RANCANG BANGUN PENGENDALI J A M M E R UNTUK UNTUK SISTEM SELULAR GSM BERBASIS REAL TIM E CLOCK CLOCK
Alfin Hikmaturokhman 1, Arief Hendra Saptadi 2, Ginanjar Wisnu Widiatmoko 3 1
[email protected],,
[email protected] [email protected] [email protected],,
[email protected] Program Studi D3Teknik Telekomunikasi, Purwokerto 1,2.3 Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto
ABSTRACT
In the era of digital nowadays, in particular about communication technology are demanded to be used anywhere and anytime without a limited space and time. Besides must be "always on", operators are demanded to satisfy the user. GSM technology gav e multimedia features, not only voice but also contained a picture, video, data, etcetera. But on the other ways, the growth of technology cause disruption if "always ON" communication technologies used in the wrong places such as meeting rooms, exam rooms and places of worship. So that made a device called jammer. The author using jammer with frequencies in the range 868-960 mhz for gsm 900 mhz and 1735-1920 mhz for dcs 1800 mhz. with jammer power amplifier about 5.4 x 10-8 watts at 900 mhz and 1.5 x 10-7 watts at 1800 mhz, so the communication using handphone in radius 4 meters from bts will be disconnected. Voltage source for jammer is using AC voltage (alternating current), which is converted into DC voltage (direct current). On the power supply using a series of transformer, rectifier, filter and regulator. Architecture for the mobile jammer control system GSM based real time clock is using atmega8 will make the jammer can work automatically, and the placement of the lcd and the led will be monitoring the operation of the system. Keywords: Jammer, GSM , power supply, ATmega8 microcontroller, RTC DS1307, LCD, LCD, LED ABSTRAK
Pada era digital ini teknologi komunikasi pada khususnya dituntut agar dapat digunakan dimanapun dan kapanpun tanpa terbatasi tempat dan waktu, selain harus “always “ always ON” operator ON” operator juga dituntut untuk memenuhi kebutuhan semua orang. Teknologi GSM dalam layanannya menyediakan fitur multimedia, tidak hanya suara saja namun juga terdapat gambar, video, data, dan lain sebagainya. Tapi pada sisi yang lain, berkembangnya teknologi menimbulkan gangguan jika teknologi komunikasi yang always on tidak pada tempat yang tepat seperti ruang rapat, ruang ujian dan tempat ibadah. Untuk itu dibuatlah alat yang disebut dengan jammer. penulis menggunakan jammer yang memancarkan frekuensi yaitu pada rentang frekuensi 868 - 960 mhz pada Frekuensi GSM 900 mhz dan rentang frekuensi 1735 – 1920 mhz pada Frekuensi DCS 1800 mhz. Dengan power amplifier daya jammer sebesar 5,4 x 10-8 watt pada frekuensi 900 Mhz dan 1,5 x 10-7 watt pada frekuensi 1800 Mhz, maka komunikasi BTS dengan handphone pada radius 4 m akan terputus. Sumber tegangan yang digunakan jammer merupakan sumber tegangan AC (Alternating Current) yang diubah menjadi tegangan DC (Direct Current). Sehingga pada sisi power supply menggunakan beberapa rangkaian Transformator, Rectifier, Filter dan Regulator. Rancang bangun pengendali menggunakan mikrokontroller atmega8 berbasis Real Real Time Clock DS1307 sebagai pengendali pengendali otomatisnya akan membuat jammer dapat beroprasi secara otomatis, dan penempatan LCD LCD dan LED akan memonitor beroperasinya alat tersebut. tersebut. Kata kunci : GSM, Jammer, GSM, Jammer, power supply, mikrokontroler ATmega8, RTC DS1307, LCD, LED I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era sekarang ini, teknologi komunikasi pada semakin berkembang, dalam satu perangkat bisa untuk multimedia dan dapat digunakan dimanapun dan kapanpun tanpa terbatasi tempat dan waktu. Tapi pada sisi yang lain, berkembangnya teknologi ini menimbulkan beberapa gangguan. Gangguan suara panggilan masuk dan pemberitahuan lainnya itu timbul pada tempat yang tidak tepat, seperti di dalam ruang rapat, ruang ujian, dan tempat ibadah, yang seharusnya gangguan tersebut tidak diinginkan. maka dari itu alat pengendali pada sistem GSM ini akan dibuat. jammer pada 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan di atas terdapat beberapa masalah yang muncul, masalah tersebut ialah:
Bagaimana cara membuat rangkaian pengendali alat jammer menggunakan mikrokontroller atmega8 dengan masukan real time clock DS1307 sebagai pengendali alat secara otomatis. 2 Bagaimana mengkonfigurasikan alat jammer agar dapat terintegrasi dengan rangkaian mikropengendali sehingga jammer dapat bekerja sesuai program yang ditanamkan mikropengendali. 1.3 Tujuan Dan Manfaat Tujuan dan manfaat yang hendak dicapai dalam pembuatan Tugas Akhir ini adalah : 1
1
Tujuan pembuatan tugas akhir ini adalah untuk membuat alat pengendali jammer untuk sistem selular GSM berbasis real time clock sebagai pengendali alat secara otomatis.
2
Menertibkan penggunaan handphone yang tidak pada tempatnya, misalnya penggunaan handphone di lingkungan ibadah yang memerlukan kehikmatan dalam beribadah. 3 Agar petugas tidak selalu mengingatkan para pengguna handphone untuk menonaktifkan saat berada di ruangan tertentu. 1.4 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang dilakukan untuk dapat menyelesaikan jurnal ini diantaranya adalah sebagai berikut : 1 Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan mengacu pada referensi perancangan alat, terdapat empat metode diantaranya. a. Studi Literatur b. Perancangan Perangkat Keras c. Perancangan Perangkat Lunak d. Pengujian dan Pembahasan Hasil 2 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan yang digunakan ada 2 pengertian, yaitu data untuk bahan perancangan dan data hasil pengujian. 3 Parameter Penelitian Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah parameter pancaran frekuensi antenna jammer apakah sudah dapat menginterferensi MS yang berada pada sistem kerja GSM. 4 Rencana Kerja Rncana kerja dari proses pengerjaan tugas akhir ini. II. DASAR TEORI 2.1 Sistem Komunikasi Selular 2.1.1 Global System for Mobile (GSM) Global System for Mobile (GSM) adalah sebuah teknologi yang bersifat digital yang diterapkan pada komunikasi bergerak, khususnya telepon genggam. Teknologi GSM menggunakan gelombang mikro, dan dalam pengiriman sinyal yang dibagi berdasarkan frekuensi pada teknologi FDMA dan waktu pada teknologi TDMA. Layanan pada teknologi seluler adalah data, voice, maupun video dimana pengguna dapat melakukan hubungan komunikasi dengan pengguna lain tanpa harus bergantung pada media fisik. [2] 2.1.1.1Arsitektur Jaringan GSM Arsitektur jaringan GSM adalah kumpulan dari beberapa subsystem yang membentuk sistem jaringan GSM. Gambar Arsitektur jaringan GSM dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Arsitektur Jaringan GSM
2.1.1.2 Alokasi Frekuensi di Indonesia Alokasi frekuensi adalah hal yang sangat dibutuhkan dalam industri telekomunikasi. Hampir semua alokasi frekuensi selular telah digunakan untuk berbagai macam teknologi. Berikut ini adalah alokasi frekuensi di Indonesia. Untuk GSM900 rumus di atas dapat ditulis ulang sebagai berikut: Untuk uplink, alokasi frekuensi GSM900 dari 890 MHz sampai 915 MHz sedangkan untuk downlink dari 935 sampai 960 MHz. Perhatikan, dalam frekuensi MHz, baik uplink maupun downlink memiliki alokasi frekuensi yang berbeda Lebar pita spektrum GSM900 sendiri adalah 25 MHz dan penomoran kanal ARFCNnya dimulai dari 0 dan seterusnya; dengan lebar pita per kanal GSM adalah 200 kHz (0.2 MHz) maka jumlah total kanal untuk GSM900 adalah 25/0.2 = 125 kanal. Namun tidak semua kanal ini dapat dipakai: ada dua kanal yang harus dikorbankan sebagai system guard band pada kedua ujung batas spektrum masingmasing. Untuk GSM1800 (DCS) alokasi frekuensi uplink-nya dari 1710 MHz1785 MHz sedangkan downlink dari 1805 MHz sampai 1880 MHz dimana alokasi frekuensi antara uplink dan downlink terpisah selebar 95 MHz. Dengan demikian, berbeda dengan GSM900, GSM1800 memiliki lebar pita kurang lebih 3 kali lebih lebar dibanding GSM 900. 2.2 J A M M E R Jamming adalah cara melumpuhkan sinyal komunikasi elektronik dengan cara menimpa atau menutupi sinyal dari suatu pemancar dengan sinyal lain (disebut sinyal jamming) yang memiliki frekuensi yang sama dengan pemancar akan tetapi mempunyai daya energi yang lebih besar , sehingga penerima hanya akan mendeteksi sinyal jamming. Jammer terdiri dari dua bagian utama.
Gambar 2.8 Rangkaian Jammer
IF Section Bagian ini tediri dari Triangular Wave Generator atau biasa disebut dengan pembangkit gelombang, dimana pembangkit gelombang ini digunakan untuk memenuhi standart untuk menjalankan perangkat pada RF Section yaitu CVO agar dapat beroprasi memancarkan sinyal Jammer. Didalam rangkaian IF Section akan di buat rangkaian Noise Generator. Yang mana gelombang dari Noise Generator akan ditumpakkan pada gelombang carier. 2 gelombang tersebut akan di gabungkan dengan rangkaian Mixer. RF Section Bagian ini adalah bagian paling penting dan vital dari jammer karena output dari bagian ini berintraksi langsung dengan ponsel , RF section sendiri terdiri dari VCO , power amplifier dan antena. [10] 2.2.1 Teknik Jamming Ada tiga teknik jamming yang sering digunakan yaitu : 1. Spoofing Pada teknik ini perangkat jammer mematikan ponsel pada radius efektifnya . Saat mendeteksi sinyal di area sekitar maka jammer mengirimkan sinyal untuk menonaktifkan ponsel . Beberapa teknik ini dapat mendeteki sinyal terdekat dan mengirimkan pesan untuk modus diam . 2. Shielding attacks Teknik ini adalah teknik yang bekerja dengan menutup daerah yang dibentuk dari gelombang elektromagnetik . Gelombang elektromagneti ini membuat blok antara daerah luar dan daerah dalam sehingga setiap perangkat di dalam yang tidak dapat mengirim maupun menerima sinyal RF dari luar area, seperti pada gedung – gedung besar misalnya . 3. Denial Of Service Perangkat jammer mengirimkan sinyal noise pada frekuensi operasi yang sama dari ponsel sehingga ponsel tidak dapat menerima sinyal frekuensi dari operator karena sudah dimasuki sinyal noise pada frekuensi yang sama. Sistem kerja jammer ini berada pada Um Interface yang terdapat pada arsitektur jaringan [10] GSM. 2.3 Perangkat Keras 2.3.1 Power Suppl y Prinsip kerja catu daya yaitu memasok listrik ke sebuah rangkaian elektronika agar dapat bekerja. Catu daya ada 2 macam yaitu catu daya yang menhasilkan arus bolak-balik atau arus AC ( Alternating Current ) dan catu daya yang menghasilkan arus DC ( Direct current ). Penyedia catuan listrik yang di catu oleh PLN berupa arus AC 220V. Sedangkan untuk mengaktifkan ragkaian elektronika harus berupa arus DC, maka dari itu tegangan AC yang dicatu oleh PLN harus disearahkan menjadi tegangan DC dengan nama adaptor.
Gambar 2.1 Blok Diagram Catu Daya [2] 2.3.2 MIKROKONTROLER AVR merupakan salah satu jenis mikrokontroler yang di dalamnya terdapat berbagai macam fungsi. Perbedaannya pada mikro yang pada umumnya digunakan seperti MCS51 adalah pada AVR tidak perlu menggunakan oscillator eksternal karena di dalamnya sudah terdapat internal oscillator. AVR ATmega8 adalah mikrokontroler CMOS 8-bit berarsitektur AVR RISC yang memiliki 8K byte inSystem Programmable Flash. Mikrokontroler dengan konsumsi daya rendah ini mampu mengeksekusi instruksi dengan kecepatan maksimum 16MIPS pada frekuensi 16MHz. Jika dibandingkan dengan ATmega8L perbedaannya hanya terletak pada besarnya tegangan yang diperlukan untuk bekerja. Untuk ATmega8 tipe L, mikrokontroler ini dapat bekerja dengan tegangan antara 2,7 - 5,5 V sedangkan untuk ATmega8 hanya dapat bekerja pada tegangan antara 4,5 – 5,5 V. [6]
Gambar 2.23 Konfigurasi Pin Atmega8[8] 2.3.3 EEPROM Dalam mikropengendali AVR data dapat ditempatkan pada tiga macam memori yaitu memori flash, SRAM, dan Electrically Erasable Programmable Read Only Memory (EEPROM). EEPROM adalah salah satu memori untuk penyimpanan data internal mikropengendali yang sifatnya non volatile. Artinya data tidak akan hilang walaupun catu daya mikropengendali mati. Biasanya memori EEPROM diaplikasikan untuk penyimpanan tabel-tabel data atau konstanta dan penyimpanan password. [8] 2.3.4 LCD LCD (Liquid Crystal Display) layar merupakan modul layar elektronik dan dapat ditemukan berbagai macam aplikasi.Sebuah tampilan LCD 16x2 adalah modul yang sangat dasar dan sangat umum digunakan di berbagai perangkat dan rangkaian.Modul ini disukai lebih dari tujuh segmen dan LED multi segmen
lainnya.Bentuk fisik dari LCD 16x2 ditunjukkan pada gambar 2.5. Dan untuk fungsi tiap pin pada LCD 16x2 diterangkan pada tabel 2.5.
Gambar 2.24 Gambar LCD [8] 2.3.5 REAL TI M E CLOCK (RTC) DS1307 Real Time Clock (RTC) DS1307 mempunyai clock sumber tersendiri dan internal batery untuk menyimpan data waktu dan tanggal. Sehingga jika system komputer atau microcontroller mati waktu dan tanggal didalam memori RTC tetap up to date.
Gambar 2.25 Diagram Pin DS1307 [6] RTC memiliki 8 pin diantaranya adalah VCC, X1, X2, VBAT, GND, SCL, SQW/OUT, dan SDA. VCC merupakan pin untuk sumber tegangan dengan tegangan operasi 5 volt . X1 dan X2 akan dihubungkan dengan kristal senilai 32,768 Khz yang merupakan jalur oscillator internal yang di desain untuk dapat beroperasi dengan nilai-nilai kristal yang sudah ditentukan. VBAT merupakan tegangan tambahan yang terhubung pada baterai yang berfungsi sebagai tegangan penggantipada saat RTC tidak memperoleh tegangan langsung dari power supply sehingga RTC dapat tetap berkerja untuk proses pencacahan waktunya. Serial Clock Input (SCL) digunakan sebagai sinkronisasi perpindahan data pada antarmuka serial PIN serial Pheripheral Interface (SPI). Untuk serial data Input/Output (SDA) berfungsi sebagai PIN masukan dan keluaran pada antarmuka serial kabel. [6] 2.4 Perangkat Lunak 2.4.1 AVR Code Vision Code Vision AVR C compiler adalah alat bantu yang dipergunakan untuk memprogram Bahasa C. Dengan memanfaatkan aplikasi ini akan mempermudah kerja dalam lingkungan perkembangan perangkat lunak seperti pembuatan program alat jammer phone ini, berikut adalah tampilan awal dari Code Vision AVR C compiler. Code Vision AVR C compiler ini dilengkapi dengan source code editor, compiler, linker dan dapat memanggil ATmel AVR Studio untuk di buggernya. Pemrograman dengan menggunakan Code Vision Avr C compiler terbilang mudah, karena terdapat beberapa
aplikasi bantuan yang akan mempermudah proses pemrograman seperti pemanfaatan fasilitas Run The Codewizardavr Automatic Program Generator.
Gambar 2.26 Aplikasi Menu Run The Codewizardavr Automatic Program Generator III. PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM 3.1 PERANCANGAN ALAT Pada perancangan pengendali jammer untuk sistem selular GSM dengan microcontroller Atmega8 sebagai kendali alatnya meliputi perancangan sistem kerja pada setiap komponen yang terdapat dalam alat pada tugas akhir ini. Pada gambar 3.1 dapat dilihat blok diagram alat ini.
Gambar 3.1 Blok Diagram Pengendali Jammer Untuk Sistem Selular GSM Berbasis Real Time Clock Pada Gambar 3.1 pada blok input ada RTC DS1307, dimana RTC ini digunakan sebagai masukan agar alat pengendali jammer ini mendapat penjadwalan, penjadwalan ini berfungsi agar mikropengandali dapat terprogram secara real time dan data penjadwalan tersebut dapat ditampilkan di LCD. Program auto disini penulis membuat dengan mengambil data sampel 5 periode waktu. Dan pada setiap periode sampel 5 waktu alat jammer akan bekerja selama 20 menit, setelah 20 menit jammer ini hidup maka secara otomatis jammer akan dimatikan dan alat akan berjalan normal kembali. Maksud dari penggunaan sampel lima periode waktu ini yaitu untuk memudahkan penulis mensetting periode waktu otomatisnya jika jammer ini ditempatkan di tempat ibadah seperti masjid yang mempunyai periode waktu ibadah yang sudah statis, tapi tidak menutup kemungkinan jammer ini di tempatkan di tempat ibadah ataupun tempat
lain. Hanya saja akan mensetting ulang sesuai pengaturan waktu yang statis agar jammer lebih efektif penggunaannya. pengaturan waktunya yaitu : Tabel 3.1 Jadwal Auto mode
semua komponen yang saling terintegrasi dalam penelitian ini. Rangkaian microcontroller ini terdapat pada Gambar 3.3.
J A M M E R BEROPRASI
NO
1
JAMMER ON 04:20:00
JAMMER OFF 04:40:00
2
11:40:00
12:00:00
3
15:00:00
15:20:00
4
17:30:00
17:50:00
5
18:40:00
19:00:00
3.2 PERANCANGAN BLOK DIAGRAM 3.2.1 Catu Daya Pada rancangan ini, catu daya yang digunakan berupa tegangan AC. Jadi, jammer ini akan langsung terhubung ke jala-jala listrik. Catu daya yang diperoleh dari tegangan PLN sebesar 220V 50Hz. Catu daya ini juga terdapat tansformator step down, sehingga tegangan masukan dari listrik AC yang semula 220V akan diubah menjadi 12 Volt. Tegangan keluaran dari rangkaian filter kapasitor, alat ini menggunakan IC Regulator. Ada dua jenis regulator yang akan digunakan yaitu LM7805 untuk tegangan DC +5 Volt untuk mencatu rangkaian mococontroller dan LM317 untuk tegangan DC +3.7 Volt yang digunakan juga untuk mencatu modul jammer. Adapun rangkaian catu daya yang akan dibuat untuk alat pengendali jammer pada sistem GSM berbasis real time clock ini ditunjukan Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Blok Catu Daya 3.2.2 Perancangan Minimum Sistem Microcontroller ATmega8 Perancangan sistem microcontroller dilakukan agar microcontroller dapat bekerja sesuai dengan fungsi yang dibutuhkan pada alat jammer ini sebagai kendali otomatis. Pada penelitian ini digunakan microcontroller ATmega8 yang berfungsi sebagai pusat kendali dari
Gambar 3.3 Rangkaian Minsis Microcontroller Microcontroler ATmega8 memiliki 28 pin, yaitu port B delapan bit, port C tujuh bit dan port D delapan bit. Port yang digunakan sebagai port masukan dal keluaran data yang terhubung langsung dengan rangkaian-rangkaian dalam sistem ini. Rangkaian ini tersusun atas oscillator crystal 16Mhz untuk membangkitkan frekuensi dan kapasitor 100pF yang dipasang secara parallel dengan crystal yang berfungsi untuk menstabilkan frekuensi. Tegangan yang digunakan pada microcontroller ATmega8 adalah sebesar 5 Volt yang dihubungkan dengan pin 7 sebagai pin Vcc yang mendapat sumber dari catu daya. Reset terdapat pada pin 1 yang berfungsi untuk memberikan kondisi microcontroller menjadi kondisi awal, jika tombol reset ditekan. 3.2.3 Rangkaian Push Button dan LED Push Button digunakan untuk mempermudah user dalam mengatur jammer pada kondisi mode outo timer atau mode manual, mode auto timer adalah kondisi dimana alat jammer akan bekerja sesuai program waktu yang sudah di tanamkan pada mikropengendali. Dan mode manual adalah kondisi dimana alat jammer akan langsung bekerja jika push button itu ditekan. rangkaian push button dan LED ini terdapat pada gambar 3.4.
Gambar 3.4 Rangkaian Push Button dan LED Terdiri dari tiga push button yang akan digunakan, dimana push button pertama memberikan logic auto mode. Auto mode adalah kondisi normal dimana sistem akan bekerja secara otomatis dengan mengambil data dari RTC. Push button kedua memberikan logic manual mode, manual mode adalah suatu kondisi dimana jammer akan dihidupkan langsung tanpa melalui sistem timer dan tampa mengambil data dari RTC. Dan push button yang ketiga memberikan logic info dimana akan memberikan informasi mengenai fungsi push button yang akan ditampilkan dalam bentuk teks pada LCD. Tiga push button tersebut juga akan terkonfigursi dengan tiga buah LED, dimana LED akan hidup jika push button di tekan. LED merah menandakan Jammer On, LED hijau menandakan mode manual dan LED kuning menandakan mode auto timer. 3.2.4 Rangkaian LCD LCD yang digunakan dalam sistem ini menggunakan LCD display yang memiliki 2 x 16 karakter, total ada 32 karakter. Disini LCD berfungsi untuk membantu user agar dapat melihat status apa yang akan ditampilkan dari alat jammer, apakah status jammer pada mode oauto timer atau mode manual. Rangkaian LCD tersebut akan ditampilkan pada gambar 3.5.
Gambar 3.5 Rangkaian LCD Display 2x16 3.2.5 Rangkaian RTC DS1307 Pada gambar diatas, Rangkaian RTC digunakan untuk menyimpan data berupa waktu dan tanggal, data tersebut berupa detik, menit, jam, tanggal, bulan dan tahun yang tersimpan pada internal RAM RTC dimana data harus tetap disimpan walaupun RTC tidak memperoleh pasokan dari catu daya utama, DS1307 mempunyai built in circuit electrical yang akan mendeteksi kegagalan daya secara otomatis beralih ke pasokan daya cadangan. Maka dari itu didalam
rangkaian RTC di tambahkanlah catu daya dari battery sebesar 3 volt. RTC ini juga di hubungkan dengan crystal 32,768Khz agar RTC dapat beroprasi dengan nilai nilai kristal tersebut. sebagai indikator maka ditambahkanlah LED.
Gambar 3.6 Rangkaian RTC DS1307 3.2.6 Rangkaian Relay Relay disini berguna untuk menghidupkan dan mematikan jammer, relay yang digunakan pada rangkaian kali ini adalah relay tipe HRS4-S DC5V dimana tegangan kerjanya yaitu sebesar 5 V DC. Relay ini bekerja ketika port mikro berlogika high 5 V maka transistor akan aktif. Untuk mengoprasikan relay itu sendiri membutuhkan driver relay, rangkaian driver relay terdiri dari resistor, transistor, diode, dan relay. Resistor yang digunakan mempunyai nilai 4700 Ω. Transistor mempunyai besar tegangan Vbe sebesar 0,6 volt, sedangkan relay mempunyai daya sebesar 450 mW dan transistor mempunyai hfe sebesar 100.
Gambar 3.7 Rangkaian Relay 3.3 RANGKAIAN KESELURUHAN Rangkaian keseluruhan pada alat dalam tugas akhir ini adalah rangkaian integrasi antara komponen satu dengan komponen lain dengan pusat kendali yaitu mikropengendali. Untuk tampilan seluruh rangkaian dapat dilihat pada gambar 3.8.
Gambar 3.8 Rangkaian Keseluruhan 3.4 PERANCANGAN PEMBUATAN SOFTWARE Dalam flowchart pada gambar 3.9 adalah flowchart pada rangkaian
pengendali utama. Rangkaian pengendali utama merupakan inti dari suatu kerja sistem. Start
INISIALISASI
START UP PROGRAM
no
PUSH 1
no
PUSH 2
yes
yes
MODE 1
MODE 2
yes MODE 2?
no
INPUT DATA DARI RTC
no
JAMMER ON
WAKTU SESUAI? yes
JAMMER ON
PUSH 3?
no
yes
LCD
End
Gambar 3.9 Flowchart Rangkaian Pengendali Utama Sistem kerja dalam alat yang tertampil dalam flowchart adalah dimulai dengan inisialisasi, dimana inisialisasi terdiri dari pengenalan dan deklarasi masing-masing komponen yang terhubung ke mikro baik sebagai masukan maupun keluaran. Deklarasi tersebut juga mengenalkan pin dan data yang diambil (data waktu H,M,S). Kemudian start up program dimana awal dari sistem kerja alat ini auto mode, ditandai dengan menyalanya indikator LED kuning. Lalu masuk ke pertanyaan apakah menekan tombol 2 atau tidak, jika iya maka mikrokontroler akan memerintakan relay untuk aktif dan secara otomatis jammer aktif. Jika tidak maka mungcul pertanyaan apakah menekan tombol 1 atau tidak, jika iya maka alat bekerja secara normal atau auto mode. Auto mode yaitu kondisi dimana alat bekerja secara otomatis dengan mengambil data dari RTC lalu mencocokannya dengan program yang ditanamkan, jika cocok maka mikro akan memberikan perintah ke relay untuk mengaktifkan jammer. Pada auto mode di tandai dengan status waktu yang muncul pada LCD dan lampu indikator kuning menyala. Lalu muncul pertanyaan lagi apakah menekan tombol 3 atau tidak, jika iya maka mikrokontroler akan memerintahkan untuk LCD dapat memunculkan informasi mengenai kegunaan masing masing push button. program ini akan diulang terus menerus, atau dalam bahasa C disebut dengan void main.
IV. Hasil Pengujian dan Pembahasan 4.1 Hasil Pengukuran dan Analisa Pada pengukuran dan analisa untuk tugas akhir ini ada tiga bagian yang akan diukur dan dianalisa yaitu catu daya, rangkaian mikropengendali dan modul jammer. 4.1.1 Pengukuran Catu Daya Dalam pengukuran catu daya terdiri dari beberapa pengukuran yaitu pengukuran tegangan keluaran trafo, pengukuran tegangan keluaran dari dioda bridge, pengukuran filter dan pengukuran tegangan keluaran IC7805 dan LM317. 4.1.1.1Pengukuran tegangan keluaran dari trafo Pada pengukuran tegangan keluaran dari trafo menggunakan alat ukur multimeter digital. Tegangan keluaran dari trafo masih berbentuk tegangan AC yang berasal dari tegangan PLN sebesar 220volt. tegangan 220 volt akan diturunkan menjadi 12 volt menggunakan trafo. Sebelum melakukan pengukuran tegangan keluaran dari trafo, multimeter terlebih dahulu di kalibrasi untuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat. Karena tegangan keluaran trafo adalah tegangan AC maka settingan dari multimeter pada kondisi AC bila masih dalam kondisi DC mengakibatkan multimeter akan rusak. Mengukur tegangan keluaran dari trafo dengan cara menghubungkan probe merah pada multimeter dengan jalur positif dan probe hitam pada jalur ground. Hasil pengukuran didapat sebesar 12 Volt seperti yang ditunjukan pada gambar 4.1 dan table 4.1
Gambar 4.1 Pengukuran Tegangan Keluaran Trafo Tabel 4.1 Pengukuran Tegangan Keluaran Pada Trafo Prosentase Error
Keluaran Tegangan Parameter
Hasil
yang
Pengukuran
diharapkan
(b)
(%) Error
(a – b)
−
=
100%
(a) Trafo
12 Volt
12 Volt
0 Volt
0%
Pada pengukuran tegangan keluaran pada trafo hasil yang di dapat adalah 12
Volt dengan tegangan yang diharapkan 12 Volt. Presentase error pada pengukuran keluaran trafo sebesar 0%, hal tersebut menandakan trafo dalam keadaan baik sehingga tegangan keluaran yang diharapkan sesuai dengan tegangan keluaran pada pengukuran. 4.1.1.2 Pengukuran tegangan keluaran dioda bridge Pengukuran tegangan keluaran pada diode bridge sudah berbentuk tegangan DC, maka setting multimeter ke dalam mode untuk mengukur tegangan DC. Dioda bridge mempunyai empat kaki, kaki pertama terhubung dengan alur tegangan positif dari trafo, kaki kedua terhubung dengan ground, kaki ketiga terhubung dengan jalur tegangan positif dari kapasitor, dan kaki keempat terhubung dengan ground pada trafo. Mengukur tegangan keluaran pada diode bridge dengan cara menghubungkan probe merah pada multimeter dengan kaki ketiga pada diode bridge dan probe hitam pada multimeter dengan kaki kedua dioda bridge. Hasil pengukuran yang didapat sebesar 14,3 Volt seperti yang ditunjukan pada gambar 4.2 dan table 4.2.
Pada alat tugas akhir ini menggunakan penyearah gelombang penuh dengan diode bridge. Hasil pengukuran tegangan keluaran yang didapat pada diode bridge adalah 14,3 volt dimana tegangan yang diharapkan 12 volt. Alasan pengukuran tegangan pada diode bridge ini naik karena dipengaruhi oleh adanya riak. Tapi riak ini nanti akan dir edam dengan kapasitor filter. Selisih 2,3 Volt atau dalam prosentase 19,1 % tidak berpengaruh pada kerja sistem alat tugas akhir ini, dibuktikan dengan masih bekerja dengan baik alat tugas akhir ini pada saat simulasi. 4.1.1.3 Pengukuran tegangan keluaran filter kapasitor Kapasitor disini berfungsi untuk meredam tegangan riak yang ditimbulkan dari penyearah gelombang, sehingga tegangan berlebih tersebut dapat diredam. Selain berfungsi sebagai filter, kapasitor mempunyai fungsi menyimpan tegangan. Tegangan yang disimpan pada kapasitor tidak terlalu besar, tetapi tegangan tersebut akan mempengaruhi tegangan pada diode bridge. Hasil pengukuran yang didapat sebesar 14,1 Volt seperti yang ditunjukan pada gambar 4.3 dan table 4.3.
Gambar 4.2 Pengukuran Tegangan Keluaran Pada Dioda Bridge Tabel 4.2 Pengukuran Tegangan Keluaran Pada Dioda Bridge Keluaran Tegangan yang Parameter
diharapkan (a)
Dioda Bridge
12 Volt
Hasil Pengukuran (b)
14,3 Volt
Prosentase Error
Tegangan
(%)
yang
Hasil
Error
diharapkan
Pengukuran
(a – b)
Datasheet
(b)
Error (a – b)
2,3 Volt
Gambar 4.3 pengukuran tegangan keluaran filter kapasitor Tabel 4.4 Pengukuran Tegangan keluaran Filter Kapasitor Prosentase Error (%)
−
=
100%
Parameter
−
=
(a)
19,1 %
Filter
24 Volt
14,1 Volt
0,4
100%
1,6 %
Volt
Diode adalah komponen aktif yang mempunyai dua kutub katodan dan anoda) bersifat semikonduktor yang hanya meneruskan arus dan memblok arus yang kembali ke komponen tersebut. Selain fungsi tersebut diode juga berfungsi sebagai penyearah tegangan dari tegangan AC menjadi tegangan DC.
4.1.1.4Pengukuran Tegangan Keluaran IC Regulator Pengukuran tegangan keluaran pada LM7805 dan LM317 masih berbentuk tegangan DC. Maka setting multimeter pada metode tegangan DC. Regulator Voltage berfungsi sebagai filter tegangan agar sesuai degan
keinginan. Oleh karena itu biasanya dalam rangkaian power supply maka IC Regulator tegangan ini selalu dipakai untuk stabilnya outputan tegangan. pada IC regulator LM7805 mempunyai tiga kaki, kaki pertama adalah input yang terhubung dengan kaki positif dari diode bridge, kaki kedua terhubung dengan ground, kaki ketiga adalah output terhubung dengan jalur tegangan positif dari outputan tegangan untuk rangakain mikrokontroler. Selain dari regulator tegangan tetap ada juga IC Regulator yang tegangannya dapat diatur. Prinsipnya sama dengan regulator OP-Amp yang dikemas dalam satu IC LM317. Bedanya resistor R1 dan R2 ada di luar IC, sehingga tegangan keluaran dapat diatur melalui resistor eksternal tersebut. Agar IC Regulator LM7805 dapat menghasilkan output sesuai yag diharapkan maka IC tersebut harus terpenuhi syarat tegangan dari 7 – 25 Volt DC. Hasil pengukuran dari kedua IC regulator tersebut dapat dilihat di Gambar 4.4 dan 4.5 :
Dalam pengukuran pada Rangkaian Mikropengendali ATmega8 terdiri dari empat pengukuran, yaitu pengukuran tegangan masukan pada minimum sistem ATmega8, Pengukuran tegangan masukan pada RTC DS1307, pengukuran tegangan masukan LCD dan pengukuran tegangan masukan pada Relay. 4.1.2.1Tegangan Masukan Minimum Sistem ATmega8 Pada pengukuran tegangan masukan pada minimum sistem ATmega8 menggunakan alat ukur multimeter digital, tegangan masukan pada minimum sistem ATmega8 adalah tegangan DC, maka settingan multimeter ke dalam mode untuk mengukur tegangan DC. Tegangan untuk mencatu minimum sistem ATmega8 berasal dari catu daya yang menghasilkan tegangan keluaran sebesar 5 Volt. Tegangan tersebut dibutuhkan Atmega8 untuk bisa beroprasi. Hasil pengukuran yang didapat sebesar 5 volt seperti yang ditunjukan pada gambar 4.6 dan table 4.6.
Gambar 4.4 Hasil pengukuran LM 7805 Tabel 4.5 Hasil Pengukuran LM 7805
Gambar 4.6 Pengukuran Masukan Minimum Sistem ATmega8 Tabel 4.6 Hasil Pengukuran ATmega8
Prosentase Error
Parameter
Keluaran
Hasil
Error
Tegangan
Pengukuran
(a – b)
yang
(b)
(%) 100%
(a) Regulator
5 Volt
Prosentase
−
=
diharapkan
Keluaran Parameter
5 Volt
0 Volt
0%
7805
Error
Tegangan
Hasil
Error
yang
Pengukuran
(a –
diharapkan
(b)
b)
Minimum
ATmega8
Gambar 4.5 Hasil Pengukuran LM 317 Tabel 4.5 hasil pengukuran LM 3017 Prosentase Error
Parameter
Keluaran
Hasil
Error
Tegangan
Pengukuran
(a – b)
yang
(b)
(%) −
=
100%
diharapkan (a) Regulator LM317
3,7 Volt
3,9 Volt
0,2
5,4 %
Volt
4.1.2 Pengukuran Pada Mikropengendali ATmega8
Rangkaian
5 Volt
−
=
(a)
Sistem
(%)
5 Volt
0 Volt
100%
0%
4.1.2.2Tegangan Masukan RTC DS1307 DS1307 merupakan Real Time Clock berdaya rendah, dengan kode biner decimal (BCD) untuk waktu/kalender ditambah 56 byte NV SRAM. Real Time Clock memiliki kisaran suhu industry -40 ° C sampai +85 ° C. Rangkaian RTC ini beroprasi pada kisaran tegangan antara 4,5 sampe 5,5 Volt DC. Selain itu mempunyai baterai backup atau batterai cadangan yang digunakan sebagai penyimpanan daya apabila dalam posisi tidak terhubung ke catu daya utama. RTC terhubung langsung ke mikropengendali
untuk bisa disinkronisasikan dengan komponen yang lainnya. Dari hasil pengukuran diperoleh tegangan sebesar 5 Volt. Dengan demikian rangkaian dapat beroprasi dengan baik sesuai yang ditunjukan pada gambar 4.7 dan tabel 4.7.
Gambar 4.7 Hasil Pengukuran Tegangan Masukan DS1307 Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Tegangan Masukan DS1307
Keluaran Parameter
Prosentase Error
Tegangan
Hasil
yang
Pengukuran
diharapkan
(b)
(%)
Error (a – b)
−
=
100%
(a) RTC DS13007
5 Volt
5 Volt
0 Volt
0%
4.1.2.3 Tegangan Masukan LCD Dalam pengukuran tegangan masukan pada LCD menggunakan alat ukur multimeter digital, tegangan masukan pada LCD adalah tegangan DC, maka settingan multimeter ke dalam mode untuk mengukur tegangan DC. Tegangan untuk mencatu LCD berasal dari catu daya sebesar 5 volt. Tegangan tersebut dibutuhkan LCD untuk bisa beroprasi. Pengukuran tegangan masukan pada LCD dengan cara menghubungkan probe merah pada multimeter dengan jalur ke port Vcc dan probe hitam pada multimeter dengan port ground. Hasil pengukuran yang didapat sebesar 5 volt seperti yang ditunjukan pada gambar 4.8 dan table 4.8.
(a)
LCD
5 Volt
4,9 Volt
0,1
2%
Volt
4.1.2.4Tegangan Masukan Relay Pada rangkaian relay terdapat komponen driver relay seperti resistor, transistor, diode dan relay itu sendiri. Dalam pengukuran relay terdiri dari dua pengukuran yaitu pengukuran tegangan keluaran pada saat relay tidak aktif dan pengukuran tegangan keluaran pada saat relay aktif. Pada pengukuran tegangan keluaran pada saat relay tidak aktif menggunakan alat ukur mulimeter digital. Teganga untuk mencatu relay berasal dari catu daya yang menghasilkan tegangan keluaran sebesar 5 volt. Tegangan tersebut dibutuhkan relay untuk bisa bekerja. Tanda relay aktif atau bekerja adalah lampu indikator merah, jika tidak maka relay tersebut tidak bekerja. Pengukuran yang akan dilakukan adalah pengukuran tegangan keluaran relay saat tidak aktif. Tegangan keluaran dari relay berbentuk tegangan DC maka settingan multimeter masih pada mod tegangan DC. Relay yang digunakan mempunyai lima kaki, kaki pertama yaitu positif yang terhubung dengan kaki katoda pada diode, kaki kedua yaitu negatif yang terhubung dengan kolektor dari transistor, kaki ketiga yaitu COM terhubung dengan keluaran negative dari relay. kaki empat yaitu NC, dan kaki kelima yaitu NO terhubung dengan keluaran positif dari relay. Mengukur tegangan keluaran pada saat relay tidak aktif dengan cara menghubungkan probe merah dengan kaki positif pada relay dan probe hitam pada multimeter dengan kaki negative pada relay. Hasil pengukuran yang didapat sebesar 0 volt seperti gambar 4.9.
Gambar 4.8 Hasil Pengukuran Tegangan Masukan LCD Tabel 4.8 Hasil Pengukuran Tegangan Masukan LCD Prosentase Error
Parameter
Keluaran
Hasil
Error
Tegangan
Pengukuran
(a – b)
yang
(b)
diharapkan
(%) −
=
100%
Gambar 4.9 Hasil Pengukuran Keluaran Relay Pada Saat Tidak Aktif Pengukuran Tegangan Keluaran Pada Saat Relay Aktif Pengukuran tegangan keluaran pada saat relay aktif
dengan cara menghubungkan probe merah dengan kaki positif pada relay dan probe hitam pada multimeter dengan kaki negative pada relay. Hasil pengukuran yang didapat sebesar 0 volt seperti gambar 4.10 dan tabel 4.9.
Tabel 4.10 Hasil Pengukuran Tegangan Masukan Jammer Prosentase Error
Parameter
Keluaran
Hasil
Error
Tegangan
Pengukuran
(a –
yang
(b)
b)
3.7 Volt
0 Volt
(%) −
=
100%
diharapkan (a) Jammer
Gambar 4.10 Hasil Pengukuran Tegangan Keluaran Relay Saat Aktif Tabel 4.9 Hasil Pengukuran Tegangan Keluaran Relay Saat Aktif Prosentase
Parameter
Keluaran
Hasil
Error
Tegangan yang
Pengukuran
(a – b)
diharapkan
(b)
4.4 Volt
(%) −
(a) Relay
Error
= 4.8 Volt
0,4
100%
8 %
3.7 Volt
0%
4.1.3.2Pengukuran Frekuensi Keluaran jammer Pada modul jammer ini mempunyai dua frekuensi keluaran, dimana dari masingmasing frekuensi berada pada sistem kerja frekuensi GSM dan DCS. Untuk melihat frekuensi tersebut maka digunakan alat ukur spectrum analyzer. Dimana kita mensetting dulu frekuensi mana yang akan diukur, lalu atur span pada 350MHz. Maka dapat dilihat hasil pengukuran dari masng masing frekuensi pada gambar 4.12, 4.13 dan 4.14.
Volt
4.1.3 Pengukuran Modul Jammer Dalam pengukuran pada modul jammer terdiri dari tiga pengukuran, yaitu pengukuran tegangan masukan pada jammer, Pengukuran tegangan masukan pada jammer, pengukuran frekuensi keluaran jammer menggunakan spectrum analyzer dan sistem kerja jammer menggunakan aplikasi TEMS 4.1.3.1 Pengukuran Tegangan Masukan Pada jammer Pada pengukuran tegangan masukan pada jammer ini menggunakan alat ukur multimeter digital. Tegangan untuk mencatu jammer berasal dari catu daya yang menghasilkan tegangan keluaran sebesar 3.7 volt. Tegangan tersebut dibutuhkan jammer agar dapat beroprasi secara maksimal. Mengukur tegangan masukan dilakukan pada saat jammer aktif dengan menghubungkan probe merah multimeter dengan kutub positif dan probe hitam multimeter dengan kutub negative. Hasil pengukuran yang didapat sebesar 3.7 volt seperti yang ditunjukan pada gambar 4.11 dan tabel 4.10.
Gambar 4.11 Hasil Pengukuran Tegangan Masukan Jammer
Gambar 4.12 Hasil Pengukuran Frekuensi Antena Jammer GSM 900 MHz
Gambar 4.13 Hasil Pengukuran Daya Antena Jammer Pada Frekuensi GSM 900MHz
Gambar 4.14 Hasil Pengukuran Frekuensi Antena Jammer DCS 1800MHz
Gambar 4.15 Hasil Pengukuran Daya Antena Jammer Pada Frekuensi DCS 1800MHz Tabel 4.11 Hasil Pengukuran Daya Antena Jammer Daya Antena Parameter
Jammer (dBm)
GSM 900MHz
-42,7 dBm
DCS 1800MHz
-38,3 dBm
Gambar 4.17 Pengukuran 900MHz TEMS Saat Jammer off
Daya Antena Jammer (watt)
(−30) 10
= 10
5,4 10−8 watt
1,5 10−7 watt
Dari pengukuran menggunakan spectrum analyzer maka dapat diketahui frekuensi kerja dari modul jammer yaitu pada frekuensi kerja 868 - 960 MHz pada Frekuensi GSM 900 MHz dan rentang frekuensi 1735 – 1920 MHz pada Frekuensi DCS 1800 MHz. Pada pengukuran tersebut juga dapat dilihat daya pancar antenna jammer yang sudah dikonversikan ke watt yaitu sebesar 5,4 x 10-8 watt pada frekuensi 900 Mhz dan 1,5 x 10-7 watt pada frekuensi 1800 Mhz. 4.1.3.3 Pengukuran Sistem Kerja Jammer Pada pengukuran sistem kerja jammer ini digunakan untuk mengetahui jammer bekerja sesuai dengan yang diinginkan yaitu dapat menjamming sinyal GSM. Pengamatan dilakukan pada saat jammer dihidupkan apakah handphone mendapat sinyal atau tidak. Hasil pengukurannya menampilkan status dari masing masing frekuensi yang di ukur tertampil pada gambar 4.15, 4.16, 4.17, 4.18, 4.19, 4.20, 4.21, 4.22, 4.23, 4.24.
Gambar 4.16 Lock Pada Frekuensi 900 MHz
Gambar 4.18 Pengukuran 900MHz TEMS Saat Jammer on
Gambar 4.19 Lock Pada Frekuensi 1800 MHz
Gambar 4.20 Pengukuran 1800MHz TEMS Saat Jammer off
Gambar 4.21 Pengukuran 1800MHz TEMS Saat Jammer on
Kondisi Jammer Provider
Aktif
Delay Jammi ng (s)
Tidak Aktif
10 s Telkomsel
Gambar 4.22 Line chart saat jammer diaktifkan Tabel 4.12 Daya Terima Mobile station Daya Terima Daya
Mobile station
Terima Parameter
Mobile
(watt)
(dBm)
=
Antena Jammer
station
Daya
(−30) 10 10
(watt) (b)
(a) GSM 900MHz
-88 dBm
DCS
-83
1800MHz
dBm
1,6 10−12
5,4 10−8
watt
watt
5 10−12 watt
1,5 10−7 watt
Delay Jammi ng (s)
Kondisi Jammer Provider
Aktif
Tidak Aktif
Selisih Daya Yang
40 s
diterima MS Yang
Indosat
Terjamming (c) = (b) – (a)
5,3 x 108 watt
1,4 x 107 watt
Pada pengukuran yang terlihat di gambar 4.16 dan 4.19 menggunakan aplikasi Tems menampilkan kualitas sinyal pada kondisi jammer tdak aktif. Dan kondisi dimana pada saat jammer aktif maka akan berubah seperti yang tertampil pada gambar 4.17 dan 4.20. Dan line chart yang tertampil pada gambar 4.24 memberikan gambaran mengenai grafik network yang berjalan normal dan akan berubah saat perangkat jammer aktif. Sehingga kualitas sinyal berubah secara derastis saat perangkat jammer dihidupkan, pada coverage tertentu sinyal ms hilang. Pada Tabel 4.12 dapat dilihat hasil data daya yang diterima oleh ms yang sudah dikonversikan ke satuan watt yaitu sebesar 1,6 x 10-12 watt pada frekuensi GSM 900 Mhz dan 5 x 10-12 watt pada frekuensi DCS 1800 Mhz. Dimana daya tersebut dibandingkan dengan daya pancar antenna jammer, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jammer menginterferensi ms dengan memancarkan frekuensi pada frekuensi kerja GSM 900Mhz dan DCS 1800 Mhz dengan daya yang lebih besar, sehingga pada jarak tertentu ms yang ter jamming akan mengalami loss service area atau bisa disebut dengan blank spot. Tabel 4.13 Pengujian Kedua Kondisi Sinyal Handphone Pada Saat Jammer Aktif Dan Tidak Aktif
90 s XL Axiata
Dalam pengujian terkait dengan area cangkupannya ditampilkan pada tabel 4.27. Tabel 4.14 cangkupan jammer Jarak (m) Provider 1
2
3
4
Telkomsel
√
√
√
√
Indosat
√
√
√
√
XL Axiata
√
√
√
x
Penggunaan tiga operator yang berada di Indonesia sebagai pembanding bagaimana jammer ini dapat bekerja di semua operator yang berada pada layanan frekuensi GSM dan DCS. Dan dari pengukuran yang terlihat pada Tabel 4.13 dan tabel 4.14 masing masing operator memiliki karakteristik yang berbeda beda dalam merespon jammer tersebut. Operator 1 dengan yang lainnya mempunya waktu jamming yang berbeda saat ms berada pada coverage area yang sama saat jammer aktif. Tapi saat masing masing ms sudah terjamming maka ms tersebut tidak dapat berkomunikasi.
V.
PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1 Mengacu pada tabel 4.2 prosentase error sampai 19,1% dimana tegangan keluaran dari dioda bidge / tegangan ripple sebesar 14,3 Volt, tapi dengan adanya selisih tegangan ripple tidak berpengaruh terhadap komponen regulator yang akan menurunkan tegangan menjadi tegangan yang diharapkan, karena masih dalam tegangan kerja regulator yaitu 7-24 volt. 2 Pengukuran yang dilakukan pada tabel 4.5 prosentase error sebesar 5,4% dimana tegangan keluaran pada catu daya yang akan digunakan untuk men supply tegangan jammer sebesar 3,7 volt tidak memenuhi saat dilakukan pengukuran di sisi jammer pada saat relay aktif, maka tegangan pada catu daya di adjust menggunakan trimpot sampai memenuhi 3,7 volt pada sisi jammer. 3 Rangkaian mikropengendali sebagai pusat kendali jammer dapat bekerja dengan baik pada auto mode maupun manual mode. 4 Frekuensi kerja dari modul jammer yaitu pada rentang frekuensi 868 - 960 MHz pada Frekuensi GSM 900 MHz dan rentang frekuensi 1735 – 1920 MHz pada Frekuensi DCS 1800 MHz. 5 Jammer dapat bekerja menjamming ms dengan power jamming sebesar 5,4 x 10-8 watt pada frekuensi 900 Mhz dan 1,5 x 10-7 watt pada frekuensi 1800 Mhz. 6 Delay ms benar benar ter-jamming setiap operator berbeda, dimana telkomsel membutuhkan waktu 10 s, indosat membutuhkan waktu 40 s dan XL paling lama dengan waktu 90 s. 7 Cangkupan area jammer sejauh 4 meter pada operator Telkomsel dan Indosat, sedangkan untuk operator XL hanya sejauh 3 meter. 5.2 Saran 1 Gunakan band frekuensi yang berbeda untuk menjammer wifi (2,4 GHz) 2 Gunakan remote control agar dapat mengaktifkan jammer secara manual jika jammer ditempatkan pada tempat yang sulit dijangkau. 3 Penggunaan keypad sebagai pengatur Auto mode agar mudah dalam merubah pengaturan waktunya tanpa harus pengguna mengcompile program baru. VI. DAFTAR PUSTAKA 1 Hikmaturokhman, Alfin dkk. 4G Handbook Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta Selatan: www.nulisbuku.com. 2014 2 Hariyadi, Cahya. Teknik Telekomunikasi. Purwokerto: SMK Telkom Purwokerto. 2009
Syaidam,Ghozali. Teknologi Telekomunikasi. Bandung: Alfabeta. 2005 Uke Kurniawan. Pengantar 4 Usman, Telekomunikasi. Bandung: Informatika Bandung. 2008 5 Zuhal. Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2000 6 Winoto, Ardi. Mikrokontroler AVR ATmega8/32/16/8535 Dan Pemogramannya Dengan Bahasa C Pada WinAVR. Bandung: Informatika Bandung. 2010 7 Annonymous,(2011, April), Global System For Mobile, Dokumen PDF. [Online]. http://repository.usu.ac.id 8 Annonymous,(2011, Mei), Mikrokontroler AVR ATmega8, Dokumen PDF. [Online]. http://elib.unikom.ac.id Rudi. Komunikasi Dan 9 Lumanto, Informatika Indonesia Whitepaper 2010. Jakarta: Pusat Data Kementrian Komunikasi dan Informatika. 2010 10 Abdul-Rahman,Ahmed Sudqi Hussein. Mohammad, Ahmad Nasr Raja. Dual Band Mobile GSM Jammer for GSM 900 & 1800. Jordan University of Science and Thechnology.2008. 11 Jisrawi, Ahmad. GSM-900 Mobile Jammer. Jordan University of Science and Thechnology.2006. 12 Nasution, Nurkholis, Laporan Tugas Akhir Dengan Judul " Rancang Bangun Jammer Pada Sistem Selular GSM-900 dan 1800" Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom, Purwokerto, 2014 3
Mengetahui : Pembimbing I
Alfin Hikmaturokhman,S.T,.M.T NIDN 0621087801 Pembimbing II
Arief Hendra Saptadi,S.T,.M.Eng NIDN 01087701