ukuran dalam gambar yang berlaku.
8.2.
Bila rekanan meragukan tentang perbedaan antara gambar yang ada, baik konstruksi maupun ukurannya, maka rekanan berkewajiban untuk menanyakan kepada Konsultan Pengawas secara tertulis
8.3.
Dalam hal terjadi penyimpangan detail antara gambar bestek dan keadaan di lapangan, kontraktor dapat mengajukan gambar kerja (shop drawing) yang sesuai dengan kondisi di lapangan dan mempergunakannya dalam pelaksanaan dengan persetujuan tertulis Konsultan Pengawas.
8.4.
Di dalam semua hal, bila terjadi pengambilan ukuran yang salah adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
8.5.
Apabila dalam gambar disebutkan lingkup pekerjaan atau ukuran, sedangkan RKS tidak disebutkan, maka gambar yang harus dilaksanakan
8.6.
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT TEKNIS -3
Pemeliharaan Area Traffic Control System (ATCS)
9. PENJELASAN RKS
Pada RKS tentang Syarat-syarat Teknis, termuat lingkup pekerjaan, spesifikasi bahan yang digunakan dan Syarat-syarat Pelaksanaan.
9.1.
Apabila dalam gambar tidak tercantum lingkup pekerjaan, ukuran dan jumlah, sedangkan dalam RKS pada lingkup pekerjaan tercantum, maka Kontraktor terikat untuk melaksanakannya.
9.2.
C. LINGKUP PEKERJAAN 10. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan PEMELIHARAAN AREA TRAFFIC CONTROL SYSTEM (ATCS) Kota Malang meliputi : I. II. III. IV. V. VI.
PEKERJAAN PEKERJAAN PEKERJAAN PEKERJAAN PEKERJAAN PEKERJAAN
PERSIAPAN PEMBONGKARAN PENGUKURAN TANAH PENGEBORAN JALAN DAN PASANG PIPA PEMASANGAN DAN INSTALASI
11. PEKERJAAN PERSIAPAN
Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor harus mengadakan persiapan ijin dan melakukan koordinasi dengan Pihak Pengelola Kegiatan dan Konsultan Pengawas. Serta beberapa pekerjaan sebagai berikut : a. Mengadakan pengamanan lokasi Kegiatan dari segala gangguan. b. Mengadakan komunikasi dengan instansi yang terkait dalam rencana pembangunan ini. c. Mengadakan atau membuat Direksikeet, gudang dan barak kerja. d. Mengadakan persiapan tempat penimbunan dan penyimpanan bahan. e. Menyediakan peralatan, fasilitas dan mesin-mesin pembantu. f. Melaksanakan pengukuran guna menentukan duga lapangan dan ukuran-ukuran lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan pembangunan ini. g. Menyediakan kotak PPPK dan perlengkapannya yang ditempatkan di dalam Direksikeet
11.1.
Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor harus membuat foto dari 4 (empat) sisi pengambilan pada kondisi fisik bangunan 0%
11.2.
Apabila kontraktor akan mendirikan bangunan sementara (Direksikeet dan Gudang) maupun tempat penimbunan bahan, maka kontraktor harus merundingkan terlebih dahulu kepada Pengelola Kegiatan tentang penggunaan halaman ini.
11.3.
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT TEKNIS -4
Pemeliharaan Area Traffic Control System (ATCS)
Semua biaya untuk prasarana, fasilitas untuk memasuki daerah pekerjaan, serta akomodasi tambahan diluar Daerah Kerja menjadi tanggungan kontraktor.
11.4.
Apabila terjadi kerusakan pada jalan kompleks, saluran air atau bangunan lainnya yang disebabkan adanya pembangunan ini, kontraktor berkewajiban untuk memperbaiki kembali selambatlambatnya dalam masa pemeliharaan
11.5.
12. RECANA KERJA (Time Schedule)
Rencana kerja dibuat oleh kontraktor berupa bar chart (diagram balok) secara terinci setiap jenis pekerjaan, dilengkapi dengan kurva S yang memuat prestasi rencana kerja dalam prosen dengan persetujuan dari Pemberi Tugas.
12.1.
Kontraktor wajib menggandakannya sebanyak 3 (tiga) copy yang masing-masing diserahkan kepada Pengelola Administrasi Kegiatan, Konsultan Pengawas dan sebuah ditempelkan pada bangsal kerja.
12.2.
Selanjutnya kontraktor harus berusaha mengikuti Rencana Kerja tersebut yang menjadi dasar bagi Pengelola kegiatan untuk menilai prestasi Kontraktor dan sesuatu persoalan yang berhubungan dengan kelambatan pekerjaan
12.3.
Pelaksana diharuskan membuat Rencana Kerja Mingguan pada setiap tahap pekerjaan paling tidak 3 (tiga) hari sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan tersebut kepada Pengelola kegiatan. 13. PEKERJAAN LEMBUR 12.4.
Apabila kontraktor bekerja diluar jam kerja (lembur), diharuskan membuat Surat Pemberitahuan kepada Konsultan Pengawas maksimum 1 (satu) hari sebelum pekerjaan lembur.
13.1.
Apabila tanpa pemberitahuan kontraktor melakukan pekerjaan lembur, maka Pengawas Lapangan akan memberikan teguran tertulis dan melaksanakan perintah pembongkaran pada pekerjaan yang dilaksanakan pada jam lembur termaksud.
13.2.
14. PENJAGAAN
Kontraktor harus melakukan pengamanan barang-barang di seluruh halaman pekerjaan bangunan, baik selama maupun pada waktu tidak dilakukan pekerjaan.
14.1.
Barang-barang dan bahan-bahan bangunan yang hilang, baik yang belum maupun yang sudah dipasang, tetap menjadi tanggungan kontraktor dan tidak diperkenankan untuk diperhitungkan dalam biaya borongan tambahan.
14.2.
Kontraktor diharuskan melaporkan personil yang tinggal di proyek diluar jam kerja pada petugas keamanan setempat.
14.3.
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT TEKNIS -5
Pemeliharaan Area Traffic Control System (ATCS)
15. PEKERJAAN BONGKARAN
Selain pekerjaan persiapan, pekerjaan awal yang harus dikerjakan adalah pembongkaran APILL untuk pada area yang lama sebagai akibat adanya rehabilitas rencana traffic light ATCS yang baru. 16. PEKERJAAN PENGUKURAN
Pekerjaan Pengukuran a. Unsur-unsur yang terkait dengan pekerjaan pengukuran dan adalah pihak Direksi Teknik, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas dan Kontraktor. b. Dasar untuk pengukuran adalah gambar Lay Out bangunan dari konsultan Perencana. c. Alat ukur yang dipergunakan adalah Waterpass untuk menentukan duga/peil bagian jalan pake roll meter (panjang 50 meter). 17. PEKERJAAN TANAH
Lingkup Pekerjaan a. Pekerjaan Galian. Galian tanah keras. Galian tanah conblock
17.1.
b. Pekerjaan Urugan Urugan tanah kembali. Urugan pasir bawah pondasi Syarat Pelaksanaan a. Pekerjaan Galian. Kedalaman galian minimal sesuai dengan gambar, sedangkan untuk galian pondasi minimal sama dengan gambar atau telah mencapai tanah keras. Yang dimaksud tanah keras adalah tanah dengan kemampuan daya dukung 2,5 kg/cm2. Apabila sampai kedalaman sesuai dengan gambar belum mendapatkan tanah keras, maka Kontraktor harus menggali lebih dalam maksimal 1,50 m dari gambar rencana. Apabila pada kedalaman yang dimaksud pada butir b belum menemukan tanah keras maka Kontraktor harus menghentikan galian dan dikonsultasikan dengan,Konsultan Perencana untuk mendapatkan pemecahan sebaik-baiknya. Apabila dalam melaksanakan penggalian kedalaman galian pada tanah keras lebih dalam dan untuk mendapatkan kedalaman yang sesuai dengan kedalaman dilakukan dengan gambar, maka Penyesuaian kedalam dilakukan dengan menggunakan beton tumbuk tanpa biaya tambahan dari Pemberi Tugas. Selama pelaksanaan penggalian, harus dibersihkan juga bekas – bekas akar, poko kayu, longsoran atau benda – benda yang dapat mengganggu konstruksi pondasi.
17.2.
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT TEKNIS -6
Pemeliharaan Area Traffic Control System (ATCS)
Dalam pelaksanaan penggalian, pemasangan pondasi dan pekerjaan lain didalam galian harus dihindarkan dari genangan air. Untuk itu Kontraktor harus menyediakan pompa air dengan jumlah yang cukup untuk menunjang kelancaran pekerjaan tersebut. b. Pekerjaan Urugan. Pelaksanaan pengurugan harus dilaksanakan dengan cara setiap lapis dengan ketebalan tiap lapisan + 10 cm dan dipadatkan dengan baik. Tanah bongkahan tidak diijinkan untuk mengurug, disebabkan apabila terkena air tanah dan terurai mudah terjadi penurunan lantai. Dalam pelaksanaan pengurugan, Kontraktor harus memperhatikan tingkat kepadatannya, sehingga tidak akan terjadi penurunan lantai akibat konsolidasi urugan atau terkena beban 18. PEKERJAAN PENGEBORAN JALAN DAN PASANG PIPA
Lingkup Pekerjaan Melakukan pengeboran jalan pada lokasi yang akan dilalui pipa untuk jalur kabel ATCS
18.1.
18.2.
Syarat Pelaksanaan
TAHAP PERSIAPAN Dalam pelaksanaan pekerjaan pemboran tahap pekerjaan persiapan meliputi : 1. Pekerjaan Mobilisasi Sebelum pekerjaan lapangan dimulai, dilakukan mobilisasi atau mendatangkan peralatan dan bahan-bahan pemboran beserta personelnya ke lokasi pemboran. Tahap mobilisasi ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan lapangan. 2. Pekerjaan Persiapan Lokasi Pada tahap pekerjaan ini meliputi : a. Pembersihan, perataan dan pengerasan lokasi untuk posisi tumpuan mesin bor. b. Pembuatan bak Lumpur, bak control dan selokan untuk sirkulasi Lumpur bor. c. Penanaman casing pengaman sedalam 1-2 m pada posisi titik bor apabila formasi lapisan tanah paling atas yang akan dibor merupakan lapisan formasi yang mudah runtu. d. Penyetelan (setting) mesin bor beserta menara (rig), penyetelan (setting) pompa Lumpur beserta selang-selangnya. e. Penyedian air serta pengadukan Lumpur bor untuk sirkulasi pemboran. TAHAP PEMBORAN
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT TEKNIS -7
Pemeliharaan Area Traffic Control System (ATCS)
Sistem pemboran yang diterangkan disini adalah menggunakan system bor putar (rotary drilling) dan tekanan bawah (pull down pressure) yang dibarengi dengan sirkulasi Lumpur bor (mud flush) kedalam lubang bor. Pemboran pilot hole adalah pekerjaan pemboran tahap awal dengan diameter lobang kecil sampai kedalaman yang dikehendaki, diameter pilot hole biasanya antara 4 sampai dengan 8 inchi, Selain itu juga ditentukan dengan kemampuan atau spesifikasi mesin bor yang digunakan. TAHAP PEMBERSIHAN LUBANG BOR (REAMING HOLE) Yang dimaksud dengan reaming adalah memperbesar lubang bor sesuai dengan diameter konstruksi pipa casing dan saringan (screen) yang direncanakan. Hal-hal yang diamati dalam tahap pekerjan reaming adalah sama seperti pada tahap pekerjaan pilot hole, hanya pada pekerjaan reaming cutting (formasi lapisan tanah) tidak perlu diambil lagi. Ideal selisih diameter lobang bor dengan pipa casing adalah 6 inchi. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah masuknya konstruksi pipa casing dan saringan (sreen) serta masuknya penyetoran kerikil pembalut (gravel pack). TAHAP KONSTRUKSI PIPA CASING Pada tahap ini peletakan pipa casing harus sesuai dengan gambar konstruksi yang telah direncanakan. 19. PEKERJAAN PEMASANGAN DAN INSTALASI
Lingkup Pekerjaan Pekerjaan beton meliputi, Pekerjaan rabat beton lantai kerja pondasi setempat Beton pondasi setempat
19.1.
Bahan/Material a. Portland Cement (PC) Semen yang dipergunakan sebagai bahan beton adalah Portland Cement (PC) setara produk Type 1 Satu komponen struktur beton tidak boleh dikerjakan dengan menggunakan lebih dari satu merek semen. b. Agregat Halus (Pasir) Pasir beton harus bermutu baik, berbutir tajam dan keras tidak mengandung bahan organis dan sejenisnya dan dapat memenuhi persyaratan SK SNI-1991. Agregat halus harus bersih dan tidak boleh mengandung Lumpur lebih dari 5% (terhadap berat kering) serta memenuhi gradasi yang baik. c. Agregat Kasar (Kerikil)
19.2.
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT TEKNIS -8
Pemeliharaan Area Traffic Control System (ATCS)
Agregat kasar berupa kerikil/batu pecah mesin atau pecah tangan. Agregat kasar yang dipakai adalah batu berukuran 20-30 mm dan mempunyai gradasi heterogin, kekerasan yang cukup, tajam, keras dan tidak berpori. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton. Agregat kasar tidak boleh kotor dan kandungan Lumpur maksimum 1% (terhadap berat kering). Bila kandungan Lumpur melebihi batas maksimum, maka harus dicuci terlebih dahulu sebelum dipergunakan. d. Besi Tulangan Besi tulangan harus bersih dari karat, lapisan minyak dan bahan lainnya yang dapat mengurangi daya lekat beton. Sebelum memakai besi tulangan, harus dilakukan dahulu uji tarik besi tulangan e. Air Air yang dipakai untuk pembuatan dan perawatan beton harus air tawar dan bersih, bebas dari zat-zat kimia yang bisa merusak beton/baja tulangan. f. Cetakan Beton (Bekisting) Bahan bekisting dipakai kayu lokal yang cukup kering dan keras, lurus dan rata. Tebal lapisan multiplek minimal 9 mm. Syarat Pelaksanaan a. Bekisting Ukuran/dimensi struktur beton yang tercantum pada gambar bestek adalah ukuran beton sebelum diplester. Pemasangan bekisting harus rapi, cukup kuat dan kaku untuk menahan getaran dan kejutan gaya yang diterima tanpa berubah bentuk. Kerapihan dan ketelitian pemasangan bekisting harus diperhatikan agar setelah bekisting dibongkar memberikan bidang-bidang permukaan beton yang rata. Celah-celah antara papan harus rapat agar pada waktu pengecoran air tidak merembes keluar. Sebelum pengecoran, bagian dalam bekisting harus bersih dari kotoran. b. Pengecoran beton : Sebelum pengecoran dilaksanakan, bekisting harus dicek terhadap kelurusan, baik arah vertikal maupun horisontal. Untuk memadatkan spesi beton waktu pengecoran, dengan cara mengetok-ngetok papan bekisting atau besi tulangan. Pengadukkan harus benar-benar homogin.
19.3.
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT TEKNIS -9
Pemeliharaan Area Traffic Control System (ATCS)
Sebelum pengecoran dilakukan, sisi dalam papan bekisting harus bebas dari segala macam kotoran dan harus disiram dengan air sampai merata.
20. SPESIFIKASI TEKNIS AREA TRAFFIC CONTROL SYSTEM 1.
Uraian umum.
1.
Area Traffic Control System (ATCS) adalah sistem pengendalian lalu lintas di beberapa persimpangan yang dilengkapi APILL, yang bekerja secara terkoordinasi dalam suatu area, yang bertujuan untuk meminimalkan waktu tundaan dan antrian, agar diperoleh pergerakan arus lalu lintas yang optimal.
2.
Model koordinasi antar persimpangan dapat berupa koridor (arterial) maupun jaringan (network).
3.
Area Traffic Control System (ATCS) ini merupakan sub-sistem yang dapat dikembangkan dan/atau diintegrasikan dengan sub-sistem lainya, dari rencana penerapan sistem Intelligent Transport System (ITS) dimasa yang akan datang.
4.
Berdasarkan uraian spesifikasi yang dipersyaratkan, pelaksana pekerjaan harus menyediakan perangkat, instalasi, integrasi sistem, set-up dan testing, serta melaksanakan pelatihan.
5.
Sistem ATCS yang ditawarkan harus sudah teruji di lapangan (field proven), tidak diperkenankan untuk mengusulkan sistem yang masih berupa konsep atau purwarupa (prototype) yang belum teruji keandalannya.
6.
Sistem ATCS yang diterapakan harus menjamin kehandalan dan keamanannya, sejalan dengan perkembangan teknologi yang mempengaruhi perilaku masyarakat.
7.
Peralatan/perangkat yang ditawarkan untuk ATCS ini, harus dimaksimalkan penggunaan produksi dan rekayasa dalam negeri, baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software).
8.
Peralatan/perangkat yang digunakan dalam ATCS ini, harus memiliki sertifikasi sesuai dengan peraturan perundangundangan. Serta dilengkapi dengan surat dukungan dari pabrikan atau prinsipal atau distributor utama, untuk peralatan/perangkat yang tidak diproduksi sendiri.
9.
Peralatan/perangkat yang digunakan dalam ATCS harus mudah dioperasikan, mudah dalam pemeliharaan serta memiliki umur teknis sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dan melakukan perawatan selama1 tahun. Dibuktikan dengan surat garansi
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT TEKNIS - 10
Pemeliharaan Area Traffic Control System (ATCS)
2. Spesifikasi Teknis Bahan Spesifikasi Teknis Bahan N O. 1
URAIAN TIANG KAMERA PTZ Jenis/bentuk Ukuran
SPESIFIKASI MINIMAL
Oktagonal galvanis. Dilengkapi dengan base-plate dan angkur. Tinggi minimal 9 meter. Diameter bawah minimal 150 mm. Diameter atas minimal 100 mm Panjang lengan minimal 250 mm. Ketebalan plat minimal 3 mm.
2
TIANG PENYANGGA KABEL FO Panjang 7 meter Untuk kabel FO udara di pinggir jalan Diameter 5 dan 4 dan 2,5 inchi Bahan menggunkan pipa bulat dan dicat Ditanam pada kedalaman 1 meter Panjang 9 meter Untuk kabel FO udara menyeberangi jalan Diameter 5 dan 4 dan 2,5 inchi Bahan menngunakan pipa bulat dan dicat Ditanam pada kedalaman 1 meter
3
TIANG APILL OVERHEAD Jenis/bentuk
Ukuran
4
PATOK PENGAMAN TIANG APILL Jenis Ukuran
Tiang vertikal : Oktagonal galvanis. Tiang horizontal: Oktagonal galvanis. Dilengkapi dengan base-plate dan angkur. Posisi ketinggian tiang horizontal dari permukaan ruang jalan minimal 6 meter. Panjang tiang horizontal minimal 5 meter. Diameter tiang horizontal minimal 3 inchi.. Ketebalan plat tiang vertikal, minimal 4 mm. Ketebalan plat tiang horizontal, minimal 3 mm.
Pipa besi bulat. Diameter pipa 4 inchi.
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT TEKNIS - 11
Pemeliharaan Area Traffic Control System (ATCS)
N O.
URAIAN
SPESIFIKASI MINIMAL Pondasi 200 x 200 x 600 mm Tinggi 1100 cm dari permukaan tanah
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT TEKNIS - 12
Pemeliharaan Area Traffic Control System (ATCS)
3. Spesifikasi Teknis Barang Tertentu.
N O. 1
URAIAN LUMINER LED Jenis lampu Warna
Intensitas lampu Usia lampu Ukuran lampu Tegangan kerja Power Faktor Konsumsi Daya Material Berat Proteksi
Rumah Lampu Material Dokumen Pendukung Prasyarat
2
PERANGKAT KENDALI APILL ATCS Spesifikasi
SPESIFIKASI MINIMAL LED (Light Emitting Diode) High Flux Bintik dan cahaya LED tidak terlihat (Cahaya terlihat merata) Warna merah : 615 ~ 630 nm Warna kuning : 585 ~ 595 nm Warna hijau : 495 ~ 510 nm Minimal 500 candela Umur lampu : minimal 50.000 jam Diameter 300mm 196 – 253 Volt AC Lebih dari 0,9 Maksimum 8 Watt Terbuat dari UV-stabilized polycarbonate Maksimal 1,5Kg untuk setiap lampu aspek Safety Class II IP65
Terbuat dari UV-stabilized polycarbonate
Harus memiliki dukungan dari agen tunggal yang ditunjuk oleh pabrik dan dibuktikan dengan Surat penunjukan agen tunggal yang dikeluarkan oleh pabrik atau didukung oleh produsen dan dibuktikan dengan mencantumkan Surat keterangan dari departemen perindustrian.
Harus memiliki atau didukung perusahaan yg memiliki Surat Tanda Daftar Badan Usaha Penyedia Perlengkapan Jalan (TDBUPPJ) yg diterbitkan kementerian perhubungan.
Memiliki kemampuan untuk mengatur lalu lintas minimal 16 kelompok sinyal (sinal group) Menyediakan minimal 16 pengaturan lampu lalu lintas (traffic plans) Dapat mengatur hingga empat persimpangan Dapat memantau konflik lampu warna hijau atau semua warna Dapat memantau urutan waktu signal
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT TEKNIS - 13
Pemeliharaan Area Traffic Control System (ATCS)
N O.
URAIAN
Signal groups Tegangan Operasional Load per output I/O interfaces Communication Dokumen pendukung
3
PERANGKAT DETEKTOR PRESENCE Kemampuan
Jumlah area (zona) deteksi Keluaran (output) Resolusi gambar Frame rate Kompresi Tipe CMOS Communication PC Sensor Interface (antar muka) Material Tingkat keamanan (protectection grade)
4
SPESIFIKASI MINIMAL
KAMERA PTZ Sensor gambar Resolusi Min. Illumination Optical zoom Digital zoom Pan range
Dapat dikontrol secara online dari pusat kendali Mempunyai monitoring diagram stripes detector kendaraan secara real time Mempunyai fitur penghitungan kendaraan dan bisa dilihat datanya dalam bentuk grafik Simulasi real time kondisi lampu APILL yang dilengkapi dengan denah simpang. Minimal 16 230 VAC ±15% Max 500 VA 5-48 V, 100 mA RS 232, Ethernet Surat dukungan dari produsen / distributor / agen yang memiliki Rekomendasi Tanda Daftar Badan Usaha Penyedia Bahan Perlengkapan Jalan (TDBUPBPJ) dari Kementrian Perhubungan Kualifikasi Bidang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas Subbidang APILL Otonom
Deteksi keberadaan kendaraan di persimpangan Satu kesatuan sensor (deteksi kamera dan video) Monitoring dan verifikasi secara langsung (real time) Melihat keadaan lalu lintas secara langsung (real time) Minimal 4 (empat) lajur jalan. Jumlah keluaran (output) : minimal 4 (empat). Minimal 640 x 480 pixel Minimal 20 FPS JPEG ¼” hitam dan putih Melalui antar muka (interface) 1TI, 4TI ETH,4TI ETH EDGE Tahan cuaca (weatherproof) Standard minimal IP 67.
Minimal 1/1.9” Progressive Scan CMOS. Minimal 2 MP (Mega Pixel). 1920x1080 0,002 Lux (warna) 36x 16x 360 derajat.
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT TEKNIS - 14
Pemeliharaan Area Traffic Control System (ATCS)
N O.
URAIAN Pan speed Tilt range Tilt speed Patrol Kompresi video Frame rate Streams Protokol data Security Antar muka (interface) Rumah perangkat Kondisi kerja
5
6
KOMPUTER Processor Chipset Tipe Grafis (Primary) Tipe Grafis (Secondary) Operating System Memory Slot Memory HDD Optical drive Expansion slot Audio Networking Monitor O-RING SWITCH Ethernet port Fiber Optic port Redundancy Referensi standard Fasilitas management Catu Daya Kondisi kerja
7
KABEL SFTP Spesifikasi Teknis
SPESIFIKASI MINIMAL 0,1 ~ 300 derajat/detik. -15 ~ 90 derajat. 0,1 ~ 240 derajat/detik. 8 Patrols, 32 presets per patrol H.264/MJPEG 25 fps. Triple Streams IPv4/IPv6, HTTP, HTTPS, RTSP, TCP, IGMP, SNMP User Authentication, IP Adress filtering Port Ethernet 10/100 BaseTx Untuk pemasangan diluar (outdoor), dengan standard minimal IP 67. Ketahanan suhu 0 sampai dengan 65 derajat Celcius. Kelembaban nisbi 0 sampai dengan 90%.
Intel Core i5, speed min 3,2 Ghz Intel H110 Intel HD Graphics 530 NVidia Quadro min. 2GB Windows 7 Proffesional 64 bit Minimal 4 GB DDR4 2 x DIMMS Minimal 500 Gb DVD ± RW Minimal 1 PCIe x 1 Terintegrasi Terintegrasi 18,5 Inch
Minimal 4 x 10/100 BaseTX, auto speed. Minimal 2 x Single Mode 100 Base-FX. Ring topology. IEEE 802.3 ; 802.3u ; 802.3x IEEE 802.1D ; 802.1w ; 802.1p ; 802.1Q MIB, VLAN, IGMP 12~48 VDC, dual input redundant. Operasional Temperatur 0 - 40 derajat Celcius. Kelembaban nisbi 0 sampai dengan 90%.
SFTP cable category 6 Bare copper AWG 23 Diameter Konduktor 0.56 ± 0.02 Foam-skin PE
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT TEKNIS - 15
Pemeliharaan Area Traffic Control System (ATCS)
N O.
URAIAN
Kekuatan Tarik Ketahanan pada 100°C 168Hrs Aplikasi
8
9
10
11
KABEL FO Jumlah core Jenis Tipe BOX NODE CONTROL (FONT) Terminal Fiber Optic
TERMINATION KABEL FO Kapasitas KABEL NYYHY 2x2,5 Spesifikasi Teknis
Spesifikasi Kelistrikan
12
KABEL NYYHY 4x0,75 Spesifikasi Teknis
Spesifikasi Kelistrikan
13
KABEL NYRGBY 7x1.5 Spesifikasi Teknis
SPESIFIKASI MINIMAL 0.414 mm Min at any point:0.364 PVC or LSZH Diameter Luar 7.2±0.3mm Min.1.407kg/mm2/ Min.0.917kg/mm2 Min.elongation retention:50% Min.tensile strength retention:75% Voice, T1, ISDN 10BASE-T, 100BASE-T Fast Ethernet (IEEE 802.3), 100VG-anyLAN (IEEE802.12). 155/622 Mbps ATM 550 MHz Broadband Vedio 1000BASE-T Gigabit Ethernet
Min 12 core Aerial Single Mode
Jumlah port 4 sampai dengan 24 port FO Jenis konektor ST atau SC atau LC
Jumlah port, minimal 24 port FO Jenis konektor ST atau SC atau LC Kabel fleksibel digunakan pada luar ruangan Bungkus konduktor dari bahan PVC Bungkus luar dari bahan PVC Hambatan konduktor max 7,98 Ohm/km Hambatan isolasi 50 Mega Ohm/km Arus maksimum 20 Amper Kabel fleksibel digunakan pada luar ruangan Bungkus konduktor dari bahan PVC Bungkus luar dari bahan PVC Hambatan konduktor max 26,0 Ohm/km Hambatan isolasi 50 Mega Ohm/km Arus maksimum 6 Amper
Konduktor tembaga Bungkus konduktor dari bahan PVC Pembungkus armor dari bahan baja galvanized
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT TEKNIS - 16
Pemeliharaan Area Traffic Control System (ATCS)
N O.
URAIAN Spesifikasi Kelistrikan
SPESIFIKASI MINIMAL Bungkus luar dari bahan PVC Hambatan konduktor max 12,1 Ohm/km Hambatan isolasi 50 Mega Ohm/km Arus maksimum 14 Amper
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT TEKNIS - 17
Pemeliharaan Area Traffic Control System (ATCS)
21. PEKERJAAN LAIN-LAIN
Sebelum penyerahan pertama, pemborong wajib meneliti semua bagian pekerjaan yang belum sempurna dan harus diperbaiki, semua ruangan harus bersih dipel, halaman harus ditata rapid an semua barang yang tidak berguna harus disingkirkan dari proyek. Meskipun telah ada pengawas dan unsur-unsur lainnya, semua penyimpangan dari ketentuan bestek dan gambar menjadi tanggungan pelaksana, untuk itu pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan sebaik mungkin. Selama masa pemeliharaan, pemborong wajib merawat, mengamankan dan memperbaiki segala cacat yang timbul, sehingga sebelum penyerahan II dilaksanakan, pekerjaan benar-benar telah sempurna. Semua yang belum tercantum dalam peraturan ini (RKS) akan ditentukan kemudian dalam rapat penjelasan (Aanwijzing). Apabila dalam gambar maupun RKS belum disebutkan suatu detail komponen bangunan, tetapi dari segi fungsi maupun konstruksi harus ada, maka menjadi kewajiban kontraktor untuk menyelenggarakannya. 22. PENUTUP
Untuk hal tersebut di atas tidak diterima permohonan untuk menambah harga borongan. Dengan demikian harus dianggap bahwa penawaran adalah untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan yang secara teknis maupun fungsinya dapat dipertanggungjawabkan. Hal-hal yang belum tercantum dalam Peraturan dan syarat-syarat ini akan diatur secara musyawarah berdasarkan A.V. 1941 dan Peraturanperaturan lain yang lazim dipergunakan dalam suatu Pekerjaan pemborongan Bangunan sepanjang tidak bertentangan dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat
RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT TEKNIS - 18